Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KITOSAN TERHADAP EDIBLE FILM

DARI PATI UBI JALAR

Disusun oleh:
ANDHIKA YUSA AL HAFIZ / 22050754046
HAIDARRAFI MOCHAMAD RAZANNUR / 22050754063
ARRIZAL TEGAR AL AZHAR / 22050754064

Dosen:
IKA NURJANNAH S.Pd., M.T

PRODI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
1. BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.1 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.2 Tujuan........................................................................................................................................4
2. BAB II LITERATUR........................................................................................................................5
2.1 Metode Penelitian......................................................................................................................5
2.2 Hasil dan Pembahasan..............................................................................................................5
2.2.1 Ketebalan............................................................................................................................6
2.2.2 Kelarutan............................................................................................................................7
2.2.3 Laju Perpindahan Uap Air...............................................................................................7
2.2.4 Kuat Tarik..........................................................................................................................9
2.2.5 Pemanjangan....................................................................................................................10
2.2.6 Kadar Air.........................................................................................................................10
2.3 Formula Terbaik dalam Pembuatan Edible film...................................................................11
3. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................12
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................13
4. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................14
1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengemasan merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan pada suatu
produk makanan. Selain untuk melindungi produk dari kontaminasi lingkungan,
pengemasan juga dapat memberikan tampilan yang menarik. Sebagai kemasan pangan,
diperlukan persyaratan kemasan yaitu kemasan tidak mempengaruhi produk yang
dikemas, tidak mengkontaminasi produk yang dikemas, sehingga aman bagi kesehatan
manusia (Linssen dkk., 2003). Pada suatu bahan pangan yang segar, kandungan
nutrisinya dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk berkembang. Oleh karena itu,
apabila tidak ditangani lebih lanjut dapat menyebabkan kerusakan pada produk (Buckle
et al., 1987). Sehingga diperlukan alternatif untuk pengembangan kemasan yang bersifat
biodegradable yang terdegradasi dalam lingkungan. Edible film merupakan kemasan
plastik ramah lingkungan yang berbentuk lembaran tipis dibuat dari bahan yang dapat
dimakan, bersifat transparan, dan digunakan untuk melapisi komponen makanan yang
berfungsi sebagai barrier terhadap transfer massa, misalnya kelembaban, oksigen, lipid,
dan zat terlarut (Hui, 2006). Komponen utama edible film yaitu lipid (seperti asam
lemak), lilin, hidrokoloid (polisakarida), dan (protein), serta komposisi keduanya
(hidrokoloid dan lipid) (Wardhani,2010). Edible film merupakan suatu lembar tipis yang
dapat dimakan dimana berguna sebagai barrier pada produk pangan dalam mengurangi
transfer uap air dan oksigen. Selain itu edible film juga dapat berguna sebagai carrier
untuk penambahan zat adiktif pada produk pangan. Edible film tidak menyebabkan toksik
sehingga aman untuk dikonsumsi (Milda dan Kerry, 2009; Korcha dan Johnson, 1987).
Di antara jenis polisakarida yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan
edible film yaitu kitosan dan pati. Kitosan adalah sejenis polisakarida yang berasal dari
kitin, polisakarida terbesar kedua pasca-properti selulosa. Salah satu jenis pati ubi jalar
yang dapat digunakan dalam produksi edible fim yaitu pati ubi jalar kuning dan pati ubi
jalar ungu.
Pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan bahan baku pati ubi jalar ungu
(Liona, 2016) dengan menggunakan plasticizer gliserol, edible film yang dihasilkan
memiliki karakteristik ketebalan 0,140,44 mm dengan nilai kuat tarik 0,681,68
Kgf/mm2; pemanjangan 6,7422,14%, kelarutannya 8,6742,19% dan masih memiliki
antioksidan sebesar 45,57%. Oktavia (2015) juga telah melakukan penelitian
penambahan kitosan sebanyak 2-6% dalam pembuatan edible film berbasis pati sagu yang
menghasilkan film dengan kadar air berkisar antara 16,48-23,96%, ketebalan berkisar
antara 0,40-0,50 mm, ketahanan air yang baik dan juga dapat terdegradasi sempurna
dengan cepat.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa poin masalah
yaitu:
1. Apa pengaruh kitosan terhadap ketebalan edible film?
2. Apa pengaruh kitosan terhadap laju perpindahan uap air pada edible film?

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mendapatkan perbandingan formulasi terbaik penggunaan kitosan sebagai bahan
dasar pembuatan edible film dari pati ubi jalar
2. Untuk mengetahui apa pengaruh kitosan terhadap ketebalan film, kuat tarik, kelarutan,
pemanjangan dan nilai laju transmisi uap air dari edible film yang terbentuk dan untuk
memperbaiki nilai karakteristiknya yang masih rendah, perlu ditambahkan bahan lain
guna menaikkan nilai karakteristiknya agar edible film dapat diaplikasikan lebih luas
2. BAB II
LITERATUR
2.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan perlakuan yang berbeda-beda. Pada jurnal


berjudul “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN
EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” dilaksanakan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan lima
perlakuan dan tiga kali ulangan sehingga diperoleh 15unit percobaan. Susunan
perlakuan sebagai berikut:
 K1= Larutan kitosan 2% (2g)
 K2= Larutan kitosan 3% (3g)
 K3= Larutan kitosan 4% (4g)
 K4= Larutan kitosan 5% (5g)
 K5= Larutan kitosan 6% (6g)
Sedangkan pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK
EDIBLE FILM PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN
KITOSAN” menggunakan metode penelitian basah. Bahan edible film
menggunakan pati ubi jalar ungu, plasticizer berupa gliserol, aquades, dan asam
asetat glasial cair. Setiap edible film terdiri dari 4gram pati ubi jalar ungu, 0,8 ml
gliserol (20% v/b), aquades dan variasi penambahan kitosan yaitu 0,5 gram;
1,0gram; dan 1,5 gram.

2.2 Hasil dan Pembahasan

Dari hasil percobaan dengan konsenterasi kitosan yang berbeda-beda,


Pada jurnal berjudul “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” dapat diamati
perbedaan terhadap ketebalan, transparansi, kadar air, dan laju perpindahan uap
air edible film yang diberi kitosan dengan konsenterasi yang berbeda-beda.
Sedangkan pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN
MEKANIK EDIBLE FILM PATI UBI JALAR UNGU DENGAN
PENAMBAHAN KITOSAN” didapatkan hasil dari perbedaan jumlah kitosan
(0,5 gram; 1,0gram dan 1,5 gram) yang digunakan dalam pembuatan edible film
pati ubi jalar ungu. Edible film kemudian disimpan selama 2 hari untuk
selanjutnya diuji karakteristik fisik (ketebalan, kelarutan dan laju transmisi uap
air) dan mekanik (kuat tarik dan pemanjangan).
2.2.1 Ketebalan

Pada berjudul “PEMANFAATAN


KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” didapatkan hasil
pengamatan mengenai ketebalan edible film setelah diberi larutan kitosan sesuai dengan
konsenterasinya sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-rata nilai ketebalan edible film pada jurnal


“PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN EDIBLE
FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING”
Konsenterasi Kitosan Ketebalan (mm)
2% 0,16
3% 0,16
4% 0,19
5% 0,20
6% 0,20

Dari tabel hasil percobaan diatas, menunjukkan semakin tinggi konsenterasi


kitosan yang diberikan, maka ketebalan edible film juga semakin meningkat. Hal ini
disebabkan, kitosan dapat meningkatkan total padatan dalam larutan. Karena ketebalan
film dipengaruhi oleh konsenterasi padatan dalam larutan, maka dengan begitu, edible
film pun akan mengalami penebalan juga. Dari segi standarisasi pengemasan, Skurtys
dkk. (2009) menyatakan jika edible film dapat memenuhi syarat sebagai bahan pengemas
apabila memiliki ketebalan berkisaar 0,16—0,20 mm. Ketika ketebalan film semakin
meningkat, dengan tetap mengacu pada syarat ketebalan edible film, maka kemampuan
edible film sebagai penahan juga akan semakin baik. Dengan begitu, penambahan kitosan
dalam pembuatan edible film dari pati ubi jalar kuning memberikan pengaruh baik dan
bisa dijadikan kemasan.
Sedangkan, pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK
EDIBLE FILM PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN”
ketebalan edible film terendah didapatkan pada penambahan 0gram kitosan dan ketebalan
tertinggi didapatkan pada penambahan 1,5gram kitosan. Gambar 1 menunjukkan
penambahan kitosan dalam pembuatan edible film berbahan pati ubi jalar ungu cenderung
menaikkan ketebalan. Guntarti et al. (2015) menjelaskan penambahan kitosan akan
meningkatkan total padatan dan polimer penyusun edible film.
Semakin tinggi kitosan yang ditambahkan maka viskositas larutan edible film juga
semakin tinggi yang akan membentuk edible film yang semakin tebal.

2.2.2 Kelarutan
Pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE FILM
PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN” kelarutan edible
film yang dihasilkan berkisar 58,20 %68,00 %. Dengan nilai terendah pada penambahan
1,5gram kitosan dan nilai tertinggi pada penambahan 0gram kitosan. Gambar 2
menunjukkan bahwa penambahan kitosan cenderung menurunkan nilai kelarutan edible
film yang terbentuk. Hal ini dijelaskan oleh Darajat et al. (2015) bahwa jumlah kitosan
yang ditambahkan akan mempengaruhi jumlah komponen terlarut dalam larutan edible
menjadi lebih banyak. Jumlah komponen terlarut ini akan berpengaruh terhadap nilai
kelarutan edible film. Semakin tinggi komponen terlarutnya maka kelarutannya akan
semakin rendah.

2.2.3 Laju Perpindahan Uap Air

Laju perpindahan uap air menjadi salah satu faktor yang diamati dalam percobaan
ini karena dengan mengetahui laju perpindahan uap airnya, maka akan dapat diketahui
kemampuan edible film dalam menahan uap air yang dipergunakan untuk memperkirakan
daya simpan produk yang dikemas. Sehingga, dalam percobaan ini, diharapkan edible
film yang dihasilkan akan memiliki laju perpindahan uap air yang kecil. Pada jurnal
“PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN EDIBLE FILM
DARI PATI UBI JALAR KUNING” didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:

Tabel 3. Rata-rata laju perpindahan uap air edible film


Jurnal “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN
EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING”
Konsenterasi Kitosan Laju Perpindahan Uap Air
(g/m2/jam)
2% 0,20
3% 0,15
4% 0,08
5% 0,03
6% 0,02

Dari tabel hasil percobaan tersebut, dapat dilihat, penambahan kitosan yang semakin
meningkat, menghasilkan nilai laju perpindahan uap air yang semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena kitosan memiliki sifat hidrofobik yang menyebabkan uap air tidak
mudah untuk menembus edible film, sehingga laju perpindahan uap airnya akan semakin
rendah jika konsenterasi kitosannya ditingkatkan. Kitosan memiliki sifat hidrofobik
karena kitosan sendiri memiliki gugus hidroksil (-OH) yang bermuatan negatif dan gugus
amin (-NH₂) yang bermuatan positif sehingga kitosan mampu berikatan ionik dengan
kuat. Keberadaan gugus hidroksil yang bermuatan negatif itulah yang menyebabkan
kitosan bersifat hidrofobik, sehingga dapat mengurangi laju perpindahan uap air. Laju
perpindahan uap air juga dipengaruhi oleh ketebalan edible film. Semakin tebal edible
film maka laju perpindahan uap airnya akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena
edible film yang semakin tebal, maka molekul penyusunnya akan semakin kompleks,
sehingga pori-pori dari edible film akan semakin mengecil dan laju perpindahan uap air
pun dapat ditekan. Kandungan polimer yang semakin banyak, maka ikatan antarmolekul
akan semakin kompleks. Kemasan yang memiliki tingkat laju perpindahan uap air yang
kecil cocok untuk dijadikan kemasan produk yang mempunyai kelembaban yang tinggi,
karena kemasan ini, edible film, akan mampu menghambat jumlah uap air yang
dikeluarkan produk ke lingkungan.
Sedangkan pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE
FILM PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN” didapatkan hasil
pada Gambar 3 berikut

2.2.4 Kuat Tarik


Pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE FILM
PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN” Korchta dan
Johnson (1997) menjelaskan kuat tarik atau tensile strength merupakan gaya maksimum
yang dapat ditahan oleh edible film sebelum putus. nilai kuat tarik yang dihasilkan
sebesar 0,67 MPa– 6,90 MPa. Nilai kuat tarik terendah pada penambahan 0gram kitosan
sebesar 0,67 MPa dan nilai kuat tarik tertinggi pada penambahan 1,5gram kitosan sebesar
6,90 MPa. Gambar 4 menunjukkan penambahan kitosan dalam edible film dari pati ubi
jalar ungu cenderung menaikkan nilai kuat tariknya. Xu et al. (2005) menjelaskan
peningkatan nilai tensile strength dikarenakan terbentuknya ikatan hidrogen inter-
molekuler antara NH3+ pada kitosan dengan OH- pada pati. Amino (NH2) pada kitosan
bereaksi pada pelarut asam sehingga membentuk NH3+ yang berkontribusi pada
pembentukan film. Pada proses gelatinisasi pati, ikatan OH yang terpisah dengan mudah
berikatan dengan NH3+ dari kitosan. Sehingga jumlah ikatan hidroksil akan meningkat
seiring dengan pembentukkan film.
2.2.5 Pemanjangan
Pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE FILM
PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN” Korchta dan
Johnson (1997) menjelaskan pemanjangan atau elongation merupakan persen (%)
peregangan maksimal suatu edible film sebelum putus. Nilai pemanjangan edible film dari
pati ubi jalar ungu dengan penambahan kitosan sebesar 46,98 %130,54 %. Nilai
pemanjangan tertinggi pada penambahan 0 gram kitosan dengan nilai 130,54 % dan
pemanjangan terendah pada penambahan 1,5 gram kitosan dengan nilai 46,98 %.
Gambar 5 menunjukkan penambahan kitosan cenderung menurunkan pemanjangan
edible film berbahan baku pati ubi jalar ungu. Darajat et al. (2015) menjelaskan bahwa
penambahan kitosan akan meningkatkan kuat tarik namun menurunkan nilai elongasi.
Hal ini dikarenakan, penambahan jumlah kitosan akan membentuk edible film yang lebih
tebal, dimana jumlah komponen terlarut menjadi lebih banyak. Sehingga film yang
terbentuk memiliki karakteristik yang kaku dan memiliki kerapatan film yang semakin
tinggi. Hal inilah yang akan menurunkan elastisitas suatu film. Xu et al. (2005)
menjelaskan lebih lanjut bahwa ikatan hidrogen yang terbentuk antara kitosan dengan
amilosa dan amilopektin menghasilkan edible film yang kuat sehingga kemampuan
elastisitasnya menurun. Semakin banyak kitosan yang ditambahkan akan menghasilkan
ikatan hidrogen yang semakin banyak pula sehingga akan menurunkan elastisitas edible
film tersebut.

2.2.6 Kadar Air


Pada jurnal “PEMANFAATAN
KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” didapatkan hasil
pengamatan mengenai rata-rata tingkat kadar air dalam edible film setelah ditambahkan
kitosan dalam beberapa konsenterasi berbeda sebagai berikut:

Tabel 2. Rata-rata kadar air edible film


Jurnal “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN EDIBLE FILM
DARI PATI UBI JALAR KUNING”
Konsenterasi Kitosan Kadar Air (%)
2% 26,37
3% 25,60
4% 23,39
5% 22,88
6% 21,77

Dari table tersebut, menunjukan bahwa tiap perlakuan dari konsenterasi kitosan
yang berbeda-beda, menghasilkan edible film dengan tingkat kadar air yang berbeda-
beda. Tingkat kadar air, ketika diberi konsenterasi kitosan paling sedikit, yaitu 2%, kadar
air yang dihasilkan masih tinggi. Semakin besar konsenterasi kitosan yang diberikan,
kadar air yang dihasilkan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena kitosan memiliki
sifat hidrofobik, yaitu sifat ketidakmampuan untuk mengikat air. Sehingga semakin
banyak kitosannya, maka molekul air akan semakin susah diikat. Namun, pati sebagai
bahan dasar dalam pembuatan edible film ini juga bisa menyebabkan film yang dihasilkan
memiliki kadar air yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pati memiliki sifat hidroksil
atau kemampuan dalam menyerap air. Jadi, ada keterbalikan sifat, antara kitosan yang
tidak mampu menyerap air, dan pati yang justru menyerap air. Tetapi dari percobaan
yang dilakukan, kitosan tetap mampu menurunkan kadar air dari edible film.
Nilai kadar air yang semakin rendah memungkin bahan yang dikemas dengan
menggunakan edible film ini akan memiliki masa simpan yang lebih lama. Karena kadar
air, baik itu tinggi maupun rendah, akan sangat mempengaruhi ketahanan dari suatu film
yang dihasilkan. Edible film juga bersifat biodegradable, yaitu jika kandungan kadar
airnya tinggi, maka akan mudah ditumbuhi mikroba karena adanya komponen nutrisi
pada edible film. Sebaliknya, dengan kadar air yang rendah, akan lebih tahan terhadap
kerusakan mikrobiologis.

2.3 Formula Terbaik dalam Pembuatan Edible film

Menurut jurnal “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR


PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” dalam hal untuk
pengemasan produk, edible film dapat dikatakan memenuhi syarat apabila edible film ini
memiliki ketebalan <0,25 mm, memiliki kadar air yang rendah, dan laju perpindahan uap
airnya kecil. Sehingga, mengacu pada syarat tersebut, komposisi atau formula terbaik
dalam menyusun edible film dengan bahan pati dari ubi jalar kuning yang dicampur
kitosan adalah. Edible film yang diberi kitosan dengan konsenterasi K1, K2, K3, K4, dan
K5 telah memenuhi persyaratan sebagai kemasan produk yang baik. Edible film yang
semakin tebal (<0,25 mm) dapat menekan laju perpindahan uap air dan memperpanjang
umur simpan dari produk yang dikemas. Dan pada tabel, perlakuan K5 memiliki
ketebalan yang lebih besar dari yang lain.

Karakteristik Konsenterasi
K1 K2 K3 K4 K5
Ketebalan (mm) 0,16 0,16 0,19 0,20 0,20
Kadar Air (%) 26,37 23,39 23,39 22,88 21,77
Laju Uap Air 0,20 0,15 0,08 0,03 0,02
(g/m2/jam)
Sehingga, konsenterasi kitosan sebesar 6% dapat dikatakan sudah baik bagi
kemasan maupun produk yang dikemas. Sebagai kemasan yang memiliki sifat
biodegradable, edible film harus memiliki kadar air yang rendah agar tidak mudah
ditumbuhi oleh mikroba. Nilai dari kadar air yang semakin rendah, menunjukkan
kemampuan dari edible film dalam melindungi produk yang dikemas. Edible film dengan
perlakuan K5 menghasilkan edible film dengan tingkat kadar air yang sudah cukup
rendah sebagai pengemas produk. Sehingga, dapat dikatakan jika perlakuan K5
merupakan formula terbaik dalam pembuatan edible film ini.
Sedangkan dari segi perpindahan uap air, edible film yang baik untuk pengemasan
produk adalah yang memiliki kemampuan menyerap air yang kecil agar produk yang
dikemas terhindar dari kerusakan akibat penghambat trasnfer massa (kelembaban,
oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut). Edible film dengan perlakuan K5 dapat dikatakan
sebagai formula terbaik karena telah memiliki laju perpindahan uap air yang rendah yaitu
0,02 (g/m2/jam). Jadi, berdasarkan data yang telah disajikan diatas, edible film dengan
perlakuan K5 merupakan edible film dengan formula terbaik, karena sudah memenuhi
syarat sebagai pengemas produk yang baik, yaitu edible film dengan konsenterasi kitosan
sebesar 6% dapat menghasilkan edible film dengan ketebalan 0,20 mm, kadar air 21,77%,
dan laju perpindahan uap air 0,02 g/m2/jam.

3. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang telah disajikan, maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut:

a. Pada jurnal “PEMANFAATAN


KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” diperoleh
kesimpulan perlakuan terbaik berdasarkan data yang telah disajikan adalah edible
film dengan perlakuan K5 menghasilkan edible film dengan hasil yang memenuhi
syarat sebagai kemasan produk. Yaitu dengan ketebalan 0.20 mm, kadar air
21,77%, dan laju perpindahan uap air 0,02 (g/m2/jam).
b. Pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE FILM
PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN” diperoleh
kesimpulan yaitu penambahan kitosan akan menaikkan ketebalan film dan kuat
tarik, namun menurunkan kelarutan, pemanjangan dan nilai laju transmisi uap air
dari edible film yang terbentuk. Penggunaan kitosan dalam pembuatan edible film
dengan konsenterasi yang berbeda-beda, memberikan pengaruh terhadap
ketebalan, kadar air, dan perpindahan uap air pada edible film yang dibuat.
c. Pada jurnal “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” didapatkan hasil
pengamatan mengenai rata-rata tingkat kadar air dalam edible film.

Pada jurnal berjudul “PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN


DASAR PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” lebih
berfokus untuk mendapatkan formulasi terbaik penggunaan kitosan sebagai bahan dasar
pembuatan edible film dari pati ubi jalar kuning.
Sedangkan, pada jurnal “STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN
MEKANIK EDIBLE FILM PATI UBI JALAR UNGU DENGAN
PENAMBAHAN KITOSAN” lebih berfokus ke apa saja pengaruh penambahan
kitosan pada edible film.

3.2 Saran

Pada jurnal “PEMANFAATANKITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR


PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR KUNING” terdapat saran yaitu perlu
dilakukan analisis lanjutan terhadap kuat tarik, persen pemanjangan, laju tranmisi
oksigen, kelarutan, ketahanan terhadap air, dan uji biodegradasi dari edible film untuk
pengaplikasian pada produk makanan. Sedangkan pada jurnal “STUDI
KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE FILM PATI UBI JALAR UNGU
DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN” terdapat saran yaitu perlu dikaji lebih lanjut
tentang pemanfaatan edible film tersebut dalam mempertahankan kualitas bahan pangan
selama penyimpanan.
4. DAFTAR PUSTAKA
References
Dhita Ekariski, B. B. (2017). STUDI KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK EDIBLE
FILM PATI UBI JALAR UNGU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN. Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, Vol. X, No. 2, Agustus, 134.
Ricki Mustapa, F. R. (2017). PEMANFAATAN KITOSAN SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR. 12.

Anda mungkin juga menyukai