Anda di halaman 1dari 32

OLEH :

• Andi Mutmainnah Amrin

• Adisti Qama
BIOFARMASETIK SEDIAAN PER ORAL
Keuntungan dan Kerugian sediaan Oral

Faktor pato-fisiologi yang berperan dalam


penyerapan obat parsial

Cara Pemberian

Kinetika pelepasan Zat Aktif , faktor


Tehnologi dan formulasi yang berpengaruh

Evaluasi Biofarmaseutik Sediaan Oral


- Pilihan pemberian obat yang paling umum, mudah
digunakan serta nyaman dan aman.
- Pemberian per oral harus mempertimbangkan adanya
kontraindikasi obat seperti resiko dimuntahkan, diare
maupun alergi.
- Zat aktif yang rusak oleh kondisi pencernaan adanya
interaksi dengan flora usus, juga adanya first pass effect
dan klirens hepatik yang menyebabkan inaktifasi zat
aktif.
Jenis Sediaan

SOLID LIQUID
TABLET - Larutan
- Buccal - Suspensi
- Sublingual - Emulsi
- Tablet Salut
- Tablet lepas lambat
PUYER
KAPSUL
Pertimbangan Sediaan Oral
1. Tidak menyebabkan muntah
2. Tahan akan asam lambung dan enzim pencernaan
3. Enzim proteolitik dapat merusak peptida

4. Enzim flora usus mempengaruhi selulosa dan


penisilina
5. Terkadang terjadi reaksi antara obat dan cairan lambung sehingga
menyebabkan zat aktif susah diserap

6. Tidak memberikan efek dengan segera


7. Terjadinya first pass effect
Organ pH Waktu transit

Mulut 6,7 – 7 2 menit

Esophagus 6,7 – 7 0,1 - 2 menit

1 – 2 (puasa) 10 menit – 1 jam


Lambung
3 (makan) 1 – 8 jam

Duodenum 4–6 5 – 15 menit

Jejenum 6–7
2 – 3,5 jam
Ileum 7- 8

Kolon 7 -8 1 jam
MULUT
- Waktu kontak sebentar karena daerah absorpsi
sempit
- Kapasitas kelarutan berbeda untuk sediaan cair dan
tablet. Untuk dosis besar penyerapan kecil karena
volume cairan sedikit
- Mulut kurang berperan dalam sediaan oral kecuali
untuk sediaan sublingual akibat vaskularisasi yang
tinggi. Jadi sublingual hanya untuk zat aktif dalam
dosis kecil
LAMBUNG
- pH asam lambung berubah-ubah dari asam ke netral. Banyak
faktor yangmempengaruhi seperti adanya enzim proteolitik,
asam lambung dan mucin.
- Waktu transit dalam lambung dipengaruhi oleh:
a. Volume e. Emosi menyebabkan penutupan pylori
b. Konsistensi f. Posisi tidur pada sisi kanan
c. Keasaman
d. Kadar lemak
LAMBUNG (2)
- Yang mempercepat pengosongan
a. Kebasaan, pylorus akan terbuka
b. Gas CO2
c. Posisi tidur ke kiri
d. Keadaan beraktifitas
- Variasi waktu transit terjadi akibat variasi banyaknya makanan dalam lambung
yang mempengaruhi pembukaan pilorus. Ketika lambung kosong dan sediaan
encer waktu transit sekitar 10 menit. Untuk lambung penuh terisi makanan
waktu transit 8 jam.
- Proses biofa sediaan sustained release; zat aktif dilepaskan dalam matriks yang
konstan
- Proses biofa terpanjang: Sediaan sustained release berupa tablet salut
tergranulasi
USUS
- Dipengaruhi oleh gerak peristaltik
- Duodenum dan bagian pertama
jejenum memiliki fungsi
pencernaan yang sangat nyata,
sedangkan bagian kedua jejenum
dan ileum fungsi penyerapannya
lebih berperan.
- Sebagian besar sediaan obat
setelah tervaskularisasi dari usus
akan menuju ke hati
USUS KECIL
- Usus kecil tdd:
1. Duodenum
2. Jejenum
3. Ileum
- Kostituen:
a. Kelenjar pankreas:pankreatic, kolesterol esterase
b. Kelenjar empedu: mucin, getah empedu
c. Kelenjar usus: mucin, enzim, proenzim, bikarbonat
- Konsistensi: semi solid sd cair
USUS KECIL (2)
- Tegangan permukaan: rendah karena adanya garam
empedu
- Gerakan: Segmentasi, peristaltik, pendular
- NB:
1. Macam-macam mekanisme absorpsi terjadi disini
2. Transpor aktif pada bagian atas; riboflavin; turunan
penicilin, griseopulvin, tetrasiklin
- Obat yang rusak oleh sistem enzim: Insulin
USUS BESAR
Konstituen:
a. Mucus: Sekresinya sedikit
b. Mikroflora: produksi enzim penicilinase, cellulase (zat tertentu
yang mempermudah vitamin tertentu)
c. Konsistensi: Pasta yang sangat kental (fungsi dehidrasi)
d. Gerakan: Peristaltik dan segmentasi

Hambatan: Konsistensi yang padat/volume cairan kecil


USUS BESAR (2)
- Obat yang menurun
ketersediaan hayatinya adalah
obat yang sangat kecil
kelarutannya dalam saluran
cerna atau tidak larut lemak
- Contoh: Sulfaguanidin hanya
untuk obat lokal sakit perut,
tidak untuk efek sistemik
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat peroral
Faktor Fisiologi
1. Permukaan penyerap
Lambung lebih berperan pada penggetahan dibandingkan penyerapan.
Namun mukosa lambung dapat melakukan penyerapan tergantung lama
kontak, bentuk ionik, dan lipofilitas.
Usus halus memiliki luas permukaan penyerapan sekitar 40 – 50 m2 .
Sehingga persen penyerapan zat dominan.
2. Umur
Saluran pencernaan pada bayi baru lahir bersifat sangat permeabel
dibandingkan dengan yang lebih umumnya, selain itu fungsi enzimatik belum
sempurna yang kemungkinan dapat menyebabkan penyerapan dosis berlebih.
Demikian juga orang tua fungsi sistem pencernaan dan enzimatiknya menurun.
3. Sifat membran biologi
Sifat utama lipid memungkinkan terjadinya difusi pasif zat aktif
yang bersifat lipofil dan tak terionkan di lambung. Jenis transpor zat
aktif diusus halus meliputi:
- Transpor dengan pembentukan pasangan ion
- Tranpor sderhana
- Transpor aktif
- Pinositosis
Adanya berbagai macam mekanisme penyerapan mengakibatkan
pelipatgandaan xat aktif yang diserap dan masuk ke aliran darah.
4. Laju pelewatan dan waktu tinggal dalam lambung
Zat aktif yang sukar diserap dilambung pelewatannya harus cepat
dan agar segera lewat ke usus yang transitnya lama agar penyerapan
optimal. Disini ada yang meningkatkan dan ada yang menurunkan
sperti yang telah dijelaskan diatas.
5. pH dan perubahan pH karena formulasi
Derajat keasaman pH cairan saluran cerna terbatas pada pH 1- 8.
Zat aktif yang bersifat asam lemah dapat diserap dilambung dan yang
bersifat basa diserap diusus.
6. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan xat aktif pada cairanusus menurun karena
adanya garam empedu yang dapat memudahkan pembasahan dan
meningkatkan pelarutan.
7. Kekentalan
Kekentalan yang ditambahkan dalam formulasi akan meningkatkan
waktu tinggal, sehingga dapat memberikan kesempatan penyerapan zat
aktif.
8. Isi saluran cerna yang dapat mengubah zat aktif
a. Musin
Senyawa ini merupakan mukopolisakarida alami dalam lapisan sel
pencernaan yang dapat membentuk kompleks dengan zat aktif dan
menghambat penyerapan. Tetapi musin juga dapat berperan sebagai
pembawa atau media penyerapan zat aktif.
b. Garam empedu
Zat ini dapat menurunkan tegangan permukaan zat aktif
terutama yang bersifat lipofil dalam pencernaan sehingga dapat
berinteraksi.
c. Ion-ion tertentu
Ion Ca, Mg, dan Fe yang bervalensi dua atau tigadapat
membentuk kompleks khelat yang tidak larut sehingga tidak
diserap dalam saluran pencernaan. Contohnya: tetrasiklin
d. Flora Usus
Contohnya enzim penicilinase yang dapat merusak golongan
zat aktif penicilin.
Faktor Patologi
1. Gangguan fungsi penggetahan
