Anda di halaman 1dari 14

POTENSI PENERAPAN POLIMER NANOKOMPOSIT

DALAM KEMASAN PANGAN


(POTENTIAL APPLICATIONS OF POLYMERIC NANO-COMPOSITES
IN FOOD PACKAGING)

Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu

Balai Besar Industri Agro (BBIA) Kementerian Perindustrian


Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor 16122

E-mail: asdibyo_as@yahoo.co.id

Received : 13 Februari 2013 ; revised : 28 Februari 2013; accepted : 29 April 2013

ABSTRAK

Hingga saat ini bahan yang digunakan untuk kemasan pangan merupakan bahan yang tidak mudah diurai dan
menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan. Sifat permeabilitas dan mekanis serta hambatannya yang
rendah terhadap uap dan gas yang dimiliki oleh matriks polimer, telah mendorong ketertarikan dalam strategi
baru untuk mengembangkan perbaikan sifat-sifat tersebut. Penelitian dan pengembangan bahan polimer dengan
cara memadukan bahan pengisi yang tepat, melalui interaksi matriks bahan pengisi dan strategi formula baru
untuk pembuatan polimer nanokomposit mempunyai potensi untuk diterapkan dalam kemasan pangan. Partikel
nano secara proporsional mempunyai luas permukaan lebih besar dibandingkan dengan bentuk skala mikronya,
sehingga lebih sesuai digunakan sebagai matriks bahan pengisi untuk menjaga kinerja bahan nanokomposit
yang dihasilkan. Pada tulisan ini, beberapa potensi penerapan bahan polimer nanokomposit dalam kemasan
pangan telah dibahas, termasuk : bahan nanokomposit untuk kemasan dan teknologi pembuatannya,
nanokomposit tanah liat-polimer sebagai bahan kemasan yang mempunyai sifat penghambat terhadap uap dan
gas yang tinggi, partikel nano perak, dan partikel lain yang berpotensi sebagai antimikroba dalam kemasan
pangan, sebagai integrator dan sensor nano serta sebagai material nanokomposit yang berbasis pengujian
untuk mengidentifikasi dan mendeteksi bahan-bahan yang dianalisis pada produk pangan (misalnya : gas, uap,
dan bakteri patogen penyebab keracunan).

Kata kunci : Nanokomposit, Polimer, Kemasan pangan

ABSTRACT

Currently materials used for food packaging are generally non-degradable and therefore generating
environmental problems. Inherent permeability of polymeric materials to gases and vapors, and poor barrier and
mechanical properties of biopolymers have boosted interest in developing new strategies to improve those
properties. Research and development in polymeric materials coupled with appropriate fillers, matrix filler
interaction and new formulation strategies to develop forming polymeric nanocomposites have potential
applications in food packaging. Nano-particles have proportionally larger surface area than their microscale,
which favors the filler matrix interaction and the performance of the resulting materials. In this article, several
potential applications of polymeric nanomaterials in food packaging are reviewed, including : nanocomposites for
packaging and its preparation technology, polymer/clay nanocomposites as high barrier packaging materials,
silver and other nanoparticles as potent antimicrobial agents in food packaging, and nanosensor and
nanomaterials based on assays for the detection and identification of food relevant analytes (gases, vapors and
food-borne pathogens) .

Keywords : Nanocomposites, Polymers, Food packaging

PENDAHULUAN

Pada beberapa tahun terakhir ini, yang dihadapi oleh industri pangan untuk
permintaan konsumen terhadap produk pangan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan
yang diolah dengan prinsip minimal (minimally pangan. Sebagai konsekuensinya, akhir-akhir ini
processed), mudah disajikan dan/atau siap banyak kegiatan penelitian dan pengembangan
santap (ready-to-eat) dalam keadaan segar, yang dilakukan secara ekstensif oleh industri
serta adanya pengaruh globalisasi perdagangan pangan untuk mengembangkan teknik/teknologi
pangan dan distribusi dari pengolahan yang pengolahan pangan secara non-thermal (tanpa
terpusat merupakan salah satu tantangan utama proses pemanasan) seperti penggunaan

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 6


teknologi PEF (Pulse Electric Field), HHP PEMBAHASAN
(Hydraulic High Pressure), IR (Infra Red), UV
(Ultra Violet) and US (Ultra Sonic) sebagai Polimer Nano-Komposit Dalam Kemasan
pengganti untuk pengolahan pangan secara Pangan Dan Teknologi Pembuatannya
thermal (menggunakan panas) agar diperoleh Komposit nano oleh Azeredo et al. (2008)
produk pangan yang masih segar dengan umur didefinisikan sebagai suatu material multi-fase
simpan produk yang lebih panjang (lama). yang berasal dari kombinasi dua komponen atau
Namun, beberapa jenis teknologi lebih, yaitu : pertama, suatu komponen matriks
pengolahan pangan non-thermal tersebut, sebagai suatu fase kontinu dan kedua, fase
meskipun kemungkinannya kecil dapat dimensional nano sebagai fase tidak kontinyu
menyebabkan adanya kontaminasi pada yang berukuran satu dimensi ukuran nano
pangan; teknologi tersebut juga relatif dengan diameternya kurang dari 100 nm.
memerlukan energi yang intensif tinggi dan perlu Beberapa jenis komposit telah dikembangkan
menggunakan peralatan yang sangat mahal, dengan cara memperkuat senyawa komposit
sehingga implementasinya secara komersial tersebut ke polimer untuk meningkatkan sifat
masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dicari ketahanannnya terhadap panas, mekanis dan
pemecahannya dengan cara lain agar produk hambatan lainnya. Namun kebanyakan materi-
pangan yang dibutuhkan konsumen materi komposit yang sudah diperkuat ini masih
berdasarkan kriteria di atas dapat dipenuhi, ada kelemahan pada kedua sisi antar muka
tetapi juga dengan biaya yang kompetitif. Salah komponen-komponen tersebut (Azeredo 2009).
satu teknologi yang dapat membantu untuk Sebagai hasilnya, bagi industri polimer termasuk
tujuan tersebut adalah pengembangan industri kemasan pangan masih tetap perlu
penggunaan teknologi kemasan pangan untuk mengembangkan material lain yang lebih baik
meminimisasi terjadinya susut produk pangan, untuk kemasan pangan. Salah satu material
sekaligus menjamin produk pangan tetap terjaga terakhir yang dapat menjawab masalah di atas
keamanan pangan dan mutunya. adalah pembuatan komposit polimer lalu
Saat ini, dengan berkembangnya dikembangkan menjadi komposit nano polimer
teknologi nano dengan membuat material/ (Duncan 2011).
bahan menjadi berukuran atau berskala nano, Polimer nano-komposit adalah campuran
maka penggunaan teknologi nano untuk antara senyawa polimer dengan bahan pengisi
pengembangan kemasan pangan yang dapat (filler) senyawa organik atau anorganik dalam
menjamin keamanan pangan dan mutu produk, bentuk geometri tertentu (Misalnya dalam
menjadi menarik perhatian dan berpengaruh bentuk serat/fiber, flakes, spheres dan
besar terhadap industri kemasan pangan. particulate). Bila bahan pengisi (filler)nya ini
Sebagai contoh, adanya inovasi pada skala mengandung partikel nano, maka akan
nano dan aplikasi teknologi nano pada senyawa menghasilkan sutau bahan matriks komposit
polimer membuka peluang baru untuk perbaikan nano polimerik (Alexandre dan Dubois 2000).
tidak hanya pada sifat-sifat polimer yang Menurut Luduena et al. (2007),
bersangkutan, tetapi juga tehadap biaya dinyatakan bahwa polimer nano-komposit
pembuatannya yang lebih efisien (Sorrentino et mempunyai keunggulan interaksinya yang lebih
al. 2007). Bahkan inovasi teknologi nano telah antara senyawa (bahan) polimer dengan bahan
dikembangkan dalam bentuk aplikasi untuk pengisinya daripada komposit konvensional. Hal
mendeteksi bakteri pathogen, pengemas/ ini disebabkan karena larutan dispersi yang
kemasan aktif, kemasan antimikroba dan didalamnya terdapat partikel nano yang
penghambat formasi terbentuknya racun telah seragam menyebabkan luas area antar muka
banyak dikembangkan implementasinya pada matriks bahan pengisi menjadi luas dan besar,
senyawa atau bahan komposit nano polimer sehingga akan mengubah sifat
(Emamifar et al. 2010; 2011; Brody et al. 2008). mobilitas/pergerakan molekuler, tingkah laku
Mengingat kemasan pangan penting yang lebih fleksibel serta sifat-sifat thermal dan
untuk melindungi produk pangan dari pengaruh mekanis materialnya.
lingkungan yang dapat menyebabkan adanya Bahan pengisi atau filler yang digunakan
kerusakan pada produk pangan seperti : panas, dalam pembuatan matriks polimer nano-
cahaya, uap air, oksigen, kotoran, partikel debu, komposit dapat mencakup tanah liat (clay) dan
emisi gas dan lain-lain; maka dalam tulisan ini platelet silikat nano, partikel silika (SiO2) (Wu et
akan dibahas tentang polimer nano-komposit al. 2002; Vladimirov et al. 2007), nanotube
dalam kemasan pangan dan teknologi carbon (Zhoe et al. 2004; Chen et al. 2005; Zing
pembuatannya serta potensi penerapan et al. 2006; Kim et al. 2008; Prashantha et al.
komposit nano polimer dalam kemasan pangan. 2009), grafen atau graphene, kristal nano pati

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 7


(Chen et al. 2008; Kristo dan Biliaderis 2007); dengan lainnya; sehingga lapisan antar muka
serat nano berbasis sellulosa (Azeredo et al. yang berasal dari partikel-partikel berdekatan
2009; Azeredo et al. 2010; Dufresne et al. 2000; akan saling meliputi dan mengubah sifat bulk
Podsiadlo et al. 2005 dan Oksman et al. 2006); (kamba)nya menjadi lebih signifikan (Jordan et
partikel nano khitin dan khitosan (Lu et al. 2004; al. 2005).
Srinpayo et al. 2005; De Moura et al. 2009) dan Ada tiga metode yang umum digunakan
senyawa anorganik lainnya (Zhang and Rong untuk membuat komposit nano polimer, yaitu
2003). cara pelarutan/pemecahan, teknik polimerisasi
Bahan pengisi yang mempunyai nisbah interlamellar atau polimerisasi in situ, dan
atau ratio perbandingan yang tinggi, yaitu antara pengolahan dengan cara pencairan atau
bahan pengisi yang mempunyai dimensi tinggi peleburan (melting processing). Cara
dengan bahan pengisi yang dimensinya paling pelarutan/pemecahan dapat digunakan untuk
rendah adalah merupakan sifat penting dari membentuk bahan/material komposit nano
komposit nano polimer; karena bahan pengisi saling tersusup dan terkelupas (exfoliated).
yang mempunyai aspek perbandingan lebih Pada cara ini, komposit tanah liat (clay)
tinggi akan mempunyai area permukaan spesifik dikembungkan dalam suatu pelarut. Kemudian
yang lebih tinggi pula, sehingga bahan tersebut ditambahkan larutan polimer dan molekul-
menyediakan pengaruh penguatan yang lebih molekul polimer akan memperluas area di
baik (Azizi-Samir et al. 2005; Dalmas et al. antara lapisan-lapisan bahan pengisi. Pelarut
2007). Disamping itu, pengaruh terhadap yang didapat (solvent) diuapkan dengan cara
penguatan kembali partikel nano atau nano- evaporasi (Emamifar 2011).
reinforcement sendiri, suatu wilayah antar muka Untuk cara kedua, yaitu teknik
yang mobilitasnya turun di sekitar masing- polimerisasi interlamellar atau polimerisasi
masing bahan pengisi nano akan menghasilkan secara alamiah (in situ), menggembungkan
persekutuan jaringan antar muka pada komposit bahan pengisi dengan absorpsi dari larutan
yang berperan penting dalam memperbaiki sifat- monomernya. Setelah bahan monomer tersebut
sifat komposit nano (Qiao dan Brinson 2009). dipenetrasikan ke dalam di antara lapisan-
Untuk kandungan bahan pengisi yang bersifat lapisan silikat, maka polimerisasi akan diinisasi
stabil, penurunan terhadap ukuran partikel akan oleh panas, radiasi atau penyatuan (inkorporasi)
meningkatkan jumlah partikel bahan pengisi, dari inisiator pemulanya.
dan membawa mereka saling mendekat satu

Tabel 1. Teknologi proses pembuatan komposit nano polimer dan sistemnya (*)
Proses Sistem Prosedur
Pelarutan melalui Tanah liat (clay) dengan asam - Digunakan untuk melapis m ateri yang diperkuat dalam polimer
proses penyisipan/ polilaktik, HDPE (High Density yang mengalami penyisipan (interkalasi)
interkalasi prapolimer Poly Ethilene), PVA (Poly - Terutama untuk pelapisan silikat yang mengalami
atau monomer Vynil Acide) penyisipan/interkalasi dengan polimer/prapolimer dalam
pelarutan
- Menggunakan pelarut, dimana senyawa polimer/prapolimer
(mono-mer) dapat larut dan lapisan silikat dapat
menggelembung

Polimerisasi Tanah liat (clay) - Penyarungan lapisan silikat dalam cairan atau larutan
penyisipan secara montmorillorate dengan N6/ monomer sehingga membentuk polimer di antara lembar
alamiah (in situ) Poly Chloro Lactic/Epoksi penyisipan/interkalasi
- Polimerisasi dilakukan dengan panas atau irradiasi, dengan
adanya difusi dari iniator yang sesuai atau dengan suatu
katalis tetap melalui proses pertukaran kation di dalam antar
lapisan, sebelum dilakukan tahap penggelembungan

Penyisipan/interkalasi Montmorillonate dengan poli - Penguatan dan pemanasan campuran polimer dan bahan
secara peleburan stirene, poli propilen, poli vinil pelapis yang digunakan di atas titik pelunakan dari polimer
propelin, tanah liat (clay) Poly secara statis atau di bawah pemotongan;
Vinyl Phenyl Hydroksi (PVPH) - Terjadi difusi ikatan polimer dari pelelehan polimer kamba ke
dalam serambi/bilik di antara kelompok lapisan selama proses
penguatan

Sintesis dalam Baki Tanah liat (clay) Hektorit - Pembentukan secara alamiah (in situ) struktur lapisan materi
(Template) dengan Poly Vinyil Phenyl inorganik dalam larutan/air yang berisi polimer;
Rubber (PVPR), Hectorite - Polimer yang larut dalam air bertindak sebagai tempat
Poly Montmorillonate Clay penampung (baki) untuk pembentukan formasi lapisan-lapisan
(HPMC) ;
- Banyak digunakan untuk sintesis Low Density Hektorit
komposit nano, tetapi masih sedikit digunakan untuk melapisi
silikat.
(*) Sumber : Camargo et al. (2009)

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 8


Tabel 2. Keuntungan dan keterbatasan penggunaan teknologi yang digunakan di atas dalam pembuatan komposit
nano polimer (*)
Proses Keuntungan Keterbatasan
Pelarutan melalui proses - Sintesis komposit nano yang disipkan Di dalam industri diperlukan pelarut dalam
penyisipan/ berdasarkan polimer dengan polarisasi jumlah yang besar atau banyak
interkalasi atau prapolimer rendah atau tanpa polarisasi sam a
(monomer) sekali;
- Penyisipan larutan dispersi yang
homogen dari bahan pengisi

Polimerisasi penyisipan Prosedurnya mudah berdasarkan dispersi - Sulit mengendalikan proses polimerisasi
secara alamiah (in situ) dari bahan pengisi dalam prekursor polimer intra-serambi atau antar bilik ;
- Penggunaan terbatas

Penyisipan dengan cara - Tidak berbahaya terhadap lingkungan ; Terbatas penggunaannya terhadap senyawa
peleburan - Penggunaan polimer tidak sesuai untuk poli-olefin ; yang merepresentasikan
cara lain ; penggunaan terbesar dari polimer
- Cocok/sesuai untuk proses industri
polimer

Sintesis dalam Baki - Skala produksi besar - Keterbatasan dalam penggu-naannya,


(Template) - Prosedur mudah berdasarkan polimer yang mudah larut dalam
air;
- Dapat terkontaminasi oleh produk sampingan
lain
(*) Sumber : Camargo et al. (2009)

