Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN STUDI LITERATUR DIELEKTRIK, OHMIC, DAN

INFRAMERAH

TUGAS MATA KULIAH PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN MAKANAN

Disusun oleh:
Ade Sulistiyani NIM.8882190004
Hanifa Arfiani R. NIM.8882190005
Indri Juliasari P. NIM.8882190009
Anida Falya P. NIM.8882190016
Aliefina Putri D. NIM.8882190032
Nabila Ayuwidya NIM.8882190036
Nurul Fadhillah NIM.8882190039

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................. 4
BAB II ISI..................................................................................................................... 5
2.1 Pengaplikasian Metode Dielektrik, Ohmic, dan Inframerah............................... 5
2.1.1 Dielektrik ..................................................................................................... 5
2.1.2 Ohmic........................................................................................................... 7
2.1.3 Inframerah.................................................................................................... 9
2.2 Keunggulan Dari Metode Dielektrik, Oohmic, dan Inframerah. ...................... 11
2.2.1 Ohmic......................................................................................................... 11
2.2.2 Inframerah.................................................................................................. 12
2.2.3 Dielektrik ................................................................................................... 12
2.3 Kekurangan Dari Metode Dielektrik, Ohmic, dan Inframerah ......................... 13
2.3.1 Kekurangan Metode Ohmic ....................................................................... 13
2.3.2 Kekurangan Metode Dielektrik.................................................................. 13
2.3.3 Kekurangan Metode Inframerah ................................................................ 14
2.4 Keamanan Metode Dielektrik, Ohmic, dan Inframerah.................................... 14
BAB III KESIMPULAN............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Microwave oven merupakan teknologi pengolahan pangan yang berkembang


sangat pesat dan memiliki aplikasi yang luas, misalnya pengeringan, pasteurisasi-
sterilisasi, thawing, baking, dan berbagai teknologi preservasi pangan lainnya
(Chandrasekaran et al. 2013). Microwave oven menjadi popular karena
kemampuannya dalam pemasakan dengan penggunaan suhu yang tinggi dan waktu
yang singkat, memiliki tingkat keseragaman panas yang merata, memiliki tingkat
pengamanan yang baik, kemudahan dalam penggunaan serta tingkat pemeliharaan
yang rendah (Lakshmi et al. 2007).

Metode pemasakan terjadi karena kemampuan (sifat dielektrik) bahan pangan


untuk menyerap energi gelombang mikro dan mengubahnya menjadi panas (Datta
dan Davidson, 2000). Molekul bahan ini terus berputar (berosilasi) akibat induksi
gelombang mikro dan mencoba mensejajarkan diri kembali karena medan listrik
yang dimilikinya. Pergerakan molekul inilah yang menciptakan gesekan internal
sehingga mengakibatkan pemanasan. Pengetahuan sifat dielektrik sangat
membantu dalam perancangan microwave oven (Basak, 2007) .

Ohmic merupakan salah satu cara yang diterapkan untuk mengurangi jumlah
mikroba bahan pangan sehingga masa simpan bahan dapat dipertahankan. Metode
ohmic pada dasarnya adalah suatu proses dimana bahan pangan (cair, padatan atau
campuran keduanya) dipanasi secara simultan dengan mengalirkan arus listrik
(Salengke, 2000).

Gelombang inframerah merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik


bersama gelombang lainnya. Energi IRh adalah suatu bentuk energi

3
elektromagnetik. Hal ini di karenakan IRh sebagai gelombang yang menembus
target dan kemudian diubah menjadi panas. Radiasi inframerah diklasifikasikan
sebagai daerah panjang gelombang antara cahaya tampak (0,4-400μm.). Panjang
gelombang dimana radiasi maksimum dari pemanas terjadi (panjang gelombang
puncak) ditentukan oleh suhu pemanas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja aplikasi dari metode dielektrik, ohmic, dan inframerah?


2. Apa keunggulan dari metode dielektrik, ohmic, dan inframerah?
3. Apa kekurangan dari metode dielektrik, ohmic, dan inframerah?
4. Bagaimana keamanan penggunaan metode dielektrik, ohmic, dan
inframerah?

1.3 Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui macam-macam pengaplikasian dari metode


dielektrik, ohmic, dan inframerah.
2. Untuk mengetahui keunggulan dari metode dielektrik, ohmic, dan
inframerah.
3. Untuk mengetahui kekurangan dari metode dielektrik, ohmic, dan
inframerah.
4. Untuk mengetahui kemanan dari penggunaan metode dielektrik, ohmic, dan
inframerah.

4
BAB II
ISI

2.1 Pengaplikasian Metode Dielektrik, Ohmic, dan Inframerah.

2.1.1 Dielektrik

a. Pasteurisasi dan sterilisasi microwave


Pasteurisasi merupakan teknologi yang paling luas digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pathogen dalam susu dan jus buah. Akan
tetapi, polusi yang ditimbulkan secara besar-besaran ini dapat
menghancurkan zat organik, nilai gizi serta karakteristik fisiokimia
makanan. Makanan yang aman dan diproses menggunakan seminimal
mungkin teknik dengan kualitas terbaik penting untuk memuaskan
kebutuhan konsumen, dan sifat-sifat ini yang mendorong orang-orang
dalam industri makanan dan akademis untuk menemukan teknik
pengolahan yang inovatif.
b. Microwave blancing
Blancing ialah proses pengolahan makanan secara termal, yang
merupakan langkah penting dalam beberapa teknik pengolahan makanan
seperti freezing, canning atau drying, yang secara umum digunakan
untuk menginaktivasikan enzim yang dapat merusak tekstur, warna, rasa,
dan kandungan zat gizi yang ada pada buah dan sayur. Umumnya,
pengolahan menggunakan air panas atau steam blanching merupakan
metode yang paling sering dilakukan dalam teknik mengolah makanan.
Akan tetapi, metode blansir secara konvensional berkaitan erat dengan
penurunan berat badan yang serius dan nilai gizi produk makanan. Untuk
mempertahankan nutrisi dalam suatu produk makanan, beberapa peneliti

5
menyarankan untuk menggunakan microwave sebagai alternatif untuk
metode blansir secara convensional untuk produk makanan.
c. Microwave cooking
Zhang dan Hamauzu melaporkan bahwa kandungan fisik dan kimia
sebagian besar sayuran berubah setelah melalui proses merebus dengan
air atau microwave. Proses memasak menggunakan beberapa
perubahan secara struktural dan penggunaan bermacam-macam jenis
sayur yang tinggi serat.
Oven microwave mampu memanaskan makanan menggunakan
energi yang diosilasi menggunakan gelombang elektromagnetik, hal ini
memungkinkan untuk memasak secara selektif dan cepat. Tetapi,
kedalaman penetrasi pada microwave di bawah permukaan makanan,
Jadi, jika ukuran makanan kecil dan bentuknya datar, pemanasan
seragam melalui volume keseluruhan dapat mungkin terjadi. Ini akan
mengurangi kandungan kelembapan dan penghematan energi terbesar,
dan nutrisi pada makanan akan diawetkan dengan sangat baik. Tetapi,
menggunakan metode konvensional beberapa jenis makanan yang
mengandung berbagai partikel dalam berbagai jenis dan ukuran bersama
dapat tercapai melalui metode moist-heat, tetapi dengan beban
kelembapan yang akan berpengaruh terhadap kandungan gizinya. Oleh
karena itu, teknik kombinasi baru, membuat penggunaan terbaik dari
manfaat microwave, harus dipelajari.
d. Microwave baking
Baking adalah salah satu proses termal yang secara signifikan
mengubah kandungan fisikokimia adonan. Proses baking membentuk
tiga fase: ekspansi adonan dan berkurangnya kelembapan dimulai pada
tahap ini. Tahap kedua, dimana ekspansi dan tingkat pengurangan
kelembapan menjadi maksimum. Perubahan dilanjutkan pada tahap

6
ketiga baking mencakup peningkatan tinggi produk dan pengurangan
tingkat kehilangan kelembapan yang disebabkan karena struktur dalam
sel udara di dalam adonan sedang runtuh sehingga meningkatnya
tekanan uap. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengatasi
berbagai masalah di atas. Masalah ini mencakup tekstur, volume yang
rendah, kurangnya warna, dll.
e. Microwave drying
Salah satu metode tertua yang digunakan untuk mengawetkan sayuran
ialah pengeringan. Buah dan sayur yang dikeringkan mempunyai daya
tarik teknologi yang besar untuk memperpanjang usia tanaman tsb.
Pengeringan ialah salah satu proses termal yang bertujuan untuk
mengurangi kelembapan buah-buahan dan sayuran dan salah satu proses
yang memakan waktu dan tenaga di industri makanan. Konsekuensinya,
metode baru bertujuan untuk mengurangi waktu pengeringan dan
konsumsi energi dengan pelestarian kualitas. Proses pengeringan
menggunakan microwave merupakan tambahan yang relative baru bagi
keluarga dengan metode dehidrasi konvensional. Metode pengeringan
menggunakan gelombang mikroo dapat dibagi menjadi empat kategori,
Microwave Drying (MD), Microwave-Assisted Freezing Drying (MFD),
Microwave-Assisted Vacuum Drying (MVD), Microwave- Assisted Hot
Air Drying (MHD) and Microwave-Enhanced Spouted Bed Drying
(MSD).
2.1.2 Ohmic

a. Ekstraksi
Penggunaan panas ohmic dalam kaitannya dengan proses ekstraksi
meningkatkan efesiensi ekstraksi sukrosa dari bit gula (Katrokha et al.
1984). Difusi pewarna bit dari bit menjadi cairan carier ditingkatkan
dalam pemanasan ohmic dan jumlah pewarna yang diekstrak sebanding

7
dengan kekuatan medan listrik yang digunakan (Lima et al 2001). Selain
itu, ohmic heating dapat meningkatkan ekstraksi susu kedelai dari kedelai
(Kim dan Pyun 1995).
b. Inaktivasi enzim
Beberapa enzim digunakan dalam industri makanan untuk
meningkatkan kualitas makanan (misalnya, tekstur dan perasa). Untuk
pemulihan produk sampingan dan untuk mencapai tingkat ekstraksi yang
lebih tinggi. Di sisi lain, enzim mungkin juga berdampak negatif terhadap
kualitas makanan seperti memproduksi bau dan mengubah bentuk tekstur.
Oleh karena itu, mengendalikan aktivitas enzim dibutuhkan dalam banyak
langkah pemrosesan makanan untuk merangsang produksi enzim pada
waktu diproses.
c. Waste water treatment
Pengolahan air limbah menjadi salah satu masalah di produksi surimi
karena tingginya volume dan tingginya biological oxygen demand (BOD)
dalam air. Koagulasi protein karena panas dan subsequent separation
menjadi metode untuk mengurangi BOD dalam air yang tinggi protein.
Ohmic heating ialah metode panas yang efisien dalam menggunakan
energi listrik untuk memanaskan fluid tsb.
d. Starch gelatinization
Temperatur gelatinisasi menjadi salah satu parameter yang paling
penting selama gelatinisasi pati berlangsung. Wang and Sastry 1997
mengusulkan bahwa deteminan gelatinisasi pati dengan ohmic heating
merupakan metode yang paling efektif dibanding yang lain. Fa-De Li et al
(2004) mengukur suhu gelatinisasi pati dengan mengubah konduktivitas
listrik suspense pati asli yang secara ohmic dipanaskan dengan agitasi
90oC menggunakan 100 V AC pada 50 Hz. Selama gelatinisasi,
konduktivitas listrik suspensi pati menurun karena migrasi partikel

8
bermuatan. Selain itu, suhu gelatinisasi ditentukan dari kurva d/Dt-T yang
digunakan dengan termogram DSC.
e. Sterilisasi
Jun et al (2007) mengembangkan kantong yang dapat digunakan
kembali dengan elektroda untuk misi jangka panjang ruang angkasa.
Kantong mereka memungkinkan reheating dan stenlization isinya internal.
Model 3D dirancang memastika stensilan dan mengizinkan identifikasi
titik-titik dingin di atas seluruh kantong. Model 3D ini telah diamati sebagai
alat penggunaan untuk mengoptimalkan konfigurasi elektroda-elektroda
dan memastikan proses sterilisasi yang cukup.
f. Milk fouling
Stancl dan Zitny (2010) mempelajari penggumpalan susu menggunakan
teknologi pemanasan langsung. Karya ini mengevaluasi pengaruh materi
(baja antikarat, timah, dan elektroda grafit), tingkat aliran, kepadatan arus
listrik (pada frekuensi konstan 50 Hz) dan suhu (dalam kisaran suhu yang
terbatas 65-75oC), setelah penganyaman susu skimmed selama hasil
pemanasan langsung membuktikan bahwa elektroda stainless steel adalah
yang terburuk sedangkan elektroda-elektroda grafit merupakan yang terbaik.
2.1.3 Inframerah

a. Baking
Baking merupakan teknik memasak makanan dengan panas kering oleh
konveksi (penghantar) uap udara panas di dalam oven. Beberapa oven
domestik menggunakan dua elemen pemanas, yaitu satu berada di bawah
untuk baking dan satu berada di atas untuk broiling. Energi panas di dalam
oven tidak menyentuh bahan makanan secara langsung tetapi melalui udara
panas yang dialirkan dari celah-celah/lubang oven. Oven dapat dipanaskan
dengan api, aliran listrik dan gelombang elektromagnetik (microwave oven).
Teknik memasak ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti, cakes,

9
pastries, pie, tarts, dan quiches. Baking menggunakan panas bagian bawah
sedangkan broiling menggunakan aliran panas dari bagian atas.
b. Roasting
Roasting merupakan metode memasak menggunakan panas kering, dari
nyala api yang terbuka, oven atau sumber panas lain. Makanan yang dimasak
dengan teknik ini ditempatkan pada rak, pan atau ditusukkan pada batang
stainless steel yang dapat diputar (rotasi). Selama proses roasting, udara panas
di oven dialirkan ke seputar daging dari semua sisi (atas, bawah dan samping).
Selama proses roasting akan terjadi karamelisasi pada permukaan makanan
untuk memberi flavor yang diinginkan. Makanan yang dipanggang dengan
teknik roasting selalu diolesi dengan butter/margarine supaya tidak kehilangan
kelembaban makanan atau makanan tidak kering. Secara umum, teknik ini
digunakan untuk memasak ayam utuh atau kambing utuh seperti kambing
guling. Roasting pada oven dengan suhu rendah (200 oF – 325 oF), sangat baik
digunakan untuk memasak makanan yang mempunyai bentuk dan ukuran besar
seperti kambing, kalkun atau ayam. Manfaat dari penggunaan cara memasak
lambat dengan suhu rendah adalah mengurangi kehilangan kelembaban bahan
makanan dan membuat makanan lebih matang.
c. Blanching
Blanching merupakan teknik merebus secara singkat. Caranya adalah
dengan mendidihkan air dalam jumlah banyak, selanjutnya masukkan sayuran
dan rebus sebentar, lalu angkat dan tiriskan, terakhir siram atau masukkan
sayuran ke dalam air dingin untuk menghentikan proses pematangan. Teknik
ini digunakan ketika membuat salad, lalapan matang atau proses pengalengan
sayuran.

10
2.2 Keunggulan Dari Metode Dielektrik, Oohmic, dan Inframerah.

2.2.1 Ohmic

Dalam industri pangan, perlakuan ohmic memiliki kelebihan karena


melibatkan internal generation pada kecepatan terkontrol, sehingga
merupakan proses yang tepat untuk pengolahan pangan yang padat
ataupun pasta. Berbeda dengan perlakuan konvensional yang dimana
pemanasan terjadi dari permukaan menuju ke bagian dalam sehingga
terjadi penyebaran panas yang tidak seragam. Keterbatasan perlakuan
konvensional inilah yang membuat hasil produk pangan menjadi tidak
sesuai harapan (Muchtadi dan Ayutaningwarno, 2010).
Selain itu pemanasan ohmic dapat menginaktivasi mikroorganisme,
dalam penelitiann Cho et al menunjukan bahwa tidak ada patogen tertentu
dengan sistem pertahanan yang ditemukan dalam pemanasan ohmic.
Selain itu, pemanasan ohmic juga dapat mengakibatkan percepatan
kematian mikroorganisme. Pemanasan ohmic berlangsung secara
volumetrik sehingga berpotensi mengurangi pemanasan berlebih
(overprocessing). (Rahman,1999).
Selain itu kelebihan metode ohmic lainnya adalah
- Mudah untuk mengontrol proses, dan efisiensi energi tingginya
(Ghnmi et al.,2008).
- Pemanasan ohmic berlangsung cepat dan seragam (Zareifard et
al.,2003).
- Biaya dan modal lebih rendah (Marra et al.,2009).
- Mempertahankan warna dan nilai gizi makanan, serta waktu proses
yang singkat dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pemanasan
konvensional (Castro et al.,2004; Icier et al.,2005).

11
- Pengolahannya bersih, ramah lingkungan dan hemat energi
dibandingkan metode konvensional.

2.2.2 Inframerah

Keuntungan metode radiasi inframerah dibandingkan dengan


pengeringan konvensional dengan udara panas diantaranya menghasilkan
produk berkualitas tinggi, konsumsi energi yang rendah, efisiensi energi
yang tinggi, kecepatan transfer panas yang tinggi, dan mengurangi waktu
pengeringan (Krishnamurthy, dkk., 2008; Ponkham, 2012).
Selain itu pengeringan inframerah memiliki keuntungan yaitu
pengeringan yang merata, transfer panas yang tinggi, dan kualitas
pengeringan yang tinggi yang diukur berdasarkan tingkat rehydration dan
warna hasil pengeringan (J.C Bren et al., 2012).
Menurut L.Zhang 2011, pengering inframerah memberikan efek
perubahan warna yang tidak signifikan dan meningkatkan proses rehidrasi.
Dan nutrisi dari makanan yang dikeringkan dengan inframerah tidak
mengalami perubahan karakteristik kualitas seperti vitamin, protein dan
antioksidan sehingga aman dikonsumsi (Khrisnamurthy et al.,2008).

2.2.3 Dielektrik

Salah satu alat pengolahan yang menggunakan sistem dielektrik yaitu


microwave. Keuntungan memasak menggunakan microwave diantaranya
adalah (Hayatinufus A.L, 2003)
- Waktu memasak lebih cepat, sehingga pemakaian waktu untuk
mematangkan lebih singkat.
- Walaupun sedang dioperasikan atau sedang dipakai, oven microwave tetap
bersih dan tetap dingin,
- Memasak dengan sedikit minyak atau tanpa minyak, mudah dilakukan
dengan oven microwave.

12
- Aroma dan nutrisi dari bahan makanan tetap terjaga karena banyak masakan
yang dapat dimatangkan dengan air yang dikandung oleh bahannya sendiri.
- Karena cepat mematangkan, maka pemakaian listrik juga lebih hemat.
- Serbaguna karena oven microwave dapat juga digunakan untuk mencairkan
makanan beku, mematangkan makanan atau memanaskan makanan.
Analisis konsentrasi larutan sukrosa melalui nilai kontanta
dielektriknya dapat dilakukan dengan menggunakan sensor kapasitor
keping sejajar. Sensor ini mempunyai keunggulan yaitu sensitifitasnya yang
cukup baik dan kemudahan dalam pembuatannya (Nugroho, 2009).

2.3 Kekurangan Dari Metode Dielektrik, Ohmic, dan Inframerah

2.3.1 Kekurangan Metode Ohmic

Kekurangan dari penggunaan metode ohmic diantaranya adalah


1. Kurangnya informasi secara umum
2. Membutuhkan pengetahuan konduktivitas bahan cair
3. Mendekati larangan frekuensi yang diijinkan
4. Sulit untuk mengamati dan mengendalikan
5. Sukar untuk menyatukan suhu dan distribusi medan listrik

2.3.2 Kekurangan Metode Dielektrik

Kekurangan dari metode dielektrik diantaranya adalah

1. Tidak dapat mengontrol suhu dan tekanan, lalu penggunaan


suhu yang terlalu tinggi untuk ektraksi dapat merusak senyawa
bioaktif dalam bahan pangan
2. Harganya relative mahal karena barangnya masih tergolong
baru di Indonesia
3. Pemakaian listrik cenderung boros.

13
2.3.3 Kekurangan Metode Inframerah

Kekurangan dari metode infra merah dalam proses pengolahan


makanan adalah membuktuhkan biaya operasi yang tinggi. Kondisi ini
telah dilaporkan. (Motaveli, dkk. 2014).

2.4 Keamanan Metode Dielektrik, Ohmic, dan Inframerah

Pengolahan makanan dengan menggunakan dielektrik, ohmic dan


inframerah termasuk jenis pengolahan bahan makanan yang menerapkan
gelombang elektromagnetik atau yang biasa disebut radiasi. Menurut Irawati
(2007), proses radiasi tidak meninggalkan residu apapun baik pada bahan yang
disinari, maupun benda disekitarnya, sehingga proses tersebut benar-benar
aman, bersih dan ramah lingkungan.
Banyak penelitian yang menguji keefektifan dari metode ini, contohnya
adalah penelitian Nurhandayani (2018) bahwa nutrisi seperti vitamin, protein
dan antioksidan serta rasa dari bahan pangan yang dikeringkan dengan metode
inframerah tidak mengalami perubahan kualitas, hal tersebut sejalan dengan
penjelasan Cahyani (2015) bahwa pengolahan bahan pangan dengan metode
radiasi tidak menimbulkan perubahan sensoris seperti halnya pada pengawetan
konvensional atau pengawetan yang menggunakan panas. Selain itu, terdapat
persyaratan penting yang hasrus dioenuhi dalam proses pengolahan bahan
dengan radiasi yaitu energi yang digunakan tidak boleh menyebabkan
terbentuknya senyawa radioaktif pada bahan makanan untuk memastikan
keamanan dari produk yang dihasilkan melalui pengolahan radiasi (Dwiloka,
2020).

14
BAB III
KESIMPULAN

Baik metode dielektrik, ohmic, ataupun inframerah memiliki pengaplikasian


yang berbeda-beda seperti halnya metode dielektrik salah satu pengaplikasiannya
adalah pada proses pasteurisasi ataupun pematangan makanan menggunakan
microwave. Sedangkan salah satu pengaplikasian inframerah adalah pengaplikasian
pada metode blanching ataupun roasting, dan salah satu dari pengaplikasian metode
ohmic adalah sterilisasi dan milk fouling. Semua metode ini memiliki keunggulan dan
kekurangannya, namun jika dibandingkan maka akan terlihat lebih banyak
kelebihannya. Salah satu kekurangan dari metode dielektrik dan inframerah misalnya
keduanya sama-sama cenderung boros dalam konsumsi energi listrik, namun ketiganya
memiliki keuntungan yang sama yaitu waktu pengolahan yang lebih singkat
dibandingkan jika menggunakan metode tradisional. Untuk segi keamanan secara
keseluruhan ketiga metode ini aman digunakan bagi bahan pangan karena penelitian
menunjukan penggunaan metode ini terhadap bahan pangan tidak memberikan
perubahan yang ekstreme.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adiandri R.S,et al. 2013. EFEK PENGERINGAN INFRARED TERHADAP


PERUBAHAN MIKROSTRUKTUR, SIFAT FISIK DAN KAPASITAS
REHIDRASI BAHAN PANGAN. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian.
Vol.9 (1).

Adilaksono, I.C. 2014. Rancang Bangun Mesin Pasteurisasi Jus Buah Otomatis
Dengan Teknologi Berbasis Ohmic Heating. Tugas Akhir. Malang: Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya

Afifah N,et al,. 2015. Pengeringan Lapisan-Tipis Irisan Singkong Menggunakan


Pengering Infrared. Pangan. Vol.24 (3) : 217-224.

Aghnia, Dinda Granita. 2017. Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar UV terhadap Kandungan
Vitamin C pada Produk Jus Tomat dalam Kemasan Botol Kaca dan Botol
Plastik. Skripsi. Bandung: Fakultas Teknik UNPAS.

Astuti S.D. 2018. STABILITAS SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA JUS TOMAT


(Lycopersicum esculentum Mill) SELAMA PEMANASAN OHMIK
Disertasi. Universitas Hasanuddin Makasar.

Kumar, Prem; Ramanathan, M; Ranangatan, T. V. 2014. ‘Ohmic Heating Technology


in Food Processing – A Review’. International Journal of Engineering
Research & Technology. 3(2): 1236 – 1241.

Mulyatiningsih, Endang. 2007. Teknik-Teknik Dasar Memasak. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta.

16
Mustain, A.V.F. 2017. PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN SUKROSA
TERHADAP NILAI KONSTANTA DIELEKTRIK MENGGUNAKAN SENSOR
KAPASITOR. Skripsi. Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Jember.

MW Aninditya. 2017. Rancangan Bangun Mesin Pasteurisasi Susu Sapi Automatis


Dengan Teknologi Electrical Ohmic Heating. Universitas Brawijaya. Malang

Nurhandayani, Khairunnisa. 2018. Sistem Kontrol Pengering Makanan Berbasis LED


Inframerah. Tugas Akhir. Srurabaya: Fakultas Teknologi Elektro ITS.

Puligundla, P; Choi, W; Abdullah, A. S; dkk. 2013. ‘Potentials of Microwave Heating


Technology for Select Food Processing Applications - a Brief Overview
and Update’. Journal of Food Processing dan Technology. 4(11): 1 – 9.

17

Anda mungkin juga menyukai