Pengeluaran getah lambung yang menurun pada saat tukak
lambung akan mengurangi penyerapan zat aktif tertentu. Demikian
juga berkurangnya getah empedu akan menyulitkan pencernaan
lemak.
2. Gangguan Transit
Waktu tinggal dalam lambung akan meningkat pada kondisi:
penyempitan pilorus, tukak lambung, peradangan saluran
pencernaan. Pada kondisi diare waktu transit akan dipercepat
sehingga penyerapan akan menurun.
Kinetika pelepasan zat aktif dari sediaan oral, faktor
teknologi dan formulasi yang berpengaruh
Bentuk sediaan obat bukan sekedar bentuk estetika
penyampaian zat aktif, namun merupakan kesatuan struktur
sediaan yang sangat berpengaruh pada ketersediaanhayati.
Bentuk sediaan dikaitkan dengan jumlah zat aktif yang
diharapkan dapat dilepaskan susai dengan kinetik yang
dikehendaki baik lambat atau cepat hingga mencapai tempat
tertentu didalam tubuh dimana terletak titik penyerapan
optimal, yang dalam istilah Inggris disebut dengan proses
“drug delivery system”.
Bentuk Sediaan Cair
Zat aktif terlarut
Penyerapan optimal suatu sediaan bila memenuhi kriteria :
1. Berada dalam bentuk aktif
2. Terlarut
3. Tak terionkan, bila senyawa diserap secara aktif.
Kelarutan zat aktif dapat ditingkatkan dengan beberapa cara :
a) Mengubah tetapan dielektrik bahan pembawa dengan penambahan
pelarut campur-air yang dapat campur secara fisiologik (polietilen-glikol,
propilenglikol, dan gliserin).
b) Melarutkan zat aktif yang sangat larut-lemak dalam pembawa yang
terdispersi dalam air dan bertipe minyak yang teresterifikasi.
c) Mengubah zat aktif menjadi bentuk yang lebih larut-air
oDengan penggaraman
oPembentukan berbagai interaksi (kafeina-Natrium bensoat,
Riboflavin-kafeina)
oPenglarutan miseler dengan penambahan surfaktan pada
konsentrasi lebih besar dari Konsentrasi Misel Kritik (CMC).
Keadaan yang perlu diperhatikan dengan cara pemberian sediaan
yaitu:
1. Kekentalan sediaan sebaiknya rendah,
2. Konsentrasi zat aktif rendah,
3. Efek potensisasi alkohol pada zat aktif tertentu.
4. Hambatan pengosongan lambung.
Zat aktif terdispersi
1. Zat aktif dalam sedian emulsi
Pada umumnya fase luar emulsi adalah fasa air. Fasa air tersebut
bercampur dengan getah saluran cerna dan selanjutnya dapat
membasahi mukosa penyerap dengan mudah.
Faktor-faktor yang mempengarhi yaitu;
a) Kehalusan emulsi
b) Kekentalan fase minyak
c) Koefisien partikel zat aktif minyak/cairan salurancerna
d) Interaksi dengan bahan pengental
e) Peran surfaktan (penglarutan misel-kompleks)
2. Zat aktif dalam sediaan suspensi
Bila bahan obat tidak dapat dilarutkan atau diemulsikan, maka
bentuk sediaan oral yang dapat memberikan ketersediaanhayati yang
sesuai adalah bentuk suspensi dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu;
a) Ukuran partikel
b) Bentuk Kristal
c) Kekentalan: struktur dan bahan pengental
d) Interferensi surfaktan
Kapsul lunak yang mengandung cairan merupakan bentuk
peralihan antara sediaan oral cair dan padat.
Kapsul lunak dibedakan atas empat jenis yaitu:
Zat aktif terlarut :
a. Dalam pembawa lemak
b. Dalam pembawa yang tercampur dengan air (PEG)
Zat aktif tersuspensi :
c. Dalam pembawa lemak
d. Dalam pembawa yang tercampur dengan air (PEG)
Bentuk Sediaan Padat
Seperti yang kita ketahui, bentuk sediaan padat dapat berupa bentuk yang
paling sederhana sampai yang paling rumit:
Bentuk serbuk yang harus dapat terbasahi agar zat aktif dapat terlarut
Bentuk kapsul atau bentuk terselubung yang cangkang atau selubungnya
harus dapat dirusak terlebih dahulu.
Tablet atau tablet salut yang strukturnya harus dapat dirusak agar
sediaan berada pada stadium serbuk (peluruhan).
Zat aktif terserbuk
1) Energi penggabungan
2) Porositas serbuk
3) Karakter hidrofil atau Hidrofob Zat aktif
4) Bentuk, Keadaan Permukaan dan Porositas Partikel
5) Kelembaban Serbuk
Zat Aktif dalam Campuran Serbuk
1) Kapsul salut
2) Kapsul keras atau kapsul lunak
Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu;
 Tipe gelatin
 Interaksi isi kapsul-gelatin
 Penyimpanan
 Porositas : Ukaran Partikel dan Kemampatan (tipe mesin)
 Pembasahan :
Karakter serbuk lebih atau kurang hidrofil
Bahan tambahan : Hidrofil, kemampuan meresap, adanya surfaktan.
 Karakter keterserapan zat aktif
 Pelepasan dan pelarutan sebelum daerah penyerapan optimal
Zat aktif Tersalut: Mikrokapsul
Sedian mikrokapsul diperoleh dengan memasukkan zat aktif cair
“cangkang mini” padat atau penyalutan partikel zat aktif padat dengan lapisan
yang susuai dan selanjutnya diperoleh suatu “mikrokapsul”.
Zat aktif tergumpal
Granul
PIL
Zat Aktif Terkempa: Tablet
Tablet yang berlebel “berikan bersam air” berarti bahwa air akan
mempengaruhi proses penghancuran tablet, jadi untuk tujuan
penghancuran tablet harus diberikan bersama segelas air.
Faktor-faktor teknologi yang memepengaruhi yaitu,
a) Gaya kempa dan porositas masa tablet
b) Jenis mesin pengempa tablet
c) Metode pembuatan: Pengempaan langsung dan Granulasi
Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi penglepasan dan
penglarutan yaitu;
a) Bahan pengencer
b) Bahan pengumal
c) Bahan penghancur
d) Bahan pelincir dan bahan pengalir
Evaluasi biofarmaseutik sediaan oral
Langkah pertama adalah mengetahui apakah sediaan dengan perlepasan zat
aktif yang terkendali telah terbukti.Dengan pengenalan sifat fisika-kimia zat aktif
dapat diperkirakan efek farmakologik dan farmakokinetiknya.
Langkah kedua adalah mendapatkan parameter farmakokinetiknya yang
diperlukan untuk menghitung jumlah obat yang diberikan pada tahap awal dan
pada tahap perlepasan terkendali.
Langkah ketiga adalah pemilihan bentuk sediaan yang sesuai dengan perlepasan
terkendali yang optimun. Setiap bentuk sediaan berbeda dan harus diuji
perlepasan zat aktif in vitro dan in vivo.
Langkah keempat adalah menetapkan laju perlepasan zat aktif dari sediaan.
Langkah terakhir adalah melakukan uji klinik untuk membuktikan bentuk
sediaan.
Thank You! 
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai