NIM : 2004103010027
Mata Kuliah : Nano Teknologi
Nanoteknologi didefinisikan sebagai ilmu dan teknik yang mencakup desain, sintesis dan
karakterisasi serta aplikasi bahan yang setidaknya terorganisir dalam satu dimensi pada skala
nanometer atau spermilyar meter. Nanoteknologi merupakan manipulasi material yang berukuran
≤100 nm dan setidaknya termasuk kedalam kategori satu dimensi dimana sifat fisik, kimia dan
biologinya secara fundamental berbeda dengan bulk material.
Nanokomposit merupakan suatu produk komposit yang dibuat dengan menggunakan material
yang berukuran nano (partikel nano/nanofiller) yang diikat dengan matriks polimer.
Nanokomposit digambarkan sebagai dua fase bahan dimana fase pertama setidaknya dalam satu
dimensi nanometer (1–100 nm) dan biasanya menghasilkan komposit dengan sifat yang superior.
Pada umumnya partikel nano tersebut disatukan dengan menggunakan matrik polimer Seperti
nilon, polipropilena, polistirena, poliurethane, dll. Metode persiapannya biasanya solution
casting, in situ polymerization, atau melt compounding. Keunggulan dari produk ini yaitu
memiliki sifat termal dan mekanis yang bagus, dapat didaur ulang dan memiliki berat yang lebih
ringan dibanding dengan komposit konvensional.
Adapun sumber material untuk nanokomposit adalah sebagai berikut:
1. Kayu sebagai sumber struktur nano selulosa
Kayu merupakan meterial yang tersusun atas selulosa (40- 50%), hemiselulosa dan lignin.
Keberadaan kayu sebagai bahan berlignoselulosa ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi
produk bio-nanokomposit.
2. Tanaman pertanian
Bahan yang bersumber dari tanaman pertanian diantaranya wheat straw, potato tuber, flax,
sugar beet pulp, hem, sisal, agave, bambu, singkong, kenaf, tandan kosong kelapa sawit, nanas,
kelapa, banana rachis, soybean stock, cotton.
3. Selulosa hewan
Hewan laut memiliki mantel yang mengandung mikrofibril selulosa atau tunicin yang melekat
dalam matriks protein. Setelah deproteinisasi dan hidrolisis asam, tunicin terurai dalam
bentuk whisker yang memiliki panjang beberapa micron.
4. Selulosa bakteri
Selulosa juga dihasilkan dari sekresi secara ekstraseluler oleh beberapa jenis bakteri. Selulosa
bakteri diproduksi oleh jenis Acetobacter yang dibiakkan dalam media kultur yang mengandung
karbon dan nitrogen. Selulosa yang dihasilkan ini memiliki kekuatan dan kemurnian struktur
yang tinggi.
Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam menghasilkan nanomaterial adalah sebagai
berikut:
a) Mechanical diminution, Menggunakan proses refining and high pressure homogenizing.
Contoh alat homogenizer untuk membuat mikrofibril selulosa
b) Chemical diminution, Perlakuan dengan asam kuat efektif untuk memecah daerah amorf
selulosa, selanjutnya pemisahan selulosa berukuran nano dilakukan dalam suspensi.
Hidrolisis dilakukan dengan menggunakan asam sulfur. Suspensi ditambah dengan air
deionisasi selanjutnya disentrifugasi pada putaran 6000 rpm selama 10 menit untuk
mendapatkan selulosa dan mengurangi cairan asam. Hasil endapan dicuci hingga
mencapai pH netral.
c) Dissolution, inovasi pemakaian pelarut untuk mengembangkan mikrokristalin selulosa
lebih memungkinkan untuk pemisahan dalam nano- fiber. Sistem pelarutnya yaitu N-
dimethylacetamid (DMAc) dan Lithium chloride (LiCl).atau dengan menggunakan ionic
liquid dimana dapat memisahkan mikrokrisatlin selulosa, yaknik: selulosa nanofiber dan
nanopartikel dengan menggunakan penyemprotan ionic liquid larutan selulosa
Summary:
1. Nanoteknologi akan menjadikan suatu teknik dan ilmu pengetahuan untuk memanipulasi
dan secara sistematik mengeliminasi formasi acak yang menentukan sifat, kinerja
dan serviceability dari bio-nanokomposit.
2. Nanoteknologi akan menjadi suatu batasan baru sehingga perlu adanya pemahaman
mengenai sintesis, struktur maupun sifat yang berhubungan dengan nanokomposit dalam
rangka mengembangkan polimer nanokomposi yang menghasilkan bahan yang memiliki
kekuatan mekanis, kekakuan dan keuletan tinggi untuk bahan structural yang ke
depannya bisa diaplikasikan dalam Forest Product Technology secara paripurna.
SECOND JOURNAL – Peran Mikrobiologi Pada Industri Makanan
Summary:
Nanoteknologi memiliki manfaat potensial dari nanomateriall dalam sistem industri pangan,
mencakup banyak aspek, seperti keamanan pangan, bahan pengemas, sensor nano, sistem
pengiriman nutrisi, ketersediaan hayati, bahan baru untuk deteksi patogen dan lain-lain.
c) THIRD JOURNAL – Modifikasi Cationic Starch Dengan Nanosilika Sebagai
Retention And Drainage Agent Pada Pembuatan kertas Liner Medium
Kertas bekas adalah salah satu jenis serat sekunder yang paling mudah ditemukan. Dalam
industri kertas, kardus yang dikenal dengan kertas karton gelombang (KKG) merupakan salah
satu kertas bekas yang sering diolah kembali menjadi kertas baru. Pada tahap wet-end banyak
fenomena fisika-kimia terjadi antara serat, fines, filler dan aditif yang terkait dengan karakteristik
kertas yang diinginkan. Flokulasi adalah fenomena terpenting dari tahap wet-end karena
mempengaruhi efisiensi proses seperti retensi, drainase dan runability. Selain itu juga
mempengaruhi kualitas produk seperti formasi, kekuatan dan sifat fisik kertas.
Flokulasi juga mempengaruhi kinerja drainase dengan retensi partikel fines dan partikel
koloid pada permukaan serat dan dengan meningkatkan volume untuk menghilangkan air.
Namun, tingkat flokulasi yang tinggi, menghasilkan flok yang besar dan mengurangi drainase
karena sulit untuk menghilangkan air interstisial dari flok yang sangat besar. Pemilihan sistem
alat bantu retensi harus dibuat secara hati-hati karena harus meningkatkan retensi terhadap bahan
baku dan menurunkan waktu drainase tanpa merusak formasi lembaran.
Perkembangan teknologi diperlukan seiring meningkatnya persaingan dibidang industri.
Salah satu teknologi yang banyak diminati oleh berbagai industri adalah nanoteknologi. Hal ini
berkaitan dengan model, sintesis, karakterisasi dan pengaplikasian material serta peralatan dalam
skala nanometer. Nanoteknologi sudah dikenal pada industri bidang pangan, kosmetik, tekstil,
kesehatan, kemasan pangan dan beberapa produk lain.
Nanoteknologi menarik banyak ilmuwan karena potensi penggunaan partikel dalam skala 1-
100 nanometer. Salah satu material yang banyak disintesis dalam skala nanopartikel adalah silika
(SiO2). Silika adalah mineral golongan oksida yang memiliki banyak manfaat dalam berbagai
aplikasi. Nanopartikel adalah material berpori yang memiliki luas permukaan besar, memiliki
stabilitas fisiokimia dan termal tinggi serta elastisitas rendah.
Summary:
Penggunaan nanosilika meningkatkan efisiensi cationic starch sebagai agent retensi dan drainase
karena kemampuannya memasuki struktur amorf cationic starch dan meruntuhkan lapisan
electrical double layer, sehingga flok yang dihasilkan lebih kecil atau disebut mikroflok.
Dibandingkan penambahan cationic starch tanpa nanosilika yang menghasilkan flok besar dan
berpotensi menurunkan drainage speed dan properties kertas. Modifikasi cationic starch dengan
nanosilika memiliki dampak positif terhadap proses retensi. Didapatkan optimum dosis
penggunaan nanosilika pada masing-masing variasi cationic.
DAFTAR PUSTAKA
Edwin, K. S., Ajeng, N.H., dan Marjanu, P.2022. Modifikasi Cationic Starch Dengan Nanosilika
Sebagai Retention And Drainage Agent Pada Pembuatan kertas Liner Medium. Jurnal
Vokasi. 4(1): 28-34.
Eni, S., Cecilia, I., Muhammad, Z., Sri, W., Meli, A., dan Eko, A. 2022. Review: Peran
Mikrobiologi Pada Industri Makanan. Jurnal Indobiosains. 4(1): 1-8.
Kurnia, W.P. 2020. Aplikasi nanoteknologi Dalam Industri Hasil Hutan. Jurnal Akar. 2(1): 15-
26.