Anda di halaman 1dari 16

Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi http://dx.doi.org/ 10.17844/jphpi.v25i1.39632

KARAKTERISASI KITOOLIGOSAKARIDA YANG DIDEPOLIMERISASI


DENGAN METODE BERBEDA DAN KAJIANNYA SEBAGAI ACTIVE FILM

Muhammad Hauzan Arifin*, Nugraha Edhi Suyatma, Dias Indrasti


Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University,
Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Jawa Barat

Diterima: 24 Januari 2022/Disetujui: 24 Februari 2022


*Korespondensi: hauzanarifin09@gmail.com

Cara sitasi: Arifin MH, Suyatma NE, Indrasti D. 2021. Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi
dengan metode berbeda dan kajiannya sebagai active film. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
25(1): 18-33.

Abstrak
Active film adalah salah satu tren dunia untuk kemasan makanan. Active film seringkali mengandung
bahan aktif antimikroba, antioksidan, penangkap oksigen, dan sawar UV untuk membantu menjaga
kesegaran makanan. Kitosan merupakan salah satu bahan aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai active
film. Kitosan memiliki aktivitas antimikroba yang baik tetapi hanya dapat digunakan pada pH rendah.
Oleh karena itu, kitooligosakarida/chito-oligosaccharide (COS) yang merupakan oligomer kitosan dengan
kelarutan lebih baik berpotensi sebagai alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter
COS yang dihasilkan dengan metode depolimerisasi mikrogelombang, ultrasuara, dan kombinasi
mikrogelombang-ultrasuara serta menentukan sifat mekanis active film terbaik dari COS yang diproduksi
dengan kosentrasi 1,5% dan 2%. COS yang diperoleh berwarna kekuningan dengan nilai viskositas 12-17
cP dan bobot molekul berkisar dari 22,1-29,3 kDa yang nilainya lebih kecil daripada kitosan (>50 kDa).
COS yang diproduksi menunjukkan aktivitas antimikroba pada bakteri B. subtilis, S. aureus, dan E. coli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berat molekul COS yang optimal yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan film. COS dengan berat molekul rendah cenderung memiliki sifat mekanis film yang buruk
karena ikatan antar-molekulnya lemah. Secara keseluruhan, sifat mekanis terbaik film dicapai pada film
COS ultrasuara konsentrasi 2%. Film tersebut memiliki ketebalan 0,25 mm nilai WVTR terendah pada
5,25 g/m2/hari, kekuatan tarik, dan elongasi berturut-turut 5,43 N/mm2 dan 76,7%. Warna film COS yang
kekuningan cenderung menyerap sinar UV lebih baik dibandingkan dengan film kitosan.
Kata kunci: active film, depolimerisasi, kitooligosakarida, mikrogelombang, ultrasuara

Chito-oligosaccharide Characterization Depolymerized by Different Method


and Its Study as Active Film

Abstract
Active film is one of the world trends for food packaging. It often contains active material such as
antimicrobials, antioxidant, and oxygen scavenges to help maintain food freshness. Chitosan is one of active
material that can be utilized as active film. It has good antimicrobial activity, but it can only be utilized
in low pH. Thus, chito-oligosaccharide, an oligomer of chitosan with better solubility can be used as an
alternative. The aim of this experiment was to characterize COS produced by microwave, ultrasound and
microwave-ultrasound combination and to determine the best active film mechanical properties based on
COS obtained at a concentration of 1.5% and 2%. The COS obtained have a yellowish color with viscosity
ranged from 12 to 17 cP and its molecular weight ranged from 22.1 to 29.3 kDa which is lower than chitosan
(>50 kDa). The COS obtained shown antimicrobial activity on B. subtilis, S. aureus, and E. coli. The result
suggests that there is an optimal molecular weight of COS that can be utilized as film material. COS with
low molecular weight tend to have poor mechanical film properties as it has a less stable bond. Overall, the
best mechanical properties of film achieved by 2% ultrasound treated COS. It has the highest tensile strength
and elongation consecutively 5.43 N/mm2 and 76,7% with the lowest WVTR value at 5.25 g/m2/day. The

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 18


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

yellowish COS film color tends to absorb UV light better compared to chitosan film.
Keyword: active film, chito-oligosaccharide, depolymerization, microwave, ultrasound

PENDAHULUAN Kitooligosakarida adalah senyawa turunan


Active film adalah salah satu tren dari kitosan hasil depolimerisasi yang diperoleh
dalam pengemasan karena memiliki fungsi dari proses degradasi kimiawi, enzimatis, dan
tambahan di luar fungsi dasar kemasan. Active fisik (Liang et al. 2018). Kitooligosakarida
film dapat mengandung agen yang memiliki dilaporkan memiliki aktivitas biologis yang
bioaktivitas, yaitu antimikroba, antioksidan, lebih baik dibandingkan dengan kitosan
penangkap oksigen, sawar UV, dan juga salah satunya sebagai antimikroba karena
aktivitas enzim (Bastarrachea et al. 2015). kompatibilitasnya yang lebih universal
Tujuan utamanya adalah untuk menjaga (Chimtong 2018). Aktivitas antimikroba dari
kualitas dari komoditas yang dikemas atau kitooligosakarida bergantung pada bobot
dilapisi agar tetap segar dan awet. Prinsip molekul, derajat deasetilasi, serta tipe bakteri
dasar dari aplikasi film yaitu lapisan tipis yang (Guan et al. 2019). Sintesis kitooligosakarida
terbuat dari bahan yang mampu menghalangi dapat dilakukan dengan metode iradiasi
transfer massa (kelembapan, oksigen, cahaya, gelombang microwave dan ultrasonikasi.
lemak, serta zat terlarut), sehingga dengan Iradiasi kitosan dengan alat microwave yang
pengaplikasian yang baik dan benar dapat ditambahkan garam pada larutan kitosan
memperpanjang umur simpan serta kualitas dilaporkan oleh Xing et al. (2005) mampu
dari suatu komoditas pangan (Mailoa et mereduksi kitosan menjadi oligomer dengan
al. 2017). Konstituen utama dari active bobot molekul rendah dalam waktu yang
film berdasarkan materialnya dapat dibagi singkat. Penerapan high intensity ultrasonic
menjadi tiga yaitu polisakarida (yaitu selulosa, yang dapat memotong rantai polimer dari
pati, pektin, dan kitosan), protein (kasein, kitosan pada frekuensi 20 kHz-100 kHz
gelatin, jagung, kedelai), dan lipid (mentega, dengan potongan random scission telah diteliti
lilin lebah, lesitin)(Lagarón et al. 2016). oleh Wu et al. (2008). Berdasarkan informasi
Kitosan merupakan salah satu polisakarida tersebut, kitooligosakarida merupakan
yang mempunyai bioaktivitas yang banyak oligomer kitosan dengan bobot molekul lebih
dimanfaatkan dalam bidang pangan maupun rendah serta kelarutannya yang lebih tinggi.
nonpangan. Kitooligosakarida diduga dapat dimanfaatkan
Kitosan adalah biopolimer natural sebagai active film yang memiliki aktivitas
nontoksik yang diproduksi dari hasil deasetilasi antimikroba dengan penambahan
kitin. Kitosan diperoleh dari eksoskeleton pemlastis. Tujuan dari penelitian ini yaitu
serangga dan krustasea. Kitosan memiliki tiga mengkarakterisasi kitooligosakarida yang
jenis gugus reaktif fungsional, gugus amino, diproduksi dengan beberapa metode fisik
dan juga gugus hidroksil primer dan sekunder serta menentukan sifat mekanis active film
(Lodhi et al. 2014). Kitosan memiliki sifat terbaik dari COS yang telah diproduksi.
larut pada asam atau water insoluble. Kitosan
dikenal sebagai bahan yang memiliki aktivitas BAHAN DAN METODE
antimikroba dalam spektrum yang cukup luas Waktu dan Tempat
untuk bakteri gram positif, negatif, dan bahkan Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
fungi (Goy et al. 2009). Aktivitas antimikroba April sampai bulan November 2021. Preparasi
pada kitosan memang cukup menjanjikan, kitooligosakarida dan pembuatan active film
namun hal tersebut hanya dapat dilakukan dilakukan di Laboratorium Karakteristik
pada kondisi asam. Salah satu solusi untuk hal Bahan Baku Hasil Perairan dan Laboratorium
tersebut adalah mengonversi kitosan menjadi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
oligomernya yang memiliki bobot molekul Institut Pertanian Bogor.
lebih rendah dan solubilitas lebih tinggi yaitu
kitooligosakarida.

19 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

Bahan dan Alat dikecilkan ukurannya menggunakan blender.


Bahan utama yang digunakan pada Serbuk kitooligosakarida yang diperoleh lalu
penelitian ini yaitu kitosan. Kitosan berbahan dikeringkan lagi pada suhu 70oC selama 3 jam.
dasar kulit udang windu yang diperoleh dari
Kabupaten Lampung. Bahan tambahan yang b. Metode ultrasuara (Wu et al. 2008)
digunakan yaitu akuades, gliserol teknis, Penggunaan metode ultrasonikasi
isopropil alkohol teknis, asam asetat (Merck, dapat dilakukan untuk memperoleh produk
Jerman), HCl (Merck, Jerman), NaOH teknis depolimerisasi kitosan. Larutan kitosan 2%
(Merck, Jerman), dan NaCl teknis (Merck, sebanyak 200 mL dilarutkan pada larutan
Jerman). HCl 1% dan diletakkan dalam bejana. Bejana
Alat yang digunakan pada tahap kemudian diletakkan dalam alat penangas air
depolimerisasi dan pembuatan film adalah ultrasuara pada frekuensi 40 kHz selama 40
perlatan kaca (Pyrex) timbangan analitik menit. Suhu generator dijaga konstan pada
(OHAUS A224), blender (Cosmos), 50oC. Sampel kemudian dipresipitasi dengan
mikrogelombang (Sharp R-728), penangas IPA dan dinetralkan dengan bantuan NaOH.
air ultrasuara (DSA 100-SK2), spektroskopi Hasil presipitat dikeringkan dalam suhu
transform inframerah fourier/fourier ruang selama 24 jam kemudian dikecilkan
transform infrared spectroscopy (Bruker Tensor ukurannya menggunakan blender. Serbuk
37), oven (B-One OV45), spektrofotometer kitooligosakarida yang diperoleh lalu
UV-VIS (RS spectrophotometer UV-2500), dikeringkan lagi pada suhu 70oC selama 3 jam.
dan pengukur kuat tarik/tensile strength
(INSTRON-3369). c. Metode kombinasi mikrogelombang
dan ultrasuara
Metode Depolimerisasi kitosan untuk
Penelitian dilakukan mengunakan tiga memproduksi kitooligosakarida dilakukan
jenis metode depolimerisasi kitosan yaitu dengan mengombinasikan dua metode
menggunakan mikrogelombang, ultrasuara, degradasi fisik yaitu iradiasi gelombang
serta kombinasi mikrogelombang dan microgelombang dan ultrasonikasi. Larutan
ultrasuara. kitosan 2% (b/v) ditambahkan larutan garam
NaCl 0,15 M dan dilarutkan dalam larutan
Depolimerisasi kitosan HCl 1% (b/v). Larutan kitosan yang berada
a. Metode iradiasi mikrogelombang pada bejana kemudian dimasukkan ke oven
(Xing et al. 2005) mikrogelombang berdaya 720 W selama
Kitooligosakarida disintesis dari kitosan 10 menit. Setelah proses iradiasi dengan
yang dipaparkan gelombang dari oven mikrogelombang, bejana larutan kitosan
mikrogelombang dengan bantuan garam kemudian diletakkan di dalam penangas air
sebagai bahan pelewatdidihan (superheating ultrasuara dengan frekuensi sebesar 40 kHz
agent) yang membantu proses depolimerisasi selama 40 menit pada suhu 50oC. Larutan
fisik. Larutan garam NaCl 0,15 M dimasukkan kitosan dinetralkan dengan NaOH dan
ke dalam bejana (jar) yang mengandung dipresipitasi dengan IPA sebanyak 400 mL.
kitosan dengan konsentrasi 2% (b/v) yang Hasil presipitat dikeringkan dalam suhu
telah dilarutkan dengan HCl 1% (b/v). Bejana ruang selama 24 jam kemudian dikecilkan
kemudian diletakkan di oven mikrogelombang ukurannya menggunakan blender. Serbuk
dengan posisi sentral. Sampel kemudian di- kitooligosakarida yang diperoleh lalu
mikrogelombangkan selama 10 menit pada dikeringkan lagi pada suhu 70oC selama 3 jam
kekuatan 720 watt. Setelah proses iradiasi menggunakan oven.
selesai, sampel segera didinginkan pada suhu
ruang. Larutan tersebut kemudian dipresipitasi Pembuatan active film (Anggraeni et al.
dengan IPA dan dinetralkan dengan bantuan 2016)
NaOH. Hasil presipitat dikeringkan dalam Active film dibuat menggunakan
suhu ruang selama 24 jam kemudian mikrogelombang kitooligosakarida (COSM),

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 20


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

kitooligosakarida ultrasuara (COSU), dan yang didapat dari nilai viskositas dengan
kitooligosakarida kombinasi (COSK). viskometer. Konversi nilai viskositas intrinsik
Kitooligosakarida dilarutkan dengan asam dilakukan menggunakan persamaan Huggins.
asetat 0,2% pada konsentrasi 1,5% dan 2% Persamaan yang digunakan untuk memperoleh
(b/v) dihomogenkan agar merata. Pemanasan nilai berat molekul kitooligosakarida adalah
dan pengadukan larutan COS dilakukan pada sebagai berikut:
suhu 55-60oC di dalam gelas erlenmyer selama ηsp =[η]+kH [η]2C
C
10 menit menggunakan kompor elektrik. Keterangan:
Setelah homogen, larutan ditambahkan ηsp = viskositas spesifik (cp);
pemlastis gliserol sebanyak 80% dari bobot C = konsentrasi larutan (g/L);
COS (w/w) dan diaduk selama 5 menit. kH = konstanta Huggins (0,3);
Larutan kemudian dituangkan dalam cetakan η] = viskositas intrinsik (dL/g)
berupa nampan teflon berukuran 10x20 cm Hubungan antara viskositas dan berat
dan disimpan dalam oven bersuhu 40oC molekul pada kitosan larut air mengikuti
selama 18 jam. persamaan Mark Houwink:
[η] = kMH. Ma
Prosedur analisis
Analisis yang dilakukan yaitu analisis M = ([η]/ kMH)1/a
viskositas, berat molekul, ketebalan, Water Keterangan:
Vapor Transmission Rate (WVTR), kuat tarik, [η] = viskositas intrinsik (dL/g);
elongasi, transparansi, dan absorbans cahaya kMH = 3,5 x 10-4;
a = 0,76 M = berat molekul (kDA)
UV.
Analisis spektrum gugus FTIR
Rendemen (AOAC 1995) (Roberts 1992)
Rendemen kitooligosakarida dilakukan Analisis gugus fungsi FTIR dilakukan
untuk mengetahui pengaruh proses pada sampel kitooligosakarida yang disintesis.
depolimerisasi kitosan terhadap bobot sampel Prosedur analisis meliputi beberapa tahapan
kitooligosakarida yang dihasilkan. Rendemen yaitu pembuatan pelet KBr sampel uji,
diperoleh dengan cara membandingkan nilai pengukuran absorbansi, dan interpretasi hasil.
bobot akhir yaitu kitooligosakarida yang Padatan kitooligosakarida hasil depolimerisasi
telah diproses dengan bobot kitosan awal dicampur dengan KBr nisbah 1:100, lalu
(b/b). Rendemen kitooligosakarida dihitung digerus dan dipadatkan pada tekanan beban
menggunakan persamaan berikut: 800 kg. Kepingan hasil pengepresan diukur
Bobot kitooligosakarida (akhir) absorbansinya menggunakan intrumen
Rendemen (%) = Bobot kitosan (awal) x 100%
spektrofotometer FTIR dengan kisaran
Viskositas (Atma et al. 2018) pemindaian yang digunakan antara nilai 400
Kitooligosakarida 1% dilarutkan dalam cm-1 hingga 4.000 cm-1.
larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,2%
lalu dipanaskan hingga suhu 50oC (larutan Analisis derajat polimerisasi
kontrol kitosan 1% dilarutkan pada 1% asam (Fiamingo et al. 2016)
asetat). Larutan tersebut lalu diaduk selama Derajat polimerisasi (DP) menunjukkan
5 menit hingga homogen. Larutan sampel efisiensi depolimerisasi yaitu apabila nilainya
kemudian dituangkan ke dalam kaca ukur dan semakin rendah, maka proses tersebut
diukur menggunkan viskometer brookfield menunjukkan hasil yang baik. Perhitungan
dengan nomor spindel 22 dengan kecepatan DP berdasarkan data rata-rata unit
rotasi 100 rpm. deseasetilasi (161 unit) dan unit asetlasi (203
unit) pada polimer kitosan. Perhitungan DP
Analisis berat molekul kitooligosakarida kitooligosakarida hasil depolimerisasi yaitu
(Wardhani et al. 2013) sebagai berikut:
Analisis berat molekul dilakukan BMx10
DP = (161 x DD)+ (203 x DA)
dengan menghitung nilai viskositas intrinsik

21 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

Aktivitas antimikroba (Hanif et al.


bobot air yang hilang
2007) WVTR = waktu x luas
Metode yang digunakan adalah uji
aktivitas antibakteri dengan metode disk Kuat tarik dan persen pemanjangan
diffusion (Kirby-bauer). Parameter uji yang (ASTM D882-02 2002)
diamati berdasarkan luas zona hambat (mm) Uji tarik dilakukan menggunakan alat
yang dihasilkan oleh kitooligosakarida. uji mekanis. Pengujian dilakukan dengan
Pengujian aktivitas antibakteri dimulai menempatkan sampel bioplastik kering
dengan menuangkan media TSA (triptic soy dengan ukuran 60 mm × 20 mm. sampel
agar) sebanyak 10 mL ke dalam cawan petri. tersebut diletakkan pada alat uji mekanis lalu
Inokulum bakteri Staphylococcus aureus, ditarik dengan kecepatan konstan dengan
Eschericia coli, dan Bacillus cereus dioleskan beban yang telah ditentukan. Elongasi dihitung
ke dalam media hingga merata dengan dengan membandingkan pertambahan
kapas pentol. Kemudian sebanyak 20 μL panjang dengan panjang awal film. Data
larutan kitooligosakarida mikrogelombang, kemudian dicatat. Kekuatan tarik dan elongasi
ultrasuara, dan kombinasi serta larutan menggunakan persamaan berikut.
kitosan 1% diteteskan ke paper disk berukuran Fmaks
6 mm yang kemudian diletakkan di dalam τ= A
media yang telah dibuat. Kontrol positif yang Keterangan:
digunakan yaitu kloramfenikol dan kontrol τ = Kekuatan tarik (N/mm2)
negatif yang digunakan yaitu larutan asam Fmaks = Tegangan maksimum (N)
asetat 0,2% sebagai pelarut COS. Cawan A = Luas penampang melintang (mm2)
petri kemudian diinkubasi dengan suhu Pertambahan panjang (cm)
37°C selama 24 jam. Parameter yang diamati Elongasi = Panjang awal (cm)
x 100%
dengan melihat zona bening yang dihasilkan
di sekitar cakram dan diukur menggunakan Transparansi dan absorbansi cahaya
jangka sorong. UV (Fang et al. 2002)
Sifat penghalang cahaya ultraviolet dari
Ketebalan (Rusli et al. 2017) film kitooligosakarida diukur dengan menguji
Ketebalan film diukur menggunakan film pada panjang gelombang 200-800 nm
mikrometer skrup. Pengukuran dilakukan menggunakan alat spektrofotometer UV VIS.
pada sembilan tempat berbeda dan dilakukan Sementara itu untuk mengukur transparansi
secara acak. Nilai ketebalan film ditentukan dari film dilakukan dengan mengukur
dari rata-rata sembilan tempat pengukuran. absorbansi film pada panjang gelombang 585
nm. Nilai transparansi dari film dapat dihitung
WVTR (ASTM E 96-95 1995) dengan persamaan sebagai berikut.
Analisis permeabilitas uap air dapat T=A585/X
dihitung dengan mencari laju transmisi uap Keterangan:
air (WVTR) terlebih dahulu. WVTR dapat A585 = absorbansi film panjang gelombang 585 nm
diukur menggunkan metode wet cup. Cawan X = ketebalan film (mm)
petri ditutup menggunakan alumunium foil
yang telah diberi lubang dengan ukuran 10% Rancangan percobaan dan analisis
dari luas cawan petri yang digunakan. Cawan data
petri kemudian diisi dengan akuades sebanyak Rancangan percobaan yang digunakan
30 mL dan sampel plastik ditutupkan pada pada pembuatan kitooligosakarida
lubang yang terdapat pada alumunium foil. menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
Cawan tersebut kemudian dimasukkan dalam dengan satu faktor yaitu jenis kitooligosakarida
oven bersuhu 37°C. Sampel plastik ditimbang yang terdiri dari tiga taraf (mikrogelombang;
setiap 1 jam sekali selama 5 jam. Nilai WVTR ultrasuara; kombinasi). Tahapan pembuatan
dan permeabilitas uap air dapat dihitung active film kitooligosakarida menggunakan
menggunakan persamaan berikut. rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 22


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

faktor yaitu jenis kitooligosakarida yang terdiri penggunaan proses depolimerisasi fisik berupa
dari tiga taraf (mikrogelombang; ultrasuara; mikrogelombang dan ultrasuara. Penggunaan
kombinasi) dan konsentrasi kitooligosaakrida metode depolimerisasi tersebut menyebabkan
yang terdiri dari dua taraf (1,5%; 2%). perubahan nilai viskositas akibat molekul
Perlakuan yang memberikan signifikansi kitosan sudah terpotong dan berubah menjadi
kemudian dilakukan analisis lanjutan struktur yang lebih sederhana dengan bobot
menggunakan Duncan’s Multiple Range Test molekul yang lebih rendah dan sudah
(DMRT) untuk mengetahui perlakuan yang terdepolimerisasi sehingga bobot molekulnya
berbeda nyata pada taraf 5%. berkurang (Phil et al. 2018).
Perhitungan bobot molekul COS didasari
HASIL DAN PEMBAHASAN pada analisis viskositas yang dikonversi
Karakteristik kitooligosakarida menjadi viskositas intrinsik menggunakan
Table 1 menunjukkan nilai dari beberapa persamaan Huggins dan kemudian nilai yang
parameter uji dari COS yang dihasilkan. diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan
Parameter yang diuji yaitu rendemen, Mark Houwink. Nilai berat molekul COSM,
viskositas, berat molekul, derajat polimerisasi COSU, dan COSK berturut turut yaitu 25,2
dan derajat deasetilasi. Rendemen COS kDa, 29,3 kDa, dan 22,1 kDa. Setiap perlakuan
yang diperoleh menunjukkan nilai 96,9% depolimerisasi kitosan memiliki nilai berat
pada COSM, 96,8% pada COSU, dan 95,2% molekul yang lebih rendah jika dibandingkan
pada COSK. Hasil perhitungan statistik dengan kitosan yang memiliki berat molekul
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata dari sekitar 98,6 kDa. Hasil perhitungan statistik
rendemen yang dihasilkan (p>0,05). Hasil menunjukkan parameter berat molekul
yang diperoleh tidak terlalu berbeda dengan memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05)
penelitian yang dilakukan Ridho et al. (2017) antara perlakuan COSM, COSU, dan COSK.
dengan rendemen 93,27% pada pembuatan Penelitian yang dilakukan Ridho et al. (2017)
COS menggunakan ultrasuara dan hidrogen menghasilkan COS dengan bobot molekul
peroksida. Penggunaan metode fisik berupa lebih rendah dengan nilai 7,63 kDa dan 2,83
mikrogelombang dan ultrasuara memiliki kDa menggunakan metode depolimerisasi
keuntungan mudah dilakukan dengan sedikit kombinasi ultrasuara jenis probe dan hidrogen
kontaminasi pada COS yang dihasilkan peroksida.
(Liang et al. 2018). Prinsip depolimerisasi kitosan dengan
Viskositas COS yang dihasilkan oleh mikrogelombang adalah gelombang
perlakuan COSM, COSU, dan COSK radiasi mikrogelombang menyebabkan
berturut turut sebesar 14, 17, dan 12 cP panas di tingkat molekular sehingga
memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) jika membantu memotong rantai polimer
dibandingkan dengan viskositas kitosan. pada kitosan. Penambahan garam juga
Penurunan viskositas COS terjadi akibat berfungsi meningkatkan efisiensi dalam

Table 1 General characteristic of produced COS


COSM COSU COSC CHIT
Parameter
(Microwave) (Ultrasound) (Combination) (Chitosan)

Color Yellowish Yellowish Yellowish White


Yield (%) 96.9±1.6aa 96.8±1.6a 95.2±1.6a -
Viscosity (cP) 14±2.8 ab
17±2.8 b
12±2.8 a
51c
Molecular Weight (kDa) 25.2±1.8bb 29.3±1.8c 22.1±1.8a 98.6 ± 1.8d
Degree of Polymerization 16±1.6bb 17±1.6c 14±1.6a
Note: Numbers followed by same letter were not significantly different (p<0.05)

23 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

depolimerisasi kitosan (Xing et al. 2005). (Mourya et al. 2011). Penelitian yang
Prinsip depolimerisasi kitosan dengan dilakukan oleh Xia et al. (2013) menghasilkan
ultrasuara yaitu adanya gaya geser antara derajat polimerisasi kitooligosakarida sebesar
pelarut dan molekul polimer pada saat 7 menggunakan hidrogen peroksida dan asam
pecahnya gelembung kavitasi saat proses fosfotungstat.
ultrasonikasi. Degradasi yang terjadi dapat
dideskripsikan sebagai model potong acak Spektrum gugus fungsi FTIR
pada kitosan target. Selain itu faktor yang Spektrum gugus fungsi FTIR pada
dapat memengaruhi depolimerisasi kitosan COSM, COSU, dan COSK tidak menunjukan
dengan metode ultrasonikasi adalah jenis alat perbedaan pita serapan yang berbeda nyata.
ultrasonikasi, intensitas ultrasonikasi, suhu, Hasil spektrum gugus FITR dapat dilihat pada
konsentrasi polimer, dan sedikit dipengaruhi Figure 1. Spektrum FTIR COS memiliki pita
oleh konsentrasi asam yang digunakan serapan pada 3400 cm-1 yang menunjukkan
(Wu et al. 2008). adanya ulur vibrasi gugus O-H dan -NH2.
Derajat polimerisasi kitooligosakarida Gugus FTIR juga menunjukkan adanya
menunjukkan nilai yang berbeda untuk setiap serapan khas kitosan yang sudah terdeasetilasi
perlakuan COS mikrogelombang, ultrasuara, pada sampel COSM, COSU, dan COSK pada
dan kombinasi. Derajat polimerisasi diperoleh pita serapan amida I (N-H) pada 1637 cm-1,
menggunakan perhitungan berat molekul 1638 cm-1, dan 1636 cm-1; amida III (C-N)
kitooligosakarida yang dibandingkan dengan pada 1087 cm-1, 1096 cm-1, dan 1097 cm-1.
nilai gugus amina dan asetil rata rata pada Pita serapan sekitar 1429 cm-1 (kerutan -CH2)
derajat deasetilasi. Nilainya secara beruturut menandakan gugus hidroksil primer pada
turut yaitu 16, 17, dan 14. Berdasarkan polisakarida (Prashanth et al. 2002). Ikatan
hasil perhitungan statistik, setiap perlakuan β-1,4-glikosidik ditandai pada pita serapan
memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) 603 cm-1, 601 cm-1, dan 602 cm-1.
untuk parameter derajat polimerisasi. Spektrum gugus fungsi FTIR pada
Kitosan dengan derajat depolimerisasi dapat COSM, COSU, dan COSK tidak menunjukan
dikatakan sebagai kitooligosakarida. Semakin hasil pita serapan yang memiliki persamaan
kecil nilai derajat polimerisasi menunjukkan dengan pita serapan yang dihasilkan oleh
semakin sedikit berat molekul COS yang kitosan. Hal tersebut disebabkan proses
diproduksi dan nilainya dapat dipengaruhi depolimerisasi kitosan menggunakan
oleh derajat deasetilasi kitosan awal dan mikrogelombang, ultrasuara, dan kombinasi
juga metode depolimerisasi yang digunakan keduanya hanya bersifat memutus rantai

Figure 1 IR Spectra of chitosan and COS (A) CHIT, (B) COSM, (C) COSU, (D) COSC

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 24


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

polimer kitosan menjadi lebih sederhana nilai diameter hambat masing masing
dengan memotong ikatan β-1,4 glikosidik 4,18±0,11 mm, 2,2±0,11 mm, dan 4,17±0,11
(Yulina et al. 2014). Hasil spektrum yang mm. Sementara itu untuk bakteri uji E. coli,
diperoleh memiliki persamaan dengan perolehan diameter zona hambat terbesar
penelitian (Ridho et al. 2017) menghasilkan ada pada perlakuan COSK sebesar 7,18±0,24
nilai pita serapan yang tidak terlalu berbeda mm yang nilainya berbeda nyata. Diamater
signifikan antar kitooligosakarida dengan zona hambat dari COSK memiliki beda
nilai derajat deasetilasi yang berbeda. Hal ini yang signifikan (p<0,05) dengan perlakuan
karena secara prinsip proses depolimerisasi lain yaitu COSM, COSU, dan kitosan yang
tidak secara signifikan mengubah struktur memiliki nilai zona hambat sebesar 5,38±0,24
utama dan gugus fungsi yang ada di kitosan mm, 2,14±0,24 mm, dan 6,06±0,24 mm.
yang telah terdepolimerisasi menjadi Kitosan dan oligomernya adalah
kitooligosakarida. Serapan yang lebih biopolimer dan turunannya yang bersifiat
banyak pada kitooligosakarida dibandingkan nontoksik dan memiliki aktivitas biologis
dengan kitosan mengindikasikan bahwa antimikroba. Beberapa mekanisme sifat
sudah terjadi proses depolimerisasi yang antimikroba yang dimiliki kitosan yang
memutus rantai polimer dan menurunkan pertama adalah adanya interaksi elektrostatik
berat molekul dari kitosan (Faustine et antara kation kitosan dengan molekul anion
al. 2020). Selain itu indikasi serapan yang pada permukaan sel mikroba sehingga
lebih banyak pada kitooligosakarida juga mengganggu stabilitas dinding sel dan
menunjukkan kehadiran gugus -NH2 yang terjadi kebocoran material. Mekanisme
berkontribusi pada serapan-serapan pada kedua yaitu penetrasi oligomer kitosan pada
analisis FTIR yang jumlahnya lebih banyak membran sel dan berinteraksi dengan DNA
pada kitooligosakarida (Mourya et al. 2011). bakteri sehingga mengganggu proses sintesis
protein. Mekanisme ketiga adalah kitosan dan
Aktivitas Antimikroba oligomernya melakukan proses pengkelatan
Nilai diameter zona hambat dari uji (chelation) pada nutrien dan metal esensial
antimikroba dapat dilihat pada Table 2. yang fundamental untuk stabilitas sel
Larutan COSM menghasilkan diameter zona mikroorganisme (Matica et al. 2019) Kitosan
hambat paling besar pada bakteri uji S. aureus dan oligomernya memiliki keunikan yaitu
5,7±0,19 mm yang nilainya berbeda nyata mempunyai muatan positif. Muatan positif
(p<0,05) dengan perlakuan COSU, COSK, ini ada pada monomer COS yaitu glukosamin
dan kitosan yang memiliki nilai diameter dengan muatan positif pada NH3+ yang
hambat masing masing 5±0,19 mm, 2,18±0,19 mampu merusak stabilitas membran sel
mm, dan 3,57±0,19 mm. Sama halnya dengan bakteri. COS mampu menunjukkan aktivitas
bakteri uji S. aureus, zona hambat terbesar penghambatan pada bakteri gram negatif
pada bakteri uji B. subtilis sebesar dan maupun positif (Guan et al. 2019). COS
5,21±0,11 mm diperoleh COSM yang nilainya dengan berat molekul rendah memiliki rantai
berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan yang lebih pendek dengan muatan positif
COSU, COSK, dan kitosan yang memiliki yang lebih merata sehingga lebih efektif untuk

Table 2 Inhibition zone of chito-oligosaccharide


Zone of Inhibition (mm)
Sample
S. aureus B. subtilis E. coli
COSM (Microwave) 5.70±0.19d 5.21±0.11c 5.38±0.24b
COSU (Ultrasound) 5.00±0.19c 4.18±0.11b 2.14±0.24a
COSC (Combination) 2.18±0.19a 2.20±0.11a 7.18±0.24d
CHIT (Chitosan) 3.57±0.19b 4.17±0.11b 6.06±0.24c
Note: Numbers followed by same letter were not significantly different (p<0.05)

25 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

menghambat pertumbuhan bakteri gram Active film yang diperoleh memiliki


negatif (Goy et al. 2009). COSK menghasilkan ketebalan minimal 0,12 mm pada konsentrasi
berat molekul paling kecil di antara COS 1,5% dan 0,25 mm pada konsentrasi 2%.
perlakuan lain (22,1 kDa) dan memiliki Hasil tersebut sudah sesuai dengan Japanese
aktivitas penghambatan bakteri gram negatif International Standard (JIS 1975) untuk
(E. coli) terbesar. Namun beberapa penelitian standar ketebalan edible film maksimum
juga menyatakan bahwa COS lebih efektif sebesar 0,25 mm. Hasil yang diperoleh
dalam menghambat pertumbuhan bakteri memiliki perbedaan dengan penelitian yang
gram positif. Penelitian yang dilakukan dilakukan Fatnasari et al. (2018) menghasilkan
Ridho et al. (2017) memiliki nilai zona ketebalan edible film berbahan dasar pati
hambat yang lebih besar pada bakteri ubi jalar yang ditambahkan gliserol dengan
S. aureus dan B. subtilis dibandingkan dengan konsentrasi 25% (b/b) dengan nilai ketebalan
E. coli dengan nilai 7,85 mm, 8,17 mm, dan sebesar 0,09 mm. Perbedaan nilai ketebalan
5,56 mm. Faktor yang dapat memengaruhi ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
aktivitas antimikroba dari COS yaitu derajat gliserol yang ditambahkan. Penelitian yang
deasetilasi, berat molekul, pH, dan juga bahan dilakukan menggunakan konsentrasi gliserol
baku dari COS itu sendiri (Chimtong 2018). 80% (b/b) sehingga nilai ketebalannya lebih
tinggi.
Ketebalan Ketebalan dapat menentukan
Ketebalan adalah faktor penting yang penggolongan film yang akan digunakan
diperhatikan dalam proses pembuatan active sebagai pengemas ataupun pelapis produk.
film. Nilai ketebalan film COS dapat dilihat Perbedaan nilai ketebalan dari masing
pada Table 3. Ketebalan dari film COS yang masing COS dapat disebabkan karena sifat
diproduksi memiliki variasi pada jenis COS pemlastis gliserol dan juga COS yang mampu
dan konsentrasi COS, namun tidak ada mempertahankan ikatannya dengan air
interaksi antara jenis COS dan konsentrasi selama proses pengovenan. Viskositas juga
(p>0,05). Hasil penelitian pada Table 3 memiliki peran besar untuk memengaruhi
menunjukkan ketebalan pada konsentrasi ketebalan film. Semakin tinggi viskositas
1,5% berkisar antara 0,12-0,15 mm sedangkan larutan film maka semakin meningkat
ketebalan pada konsentrasi 2% berkisar dari ketebalan film yang diproduksi (Jacoeb et al.
0,24-0,25 mm. Hasil statistik menunjukkan 2014). Penambahan jenis pemlastis gliserol
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan juga berkontribusi dalam ketebalan film yang
antara penggunaan konsentrasi COS 1,5% diproduksi. Molekul gliserol akan mengisi
dan 2% (p<0,05). Semakin tinggi konsentrasi rongga antar matriks dan berinteraksi
COS yang digunakan maka nilai ketebalan dengan bahan film yang digunakan sehingga
akan semakin meningkat pula. Ketebalan menambah jarak antar polimer dan
juga dapat dipengaruhi oleh pemlastis yang meningkatkan ketebalan film (Arham et al.
digunakan. 2016). Film kitooligosakarida konsentrasi

Table 3 Thickness of COS film


COS concentration Thickness of COS (mm) Concentration
(%) M U C CHIT mean effect
1.5 0.14±0.04 0.14±0.04b
b
0.12±0.04b 0.15±0.04b 0.14±0.02a
2 0.24±0.04b 0.24±0.04b 0.25±0.04b 0.25±0.04b 0.24±0.02b
Mean [ ] 0.19±0.03a 0.19±0.03a 0.18±0.03a 0.2±0.03a (-)
Note: Numbers followed by the same letter were not significantly different (p<0.05)
Mean [ ] : Type of COS mean effect
(+) : There are significant interaction between type of COS and COS concentration
(-) : There are no significant interaction between type of COS and COS concentration

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 26


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

2% menggunakan jumlah gliserol yang lebih pemlastis gliserol. Perbedaan ini dapat
banyak daripada film kitooligosakarida disebabkan oleh penggunaan konsentrasi
konsentrasi 1,5% sehingga terjadi perbedaan gliserol yang digunakan. Gliserol memiliki
ketebalan di antara keduanya. sifat hidrofilik sehingga mudah mengikat air.
Penggunaan gliserol dengan konsentrasi lebih
Laju transmisi uap air (WVTR) tinggi berpotensi meningkatkan nilai WVTR
Pengujian laju transmisi uap air dilakukan karena film yang diproduksi akan lebih mudah
untuk mengetahui besaran berat air yang mengikat molekul air (Park et al. 2002).
dapat menembus lapisan film COS. Semakin Perpindahan uap air dapat diantisipasi
rendah nilai WVTR, maka semakin baik menggunakan film dengan sifat yang baik.
suatu bahan dapat menahan transfer massa Edible film yang baik akan mampu menahan
air ke lingkungannya. Hasil pengujian WVTR transfer massa air sehingga air tidak mudah
pada film COS dapat dilihat pada Table 4. pindah ke lingkungan. Beberapa faktor yang
Hasil penelitian pada Table 4 menunjukkan dapat memengaruhi besar dan kecilnya nilai
bahwa jenis COS serta konsentrasi COS dapat transmisi uap air yaitu kelembapan, ketebalan
memengaruhi nilai WVTR yang diperoleh film, jenis dan konsentrasi pemlastisr serta
karena adanya interaksi antara dua faktor sifat alami dari bahan utama yang digunakan
yaitu faktor konsentrasi COS dan jenis COS sebagai film (Supeni dan Irawan 2012).
yang digunakan (p<0,05). Nilai terbesar dari Meningkatnya permeabilitas dari suatu
WVTR diperoleh film COSM konsentrasi film mengindikasikan adanya sifat afinitas
1,5% dengan nilai 9,43±0,66 g/m2/hari. terhadap air yang dapat disebabkan oleh
Sementara itu nilai WVTR terendah diperoleh kehadiran molekul dengan sifat hidrofilik
film COSU konsentrasi 2% dengan nilai pada formula film. Transfer massa air pada
5,25±0,66 g/m2/hari dan diikuti dengan film film ataupun coating dapat dipengaruhi oleh
kitosan konsentrasi 2% dengan nilai WVTR difusivitas (faktor kinetik) dan fenomena
sebesar 6,71±0,66 g/m2/hari. sorpsi (faktor termodinamika) (Debeaufort
Nilai WVTR yang diperoleh dari film dan Voilley 2009).
berbahan dasar kitooligosakarida sudah
sesuai dengan Japanese Industrial Standard Kuat tarik
(JIS 1975) dengan nilai maksimum untuk Kuat tarik merupakan salah satu sifat
parameter WVTR yaitu sebesar 10 g/m2/hari. mekanis yang perlu diperhatikan dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Arham et al. evaluasi kualitas suatu film. Kuat tarik
(2016) memiliki nilai edible film pati ubi jalar merupakan gaya maksimum yang dialami
dengan konsentrasi gliserol 25% dengan nilai oleh film sampai film putus atau robek.
WVTR sebesar 2,35 g/m2/hari. Penelitian Semakin besar nilai kuat tarik maka semakin
lain yang dilakukan oleh Darni et al. (2017) kuat gaya yang dibutuhkan suatu film untuk
menghasilkan nilai WVTR dengan nilai putus. Hasil pengujian kuat tarik film COS
4,1675 g/m2/hari pada edible film berbahan dapat dilihat pada Table 5. Berdasarkan hasil
dasar pektin buah cokelat yang ditambahkan perhitungan statistik tidak ada interaksi antara
Table 4 WVTR of COS film
COS concentration WVTR of COS (g/m2/day) Concentration
(%) M U C CHIT mean effect
1.5 9.43±0.66b 8.69±0.66b 9.20±0.66b 8.34±0.66bb 8.84±0.33b
2 8.01±0.66b 5.25±0.66a 8.69±0.66b 6.71±0.66ab 7.11±0.33a
Mean [ ] 8.72±0.46b 6.97±0.46a 8.69±0.46b 7.53±0.46ab (+)
Note: Numbers followed by the same letter were not significantly different (p<0.05)
Mean [ ] : Type of COS mean effect
(+) : There are significant interaction between type of COS and COS concentration
(-) : There are no significant interaction between type of COS and COS concentration

27 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

Table 5 Tensile Strength of COS film


COS concentration Tensile strength of COS (N/mm2) Concentration
(%) M U C CHIT mean effect
1.5 1.34±0.72a 5.22±0.72c 3.19±0.72b 4.59±0.72c 3.58±0.36a
2 2.04±0.72a 5.43±0.72c 3.61±0.72b 4.78±0.72c 3.96±0.36a
Mean [ ] 1.69±0.51a 5.32±0.51c 3.40±0.51b 4.68±0.51c (-)
Note: Numbers followed by the same letter were not significantly different (p<0.05)
Mean [ ] : Type of COS mean effect
(+) : There are significant interaction between type of COS and COS concentration
(-) : There are no significant interaction between type of COS and COS concentration

jenis COS dengan konsentrasi COS (p>0,05). namun mengurangi kuat tarik film. Hal ini
Jenis COS memengaruhi nilai kuat tarik yang terjadi karena kehadiran gliserol menurunkan
dihasilkan (p<0,05). Hasil pengujian kuat interaksi rantai polimer dari kitosan ataupun
tarik film COS menunjukkan nilai kuat tarik COS (Rivero et al. 2016). Salah satu kelebihan
tertinggi diperoleh COSU konsentrasi 2% dari COS adalah menggunakan pelarut
dengan nilai 5,43d N/mm2 dan nilai terendah dengan pH lebih tinggi untuk larutan film
pada COSM konsentrasi 1,5% dengan nilai dibandingkan kitosan. Pelarut asam diduga
1,34a N/mm2. Perbedaan nilai kuat tarik yang mampu mengubah keseimbangan rantai
dihasilkan dapat disebabkan oleh perbedaan ikatan hidrogen intra dan interkitosan
karakteristik dari COS yang diproduksi. sehingga menurunkan sifat mekanis film yang
Nilai kuat tarik yang diperoleh pada diproduksi (Qiao et al. 2021).
setiap jenis COS dengan konsentrasi 1,5% dan
2% sudah sesuai dengan Japanese Industrial Elongasi
Standard (JIS 1975) untuk edible film dengan Elongasi adalah rasio penambahan
nilai kuat tarik minimum sebesar 0,3 MPa Panjang film terhadap panjang awalnya.
atau 0,3 N/mm2. Penelitian yang dilakukan Persen elongasi menunjukkan seberapa elastis
oleh Priyadarshi et al. (2018) mendapatkan suatu film yang diuji. Semakin besar nilai
kuat tarik film berbahan dasar kitosan- elongasi semakin elastis film yang diproduksi.
gliserol yang dilarutkan menggunakan asam Hasil pengujian elongasi dari film COS
sitrat (agen crosslinker) dengan nilai kuat dapat dilihat pada Table 6. Berdasarkan hasil
tarik sebesar 9,48 MPa. Salah satu hal yang perhitungan statistik, terdapat interaksi antara
memengaruhi karakteristik kuat tarik dari faktor jenis COS dan faktor konsentrasi COS
film adalah penggunaan bahan pengisi atau (p<0,05). Nilai elongasi film tertinggi ada
filler. Penambahan bahan pengisi kalsium pada film COSU 2% dengan pemanjangan
karbonat dapat meningkatkan kuat tarik dari sebesar 76,7±5,3% dan nilai paling rendah
film berbahan dasar pektin cokelat dari 3 MPa pada COSM dengan nilai 10,41±5,3%. Tingkat
menjadi 6,5 MPa (Darni et al. 2017). plastisitas film yang tinggi lebih mudah
COS dengan bobot molekul lebih kecil menyesuaikan dengan bentuk produk karena
cenderung memiliki kuat tarik yang lemah. film tidak mudah putus atau retak.
Kitosan akan membentuk ikatan hidrogen Sebagian besar nilai elongasi dari film
antara gugus hidroksil dan amino pada kitooligosakarida belum memenuhi Japanese
pembuatan film. Semakin tinggi berat molekul International Standard (JIS 1975) untuk edible
kitosan atau COS maka akan semakin banyak film. Nilai minimum parameter elongasi untuk
ikatan antara gugus hidroksil dan amino film yaitu minimal 70%. Hasil penelitian
yang akan meningkatkan kuat tariknya (Park menunjukkan hanya jenis film COSU
et al. 2002). Jenis pemlastis gliserol juga konsentrasi 2% yang memenuhi kriteria
turut berkontribusi dalam perolehan nilai standar tersebut dengan nilai elongasi sebesar
kuat tarik film. Penambahan jenis pemlastis 76,7%. Faktor yang dapat memengaruhi
gliserol mampu meningkatkan elongasi film besar kecilnya nilai elongasi pada kitosan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 28


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

Table 6 Elongation of COS film


COS concentration Elongation of COS (%) Concentration
(%) M U C CHIT mean effect
1.5 10.41±5.3a 30.64±5.3bc 18.3±5.3ab 28.64±5.3b 22.0±2.65a
2 12.87±5.3a 76.7±5.3dd 33.7±5.3bc 40.32±5.3c 40.9±2.65b
Mean [ ] 11.64±3.8a 53.67±3.8dd 26.01±3.8bb 34.48±3.8c (+)
Note: Numbers followed by the same letter were not significantly different (p<0.05)
Mean [ ] : Type of COS mean effect
(+) : There are significant interaction between type of COS and COS concentration
(-) : There are no significant interaction between type of COS and COS concentration

dan turunannya adalah penggunaan pelarut dan meningkatkan fleksibilitas dari film yang
untuk membuat film berbahan dasar kitosan dibuat (Jacoeb et al. 2014). Nilai elongasi suatu
misalnya asam asetat, asam sitrat, asam material film bergantung pada fleksibilitas
laktat dan asam malat serta viskositas atau rantai molekul. Sifat yang dapat memengaruhi
bobot molekul dari kitosan (Park et al. 2002). elongasi dari material yaitu interaksi rantai,
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni ketebalan film, serta kelembapan lingkungan
et al. (2016) mendapatkan nilai elongasi (Zavareze et al. 2012). Pemlastis dapat
perpanjangan putus sebesar 77% dari film berfungsi sebagai pelumas yang menyebabkan
penutup luka dengan bahan dasar kitosan molekul polimer lebih mudah melewati
dengan pemlastis kombinasi pemlastis gliserol satu sama lain sehingga menambahkan
dan sorbitol 1:3. Penambahan sebanyak 2 mL ekstensibilitas dari suatu polimer (Fang et al.
gliserol dalam formula film berbahan dasar 2002).
pati ubi jalar Cilembu dapat meningkatkan
persen elongasi dari 4,9% menjadi 32,8% Transparansi dan absorbansi cahaya
(Nuriyah et al. 2018). UV
Elongasi dapat dipengaruhi oleh jenis Transparansi merupakan salah satu
pemlastis yang digunakan dalam pembuatan faktor penting yang diperhitungkan
film. Pemlastis gliserol akan meningkatkan dalam pembuatan film. Transparansi
elongasi dari film karena mengurangi menggambarkan tingkat kejernihan film
interaksi antar rantai dari bahan sehingga dihitung berdasarkan absorbansi film pada
meningkatkan pergerakan makromolekul panjang gelombang 585 nm dan ketebalan
(Rovshandeh et al. 2014). Gliserol mampu film. Semakin kecil nilai transparansi
mengubah sifat rigiditas dari film sehingga menandakan semakin jernih film yang diuji
film yang ditambahkan gliserol dalam (Bao et al. 2009). Hasil pengujian transparansi
formulasinya akan semakin fleksibel. Bobot film COS dapat dilihat pada Table 7. Hasil
molekul gliserol yang kecil memudahkan yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya
gliserol untuk bergabung dalam matriks film interaksi antara jenis COS dan konsentrasi

Table 7 Transparency of COS film


COS concentration Transparency of COS Concentration
(%) M U C CHIT mean effect
1.5 1.63±0.27bc 0.76±0.27ab 1.21±0.27b 0.42±0.27a 1.01±0.14a
2 2.30±0.27cc 1.80±0.27cc 2.28±0.27c 0.47±0.27a 1.71±0.14b
Mean [ ] 1.96±0.19dd 1.28±0.19bb 1.75±0.19c 0.45±0.19a (+)
Note: Numbers followed by the same letter were not significantly different (p<0.05)
Mean [ ] : Type of COS mean effect
(+) : There are significant interaction between type of COS and COS concentration
(-) : There are no significant interaction between type of COS and COS concentration

29 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

(A) (B)
Figure 2 UV light absorbance of 1.5% (A) and 2% (B) film; COSM: chito-oligosaccharide
microwave; COSU: chito-oligosaccharide ultrasound; COSC: chito-oligosaccharide
combination; CHIT: chitosan)

COS (p<0,05). Nilai transparansi terendah bahan dasar kitosan cenderung memiliki
ada pada sampel kitosan konsentrasi 1,5% kenampakan yang lebih jernih dibandingkan
sebesar 0,42 dan nilai tertinggi pada COSM dengan film COS. Hasil ini dapat dilihat
konsentrasi 2% sebesar 2,3. dari kecenderungan semua jenis COS yang
Besar kecilnya nilai transparansi dari diproduksi memiliki nilai transparansi yang
film dapat dipengaruhi oleh bahan baku dari lebih besar daripada kitosan. Apabila dilihat
film. Penggunaan film berbahan dasar dari dari bahan dasar pembentuk film, kitosan
kombinasi pati-gelatin (rasio 4:1) dengan memiliki warna putih sedangkan COS
gliserol sebagai pemlastis menghasilkan yang dihasilkan memiliki warna cenderung
nilai transparansi sebesar 2,12 (Al-Hassan kekuningan. Warna kekuningan dari COS
dan Norziah 2012). Sebagian besar peneliti yang dihasilkan berkontribusi pada lebih
mengklaim bahwa penggunaan gliserol tingginya nilai transparansi film COS
sebagai pemlastis menghasilkan film dibandingkan dengan film kitosan.
dengan nilai transparansi yang lebih tinggi Absorbansi cahaya UV diukur untuk
jika dibandingkan dengan film dengan mengetahui kemampuan film untuk menahan
pemlastis lain misalnya sorbitol. Hal ini pancaran gelombang UV. Film dipaparkan
disebabkan karena molaritas gliserol yang pada panjang gelombang 200-800 nm dan
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis dihitung absorbansinya. Film yang mampu
pemlastis lain pada konsentrasi pemlastis menyerap sinar UV ditunjukkan dengan
yang sama (% b/b dari bahan baku film) adanya absorbansi pada panjang gelombang
(Leerahawong et al. 2011). Penelitian yang selang 200-300 nm (Zarandona et al. 2020).
telah dilakukan memiliki persamaan dengan Hasil pengukuran absorbansi cahaya UV untuk
penelitian Priyadarshi et al. (2018) yang COS konsentrasi 1,5% dan 2% dapat dilihat
meneliti tentang kombinasi pelarut asam sitrat pada Figure 2. Berdasarkan gambar tersebut,
dengan kitosan dan gliserol menghasilkan nilai film kitosan dan COS memiliki potensi untuk
transparansi yang relatif rendah dengan nilai menghambat sinar UV ditunjukkan dengan
0,32. Penggunaan konsentrasi COS maupun adanya absorbansi yang cukup besar pada
kitosan yang lebih tinggi berkontribusi pada panjang gelombang 200-300 nm dan nilainya
meningkatnya nilai transparansi pada film terus menurun seiring dengan bertambahnya
yang diproduksi (Ren et al. 2017). Hal yang nilai panjang gelombang. Semakin tinggi
dapat memengaruhi nilai transparansi salah konsentrasi COS dan kitosan yang digunakan
satunya adalah karakteristik atau sifat dari akan menghasilkan aborbansi yang lebih baik
bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pada panjang gelombang tersebut dengan
film (Kaewprachu et al. 2018). Film dengan bentuk grafik yang relatif mirip.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 30


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

Kehadiran gugus karbonil pada menunjukkan kemampuan absorbansi


kitosan dan COS membantu meningkatkan gelombang ultraviolet yang lebih baik
absorbansi dari film pada rentang panjang dibandingkan dengan film berbahan kitosan.
gelombang UV (Abdolrahimi et al. 2018).
Nilai absorbansi berangsur turun nilainya DAFTAR PUSTAKA
seiring dengan bertambahnya nilai panjang Abdolrahimi M, Seifi M, Ramezanzadeh
gelombang. Film dengan kapasitas sawar MH. 2018. Study the effect of acetic acid
UV yang tinggi berpotensi mencegah reaksi on structural, optical and mechanical
oksidasi dari bahan. Kelemahan dari film properties of PVA/chitosan/MWCNT
dengan sifat tersebut yaitu kurang disukai films. Chinese Journal of Physics.
karena warnanya yang cenderung tidak jernih 56(1):221–230.
atau bening (Souza et al. 2019). Pemlastis Al-Hassan AA, Norziah MH. 2012. Starch-
juga memiliki peran untuk menentukan besar gelatin edible films: Water vapor
kecilnya absorbansi film terhadap sinar UV. permeability and mechanical properties
Penggunaan pemlastis berbasis gula misalnya as affected by plasticizers. Food
glukosa, fruktosa, dan sorbitol diketahui Hydrocolloids. 26(1):108–117.
menyebabkan adanya reaksi pencokelatan Anggraeni Y, Sulistiawati F, Astria DN. 2016.
apabila dikombinasikan dengan bahan dasar Pengaruh plasticizer gliserol dan sorbitol
pembentuk film berbasis protein. Reaksi terhadap karakteristik film penutup luka
pencokelatan yang terjadi dapat berakibat kitosan-tripolifosfat yang mengandung
meningkatkan absorbansinya terhadap sinar asiatikosida. Jurnal Ilmu Kefarmasian
UV (Leerahawong et al. 2011). Film COS Indonesia. 14(2):128–134.
memiliki nilai absorbansi yang lebih tinggi [AOAC] Association of Official Analytical
dibandingkan dengan film kitosan. Hal ini Chemist. 1995. Official Method of Analysis.
terjadi karena bahan baku COS mengalami Washington, DC: The Association of
reaksi pencokelatan (Mourya et al. 2011). Film Official Analytical Chemist, Inc.
yang berwarna lebih kekuningan cenderung Arham R, Mulyati MT, Metusalach M,
memiliki absorbansi UV yang lebih baik Salengke S. 2016. Physical and mechanical
dibandingkan dengan film yang jernih. properties of agar based edible film with
glycerol plasticizer.International Food
KESIMPULAN Research Journal. 23(4):1669–1675.
Depolimerisasi kitosan dengan [ASTM] American Society for Testing and
metode fisik menghasilkan karakteristik Materials. 2002. Standard Test Method for
COS berwarna kekuningan yang memiliki Tensile Properties of Thin Plastic Sheeting,
viskositas dan bobot molekul yang nilainya D882 02. Philadelphia (US): American
lebih rendah daripada kitosan. Setiap jenis Society for Testing and Materials.
COS yang diproduksi dengan metode fisik [ASTM] American Society for Testing and
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri Materials. 1995. Standard Test Methods for
dengan terbentuknya zona hambat seperti Water Vapor Transmission of Materials,
kitosan pada bakteri uji S. aureus, B. subtilis, E96-95. Philadelphia (US): American
dan E. coli. Hasil penelitian menunjukkan Society for Testing and Materials.
bahwa tidak semua jenis COS yang diproduksi Atma Y, Ramdhani H, Mustopa AZ, Pertiwi
dapat menghasilkan sifat mekanis film yang M, Maisarah R. 2018. Karakteristik
baik. Film berbahan dasar COS dengan bobot fisikokimia gelatin tulang ikan patin
molekul yang terlalu kecil cenderung memiliki (Pangasius sutchi) hasil ekstraksi
sifat mekanis film yang buruk. Sifat mekanis menggunakan limbah buah nanas
film terbaik yang juga sudah memenuhi (Ananas comosus). Agritech. 38(1):56-63.
kriteria standar Japanese Industrial Standard Bao S, Xu S, Wang Z. 2009. Antioxidant
(JIS 1975) untuk edible film diperoleh pada activity and properties of gelatin films
perlakuan film COSU konsentrasi 2%.Film incorporated with tea polyphenol-loaded
berbahan dasar COS secara keseluruhan chitosan nanoparticles. Journal of The

31 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al. JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1

Science of Food Agriculture. 89(15):2692– Harish Prashanth K V., Kittur FS, Tharanathan
2700. RN. 2002. Solid state structure of chitosan
Bastarrachea LJ, Wong DE, Roman MJ, Lin prepared under different N-deacetylating
Z, Goddard JM. 2015. Active packaging conditions. Carbohydrate Polymers.
coatings. Coatings. 5(4):771–791. 50(1):27–33.
Chimtong S. 2018. Antibacterial activity of Jacoeb AM, Nugraha R, Utari SPSD. 2014.
chito-oligosaccharides (COSS) from Edible film from lindur fruit starch with
shrimp shells wastes. Advance in Plants addition of glycerol and carrageenan.
and Agriculture Research. 8(6):392–394. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Darni Y, Utami H, Septiana R, Fitriana RA. Indonesia. 17(1):14–21.
2017. Comparative studies of the edible Japanese Industrial Standard. 1975. Japanese
film based on low pectin methoxyl with Standards Association. 2: 1707.
glycerol and sorbitol plasticizers. Jurnal Kaewprachu P, Osako K, Rawdkuen S. 2018.
Bahan Alam Terbarukan. 6(2):158–167. Effects of plasticizers on the properties of
Debeaufort F, Voilley A. 2009. Edible Films fish myofibrillar protein film. Journal of
and Coatings for Food Applications. Food Science and Technology. 55(8):3046–
Fang Y, Tung MA, Britt IJ, Yada S, Dalgleish 3055.
DG. 2002. Tensile and barrier properties Lagarón JM, López-Rubio A, José Fabra M.
of edible films made from whey proteins. 2016. Bio-based packaging. Journal of
Journal of Food Science. 67(1):188–193. Applied Polymer Science. 133(2):1-15.
Fatnasari A, Nocianitrti KA, Suparthana IP. Leerahawong A, Tanaka M, Okazaki E, Osako
2018. The effect of glycerol concentration K. 2011. Effects of plasticizer type and
on the characteristic edible film sweet concentration on the physicochemical
potato starch (Ipomoea batatas L.). Media properties of edible film from squid
Ilmiah Teknologi Pangan. 5(1):27–35. Todarodes pacificus mantle muscle.
Faustine D, Setyaningsih I, Hardiningtyas Fisheries Science. 77(6):1061–1068.
SD. 2020. Depolimerisasi kitosan Liang S, Sun Y, Dai X. 2018. A review of the
menggunakan sinar ultraviolet dan katalis preparation, analysis and biological
asam klorida. Jurnal Pengolahan Hasil functions of chitooligosaccharide.
Perikanan Indonesia. 23(3):412–422. International Journal of Molecular Science.
Fiamingo A, Delezuk JADM, Trombotto 19(8):1-19.
S, David L, Campana-Filho SP. 2016. Lodhi G, Kim YS, Hwang JW, Kim SK, Jeon
Extensively deacetylated high molecular YJ, Je JY, Ahn CB, Moon SH, Jeon BT,
weight chitosan from the multistep Park PJ. 2014. Chitooligosaccharide
ultrasound-assisted deacetylation of and its derivatives: Preparation and
beta-chitin. Ultrasonics Sonochemistry. biological applications. Biomed Reesearch
32:79–85. International. 2014:1-6.
Goy RC, De Britto D, Assis OBG. 2009. A Mailoa NM, Marthina Tapotubun A, Matrutty
review of the antimicrobial activity of TEAA. 2017. Analysis total plate count
chitosan. Polimeros. 19(3):241–247. (TPC) on fresh steak tuna applications
Guan G, Abul Kalam Azad M, Lin Y, Kim SW, edible coating Caulerpa sp. during stored
Tian Y, Liu G, Wang H. 2019. Biological at chilling temperature. IOP Confrence
effects and applications of chitosan Series Earth and Environmental Science.
and chito-oligosaccharides. Frontier of 89(1):1-6.
Physiology. 10(5):1–10. Matica MA, Aachmann FL, Tøndervik A,
Hanif N, Tanaka J, Setiawan A, Trianto A, Sletta H, Ostafe V. 2019. Chitosan as
De Voogd NJ, Murni A, Tanaka C, a wound dressing starting material:
Higa T. 2007. Polybrominated diphenyl Antimicrobial properties and mode of
ethers from the Indonesian sponge action. International Journal of Molecular
Lamellodysidea herbacea. Journal of Sciences. 20(23):1–34.
Natural Products. 70(3):432–435. Mourya VK, Inamdar NN, Choudhari YM.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 32


JPHPI 2022, Volume 25 Nomor 1 Karakterisasi kitooligosakarida yang didepolimerisasi, Arifin et al.

2011. Chitooligosaccharides: Synthesis, Perikanan Indonesia. 20(2):219–229.


characterization and applications. Souza VGL, Pires JRA, Rodrigues C, Rodrigues
Polymer Science Series A. 53(7):583–612. PF, Lopes A, Silva RJ, Caldeira J, Duarte
Nuriyah L, Saroja G, Ghufron M, Razanata MP, Fernandes FB, Coelhoso IM, et
A, Rosid NF. 2018. Karakteristik kuat al. 2019. Physical and morphological
tarik dan elongasi bioplastik berbahan characterization of chitosan/
pati ubi jalar cilembu dengan variasi jenis montmorillonite films incorporated with
pemlastis. Natural B. 4(4):177–182. ginger essential oil. Coatings. 9(11):1–
Park SY, Marsh KS, Rhim JW. 2002. Supeni G, Irawan S. 2012. Pengaruh
Characteristics of different molecular penggunaan kitosan terhadap sifat
weight chitosan films affected by the barrier edible film tapioka termodifikasi
type of organic solvents. Journal of Food (the effect of chitosan usage on the barrier
Science. 67(1):194–197. properties of modified starch edible
Priyadarshi R, Sauraj, Kumar B, Negi YS. 2018. films). Jurnal Kimia Kemasan. 34(1):199–
Chitosan film incorporated with citric 206.
acid and glycerol as an active packaging Wardhani IK, Badres S, Prasetyaningrum
material for extension of green chilli shelf A. 2013. Kinetika reaksi depolimerisasi
life. Carbohydrate Polymers. 195:329–338. karaginan pada suhu dan ph optimum
Qiao C, Ma X, Wang X, Liu L. 2021. Structure dengan katalisator katalis sulfat. Jurnal
and properties of chitosan films: Effect of Teknologi Kimia dan Industri. 2(4):177–
the type of solvent acid. LWT-Food Science 183.
and Technology. 135(April 2020):1-6. Wu T, Zivanovic S, Hayes DG, Weiss J. 2008.
Ren L, Yan X, Zhou J, Tong J, Su X. 2017. Efficient reduction of chitosan molecular
Influence of chitosan concentration on weight by high-intensity ultrasound:
mechanical and barrier properties of Underlying mechanism and effect of
corn starch/chitosan films. International process parameters. Journal of Agricultural
Journal of Biological Macromolecules. and Food Chemiostry. 56(13):5112–5119.
105:1636–1643. Xia Z, Wu S, Chen J. 2013. Preparation of
Ridho FA, Riyanto B, Uju. 2017. water soluble chitosan by hydrolysis using
Kitoligosakarida melalui depolimerisasi hydrogen peroxide. International Journal
kitosan dengan hidrogen peroksida of Biological Macromolecules. 59:242–245.
untuk aplikasi biopreservatif pindang Xing R, Liu S, Yu H, Guo Z, Wang P, Li C, Li Z,
tradisional. Jurnal Pengolahan Hasil Li P. 2005. Salt-assisted acid hydrolysis of
Perikanan Indoensia. 20(3):536–548. chitosan to oligomers under microwave
Rivero S, Damonte L, García MA, Pinotti A. irradiation. Carbohydrate Research.
2016. An insight into the role of glycerol 340(13):2150–2153.
in chitosan films. Food Biophysics. Yulina R, Winiati W, Kasipah C, Septiani W,
11(2):117–127. Surya Mulyawan A, Wahyudi T. 2014.
Roberts GAF. 1992. Analysis of Chitin and Pengaruh berat molekul kitosan terhadap
Chitosan. Di dalam: Chitin Chemistry. fiksasi. Arena Tekstil. 29(2):81–90.
London: Macmillan Education UK. 85– Zarandona I, Estupiñán M, Pérez C, Alonso-
115. Sáez L, Guerrero P, de la Caba K. 2020.
Rovshandeh MJ, Ekhlasi Kazaj K, Hosseini A, Chitosan films incorporated with
Pouresmaeel Selakjani P. 2014. Effect of exopolysaccharides from deep seawater
glycerol and stearic acid as plasticizer on Alteromonas sp. Marine Drugs. 18(9):1–
physical properties of benzylated wheat 10.
straw. Iranian Journal of Chemistry and Zavareze EDR, Pinto VZ, Klein B, El Halal
Chemical Engineering. 33(4):107–116. SLM, Elias MC, Prentice-Hernández C,
Rusli A, Metusalach, Salengke, Tahir MM. Dias ARG. 2012. Development of oxidised
2017. Karakterisasi edible film karagenan and heat-moisture treated potato starch
dengan. Jurnal Pengolahan Hasil film. Food Chemistry. 132(1):344–350.

33 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai