Secara atomik, kenapa senyawa kompleks bisa menghasilkan warna? Jika kita melihat teori
Medan Kristal dan juga Teori Medan LIgan, menghasilkan banyak yang pertentangan dari kedua teori
tersebut. Misalnya saja, Pada atom Cr3+ ada 3 elektron struktur dari teori medan ligan octahedral, 2 orbital
t2g, 3 elektron di bawah tidak berpasangan, 2 elektron eg nya kosong. Ketika senyawa Cr3+ menerima
foton yang energinya tepat atau lebih, maka akan ada elektron yg tereksitasi, 1 elektron akan naik keatas,
pada spektro uv-vis akan muncul 1 puncak, ketika ada foton dengan energi yang lebih besar lagi, akan
mengeksitasi elektron yang kedua akan pindah ke eg lagi, menyebabkan orbital t2g menjadi tinggal 1 dan
di eg ada 2 elektron. Menunjukan bahwa d3 elektron pada Cr3+ menghasilkan 2 puncak, jika ada energi lagi
mengeksitasi elektron yang ketiga apakah bisa, jadi t2g nya kosong? Hal tersebut tidak mungkin,
dikarenakan adanya larangan pauli, dimana 3 elektron tersebut memiliki spin yang sama,dan nanti akan
ada satu orbital yang memiliki bilangan kuantum yang sama, maka menurut teori medan ligan akan
menghasilkan 2 puncak pada spektrumnya, namun kenyataannya ada 3 puncaknya. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Kita dalam teori ini dapat melihat spectra yang dihasilkan sesuai dengan konsep kimianya, bisa
menganalisis spektra secara detail.
Kenapa setiap senyawa bisa menyerap gelombang Elektromagnetik? Setiap senyawa mempunyai energi
orbital/ orbitas molekul, orbital paket energi yang lebih rendah dan tinggi, yang merupakan
pendistribusian elektro, ketika mendapatkan paket energi yang lebih tinggi lagi disini foton, maka akan
berubah orbitalnya menjadi lebih tinggi/ tereksitasi, oleh karena itu dia menyerap, ketika menyerap,
itensitas yang ditereuskan berkurang, untuk paket energi pada gelombang tertentu. Paket energi
variasinya berbagai macam, yaitu :
Untuk senyawa kompleks yang berwarna warni, yaitu diwilayah visible yang bisa kita lihat, terjadi transisi
yang berbeda-beda, elektronik, vibrasi, dan rotasi, yang mempunyai energi yang berbeda-beda. Untuk
senyawa kompleks kita lihat interaksi pada uv-vis, bisa kita lihat warna yang diserap dan dihasilkan. Warna
komplementer bisa menjadi batas warna apa yang diserap.
Spektroskopi elektronik berkaitan dengan transisi elektron antara tingkat energi dan mencakup
spektroskopi penyerapan dan emisi atau penyerapan radiasi yang menyebabkan transisi elektronik dalam
molekul atau kompleks.
Untuk melihat spectra elektronik, transisi elektronik. Paket energi dalam bentuk potensial energi,
ada keadaan dasar dan terksitasi, paket energi ketika dekat mendekat dengan inti sangat tinggi
tolakannya, ketika dijauhkan menurun tolakannya, kemudian ketika dijauhkan lagi setelah equilibriumnya
meningkat gaya tariknya. Ada paket energi vibrasi, pada paket energi vibrasi ada paket energi rotasi.
Ketika terjadi transisi elektron dari keaadan level energi rendah (keadaan dasar) ke level energi lebih
tingginya / terksitasinya,dikenal dengan transisi elektronik. Transisi vibrasi ketika pada level energi
elektronik yang sama, namun level energi vibrasi berbeda. Namun transisi rotasi,dimana level energi
vibrasi yang sama dan level energi elektronik yang sama. Oleh karena itu transisi elektronik lebih tinggi
energinya daripada transisi vibrasi > daripada transisi rotasi. Transisi yang sesuai energinya dengan
gelombang Elektromagnetik uv-vis, yang bisa dilihat pada spektrofotometer uv-vis.
3 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
Contoh warna warni komplementari, Spektra Elektronik (UV-vis spectroscopy) roda warna :
-Jumlah puncak, senyawa kompleks mempunyai jumlah puncak tertentu, menunjukan karakter dari
senyawa tersebut.
Aturan seleksi :
1. Transisi antara dua orbital memiliki spin multiplicity yang berbeda adalah Spin FORBIDDEN.
Bahwa elektron akan mengalami eksitasi dengan tidak merubah spinnya, dan total spinnya tidak
berubah.
S: total spinnya, jika 1 elektron spinnya ½. Multiplicitynya : (2xS)+1
Total spin sebelum dan sesudah harus sama.
Suatu orbital A2g memilki mempunyai spin multiplicity triplet, setelah tereksitasi di T1g juga
triplet. Biasanya intensitasnya tinggi, karena mengikuti aturan.
Sementara jika berubah spinnya, multiplisitinya berkurang, awalnya berpasangan, total spinnya
0, spin multiplisinya 1, ada 1 orbital yang berubah spinnya, jadi 2 yang tidak berpasangannya,
total spin 1, spin multiplisitinya 2, dan S+1 nya jadi 3, jadi dari singlet berubah jadi triplet. Jika
terjadi eksitasi intensitasnya kecil, ini merupakan spin forbidden.
Yang kedua triplet menjadi singlet, spin forbidden, intensitasnya rendah.
2. Transisi antara dua orbital yang sama “parity” (simetri dari inversi) adalah Laporte FORBIDDEN.
Terjadi pada senyawa kompleks yang memiliki senyawa yang strukturnya mempunyai simetri
invers. Seningga mempunyai kemungkinan melanggar aturan laporte. Senyawa tetrahedral tidak
mempunyai invers jadi tidak mengikuti aturan ini. Aturan ini mempunyai rumus.
Harus ada perubahan orbital. Jika terjadi eksitasi pada t2g ke t1u maka transisi tersebut
perbolehkan (Laporte allowed), biasanya intensitasnya tinggi.
Jika keduanya spin allowed dan Laporte allowed maka intensitasnya akan sangat tinggi.
Menentukan ∆o
Bisa dilihat transisi elektronik dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Tujuannya mengukur
puncak erapan, kita bisa mengkarakterisasi untuk menghitung ∆o / ∆tet pada senyawa kompleks.
Kenyataannya berbeda untuk menentukan ∆o pada d1-d10, ternyata tidak sama semua. Pada teori
5 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
medan Kristal dan medan ligan interaksi elektron dengan elektron di abaikan, padahal interaksi tersebut
mempengaruhi perubahan energi juga.
Satu elektron yang tereksitasi mempunyai 6 kemungkinan penempatan, atau menghasilkan 2 energi
orbital yang berbeda. Kedua konfigurasi elektron ini tidak memiliki energi yang sama karena memiliki
tolakan electron yang berbeda. Sehingga menyebabkan puncak serapan bukan 2 tetapi bisa 3 puncak.
Secara umum hampir mirip d1, d4, d6 dan d9 secara umum memiliki 1 serapan, karena
mempunyai 1 kemungkinan saja terksitasinya, “puncak tambahan” karena distrosi Jahn-Teller.
d2, d3, d7 dan d8 secara umum memiliki 3 serapan. Harus 2 serapan karena kemungkinan
terksitasnya hanya 2?
6 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
*Pada teori medan kristal dan medan ligan interaksi elektron dengan elektron di abaikan, padahal
interaksi tersebut mempengaruhi perubahan energi juga.
Kita harus pahami bahwa transisi spektrokopik terjadi antara keadaan energy dari logam transisi baik
dari ion bebasnya maupun dengan ligannya (ligan medan lemah dan ligan medan kuat) dan bukan
antara orbital-orbital
7 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
Oleh karena itu kita harus menentukan keadaan energi untuk berbagai konfigurasi elektronik dalam:
- Atom bebas atau ion tanpa ligand yang disebut Term Simbol
Pada teori Medan Kristal dan medan ligan masih banyak kekurangannya, seperti kenapa yang seharusnya
serapannya 2 tetapi kenyataannya panjang gelombang maksimun lebih dari 2. Ada perbedaan penataan
orbital, kita harus mengatahui keadaan awal ligan sebelum bertemu dengan ligan atau dalam keadaan
bebasnya. Keadaan energy sangat bergantung pada bilangan kuantumnya.
Hal ini untuk satu electron, untuk yang 2 elektron ada pengaruh interaksi electron-elektronnya.
Nilai ini yang akan membedakan mana orbital yang lebih tinggi dan lebih rendahnya.
Kenapa memiliki kopling? Bilangan kuantum orbital mempunyai vector, menghasilkan bilangan kuantum
baru yaitu J, interaksi antara L dan S.
Russell-Saunders Coupling
Ex. Hidrogen hanya punya 1 elektron, total spin angular momentumnya S⃗ = ½, dan total angular
momentumnya 1s sehingga L⃗ =0
9 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
Ada 4 kemungkinan bisa dua-duanya tidak berpasangan atau keatas dua-duanya, bisa dua-
duanya spinnya kebawah, atau yang satu keatas dulu baru kebawah, atau sebaliknya kebawah
dulu baru keatas. Sehingga ada 2 kemungkinan total spinnya yaitu S=1 atau S=0. Tetapi ini
bukan keadaan dasar.
Contoh pada Litium 2s1 ada kemungkinan nilai L nya hanya 1 yaitu = 0.
Contoh lain 2p1 ada 3 kemungkinan ml=-1, ml=0, dan ml=-1.
Misalnya pada karbon 2p nya ada 2 elektron, ada 9 kemungkinan, maka total nilai L nya ada 3
kemungkinan yaitu L= 2,1,0.
• Spin multiplicity = 2S + 1
• Total Angular momentum (Russel Saunder interaction)
J = L+S kopling sampai J=L-S
Ex. Jika ingin mengisi 1 elektron di orbital p, berapa kemungkinan pengisiannya (microstatenya)
ada 6 keadaan microstatenya yang mempunyai energy berbeda-beda.
Diatas merupakan microstate dalam keadaan dasar (1s1) dan juga dalam keadaan tereksitasinya.
Keadaannya sesuai dengan aturan seleksi untuk transisi elektroniknya.
Untuk orbital yang terisi penuh L=0 dan S=0 maka tidak berkontribusi sama sekali. Jadi yang
dilihat hanya knfigurasi terakhir yaitu 3s1. Ketika electron tereksitasi pada orbital p maka akan
menempati 2P1/2 atau 2P3/2, dan ketika mengalami emisi akan mengalami perbedaan energi dari
doublet 2P1/2 ke doublet 2S½ atau 2P3/2 ke 2S½. Sehingga menghasilkan 2 panjang gelombang
berbeda, sehingga menghasilkan doublet.
12 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
Pada atom karbon akan 6 term symbol yang akan ditempati oleh 2 elektron, sehingga akan
ada 15 microstate 2 elektron mengisi orbital p. dari ke 15 microstate ada yang memiliki energy
yang sama. Sehingga dibuat table lagi untuk menghitung jumlah keadaan micro yang energi sama.
13 Spektra Elektronik Kompleks Logam Transisi
Shinta Novita Sari
Ternyata pada atom C hanya memiliki 3 term symbol (3 keadaan energy) yaitu : 3P, 1S, 1D totalnya
15 microstate (kemungkinan electron mengisi orbital).
3. Jika dua keadaan dengan nilai S dan L yang sama nilai J menentukan :
a. Untuk atom berelektron kurang dari half fill, nilai J terendah memiliki energi yang
lebih rendah atau J tinggi maka energinya tinggi, misal untuk d2 ion 3F2 < 3F3 < 3F4
b. Untuk atom berelektron lebih dari half fill, nilai J tertinggi memiliki energy yang lebih
rendah, misal d6 ion 3F4 < 3F3 < 3F2
Sehingga tingkatan energinya 3P < 1S < 1D. Aturan seleksinya forbidden karena dua orbital memiliki
spin multiplicity yang berbeda, dari keadaan dasarnya tripel P ke singlet D, sehingga intensitasnya
kecil.
Maka orbital D aka nada 2 keadaan 2D5/2 dan 2D3/2. Dan aturan seleksinya spin allowed atau
terpenuhi oleh karena itu senyawa transisi berwarna, tetapi l bukan ± 1, tetapi nya 0 karena
transisi orbitanya hanya dari d ke d . Sehingga intensitasnya relative tinggi tetapi tidak terlalu
tunggi.