Anda di halaman 1dari 81

Struktur Molekul

Aproksimasi Born-Oppenheimer
Teori Ikatan Valensi
Molekul diatomik Homonuklir
Molekul poliatomik
Teori Orbital Molekul
Ion Molekul Hidrogen
Molekul Diatomik Homonuklir
Molekul Diatomik Heteronuklir
Reaksi Biokimia O2, N2, dan NO
Orbital Molekul Pada Sistem Poliatomik
Aproksimasi Huckel
Komputasi Kimia
Prediksi Sifat Molekul

Aproksimasi Born-Oppenheimer

Aproksimasi
Born-Oppenheimer
Pendekatan Born-Oppenheimer

Aproksimasi Born-Oppenheimer menganggap bahwa inti yang


jauh lebih berat dari elektron, bergerak relatif lebih lambat
dan dapat dianggap diam pada saat elektron bergerak
mengelilinginya.
Elektron begitu ringan relatif terhadap inti sehingga gerakan
elektron dapat mudah mengikuti gerakan inti

Bohrn-Oppenheimer approximation
ri= posisi elektron
Rj= posisi inti

Mencari nilai Energi potensial elektron


2 1
1
=
+
40
rA dan rB adalah jarak antara elektron dari inti A dan B
Persamaan ini digunakan pada persamaan Schrodinger satu
partikel.

+ =

Aproksimasi
ini
memungkinkan kita untuk
menentukan
pemisahan
antar inti tertentu dan
menyelesaikan persamaan
schrodinger untuk distribusi
elektron
Kemudian, dapat dihitung
variasi
energi
molekul
terhadap panjang ikatan
dengan mengabaikan energi
kinetik inti
Maka, diperoleh Kurva
energi potensial molekul

Kurva energi potensial molekul.


Panjang ikatan keseimbangan Re
sesuai dengan minimumnya
energi itu.

Pada langkah kedua ini melibatkan pemisahan


getaran, translasi, dan gerakan rotasi.
Pendekatan dilakukan dengan memperkenalkan
persamaan energi kinetik nuklir (Tn) dan memcahkan
persamaan Schrdinger untuk gerak nuklir.

Nilai eigen E adalah energi total molekul, termasuk


kontribusi dari elektron, getaran nuklir, dan rotasi
secara keseluruhan.

Pendekatan Bohrn- Oppenheimer


memungkinkan kita untuk :
1. Memilih metode pemisahan inti pada molekul
diatomik
2. Menyelesaikan persamaan Schrodinger untuk
pemisahan elektron dan inti.
3. Melakukan pendekatan energi yang terpisah

Teori Ikatan Valensi

TEORI IKATAN VALENSI

Teori ikatan valensi atau yang biasa disebut


dengan TIV merupakan bentuk pengembangan
dari mekanika kuantum teori Lewis. Teori
ikatan valensi menjelaskan sifat ikatan kimia
dari sudut valensi atom

elektron-elektron yang digunakan bersama itu


menempati orbital-orbital atom yang saling
bertindihan (overlap).

Kekuatan ikatan bergantung pada derajat


pertindihan yang terjadi.

Pada teori ikatan valensi terdapat dua konsep


penting yakni konsep resonansi dan konsep

hibridisasi.

Beberapa poin penting dari teori ikatan valensi :


1. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada atom-atom.
2. Elektron-elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
3. Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi
dengan elektron-elektron yang lain.
4. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan
gelombang untuk setiap atomnya.
5. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat
pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.

6. Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang
tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung
berada pada orbital yang terkonsentrasi itu.

Konsep Hibridisasi
Hibridisasi adalah penggabungan orbital-orbital
untuk membentuk suatu orbital baru dari
keadaan tereksitasi. Berikut contoh hibridisasi
sp3

Contoh Hibridisasi
Berikut adalah contoh hibridisasi Etana

Contoh Hibridisasi (2)


Berikut adalah hibridisasi orbital sp2

Konsep Resonansi
Resonansi adalah suatu konsep untuk menerangkan
struktur dari molekul yang mempunyai dua atau
lebih struktur yang ekivalen, yang memenuhi
persyaratan ikatan, senyawa yang tidak dapat
dituliskan hanya dengan satu rumus struktur,
melainkan digambarkan melalui lebih dari satu
rumus struktur.

Penerapan Teori Ikatan Valensi


A. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Diatomik
Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa sebuah ikatan
kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga
dua inti atom bersama. Oleh karena efek penurunan energi sistem,
teori ini berlaku dengan baik pada molekul diatomik. Menurut teori
ini, elektron-elektron dalam molekul menempati orbital-orbital
atom dari masing-masing atom.
B. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Poliatomik

Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul


poliatomik beriringan dengan teori hibridisasi molekul. Dalam
contoh ini disajikan penerapan teori ikatan valensi untuk
menjelaskan mengenai hibridisasi sp3 pada molekul metana (CH4).

Molekul poliatomik

Sumber gambar: http://images.flatworldknowledge.com/averillfwk/averillfwk-fig02_001.jpg

Persamaan VBT dan MOT


Teori ikatan valensi dan teori orbital molekul memiliki
beberapa konsep dasar yang sama, diantaranya adalah:
Keduanya sama-sama melibatkan pembagian elektronelektron yang ada dalam sebuah atom ataupun molekul
sehingga memiliki paling banyak dua elektron pada setiap
pasangnya.
Kedua teori ini menjadikan kombinasi dari elektron-elektron
yang ada oleh inti masing-masing atom atau molekul sebagai
konsep pembentukkan ikatan
Berdasarkan pada kedua teori ini, energi dari orbital-orbital
yang saling tumpang tindih merupakan bentuk perbandingan
dan memiliki kesamaan pada bentuk simetrinya.

Perbedaan VBT dan MOT


No.

Perbedaan

VBT

MOT

Ikatan

Ikatan hanya dibebankan Ikatan dibebankan pada


pada kedua atom, tidak kedua atom dan juga
pada molekul
molekul

Tokoh pengusung

Pertama kali diusulkan


Pertama kali diusulkan
oleh W. Heitler dan F.
oleh F. Hund dan R.S.
London pada tahun 1927 Mulliken pada tahun 1932

3.

Penerapan

Menggunakan konsep
hibridisasi dan resonansi
dalam penerapannya

4.

Hubungan dengan sifat


paramagnetik Oksigen

Tidak dapat menjelaskan Dapat menjelaskan sifat


sifat paramagnetik pada paramagnetik pada
Oksigen
Oksigen

Pendekatan kuantitatif

Pendekatan dalam
perhitungan memiliki
langkah yang cukup
sederhana

1.

2.

5.

Tidak ada ruang bagi


penerapan resonansi
dalam teori ini

Pendekatan dalam
perhitungan cukup rumit
dan membutuhkan
ketelitian lebih tinggi

Apa poliatomik?
Kata poliatomik berasal dari dua kata poli dan
atom, berarti banyak atom. Hal ini dapat
berupa atom homogen (O2, Hg22+, O3, O22-) atau
kombinasi dari atom yang heterogen (CN, H2SO4,
ClO3). Sebagian besar molekul dan ion ada
sebagai sifat poliatomik.
Ion poliatomik: ion molekuler adalah nama lain
untuk ion poliatomik. Sebagian besar ion
poliatomik yang baik adalah molekul kovalen
kimia atau golongan logam.
Ion positif: NH4+, H3O+, PH4+
Ion negatif: CrO42, CO32, CH3COO, SO42, NO3

Molekul poliatomik
Mereka adalah molekul dengan dua atom atau lebih. Mereka
tidak memiliki muatan positif atau negatif. Dengan kata lain,
molekul ini netral. (H2SO4, CH3COOH, Na2CO3, NaCl, C2H4)

Sifat
Sebagian besar ion poliatomik yang baik kovalen atau golongan
logam. Molekul poliatomik bermuatan netral.
Contoh untuk monoatomik dan poliatomik:
Contoh untuk ion poliatomik adalah CrO42, CO32, CH3COO,
SO42, NO3
Contoh untuk molekul poliatomik adalah KCl, KBrO3,
C6H5COOH.

Ukuran:
Ketika senyawa kimia poliatomik yang terbentuk, ukuran
ion poliatomik atau molekul poliatomik menjadi lebih besar dari
semua atom asli dalam kompleks. Karena, dua atau lebih atom
bergabung membentuk ion / molekul poliatomik.
Bentuk:
Geometri dari spesies kimia poliatomik bervariasi
tergantung pada jumlah molekul dan pasangan mandiri hadir
dalam molekul. Karena jumlah atom meningkat lebih struktur
yang kompleks yang dibentuk untuk mencapai stabilitas.

Teori Orbital Molekul

TEORI ORBITAL MOLEKUL

DEFINISI

Konfigurasi Elektron
Pembentukan

BONDING
&
ANTIBONDING

PENGISIAN

Orde Ikatan

Orbital molekul adalah hasil


tumpang tindih dan
penggabungan orbital atomik
pada molekul

DEFINISI
Orbital molekul
ikatan (bonding)

Orbital molekul Antiikatan (Antibonding)

orbital yang dihasilkan dari


tumpang tindih orbital dari
gelombang yang sefase, sifatnya
lebih stabil dan mempunyai energi
lebih rendah.

orbital yang dihasilkan dari tumpang


tindih orbital dari gelombang keluar
fase, sifatnya kurang stabil dan
mempunyai energi lebih Tinggi.

Orbital molekul Non- ikatan


(Nonbonding)
orbital yang terjadi apabila pada
daerah tumpang-tindih ada orbital
atomik yang tidak bereaksi dalam
pembentukan ikatan.

SYARAT PEMBENTUKAN ORBITAL


MOLEKUL

(1) Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk


tumpang tindih.
(2) Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang
tindih sama.
(3) Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.

Pengisian elektron orbital


molekul dimulai dari energi
yang tingkatannya
rendah(bonding) ke energi
yang ikatannya tinggi
( Antibonding )

Pembentukan Molekul
Petunjuk umum untuk memperoleh deskripsi orbital molekul
dari orbital atom:
1. Bentuklah gabungan linier dari orbital-orbital atom
untuk menghasilkan orbital-orbital molekul.
Jumlah total orbital molekul = jumlah orbital atom (Bukan hanya E.Val)
2. Tempatkanlah orbital molekul dalam urutan dari energi
yang paling rendah ke yang paling tinggi
3. Masukkan elektron-elektron (dua elektron per orbital molekul)
mulai dari orbital dengan energi yang paling rendah.
Gunakanlah aturan Hund apabila memang sesuai.

Seperti orbital atom, setiap orbital molekul dapat


menampung hingga dua elektron dengan spin
berlawanan sesuai dengan asas larangan pauli.
Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan
energi yang sama, susunan yang paling stabil diramalkan
dengan aturan Hund, yaitu elektron memasuki ke orbitalorbital molekul dengan spin sejajar.
Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan
jumlah semua elektron pada atom-atom yang berikatan.
Untuk menghitung kestabilan spesi-spesi ini, kita
tentukan orde ikatan.

DERAJAT Ikatan ( DI)


Kemudian stabil tidak nya suatu molekul ditentukan
melalui orde ikatan / derajat ikatan

DI digunakan untuk meramalkan kestabilan molekul

1. Jika DI suatu molekul sama dengan nol (0) maka


molekul tersebut tidak stabil
2. Jika DI lebih dari nol (0) maka molekul tersebut
stabil
3. Semakin besar nilai dari DI, semakin stabil ikatan
dalam molekul

Ion Molekul Hidrogen


Ion molekul hidrogen terdiri atas dua proton dan
satu elektron. Hamiltonian untuk single elektron
dalam H2 yaitu

dimana rA1 dan rB1 adalah jarak elektron dari inti dan R
adalah jarak antar inti

(a) Kombinasi linear dari atom orbital


Karena merpresentasikan perilaku elektron, fungsi
gelombang elektron ion molekul gelombannya dapat
diungkapkan sebagai superposisi gelombang elektron yang
bergerak mengitari masing-masing proton secara terpisah.
Jadi, ion molekul hidrogen dapat diuraikan sebagai
kombinasi linear atom orbital XA dan XB untuk atom
hidrogen.
di mana, untuk H2, A menunjukkan H1sA , B menunjukkan
H1sB, dan N merupakan faktor normalisasi .

(b) Orbital ikatan dan orbital anti ikatan


Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua
atom hidrogen mengarah pada pembentukan dua
orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan
satu orbital molekul antiikatan
Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih
rendah dan kestabilan yang lebih besar
dibandingkan
dengan
orbital
atom
pembentuknya.
Orbital molekul antiikatan memiliki energi yang
lebih besar dan kestabilan yang lebih rendah
dibandingkan
dengan
orbital
atom
pembentuknya

Orbital ikatan
Penempatan elektron dalam orbital molekul
ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil
Kerapatan elektron lebih besar di antara inti
atom yang berikatan
Berkaitan dengan interferensi konstruktif

Orbital anti-ikatan
Penempatan elektron dalam orbital molekul
antiikatan menghasilkan ikatan kovalen yang
tidak stabil
Kerapatan elektron mendekati nol diantara inti
Berkaitan dengan interferensi destruktif

Molekul Diatomik Homonuklir


Dalam molekul diatomik homonuklir, ikatan
tersebut adalah ikatan kovalen. Setiap atom dalam
molekul memiliki elektronegativitas yang sama,
elektron dibagi rata antara kedua atom. Atom
molekul diatomik homonuklir berbeda dalam hal
elektronegativitas, molekul-molekul ini memiliki
ikatan kovalen polar, dan molekul membentuk dipol.

Ikatan sigma
Ikatan sigma (ikatan ) adalah sejenis ikatan kimia
kovalen yang paling kuat, simetris terhadap rotasi
di sumbu ikat. Dengan definisi ini, bentuk ikatan
sigma yang umum adalah
s+s, pz+pz, s+pz, dan dz2+dz2 (z ditentukan sebagai
sumbu ikat)
Untuk molekul homodiatomik. orbital yang
berikatan tidak memiliki bidang simpul di antara
atom-atom yang berikatan. Antiikat atau orbital
* ditentukan dengan keberadaan sebuah bidang
simpul antara dua atom yang berikatan ini.

Ikatan s-s membentuk ikatan sigma

Ikatan s-p membentuk ikatan sigma

Ikatan p-p membentuk ikatan sigma

Ikatan Phi
Ikatan pi (ikatan ) adalah ikatan kimia kovalen yang dua
cuping orbital atom yang berlektron tunggal bertumpang
tindih dengan dua cuping orbital atom lainnya yang juga
berlektron tunggal. Hanya terdapat satu bidang simpul dari
orbital yang melewati dua inti atom.
Ikatan pi biasanya lebih lemah dari ikatan sigma karena
rapatan elektronnya lebih jauh dari inti atom yang bermuatan
positif, sehingga memerlukan lebih banyak energi.

Dua orbital p yang


membentuk ikatan phi

Integral Tumpang Tindih


Sejauh mana dua orbital bertumpang-tindih dapat
diukur dengan integral tumpang-tindih S:

dimana, jika XA kecil dan XB besar ataupun sebaliknya


maka hasil kali amplitudonya dimana pun akan kecil
dan integralnya juga akan kecil.

Struktur elektron dari molekul diatomik

Spektroskopi Fotoelektron
Spektroskopi fotoelektron mengukur energi ionisasi
dari molekul ketika elektron yang dikeluarkan dari
orbital yang berbeda dengan penyerapan foton dari
energi yang tepat , dan menggunakan informasi
tersebut untuk menyimpulkan energi dari molekul
orbital

Linear Combinations of Atomic


Orbitals (LCAO)
Jika sebuah elektron ditemukan dalam orbital atom A dan B,
maka fungsi gelombang keseluruhan adalah sebuah superposisi
dari dua orbital atomik:

dimana,
untuk H2+, A menyatakan H1SA ,dan B menyatakan H1SB,
sedangkan N adalah faktor normalisasi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa orbital molekul dibentuk dari
kombinasi linear orbital atom yang disebut sebagai LCAO-MO.

Prinsip Variasi
Prinsip ini adalah dasar dari semua kalkulasi struktur molekul
modern yang digunakan untuk mendiskusikan polaritas dan
penentuan koefisien kombinasi linear yang digunakan untuk
membangun orbital molekular.
Prinsip ini secara tidak langsung menyatakan bahwa jika
koefisien dalam fungsi gelombang trial divariasi dengan
menduga nilai hamiltonian pada masing-masing fungsi
gelombang, maka koefisien tersebut menjadi pilihan yang
terbaik.
Metode tersebut dapat diilustrasikan dengan fungsi
gelombang pada persamaan
= cAA+ cBB

Koefisien dapat diselesaikan dengan dua persamaan sekuler


berikut ini:

dimana , = integral Coulomb yang bernilai negatif dan dapat


diartikan sebagai energi elektron ketika menempati atom A
(untuk A) atau B (untuk B).
Pada molekul diatomik homonuklear A= B .
Parameter disebut resonance integral. Parameter ini hilang
ketika orbital tidak overlap, dan kesetimbangan panjang
ikatannya secara normal bernilai negatif.

Persamaan sekular digunakan untuk mendapatkan koefisien


harus mengetahui terlebih dahulu energi E orbital. Seperti
semua persamaan, persamaan sekular memiliki solusi jika
sekular determinannya (D) sama dengan nol, jika:

Determinan tersebut akan menghasilkan persamaan kuadrat


dalam E yang akan memberikan energi pada orbital molekul
bonding dan anti bonding yang dibentuk dari orbital atom dan
berdasarkan prinsip variasi, akar terendah adalah energi
terbaik.

Molekul Diatomik Heteronuklir


Distribusi elektron pada ikatan kovalen antar atom pada
molekul diatomik heteronuklir tidak tersebar secara merata
karena secara energi, lebih baik apabila ikatan elektron
menjadi lebih dekat ke satu atom daripada ke yang lainnya
Ketidakseimbangan tersebut menghasilkan ikatan polar.
Pada ikatan pada HF, pasangan elektron yang dekat dengan
atom F menjadikan atom tersebut memiliki muatan rata-rata
negatif, yang disebut muatan parsial negatif ( ) yang sesuai
dengan muatan parsial positif ( +) pada atom H

Ikatan Polar
Ikatan polar memiliki dua elektron pada suatu
orbital dalam bentuk
= cAA + cBB
Dengan koefisien yang tidak sama.
Proporsi dari orbital atom A pada ikatannya
adalah |cA|2 dan yang B adalah |cB |2. |cA|2 =
|cB|2 untuk ikatan non polar dan ikatan ionik
murni memiliki salah satu koefisien yang 0.

Contohnya pada HF, = cHH + cFF


H= H1s orbital (13.6 eV)
F = F2p orbital (18.6 eV)

Ikatan orbital in HF is dominan F2p dan


antiikatan orbital is dominan H1s orbital.
Kedua elektron dari orbital ikatan akan
lebih cenderung ditemukan pada orbital
F2p, sehingga terdapat muatan parsial
negatif pada atom F dan positif pada atom
H.

Elektronegatifitas
Pembahasan seputar penyebaran muatan
umumnya dibahas pada elektronegatifitas, .
Elektronegatifitas adalah parameter yang
diperkenalkan oleh Linus Pauling sebagai
pengukuran kemampuan dari atom untuk menarik
elektron ke dirinya sendiri saat berada dalam
bentuk senyawa.
Rumus perbedaan elektronegatifitas =

|A B| = 0.102{D(A-B) 12 [D(A-A) + D(BB)]}1/2


Pauling electronegativities

Semakin besar perbedaan elektronegatifitasnya, semakin polar


ikatannya.
Menurut Mulliken, sebuah elemen akan memiliki
elektronegatifitas yang tinggi kalau memiliki energi ionisasi dan
afinitas elektron yang tinggi, yang membuat elektron tidak akan
segera terlepas dan memiliki energi yang cukup untuk menerima
elektron.
Skala elektronegatifitas Mulliken
M = 0.5 (I + Eea)
dimana I adalah energi ionisasi (eV) dari element dan Eea adalah
afinitas elektron (eV)
P = 1.35M0.5-1,37

Perhitungan Fungsi Gelombang dan


Energi Orbital dari suatu Molekul

= Resonance Integral (hilang saat orbital tidak


saling tumpang tindih , dan pada keadaan setimbang
jarak ikatan normalnya negatif)
= Coulumb Integral (negatif, bisa diinterpretasikan
sebagai energi dari elektron pada A atau B

Contoh Soal
Calculate the wavefunctions and energies of the orbitals in the
HF molecule, taking =1.0 eV and the following ionization
energies: H1s: 13.6 eV, F2s: 40.2 eV, F2p: 17.4 eV.
Jawaban:
F2p dan H1s memiliki energi yang lebih berdekatan dibanding
dengan F2s sehingga kita bisa mengabaikan kontribusi dari F2s.

H dan F = energi elektron H1s dan F2p = (-) energi ionisasi atomatomnya
H = -13.6 eV dan F = -17.4 eV

(A adalah F dan B adalah H)

1
21
arctan
2
13,6 +17,4

Tan 2 = 0.58
= 13.9o
Jadi,
E- = -13,4 eV
E+= -17,6 eV
- = 0.97H 0.24F
+= 0.24H + 0.97F

= 0.242239

Dampak terhadap Biokimia


Pada permukaan laut, kandungan udara kira-kira
23.1% O2 dan 75.5% N2 dalam massa. O2
memiliki spin elektron tidak berpasangan dan
menjadi komponen reaktif di permukaan bumi,
peran yang sangat penting dalam dunia biologi
sebagai pengoksidasi.

Kebalikannya, N2 sangat stabil dan tidak reaktif


karena ikatan rangkap 3 yang menghubungkan
atom-atomnya. Reduksi atmosferik N2 ke NH3
adalah salah satu reaksi biokimia yang paling
membutuhkan banyak energi dari metabolisme.
Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh
beberapa bakteri dan arkaea, membuat nitrogen
tersedia pertama untuk tumbuhan, dan amonia
untuk mikroorganisme lain. Setelah diubah menjadi
asam amino oleh tumbuhan, nitrogen menjadi
dalam bentuk yang dapat dikonsumsi hewan.

Reaktifitas dari O2 yang penting dalam konversi


energi biologis, dapat juga mengakibatkan
masalah fisiologis. Produksi ion superoksida O2dalam proses respirasi, membahayakan
komponen sel. Namun ada enzim superoksida
dismutase yang melindungi sel dengan
mengkatalis dismutasi O2- menjadi O2 dan H2O2.
H2O2 yang masih berbahaya untuk sel akan
diproses dengan katalase dan peroxidase
menjadi H2O dan O2.

Nitrogen Oksida, molekul kecil yang berdifusi secara cepat


antara sel-sel, membawa pesan kimia yang mampu memulai
berbagai jenis proses. Molekul tersebut disintesis dari asam
amino arginin dalam rangkaian reaksi dengan katalis nitric
oxide synthase dan membutuhkan O2 dan NADPH.
NO bersifat radikal, sehingga reaktif. Waktu paruhnya sekitar
1-5 detik, jadi perlu sering disintesis sering dalam sel. Seperti
O2, NO berpartisipasi dalam beberapa reaksi yang tidak
dibutuhkan. O2- dan NO bergabung untuk membentuk Ion
Peroxynitrite (ONOO-) yang dapat menjadi berbagai penyakit
dalam tubuh.

Orbital Molekul Pada Sistem


Poliatomik

Aproksimasi Hckel
Persamaan Schrdinger merupakan fungsi
gelombang yang digunakan untuk memberikan
imformasi tentang perilaku gelombang dari partikel.
=E
Dimana,
= operator Hamiltonian yang mengandung
elektron dan inti atom.
= fungsi gelombang.

Aproksimasi Hckel (2)


Untuk mencari energi dan fungsi gelombang persamaan
Schrdinger tersebut ke dalam bentuk matriksnya maka
digunakan metode Hckel.Orbital molekul () dalam metode
Hckel dibentuk melalui kombinasi linear dari orbital-orbital
atom.
Dimana,
i = sebuah orbital molekul atom dan diasumsikan sebagai
fungsi yang dinormalisasi.
Ci = koefisien bagi orbital atom i dalam orital molekul dengan
ketentuan orbital molekul harus dinormalisasi.

Contoh persamaan matriks dengan pendekatan Huckel


untuk orbital molekul butadiena

diperoleh matriks:

sehingga diperoleh fungsi gelombang dari nilai x

Komputasi Kimia
Kimia komputasi adalah cabang kimia yang
menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke
dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat
molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi
terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti
protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan,
padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program
tersebut pada sistem kimia nyata.
Contoh sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain
struktur (yaitu letak atom-atom penyusunnya), energi
dan selisih energi, muatan, momen dipol, kereaktifan,
frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya.

Titik awal untuk menuliskan banyaknya elektron


fungsi gelombang sebagai produk dari satu fungsi
gelombang elektron

Memprediksi Sifat Molekul


Kepadatan Elektron dan Permukaan Potensial
Elektrostatik
Hasil mentah dari perhitungan struktur molekul adalah
sebuah list dari koefisien orbital atom pada masingmasing orbital molekul beserta energinya
Setelah kita mengetahui koefisiennya, kita bisa membuat
representasi dari Kepadatan Elektron molekul dengan
menandai orbital mana yang telah ditempati dan
membentuk kuadrat dari orbital-orbitalnya
Total kerapatan elektron pada setiap titik adalah jumlah
dari kuadrat fungsi gelombang dievaluasi pada saat itu
Hasilnya biasanya direpresentasikan dengan permukaan
isodensity, permukaan dengan kepadatan elektron total
yang konstan
Bentuknya merupakan representasi dari molekul dengan
membayangkan suatu bola yang merupakan molekul
pelarut dengan intinya berada dipusatnya.

Muatan rata-rata pada suatu titik di permukaan


isodensity dapat dihitung dari mengurangi
muatan kepadatan elektron dengan muatan yang
diakibatkan oleh inti
Permukaan potensial elektrostatik (electrostatic
potential surface)
Rata-rata muatan positif akan digambarkan oleh
satu warna dan rata-rata negatif akan
digambarkan dengan warna lain dengan gradasi.

Thermodynamic and spectroscopic


properties
Metode komputasional digunakan untuk memprediksikan
apakah interaksi suatu zat sama larutannya akan
meningkatkan atau menurunkan angka entalpi
pembentukan
Contohnya, asam amino glisin, dapat berada dalam
bentuk netral atau zwitter ion. Sekarang sudah dapat
ditunjukan oleh metode komputasional, pada fase gas
bentuk netral memiliki entalpi pembentukan yang lebih
rendah dari bentuk zwitter ion. Pada air, yang berlaku
adalah kebalikannya karena interaksi antara pelarut polar
dan muatan dari ion zwitter.

Pada Chapter 8, dijelaskan bahwa molekul dapat


menyerap foton.
Contohnya lihat pada tabel

Terlihat bahwa semakin panjang senyawa, dan semakin


banyaknya ikatan ganda, akan menambah angka dari
panjang gelombang cahaya yang akan diserap. Itu berarti
akan ada senyawa yang mampu menyerap cahaya tampak
( 450 nm). Zat tersebut adalah -carotene. Kemampuan
zat tersebut untuk menyerap cahaya tampak memberikan
manfaat untuk tanaman untuk menyerap solar energy
untuk fotosintesis.

REFERENSI
Licher, Kenny. https://lischer.wordpress.com/2009/08/26/teoriorbital-molekul/ diakses pada 24 November 2015 pukul 21.35
http://budisma.net/2015/03/pengertian-molekul-diatomik.html
http://margaroma.web.unej.ac.id/2015/03/02/aproximasi-huckel/
http://nursiah.web.unej.ac.id/2015/04/02/teori-ikatan-valensi-danteori-orbital-molekul/
http://budisma.net/2015/03/perbedaan-monoatomik-danpoliatomik.html
http://chemwiki.ucdavis.edu/Theoretical_Chemistry/Chemical_Bon
ding/General_Principles_of_Chemical_Bonding/Born_Oppenheime
r_Approximation
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/molecule/bornop.html
Atkins, Peer Dab Paula, Julio de.2006.Physical Chemistry, Eight
Edition.New York: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai