MATERIAL ANORGANIK
‘METODE MICROWAVE DAN KARAKTERISASI SEM’
OLEH
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
METODE SINTESIS
METODE MICROWAVE
PENGENALAN
Pada sintesis material, aspek seperti efisiensi energi, kontinuitas, dan nilai ekonomi
telah menjadi semakin penting untuk industri dan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
Microwave adalah metode yang dapat membantu untuk mencapai kriteria tersebut dengan
proses sintesis yang cepat, efisien terhadap energi, dan biaya produksi yang relatif kecil.
Metode microwave tidak hanya menawarkan solusi dibidang industri tetapi juga solusi untuk
penelitian terhadap material, terutama material metastabil dan memahami interaksi padatan
dengan medan elektromagnetik (Kitchen dkk, 2013).
Metode microwave biasanya dilakukan untuk sintetis senyawa organik dan sangat
sedikit untuk sintesis material anorganik. Pada tahun 1999, Rao dkk. meringkas
perkembangan kimia material. Pada ringkasan tersebut Rao melihat potensi yang belum
dikembangkan dibidang kimia material. Menurut Rao dalam dekade terakhir, perkembangan
yang signifikan di bidang material telah melibatkan unsur-unsur baru dalam proses reaksinya,
kemajuan teknis dan eksperimental yang signifikan, sehingga seperti dalam kimia organik
sintetis, reaktor microwave memiliki potensi untuk menjadi instrument standar dalam proses
sintesis material (Kitchen dkk, 2013).
MICROWAVE
Microwave merupakan gelombang radio, tetapi panjang gelombangnya lebih kecil dari
gelombang radio biasa. Panjang gelombangnya termasuk ultra-short (sangat pendek)
sehingga disebut juga mikro. Dari sinilah lahir istilah microwave. Gelombang ini tidak dapat
dilihat mata kita karena panjang gelombangnya (walaupun sangat kecil dibanding gelombang
radio) jauh lebih besar dari panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak).
Keduanya sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 1 mm – 1 m (0.3 – 300 GHz) (Rao dkk, 1999).
Gambar 1. Spektrum gelombang elektromagnetik
Salah satu alat yang yang memanfaatkan microwave adalah microwave oven. Alat
tersebut bisa bekerja begitu cepat dan efisien karena gelombang elektromagnetiknya
menembus makanan dan mengeksitasi molekul-molekul air dan lemak secara merata (tidak
cuma permukaannya saja). Gelombang pada frekuensi 2.500 MHz (2,5 GHz) ini diserap oleh
air, lemak, dan gula. Saat diserap, atom tereksitasi dan menghasilkan panas. Proses ini tidak
memerlukan konduksi panas seperti di oven biasa. Karena itulah prosesnya bisa dilakukan
sangat cepat. Gelombang mikro pada frekuensi ini tidak diserap oleh bahan-bahan gelas,
keramik, dan sebagian jenis plastik. Bahan logam bahkan memantulkan gelombang ini. Ini
memberi kesan microwave oven adalah oven pintar yang bisa memilih untuk memasak hanya
makanannya saja, bukan wadahnya.
Bedasarkan prinsip di atas microwave oven sudah dikembangkan untuk teknik sintesis
material anorganik. Material anorganik telah banyak disintesis dengan menggunakan
microwave seperti, sintesis SrBi4Ti4O15 and Bi4Ti3O12, sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7−x,
sintesis fuel cell La0.3Ca0.7Fe0.7Cr0.3O3-δ, dan masih banyak material lainnya. Hasil yang
diperoleh relatif lebih bagus dibandingkan dengan metode konvensional, baik sifat fisika dan
kimia dari material yang diperoleh. Hal tersebut disebabkan pada proses reaksi yang lebih
cepat sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis sifat dari material tersebut (Smart
dan Moore, 2005).
CIRI-CIRI PEMANASAN DENGAN MICROWAVE
Pemanasan MICROWAVE ditandai dengan sejumlah perubahan sifat, yang akan
dibahas di bawah, yang secara fundamental berbeda dari metode pemanasan konvensional,
baik dalam teori dan praktek. Faktor-faktor inilah yang dapat membuat sintesis
MICROWAVE jauh lebih cepat dan hemat energi daripada teknik pemanasan konvensional.
