OLEH:
KELOMPOK V
FAHMI : B1A118040
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………..…
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
C. Tujuan……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
B. Personalia radiofarmasi…………………………………………………………
C. Program radiofarmasi……………………..………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………...….
B. Saran………………………………………………………………………...
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Radio farmasi adalah suatu bidang ilmu kefarmasian ( penyiapan,
pembuatan sediaan, penyimpanan, pendistribusian, dispensing ) yang
memanfaatkan unsur/atom radioaktif yang digunakan baik untuk tujuan
diagnosis maupun terapi.
Radiofarmaka adalah sediaan atau senyawa yang didalam struktur
kimianya yang mengandung unsure/atom radioaktif, dan diformalisasikan
sedemikian rupa , serta memenuhi persyaratan untuk diberikan kepada
manusia, untuk tujuan diagnosis atau terapi.
Untuk tujuan diagnosa digunakan senyawa spesifik yang akan masuk
keorgan yang akan di diagnose, sebelumnya senyawa tersebut ditandai dengan
isotop , kemudian senyawa akan kedalam tubuh (baik dengan injeksi maupun
per oral) setelah itu obat akan dimetabolisme dan sampai keorgan yang akan
di diagnose. Kemudian pasien difoto (dengan kamera khusus) organ itu akan
dapat diperiksa, dan diamati fungsinya.
Radio farmasi atau farmasi nuklira adalah penggunaan prinsip cara –
cara farmasi dan radio kimia untuk membuat obat yang mengandung zat
radioaktif (radiofarmaka) bagi keperluan radioaktif (radiofarmaka) bagi
keperluan diagnosadan penyembuhan (terapi) penyakit yang diderita pasien.
B. Rumusan masalah
1. Mengetahui tujuan program radiofarmasi rumah sakit
2. Mengetahui personalia radiofarmasi rumah sakit
3. Mengetahui program radiofarmasi rumah sakit
4. Mengetahui fasilitas dan daerah kerja radiofarmasi rumah sakit
5. Mengetahui sifat dan senyawa radiofarmasi rumah sakit
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan program radiofarmasi rumah sakit
2. Untuk mengetahui personalia radiofarmasi rumah sakit
3. Untuk mengetahui program radiofarmasi rumah sakit
4. Untuk mengetahui fasilitas dan daerah kerja radiofarmasi rumah sakit
5. Untuk mengetahui sifat dan senyawa radiofarmasi rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN
1. Prinsip
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan
personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung
jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami
prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
2. Umum
o Penyimpanan catatan.
o Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB
o Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel.
o Untuk pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap
mutu produk.
5. Pelatihan
1. Penggunaan Radiofarmaka Untuk Diagnosa Dan Terapi Di Indonesia
Pada dasarnya setiap orang bertanggung jawab penuh atas
kesehatannya sendiri. Secara medis orang sakit akan berobat ke dokter atau
tenaga medis dan sarana kesehatan. Para dokter akan berusaha mengobati
pasien yang menderita kesakitan melalui beberapa tahap, seperti anamnesa
atau mencari keterangan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
menentukan diagnosa, menentukan perkembangan penyakit dan terakhir
adalah memberikan terapi atau obat . Seringkali seorang dokter dalam
menentukan diagnose penyakit pasien memerlukan pemeriksaan tambahan
yang disebut pemeriksaan diagnostic, selain pemeriksaan fisik yang
dilakukan di tempat pemeriksaan.
2. Manfaat Radiofarmaka untuk tujuan diagnostic dan terapi di kedokteran
nuklir
Kedokteran nuklir adalah teknologi kedokteran yang menggunakan
senyawa radioaktif sumber terbuka untuk mempelajari perubahan fisiologi
dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostic, terapi
dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran nuklir, radionuklida dapat
dimasukan ke tubuh pasien (studi in vivo) ataupun hanya direaksikan
dengan bahan biologis, antara lain darah, cairan lambung, dan urin yang
diambil dari tubuh pasien, yang lebih dikenal sebagai studi invitro. Pada
studi vivo, setelah radiofarmaka dimasukan ke tubuh pasien dengan cara
parental, maka akan diperoleh informasi berupa citra atau gambar organ
dengan bantuan peralatan gamma kamera SPECT atau kamera positron
(PET). Melalui kedokteran Nuklir, informasi tentang keadaan organ pasien
dan diagnosis penyakit pasien dapat diperoleh secara akurat dalam waktu
relatif pendek. Diagnosis dengan teknik kedokteran nuklir menggunakan
radiofarmaka digolongkan pada diagnosis secara non invasif, sehingga
pasien tidak merasa sakit atau tetap merasa nyaman. Kemampuan untuk
mengamati fungsi organ sangat sensitif, sehingga tehnik kedokteran nuklir
merupakan pemeriksaan diagnotik yang dapat diandalkan.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunja-
ng diagnosis berbagai penyakit. Yakni penyakit jantung koroner, penyakit
kelenjar tiroid, gangguan fungsi ginjal, hati dan paru, menetukan tahapan
penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang,
mendeteksi perdarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan
lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnose
dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini sangat berkembang
pesat. Pemanfaatan sumber radiasi pengion dalam bentuk radioisotop
(radionuklida) dan senyawa bertanda radioaktif (radiofarmaka)
di Indonesia telah lama dimulai yakni sejak tahun 1965. Sampai dengan
saat ini penggunaan dan jenis radiofarmaka yang digunakan dalam bidang
kedokteran khususnya kedokteran Nuklir menunjukan gejala yang terus
berkembang dan meningkat seiring dengan kemajuan teknologi
instrumentasi modern yang telah dicapai sebagai modalitas untuk
Kedokteran Nuklir seperti gamma kamera (SPECT) dan kamera positron
(PET). Selain itu dengan banyaknya fasilitas pelayanan kedokteran nuklir
yang di bangun di beberapa rumah sakit di Indonesia menyebabkan makin
meningkatnya penggunaan sediaan radiofarmaka.
3. Penggunaan Radiofarmaka yang aman
Beberapa aspek yang harus diperhatikan sebelum radiofarmaka
diberikan kepada pasien. Yang pertama adalah bahwa radiofarmaka agar
aman digunakan oleh pasien maka harus dibuat dengan berpedoman pada
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), baik di industry farmasi ataupun
di pelayanan Kedokteran Nuklir. Hal ini sangat penting bahwa pasien
menerima obat yang bermutu tinggi. Pengawasan Penggunaan
Radiofarmaka Penggunaan sumber radiasi dan produk senyawa bertanda
(Radiofarmaka) untuk berbagai kepentingan telah diatur oleh Lembaga
yang berwenang di semua Negara di seluruh dunia. Namun demikian
sampai dengan saat ini di Indonesia lembaga yang berwenang dalam
pengawasan obat-obatan dalam hal ini Badan POM, belum mengatur dan
mengawasi mengenai
penggunaan radiofarmaka. Di Amerika Serikat pengaturan terhadap
radiofarmaka telah dimulai pada tahun 1975, Lembaga yang berwenang
dalam mengawasi Obat dan Makanan yaitu FDA telah menetapkan
suatu peraturan yang mengatur manfaat klinis radiofarmaka. Jadi
FDA mengatur mengenai keamanan dan khasiat dari sediaan radiofarmaka
pada manusia sedangkan pengaturan mengenai proteksi radiasi bagi para
pekerja radiasi, pasien dan masyarakat umum dilakukan oleh
Nuclear Regulatory Commission (NRC).
b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan
atau produk selain yang sedang diproses.
A. AREA PENIMBANGAN
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan
cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari
area penyimpanan atau area produksi.
B. AREA PRODUKSI
1). Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika
tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu,
produk mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk
nonobat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus
pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets
produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan
asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi
yang diperlukan telah dilakukan.
2). Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida
dan herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.
3). Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk: a)
memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan
tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan; b)
mencegah kesesakan dan ketidak-teraturan; dan c) memungkinkan
komunikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana.
4). Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang
dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan
peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur proses,
sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara produk obat
atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan
memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan tahapan proses
produksi atau pengawasan.
5). Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di
mana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara
atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas
retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta
memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang
mudah dan efektif.
6). Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap
air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan
efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di
area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
7). Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain
hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan
pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan
perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini
hendaklah dapat diakses dari luar area pengolahan.
8). Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada
dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak
cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
9). Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan
hendaklah dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan
jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti.
10). Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya
hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran
terhadap produk.
11). Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi
bak kontrol untuk mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka
dicegah tetapi bila perlu hendaklah dangkal untuk memudahkan
pembersihan dan disinfeksi.
12). Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan
sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi
yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali
suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan
produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan
dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah
dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan
produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang
dirancang sebelumnya.
D. AREA PENYIMPANAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radio farmasi adalah suatu bidang ilmu kefarmasian ( penyiapan,
pembuatan sediaan, penyimpanan, pendistribusian, dispensing ) yang
memanfaatkan unsur/atom radioaktif yang digunakan baik untuk tujuan
diagnosis maupun terapi.
Tujuan program radiofarmasi rumah sakit untuk diagnostik melalui
pemantauan proses fisiologi dan biokimia, pengobatan dan juga penelitian di
bidang kedokteran. Pelayanan kedokteran Nuklir merupakan pelayanan yang
bersifat multidisine karena dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai
disiplin ilmu yaitu ilmu kedokteran, instrumentasi dan radiofarmasi.
B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang