Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No.

2 /Desember 2018 (34-40)

KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA GELATIN KULIT KAKAP


PADA HASIL EKSTRAKSI SUHU YANG BERBEDA

Annisa Dian Islami, Junianto, dan Rita Rostika


Universitas Padjadjaran

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan suhu yang tepat dalam proses ekstraksi gelatin
dari kulit kakap. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu suhu ekstraksi 60˚C (A), 70˚C (B), dan 80˚C (C) yang
diekstraksi selama 2 jam untuk perhitungan rendemen, sedangkan metode deskriptif untuk
karakteristik gelatin yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, dan viskositas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gelatin dengan suhu ekstraksi 80˚C menghasilkan rata-rata rendemen 5,51%,
kadar air 3,87%, kadar abu 0,61%, kadar protein 90,32%, dan viskositas 26,00 cP.

Kata kunci : Gelatin, karakteristik, kulit kakap, suhu ekstraksi.

34
Annisa Dian Islami: Karakteristik Fisik Dan Kimia Gelatin Kulit Kakap ....

PENDAHULUAN diekstrak, dan dengan proses ekstraksi yang


Gelatin merupakan istilah yang mungkin tergantung pada pH, suhu, dan waktu
diterapkan untuk satu set makanan protein selama perlakuan awal dan proses ekstraksi
yang diperoleh melalui hidrolisis kolagen yang (Gomez-Guillen & Montero, 2001). Ekstraksi
terkandung dalam tulang dan kulit hewan. ini juga mempengaruhi terbentuknya panjang
Gelatin adalah biopolimer yang memiliki berat rantai polipeptida, dan juga sifat fungsional
molekul tinggi yang diperoleh melalui gelatin (Kolodziejska, Skierka, Sadowska,
hidrolisis parsial kolagen (Mohtar, Perera, & Kołodziejski, & Niecikowska, 2008).
Quek, 2010). Gelatin memiliki fungsi yang Peningkatan suhu ekstraksi mungkin
berbeda, seperti kapasitas mengikat air, merupakan cara yang efektif untuk
pembentuk film, kemampuan pengemulsi dan meningkatkan hasil. Namun, sifat fungsional
membuat busa, membuatnya menjadi bahan dapat terpengaruh secara berbeda (Nagarajan
serbaguna dalam makanan, farmasi, fotografi et al 2012). Oleh karena itu, penelitian ini
dan industri kosmetik (Gomez- Guillen, bertujuan untuk mengetahui dampak dari suhu
Gimenez, Lopez-Caballero, & Montero, 2011). ekstraksi pada karakteristik fisika dan kimia
Gelatin ikan, telah memberikan gelatin yang diekstraksi dari kulit kakap.
perhatian lebih sebagai alternatif gelatin hewan
darat karena kendala ras. Yahudi dan Islam
BAHAN DAN METODE
melarang konsumsi produk yang terkait
Bahan dan Alat
dengan daging babi, sementara umat Hindu
Bahan-bahan yang digunakan selama
tidak mengkonsumsi produk yang terkait
penelitian antara lain: kulit ikan kakap, asam
dengan sapi sapi (Karim & Bhat, 2009). Selain
