TENTANG GELATIN
Oleh:
Neza Afriona
NRP: 57213213694
TPH A
Dosen Pengampu:
2022
Jurnal 1
Judul : Karakteristik Edible Film Dari Gelatin Kulit Ikan Yang Berbeda
1. Pendahuluan
Gelatin merupakan bahan yang dapat digunakan untuk membentuk gel secara
serbaguna yang dapat digunakan untuk menciptakan persepsi “lumer di mulut”
(Haug et al., 2004). Aplikasi hidrokolid ini dapat digunakan diberbagai bidang
antara lain makanan, farmasi, kosmetik, dan fotografi, karena sifatnya yang unik
(Karim dan Bhat, 2009; Lv et al., 2019; Wang et al., 2021). Saat ini gelatin dari
dapat digunakan dalam pembuatan edible film, yang berfungsi tidak hanya
sebagai edible coating (menjaga makanan kehilangan kadar air dan melindungi
dari oksigen dan cahaya) tetapi juga menambah nutrisi pada bahan makanan yang
dilapisi (Chambi dan Grosso, 2006; Suderman et al., 2018; Zibaei et al., 2021)
Alasan utama penggunaan gelatin sebagai bahan baku pembuatan edible film
adalah tingginya kandungan glycine, proline, dan hydroxyproline pada gelatin
ikan sehingga lebih flexible dan mudah diaplikasikan dalam bahan pangan (Wang
et al., 2021). Gelatin mempunyai karakteristik tensile strength yang tinggi, water
vapour permebility (WVP) yang rendah serta kemampuan anti bakteri gelatin
sehingga dapat mencegah terjadinya kebusukan bahan pangan (Lv et al., 2019)
Edible film biasanya terdiri dari protein (gelatin) yang dapat dikonsumsi
ketika digunakan sebagai pengemas produk pangan (Tyuftin dan Kerry, 2021).
Edible polimer dapat menghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen,
lemak dan zat terlarut), sebagai carrier bahan makanan atau aditif, serta dapat
meningkatkan penanganan makanan sehingga dapat diaplikasikan dalam
selongsong sosis dan pembungkus permen jelly (Prasetyaningrum et al., 2010).
2. Metode Penelitian
Bahan
Penelitian ini menggunakan limbah kulit ikan patin (Pangasius sp.) (ikan air
tawar), limbah kulit ikan bandeng (Chanos chanos) (ikan air payau), limbah kulit
ikan barakuda (Sphyraena picuda) (ikan air laut) sebagai bahan baku pembuatan
gelatin. CH3COOH 3%, dan akuades digunakan untuk ekstraksi gelatin dari
ketiga jenis kulit ikan tersebut. Sedangkan gelatin kulit ikan patin, bandeng dan
barakuda, akuades, dan gliserol digunakan untuk pembuatan edible film.
Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan gelatin kulit ikan dan edible film yaitu
timbangan analitik, wadah tahan asam, hot plate, magnetic strirer, pengaduk, pipet
tetes, oven, gelas beaker, kain blancu, plat kaca, gelas ukur, dan blender.
Kulit ikan dicuci dengan air mengalir dan direndam dengan air pada suhu 60-
70oC untuk menghilangkan lemak, sisa daging dan kotoran yang menempel.
Selanjutnya, kulit ikan direndam dalam CH3COOH selama 12 jam kemudian
dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih, gelatin kulit ikan diekstraksi dengan
menggunakan aquadest dengan perbandingan 1:2 selama 2 jam pada suhu 60-
70°C. Setelah selesai ekstraksi, selanjutnya disaring untuk memisahkan antara
gelatin dan kulit, hasil filtrat di keringkan dengan oven pada suhu 65oC selama 48
jam. Serbuk gelatin dibuat dengan cara menghaluskan gelatin kering dengan
blender yang selanjutnya dibuat edible film.
5 g serbuk gelatin dilarutkan ke dalam 100 mL aquades dengan suhu 60-70 °C,
kemudian ditambahkan gliserol 20 %, selanjutnya disaring dan dicetak dalam plat
kaca berukuran 20×20 cm. Untuk mengurangi kadar air edible film, dilakukan
pengeringan pada suhu 50oC selama 18 jam.
Rendemen gelatin kulit ikan diperoleh dari perbandingan antara berat kering
tepung gelatin yang dihasilkan dengan berat kulit segar. Persentase rendemen
dihitung dengan menggunakan rumus:
Kelarutan
Nilai kelarutan edible film ini memiliki nilai yang sama yaitu 100%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gelatin dari kulit ikan yang berbeda tidak
berpengaruh (p>0.05) terhadap karakteristik edible film yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan penambahan konsentrasi gliserol yang sama (20%) sehingga nilai
kelarutannya sama, Gliserol diketahui memiliki sifat hidrofilik sehingga mudah
larut didalam air. Penambahan gliserol berfungsi sebagai plasticizer yang dapat
menarik air dari lingkungannya sehingga dapat meningkatkan kelarutan edible
film dalam air (Negara dan Nengah, 2014). Tingkat kelarutan edible film gelatin
yang tinggi dapat diterapkan pada produk pangan kering yang dapat langsung
dimakan seperti permen, bungkus bumbu mie instan, pengemas makanan siap
santap.
4. Kesimpulan
1. Pendahuluan
Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diperoleh dari kolagen alami
yang terdapat dalam kulit dan tulang (Yi et al. 2006). Gelatin banyak digunakan
untuk berbagai keperluan industri, baik industri pangan maupun non-pangan.
Untuk memenuhi kebutuhan gelatin dalam negeri Indonesia masih mengandalkan
impor dari beberapa negara yaitu Cina, Jepang, Prancis, Australia dan Selandia
Baru. Jumlah impor gelatin sampai 2.000-3.000 ton per tahun.
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian
utama. Penelitian pendahuluan difokuskan pada pembuatan gelatin dengan kombinasi. 18
dan 24 jam. Karakterisasi kimia dan fisika dilakukan terhadap gelatin terpilih dari hasil
kombinasi perlakuan konsentrasi dan lama perendaman terbaik selanjutnya dibandingkan
dengan gelatin komersial dan gelatin ikan standar laboratorium berdasarkan hasil
penelitian Fahrul (2004).
Bahan baku yang digunakan adalah kulit ikan kakap merah. Bahan lainnya
untuk analisis adalah aquades, asam asetat teknis 98%, Na2CO3, NaOH,
Na2S2O3, HCl, K2SO4, HgO, H2SO4, HClO4, HNO3, air suling, aseton dan
H3BO3, natrium asetat serta kertas saring Whatman 41.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain wadah tahan asam, timbangan digital, pH
meter, gelas ukur, termometer, water bath, oven, gelas piala, sentrifuse, botol film,
pipet volumetrik, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, tabung sokhlet, tanur, cawan,
desikator, Rheoner RE 3305, Kett Digital Whitenes Powder C-100, Brookfield
Syncro-Lectric, Viskometer, Magnetic stricstirrer, atomaticabsorpotion,
spectrophotometer,HPLC Water Assoiates, dan kjeltec system.
- Pembuatan Gelatin
Pembuatan gelatin dari kulit ikan kakap merah pada penelitian pendahuluan
dilakukan dengan perlakuan perendaman kulit ikan dalam asam asetat 1%-5%
(v/v) selama 12 dan 24 jam dan perbandingan kulit ikan dengan asam asetat
adalah 1:4. Kulit ikan yang mengalami swellling kemudian dicuci secara berulang
hingga mencapai pH 5-6. Pemanasan dilakukan pada suhu ekstraksi 80±3°C
(berdasarkan hasil penelitian Nurilmala (2006) selama 3 jam dengan
perbandingan kulit ikan dan aquades adalah 1:3. Filtrat yang diperoleh dari proses
ekstraksi disaring menggunakan kain saring dan dikeringkan dengan oven suhu
40-50°C selama 48 jam.
Viskositas merupakan sifat fisik gelatin yang penting setelah kekuatan gel,
karena viskositas mempengaruhi sifat fisik lainnya seperti titik leleh, titik gel, dan
stabilitas emulsi (Gudmundsson 2002). Viskositas gelatin kulit ikan kakap merah
jauh lebih tinggi dibanding gelatin komersial dan gelatin standar laboratorium
hasil pengujian Nurilmala (2004). Hal ini menunjukkan bahwa kekentalan gelatin
dari kulit ikan kakap merah lebih tinggi dari kedua gelatin pembanding. Oleh
karena itu gelatin kulit ikan kakap merah cocok digunakan pada industri farmasi
dan pembentukan film yang memerlukan viskositas yang tinggi (Fahrul 2005).
Kesimpulan
Titik gel adalah suhu ketika larutan gelatin dalam konsentrasi tertentu mulai
membentuk gel, sedangkan titik leleh adalah suhu ketika gelatin yang membentuk
gel mencair saat dipanaskan perlahan-lahan (Karim dan Bhat et al. 2009). Titik
gel dan titik leleh gelatin kulit ikan kakap merah adalah 10,15°C dan 27,26°C.
Suhu tersebut lebih rendah dari titik gel dan titik leleh gelatin komersial yaitu
19,50°C dan 29,60°C, tetapi lebih tinggi dari titik gel dan titik leleh gelatin
standar laboratorium yaitu 1,30°C dan 16,30°C. Hasil pengukuran tersebut
menunjukkan bahwa suhu titik gel berbanding lurus dengan suhu titik leleh, jika
titik gelnya rendah maka titik lelehnya.