Anda di halaman 1dari 5

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Jadwal Penelitian
1. Tempat Penelitian
Identifikasi dan determinasi sampel dilakukan di Laboratorium
Biomakromolekul, Institut Pertanian Bogor. Bahan penelitian diperoleh dari Pasar
Perumnas Klender, Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia
Terpadu, Laboratorium Mikrobiologi Virologi, Laboratorium Penelitian
Teknologi, dan Laboratorium Penelitian Kimia, Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta Timur.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2022 – Juni 2022

B. Pola Penelitian
1. Pengumpulan limbah sisik ikan nila
2. Pra ekstraksi
3. Ekstraksi
4. Pasca ekstraksi
5. Identifikasi gelatin
C. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan Penelitian
a) Alat
Peralatan yang digunakan adalah Autoklaf (HVE-50), Blender, Botol
Duran, Desikator, Karl Fischer (AQV-300), Krusible 30mL, Nampan
Plastik, Neraca Analitik (Ohaus PA 224), Oven (Memmert UN 55), pH
meter (Hanna hi 83141), pH Universal, Spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV 1900i), Spektrofotometer FTIR (Cary 630), Tanur
(Thermolyne), dan alat gelas.
b) Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah sisik ikan nila
(Oreochromis niloticus) dari pasar perumnas klender, asam asetat 5%, asam
jeruk nipis 1:3, surfaktan, dan akuadest.
2. Prosedur Penelitian
a) Pengumpulan Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah limbah sisik ikan nila merah
(Oreochromis niloticus). Sampel diperoleh dari pasar Perumnas Klender,
Duren Sawit, Jakarta Timur.
b) Determinasi Sampel
Sisik ikan nila yang akan digunakan di determinasi melalui lembaga
identifikasi ikan tawar yang berada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
c) Pra-Ekstraksi
Sisik ikan nila merah yang diperoleh, dibersihkan dari pengotor yang
menempel dengan dicuci dan direndam selama 24 jam dalam air yang
ditambahkan surfaktan. Jumlah penggunaan air maupun surfaktan
tergantung atas kondisi bahan yang akan digunakan (Sugihartono et al.,
2019). Sisik ikan disimpan di lemari pendingin, selanjutnya ditiriskan
kemudian dijemur dan diangin-anginkan hingga kering.
Timbang sebanyak 200 g sisik ikan nila merah yang sudah kering
sebanyak 6 kali yang digunakan untuk variasi asam dan variasi waktu
ekstraksi. Setelah itu, sebanyak 3 tempat direndam dengan larutan asam
jeruk nipis dengan perbandingan sisik : larutan asam 1:3 (b/v) selama 24
jam dan sebanyak 3 tempat lainnya direndam dengan asam asetat 5% dalam
wadah tahan asam dengan perbandingan sisik : larutan asam 1:4 (b/v)
selama 12 jam hingga menghasilkan ossein. Hasil rendaman asam dibilas
dengan air mengalir hingga diperoleh pH yang netral.
d) Ekstraksi
Hasil ossein yang diperoleh, selanjutnya dimasukkan ke dalam botol
kaca atau duran dan ditambahkan akuadest dengan perbandingan 1:2 (b/v).
Kemudian diekstraksi menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 30,
60 dan 90 menit. Ekstrak gelatin yang diperoleh, dilakukan penyaringan
untuk memisahkan ekstrak dengan residu. Lalu ditaruh pada wadah untuk
dikeringkan menggunakan oven. Setelah gelatin kering selanjutnya
lembaran gelatin digunting dan dihaluskan dengan blender hingga berbentuk
serbuk gelatin. Kemudian serbuk gelatin ditimbang.

e) Identifikasi Gelatin
Gelatin yang diperoleh, dihaluskan untuk dilakukan pengujian. Uji
standar gelatin yang dilakukan antara lain : uji organoleptik, uji rendemen,
uji viskositas, uji pH, uji kadar abu, uji kadar air, uji FTIR dan uji kadar
logam
1) Uji Rendemen (Nasution et al., 2018)
Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan
dengan berat bahan baku, semakin tinggi rendemen ekstrak maka semakin
tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku. Perhitungan
rendemen adalah sebagai berikut
Bobot gelatin kering(g)
% Rendemen= x 100 % .................................... (2)
Bobot sisik ikan kering( g)
2) Uji Organoleptik
Uji organoleptik atau uji indera merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk. Dalam penilaian bahan pangan sifat yang
menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya
3) Uji Kadar Abu (Nurhidayah et al., 2018)
Cawan porselen dikeringkan dalam oven bersuhu 105°C, kemudian
didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 2 gram sampel
ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya sampel
dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 600°C selama 6 jam
atau sampai terbentuk abu. Sampel kemudian didinginkan dalam desikator
dan ditimbang. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan menghitung
perbandingan berat sebelum dan setelah dilakukan proses tanur
B− A
% Kadar abu= x 100 % ............................................................... (3)
C
Keterangan:
A = Berat cawan abu kosong (gram)
B = Berat cawan abu + sampel abu (gram)
C = Berat sampel (gram)
4) Uji Derajat Keasaman (Nasution et al., 2018)
Sebanyak 1 gram gelatin dilarutkan dalam aquades suhu 45ºC dan
dicukupkan volumenya sampai 100 ml. Larutan dibiarkan mencapai suhu
kamar, dan diukur pH larutan tersebut menggunakan pH meter
5) Uji Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan
gelatin sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Pengukuran
viskositas gelatin dilakukan dengan cara sebanyak 6,67 gram gelatin
dilarutkan dalam air pada suhu 60°C sampai 100 mL, kemudian dibiarkan
hingga mencapai suhu 30°C. viskositas larutan gelatin diukur dengan
menggunakan viskometer Ostwald
6) Uji Kadar Air (Nadia, 2010)
Pengujian kadar air menggunakan metode karl fischer dengan prinsip
titrasi. Dilakukan standardisasi dengan menimbang spuit berisi akuadest lalu
dimasukan 1 tetes kedalam alat dan ditimbang kembali spuit untuk
menentukan bobot air yang digunakan. Lalu masukan metanol 1 mL sebagai
blanko. Lalu dihitung kesetaraan air. Setelah itu masukan sampel yang telah
ditimbang ke dalam alat. Tunggu larutan pada alat jenuh dan akan muncul
persen hasil kadar air yang ada pada sampel.
V xF
Kadar Air = x 100 % .................................................................... (4)
W
Keterangan:
V = Volume pereaksi Karl Fischer yang terpakai untuk titrasi sampel (mL)
F = Faktor standarisasi (mg/mL)
W = Berat sampel (gram)
7) Pembacaan Gugus dengan FTIR
Analisis FTIR dilakukan untuk memastikan senyawa yang dihasilkan
adalah hasil spektrum gelatin. Sampel dipindai pada rentang bilangan
gelombang 4000 cm-1 hingga 400 cm-1. Sampel gelatin yang berbentuk
dikarakterisasi langsung dengan spektrofotometer FTIR
8) Pembacaan Kadar Cu dan Zn dengan SSA
Kandungan pada logam berat yang ingin dianalisis adalah tembaga
(Cu) dan seng (Zn) dengan menggunakan absorbansi pada spektrofotometer
serapan atom. Sampel yang telah di jadikan abu diberikan HCl sebanyak 5-6
ml, kemudian dipanaskan di atas hot plate dengan pemanasan rendah hingga
kering. Setelah itu ditambahkan 15 ml HCl 3 N, kemudian cawan
dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih. Setelah mendidih lalu
saring, filtrat dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan air
sampai tanda batas. Blanko disiapkan menggunakan pereaksi yang sama.
Alat AAS diset sesuai instruksi dalam manual alat tersebut. Larutan standar
dari logam, blanko dan sampel diukur. Kemudian membuat kurva standar
untuk masing-masing logam nilai absorbansi/emisi vs konsentrasi logam
dalam μ

Anda mungkin juga menyukai