Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI TERBARUKAN

PENGERINGAN DENGAN SISTEM PENGERING ENERGI SURYA TIPE


KABINET

Oleh:
Wahyu Muchlisoh
NIM A1C020058

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
III. METODOLOGI .............................................................................................. 5
A. Alat dan Bahan ........................................................................................ 5
B. Prosedur Kerja ......................................................................................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 7
A. Hasil ........................................................................................................ 7
B. Pembahasan ........................................................................................... 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 22
A. Kesimpulan ........................................................................................... 22
B. Saran ...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengering energi surya tipe kabinet. ..................................................... 7


Gambar 2. Termometer inframerah. ........................................................................ 7
Gambar 3. Termometer air raksa. ............................................................................ 7
Gambar 4. Termometer bola basah dan bola kering................................................ 8
Gambar 5. Pyranometer. .......................................................................................... 8
Gambar 6. Multimeter. ............................................................................................ 8
Gambar 7. Nampan. ................................................................................................ 8
Gambar 8. Gula semut............................................................................................. 9
Gambar 9. Timbangan. ........................................................................................... 9
Gambar 10. Oven. ................................................................................................... 9
Gambar 11. Cawan. ............................................................................................... 10
Gambar 12. Grafik penurunan kadar air. ............................................................... 14

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Energi adalah


salah satu tantangan yang kita hadapi pada abad 21 ini. Energi surya merupakan
salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh pemerintah karena
sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup
besar. Salah satu pemanfaatan energi surya adalah pada sistem pengeringan.
Pengeringan adalah pengurangan kadar air dari suatu bahan. Proses pengeringan
merupakan suatu proses untuk mengawetkan suatu bahan sehingga bisa bertahan
lebih lama. Sistem pegeringan yang sudah dikenal luas dari dahulu adalah sistem
pengeringan terbuka atau bahan langsung terkena sinar matahari. Namun sekarang
ini sistem pengeringan terbuka banyak mengalami kelemahan seperti kerusakan
akibat kotoran, ikut menempelnya material lain pada bahan yang dikeringkan dan
ganguan-gangguan dari luar lainnya seperti binatang, manusia dan lain
sebagainya. Untuk itu dikembangkan suatu sistempengeringan lainnya yaitu
sistem pengeringan tertutup dengan sumber energinya tetap menggunakan energi
matahari (Widayana, 2015).
Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi
sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini
setara dengan 2 x 1017 Watt, sedangkan potensi energi surya Indonesia sebagai
negara tropis menurut Mulyo Widodo, dosen Teknik Mesin ITB dalam kondisi
puncak atau posisi matahari tegak lurus, sinar matahari yang jatuh di permukaan
panel surya di Indonesia seluas satu meter persegi akan mampu mencapai 900
hingga 1000 Watt. Lebih jauh pakar solar sel dari Jurusan Fisika ITB Wilson
Wenas menyatakan bahwa total intensitas penyinaran perharinya di Indonesia
mampu mencapai 4500 watt hour per meter persegi yang membuat Indonesia
tergolong kaya sumber energi matahari ini. Dengan letaknya di daerah katulistiwa,
matahari di Indonesia mampu bersinar hingga 2.000 jam pertahunnya (Maajid &
Nugroho, 2014).

1
Pada dasarnya, pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas dan uap
air secara simultan yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering
yang biasanya berupa panas. Pengeringan sudah dikenal sejak dulu sebagai salah
satu metode pengawetan bahan. Tujuan dasar pengeringan adalah untuk
mengurangi kadar air bahan secara termal sampai ke tingkat tertentu sehingga
kerusakan akibat mikroba dan reaksi kimia dapat diminimalisasi untuk dapat tetap
menjaga kualitas produk kering dari bahan tersebut (Widayana, 2015).

B. Tujuan

1. Mengetahui pemanfaatan energi surya


2. Mengetahui bagian-bagian dan cara kerja pengering energi surya tipe kabinet.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan merupakan proses pemindahan panas dan uap air secara


simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan itu sendiri adalah untuk mengurangi
kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan
demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih
lama. Pengering surya adalah suatu sistem pengering yang memanfaatkan energi
surya. Sistem pengering surya terdiri dari dua bagian utama yaitu kolektor surya
dan ruang pengering. Diperlukan alat untuk mengoptimalkan penggunaan sinar
matahari dalam proses pengeringan, dengan mengkonversi sinar matahari menjadi
energi panas menggunakan suatu alat pengumpul atau kolektor panas dan
penggunaan kompor biomassa untuk mengoptimalkan pengeringan pada saat
cuaca tidak mendukung. Pengering energi surya ini sangat bermanfaat dalam
proses pengeringan hasil-hasil pertanian, tangkapan laut, pengeringan kayu dan
untuk berbagai pengeringan lainnya yang dapat menghemat penggunaan energi
tak terbaharukan (Ivanto et al., 2021).
Pengering cabinet dryer merupakan alat pengering yang menggunakan udara
panas dalam ruang tertutup (chamber). Ada dua tipe yaitu tray dryer dan vacuum
dryer. Vacuum dryer menggunakan pompa dalam penghembusan udara,
sedangkan pada tray dryer tidak menggunakan pompa. disebut juga pengering rak
atau pengering kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal
atau pasta, yang ditebarkan pada baki logam. Pengeringan jenis baki atau wadah
adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang
lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas yang
umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga
dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut. Alat tipe ini sistem
pengeringannya mengunakan uap air panas atau udara panas yang dialirkan. Uap
air panas mempunyai sifat pindah panas yang lebih unggul dari pada udara pada
suhu yang sama. Karena tidak ada tahanan terhadap difusi uap air dalam uap itu

3
sendiri, laju pengeringan pada periode laju konstan hanya tergantung pada laju
pindah panas (Prayitno & Guntoro, 2019).

4
III. METODOLOGI

I. Alat dan Bahan

1. Pengering energi surya tipe kabinet


2. Termometer raksa dan termometer inframerah
3. Termometer bola basah dan bola kering
4. Pyranometer
5. Multimeter
6. Nampan
7. Gula semut
8. Timbangan
9. Oven
10. Cawan

II. Prosedur Kerja

1. Tahap persiapan
Alat pengering diletakkan di bawah sinar matahari langsung mulai pukul
08.00 sampai pukul 16.00 dan nampan diisi dengan produk yang dikeringkan
berupa gula semut sebanyak 1 kg.
2. Pelaksanaan Pengamatan
Mengukur intensitas radiasi surya, suhu kolektor, suhu udara di inlet, suhu
udara di outlet, suhu udara di dalam ruang pengering, suhu udara di luar alat
pengering. Pengukuran secara berkala setiap 15 menit selama 240 menit.
Kemudian dilakukan pengukuran kadar air basis basah sebelum dan sesudah
pengeringan, dan massa akhir produk setelah dikeringkan.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan yaitu iradiasi surya.

5
Tabel 1. Tabel Pengamatan Praktikum

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat dan bahan


a. Pengering energi surya tipe kabinet

Gambar 1. Pengering energi surya tipe kabinet.

b. Termometer raksa dan termometer inframerah

Gambar 2. Termometer inframerah.

Gambar 3. Termometer air raksa.

7
c. Termometer bola basah dan bola kering

Gambar 4. Termometer bola basah dan bola kering.

d. Pyranometer

Gambar 5. Pyranometer.

e. Multimeter

Gambar 6. Multimeter.

f. Nampan

Gambar 7. Nampan.

8
g. Gula semut

Gambar 8. Gula semut.

h. Timbangan

Gambar 9. Timbangan.

i. Oven

Gambar 10. Oven.

9
j. Cawan

Gambar 11. Cawan.

2. Pengukuran
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Iradiasi Iradiasi
Massa Suhu Suhu
No pyranometer surya cuaca
Bahan bahan Loyang
(mV) W/m2
0 254,4 28,7 29,3 28
1 251,3 49,3 38,8 6,5 928,57 28
2 250,1 51,9 38,6 7,4 1.057,14 28
3 249,2 53,7 38,1 3,0 428,57 29
4 248,9 55 39,2 5,3 757,14 29
5 248,5 54,5 38,1 5,2 742,86 29
6 248,4 48,9 43,6 6,8 971,43 29
7 248,2 43,6 39,7 3,1 442,86 29
8 248,1 45,1 40,8 4,7 671,43 31
9 248,0 41,8 37,3 5,4 771,43 31
10 248,0 41,1 35,7 2,0 285,71 31
11 248,0 40,6 36,1 28
12 247,9 39,3 33,6 29

3. Perhitungan iradiasi surya

1000
I =( ) × Ipm
7
Keterangan:
I = Iradiasi surya (W/m2)
Ipm = Iradiasi surya pyranometer (mV)
1000
a. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 6,5
7
= 928,57
1000
b. I =( ) × Ipm
7

10
1000
=( ) × 7,4
7
= 1.057,14
1000
c. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 3,0
7
= 428,57
1000
d. I =( ) × Ipm
7

1000
= ( ) × 5,3
7
= 757,14
1000
e. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 5,2
7
= 742,86
1000
f. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 6,8
7
= 971,43
1000
g. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 3,1
7
= 442,86
1000
h. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 4,7
7
= 671,43
1000
i. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 5,4
7
= 771,43
1000
j. I =( ) × Ipm
7

1000
=( ) × 2,0
7
= 285,71

11
4. Perhitungan kadar air
Tabel 3. Hasil pengamatan berat bahan
No Waktu (menit) Berat Bahan (g) KA Basis basah
0 0 254,4
1 15 251,3 1,219
2 30 250,1 0,478
3 45 249,2 0,360
4 60 248,9 0,120
5 75 248,5 0,161
6 90 248,4 0,040
7 105 248,2 0,081
8 120 248,1 0,040
9 135 248,0 0,040
10 150 248,0 0,000
11 165 248,0 0,000
12 180 247,9 0,040

Perhitungan:
berat air
KA Basis basah = × 100%
berat massa kering+berat air

(W1 - W2)
a. BB = × 100%
W1

(254,4 - 251,3)
= × 100%
254,4

= 1,219
(W1 - W2)
b. BB = × 100%
W1

(251,3 - 250,1)
= × 100%
251,3
= 0,478
(W1 - W2)
c. BB = × 100%
W1

(250,1 - 249,2)
= × 100%
250,1

= 0,360
(W1 - W2)
d. BB = × 100%
W1

(249,2 - 248,9)
= × 100%
249,2
= 0,120
(W1 - W2)
e. BB = × 100%
W1

12
(248,9 - 248,5)
= × 100%
248,9
= 0,161
(W1 - W2)
f. BB = × 100%
W1

(248,5 - 248,4)
= × 100%
248,5
= 0,040
(W1 - W2)
g. BB = × 100%
W1

(248,4 - 248,2)
= × 100%
248,4
= 0,081
(W1 - W2)
h. BB = × 100%
W1

(248,2 - 248,1)
= × 100%
248,2
= 0,040
(W1 - W2)
i. BB = × 100%
W1

(248,1 - 248,0)
= × 100%
248,1
= 0,040
(W1 - W2)
j. BB = × 100%
W1

(248,0 - 248,0)
= × 100%
248,0
= 0,000
(W1 - W2)
k. BB = × 100%
W1

(248,0 - 248,0)
= × 100%
248,0
= 0,000
(W1 - W2)
l. BB = × 100%
W1

(248,0 - 247,9)
= × 100%
248,0
= 0,040

13
5. Grafik penurunan kadar air

1,4
Grafik Penurunan Kadar Air
1,2
KADAR AIR (%) 1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 50 100 150 200
WAKTU (MENIT)
Gambar 12. Grafik penurunan kadar air.

14
B. Pembahasan

Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian


menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar
air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan jamur, enzim dan
aktifitas serangga (Sary, 2017). Sedangkan menurut Hall dan Brooker dalam Sary
(2017), proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air
sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan bahan
pertanian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah atau
dimanfaatkan. Pengeringan bahan pangan merupakan salah satu bentuk
penanganan pascapanen yang sangat penting. Pengeringan merupakan tahapan
operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa secara transien serta
melalui beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia, yang pada
gilirannya menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan
panas dan massa. Proses pengeringan dilakukan sampai pada kadar air seimbang
dengan keadaan udara atmosfir normal (Equilibrium Moisture Content) atau pada
batas tertentu sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai
ke tahap proses pengolahan berikutnya (Rahayuningtyas and Kuala, 2016).
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air atau pemisahan air
dalam jumlah yang relatif sedikit dari bahan dengan bantuan energi panas. Tujuan
dari proses pengeringan yaitu mengurangi kandungan air di dalam bahan dan
bahan tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Pengurangan kadar air dapat menghentikan proses enzimatik sehingga dapat
mencegah penurunan mutu atau kerusakan simplisia (Lady Yunita Handoyo and
Pranoto, 2020). Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan
pertanian menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada
tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dijaga dari serangan jamur,
aktivitas serangga dan enzim. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengeringan dengan sinar matahari (sun drying) dan pengeringan dengan buatan
(artificial drying) (Zamharir, Sukmawaty and Priyati, 2016). Pengeringan adalah
suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu
bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.

15
Secara umum keuntungan dari pengawetan ini adalah bahan menjadi awet dengan
volume bahan menjadi kecil sehingga memudahkan dalam pengangkutan. Tujuan
dari pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan akan
terhenti, dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu
simpan yang lama (Riansyah, et al., 2013).
Pengeringan produk dapat dilakukan dengan dua cara, pertama penjemuran
di bawah sinar matahari sebagai energi panas dan kedua dengan menggunakan
alat pengering. Pengeringan dengan cara penjemuran bahan di bawah sinar
matahari sangat tergantung pada cuaca, suhu dan kelembaban. Pengeringan
dengan menggunakan alat pengering akan menghasilkan mutu yang lebih baik
dibandingkan dengan dikeringkan langsung di bawah matahari. Pengeringan
dengan alat pengering umumnya memiliki lama pengeringan yang lebih cepat,
semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat laju pengeringan serta
dapat lebih mempertahankan warna bahan yang dikeringkan (Sari, Warji and
Novita, 2014). Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki keuntungan
yaitu suhu dan waktu pemanasan dapat diatur. Pengeringan menggunakan panas
matahari selain biaya murah, juga mempunyai daya tampung yang besar. Akan
tetapi cara ini sangat tergantung pada cuaca dan suhu pengeringan tidak dapat
diatur (Riansyah, A., Supriadi, A., & Nopianti, 2013).
Pengering alami untuk bahan pertanian adalah metode tradisional yang
digunakan di sebagian besar negara-negara berkembang. Pengeringan alami
memanfaatkan radiasi matahari dan konveksi alami dari angin. Pengeringan alami
merupakan metode pengeringan yang mudah tetapi sering menyebabkan produk
yang dihasilkan memiliki kualitas yang rendah karena ketergantungannya dari
kondisi cuaca dan rentan terhadap serangan debu, kotoran, hujan dan serangan
dari serangga (Mainil, 2022).
Energi matahari merupakan salah satu energi alternatif dengan pemanfaatan
yang tinggi disebabkan ketersedianya di daerah tropis tak terbatas. Energi radiasi
dari matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan guna menggantikan energi bahan bakar minyak. Alat
pengering energi surya merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan energi

16
yang dapat diperbaharui tersebut. Pengeringan sistem hybrid yang memanfaatkan
energi surya dengan tambahan sumber energi lain (listrik, bahan bakar, dan lain-
lain) adalah salah satu alat pengering buatan yang dapat digunakan dalam
pengeringan bahan pangan (Sari, Warji and Novita, 2014). Perpindahan panas
Radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/sinaran/radiasi
gelombang elektromagnetik, tanpa memerlukan media perantara. Bila energi
radiasi menimpa permukaan atau suatu bahan, maka sebagian dari radiasi itu akan
dipantulkan (refleksi), sebahagian diserap (absorpsi, dan sebahagian lagi
diteruskan (transmisi) (Sary, 2017).
Energi matahari merupakan sumber energi yang tidak terbatas. Kebutuhan
akan penggunaan energi matahari semakin lama semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan langkanya serta meningkatnya biaya jenis energi tak terbarukan.
Seiring kebutuhan manusia yang terus meningkat terhadap energi, maka manusia
berusaha untuk mencari alternatif energi baru. Karena sumber energi yang langka
dan terbatas, maka sumber energi lain seperti energi matahari, energi angin, energi
gelombang mulai digunakan secara optimal dan dikembangkan. Penggunaan
energi surya sebagai salah satu sumber energi terbarukan mulai dikembangkan
dan dimanfaatkan secara optimal. Energi surya menjadi alternatif sumber energi
karena tingginya tingkat kelangkaan energi tak terbarukan. Energi surya banyak
memiliki keuntungan dibandingkan sumber energi lainnya seperti angin dan
biomassa karena melimpah, tak terbatas dan tidak bersifat polusi. Salah satu
bentuk penerapan energi surya adalah untuk pengeringan bahan pertanian (Mainil,
2022).
Pada proses pengeringan, air dikeluarkan dari bahan pangan dapat berupa
uap air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di sekitar bahan
pangan yang dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar bahan pangan
akan menjadi jenuh oleh uap air sehingga memperlambat penguapan air dari
bahan pangan yang memperlambat proses pengeringan (Sary, 2017). Perpindahan
panas dan perpindahan massa yang terjadi selama proses pengeringan merupakan
proses yang sangat kompleks karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi
proses tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan antara
lain suhu, kelembaban udara, laju aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar air

17
akhir bahan. Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu :
Continuous Drying yaitu suatu pengeringan bahan dimana pemasukan dan
pengeluaran bahan dilakukan terus menerus. Batch Drying adalah suatu
pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai pengeluaran hasil
kering, kemudian baru dimasukkan bahan yang berikutnya. Menurut sistem proses
pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu : Direct Drying, pada sistem ini bahan
dikeringkan dengan cara mengalirkan udara pengering melewati bahan sehingga
panas yang diserap diperoleh dari sentuhan langsung antara bahan dengan udara
pengering, biasanya disebut pengeringan konveksi. Indirect Drying pada sistem
ini panas pengeringan didapat dari dinding pemanas yang bersentuhan dengan
bahan yang dikeringkan secara konduksi (Rahayuningtyas and Kuala, 2016).
Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari suatu bahan
pangan adalah sifat fisik dan kimia bahan, pengaturan geometris bahan dalam alat
pengering, sifat fisik lingkungan dan karakteristik alat pengering. Sifat fisik dan
kimia bahan meliputi bentuk, ukuran, komposisi dan kadar airnya. Pengaturan
geometris bahan berhubungan dengan permukaan alat atau media pemindah
panas, sedangkan sifat fisik lingkungan dan karakteristik pengering meliputi suhu,
kelembaban, kecepatan udara dan efisiensi perpindahan panas (Kariongan et al.,
2023).
Salah satu faktor kimia yang mempengaruhi kecepatan proses pengeringan
adalah banyaknya panas yang dapat diserap dan dikumpulkan oleh alat pengering
dan laju udara pengering. Semakin besar kadar air awal, makin besar pula energi
panas yang di perlukan untuk mengeringkan bahan makanan tersebut.
Berdasarkan bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basis basah (wet
basis). Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat air didalam
bahan tersebut dengan bahan keringnya. Kadar air secara wet basis adalah
perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan berat bahan basah
(Sary, 2017). Persamaan untuk menentukan kadar air menurut Sary (2017):
𝑊𝑏 − 𝑊𝑘
𝐾𝐴(𝑏𝑏) = × 100%
𝑊𝑏
Keterangan:
KA(bb)= kadar air bahan berdasarkan bahan basah (wet basis) (%)
Wb = berat bahan basah atau sebelum pengeringan (gram)

18
Wt = berat bahan kering atau setelah pengeringan (gram)
Pengering tenaga surya adalah salah satu bentuk penggunaan energi
matahari. Pengering tenaga surya ini digunakan untuk berbagai tujuan,
diantaranya untuk pengeringan. Pengering tenaga surya merupakan cara
pengeringan menggunakan kolektor yang memanfaatkan radiasi energi surya lebih
maksimal. Pengering tenaga surya memanfaatkan energi yang berasal dari radiasi
matahari dalam jumlah yang tak terbatas. Pada saat radiasi matahari jatuh pada
permukaan kolektor surya, maka energi tersebut akan dikonversi menjadi panas
dan panas ini yang digunakan untuk mengeringkan bahan. Pengeringan
menggunakan energi surya lebih banyak digunakan untuk pengeringan hasil
pertanian karena operasi yang mudah dan biaya yang kecil. Alat pengering surya
tipe kabinet jenis pemanasan langsungsecara umum terdiri atas kolektor surya,
ruang pengering, isolator dan kaca. Pengeringan memanfaatkan sumber energi
matahari secara maksimal apabila kondisi cuaca cerah pada siang hari (Mainil,
2022).
Alat pengeringan dengan menggunakan energi surya, dilakukan dengan cara
mengumpulkan energi surya dan mengkonversikannya menjadi energi panas. Pada
dasarnya ada beberapa cara mengumpulkan dan konversi energi surya dalam
penerapan pengeringan. Adapun cara-cara tersebut antara lain, secara tradisional
dimana bahan yang akan dikeringkan diletakkan dalam satu wadah yang
dihamparkan diatas permukaan tanah di alam terbuka yang dapat disinari surya
secara langsung. Keadaan pengeringan yang demikian, menyebabkan berbagai
kerugian, diantaranya kehilangan energi panas sangat besar, bahan yang
dikeringkan tidak dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan cara lain yaitu dengan
meletakkan bahan pada suatu wadah yang dimasukkan ke dalam suatu bangunan
tertutup yang sekaligus berfungsi sebagai penyerap energi panas (absorber). Cara
ini merupakan salah satu cara pengumpulan energi surya yang relative baik,
dengan kehilangan panas relative kecil. Panas yang diterima, dikonversikan secara
efektif dan terperangkap dalam bangunan tersebut sehingga pendistribusian panas
dalam ruang pengering melalui mekanisme pindah panas dapat lebih efektif.
Dengan demikian kehilangan panas ke lingkungan selama proses pengeringan
dapat diminimalisir (Kariongan et al., 2023).

19
Dalam praktikum yang telah dilakukan menggunakan alat dan bahan seperti
pengering energi surya tipe kabinet, termometer raksa dan termometer inframerah,
termometer bola basah dan kering, pyranometer, multimeter, nampan, gula semut,
timbangan, oven, dan cawan. Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu tahap
persiapan dimana alat pengering diletakkan di bawah sinar matahari langsung
mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00 dan nampan diisi dengan produk yang
dikeringkan berupa gula semut sebanyak 1 kg. Tahap kedua yaitu pelaksanaan
pengamatan, pada tahap ini dilakukan pengukuran intensitas radiasi surya, suhu
kolektor, suhu udara di inlet, suhu udara di outlet, suhu udara di dalam ruang
pengering, suhu udara di luar alat pengering. Pengukuran secara berkala setiap 15
menit selama 240 menit. Kemudian dilakukan pengukuran kadar air basis basah
sebelum dan sesudah pengeringan, dan massa akhir produk setelah dikeringkan.
Setelah mendapatkan data yang diukur maka selanjutnya dilakukan perhitungan
iradiasi surya. Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan yaitu Iradiasi Surya
dipengaruhi oleh Iradiasi pyranometer. Selain itu faktor yang mempengaruhi
lainnya seperti massa bahan, suhu bahan, suhu nampan atau wadah yang
digunakan, dan suhu lingkungan atau cuaca saat pengamatan. Hasil perhitungan
kadar air setelah pengamatan yaitu pada waktu 15 menit pertama dan berat bahan
berkurang menjadi 251,3 dari berat bahan awal 254,4 menghasilkan KA basis
basah 1,219. Pada waktu 30 menit atau 15 menit kedua berat bahan berkurang
menjadi 250,1 dari 251,3 dan menghasilkan KA basis basah 0,478. Pada waktu 45
menit atau 15 menit ketiga berat bahan berkurang menjadi 249,2 dari 250,1 dan
menghasilkan KA basis basah 0,360. Pada waktu 60 menit atau 15 menit keempat
berat bahan berkurang menjadi 248,9 dari 249,2 dan menghasilkan KA basis
basah 0,120. Pada waktu 75 menit atau 15 menit kelima berat bahan berkurang
menjadi 248,5 dari 248,9 dan menghasilkan KA basis basah 0,161. Pada waktu 90
menit atau 15 menit keenam berat bahan berkurang menjadi 248,4 dari 248,5 dan
menghasilkan KA basis basah 0,040. Pada waktu 105 menit atau 15 menit ketujuh
berat bahan berkurang menjadi 248,2 dari 248,4 dan menghasilkan KA basis
basah 0,081. Pada waktu 120 menit atau 15 menit kedelapan berat bahan
berkurang menjadi 248,1 dari 248,2 dan menghasilkan KA basis basah 0,040.
Pada waktu 135 menit atau 15 menit kesembilan berat bahan berkurang menjadi

20
248,0 dari 248,1 dan menghasilkan KA basis basah 0,040. Pada waktu 150 menit
atau 15 menit kesepuluh berat bahan berkurang menjadi 248,0 dari 248,0 dan
menghasilkan KA basis basah 0,000. Pada waktu 165 menit atau 15 menit
kesebelas berat bahan berkurang menjadi 248,0 dari 248,0 dan menghasilkan KA
basis basah 0,000. Pada waktu 180 menit atau 15 menit keduabelas berat bahan
berkurang menjadi 248,0 dari 247,9 dan menghasilkan KA basis basah 0,040. Jadi
daat dilihat dari hasil KA basis basah yang sudah dihitung nilai KA basis basah
dipengaruhi oleh berat bahan dan panas energi surya yang terpancar atau radiasi
energi surya.

21
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu:


1. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan energi surya yaitu matahari adalah
sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke
permukaan bumi. Pengering tenaga surya memanfaatkan energi yang berasal
dari radiasi matahari dalam jumlah yang tak terbatas.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian alat pengering surya tipe kabinet
jenis pemanasan langsung secara umum yaitu terdiri atas kolektor surya,
ruang pengering, isolator dan kaca. Pengeringan memanfaatkan sumber
energi matahari secara maksimal apabila kondisi cuaca cerah pada siang hari.
Pemanasan udara disirkulasikan secara vertikal dari kipas yang terdapat
diruang sirkulasi. Udara segar dialirkan ke dalam kabinet, sedangkan udara
lembut dikeluarkan untuk mengkontrol kipas dan udara yang masuk. Tray
dryer (rak pengering) berbentuk rapat dan kuat didalam cabinet untuk
mencegah udara yang dialirkan terlalu cepat mengeringkan.

B. Saran

Praktikum acara 1 ini sudah berjalan dengan lancar dan baik. Saran untuk
praktikum berikutnya lebih dijelaskan secara rinci tentang fungsi dan bagian dari
alat pengering energi surya tipe kabinet agar praktikan lebih mudah memahami
praktikum.

22
DAFTAR PUSTAKA

ivanto, M. Et Al. (2021) ‘Rancang Bangun Alat Pengering Akar Kayu Bajakah
Dengan Memanfaatkan Tenaga Surya (Solar Dryer) Dan Kompor Biomassa’,
5(2), Pp. 27–37.

Kariongan, Y. Et Al. (2023) ‘Rancangan Mesin Pengering Ikan Tipe Kabinet


Dengan Memanfaatan Sumber Panas Energi Alternatif’, 3(1), Pp. 30–38.

Lady Yunita Handoyo, D. And Pranoto, M. E. (2020) ‘Pengaruh Variasi Suhu


Pengeringan Terhadap Pembuatan Simplisia Daun Mimba (Azadirachta
Indica)’, Jurnal Farmasi Tinctura, 1(2), Pp. 45–54.

Maajid, L. And Nugroho, B. A. (2014) ‘Pemilihan Alternatif Energi Terbarukan


Di Kabupaten Malang’, 10(2), Pp. 19–33.

Mainil (2022) ‘Kaji Eksperimental Performansi Alat Pengering Tenaga Surya


Tipe Kabinet Jenis Pemanasan Langsung Untuk Pengeringan Pisang’, 10(1),
Pp. 1–52. Doi: 10.21608/Pshj.2022.250026.

Prayitno, S. And Guntoro, S. S. U. (2019) ‘Jenis Alat Dan Lama Pengeringan


Terhadap Kualitas Mutu’, 2012(1), Pp. 321–324.

Rahayuningtyas, A. And Kuala, S. I. (2016) ‘Pengaruh Suhu Dan Kelembaban


Udara Pada Proses Pengeringan Singkong (Studi Kasus : Pengering Tipe
Rak)’, Ethos (Jurnal Penelitian Dan Pengabdian), P. 99.

Riansyah, A., Supriadi, A., & Nopianti, R. (2013) ‘Pengaruh Perbedaan Suhu Dan
Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster Pectoralis) Dengan Menggunakan Oven’, Jurnal Fishtech, 2(1),
Pp. 53–68.

Sari, I. N., Warji And Novita, D. D. (2014) ‘Uji Kinerja Alat Pengering Hybrid
Tipe Rak Pada Pengeringan Chip Pisang Kepok’, Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 3(1), Pp. 59–68.

Sary, R. (2017) ‘Kaji Eksperimental Pengeringan Biji Kopi Dengan


Menggunakan Sistem Konveksi Paksa’, Jurnal Polimesin, 14(2), P. 13. Doi:
10.30811/Jpl.V14i2.337.

Widayana, G. (2015) ‘Prototipe Sistem Pengering Cengkeh Dengan Energi


Surya’, (Snttm Xiv), Pp. 7–8.

Zamharir, Sukmawaty And Priyati, A. (2016) ‘Analisis Pemanfaatan Energi Panas


Pada Pengeringan Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Dengan
Menggunakan Alat Pengering Efek Rumah Kaca (Erk)’, Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 4(2), Pp. 264–274.

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai