Anda di halaman 1dari 5

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 13 NOMOR 1 PEBRUARI 2017

Pembuatan Glukosamin Hidroklorida dari Cangkang Udang


dengan Energi Microwave

Muhammad Zaeni1, Endang Safitri 2, I Nyoman Sudiana3


1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
2,3
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
email: ahmad.zaeni@gmail.com

Abstrak

The application of microwave energy to processing glucosamine hydrochloride (GlcN-HCl) based


chitosan white shrimp shell waste (Panaeus Merguensis) was investigated. Isolation and characterization of
chitin and chitosan before GlcN-HCl hydrolysis were performed. Hydrolisis was using 2.45 GHz microwave
energy. After that the GlcN-HCl was then characterized by using FTIR. Microwave has been used by varying
the heating time of 3, 7, 11, and 15 minutes at the power of 450 W. The highest levels of GlcN-HCl obtained
from the hydrolysis of chitosan using microwave at 11 minutes with a yield of 38.25%. GlcN-HCl which is
generated showing the characteristics of GlcN-HCl hydrolysis completely soluble in water with the value of
the melting point and spectrum 189,2°C. GlcN-HCl showed some functional groups are -OH groups, NH,
NH3 + asymmetric, asymmetric CH3, CN and CO. The GlcN-HCl hydrolyzed by using the microwave is
similar to that of hotplate one.

Keywords: shrimp shell waste, chitin, chitosan, microwave, glucosamine hydrochloride

1. Pendahuluan Pada penelitian ini cangkang udang yang


dimanfaatkan menjadi glukosamin
Produksi glukosamin hidroklorida hidroklorida sebagai bahan dasar anti
dengan metode kimiawi telah banyak osteoarthritis.
dilakukan. Prosesnya membutuhkan larutan Pada penelitian ini inovasi teknologi
alkali kuat dengan konsentrasi tinggi, suhu yang digunakan untuk proses hidrolisis
tinggi, dan waktu yang lama. Sehingga glukosamin berbasis limbah kulit udang
diperlukan inovasi teknologi untuk adalah dengan memanfaatkan gelombang
membuat proses produksi berjalan lebih mikro (microwave). Radiasi microwave dapat
efisien dengan hasil yang lebih optimal dan mempercepat laju reaksi 10-100 kali
waktu yang lebih singkat. dibanding dengan penggunaan pemanas
Udang (Pandalus borealis) merupakan konvesional [2]. Penggunaan gelombang
anggota filum Arthropoda, subfilum mikro ini diharapkan dapat mempersingkat
Mandibulata dan tergolong dalam kelas waktu reaksi dan didapat nilai derajat
Crustaceae. Seluruh tubuh terdiri dari ruas deasetilasi yang tinggi [2]. Dengan
ruas yang ditutupi oleh kerangka luar yang memanfaatkan sampah hasil pertanian
disebut eksosketelon. Limbah kulit udang penelitian berbagai material telah dilakukan
biasanya hanya dimanfaatkan untuk pakan [4-5]. Aplikasi microwave juga telah
ternak. Limbah kulit udang mengandung dilakukan misalnya untuk sintering [6-13]
bahan yang sangat berharga, yaitu kitin. dan pengeringan [14-16].
Bahan ini apabila diproses lebih lanjut
menghasilkan kitosan yang memiliki 2. Landasan Teori
banyak manfaat dalam bidang industri 2.1 Limbah Kulit udang
kesehatan contohnya sebagai suplemen Limbah kulit udang biasanya hanya
penyakit sendi (osteoartritis) [1]. dimanfaatkan untuk pakan ternak atau untuk

22
JAF Vol 13 No. 1 (2017) 22-26

industri makanan seperti pembuatan Secara kimiawi kitin merupakan polimer


kerupuk udang. Limbah kulit udang -(1,4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa yang
mengandung bahan yang sangat berharga, tidak dapat dicerna oleh mamalia. Kitin tidak
yaitu kitin. Bahan ini apabila diproses lebih larut dalam air Keduanya memiliki kelarutan
lanjut menghasilkan kitosan yang memiliki sangat rendah dalam air serta mengalami
banyak manfaat dalam bidang industri. biodegradasi melalui mekanisme yang
Kitosan merupakan bahan organik yang hampir serupa dengan melibatkan komplek
banyak digunakan di berbagai industri enzim,sehingga penggunaannya terbatas.
kimia. Salah satu penerapan kitosan yang Namun dengan modifikasi struktur kimianya
penting dan dibutuhkan dewasa ini adalah maka akan diperoleh senyawa turunan kitin
sebagai pengawet bahan makanan yang mempunyai sifat kimia yang lebih baik.
pengganti formalin. Kitosan adalah bahan Salah satu turunan kitin adalah kitosan, suatu
alami yang direkomendasikan untuk senyawa yang mempunyai rumus kimia poli -
digunakan sebagai pengawet makanan (1,4)-2-amino-2-dioksi-D-glukosa yang dapat
karena tidak beracun dan aman bagi dihasilkan dari proses hidrolisis kitin
kesehatan [1,17]. menggunakan basa kuat (proses deasetilasi).
Kulit udang mengandung protein Perbedaan kitin dan kitosan terletak pada
25- 40%, kalsium karbonat 45-50%, dan kandungan nitrogennya. Bila kandungan total
kitin 15- 20%, tetapi besarnya kandungan nitrogennya kurang dari 7%, maka polimer
komponen tersebut tergantung pada jenis tersebut adalah kitin dan apabila kandungan
udang dan tempat hidupnya. Cangkang total nitrogennya lebih dari 7% maka disebut
kepiting mengandung protein 15,60- kitosan [19].
23,90%, kalsium karbonat 53,70- 78,40%,
dan kitin 18,70-32,20% yang juga 2.3 Mikrowave
tergantung pada jenis kepiting dan tempat Microwave didefinisikan sebagai
hidupnya [18]. gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang vakum dengan rentang yang
2.2 Kitin dan Kitosan digunakan antara 0,1 sampai 100 cm, atau
Kitin merupakan salah satu biopolimer ekivalen dengan frekuensi antara 0,3 -300
homopolisakarida yang tersedia sangat GHz. Microwave domestik dan industri
banyak di alam. Kitin terutama terdapat umumnya dioperasikan dengan 2,45 GH
pada invertebrata laut, serangga, kapang dengan panjang gelombang 12,2 cm dan
dan beberapa jenis khamir. Kitin biasanya energi 1.02 x 10-5 eV. Area spektra
banyak ditemukan dalam keadaan elektromagnetik irradiasi microwave berada
bergabung dengan protein (Knorr, 1984). antara radiasi infra merah dan gelombang
Struktur kitin dapat dilihat pada Gambar 1. radio.
Kitin memiliki struktur mirip selulosa. Bila
selulosa tersusun atas monomer glikosa,
maka kitin tersusun dari monomer N-asetil
glukosamin.

Gambar 1. Struktur selulosa dan Struktur Kitin

23
Pembuatan Glukosamin ...................................................................................................................... Zaeni, dkk

Irradiasi microwave merupakan


metode cepat dan efisien dalam sintesis hingga diperoleh cangkang udang yang
dengan variasi senyawa karena selektivitas bersih dan tidak berbau. Cangkang udang
absorbsi dari energi microwave pada dikeringkan di bawah terik sinar matahari
molekul polar [3,16]. selama 48 jam dengan ditutupi kain hitam
Teknologi gelombang mikro telah untuk mencegah paparan langsung sinar
banyak digunakan untuk berbagai aplikasi matahari yang dapat merusak sampel. Setelah
dalam industri pangan dan kimia. kering, kemudian diblender sampai menjadi
Gelombang mikro dapat digunakan sebagai serbuk untuk memperluas permukaan sampel
sumber tenaga untuk memanaskan dan dan selanjutnya diayak dengan menggunakan
mengeringkan suatu bahan, dan ayakan biasa dan hasilnya berupa serbuk
mengkatalisis reaksi kimia dalam cangkang udang yang digunakan sebagai
pembuatan bahan industri dan pertanian bahan baku dalam penelitian ini. Selanjutnya
. Penggunaan gelombang mikro dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
memberikan banyak keuntungan antara
lain: waktu startup dan pemanasan yang  Isolasi Kitin
relatif singkat, efisiensi energi dan biaya  Tahap Deproteinasi (Penghilangan
proses, pengawasan proses yang mudah Protein)
dan tepat, pemanasan yang selektif, mutu  Tahap Demineralisasi (Penghilangan
produk akhir yang lebih baik dan dapat Mineral)
meningkatkan kualitas bahan kering .  Tahap Dekolorisasi (Penghilangan Zat
Gelombang mikro sering juga digunakan Warna)
sebagai sumber eksternal untuk membantu  Deasetilasi Kitin
mempercepat terjadinya suatu reaksi kimia  Pembuatan Glukosamin Hidroklorida
(microwave assisted reactions).  Karakterisasi Glokusamin Hidroklorida
dengan FTIR
3. Prosedur Penelitian  Analisis Struktur Kristalin Glukosamin
Limbah cangkang udang dibersihkan Hidroklorida mengguanakan XRD
dari sisa kotoran dan daging udang yang Dalam paper ini akan ditampilkan hasil
tertinggal pada kulit. Cangkang udang Analisis FTIR juga dilakukan pada
dicuci bersih dengan air bersih yang glukosamin hidroklorida yang diperoleh
mengalir sebanyak 3 kali, proses pencucian melalui hidrolisis menggunakan microwave.

90

%T

75
854.47
773.46

505.35

60
910.40
1392.61

665.44
1249.87

45
1585.49

1423.47

1184.29
1616.35
2843.07
3037.89
2941.44

30
3097.68

603.72
1093.64
1539.20
3348.42

15
3292.49

1033.85

-0
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
glumic 1/cm

Gambar 2. Spektrum FTIR Glukosamin Hidroklorida yang diprosees menggunakan microwave

24
JAF Vol 13 No. 1 (2017) 22-26

4. Hasil dan Pembahasan glukosamin hidroklorida standar yang dibuat


dengan metode kimiawi menggunakan hot
Analisis FTIR juga dilakukan pada palte selama 90 menit.
glukosamin hidroklorida yang diperoleh
melalui hidrolisis menggunakan microwave 5. Kesimpulan
untuk melihat gugus fungsi yang
terkandung di dalamnya. Spektrum FTIR Telah dilakukan penelitian tentang
glukosamin hidroklorida diperlihatkan pada pembuatan hidrolisis glukosamin
Gambar 2. Spektra IR Glukosamin hidroklorida dari cangkang udang. Dengan
Hidroklorida hasil hidrolisis menunjukkan microwave prosesnya lebih singkat
adanya pita serapan pada bilangan dibandingkan pembuatan dengan
gelombang 3348,42 cm-1 sebagai hasil dari menggunakan metode konvensional
vibrasi rentangan gugus –OH dan diikuti (hotplate). Hasil FTIR menunjukkan bahwa
oleh serapan pada bilangan gelombang glukosamin hidroklorida yang dihasilkan
3292,49 cm-1 yang berasal dari vibrasi ulur dengan microwave memiliki kesamaan
N-H amina (Gambar 3.). dengan yang dihasilkan dari hotplate.

90

%T
1886.38
1948.10

75

60

45

854.47
1330.88

507.28
773.46
910.40
30
2646.34

1392.61

15
1138.00
1583.56

1182.36
1423.47
1616.35
2845.00

1004.91
3037.89
2941.44
3097.68

0
605.65
1064.71
1093.64
3350.35
3292.49

1539.20

1033.85

4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
gs 1/cm

Gambar 3. Spektrum FTIR Glukosamin Hidroklorida yang diproses menggunakan hot plate

Brugnerotto (2001) dalam Afridiana (2011)


Daftar Pustaka
mengatakan bahwa monomer GlcN-HCl
akan menunjukkan gugus O-H pada 3350
[1]. Afridiana, N., 2011, Recovery
cm-1 sedangkan bila berbentuk polimer,
Glukosamin Hidroklorida dari Cangkang
gugus O-H akan semakin mendekati 3450
Udang Melalui Hidrolisis Kimiawi
cm-1 [1,20].
sebagai Bahan Sediaan Suplemen
Dari hal tersebut terlihat bahwa produk
Osteoarthritis, Skripsi,Institut Pertanian
yang dihasilkan sudah tidak dalam bentuk
Bogor. Bogor.
polimer melainkan sudah dalam bentuk
[2]. Arifin, Zainal dan Dady Irawan., 2015,
monomer. Secara keseluruhan, serapan
Microwave-Assisted Deasecylation of
glukosamin hidroklorida hasil hidrolisis
Chitin from Shrimp Shells, Prosiding
yang telah dibuat dengan batuan microwave
Seminar Nasional Teknik Kimia
menunjukkan kemiripan dengan
“Kejuangan”, Pengembangan Teknologi
Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya
Alam Indonesia, Yogyakarta

25
JPembuatan Glukosamin ...................................................................................................................... Zaeni, dkk

[3]. W. H. Sutton, Microwave processing of [11]. H. Aripin, S. Mitsudo, I.N. Sudiana,


Ceramic Materials, Microwave T. Saito, S. Sabchevski, Structure
Solutions for Ceramic Engineers, Formation of a Double Sintered
American Ceramic Society,(2005), p35 Nanocrystalline Silica Xerogel Converted
[4]. H. Aripin, I. N Sudiana, B. Sunendar. From Sago Waste Ash, Transactions of
Preliminary study on silica xerogel the Indian Ceramic Society, 74 (1), 2015,
extracted from sago waste ash, Jurnal pp.11-15. DOI: 10.1080/0371750X.2014.
Sains Materi Indonesia., 6, 24–30 980850
(2010). [12]. S. Mitsudo, R.Ito, I.N. Sudiana,
[5]. H. Aripin, S. Mitsudo, I. N. Sudiana, K.Sako, and K. Kuwayama, Grain
N. Jumsiah, I. Rahmatia, B. Sunendar, Growth in Submillimeter Waves Sintered
L.Nurdiwijayanto, S. Mitsudo, Alumina, IRMMW-THz 2012,
S.Sabchevski, Preparation of Porous September , Wollongong, Australia.
Ceramic with Controllable Additive [13]. I.N. Sudiana, S. Mitsudo, T.
and Firing Temperature, Advanced Nishiwaki, P. E. Susilowati, L. Lestari,
Materials Research, Vol. 277 (2011) Microwave Processing of Silica from
pp. 151-158 Rice Husk, Jurnal Aplikasi Fisika, Vol.
[6]. Sudiana, I.N, S. Mitsudo, T. Nishiwaki, 11 No. 1, Februari 2015, Hal. 51-56.
P. E. Susilowati, L. Lestari, M. Z. [14]. M. Z. Firihu, I.N. Sudiana, 2.45 GHz
Firihu, H. Aripin, Effect of Microwave microwave drying of cocoa bean , ARPN
Radiation on the Properties of Sintered Journal of Engineering and Applied
Oxide Ceramics, Contemporary Sciences Vol. 12 No. 19
Engineering Sciences, Vol. 8 No. 34, [15]. M. Z. Firihu, I.N. Sudiana, 2.45 GHz
2015, pp. 1607-1615. microwave drying of cocoa bean , ARPN
[7]. S. Mitsudo, K. Sako, S. Tani, I.N. Journal of Engineering and Applied
Sudiana, High Power Pulsed Sciences Vol. 12 No. 19
Submillimeter Wave Sintering of [16]. I.N. Sudiana, Use of Microwave
Zirconia Ceramics, The 36th Int. Energy for Material Processing in A
Conference on Infrared, Millimeter and Simple Laboratory, Jurnal Aplikasi
THz Waves (IRMMW-THz 2011), Fisika, Vol. 10 No. 2, Oktober 2014, Hal.
Hyatt Regency Houston, Houston, 77-81.
Texas, USA, October 2-7, 2011. [17]. Shahidi, F. and Abuzaytun, R.,
[8]. I.N. Sudiana, Ryo Ito, S. Inagaki, K. (2005), Chitin, Chitosan, and Coproduct:
Kuwayama, K. Sako, S. Mitsudo, Chemistry, Production, Application, and
Densification of Alumina Ceramics health Effect”, Memorial University of
Sintered by Using Sub-millimeter Wave Newfoundland, St. John’s, Canada.
Gyrotron, J. Infrared, Millimeter, and
[18]. Marganov., 2003, Potensi Limbah
Terahertz Waves. 34 (2013), 627-638
Udang sebagai Penyerap Logam Berat
[9]. I N Sudiana, M. Z. Firihu, Effect of
initial green samples on mechanical (Timbal, Kadmium, dan Tembaga) di Per
properties of alumina ceramic , airan, http://rudyct.topcities.com/pps70
Contemporary Engineering Sciences, 2_7103 4/marganof.htm.
Vol. 9, 2016, no. 12, 595-602 [19]. Krissetiana, Henny., Mei. 31, 2004,
[10]. S. Mitsudo, S. Inagaki, I.N. Khitin dan Chitosan dari Limbah Udang,
Sudiana, K. Kuwayama, Grain Growth ,Suaramerdeka, Jakarta.
in Millimeter Wave Sintered Alumina [20]. Brugnerotto J., 2001, An Infrared
Ceramics , Advanced Materials Investigation Inrealtion with Chitin and
Research, Vol.789 (2013), pp. 279-282. Chitosan Characterization, Polymer 42:
3569-3580.

26

Anda mungkin juga menyukai