Metode/cara peleburan atau cara ketiga menyatakan bahwa biostruktur polimer yang
merupakan cara yang biasa (umum) dipakai digabung/dipadu dengan tanah liat nano dapat
sebagai akibat karena kurangnya bahan pelarut mengurangi/meminimisasi atau pembatasan gas
(solvent). Dalam hal ini, pada cara peleburan, atau uap pada lapisan tipis biopolimer.
bahan pengisi komposit nano direaksikan atau Selanjutnya, banyak hasil penelitian lain
disatukan dengan polimer yang sudah dilebur, melaporkan pula bahwa tanah liat nano efektif
lalu dibentuk ke dalam material akhir (Brody et dalam mengurangi gas oksigen untuk masuk ke
al. 2008). dalam kemasan (Koh et al. 2008; Lotti et al.
Informasi secara lengkap dan ringkas 2008) dan permeabilitas uap air (Jawahar dan
tentang metode/cara dan teknologi pembuatan Balasubramanian 2006; Lotti et al. 2008).
sistem polimer berdasarkan komposit nano Polimer nano-komposit tanah liat dilaporkan
disajikan pada Tabel 1; sedangkan keuntungan pula dapat memperbaiki sifat kekuatan mekanis
dan keterbatasan dalam pembuatan senyawa biopolimer (Cyras et al. 2008), membuat
komposit nano polimer menggunakan teknologi komposit nano tanah liat-polimer tersebut
atau cara di atas disajikan pada Tabel 2. menjadi lebih memungkinkan dapat dikerjakan
dengan mudah (Weiss et al. 2006). Manfaat lain
Potensi Penerapan Polimer Nano-Komposit dari polimer nano komposit tanah liat dalam
Dalam Kemasan Pangan kemasan pangan adalah terhadap kinerja
Potensi penerapan polimer nano-komposit berbagai jenis polimer yang lebih baik karena
dalam kemasan pangan sebenarnya cukup luas, adanya partikel nano tanah liat, termasuk
namun secara garis besar pada prinsipnya meningkatnya transisi gelas/glass trancisition
mencakup 4 (empat) hal sebagai berikut : (1) (Peterson dan Oksman, 2006/ serta suhu
Aplikasi komposit nano polimer tanah liat, (2) degradasi thermal polimer (Bertini et al. 2006).
Aplikasi polimer matriks nano-komposit, (3) Karena bahan pengemas dari polimer
Aplikasi polimere nano-komposit sebagai bahan nano-komposit tanah liat biasanya relatif tidak
antimikroba dan (4) Aplikasi polimer nano- mahal untuk diproduksi dalam skala industri;
komposit sebagai alat sensor dan pendeteksi maka telah terdapat sejumlah perusahaan
gas pada kerusakan pangan. industri kemasan yang memproduksi
material/bahan tersebut secara komersial.
Aplikasi Polimer Nano-Komposit Tanah liat Beberapa perusahaan industri tersebut
Aplikasi polimer nano-komposit-tanah liat adalah Nanocor yang menghasilkan beragam
untuk kemasan pangan pertama kali diilhami jenis polimer nano-komposit tanah liat dalam
hasil temuan dan teori yang dikembangkan oleh bentuk pelet; dan terdapat beberapa produk
Nielsen (1967) tentang sistem permeabilitas yang telah bermerk seperti Aegis (Honeywell
pada bahan komposit nano tanah liat-polimer Polymers), Durethan (Lanxess Deutschands),
yang menunjukkan dapat mencapai kurang dari Imperm (Color Matrix Corp.), Tuff (Nylon
1 persen; kemudian diperkuat oleh hasil temuan Corporation of America) dan Nano-seal (Nano
penelitian Adame dan Beall (2009) yang Park Inc.) (Duncan 2011). Bahkan perusahaan

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 9


industri Nanocor Inc. dan perusahaan industri botol plastik untuk memperkuat dan
Southern Clay Products, Inc. melakukan memperpanjang umur simpan/daya simpan
kerjasama dalam memperoduksi bahan (shelf life) berbagai produk olahan pangan
kemasan plastik dari bahan polimer nano- seperti: produk olahan daging, keju,
komposit dicampur tanah liat jenis konfeksioneri, serealia dan produk siap saji yang
montmorillonite sehingga menghasil;kan dikemas plastik khusus untuk proses
kemasan plastik polimer yang lebih ringan, lebih pemanasan (Brody 2007; Moraru et al. 2003).
kuat, lebih tahan panas serta mampu
memperbaiki dan meningkatkan hambatan Aplikasi Matriks Polimer Nano-Komposit
terhadap gas, uap air dan senyawa volatil yang Aplikasi matriks polimer nano-komposit
mudah menguap (Moraru et al. 2003). untuk kemasan pangan dimulai sejak serat
Pada umumnya secara komersial produk- sellulosa diketahui sebagai senyawa polimer
produk polimer nano-komposit tanah liat saat ini alami yang tinggi kekuatannya. Disamping itu,
diperdagangkan untuk tujuan penerapan sellulosa mempunyai keunggulan, yaitu : murah
khusus; termasuk di dalamnya pada beberapa atau kompetitif, mudah diperoleh, ramah
industri makanan dan minuman. Kemasan lingkungan dan menggunakan enerji yang
polimer nano-komposit tanah liat misalnya rendah dalam proses pabrikasinya (Podsiadlo et
menjadi populer/terkenal untuk digunakan pada al. 2005). Proses dan teknologi pembuatan
industri manufaktur minuman bir, seperti pada komposit nano matriks polimer sendiri pada
perusahaan minuman bir Miller Brewing prinsipnya berdasarkan 2 jenis penguatan
Company (Lagaron dan Lopez-Rubio 2010), kembali nano (nano-reinforcements), yakni serat
yang dimanfaatkan sebagai bahan dalam sellulosa-mikrofibril dan serat rambut atau
pembuatan botol plastik dengan sifat whiskers (Azizi-Samir et al. 2005). Hal ini
mempunyai hambatan tinggi terhadap transmisi disebabkan karena penguatan kembali nano
gas oksigen dan karbon dioksida. serat sellulosa dilaporkan telah dapat
Berbagai jenis/tipe polimer nano-komposit menghasilkan pengaruh yang sangat besar
tanah liat telah dikembangkan untuk memenuhi terhadap perbaikan sifat modulus matriks
persyaratan aplikasi khusus. Sebagai contoh polimer (Bhatnagar dan Sain 2005; Wu et al.
saat ini beberapa polimer nano-komposit tanah 2007). Bahkan serat sellulosa sangat efektif
liatr (poli-laktida) telah dapat diperoleh secara untuk memperbaiki sifat modulus dan kekuatan
komersial (Alexadre dan Dubois 2000) dan polimer, khususnya pada suhu di atas suhu
diaplikasikan sebagai ablatif (ablatives) serta transisi gelas dari matriks polimer yang
sebagai komposit yang mudah didegradasi (Ray bersangkutan (Dufresne et al. 2000).
et al. 2003; Ray dan Okamoto 2003; Mohanty et Dalam hal ini, ikatan senyawa sellulosa
al. 2003). Hal ini mencakup Nylon-6 (misal : yang berasal dari tanaman atau hewan disintesa
Durethan LDPU/Low Density Poly-Urythane) membentuk mikrofibril atau serat nano, yang
yang diproduksi oleh Bayern Food Package dan dibundel dalam suatu molekul yang
polipropilen untuk kemasan pangan. Polimer diperpanjang dan distabilisasi melalui ikatan
nano-komposit tanah liat yang sudah diproduksi hidrogen (Azizi-Samir et al. 2005; Wang dan
secara komersial dan target masing-masing Sain 2007). Mikrofibril mempunyai diameter
pasar disajikan pada Tabel 3. berukuran nano (2 nm sampai 20 nm;
Perusahaan industri Nanocor Inc. dan tergantung asal bahan sellulosa) dan panjang
Mitsubitshi Chemical di New York berhasil dalam rentang mikrometer (Oksman et al. 2006).
mengembangkan suatu produk kemasan Setiap mikrofibril dibentuk oleh agregasi
dengan merk Imperm, yaitu suatu produk elemen-elemen fibril sehingga membentuk
komposit nano-polimer nilon MXD 6 yang dapat struktur dalam bentuk kristalin dan amorf.
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan Bagian kristal ini dapat diisolasi dengan
yang lebih baik terhadap sifat hambatan beberapa perlakuan menghasilkan serat rambut
penahan gas, uap air dan senyawa volátil yang halus (whiskers) yang dikenal dengan nama
digunakan pada kemasan lapisan tipis dan botol nanorods atau balok mikrokristal sellulosa
plastik dari PET/Polietilen tetrakhlorida (Brody (Azizi-Samir et al. 2004, Dujardin et al. 2003)
2006; 2007). Kemasan dari bahan/material dengan rentang panjang dari 500 nm hinggá 1
polimer nano-komposit tanah liat ternyata juga μm sampai 2 μm dan diameter 8 nm sampai 20
mampu digunakan sebagai bahan pelapis untuk nm atau kurang (Lima dan Barsoli 2004)
menghambat gas oksigen dalam proses ekstrusi sehingga menghasilkan aspek perbandingan
pembuatan botol plastik di industri manufaktur (ratio) yang tinggi. Namun serat rambut halus
untuk produk jus dari buah-buahan, produk susu sellulosa hinggá saat ini belum dapat dibuat
dan hasil olahannya, bir dan minuman secara komersial, kecuali serat sellulosa
berkarbonat. Bahkan dapat digunakan pula mikrokristalin (SMK) yang sudah dapat dibuat
sebagai suatu lapisan komposit nano tanah liat- secara komersial.
polimer dalam lapisan berganda tipis kemasan

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 10


Tabel 3. Polimer nano-komposit tanah liat komersial dan target pasar yang dituju (*)
Pemasok dan Nama dagang Bahan pengisi
Matriks resin Target pasar yang dituju
(merk) nano
Bayer AG (Durethan LDPU/Low Nylon 6 Tanah liat organik Untuk Hambatan pada lapisan tipis
Density Poly Urethane) (Organoclay)

Clariant PP (Poli propilen) Tanah liat organik Untuk Kemasan


(Organoclay)

Honey Well Nylon-6 Barrier nylon Tanah liat organik - Manfaat ganda (multipurpose)
(Organoclay) - Botol dan lapisan tipis

Nanocor (Imperm) Nylon 6,12 Tanah liat organik Manfaat ganda


(Organoclay)
(*) Sumber : Camargo et al. (2009)

Dalam hal ini, sellulosa mikrokristalin dibentuk pangan menarik untuk dikembangkan sejak
dari partikel-partikel sellulosa yang sudah bahan berukuran nano diketahui mempunyai
terhidrolisis dan berisi mikrokristalin dalam nisbah/ ratio perbandingan permukaan terhadap
jumlah yang banyak bersama-sama area tempat isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
amorf-nya (Peterson dan Oksman 2006 a). tersebut pada skala usuran mikro. Bahan/
Proses untuk mendapatkan sellulosa material komposit nano secara umum diketahui
mikrokristalin ini dilakukan dengan cara telah digunakan sebagai lapisan tipis
menghilangkan pada bagian area/daerah amorf antimikroba pada kemasan pangan berdasarkan
berdasarkan perusakan oleh asam sehingga penggunaan partikel perak (Ag) yang telah
meninggalkan area kristalin yang kurang mudah diketahui dengan baik sebagai bahan beracun
diakses dalam bentuk kristal-kristal murni yang kuat pada berbagai jenis mikroorganisme
dengan ukuran panjang 200 nm sampai 400 nm (Liau et al. 1997), dengan keunggulan
dan mempunyai ukuran nilai aspek mempunyai stabilitas pada suhu tinggi dan sifat
perbandingan 10 serta derajat polimerisasi volatilitasnya yang rendah (Kumar dan Munstedt
kurang lebih 140 – 400; tergantung pada sumber 2005). Perak atau Argentum (Ag) juga telah
asal sellulosa dan prosedur perlakuannya (Wu lama digunakan sebagai bahan antimikroba
et al. 2007). pada penyimpanan produk makanan dan
Potensi penerapan matriks polimer nano- minuman (Duncan 2011).
komposit yang cukup menarik ádalah dalam Mekanisme polimer nano-komposit
pengembangan kemasan plastik berbasis pati sebagai bahan antimikroba dalam lapisan tipis
untuk produk pangan yang mudah didegradasi untuk kemasan pangan berdasarkan
secara alamiah. Namun, sifat kerapuhan pati penggunaan partikel nano perak (Ag)
memerlukan penggunaan bahan plasticisers digambarkan dalam beberapa keterangan
seperti senyawa polimer poliol yang dapat mekanisme yang berbeda sebagai berikut : (1)
memperbaiki sifat fleksibelitas pati (Azeredo Adanya adhesi pada permukaan sel, dan
2009). Menurur Lima dan Borsali (2004), terjadinya perusakan/ degradasi dari
penambahan serat rambut halus polimer dalam lipopolisakarida sehingga membentuk formasi
sistem pati dapat memperkuat sifat-sifat “pits” didalam membran, lalu meningkatkan sifat
thermomekanis, mengurangi sensitivitas permeabilitas yang lebih besar (Sandi dan
terhadap uap air dan menjaga sifat kemampuan Salopek-Sandi 2004), (2) Adanya penetrasi ke
biodegradasinya. Perbaikan sifat komposit nano dalam sel bakteri lalu merusak DNA bakteri (Li
matriks polimer untuk kemasan pangan dengan et al. 2008), (3) Melepaskan partikel ion Ag+
cara/teknologi penguatan kembali antimikroba sebagai akibat terputusnya/
(reinforcement) serat nano sellulosa telah terlepasnya dari partikel-partikel nano perak
dilakukan pula oleh Svagan et al. (2009). atau Ag (Morones et al. 2005).
Dengan adanya serat-serat kristalin dalam Mekanisme berikutnya ádalah konsisten
komposit nano matriks polimer dapat dengan pendapat/temuan Kumar dan Munstedt
meningkatkan sifat kemampuan turtositas (2005) yang dinyatakan bahwa partikel ion Ag+
(turtoisity) dalam bahan sehingga berdampak yang sudah terlepas dari partikel nano perak
pada lebih lambatnya proses diffusi dan dapat bereaksi dengan gugus/kelompok thiol
akhirnya lebih menurunkan sifat dalam senyawa protein, sehingga menyebabkan
permeabilitasnya (Sanchez-Garcia et al. 2008). bakteri menjadi terinaktifasi, mengalami
kondensasi molekul DNA dan kehilangan
Aplikasi Polimer Nano-Komposit Sebagai kemampuan untuk bereplikasi (Emamifar et al.
Bahan Antimikroba 2010). Beberapa mekanisme aktifitas
Potensi penerapan polimer nano-komposit antimikroba dari bahan komposit nano dapat
sebagai bahan antimikroba dalam kemasan dilihat pada Gambar 1.

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 11


.

Gambar 1. Beberapa mekanisme aktifitas antimikroba yang digunakan oleh bahan komposit nano (Sumber:
Emamifar, 2010)

Meskipun ada perbedaan pendapat atau Bahan polimer nano-komposit perak


pemikiran tentang mekanisme aktifitas sebagai bahan antimikroba untuk kemasan
antimikroba dari bahan nano-komposit pada pangan belum banyak diproduksi secara
Gambar 1 tersebut; tetapi secara kuantitatif komersial, namun bahan tersebut telah dibuat
toksisitas partikel nano perak terhadap berbagai dan dihasilkan oleh beberapa peneliti, dan
jenis bakteri dari hasil penelitian ke penelitian efektifitas antimikrobanya telah dilaporkan.
lain yang dilakukan, ternyata diketahui bahwa Sebagai contoh Damm et al. (2008) membuat
aktifitas antimikroba tersebut tergantung pada bahan kemasan pangan dari komposit nano
beberapa faktor. polimer untuk menguji keefektifan sebagai
Misalnya, daya racun atau toksisitas bahan antimikroba dengan cara
partikel nano perak (Ag) meningkat secara membandingkan antara polimer nano-komposit
signifikan bila diameter partikel nano-nya poliamida 6/perak nano dengan bentuk mikro-
menurun (Morones et al. 2005) karena partikel kompositnya. Hasilnya menunjukkan bahwa
nano yang berukuran lebih kecil mempunyai polimer nano-komposit dengan kandungan
area permukaan yang relatif lebih besar untuk perak yang rendah lebih baik dalam
melepaskan ion Ag+ dan mempunyai efisiensi meningkatkan efektifitasnya untuk melawan
pengikatan protein yang lebih tinggi dan bakteri E. coli dari pada bentuk mikro-komposit
melewatkan melalui pori-pori dalam membran dengan kandungan partikel perak yang lebih
bakteri yang lebih mudah (Duncan 2011). tinggi.
Bentuk partikel nano berpengaruh penting Lebih lanjut Damm et al. (2007)
terhadap aktifitas antimikroba; misalnya partikel melaporkan bahwa kemasan pangan dari bahan
nano perak (Ag) dalam bentuk triangular komposit nano polimer seperti poliamida 6 yang
mempunyai sifat bakterisidal yang lebih baik dari diisi dengan 2% (bobot/bobot) partikel nano
pada bentuk bola (spherical) atau bentuk perak, efektif melawan bakteri E. coli, meskipun
batang/balok untuk melawan bakteri Escherichia setelah dibenamkan/direndam dalam air selama
coli. Selain itu, hal ini berhubungan pula dengan 100 hari. Bahkan menurut Hu dan Fu (2003)
variasi persentase keberadaan masing-masing dinyatakan bahwa partikel nano perak (Ag)
bentuk partikel nano yang dimilki (Morones et al. dapat mengabsorbsi dan menguraikan gas etilen
2005). Fenomena ini diduga terjadi karena sehingga berkontribusi memberikan pengaruh
adanya permukaan yang luas sehingga dalam memperpanjang masa simpan buah dan
mempunyai efisiensi pengikatan terhadap gugus sayuran. Li et al. (2009) juga melaporkan
sulfur dari komponen selular, beban permukaan penerapan komposit nano polimer lapisan tipis
partikel nano perak, kelarutan, dan derajat untuk kemasan pangan jenis poli-etilen (PE)
aglomerasi (Sondi dan Salopek-Sondi 2004), dengan partikel nano perak yang dapat
penutupan bagian permukaan atau surface memperlambat proses pematangan
coating (Kvitek et al. 2008), serta mempengaruhi (senescence) buah Jujube di China. Selain itu,
juga terhadap sifat-sifat antimikroba dan penerapan komposit nano polimer untuk
sinergisitas partikel nano perak dengan kemasan pangan sebagai bahan antimikroba
keberadaan senyawa kimia yang ada (misalnya dengan cara pelapisan (coating) yang
senyawa ampicilin) untuk memperkuat pengaruh mengandung partikel nano perak, ternyata juga
bakterisidal. efektif untuk menurunkan pertumbuhan atau

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 12


perkembangbiakan mikroba serta meningkatkan Aplikasi Polimer Nano-Komposit Sebagai
daya simpan asparagus. Alat Sensor dan Pendeteksi Gas pada
Potensi penerapan komposit nano polimer Kerusakan Pangan
perak (Ag) sebagai bahan antimikroba dalam Penggunaan polimer nano-komposit
studi yang sejenis menunjukkan bahwa sebagai alat sensor dalam kemasan pangan
asparagus segar yang dilapis dengan lapisan diketahui setelah partikel-partikel nano dari
tipis partikel nano perak-komposit nano polivinil berbagai hasil penelitian menunjukkan dapat
pirolidon mempunyai masa simpan yang lebih bersifat reaktif dalam bahan kemasan yang
lama hingga 25 hari bila disimpan pada suhu dikenal dengan sensor nanonya dan sanggup
2ºC. Disamping itu, asparagus tersebut tidak merespon terhadap perubahan lingkungannya,
mengalami terjadinya susut bobot, lebih misalnya : suhu dan kelembaban di dalam ruang
berwarna hijau dan tekstur yang lebih empuk penyimpanan, tingkat paparan gas oksigen,
serta mempunyai kandungan pertumbuhan tingkat kerusakan/degradasi produk dan
mikroorganisme (bakteri psikotropik, jamur dan kontaminasi mikroba (Bouwmeester et al. 2009).
khamir/yeast) yang rendah selama periode Sebagai contoh pengintegrasian matriks
waktu penyimpanan. komposit nano polimer dalam kemasan pangan
Partikel nano lain selain partikel nano sebagai alat sensor yang dapat mendeteksi
perak yang dapat berfungsi sebagai antimikroba senyawa-senyawa kimia, bakteri patogen dan
dalam bahan komposit nano polimer ádalah toksin/racun dalam bahan pangan sehingga
partikel nano Titanium dioksida (TiO2). Titanium bermanfaat untuk membantu penetapan umur
dioksida sendiri dikenal sebagai senyawa yang simpan produk pangan yang lebih akurat dan
tidak beracun bagi manusia dan lembaga FDA menyediakan informasi status kondisi kesegaran
(Food and Drug Administration) di Amerika pangan yang lebih realistis (Liao et al. 2005).
Serikat telah menyetujui penggunaan dan Menurut Hongda Chen dari USDA (United
pemanfaatannya dalam bahan pangan, obat- States Department of Agriculture) di
obatan, kosmetik dan diijinkan sebagai bahan Washington, DC yang dikutip oleh Nachay
yang diperbolehkan kontak langsung dengan (2007) dinyatakan bahwa sensor berdasarkan
bahan pangan serta diketahui mempunyai nano dalam kemasan pangan berfungsi untuk
pengaruh sebagai bakterisidal dan fungisidal. mendeteksi adanya bakteri patogen, bakteri
Pengaruh bakterisidal dan fungisidal dari perusak pangan, kontaminan kimia,
Titanium dioksida (TiO2) adalah pada bakteri E. produk/bahan pangan rusak serta untuk
coli, Salmonella choleraensis, Vibrio melacak asal komposisi (ingredien) atau produk
parahaemolyticus, Listeria monocytogenes, melalui rantai pengolahan pangan telah
Pseudomonas aeruginosa, Staphyllococcus dikembangkan dan telah dikomersialisasikan
aereus dan Penicilium expansum (Emamifar aplikasinya. Bahkan peneliti dari Georgia Tech
2008). Packaging Research Centre di Atlanta-USA
Dalam kemasan pangan, partikel nano menyatakan bahwa alat sensor berdasarkan
Titanium diosksida digunakan sebagai disinfeksi nano dalam kemasan pangan mempunyai
fotokatalistik untuk pelapisan permukaan plastik beberapa keunggulan, misalnya dalam hal
polimer telah diteliti oleh Fujishima et al. (2000). kecepatan dan tingginya masukan selama
Proses fotokatalitik Titanium dioksida (TiO2) proses deteksi, mudahnya penggunaan dan
ternyata dapat meningkatkan peroksidasi biaya yang kompetitif, berkurangnya
senyawa fosfolipid tidak jenuh ganda pada sel energi/tenaga yang diperlukan dan mudah
membran mikroba dan dapat digunakan untuk didaur ulang serta tidak memerlukan molekul-
menonaktifkan beberapa jenis bakteri patogen molekul exogenous ataupun label (Nachy 2007).
yang bisa mengkontaminasi pada pangan (Kim Karena fungsinya sebagai alat sensor dan
et al. 2005; Robertson et al. 2005). Hasil pendeteksi gas pada kerusakan pangan, maka
penelitian dan pengembangan yang dilakukan kemasan pangan dengan matriks komposit nano
oleh Chawengkijwanich dan Hayata (2008) polimer tersebut sering disebut sebagai ”
dalam mengembangkan penggunaan bubuk Kemasan pangan cerdas komposit nano” atau
Titanium dioksida untuk tujuan pelapisan pada ”nanocomposites smart food packaging”.
bahan pengemas lapisan tipis (plastik) Kemasan pangan cerdas komposit nano ini
menunjukkan bahwa kemasan lapisan tipis atau didifinisikan sebagai suatu sistem yang dapat
plastik tersebut mampu mereduksi/mengurangi merasakan beberapa sifat kepemilikan dari
terjadinya kontaminasi E. coli pada permukaan pangan yang dikemas dan menggunakan
pangan bentuk padat dan dapat digunakan beberapa mekanisme untuk mendaftar dan
untuk mengurangi risiko pertumbuhan mikroba mengirimkan informasi tentang status kondisi
pada produk segar hasil pertanian yang baru mutu dan keamanan produk pangan yang
dipetik. dikemas terkini (Azeredo et al. 2010).

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 13


Beberapa contoh kemasan pangan berisi suatu alat pengurai dari sensor nano yang
cerdas dari komposit nano polimer yang sangat sensitif sekali terhadap gas yang
berfungsi sebagai alat sensor dan pendeteksi dilepaskan oleh mikroorganisme perusak
gas pada kerusakan pangan, misalnya time- pangan, sehingga menghasilkan adanya
temperature intergrators (TTI) dan pendeteksi perubahan warna yang mengidentifikasikan
gas yang dihasilkan dari bahan pangan yang bahwa produk pangan tersebut telah rusak atau
mudah rusak. membusuk (Joseph dan Morrison 2006).
Lebih lanjut Azeredo et al. (2010) Pengembangan kemasan pangan
menyatakan bahwa Time-Temperature khususnya sebagai ”kemasan cerdas komposit
Indicators atau Integrators (TTI) ini didisain nano” pada kemasan vakum dan kemasan berisi
untuk memonitor, mencatat dan gas Nitrogen telah dilakukan pula berdasarkan
menterjemahkan apakah suatu produk pangan kerja sensor gas O2 yang bersifat irreversible
tertentu diketahui aman untuk dikonsumsi, guna menjamin tidak adanya gas oksigen dalam
berdasarkan sejarah/riwayat suhu yang sistem kemasan pangan yang bebas oksigen.
dimilikinya. Dalam hal ini, khususnya bila bahan Sebagai contoh Lee et al. (2005) telah
pangan disimpan pada kondisi di luar kondisi mengembangkan suatu alat pengukur warna
optimal yang ditetapkan. Misalnya bila ada Colorometric yang diperkuat dengan sinar UV
produk pangan yang harus disimpan pada (Ultra Violet) untuk mendeteksi adanya gas
kondisi beku tetapi tidak disimpan pada suhu oksigen (O2) menggunakan partikel nano
yang sesuai; maka indikator time-temperature- Titanium dioksida guna memfotosintesis dan
nya akan muncul karena produk pangan mereduksi indikator Methylene Blue (MB)
tersebut disimpan pada ruangan yang tidak dengan tri-ethanolamin dalam media
sesuai dengan kondisi suhu optimal yang enkapsulasi polimer menggunakan lampu sinar
dibutuhkan dan waktu paparannya. Hal ini UV A. Dalam kondisi terkena irradiasi sinar UV,
ditandai dan dikomunikasikan ke konsumen maka sensor akan menunjukkan warna putih
dalam bentuk perkembangan perubahan warna dan tetap tak berwarna hingga terpapar oleh
yang dimilikinya. Contohnya kemasan pangan adanya gas oksigen; dibandingkan dengan
merk Timestrip mengembangkan sistem warna biru aslinya yang masih tetap dalam
kemasan pangan untuk produk pangan yang kondisi memulihkan, jadi warna pada kemasan
harus disimpan di tempat yang dingin (chilled tipis menunjukkan akan tidak berwarna atau
foods) berdasarkan kerja partikel nano emas berwarna putih jika tidak terkena paparan
(Au), yang akan menunjukkan warna merah oksigen, sebaliknya bila terkena paparan gas
pada indikatornya bila disimpan di atas suhu oksigen akan berwarna biru.
beku; sebaliknya pada kondisi beku akan Contoh kemasan cerdas polimer nano-
berakibat terjadinya ketidakbalikan aglomerasi komposit lainnya untuk menyensor gas oksigen
partikel nano emas sehingga akan kehilangan (O2) guna menjamin tidak adanya oksigen dalam
warna merahnya (Robinson dan Morrison 2010). sistem kemasan pangan yang bebas oksigen,
Contoh aplikasi matriks komposit nano telah dibuat dan dikembangkan oleh Mills dan
polimer dalam ”kemasan pangan cerdas Hazafy (2009). Mereka menggunakan dan
komposit nano”, yang berfungsi sebagai alat memanfaatkan kristal nano SnO2 sebagai
pendeteksi gas yang dihasilkan dari bahan fotosintaiser dalam sebuah indikator O2 yang
pangan rusak adalah pengembangan alat terdiri dari donor elektron yang dikorbankan
sensor komposit nano polimer yang berisi (gliserol), pewarna redoks Methylene Blue dan
karbon hitam dan senyawa polianilin yang mengenkapsulasi dengan polimer hidroksi-
dikembangkan oleh Arshak et al. (2007) guna zyethil sellulosa. Adanya paparan ke sinar UV B
mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri mengakibatkan adanya aktivasi
patogen yang menghasilkan gas spesifik dan (photobleaching) dari indikator dan terjadi foto
akan terespon polanya untuk masing-masing reduksi dari pewarna Methylene Blue oleh
jenis mikroorganisme yang berbeda. Hasilnya, partikel-partikel nano SnO2.
alat sensor yang dibuat dan dikembangkan oleh
Arshak et al (2007) tersebut menunjukkan KESIMPULAN
mampu mengidentifikasi bakteri patogen
Bacillus cereus, Vibrio parahaemolyticus dan Penerapan teknologi nano melalui
Salmonella sp berdasarkan pola tanggapan pengembangan dan aplikasi polimer nano-
spesifik yang dihasilkan. komposit dalam kemasan pangan telah
Kraft Food sebuah perusahaan Korporasi menunjukkan potensi yang besar untuk
Multi Nasional pangan di Amerika Serikat memberikan arah perubahan penting pada
bekerja sama dengan para peneliti di Rutgers sektor kemasan. Komposit nano mampu
University, New Jersey telah mengembangkan memberikan harapan pengembangan
alat sensor sensitif pendeteksi gas yang diberi penggunaan polimer lapisan tipis/plastik yang
nama ”electronic tounge” untuk disatukan dan bersifat mudah diurai (biodegradable), sejak
diintegrasikan dalam kemasan pangan. Alat ini ditemukan adanya teknologi proses penguatan

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 14


kembali nano yang bisa memperbaiki semua Characterization Of Polymer
kinerja pada biopolimer, sehingga Nanocomposite Sensors For
menjadikannya bersifat lebih kompetitif Quantification Of Bacterial Cultures.
dibandingkan dengan polimer sintetis, dapat Sensors and Actuators B 126: 226–
memperkuat sifat mekanis polimer, sifat thermal 231.
dan hambatan terhadap gas. Azizi-Samir, MAS; Alloin, F., Sanchez, JY and
Beberapa jenis partikel nano yang Dufresne, A. 2004. Cellulose
dipadukan dan dintegrasikan dalam matriks Nanocrystalss Reinforced
polimer nano-komposit dapat dimanfaatkan Polyoxyethylene. Polymer 45: 4149–
sebagai penyedia bahan aktif dan/atau sebagai 4157.
bahan yang memiliki sifat ”cerdas” atau ”smart” Azizi-Samir, M.A.S., F. Alloin, and A. Dufresne.
dalam susunan materi kemasan pangan, seperti 2005. Review Of Recent Research Into
: sebagai bahan kemasan antimikroba, Cellulosic Whiskers, Their Properties
perintang/penghambat masuknya gas oksigen And Their Application In
ke dalam kemasan pangan, sebagai alat sensor Nanocomposite Field.
terhadap keberadaan gas O2 dan sebagai Biomacromolecules 6: 612 – 626.
pendeteksi gas serta sebagai indikator adanya Bertini, F., M.Canetti, G.Audisio, G.Costa, and
kerusakan pangan akibat terpaparnya gas L.Falqui.2006. Characterization And
oksigen. Namun, hingga kini masih menyisakan Thermal Degradation Of
persoalan/permasalahan penting yang perlu Polypropylene-Montmorillonite
diperhatikan dan dikaji dalam penerapan Nanocomposites. Polymer Degradation
teknologi nano khususnya pada penerapan and Stability 91: 600 – 605.
polimer nano-komposit untuk kemasan pangan, Bhatnagar, A. and M.Sain. 2005. Processing Of
yaitu masalah keamanannya. Cellulose Nano-Fiber-Reinforced
Di satu sisi, sifat-sifat dan keamanan Composites. J. of reinforced plastics
materi/bahan dalam bentuk kamba (bulk) telah and composites 24 (12) : 1259 – 1268.
diketahui dengan baik dan jelas, di sisi lain, Bin, Y.; M. Mine, A.Koganemaru, X. Jiang and
bahan/material berukuran nano kadang-kadang M.Matsuo. 2006. Morphology And
dapat memunculkan sifat-sifat yang berbeda Mechanical And Electrical Properties
dengan sifat bahan dalam bentuk skala Of Oriented PVA-VGCF And PVA-
makronya sehingga menimbulkan kekuatiran MWPA Composites. Polymers 47:
bahwa bahan dalam bentuk berukuran nano 1308–1317.
tersebut akan mudah/bebas bergerak dalam Bouwmeester, H., S.Dekkers, M.Y.Noordam,
tubuh; sedangkan bahan dalam ukuran nano W.I. Hagens, A.S.Bulder and C.De
mempunyai permukaan yang lebih luas dapat Heer. 2009. Review Of Health Safety
meningkatkan sifat reaktifitas bahan tersebut Aspects Of Nanotechnolgies In Foof
meskipun mereka dalam bentuk kumpulan Production. Regulatory Toxicology and
agregat yang besar pada kondisi umumnya. Pharmacology 53 (1) : 52 – 62.
Disamping itu, masih terbatasnya data ilmiah Brody, AL. (2006). “Nano and food packaging
yang diperlukan tentang informasi migrasi technologies convergen”. Food
struktur nano dari bahan kemasan ke dalam Technology 60 (3) : 92 – 94.
bahan pangan. Oleh karena itu, penelitian yang Brody, AL. 2007. Nanocomposites Technology
lebih mendalam dan rinci untuk mengevaluasi In Food Packaging. Food Technology
potensi toksisitas produk teknologi nano seperti 61(10) : 80–85.
halnya keamanan lingkungan penggunanya Brody, AL., B.Bugusu, J.H. Han, C.K.Sand, and
masih diperlukan. T.H. Mc.Hugh, TH. 2008. Innovative
food packaging solutions. Journal of
DAFTAR PUSTAKA Food Science 73(8): 107–116.
Camargo, P.H.C, K.G.Satyanarayana, and
Adame, D. and G.W. Beall. 2009. Direct F.Wypych. 2009. Nanocomposites :
Measurement Of The Constrained Synthesis, Structure, Properties And
Polymer Region In Polyamide/Clay New Application Opportunities.
Nanocomposites And The Implications Material Research 12 (1) : 1 – 39.
For Gas Diffution. Applied Clay Chawengkijwarich, C. and Y.Hayata. 2008.
Science 42: 54 –552. Development Of TiO2 Powder-Coated
Alexandre,M. and P. Dubois. 2000. Polymer- Food Packaging Film And Its Ability To
layered Silicate Nanocomposites: Inactive Escherichia Coli In Vitro And
Preparation, Properties And Uses Of A In Actual Tests. International Journal of
New Class Materials. Materials Food Microbiology 123(3) : 288 – 292.
Science and Engineering 28(1): 1-63. Cher, Y., X.Cao, P.R.Chang, and M.A.Huneault.
Arshak, K., C. Adley, E. Moore, C. Cunniffe, M. 2008. Comparative Study On The
Campion, and J. Harris. 2007. Films Of Polyvinyl Alcohol/Pea Starch

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 15


Nanocrystals And Polyvinyl Nanorodnematic Suspensions. Journal
Alcohol/Native Pea Starch. of Materials Chemistry 13 (4) : 696 –
Carbohydrate Polymers 73 : 8–17. 699.
Cyras, VP, L.B.Manfredi, M.T.Tan-That, and Dufresne, A., D.Dupeyre and M.R.Vignon. 2000.
A.Vazquez. 2008. Physical And Cellulose Microfibrils From Potato
Mechanical Properties Of Tuber Cells : Processing And
Thermoplastics Starch/Montmorillonite Characterization Of Starch-Cellulose
Nanocomposite Film. Carbohydrate Microfibril Composites. Journal of
Polymers 73: 55-63. Applied Polymer Science 76 (14) :
Dalmas, F., J.Y.Cavaille, C.Gauthier, 2080 – 2092.
L.Chazeau,and R.Dendievel.2007. Duncan, T.V.,2011. Applications Of
Viscoelatis Behaviour And Electrical Nanotechnology In Food Packaging
Properties Of Flexible Nanofiber Filled And Food Safety : Barrier Materials,
Polymer Nanocomposites : Influence Antimicrobials And Sensors. J. of
Of Processing Conditions. Composite Colloid and Interface Science 363 : 1 –
Science and Technol 67 : 829 -839. 24.
Damm, C., H.Munstedt and A.Rosch. 2007. Emamifar, A. 2008. Application Of Antimicrobial
Long-Term Antimicrobial Polyamide Polymer Nanocomposites In Food
6/Silver-Nanocomposites. Journal of Packaging. Advances in
Materials Science 42 (15) : 6067 – nanocomposites Technology 299 –
6073. 318.
Damm, C., H.Munstedt and A.Rosch. 2008. The Emamifar, A., M.Kadivar, M.Shahedi, and
Antimicrobial Efficacy Of Polyamide S.Solaimanianzad. 2010. Evaluation Of
6/Silver Nano- And Microcomposites. Nanocomposites Packaging
Material Chemistry and Physics 108 : Containing Ag And Zno On The Shelf
61 – 66. Life Of Fresh Orange Juice. Innovative
De Azeredo, H.M.C. 2009. Nanocomposites For Food Science and Emerging
Food Packaging Applications. Food Technologies 11 (4) : 742 – 748.
Research International 42(9): 1240- Emamifar, A., M.Kadivar, M. Shahedi, and
1253. S.Solaimanianzad. 2011. Effect Of
De Azeredo, H.M.C., L.H.C. Mattoso and T.H. Nanocomposite Packaging Containing
Mc.Hugh. 2008. Nanocomposites in Ag And ZnO On Inactivation Of
Food Packaging. Dalam: T.H. Lactobacillus Plantarum In Orange
Mc.Hugh. Advances In Diverse Juice. Food Control 22(3): 408 – 413.
Industrial Applications Of Fujishima, A., T.N.Raoand, D.A.Tryk. 2000.
Nanocomposites: 213-231. Titanium Dioxide Photocatalysis.
De Azeredo, H.M.C., L.H.C. Mattoso. D. Wood, Journal of Photochemistry and
T.G. Williams, R.J. Avena-Bustillos, Phytobiology C : Phytochemistry
and T.H. Mc.Hugh. 2009. Reviews 1 (1) : 1 – 21.
Nanocomposite Edible Films From Hu, AW and Z.H.Fu. 2003. Nanotechnology And
Mango Puree Reinforced With Its Applications In Packaging And
Cellulose Nanofibers. Journal of Food Packaging Machinery. Packaging
Sci 74 (5): N31 – N35. Engineering 24 : 22 – 24.
De Azeredo, H.M.C., L.H.C. Mattoso, R.J. Jawahar, P. and M.Balasubramanian. 2006.
Avena-Bustillos, G. Ceotto-Filho, M.L. Preparation And Properties Of
Munford, D. Wood, and T.H. Mc.Hugh. Polyester Based Nanocomposite Gel
2010. Nanocellulose Reinforced Coat Systems. Journal of
Chitosan Composite Films As Affected Nanomaterilas. 4 article 1 D : 21656 –
By Nanofiller Loading And Plasticizer 21663.
Content. J. of Food Sci 75(1): N1–N7. Jia, X., Y.Li, Q.Cheng, S.Zhang, and B.Zhang.
De Moura, M.R., F.A Aouada, R.J. Avena- 2007. Preparation And Properties Of
Bustillos, T.H.Mc.Hugh, J.M.Krochta, Polyvinyl Alcohol/Silica
and L.H.C.Mattoso. 2009. Improved Nanocomposites Drived From
Barrier And Mechanical Properties Of Copolymerization Of Vinyl Silica
Novel Hydroxyl Propyl Methylcellulose Nanoparticles And Vinyl Acetate.
Edible Films With European Polymer Journal 43 : 1123 –
Chitosan/Tripolyphosphate Nanofibrils. 1131.
Journal of Food Engineering 92:448- Jordan, J., K.I.Jacob,R.Tannebaum, M.A.Sharaf,
453. and I.Jasiuk. 2005. Experimental
Dujardin, E., M.Blaseby and S. Mann. 2003. trends in polymer nanocomposites : A
Synthesis Of Mesophorous Silica By review. Materials Science and
Sol-Gel Mineralization Of Cellulose Engineering. 393 (1-2) : 1 – 11.

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 16


Joseph, T. and M.J.Morrison. 2006. Potential Applications And Implications.
Nanotechnology in agriculture and Water Research 42 (18) : 4591 – 4602.
food. <http ://www.nanoforum- Liau, S.Y., D.C.Read, W.J.Pugh, J.R.Furr and
org/nf06-modul-shownone-folder- A.D.Russell. 1997. Interaction Of Silver
99999-scid-html?action=Longview- Nitrate With Readily Identifiable Groups :
publication>. [Diakses 12 Desember Relationship To The Antibacterial Action
2012]. Of Silver Ions. Letters in Applied
Kim, J.Y.,S.H.Han and S.Hang. 2008. Effect Of Microbiology 25 : 279 – 284.
Modified Carbon Nanotube On The Liao, F., C.Chen, and V.Subramanian. 2005.
Properties Of Aromatic Polyester Organic TFTs as gas sensors for
Nanocomposites. Polymer 49 : 3335 – electronic nose applications. Sensors
3345. and Actuators B : Chemical 107 (2) : 849
Kim, T.Y., Y.H. Lee, K.H.Park, S.J.Kim, and S.Y. – 855.
Cho. 2005. A Study Of Photocatalysis Lima, M.D. and R.Barsoli. 2004. Rodlike
Of Tio2 Coated Onto Chitosan Beads cellulose microcrystals : Structure,
And Activated Carbon. Research on properties and applications.
Chemical Intermediates 31 (4) : 343 – Macromolecular Rapid Communications
358. 25(7) : 771 – 787.
Koh, H.C., J.S.Park, M.A.Jeong, H.Y.Hwang, Lotti, C., C.S Issac, M.C.Branciforti,
Y.T.Hong and S.Y.Ha. 2008. R.M.N.Alves, S.Liberman and R.E.S.
Preparation And Gas Permeation Bretas. 2008. Rheological, Mechanical
Properties Of Biodegradable And Transport Properties Of Blown
Polymer/Layered Silicate Films Of High Density Polyethylene
Nanocomposite Membranes. Nanocomposite. European Polymer
Desalination 233 : 201 – 209. Journal 44 : 1346 – 1357.
Kristo, E. and C.G.Beliaderis,. 2007. Physical Lu, Y., L.Weng, and L.Zhang, L. 2004.
Properties Of Starch Nanocrystal- Morphology And Properties Of Soy
Reinforced Pollutant Films. Protein Isolate Thermoplastics
Carbohydrate Polymer 72 : 146 – 158. Reinforced With Chitin Whiskers.
Kumar, R. and H. Munstedt. 2005. Silver Ion Biomacromolecules 5 : 1046 – 1052.
Release From Antimicrobial Luduena, L.N., V.A.Alvarez and A.Vasquez.
Polyamide/Silver Composites. 2007. Processing And Microstructure Of
Biomaterials. 26 : 2081 – 2088. PCL/Clay Nanocomposites. Material
Kvitek, L., A.Paracek, J.Soukupova, M.Kolar, Science and Engineering 56 A : 121 –
R.Vecerova, and R.Prucek, 2008. Effect 129.
Of Surfactants And Polymers On Mills, A. and D.Hazafi. 2009. Nanocrystalline
Stability And Antibacterial Activity Of SnO2-based; UV B-activated,
Silver Nanoparticles. The Journal of Colourimetric oxygen indicator. Sensor
Physical Chemistry C 112 (15) : 5825 – and Actuators B : Chemical 136(2) : 344
5834. – 349.
Lagaron, J.M. and A.Lopez-Rubio. 2009. Latest Mohanty, A.K., L.T.Drzal and M.Mirsa. 2003.
developments and future trends in food Nano Reinforcement Of Bio-Based
packaging and biopacking. In Innovation Polymers – The Hope And The Reality.
in Food Engineering : New Techniques Polymeric Materials Science and
and Products; ed. by Passos, ML and Engineering 88 : 60 – 62.
Ribeiro, CP. CRC Press, Boca Raton, Moraru, C.I., C.P.Panhapakesan, Q.Huang,
FL-USA : 485 - 508. P.Takhistov, S. Liu, and J.L.Kokini.
Lee, S.K., M.Sheridian, and A.Mills. 2005. Novel 2003. Nanotechnology : A new frontier
UV-Activated Colourimetric Oxygen in Food Science. Food Technology 57 :
Indicators. Chemistry of Materials 17 24 – 29.
(10) : 2744 – 2751. Morones, J.R., J.L.Elechiguerra, A. Camacho, K.
Li, H., F.LI, L.Wang, J.Sheng, Z.Xin and L.Zhao Holt, J.B.Kouri, and J.T.Ramirez. 2005.
2009. Effect of nano-packing on The bactericidal effect of silver
preservation quality of Chinese jjube nanoparticles. Nanotechnology 16 (10) :
(Ziziphus jujube Mill, Vor. enermis) 2346 – 2353.
(Bunge, Rehd). Food Chemistry 114 (2) Nachay, K. 2007. Analyzing Nanotechnology.
: 547 – 552. Food Technology 61 (1) : 34 – 36.
Li, Q., S.Mahendra, D.Y.Lyon, L.Brunet, Nielsen, LE. 1967. Models for the permeability of
M.V.Liga, D.Li, and P.J.Alvarez. 2008. filled polymer systems. J. of
Antimicrobial Nanomaterials For Water Macromolecular Science, Part A :
Disinfection And Microbial Control : Material Sci. and Processing 80 (1) : 93
– 98.

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 17


Oksman, K., A.P.Matthew, D.Bondenson and I. Sondi, I. and B.Salopek-Sondi, B. 2004. Silver
Kvein, I. 2006. Manufacturing process of nanoparticles as antimicrobial agent : A
cellulose whiskers/polylactic acid case study on E. coli as model for Gram
nanocomposites. Composite Science negative bacteria. Journal of Colloid
and Technol 66(15) : 2776 – 2784. Interface Science 275: 177 – 182.
Peterson, L. and K.Oksman. 2006. Biopolymer Sorrentino, A., G.Gorrasi, and V.Victoria. 2007.
based nanocomposites : comparing Potential Perspectives Of Bionano
layered silicate and microcrystalline Composites For Food Packaging
cellulose as nanoreinforcement. Applications. Trends in Food Science
Composite Science and Technology 66 : and Technology 18 (2): 84 – 95.
2187 – 2196. Sriupayo, J., P. Suphapol, J.Blackwell and
Podsiadlo, P.; S.Y.Choi, B.Shim, J.Lee, R.Rujiravant. 2005. Preparation And
M.Cuddihy and N.A.Kotov. 2005. Characterization Of X-Chitinn Whiskers-
Molecularly Engineered Reinforced Chitosan Biocomposite Films
Nanocomposites : Layer By Layer With Or Without Heat Treatment.
Assembly Of Cellulose Nanocrystals. Carbohydrate Polymers 62 : 130 – 136.
Biomacromolecules 6 : 2914 – 2918. Svagan, AJ., M.S.Hendenqvist and L.Berglund.
Prasantha, K., J.Saulestin, M.F.Lacrampe, 2009. Reduced Water Vapour Sorption
P.Krawczak, G.Dupin and M.Claes. In Cellulose Nanocomposites With
2009. Masterbatch-based multi-walled Starch Matrix. Composites Science and
carbon nanotube filled polypropylene Technology 69 (3): 500 – 506.
nanocomposites : Assessment of Tang, S., P.Zou, H.Xiong and H.Tang. 2008.
rheological and mechanical properties. Effect Of Nano-Sio2 On The
Composite Science and Technology 69: Performance Of Starch/Polyvinyl Alcohol
x1 – x12. Blend Films. Carbohydrate Polymers 72
Qiao, R. and L.C.Brinson, LC. 2009. Simulation : 521 – 526.
of interphase percolation and gradients Vladimirov, V., C.Betchev, A.Vassiliou,
in polymer nanocomposites. Composite G.Papageorgion and D.Bikiaris. 2006.
Science and Technology 69 (3-4) : 491 - Dynamic Mechanical And Morphological
499. Studies Of Isostatic
Ray,SS., K.Yamada, M.Okamoto, and K.Ueda. Polypropylene/Fumed Silica
2003. New polylactide-layered silicate Nanocomposites With Enhanced Gas
nanocomposite 2 : Concurement Barriers. Composites Science and
improvements of material properties, Technology 66 : 2935 – 2944.
biodegradability and melt rheology. Wang, B. and M.Sain. 2007. Isolation Of
Polymer 44 (3) : 857 – 866. Nanofibers From Soybean Source And
Ray, SS and M. Okamoto.2003. Biodegradable Their Reinforcing Capability On
polylactide and its nanocomposites : Synthetic Polymers. Composites
opening a new dimensions for plastics Science and Technology 67 (11) : 2521
and composites. Macromolecular Rapid – 2527.
Communications 24 (14) : 815 – 840. Weiss, J., P.Takhistov and D.J.Mc.Clements.
Robertson, JMC., P.K.J.Robertson, and 2006. Functional Materials In Food
L.A.Lawton. 2005. A comparison of the Nanotechnology. Journal of Food
effectiveness of TiO2 photocatalysis and Science 7 (9) : R.107 – R.117.
UV A photolysis for the destruction of Wu, CL., M.Q. Zhang, M.Z.Rong and
three pathogenic microorganisms. K.Frederick. 2002. Tensile Performance
Journal of Phytochemistry and Improvement Of Low Nanoparticles-
Phytobiology A : Chemistry 175 (1) : 51 Filled-Poly-Propylene Composites.
– 56. Composites Science and Technology
Robinson, DKR and M.J.Morrison. 2010. 62: 1327 – 1340.
Nanotechnologies For Food Packaging : Wu, Q., M.Hendriksson, X.Liu and L.A.Berglund.
Reporting The Science And Technology 2007. A High Strength Nanocomposite
Research Trends. Observactory NANO: Based On Microcrystalline Cellulose And
111 –118. Polyurethane. Biomacromolecules 8 :
Sanchez-Garcia, MD., E.Gimenez and 3687 – 3692.
J.M.Lagaron. 2008. Morphology And Zeng, H., C. Gao, Y. Wang, P.C.Watts, H.Kong
Barrier Properties Of Solvent Cast and X.Cui. 2006. In Situ Polymerization
Composites Of The Thermoplastic Approach To Multiwalled Carbo
Biopolymers And Purified Cellulose Nanotubes-Reinforced Nylon 1010
Fibers. Carbohydrate Polymers 71 : 235 Composites : Mechanical Properties And
– 244. Crystallization Behaviour. Polymers 47 :
113 – 122.

J. Kimia Kemasan, Vol.35 No.1 April 2013 : 6-19 18


Zhang, M.Q. and M.Z.Rong. 2003. Performance
Improvement Of Polymers By The
Addition Of Grafted Nano-Inorganic
Particles. Chinese J. of Polymer Sci. 21
(6): 587 – 602.
Zhou, X., E.Shin, K.W. Wang and C.E. Bakis.
2004. Cellulose Fibrils For Polymer
Reinforcement. Advanced Engineering
Materials 6 (9) : 754 – 761.

Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Agus Sudibyo dan Tiurlan F.Hutajulu 19

Anda mungkin juga menyukai