asetat 1%, asam sulfat pekat (H2SO4), NaOH
itu, ada kekhawatiran bahwa jaringan kolagen
30%, asam borat (H3BO3) pekat, aquades,
dan gelatin dari hewan darat mampu
CuSO4, K2SO4, asam klorida (HCl), larutan
mentransmisikan vektor patogen seperti prion
indikator metil merah dan metilen biru. Alat-
(Wilesmith, Ryan, & Atkinson, 1991). Oleh
alat yang digunakan selama penelitian antara
karena itu, gelatin ikan telah memperoleh
lain: pisau, timbangan digital, neraca analitik,
peningkatan sebagai alternatif potensial dari
freezer, baskom plastik, kertas lakmus, beaker
hewan darat. Karena banyaknya kulit, sirip,
glass, waterbath, thermometer, saringan
tulang, dll, yang merupakan produk sampingan
plastik, kertas saring, corong, evaporator, oven,
dari industri pengolahan ikan, maka sumber
cawan alumunium, plastik, grinder, penjepit
daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk
cawan, dll.
produksi gelatin (Ahmad & Benjakul, 2011;
Gomez-Guillen et al, 2002;. Muyonga, Cole, &
Duodu, 2004a). Metode Penelitian
Pada tahun 2014 total produksi ikan Bahan baku kulit ikan kakap dibersihkan
kakap di Indonesia menurut FAO (2014) dari sisa-sisa daging dan lemak serta sisik yang
mencapai 129.700 ton. Ikan kakap yang menempel (degreasing) yaitu dengan cara
berukuran 400-1000 g dapat dikonversi direndam dalam air bersuhu 60-70°C selama 1-
menjadi filet sebanyak 41,5% dan limbah 2 menit sambil diaduk-aduk kemudian dikerok
58,5%. Diantara limbah tersebut terdapat kulit sisiknya. Selanjutnya ditiriskan dan dipotong
yang belum dimanfaatkan secara optimal yaitu kecil-kecil (3-5 cm) untuk memperluas
sekitar 10-15%. Oleh karena itu untuk permukaan (Pelu dkk, 1998). Bahan baku
mengoptimalkan pemanfaatan limbah ikan kemudian direndam dalam larutan asam asetat
kakap perlu dilakukan penelitian tentang 1% dalam wadah plastik tahan asam selama 12
gelatin yang diekstrak dari kulit ikan kakap jam dengan perbandingan 1:4. Setelah itu
merah dan diharapkan gelatin yang dihasilkan dicuci dengan menggunakan air suling sampai
bermutu tinggi serta memenuhi standar gelatin pH nya netral (6-7) (Astawan dkk, 2002).
komersial. Mutu gelatin yang biasa digunakan Potongan kulit yang telah dicuci dimasukkan
dalam produk pangan komersial (food grade) ke dalam beaker glass dan ditambahkan
mengandung 8–12% air dan kurang dari 2% aquades dengan perbandingan kulit hasil
abu, selebihnya adalah protein (gelatin) hidrolisis dengan aquades sebesar 1:3 (b/b).
(Trilaksani 2012). Setelah itu diekstraksi dalam waterbath pada
Sifat-sifat gelatin sangat dipengaruhi suhu 60 ˚C, 70 ˚C 80 ˚C selama 2 jam,
oleh spesies atau jaringan darimana gelatin kemudian disaring dengan kertas saring

35
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018 (34-40)

whatman. Cairan gelatin yang diperoleh Keterangan :


kemudian dituang ke dalam wadah karet tahan W1 = berat (sampel + cawan) sebelum
panas untuk dikeringkan dalam oven pada suhu dikeringkan
50˚ C selama 24 jam, setelah kering kemudian W2 = berat (sampel + cawan) setelah
digiling (Modifikasi dari Junianto 2006). dikeringkan

Rancangan Percobaan Kadar Abu (AOAC 1995)


Rancangan yang digunakan dalam Prosedur penentuan kadar abu dilakukan
penelitian ini adalah metode eksperimental dengan cara menimbang sebanyak 3 g contoh
yaitu dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dimasukkan ke dalam cawan pengabuan
dengan satu faktor, yaitu suhu pemanasan yang telah ditimbang dan dibakar di dalam
ekstraksi gelatin 60°C, 70°C, 80°C dengan tanur dengan suhu 550-600 ºC serta
lima kali ulangan. Data mengenai rendemen didinginkan dalam desikator. Cawan yang
gelatin yang diperoleh dianalisis secara statistik berisi contoh dimasukkan ke dalam tanur
parametrik menggunakan analisis sidik ragam pengabuan dan dibakar sampai didapat abu
dengan uji F. Jika terdapat pengaruh yang yang berwarna keabu-abuan. Cawan yang
signifikan, maka akan diteruskan dengan uji berisi abu tersebut didinginkan dalam
jarak berganda Duncan pada tingkat desikator dan kemudian ditimbang. Kadar abu
kepercayaan 95% (Gomez and A. Gomez dihitung dengan rumus :
1984). Sedangkan data mengenai karakteristik
gelatin yang meliputi kadar air, kadar abu, Kadar Abu = x 100%
kadar protein, dan viskositas dianalisis secara
deskriptif dengan membandingkan dengan
gelatin SNI, gelatin standar dan gelatin
Kadar Protein (AOAC 1995)
komersial.
Sampel gelatin ditimbang sebanyak 0,5
g dan dimasukkan dalam labu kjedahl 100 ml,
Pengamatan lalu ditambahkan 5g garam kjedahl sebagai
Rendemen AOAC (1995) katalis yang berupa campuran CuSO4, K2SO4,
Rendemen diperoleh dari perbandingan dan 10 ml H2SO4 pekat. Larutan sampel
antara berat tepung kering gelatin yang didestruksi dengan pemanas/alat digestion
dihasilkan dengan berat bahan segar (kulit system sampai cairan berwarna jernih, lalu
yang telah dicuci bersih). Besarnya rendemen larutan diangkat dan didinginkan. Larutan
dapat diperoleh dengan rumus : sampel dipindahkan dari labu kjedahl ke dalam
Rendemen (100%) = labu takar 50 ml dan ditambahkan sedikit
aquadest.
Larutan sampel dipindahkan ke dalam
alat destilasi sebanyak 5 ml, lalu ditambahkan
Kadar Air (AOAC 1995) 10 ml NaOH 30% lalu didestilasi. Hasil
Prosedur penentuan kadar air dilakukan destilasi ditampung dalam erlenmeyer berisi 1
dengan cara menimbang 1-2 g contoh dan ml H3BO3 3% dan 2 tetes indikator metil
diletakkan dalam cawan kosong yang sudah merah dan metil biru. Destilasi dilakukan
ditimbang beratnya, cawan serta tutupnya sampai tertampung 75 ml destilat (larutan hasil
sebelumnya sudah dikeringkan di dalam oven destilasi). Titrasi destilat kemudian dititrasi
serta didinginkan di dalam desikator. Cawan dengan HCl 0,1 N.
yang berisi contoh kemudian ditutup dan
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu %N=
100-105 ºC selama 3-5 jam. Cawan tersebut
lalu didinginkan di dalam desikator dan setelah % Protein = %N x Faktor Konversi
dingin cawan ditimbang. Kadar air dapat
ditimbang dengan rumus : Faktor konversi untuk gelatin = 5,5

Kadar Air = x 100%

36
Annisa Dian Islami: Karakteristik Fisik Dan Kimia Gelatin Kulit Kakap ....

Viskositas (British Standard 757 1975) akan memudahkan larutnya kolagen dalam air
Larutan gelatin dengan konsentrasi panas sehingga gelatin yang dihasilkan lebih
6,67% (b/b) disiapkan dengan aquades (7,5 g banyak.
gelatin ditambah 105 ml aquades) kemudian
larutan diukur viskositasnya dengan Kadar Air
menggunakan alat Brookfield Syncro-Lectric Air merupakan kandungan penting
Viscometer. Pengukuran dilakukan pada suhu dalam suatu bahan pangan. air dapat
60ºC. Hasil pengukuran dikalikan dengan mempengaruhi penurunan mutu makanan
faktor konversi dan dinyatakan dalam satuan secara kimia dan mikrobiologis (deMan 1997).
centipoise (cP). Air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur
dan cita rasa bahan makanan. Sebagian besar
perubahan bahan makanan terjadi dalam media
HASIL DAN PEMBAHASAN
air, baik yang ditambahkan maupun yang
Rendemen
berasal dari bahan itu sendiri (Winarno 1991).
Rendemen merupakan salah satu sifat
Data hasil pengukuran kadar air gelatin kulit
penting dalam pembuatan gelatin. Rendemen
ikan kakap dapat dilihat pada Tabel 2.
menunjukkan efisiensi dan efektifitas proses
Rata-rata kadar air gelatin kulit ikan
ekstraksi nilai rendemen dihitung dengan cara
kakap yang dihasilkan berdasarkan hasil
membandingkan berat gelatin kering yang
penelitian ini berkisar antara 3,87%-6,14%.
diperoleh terhadap berat bahan baku. Semakin
Kadar air maksimum utuk gelatin standar
besar rendemen yang didapat maka semakin
adalah 11,45%, gelatin komersial sebesar
efisien perlakuan yang diterapkan, dengan
12,21% sedangkan untuk standar mutu gelatin
tidak mengesampingkan sifat-sifat yang
menurut SNI No. 06-3735-1995 untuk kadar
lainnya (Juliharman 1997). Rendemen gelatin
air yaitu maksimum 16%. Rata-rata kadar air
kulit ikan kakap dapat dilihat pada Tabel 1.
gelatin kulit ikan kakap pada penelitian ini
Rendemen gelatin kulit ikan kakap
sesuai dengan ketentuan gelatin standar,
berkisar antara 4,56%-5,51%. Pada penelitian
gelatin komersial, maupun SNI karena nilainya
ini perlakuan yang menghasilkan rendemen
lebih rendah. Semakin rendah kadar air gelatin,
tinggi ialah perlakuan dengan suhu ekstraksi
maka kualitasnya semakin baik (SNI 1995).
80˚C yaitu rata-rata sebesar 5,51%. Analisis
Kadar air gelatin sangat berpengaruh terhadap
ragam menunjukan bahwa perlakuan suhu
daya simpannya, karena erat kaitannya dengan
ekstraksi tidak menunjukkan adanya pengaruh
aktivitas metabolisme yang terjadi selama
nyata (p>0,05) pada taraf 95% terhadap
gelatin tersebut disimpan (Wiratmaja, 2006).
rendemen yang dihasilkan. Hal ini berarti
Tabel 2 menunjukkan nilai kadar air
menunjukkan bahwa suhu ekstraksi tidak
cenderung menurun dengan semakin
mempengaruhi rendemen yang diperoleh.
meningkatnya suhu ekstraksi. Menurunnya
Berdasarkan data yang diperlihatkan
kadar air gelatin akibat suhu ekstraksi yang
pada Tabel 1, nilai rendemen gelatin memiliki
tinggi disebabkan karena proses denaturasi
kecenderungan naik dengan peningkatan suhu
yang terjadi akan mengakibatkan perubahan
ekstraksi. Dengan kata lain, semakin
molekul dan jumlah air yang terikat menjadi
meningkat suhu ekstraksi, semakin tinggi pula
lebih lemah dan menurun (Soeparno 2005).
rendemen gelatin yang dihasilkan. Ockerman
Struktur kolagen yang terbuka dan lemah
dan Hansen (2000) menyatakan bahwa suhu
menghasilkan gelatin dengan struktur yang
ekstraksi yang tinggi akan meningkatkan
lemah sehingga daya mengikat air pada gelatin
rendemen karena struktur kolagen terbuka
kurang kuat. Daya ikat air yang lemah akan
akibat beberapa ikatan dalam molekul
membuat air mudah menguap pada saat
proteinnya terlepas. Taufik (2011) menyatakan
pengeringan gelatin dan kadar air gelatin
bahwa suhu yang tinggi membantu memecah
kering menjadi lebih rendah (Astawan et al.
ikatan hidrogen dalam gel yang terhidrolisis.
2002).
Banyaknya gel ikatan hidrogen yang terpecah

Tabel 1. Rendemen Gelatin Kulit Ikan Kakap


Pengamatan Gelatin Kulit Ikan Kakap
A(60˚C) B(70˚C) C(80˚C)
Rendemen (%) 4,56 5,16 5,51

37
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018 (34-40)

Tabel 2. Data Proksimat Gelatin Kulit Ikan Kakap


Pengamatan SNI Gelatin Gelatin Gelatin Kulit Ikan Kakap
Standar Komersial A(60˚C) B(70˚C) C(80˚C)
Kadar Air (%) 16 11,45 12,21 6,14 5,83 3,87
Kadar Abu (%) 3,25 0,52 1,66 1,15 0,83 0,61
Kadar Protein (%) - 87,26 85,99 91,64 91,04 90,32

Kadar Abu dasarnya memililki kadar protein yang tinggi.


Abu merupakan zat anorganik yang Gelatin merupakan bahan makanan tambahan
tidak ikut terbakar pada saat proses berupa protein murni yang diperoleh dari
pembakaran zat organik (Lestari 2005). Kadar pengurain kolagen dengan menggunakan panas
abu suatu bahan menunjukkan kuantitas (Raharja (2004) dikutip dalam Amiruldin
keberadaan mineral dalam bahan tersebut. (2007)).
Sudarmadji et al (1997) menyatakan bahwa Kadar protein gelatin kulit ikan kakap
mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat yang dihasilkan dalam penelitian ini rata-rata
merupakan dua macam garam yaitu garam berkisar antara 90,32%-91,64%. Kadar protein
organik dan dan garam anorganik. Zat yang merupakan salah satu parameter karakteristik
tergolong ke dalam jenis abu meliputi natrium, gelatin. Ketentuan kadar protein untuk gelatin
klor, fosfor, magnesiun, dan sulfur. Abu yang standar yaitu sebesar 87,26%, gelatin
terbentuk berwarna putih keabuan dengan komersial yaitu sebesar 85,99% sedangkan
partikel halus dan sangat mudah larut dalam pada Standar Nasional Indonesia (1995) tidak
air. Data hasil pengukuran kadar abu gelatin menyebutkan protein sebagai salah satu
kulit ikan kakap dapat dilihat pada Tabel 2. parameter mutu untuk gelatin pangan. Kadar
Berdasarkan hasil pengukuran kadar abu protein gelatin kulit ikan kakap hasil penelitian
gelatin kulit ikan kakap pada penelitian ini ini sedikit lebih besar dibandingkan dengan
berkisar antara 0,61%-1,15%. Rata-rata kadar nilai gelatin standar dan gelatin komersial.
abu gelatin kulit ikan kakap lebih besar dari Tingginya kadar protein pada gelatin
ketentuan gelatin standar yaitu sebesar 0,52% kulit ikan kakap dikarenakan bahan baku yang
tetapi masih memenuhi ketentuan gelatin bersal dari ikan, yang memiliki nilai cerna
komersial yaitu sebesar 1,66% dan SNI (1995) protein yang tinggi berkisar lebih dari 90%
yaitu kadar abu gelatin untuk pangan (Padmiari 2010). Tingginya kadar protein yang
maksimum sebesar 3,25%. Menurut Aviana et dihasilkan menunjukkan bahwa gelatin
al (2003) tingginya kadar abu disebabkan memiliki mutu yang baik. Tabel 2
masih adanya komponen mineral yang terikat menunjukkan bahwa nilai protein tertinggi
pada kolagen yang belum terlepas saat proses dihasilkan pada gelatin kulit kakap dengan
pencucian sehingga ikut terekstraksi dan perlakuan suhu ekstraksi 60˚C yaitu rata-rata
terbawa pada gelatin yang dihasilkan. sebesar 91,64%. Nilai rata-rata kadar protein
Pada Tabel 2 diketahui bahwa kadar yang dihasilkan dari Tabel 8 mengalami
abu menurun seiring dengan naiknya suhu penurunan seiring dengan meningkatnya suhu.
ekstraksi. Hal ini disebabkan seiring dengan Hal ini disebabkan oleh peningkatan suhu
tingginya suhu ekstraksi maka menyebabkan ekstraksi yang menyebabkan semakin banyak
semakin banyak protein yang terhidrolisis protein yang terhidrolisis menjadi senyawa
menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi yang lebih sederhana lagi selain protein.
selain protein. Penggunaan suhu yang tinggi Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2006),
menyebabkan protein terdenaturasi sehingga penggunaan suhu yang tinggi menyebabkan
ikatan komia protein rusak yang menyebabkan protein terdenaturasi sehingga ikatan kimia
ikatan terhadap mineral tidak kuat (Poedjiadi protein rusak. Kadar protein menunjukkan
dan Suprianti 2006). kemurnian gelatin yang diperoleh. Gelatin
merupakan salah satu jenis protein konversi
yang dihasilkan melalui proses hidrolisis
Kadar Protein
kolagen sehingga kadar protein yang
Protein merupakan kandungan
terkandung di dalamnya sangat tinggi.
tertinggi dalam gelatin. Gelatin sebagai salah
satu jenis protein koversi yang dihasilkan
melalui proses hidrolisis kolagen, pada

38
Annisa Dian Islami: Karakteristik Fisik Dan Kimia Gelatin Kulit Kakap ....

Viskositas mamalia. Gelatin kulit kakap cocok digunakan


Viskositas (kekentalan) adalah salah untuk pembentukan film yang memerlukan
satu sifat fisik suatu cairan atau materi cair. viskositas tinggi. Data hasil pengukuran
Viskositas didefinisikan sebagai nilai viskositas gelatin kulit kakap dapat dilihat pada
hambatan atau tahanan terhadap aliran fluida Tabel 5 berikut ini.
yang merupakan perbandingan rasio antara Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
gaya geser (shear stress) terhadap laju geser terjadi penurunan viskositas pada perlakuan
(shear rate) (Astawan 2002). Viskositas lama ekstraksi gelatin kulit ikan kakap.
merupakan sifat fisik gelatin yang penting Viskositas gelatin dipengaruhi oleh pH gelatin,
karena viskositas mempengaruhi sifat fisik temperatur, konsentrasi, dan teknik perlakuan
lainnya seperti titik leleh, titik gel, dan seperti penambahan elektrolit lain dalam
stabilitas emulsi. Viskositas gelatin yang tinggi larutan gelatin. Pada suhu 80˚C diperoleh nilai
menghasilkan laju pelelehan dan pembentukan viskositas yang tinggi sehingga dapat
gel yang lebih tinggi dibandingkan dengan dinyatakan bahwa suhu 80˚C adalah suhu yang
gelatin yang viskositasnya rendah (Leiner optimal. Pada suhu optimal tersebut gelatin
2002). terekstraksi dengan sempurna dan belum
Viskositas yang dihasilkan dari gelatin terjadi hidrolisis lanjutan pada rantai gelatin.
kulit ikan kakap berkisar antara 20,50 cP Terhidrolisisnya rantai asam amino pada
hingga 26,00 cP. Kisaran tersebut lebih besar gelatin menjadikan rantai asam amino terputus
dari ketentuan gelatin standar dan gelatin sehingga berat molekul menjadi lebih rendah.
komersial yaitu 6,00 cP dan 7,00 cP. Hal ini Semakin panjang rantai asam amino gelatin
sesuai dengan pernyataan Ali (2006) yaitu maka nilai viskositas semakin besar (Stainsby
gelatin kulit ikan memiliki viskositas yang 1977).
relatif lebih besar dibandingkan dengan gelatin

Tabel 3. Viskositas Gelatin Kulit Ikan Kakap


Gelatin Kulit Ikan Kakap
Pengamatan SNI Gelatin Gelatin A B C
Standar Komersial (60˚C) (70˚C) (80˚C)
Viskositas (cP) - 6,00 7,00 18,50 20,50 26,00

SIMPULAN AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of


Berdasarkan hasil penelitian dan uji The Association of Official Analytical
parameter, perlakuan dengan suhu ekstraksi Chemist. Inc., Washington, DC.
80˚C sebagai perlakuan terbaik terhadap
rendemen dan karakteristik gelatin kulit kakap. Astawan, M., Haryadi P. dan Mulyani A. 2002.
Pada perlakuan tersebut nilai rendemen Analisis Sifat Reologi Gelatin Dari Kulit
mencapai nilai terbaik dan karakteristiknya Ikan Cucut. Jurnal Teknologi Dan
memenuhi gelatin standar maupun gelatin Industri Pangan. 8 (1): 38-46.
komersial. British Standard 757. 1975. Sampling and
Testing of Gelatin. Di dalam The Science
DAFTAR PUSTAKA and Technology of Gelatin. Ward AG dan
Ahmad, M., & Benjakul, S. (2011). Courts A, editors. Academic Press, New
Characteristics of gelatin from the skin of York.
unicorn leatherjacket (Aluterus deMan, John. M. 1997. Kimia makanan Edisi
monoceros) as influenced by acid Kedua. Penerjemah Kosasih Padmawinata
pretreatment and extraction time. Food ITB, Bandung. 550 hlm.
Hydrocolloids, 25, 381-388.
FAO. 2014. http://www.fao.org/figis/servlet/
Amiruldin M. 2007. Pembuatan dan Analisis SQServlet?file=/work/FIGIS/prod/webapp
Karakteristik Gelatin dari Tulang Ikan s/figis/temp/ hqp_ 1047966228760422239
Tuna (Thunus albacares). Skripsi. Bogor: .xml&outtype=html. Diakses pada 26
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Agustus 2016.
Pertanian Bogor.

39
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018 (34-40)

Gomez K.A. and A.A. Gomez. 1984. Muyonga, J. H., Cole, C. G. B., & Duodu, K.
Statistical Procedures for Agricultureal G. (2004). Extraction and physico
Research (Second Edition). New York: chemical characterisation of Nile perch
John Wiley and Sons. (Lates niloticus) skin and bone gelatin.
Food Hydrocolloids, 18, 581-592.
Gomez-Guillen, M. C., Gimenez, B., Lopez-
Caballero, M. E., & Montero, M. P. Nagarajan, M., S. Benjakul., T. Prodpran., P.
(2011). Functional and bioactive Songtipya., H. Kishimura. 2012.
properties of collagen and gelatin from Characteristics and functional properties
alternative sources: A review. Food of gelatin from splendid squid (Loligo
Hydrocolloids, 25, 1813-1827. formosana) skin as affected by extraction
temperatures. Food Hydrocolloids, 29,
Gomez-Guillen, M. C., Turnay, J., Fernandez- 389-397.
Diaz, M. D., Ulmo, N., Lizarbe, M. A., &
Montero, P. (2002). Structural and Ockerman HW, Hansen CL. 2000. Animal by
physical properties of gelatin extracted Product Processing and Utilization. CRC
from different marine species: a Press, USA.
comparative study. Food Hydrocolloids,
16, 25-34. Pelu, H., S. Harwanti dan E. Chasanah. 1998.
Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna
Juliharman. 1997. Pengaruh Suhu dan Waktu melalui Poses Asam. Jurnal Penelitian
Perebusan Kulit Ikan Cucut Lanyam Perikanan Indonesia, 4 (2): 66-74.
(Carcharinus limbatus) Pada Pembuatan
Gelatin Terhadap Karakteristik Gelatin. SNI 06-3735. 1995. Mutu dan Cara Uji
Skripsi. Fakultas Perikanan-IPB, Bogor. Gelatin. Dewan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Junianto, K. Haetami, dan I. Maulina. 2006.
Produk Gelatin Dari Tulang Ikan dan Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997.
Pemanfaatannya Sebagai Bahan dasar Prosedur Analisa untuk bahan Makanan
Pembuatan Cangkang Kapsul. Laporan dan Pertanian (edisi keempat). Penerbit
penelitian hibah bersaing. IV tahun I Liberty, Yogyakarta. 160 hlm.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Taufik M. 2011. Kajian Potensi Kulit Kaki
Universitas Padjadjaran. Ayam Broiler sebagai BahanBaku Gelatin
Karim, A. A., & Bhat, R. (2009). Fish gelatin: dan Aplikasinya dalam Edible Film
Properties, challenges, and prospects as an Antibakteri. Disertasi. Fakultas
alternative to mammalian gelatins. Food Peternakan Universitas Gadjah
Hydrocolloids, 23, 563-576. Mada,Yogyakarta.

Leiner PB. 2002. The Physical and Chemical Trilaksani, W., M. Nurimala., I. H. Setiawati.
Properties of Gelatin. 2012. Ekstraksi Gelatin Kulit Kakap
http://www.pbgelatin.com. Diakses pada Merah (Lutjanus sp.) dengan Proses
30 Agustus 2016. Perlakuan Asam. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia, 15 (3): 240-
Lestari, S. D. 2005. Analisis Sifat Fisik Kimia 250.
dan Rheologi Gelatin kulit Hiu Gepeng
(Alopias sp.) dengan Penambahan Wilesmith, J. W., Ryan, J. B. M., & Atkinson,
MgSO4, Sukrosa, dan Gliserol. Skripsi. M. J. (1991). Bovine spongiform
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan encephalopathy: epidemiological studies
IPB, Bogor. on the origin. Veterinary Record, 128,
199-203.
Mohtar, N. F., Perera, C., & Quek, S. Y.
(2010). Optimisation of gelatine
extraction from hoki (Macruronus
novaezelandiae) skins and measurement
of gel strength and SDS-PAGE. Food
Chemistry, 122, 307-313.

40

Anda mungkin juga menyukai