Anda di halaman 1dari 24

SINTESIS DAN KARAKTERISASI

MATERIAL ANORGANIK
‘METODE MICROWAVE DAN KARAKTERISASI SEM’

OLEH

ELYN NOVTA RESTIASIH ( 1820412017)

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
METODE SINTESIS
METODE MICROWAVE
PENGENALAN
Pada sintesis material, aspek seperti efisiensi energi, kontinuitas, dan nilai ekonomi
telah menjadi semakin penting untuk industri dan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
Microwave adalah metode yang dapat membantu untuk mencapai kriteria tersebut dengan
proses sintesis yang cepat, efisien terhadap energi, dan biaya produksi yang relatif kecil.
Metode microwave tidak hanya menawarkan solusi dibidang industri tetapi juga solusi untuk
penelitian terhadap material, terutama material metastabil dan memahami interaksi padatan
dengan medan elektromagnetik (Kitchen dkk, 2013).
Metode microwave biasanya dilakukan untuk sintetis senyawa organik dan sangat
sedikit untuk sintesis material anorganik. Pada tahun 1999, Rao dkk. meringkas
perkembangan kimia material. Pada ringkasan tersebut Rao melihat potensi yang belum
dikembangkan dibidang kimia material. Menurut Rao dalam dekade terakhir, perkembangan
yang signifikan di bidang material telah melibatkan unsur-unsur baru dalam proses reaksinya,
kemajuan teknis dan eksperimental yang signifikan, sehingga seperti dalam kimia organik
sintetis, reaktor microwave memiliki potensi untuk menjadi instrument standar dalam proses
sintesis material (Kitchen dkk, 2013).

MICROWAVE
Microwave merupakan gelombang radio, tetapi panjang gelombangnya lebih kecil dari
gelombang radio biasa. Panjang gelombangnya termasuk ultra-short (sangat pendek)
sehingga disebut juga mikro. Dari sinilah lahir istilah microwave. Gelombang ini tidak dapat
dilihat mata kita karena panjang gelombangnya (walaupun sangat kecil dibanding gelombang
radio) jauh lebih besar dari panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak).
Keduanya sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 1 mm – 1 m (0.3 – 300 GHz) (Rao dkk, 1999).
Gambar 1. Spektrum gelombang elektromagnetik

Salah satu alat yang yang memanfaatkan microwave adalah microwave oven. Alat
tersebut bisa bekerja begitu cepat dan efisien karena gelombang elektromagnetiknya
menembus makanan dan mengeksitasi molekul-molekul air dan lemak secara merata (tidak
cuma permukaannya saja). Gelombang pada frekuensi 2.500 MHz (2,5 GHz) ini diserap oleh
air, lemak, dan gula. Saat diserap, atom tereksitasi dan menghasilkan panas. Proses ini tidak
memerlukan konduksi panas seperti di oven biasa. Karena itulah prosesnya bisa dilakukan
sangat cepat. Gelombang mikro pada frekuensi ini tidak diserap oleh bahan-bahan gelas,
keramik, dan sebagian jenis plastik. Bahan logam bahkan memantulkan gelombang ini. Ini
memberi kesan microwave oven adalah oven pintar yang bisa memilih untuk memasak hanya
makanannya saja, bukan wadahnya.
Bedasarkan prinsip di atas microwave oven sudah dikembangkan untuk teknik sintesis
material anorganik. Material anorganik telah banyak disintesis dengan menggunakan
microwave seperti, sintesis SrBi4Ti4O15 and Bi4Ti3O12, sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7−x,
sintesis fuel cell La0.3Ca0.7Fe0.7Cr0.3O3-δ, dan masih banyak material lainnya. Hasil yang
diperoleh relatif lebih bagus dibandingkan dengan metode konvensional, baik sifat fisika dan
kimia dari material yang diperoleh. Hal tersebut disebabkan pada proses reaksi yang lebih
cepat sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis sifat dari material tersebut (Smart
dan Moore, 2005).
CIRI-CIRI PEMANASAN DENGAN MICROWAVE
Pemanasan MICROWAVE ditandai dengan sejumlah perubahan sifat, yang akan
dibahas di bawah, yang secara fundamental berbeda dari metode pemanasan konvensional,
baik dalam teori dan praktek. Faktor-faktor inilah yang dapat membuat sintesis
MICROWAVE jauh lebih cepat dan hemat energi daripada teknik pemanasan konvensional.
Hal tersebut juga mengakibatkan potensi untuk jalur reaksi yang berbeda dan perbedaan
struktural atau produk kimia yang terbentuk.

1. Pemanasan langsung
Radiasi microwave bisa berinteraksi langsung dengan komponen reaktan. Biasanya
pemanasan terhadap sampel berdasarkan energi minimum saat menggunakan furnace, jenis
reaktan, dan kondisi reaksi. Secara teori, metode ini membutuhkan setidaknya satu dari
reaktan yang mampu mengkonversi energi microwave menjadi energi panas, tetapi efisiensi
penyerapan energi microwave yang modern didesain secara efektif hampir untuk semua
bahan (reaktan). Hasilnya, pemanasan langsung dengan microwave memberikan hasil yang
jauh berbeda dari metode konvensional. Karena metode konvensional efektifitas dalam
penyerapan energinya sangat kecil dan tidak homogen.

Gambar 2. Material hasil pemanasan dengan (a) konvensional (b) microwave

2. Pemanasan volumetrik
Salah satu ciri pemanasan dengan microwave adalah pemanasan secara volumetrik.
Secara teori, pada sampel yang homogen pemanasan seragam di seluruh sampel. Pada
eksperimen, homogenitas termal sampel berkurang karena medan microwave. Kehomogenan
dan suhu reaksi bergantung dari medan microwave yang digunakan. Sehingga proses
pemanasan sampel lebih terkontrol. Berbeda dengan pemanasan konvensional, hasil
pemanasan volumetrik mengurangi kemungkinan transfer panas melalui konduksi termal
dalam sampel, dan ini memungkinkan sampel dengan ukuran yang relatif besar untuk
dipanaskan lebih efisien dan dengan kehomogenan termal jauh lebih seragam di seluruh
sampel.

3. Pemanasan selektif
Proses pemanasan langsung memungkinkan reaktan tertentu yang berinteraksi lebih
kuat dengan bidang microwave akan dipanaskan secara selektif. Akibatnya, pemanasan
secara microwave mampu menghasilkan temperatur yang sangat tinggi di daerah tertentu
dari sampel dan tetap menjaga suhu yang lebih rendah di tempat lain. Prinsip ini secara luas
digunakan dalam pemanasan spesifik situs aktif dalam logam yang disupportkan kedalam
katalis. Hal ini juga memungkinkan proses sintesis yang sangat susah pada metode
konvensional, misalnya, sistem logam chalcogenide, yang sulit disintesis dengan metode
konvensional karena volatilitas dari reaktan khalkogen. Tetapi, dengan menggunakan
microwave, komponen logam campuran reaksi dipanaskan secara spesifik dan bereaksi
sangat cepat sehingga khalkogen pada reaktan akan bereaksi sebelum mengalami penguapan.

METODE MICROWAVE
Metode microwave (Microwave Synthesis) merupakan metode dalam sintesis senyawa
yang memanfaatkan energi dari microwave.
Pada situasi yang ideal, beberapa atau semua reaktan dalam sintesis material akan
menunjukkan efisiensi yang tinggi pada frekuensi microwave dan karena itu reaktan tersebut
akan menjadi penerima energi microwave yang baik. Hal ini akan memudahkan proses
pemanasan dari reaktan dalam medan microwave dan persentase proses sintesis berhasil
sangat tinggi dalam waktu singkat. Dalam beberapa kasus, reaktan yang digunakan tidak
dapat menyerap energi dari microwave, tetapi peneliti lebih sering untuk memilih prekursor
alternatif untuk sintesis dengan sifat dielektrik yang lebih menguntungkan.
Gambar 3. Skema alat MIP

Pada kasus khusus terdapat material yang tidak dapat menyerap energi dari microwave,
biasanya digunakan bahan lain yang dapat menyerap energy microwave dan bertindak
sebagai sumber panas. Material tersebut sering disebut sebagai susceptor, yang didefinisikan
sebagai zat yang memiliki kemampuan untuk menyerap energi elektromagnetik dan
mengubahnya menjadi panas. Hal ini berarti bahwa susceptor adalah bahan yang memiliki
high dielectric loss tangen. Susceptors yang umum digunakan adalah karbon (dalam bentuk
baik grafit atau karbon amorf), silikon karbida, dan tembaga (II) oksida. Sebuah susceptor
dapat kontak langsung dengan sampel (baik yang dicampur dengan reagen lain atau
digunakan untuk mengelilingi pelet) atau diletakkan terpisah, umumnya dengan mengelilingi
bejana reaksi dalam wadah dari bahan susceptor. Penting untuk diketahui bahwa penggunaan
susceptor dapat menyebabkan masalah. Reaksi yang menggunakan susceptor baik dicampur
atau dikontakkan dengan reaktan, secara alami dapat mengakibatkan kontaminasi produk,
sehingga dilakukan langkah tambahan untuk memisahkan hasil sintesis atau bahkan
mengakibatkan reaksi samping yang tidak diinginkan. Jadi, penggunaan susceptor juga harus
dipertimbangkan sebelumnya.
Pada kasus yang paling sulit, seperti komponen reaktan yang tidak dapat menyerap
energi microwave dan susceptor tidak dapat digunakan. Pada situasi tersebut, penggunaan
single-mode cavities kadang-kadang dapat memberikan cara yang efektif untuk
memaksimalkan transfer energi ke sample. Salah satu solusi adalah dengan menggunkan
microwave-diinduksi plasma (MIP) (Gambar 3).
MIP secara efektif digunakan sebagai pengganti untuk susceptor dalam reaksi ini,
transfer plasma energi antara radiasi microwave dan reaktan, memungkinkan setiap padat
untuk dipanaskan. Penggunaan MIP juga menghindari kontaminasi produk oleh susceptor
dan reaksi samping yang tidak diinginkan. MIP biasanya digunakan untuk sintesis senyawa
yang sangat reaktif (e.g, N2 atau NH3 plasma untuk padatan nitridasi).