Hal tersebut juga mengakibatkan potensi untuk jalur reaksi yang berbeda dan perbedaan
struktural atau produk kimia yang terbentuk.
1. Pemanasan langsung
Radiasi microwave bisa berinteraksi langsung dengan komponen reaktan. Biasanya
pemanasan terhadap sampel berdasarkan energi minimum saat menggunakan furnace, jenis
reaktan, dan kondisi reaksi. Secara teori, metode ini membutuhkan setidaknya satu dari
reaktan yang mampu mengkonversi energi microwave menjadi energi panas, tetapi efisiensi
penyerapan energi microwave yang modern didesain secara efektif hampir untuk semua
bahan (reaktan). Hasilnya, pemanasan langsung dengan microwave memberikan hasil yang
jauh berbeda dari metode konvensional. Karena metode konvensional efektifitas dalam
penyerapan energinya sangat kecil dan tidak homogen.
2. Pemanasan volumetrik
Salah satu ciri pemanasan dengan microwave adalah pemanasan secara volumetrik.
Secara teori, pada sampel yang homogen pemanasan seragam di seluruh sampel. Pada
eksperimen, homogenitas termal sampel berkurang karena medan microwave. Kehomogenan
dan suhu reaksi bergantung dari medan microwave yang digunakan. Sehingga proses
pemanasan sampel lebih terkontrol. Berbeda dengan pemanasan konvensional, hasil
pemanasan volumetrik mengurangi kemungkinan transfer panas melalui konduksi termal
dalam sampel, dan ini memungkinkan sampel dengan ukuran yang relatif besar untuk
dipanaskan lebih efisien dan dengan kehomogenan termal jauh lebih seragam di seluruh
sampel.
3. Pemanasan selektif
Proses pemanasan langsung memungkinkan reaktan tertentu yang berinteraksi lebih
kuat dengan bidang microwave akan dipanaskan secara selektif. Akibatnya, pemanasan
secara microwave mampu menghasilkan temperatur yang sangat tinggi di daerah tertentu
dari sampel dan tetap menjaga suhu yang lebih rendah di tempat lain. Prinsip ini secara luas
digunakan dalam pemanasan spesifik situs aktif dalam logam yang disupportkan kedalam
katalis. Hal ini juga memungkinkan proses sintesis yang sangat susah pada metode
konvensional, misalnya, sistem logam chalcogenide, yang sulit disintesis dengan metode
konvensional karena volatilitas dari reaktan khalkogen. Tetapi, dengan menggunakan
microwave, komponen logam campuran reaksi dipanaskan secara spesifik dan bereaksi
sangat cepat sehingga khalkogen pada reaktan akan bereaksi sebelum mengalami penguapan.
METODE MICROWAVE
Metode microwave (Microwave Synthesis) merupakan metode dalam sintesis senyawa
yang memanfaatkan energi dari microwave.
Pada situasi yang ideal, beberapa atau semua reaktan dalam sintesis material akan
menunjukkan efisiensi yang tinggi pada frekuensi microwave dan karena itu reaktan tersebut
akan menjadi penerima energi microwave yang baik. Hal ini akan memudahkan proses
pemanasan dari reaktan dalam medan microwave dan persentase proses sintesis berhasil
sangat tinggi dalam waktu singkat. Dalam beberapa kasus, reaktan yang digunakan tidak
dapat menyerap energi dari microwave, tetapi peneliti lebih sering untuk memilih prekursor
alternatif untuk sintesis dengan sifat dielektrik yang lebih menguntungkan.
Gambar 3. Skema alat MIP
Pada kasus khusus terdapat material yang tidak dapat menyerap energi dari microwave,
biasanya digunakan bahan lain yang dapat menyerap energy microwave dan bertindak
sebagai sumber panas. Material tersebut sering disebut sebagai susceptor, yang didefinisikan
sebagai zat yang memiliki kemampuan untuk menyerap energi elektromagnetik dan
mengubahnya menjadi panas. Hal ini berarti bahwa susceptor adalah bahan yang memiliki
high dielectric loss tangen. Susceptors yang umum digunakan adalah karbon (dalam bentuk
baik grafit atau karbon amorf), silikon karbida, dan tembaga (II) oksida. Sebuah susceptor
dapat kontak langsung dengan sampel (baik yang dicampur dengan reagen lain atau
digunakan untuk mengelilingi pelet) atau diletakkan terpisah, umumnya dengan mengelilingi
bejana reaksi dalam wadah dari bahan susceptor. Penting untuk diketahui bahwa penggunaan
susceptor dapat menyebabkan masalah. Reaksi yang menggunakan susceptor baik dicampur
atau dikontakkan dengan reaktan, secara alami dapat mengakibatkan kontaminasi produk,
sehingga dilakukan langkah tambahan untuk memisahkan hasil sintesis atau bahkan
mengakibatkan reaksi samping yang tidak diinginkan. Jadi, penggunaan susceptor juga harus
dipertimbangkan sebelumnya.
Pada kasus yang paling sulit, seperti komponen reaktan yang tidak dapat menyerap
energi microwave dan susceptor tidak dapat digunakan. Pada situasi tersebut, penggunaan
single-mode cavities kadang-kadang dapat memberikan cara yang efektif untuk
memaksimalkan transfer energi ke sample. Salah satu solusi adalah dengan menggunkan
microwave-diinduksi plasma (MIP) (Gambar 3).
MIP secara efektif digunakan sebagai pengganti untuk susceptor dalam reaksi ini,
transfer plasma energi antara radiasi microwave dan reaktan, memungkinkan setiap padat
untuk dipanaskan. Penggunaan MIP juga menghindari kontaminasi produk oleh susceptor
dan reaksi samping yang tidak diinginkan. MIP biasanya digunakan untuk sintesis senyawa
yang sangat reaktif (e.g, N2 atau NH3 plasma untuk padatan nitridasi).
Sebuah mikroskop elektron pemindaian (SEM) adalah jenis mikroskop elektron yang
menghasilkan gambar sampel dengan memindai permukaan dengan sinar elektron yang
terfokus. Elektron berinteraksi dengan atom dalam sampel, menghasilkan berbagai sinyal
yang berisi informasi tentang topografi permukaan dan komposisi sampel. Sinar elektron
dipindai dalam pola pemindaian raster, dan posisi sinar tersebut dikombinasikan dengan
intensitas sinyal yang terdeteksi untuk menghasilkan gambar. Dalam mode SEM yang paling
umum, elektron sekunder yang dipancarkan oleh atom yang tereksitasi oleh berkas elektron
terdeteksi menggunakan detektor Everhart-Thornley. Jumlah elektron sekunder yang dapat
dideteksi, dan dengan demikian intensitas sinyal, tergantung, antara lain, pada topografi
spesimen. SEM dapat mencapai resolusi lebih baik dari 1 nanometer.
Spesimen diamati dalam vakum tinggi di SEM konvensional, atau dalam vakum rendah
atau kondisi basah dalam tekanan variabel atau SEM lingkungan, dan pada berbagai suhu
cryogenic atau peningkatan dengan instrumen khusus
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah melepas
elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan negatif
dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara
yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan
sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat
penting.
SEM menggunakan prinsip scanning yaitu berkas elektron diarahkan pada titik
permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan
spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka
sebagian dari elektron itu akan dipantulkankembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika
permukaan spesimen tidak merata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap
bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan
kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar. Hasil yang
diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga
dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan dengan menggunakan SEM, pemakaiannya
sangat terbatas tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan
dengan resolusi sekitar 100 Å.
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan
oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru
yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
Kelebihan
Tidak ada instrumen lain dengan luasnya aplikasi dalam studi bahan padat yang
dibadningkan dengan SEM. SEM sangat penting dalam semua bidang yang membutuhkan
karakterisasi bahan padat. Sementara kontribusi ini paling berkaitan dengan aplikasi geologi,
penting untuk dicatat bahwa aplikasi ini adalah bagian yang sangat kecil dari aplikasi ilmiah
dan industri yang ada untuk instrumentasi ini. Sebagian besar SEM relatif mudah
dioperasikan, dengan antarmuka "intuitif" yang mudah digunakan. Banyak aplikasi
memerlukan persiapan sampel minimal. Untuk banyak aplikasi, akuisisi data berlangsung
cepat (kurang dari 5 menit / gambar untuk SEI, BSE, analisis spot EDS.) SEM modern
menghasilkan data dalam format digital, yang sangat portabel.
Abstrak
Carbon nanotubes (CNTs) semakin penting dalam banyak bidang sains dan teknologi karena
sifat uniknya yaitu luas permukaan yang lebih besar, kekuatan mekanik, konduktivitas listrik
dan termal. Sebuah metode baru sintesis karbon nanotube pada katalis nickelmagnesiumoxide
menggunakan radiasi microwave dikembangkan dan disajikan. Dalam makalah ini,
kemungkinan memodifikasi katalis Ni-MgO, untuk sintesis karbon nanotube radiasi
microwave (0,8 kW dan 2,45 GHz) pada tahap produksi, dipelajari. Efek radiasi ini pada
karakteristik katalis (luas permukaan spesifik, aktivitas katalitik, dll.) Dipertimbangkan
secara eksperimental. Terlihat bahwa penggunaan paparan jangka pendek terhadap radiasi
microwave dalam pembuatan katalis memungkinkan untuk meningkatkan luas permukaan
spesifiknya dari 5,2 menjadi 9,1m2 / g. Implementasi deposisi uap kimia dari katalis,
dimodifikasi dengan radiasi microwave selama 30 detik, berkontribusi pada peningkatan hasil
bahan berstrukturnano sebesar 40-45%, membuat karbon nanotube murah dalam produksi.
Bahan karbon berstruktur nano yang disintesis terutama diwakili beberapa nanotube berlapis
dengan diameter 10-40 nm. Metode yang dikembangkan mampu menghasilkan hasil 40–45%
dengan luas permukaan hampir dua kali lebih besar. Karbon nanotube disintesis dapat
digunakan untuk berbagai keperluan termasuk pengolahan air karena ekonomi dalam
produksi dan luas permukaan yang besar.
Pendahuluan
Penerapan perlakuan microwave dari katalis yang diresapi untuk menghasilkan alkena
oksida memungkinkan untuk memperoleh lapisan terdispersi yang halus
logam perak di atas aluminium oksida dengan ukuran partikel 2 hingga 100 nm [25]. Dengan
demikian, penggunaan radiasi microwave mengarah untuk mensintesis
katalis dengan distribusi partikel yang lebih seragam [26]. Di bawah pengaruh radiasi
microwave, dimungkinkan untuk melakukan fisik dan proses kimia seperti dehidrasi,
dekomposisi garam dan hidroksi prekursor, dan sintesis dan sintering sistem heterogen.
Penggunaan pemanasan microwave memungkinkan tidak hanya mempersingkat durasi
sintesis produk oksida komponen ganda dengan struktur kristal yang berbeda, tetapi juga
untuk menurunkan suhu sintesis [26]. Fase oksida yang diperoleh dengan menggunakan
radiasi microwave tidak kalah dengan sampel referensi yang diperoleh dengan perlakuan
panas konvensional dalam hal sifat fungsional. Dianjurkan untuk menggunakan efek yang
diamati dalam memperoleh katalis untuk sintesis material berstruktur karbon. Berdasarkan
literatur ilmiah dan teknis yang ada, dapat diasumsikan bahwa penggunaan radiasi microwave
dalam memperoleh katalis untuk sintesis bahan karbon berstruktur nano (karbon nanotube)
dapat secara signifikan meningkatkan efisiensinya. Dengan demikian, modifikasi katalis
oksida logam heterogen, pada tahap persiapannya, menggunakan metode non-konvensional
(seperti paparan ultrasound, medan magnet, radiasi gelombang mikro, dll.) Mempromosikan
peningkatan aktivitas pusat kristalisasi karbon [27,28]. Diperkirakan bahwa radiasi
gelombang mikro akan memungkinkan untuk secara cepat dan seragam menaikkan suhu zat
dalam seluruh volume pada tahap persiapan katalis, dengan demikian, tidak termasuk panas
berlebih lokal dari beberapa daerah dalam sistem katalis dengan modifikasi.
Mempertimbangkan fakta di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
efisiensi radiasi gelombang mikro dalam memperoleh katalis Ni / MgO untuk sintesis CNT
melalui dekomposisi termal, dan untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap karakteristik
katalis dan nanoproduk (disintesis). bahan karbon berstruktur nano). Hasilnya disajikan di
sini.
2. Percobaan
2.1. Bahan kimia yang digunakan
Semua bahan kimia yang digunakan adalah kelas reagen. Bahan kimia yang
digunakan adalah Ni (NO3) 2.6H2O, Mg (NO3) 2.6H2O dan NH2-CH2-COOH. Semua
bahan kimia dipasok oleh Laverna Story Engineering Ltd., Moskow, Rusia. Air murni
disiapkan menggunakan sistem Millipore Milli-Q, Bedford, M.A., USA.
2.3 Prosedur
Katalis oksida logam Ni / MgO (komposisi - 80:20) diperoleh
melalui dekomposisi termal. Itu dipilih sebagai bahan yang sedang dipelajari. Prekursor
katalis adalah kristal hidrat - Ni (NO3)2∙6H2O dan Mg (NO3)2∙ 6H2O, dan asam asetat amino -
(NH2\\CH2\\COOH). Metode dekomposisi termal, mewakili pembuatan katalis untuk sintesis
bahan karbon berstrukturnano, termasuk tahap pencampuran, pelarutan komponen dalam air
suling pada suhu ≤60 ° C, dan dekomposisi termal pada 550 ° C. Campuran itu tidak terlalu
panas pada 60 ° C selama tahap pertama karena kemungkinan reaksi samping reduksi ion
nitrat dengan senyawa organik menjadi nitrogen oksida, dan kemungkinan pelepasan uap
asam nitrat. Untuk meningkatkan efisiensi katalis pada tahap dekomposisi termal, larutan
komponen katalis Ni / MgO awal (konduktivitas listrik 847 μS / cm dan pH = 2,17) terpapar
radiasi gelombang mikro dengan frekuensi 2,45 GHz dan kekuatan 800W. Untuk tujuan ini,
pengaturan batch laboratorium digunakan (Gbr. 1). Pengaturan terdiri dari rumahan (1),
pandu gelombang (2), magnetron (3), unit kontrol (4), reaktor larutan (5), dan mekanisme
putar (6) yang diperlukan untuk mencampur sistem dalam modifikasi. Setelah modifikasi
jangka pendek sistem katalitik (volume - 50 mL) selama 10-180 s, segera mengalami
dekomposisi termal selama 30 menit untuk menghilangkan kotoran organik. Katalis yang
dihasilkan digiling dan digunakan untuk mensintesis bahan karbon berstruktur nano (yaitu,
CNT) dalam reaktor laboratorium gelas kuarsa. Katalis (20mg) didistribusikan secara
seragam di atas permukaan substrat dan ditempatkan ke dalam zona reaksi yang dipanaskan
pada 650 ° C menggunakan lampu halogen. Zona reaksi pertama-tama dibersihkan dengan
gas inert, dan kemudian campuran propana-butana atau etilen dimasukkan ke dalamnya.
Setelah menyelesaikan proses CVD, substrat dikeluarkan dari reaktor, dan produk yang
disintesis ditimbang. Efisiensi katalis dievaluasi dengan hasil spesifik dari bahan
berstrukturnano (gCNTs / gcatalyst).
Untuk memperkirakan komposisi terdispersi, suspensi berair dari
sampel katalis yang diperoleh terpapar USG selama 60 detik pada a kekuatan 200W dan
dipelajari menggunakan penganalisis partikel laser “Microsizer 201-C” (Granat-E JSC, St.
Petersburg, Rusia). Luas permukaan spesifik dari katalis dan nanoproduk ditentukan oleh
method BET multipoint menggunakan penganalisis permukaan Sorbptometr-Mspecific
(Katakon CJSC, Novosibirsk, Rusia). Stabilitas termal dari sampel katalis nikel-magnesium
oksida yang diperoleh dipelajari dengan menggunakan analisis termogravimetri dalam mode
laju pemanasan dinamis (laju pemanasan - 10 ° С / menit) pada penganalisis termal sinkron
STA 449 F3 Jupiter (Netzsch, Selb, Jerman) di udara. Berat sampel katalis adalah 4,2-4,3 mg.
Untuk mempelajari morfologi CNT yang disintesis, sebuah mikroskop elektron pemindai dua
berkas Neon 40 (Carl Zeiss, Jena, Jerman) digunakan. Untuk menilai integritas struktural
lapisan graphene dari CNT tersebut, spektrum Raman, direkam dengan Ramanmicroscope
confocal DXR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, MA, USA) pada panjang gelombang
laser eksitasi 532 nm, dianalisis.
Dapat dilihat bahwa campuran propana-butana lebih efektif (hasil produk rata-rata - 10,6
gCNTs / gcatalyst). Menurut analisis SEM, produk yang disintesis pada katalis ini mewakili
struktur nano karbon berbentuk tabung dengan diameter 10–80 nm yang diidentifikasi
sebagai CNT multi-dinding [27]. Sebenarnya, puncak berikut tipikal dari CNT multi-dinding
disajikan dalam spektrum Raman dari bahan yang diperoleh (Gbr. 4). Ini adalah puncak G
(1500–1600 cm − 1) yang terkait dengan getaran atom karbon dalam bidang lapisan
graphene; Puncak D (1250–1450 cm − 1) ditugaskan untuk ketersediaan atom karbon dalam
keadaan hibridisasi sp3 [29]. D ′ (1600–1630 cm − 1) menunjukkan adanya cacat struktural
pada material; karena pelanggaran aturan seleksi untuk vektor gelombang, yang mengarah
pada aktivasi fonon dari titik interior zona Brillouin dalam spektrum Raman [30]. Puncak G ′
(~ 2700 cm-1) adalah nada tambahan dari puncak D [31]. Puncak D + D character mencirikan
keberadaan C \\ Hbonds yang ada di permukaan CNT yang diperoleh oleh Metode CVD,
karena konversi bahan baku hidrokarbon yang tidak lengkap. Nilai intensitas puncak D / G,
digunakan secara konvensional untuk memperkirakan tingkat cacat lapisan graphene di CNT,
ditemukan 0,856 untuk sampel bahan yang disintesis pada katalis awal.
Gambar 4. Spektrum Raman dari struktur nano karbon yang disintesis (a): pada katalis Ni /
MgO awal dan (b): pada katalis Ni / MgO yang dimodifikasi microwave.
Gambar 7. Kurva TG dan DSC yang dibuat untuk sampel katalis (garis padat - katalis Ni /
MgO awal, garis putus-putus - katalis Ni / MgO yang dimodifikasi microwave
Ekstrem yang diamati pada kurva DSC dibangun untuk keduanya sampel katalis
menyarankan adanya transisi fase dalam bentuk rekristalisasi. Selain itu, untuk katalis yang
dimodifikasi microwave, transisi ini disertai dengan pelepasan jumlah panas yang lebih kecil,
yang disebabkan oleh struktur yang tertata lebih baik dan memfasilitasi diperolehnya struktur
nano yang lebih seragam (mengenai diameter) dengan kualitas lebih tinggi selama sintesis.
Ketergantungan waktu modifikasi microwave katalis pada hasil spesifik dari bahan
berstruktur nano karbon yang diperoleh sebagai hasil dari proses CVD (campuran propana-
butana) ditunjukkan pada Gambar. 8.
Gambar 8. Pengaruh waktu modifikasi microwave dari katalis pada hasil spesifik dari
nanoproduct.