Contoh penerapan metode microwavedalam sintesis material anorganik adalah:


 Sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x. Superkonduktor YBa2Cu3O7-xdisintesis
dengan metode sintesis microwave dari campuran stoikiometri Cu (II)
oksida, CuO, barium ntrat, Ba(NO3)2, dan Yttrium oksida, Y2O3 yang
ditempatkan di dalam oven microwave yang telah dimodifikasi untuk
memudahkan penghilangan nitrogen oksida yang terbentuk selama reaksi.
Campuran diperlakukan dengan radiasi microwave 500 W selama 5 menit dan
dihaluskan kembali dan diradiasi dengan microwave pada 130-500 W selama
15 menit. Terakhir campuran dihaluskan lagi dan diradiasi selama 25 menit.
Diketahui bahwa jika menggunakan metode keramik konvensional,
pembuatan semikonduktor ini memerlukan waktu 24 jam, sedangkan jika
dengan menggunakan metode microwave hanya memerlukan waktu 2 jam
(Trisunaryanti, 2006).

Keuntungan Metode Microwave


Sebagai sumber energi pemrosesan yang relatif baru, energi microwave menawarkan
banyak keuntungan menarik dalam pengolahan bahan dibandingkan sumber panas
konvensional. Keuntungan-keuntungan ini termasuk fleksibilitas yang lebih besar, kecepatan
yang lebih besar dan penghematan energi. Peningkatan kualitas dan sifat-sifat produk, dan
sintesis bahan baru yang tidak dapat diproduksi dengan metode pemanasan lainnya.
MIKROSKOP ELEKTRON PEMINDAIAN (SEM)

Sebuah mikroskop elektron pemindaian (SEM) adalah jenis mikroskop elektron yang
menghasilkan gambar sampel dengan memindai permukaan dengan sinar elektron yang
terfokus. Elektron berinteraksi dengan atom dalam sampel, menghasilkan berbagai sinyal
yang berisi informasi tentang topografi permukaan dan komposisi sampel. Sinar elektron
dipindai dalam pola pemindaian raster, dan posisi sinar tersebut dikombinasikan dengan
intensitas sinyal yang terdeteksi untuk menghasilkan gambar. Dalam mode SEM yang paling
umum, elektron sekunder yang dipancarkan oleh atom yang tereksitasi oleh berkas elektron
terdeteksi menggunakan detektor Everhart-Thornley. Jumlah elektron sekunder yang dapat
dideteksi, dan dengan demikian intensitas sinyal, tergantung, antara lain, pada topografi
spesimen. SEM dapat mencapai resolusi lebih baik dari 1 nanometer.

Spesimen diamati dalam vakum tinggi di SEM konvensional, atau dalam vakum rendah
atau kondisi basah dalam tekanan variabel atau SEM lingkungan, dan pada berbagai suhu
cryogenic atau peningkatan dengan instrumen khusus

Scanning electron microscope (SEM) menggunakan sinar terfokus dari elektron


berenergi tinggi untuk menghasilkan berbagai sinyal pada permukaan spesimen padat.
Sinyal-sinyal yang berasal dari interaksi elektron-sampel mengungkapkan informasi tentang
sampel termasuk morfologi eksternal (tekstur), komposisi kimia, dan struktur kristal dan
orientasi bahan penyusun sampel. Dalam sebagian besar aplikasi, data dikumpulkan pada
area tertentu dari permukaan sampel, dan gambar 2 dimensi dihasilkan yang menampilkan
variasi spasial pada properti ini. Area dengan lebar sekitar 1 cm hingga 5 mikron dapat
dicitrakan dalam mode pemindaian menggunakan teknik SEM konvensional (perbesaran
mulai dari 20X hingga sekitar 30.000X, resolusi spasial 50 hingga 100 nm). SEM juga
mampu melakukan analisis lokasi titik yang dipilih pada sampel; pendekatan ini sangat
berguna dalam menentukan komposisi kimia secara kualitatif atau semi-kuantitatif
(menggunakan EDS), struktur kristal, dan orientasi kristal (menggunakan EBSD).

Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:

1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah melepas
elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan negatif
dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara
yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan
sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat
penting.

Proses Kerja Scanning Electron Microscopy (SEM)

SEM menggunakan prinsip scanning yaitu berkas elektron diarahkan pada titik
permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan
spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka
sebagian dari elektron itu akan dipantulkankembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika
permukaan spesimen tidak merata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap
bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan
kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar. Hasil yang
diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga
dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan dengan menggunakan SEM, pemakaiannya
sangat terbatas tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan
dengan resolusi sekitar 100 Å.
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:

1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan
oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru
yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).

Aplikasi dari teknik SEM – EDS dirangkum sebagai berikut:

1. Topografi : Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan, reflektivitas dsb.


2. Morfologi : Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel
3. Komposisi : Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif dan
kualitatif.

Contoh hasil pengukuran dengan SEM


sumber : google image

Kelebihan

Tidak ada instrumen lain dengan luasnya aplikasi dalam studi bahan padat yang
dibadningkan dengan SEM. SEM sangat penting dalam semua bidang yang membutuhkan
karakterisasi bahan padat. Sementara kontribusi ini paling berkaitan dengan aplikasi geologi,
penting untuk dicatat bahwa aplikasi ini adalah bagian yang sangat kecil dari aplikasi ilmiah
dan industri yang ada untuk instrumentasi ini. Sebagian besar SEM relatif mudah
dioperasikan, dengan antarmuka "intuitif" yang mudah digunakan. Banyak aplikasi
memerlukan persiapan sampel minimal. Untuk banyak aplikasi, akuisisi data berlangsung
cepat (kurang dari 5 menit / gambar untuk SEI, BSE, analisis spot EDS.) SEM modern
menghasilkan data dalam format digital, yang sangat portabel.

Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:

1. Memerlukan kondisi vakum


2. Hanya menganalisa permukaan
3. Resolusi lebih rendah dari TEM
4. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam
seperti emas.
Judul : METODE BARU DAN EKONOMIS SINTESIS KARBON NANOTUBE PADA
KATALIS MAGNESIUM OKSIDA NIKEL MENGGUNAKAN RADIASI
MICROWAVE

Abstrak

Carbon nanotubes (CNTs) semakin penting dalam banyak bidang sains dan teknologi karena
sifat uniknya yaitu luas permukaan yang lebih besar, kekuatan mekanik, konduktivitas listrik
dan termal. Sebuah metode baru sintesis karbon nanotube pada katalis nickelmagnesiumoxide
menggunakan radiasi microwave dikembangkan dan disajikan. Dalam makalah ini,
kemungkinan memodifikasi katalis Ni-MgO, untuk sintesis karbon nanotube radiasi
microwave (0,8 kW dan 2,45 GHz) pada tahap produksi, dipelajari. Efek radiasi ini pada
karakteristik katalis (luas permukaan spesifik, aktivitas katalitik, dll.) Dipertimbangkan
secara eksperimental. Terlihat bahwa penggunaan paparan jangka pendek terhadap radiasi
microwave dalam pembuatan katalis memungkinkan untuk meningkatkan luas permukaan
spesifiknya dari 5,2 menjadi 9,1m2 / g. Implementasi deposisi uap kimia dari katalis,
dimodifikasi dengan radiasi microwave selama 30 detik, berkontribusi pada peningkatan hasil
bahan berstrukturnano sebesar 40-45%, membuat karbon nanotube murah dalam produksi.
Bahan karbon berstruktur nano yang disintesis terutama diwakili beberapa nanotube berlapis
dengan diameter 10-40 nm. Metode yang dikembangkan mampu menghasilkan hasil 40–45%
dengan luas permukaan hampir dua kali lebih besar. Karbon nanotube disintesis dapat
digunakan untuk berbagai keperluan termasuk pengolahan air karena ekonomi dalam
produksi dan luas permukaan yang besar.

Pendahuluan

Berbagai nanomaterial termasuk karbon nanotube (CNT) adalah


semakin penting dalam banyak bidang sains dan teknologi [1–9]. Ini terdiri dari
nanoelectronics, photovoltaics, nanosensor dan kimia / penginderaan biologis. Ini karena sifat
unik mereka dari luas permukaan yang lebih besar, kekuatan mekanik, konduktivitas listrik
dan termal [10-14]. CNT sering digunakan sebagai pengubah untuk berbagai bahan (polimer,
beton, karet, dll.). Untuk setiap bidang aplikasi, CNT yang diproduksi secara komersial
dengan karakteristik tertentu diperlukan. Karakteristik CNT dipengaruhi oleh parameter
sintesis dan komposisi katalis. Pembentukan dan pertumbuhan lebih lanjut dari struktur nano
berlangsung di pusat aktif katalis. Oleh karena itu, pengembangan teknologi untuk
memperoleh katalis yang efisien tampaknya menjadi masalah yang mendesak. Aktivitas
sistem katalitik dapat ditingkatkan dengan menggunakan proses kimia atau fisik dan mekanis,
tetapi ini tidak selalu memastikan pencapaian tingkat aktivitas yang diperlukan. Metode non-
konvensional untuk modifikasi katalis membuktikan relevansi mengembangkan dan
mempelajari metode baru untuk meningkatkan aktivitas katalitik [15]. Saat ini, radiasi
microwave banyak digunakan untuk mengintensifkan berbagai proses. Ini memastikan
pemanasan sistem yang cepat dan efisien [16,17]. Penerapan metode ini secara luas tercakup
dalam publikasi ilmiah dekade terakhir [18-20]. Namun, sebagian besar makalahnya terpisah-
pisah. Ada kesenjangan antara penelitian dan penggunaan praktisnya di bidang manufaktur.
Pencarian literatur makalah ilmiah dan teknis telah menunjukkan bahwa para peneliti sering
memperhatikan kemungkinan menggunakan radiasi microwave dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk proses katalisis [21-23]. Dengan demikian, terbukti
bahwa efek radiasi microwave pada katalis ametal memperlambat karbonisasi, sehingga
meningkatkan tingkat aktivitas kimianya [24]. Selain itu, penggunaan perawatan microwave
memungkinkan untuk memperoleh serbuk bahan oksida yang terkristalisasi dengan baik
dengan tingkat cacat rendah.

Penerapan perlakuan microwave dari katalis yang diresapi untuk menghasilkan alkena
oksida memungkinkan untuk memperoleh lapisan terdispersi yang halus
logam perak di atas aluminium oksida dengan ukuran partikel 2 hingga 100 nm [25]. Dengan
demikian, penggunaan radiasi microwave mengarah untuk mensintesis
katalis dengan distribusi partikel yang lebih seragam [26]. Di bawah pengaruh radiasi
microwave, dimungkinkan untuk melakukan fisik dan proses kimia seperti dehidrasi,
dekomposisi garam dan hidroksi prekursor, dan sintesis dan sintering sistem heterogen.
Penggunaan pemanasan microwave memungkinkan tidak hanya mempersingkat durasi
sintesis produk oksida komponen ganda dengan struktur kristal yang berbeda, tetapi juga
untuk menurunkan suhu sintesis [26]. Fase oksida yang diperoleh dengan menggunakan
radiasi microwave tidak kalah dengan sampel referensi yang diperoleh dengan perlakuan
panas konvensional dalam hal sifat fungsional. Dianjurkan untuk menggunakan efek yang
diamati dalam memperoleh katalis untuk sintesis material berstruktur karbon. Berdasarkan
literatur ilmiah dan teknis yang ada, dapat diasumsikan bahwa penggunaan radiasi microwave
dalam memperoleh katalis untuk sintesis bahan karbon berstruktur nano (karbon nanotube)
dapat secara signifikan meningkatkan efisiensinya. Dengan demikian, modifikasi katalis
oksida logam heterogen, pada tahap persiapannya, menggunakan metode non-konvensional
(seperti paparan ultrasound, medan magnet, radiasi gelombang mikro, dll.) Mempromosikan
peningkatan aktivitas pusat kristalisasi karbon [27,28]. Diperkirakan bahwa radiasi
gelombang mikro akan memungkinkan untuk secara cepat dan seragam menaikkan suhu zat
dalam seluruh volume pada tahap persiapan katalis, dengan demikian, tidak termasuk panas
berlebih lokal dari beberapa daerah dalam sistem katalis dengan modifikasi.
Mempertimbangkan fakta di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
efisiensi radiasi gelombang mikro dalam memperoleh katalis Ni / MgO untuk sintesis CNT
melalui dekomposisi termal, dan untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap karakteristik
katalis dan nanoproduk (disintesis). bahan karbon berstruktur nano). Hasilnya disajikan di
sini.

2. Percobaan
2.1. Bahan kimia yang digunakan
Semua bahan kimia yang digunakan adalah kelas reagen. Bahan kimia yang
digunakan adalah Ni (NO3) 2.6H2O, Mg (NO3) 2.6H2O dan NH2-CH2-COOH. Semua
bahan kimia dipasok oleh Laverna Story Engineering Ltd., Moskow, Rusia. Air murni
disiapkan menggunakan sistem Millipore Milli-Q, Bedford, M.A., USA.

2.2. Instrumen yang digunakan


Berbagai instrumen utama yang digunakan adalah penganalisis partikel laser
Microsizer 201-C (Granat-E JSC, St. Petersburg, Rusia), penganalisa permukaan spesifik
Sorbptometr-M (Katakon CJSC, Novosibirsk, Rusia), STA 449 F3 Jupiter, penganalisis
termal sinkron (Netzsch , Selb, Jerman), dua berkas mikroskop elektron pemindaian (Carl
Zeiss, Jena, Germany), sebuah mikroskop Raman confocal DXR (Thermo Fisher Scientific,
Waltham, MA, USA).
Gambar 1. Pengaturan gelombang mikro untuk modifikasi katalis pada tahap persiapan. 1.
Perumahan, 2. pandu gelombang, 3. magnetron, 4. unit kontrol, 5. reaktor larutan dan 6. mekanisme
putar.

2.3 Prosedur
Katalis oksida logam Ni / MgO (komposisi - 80:20) diperoleh
melalui dekomposisi termal. Itu dipilih sebagai bahan yang sedang dipelajari. Prekursor
katalis adalah kristal hidrat - Ni (NO3)2∙6H2O dan Mg (NO3)2∙ 6H2O, dan asam asetat amino -
(NH2\\CH2\\COOH). Metode dekomposisi termal, mewakili pembuatan katalis untuk sintesis
bahan karbon berstrukturnano, termasuk tahap pencampuran, pelarutan komponen dalam air
suling pada suhu ≤60 ° C, dan dekomposisi termal pada 550 ° C. Campuran itu tidak terlalu
panas pada 60 ° C selama tahap pertama karena kemungkinan reaksi samping reduksi ion
nitrat dengan senyawa organik menjadi nitrogen oksida, dan kemungkinan pelepasan uap
asam nitrat. Untuk meningkatkan efisiensi katalis pada tahap dekomposisi termal, larutan
komponen katalis Ni / MgO awal (konduktivitas listrik 847 μS / cm dan pH = 2,17) terpapar
radiasi gelombang mikro dengan frekuensi 2,45 GHz dan kekuatan 800W. Untuk tujuan ini,
pengaturan batch laboratorium digunakan (Gbr. 1). Pengaturan terdiri dari rumahan (1),
pandu gelombang (2), magnetron (3), unit kontrol (4), reaktor larutan (5), dan mekanisme
putar (6) yang diperlukan untuk mencampur sistem dalam modifikasi. Setelah modifikasi
jangka pendek sistem katalitik (volume - 50 mL) selama 10-180 s, segera mengalami
dekomposisi termal selama 30 menit untuk menghilangkan kotoran organik. Katalis yang
dihasilkan digiling dan digunakan untuk mensintesis bahan karbon berstruktur nano (yaitu,
CNT) dalam reaktor laboratorium gelas kuarsa. Katalis (20mg) didistribusikan secara
seragam di atas permukaan substrat dan ditempatkan ke dalam zona reaksi yang dipanaskan
pada 650 ° C menggunakan lampu halogen. Zona reaksi pertama-tama dibersihkan dengan
gas inert, dan kemudian campuran propana-butana atau etilen dimasukkan ke dalamnya.
Setelah menyelesaikan proses CVD, substrat dikeluarkan dari reaktor, dan produk yang
disintesis ditimbang. Efisiensi katalis dievaluasi dengan hasil spesifik dari bahan
berstrukturnano (gCNTs / gcatalyst).
Untuk memperkirakan komposisi terdispersi, suspensi berair dari
sampel katalis yang diperoleh terpapar USG selama 60 detik pada a kekuatan 200W dan
dipelajari menggunakan penganalisis partikel laser “Microsizer 201-C” (Granat-E JSC, St.
Petersburg, Rusia). Luas permukaan spesifik dari katalis dan nanoproduk ditentukan oleh
method BET multipoint menggunakan penganalisis permukaan Sorbptometr-Mspecific
(Katakon CJSC, Novosibirsk, Rusia). Stabilitas termal dari sampel katalis nikel-magnesium
oksida yang diperoleh dipelajari dengan menggunakan analisis termogravimetri dalam mode
laju pemanasan dinamis (laju pemanasan - 10 ° С / menit) pada penganalisis termal sinkron
STA 449 F3 Jupiter (Netzsch, Selb, Jerman) di udara. Berat sampel katalis adalah 4,2-4,3 mg.
Untuk mempelajari morfologi CNT yang disintesis, sebuah mikroskop elektron pemindai dua
berkas Neon 40 (Carl Zeiss, Jena, Jerman) digunakan. Untuk menilai integritas struktural
lapisan graphene dari CNT tersebut, spektrum Raman, direkam dengan Ramanmicroscope
confocal DXR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, MA, USA) pada panjang gelombang
laser eksitasi 532 nm, dianalisis.

3. Hasil dan Pembahasan


Katalis oksida logam yang diperoleh dengan metode konvensional tanpa modifikasi
microwave menunjukkan struktur berpori berbentuk karang dengan permukaan spesifik 5,00-
5,53 m2 / g (Gbr. 2). Hasil analisis komposisi terdispersi katalis awal, mewakili
ketergantungan fraksi massa partikel P pada diameter partikel D, disusun sebagai histogram
(Gbr. 3), dari mana ukuran partikel rata-rata (tanpa mempertimbangkan besar aglomerat)
ditemukan sama dengan 35,0 μm.

Gambar 2. Gambar SEM dari katalis Ni / MgO awal.


Gambar 3. Distribusi komposisi terdispersi dari partikel katalis awal.

3.1. Analisis SEM


Hasil spesifik dari produk berstruktur nano yang diproduksi menggunakan katalis ini
tergantung pada sumber hidrokarbon yang digunakan dalam sintesis CVD (Tabel 1).

Dapat dilihat bahwa campuran propana-butana lebih efektif (hasil produk rata-rata - 10,6
gCNTs / gcatalyst). Menurut analisis SEM, produk yang disintesis pada katalis ini mewakili
struktur nano karbon berbentuk tabung dengan diameter 10–80 nm yang diidentifikasi
sebagai CNT multi-dinding [27]. Sebenarnya, puncak berikut tipikal dari CNT multi-dinding
disajikan dalam spektrum Raman dari bahan yang diperoleh (Gbr. 4). Ini adalah puncak G
(1500–1600 cm − 1) yang terkait dengan getaran atom karbon dalam bidang lapisan
graphene; Puncak D (1250–1450 cm − 1) ditugaskan untuk ketersediaan atom karbon dalam
keadaan hibridisasi sp3 [29]. D ′ (1600–1630 cm − 1) menunjukkan adanya cacat struktural
pada material; karena pelanggaran aturan seleksi untuk vektor gelombang, yang mengarah
pada aktivasi fonon dari titik interior zona Brillouin dalam spektrum Raman [30]. Puncak G ′
(~ 2700 cm-1) adalah nada tambahan dari puncak D [31]. Puncak D + D character mencirikan
keberadaan C \\ Hbonds yang ada di permukaan CNT yang diperoleh oleh Metode CVD,
karena konversi bahan baku hidrokarbon yang tidak lengkap. Nilai intensitas puncak D / G,
digunakan secara konvensional untuk memperkirakan tingkat cacat lapisan graphene di CNT,
ditemukan 0,856 untuk sampel bahan yang disintesis pada katalis awal.

Gambar 4. Spektrum Raman dari struktur nano karbon yang disintesis (a): pada katalis Ni /
MgO awal dan (b): pada katalis Ni / MgO yang dimodifikasi microwave.

3.2. Analisis TEM


Karena metode modifikasi katalis yang diusulkan pada tahap produksi, tidak hanya
morfologi, tetapi juga efisiensi sistem katalis Ni / MgO berubah. Morfologi katalis yang
dimodifikasi microwave ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar. 5. TEM gambar dari struktur nano karbon disintesis pada katalis Ni / MgO
awal.
Hasil analisis komposisi terdispersi dari katalis Ni / MgO yang diaktifkan dengan radiasi
microwave selama 30 detik juga disajikan sebagai histogram (Gambar 6), dari dimana ukuran
partikel rata-rata (tanpa mempertimbangkan gumpalan besar) ditemukan sama dengan 32,0
μm. Pemrosesan katalis menggunakan radiasi microwave selama 10-180 s menghasilkan
peningkatan luas permukaan spesifik katalis dan hasil spesifik dari struktur nano karbon
(Tabel 2).
Gambar 7 menyajikan kurva thermogravimetric (TG) dan differential scanning
calorimetry (DSC) yang dibuat untuk sampel katalis yang diperoleh. Setelah menganalisis
kurva TG dan mengungkapkan daerah eksternal pada kurva DSC yang mengkarakterisasi
efek termal dari proses, dimungkinkan untuk berasumsi tentang fitur perilaku mereka. Karena
katalis Ni / MgO tidak teroksidasi dan tidak terurai di udara dalam kisaran suhu 30-900 ° C,
tidak ada kehilangan massa sampel yang diamati pada kurva TG, dengan demikian,
memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa katalis tidak berpartisipasi ke dalam reaksi
kimia apa pun.

Gambar 7. Kurva TG dan DSC yang dibuat untuk sampel katalis (garis padat - katalis Ni /
MgO awal, garis putus-putus - katalis Ni / MgO yang dimodifikasi microwave
Ekstrem yang diamati pada kurva DSC dibangun untuk keduanya sampel katalis
menyarankan adanya transisi fase dalam bentuk rekristalisasi. Selain itu, untuk katalis yang
dimodifikasi microwave, transisi ini disertai dengan pelepasan jumlah panas yang lebih kecil,
yang disebabkan oleh struktur yang tertata lebih baik dan memfasilitasi diperolehnya struktur
nano yang lebih seragam (mengenai diameter) dengan kualitas lebih tinggi selama sintesis.
Ketergantungan waktu modifikasi microwave katalis pada hasil spesifik dari bahan
berstruktur nano karbon yang diperoleh sebagai hasil dari proses CVD (campuran propana-
butana) ditunjukkan pada Gambar. 8.

Gambar 8. Pengaruh waktu modifikasi microwave dari katalis pada hasil spesifik dari
nanoproduct.

Penggunaan katalis dalam kondisi seperti itu dalam proses CVD


diizinkan untuk meningkatkan hasil spesifik dari nanostruktur target
bahan dari 10,6 sampai 15,4 gC / gcatalyst. Modifikasi katalis dengan radiasi microwave
selama 30 detik mendorong sintesis CNT berlapis-banyak yang memiliki kualitas lebih tinggi
daripada yang disintesis ketika menggunakan katalis yang tidak dimodifikasi. Bahan karbon
nanomagnetik yang diproduksi pada microwave transformed katalis (waktu modifikasi - 30
detik) mewakili formasi berbentuk silinder filamen dengan diameter 10–40 nm, yang di
antaranya diberikan pada Gambar. 9. Gambar TEM dari struktur nano karbon (Gbr. 10)
menegaskan bahwa modifikasi microwave katalis selama 30 detik pada tahap produksi
memungkinkan sintesis CNT berlapis-banyak. Berdasarkan data spektroskopi Raman, rasio D
/ G untuk nanotube yang disintesis pada katalis yang dimodifikasi microwave adalah 0,856,
menunjukkan struktur permukaan lapisan graphene yang lebih sempurna daripada yang
diperoleh pada katalis awal.
4. Kesimpulan
Hasil yang dijelaskan di sini menunjukkan bahwa selama paparan katalis prekursor Ni
/ MgO terhadap radiasi microwave (bahkan jangka pendek), transformasi selektif (aktivasi)
dari masing-masing komponen dari sistem yang diproses terjadi, yang tidak dapat diamati
selama pemanasan termal konvensional. Modifikasi katalis menggunakan radiasi microwave
mengubah sistem menjadi keadaan transisi tertentu, yang dapat merangsang proses fisik dan
kimia yang berbeda secara kualitatif dengan komposisi dan keadaan awal sistem katalitik
yang sama. Sistem kehilangan status transisinya dalam 20-30 menit setelah modifikasi, dan
dengan demikian, segera setelah terkena radiasi gelombang mikro.
Penggunaan radiasi microwave pada tahap persiapan katalis Ni / MgO meningkatkan
luas permukaan spesifik katalis dari 5,2 menjadi 9,1 m2 / g. Luas permukaan spesifik terbesar
katalis terbentuk ketika memodifikasi larutan komponen awal dengan radiasi microwave
frekuensi 2,45 GHz selama 30 detik. Aplikasi katalis seperti itu dalam sintesis CNT
memungkinkan untuk meningkatkan hasil nanoproduk sebesar 40-45%. Berdasarkan hasil
analisis SEM dan TEM, orang dapat mengasumsikan bahwa tidak adanya daerah
superheating lokal dalam sampel selama modifikasi microwave dari katalis mempromosikan
nukleasi lebih banyak pusat yang aktif secara seragam. Oleh karena itu, variasi dalam
diameter CNT hanya 10-40 nm. Efek yang diamati dari peningkatan efisiensi katalis Ni /
MgO karena penggunaan radiasi microwave pada tahap pembuatannya memungkinkan untuk
menyimpulkan bahwa meskipun ada sedikit peningkatan dalam biaya energi, metode
formodifikasi katalis katalis CNT yang dipertimbangkan secara ekonomis dapat dibenarkan
secara ekonomis. untuk pembuatan industri nanoproduk. Karbon nanotubes disintesis dapat
digunakan untuk berbagai keperluan termasuk pengolahan air karena ekonomi dalam
produksi dan luas permukaan yang besar.

Anda mungkin juga menyukai