Anda di halaman 1dari 5

Judul PENGOLAHAN LIMBAH KULIT SINGKONG SEBAGAI

BAHAN BAKAR ETANOL MELALUI PROSES FERMENTASI


Jurnal Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.1, Mei 2019
Tahun 2019
Penulis Pramestika Widyastuti
Reviewer Hadi Liardi Rahman ( ), Muh Bagus Eko Saputro (181012110025),
dan Raz Sayyid Maudodi (1810512210016)

Tujuan Untuk menguji limbah kulit singkong agar dijadikan bahan bakar
Penelitian etanol dan mengetahui langkah fermentasi yang tepat dalam
pengolahan limbah kulit singkong tersebut.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan melalui 4 tahap, yaitu tahap
Penelitian pendahuluan, pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan pemisahan.
Bahan yang digunakan kulit singkong kondisi segar, aquades,
NaOH, H2SO4, KH2PO4, (NH4)2SO4, reagen. Khamir Saccharomyces
cerevisiae dan Trichoderma viride. Adapun rincian tahapnya adalah
sebagai berikut:
1. Tahap pendahuluan diawali kulit singkong segar dicuci,
dikeringkan 24 jam dan dilanjutkan dengan oven pada suhu ± 105
ºC selama 16 jam, penghalusan 120 mesh.
2. Tahap pretreatment dilakukan dengan cara serbuk kulit singkong
direndam dengan NaOH 1%; 5% dan 10% selama 24 jam dimana
tiap perlakuan terdiri dari 180 gram berat kering kulit
singkong/2160ml aquadest. Kemudian diaduk dan dipanaskan
pada suhu 160 ⁰C selama 30 menit. Selanjutnya larutan disaring
menggunakan kertas saring. Residu hasil penyaringan dicuci
dengan aquades sampai diperoleh pH netral lalu dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 105 ⁰C selama 2 jam. Residu diuji
kadar selulosa dan pati. Hasil yang terbaik padatan kulit
singkongnya digunakan sebagai substrat dalam hidrolisis.
3. Hasil delignifikasi selanjutnya dilakukan proses hidrolisis dengan
menimbang 15 gram dari hasil ayakan pada tahap delignifikasi
sebanyak 4 kali perlakuan. Masing-masing sampel tersebut
dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan
larutan HCl 15%, HCl 7%, H2SO4 15% dan H2SO4 7% sebanyak
180 mL lalu dipanaskan pada suhu 100 ⁰C selama 2 jam. Larutan
disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang
diperoleh diukur kadar glukosanya dengan menggunakan
spektrometer UV-vis.
4. Proses fermentasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 160
mL filtrat dari hasil hidrolisis ditambahkan dengan larutan NaOH
6 M hingga pH-nya menjadi 4,5. Kemudian ditambahkan dengan
14 gram ammonium sulfat dan 14 gram NH 3SO4 lalu
dipasteurisasi pada suhu 80 oC selama 15 menit. Setelah itu,
ditambahkan dengan ragi (Sacharomyces cerevisiae) sebanyak 14
gram lalu larutan dibagi larutan menjadi 4 bagian dan ditutup
dengan aluminium foil kemudian didiamkan selama 4 hari, 6 hari
dan 8 hari dan 10 hari pada suhu 27-30 oC.
5. Proses pemisahan dilakukan dengan memasukkan hasil
fermentasi ke dalam erlenmeyer dan dipasang pada rangkaian alat
evaporator. Pada proses ini dilakukan pemanasan pada suhu 78
o
C. Kemudian masing-masing larutan hasil evaporasi ditentukan
kadar etanol dengan menggunakan alkohol meter.
Hasil Fermentasi kulit singkong menghasilkan kadar glukosa sebesar 9,9%
Penelitian dengan etanol tertinggi sebesar 6,00% pada waktu fermentasi 8 hari.
Pendalaman Proses fermentasi yang dilakukan disebut dengan fermentasi etanol
Materi atau fermentasi alkohol, yang diketahui dari hasil fermentasi berupa
etanol. Dalam fermentasi alkohol, mikroorganisme yang bekerja
disini adalah ragi (Sacharomyces cerevisiae). Ragi termasuk
mesofilik karena tidak tahan suhu panas, dan optimum di suhu 25-40
o
C (suhu ruang). Fermentasi yang dilakukan berupa fermentasi
anaerobik karena ragi termasuk organisme anaerobik, dengan tanpa
udara maka ragi dapat merubah bahan sampel menjadi etanol, dalam
metode penelitian juga dijelaskan bahwa pelaksanaan fermentasi
dilakukan dengan cara tertutup alumunium foilI. Sedangkan
mikroorganisme Trichoderma viride tidak dijelaskan secara rinci
dalam jurnal, namun kami (reviewer) menduga bahwa penggunaan
mikroorganisme jenis fungi ini dilakukan pada saat pre treatment
dan karena fungi ini sendiri adalah jenis mikroorganisme yang
mampu menghidrolisis selulosa.
Judul OPTIMALISASI WAKTU PENGOMPOSAN DAN KUALITAS
PUPUK KANDANG DARI KOTORAN KAMBING DAN DEBU
SABUT KELAPA DENGAN BIOAKTIVATOR PROMI DAN
ORGADEC
Jurnal Jurnal Sain Veteniter Vol. 35, No.1, Juni 2017
Tahun 2017
Penulis Linda Trivana, Adhitya Yudha Pradhana
Reviewer Hadi Liardi Rahman ( ), Muh Bagus Eko Saputro (181012110025),
dan Raz Sayyid Maudodi (1810512210016)

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian bioaktivator yang berbeda


Penelitian yaitu PROMI dan Orgadec terhadap waktu optimal pengomposan
dan kualitas pupuk kandang yang sesuai SNI 19-7030-2004
Metode Penelitian ini dilakukan dengan sistem anaerob. Kotoran kambing
Penelitian dihamncurkan terlebih dahulu. Kemudian kotoran yang sudah
hancur dicampur dengan debu sabut kelapa dengan perbandingan 1:1
(total bahan organik 10 kg), kemudian tumpukan bahan-bahan di
beri perlakuan bioaktivator yang berbeda yaitu Promi (1kg
dilarutkan dalam 200L air), dan Orgadec (1 kg dilarutkan dalam
200L air) secara merata. Tumpukan bahan-bahan organik ditutup
dengan plastik terpal. Proses pembalikan dilakukan setiap 3 hari
sekali sampai proses pengomposan selesai. Pengujian kualitas pupuk
terdiri atas kadar air, nitrogen total, P2O5, C-organik, K, dan rasio
C/N yang dilakukan pada hari ke 0, 10, 20, 30, 40, dan 50. Nilai
kadar air ditentukan dengan metode gravimetri, kadar nitrogen
dengan metode kjeldahl, P2O5 dianalisis dengan metode
spektrofotometri, kadar K diukur dengan AAS (Atomic Absorption
Spectroscopy), dan kadar C-organik diukur dengan metode titrimetri.
Hasil Pengomposan pupuk kandang dari kotoran kambing dan debu sabut
Penelitian kelapa dengan bioaktivator Orgadec yang mengandung mikroba
(Trichoroderma Pseudokoningii dan Cytophaga Sp) lebih cepat dan
efektif dibandingkan dengan bioaktivator PROMI, yaitu <20 hari.
Kualitas pupuk kandang dengan bioaktivator Orgadec memenuhi
SNI 19-7030-2004 (rasio C/N, kadar N, P, K, air, dan C-organik)
dengan kadar pembanding yaitu N >0.40%, P2O5 >0.10% dan K2O
>0.20%, yaitu pada pengomposan selama 10 dan 20 hari, sedangkan
pupuk kandang dengan bioaktivator PROMI pada pengomposan
selama 20, 30, 40 dan 50 hari.
Pendalaman Dalam pembuatan kompos jenis bioaktivator, treatment kelembaban,
Materi dan lama waktu pengomposan sangat mempengaruhi kualitas pupuk
tersebut yang mana hal ini dapat diidentifikasi dari paramater
kandungan (rasio C/N, kadar N, P, K, air, dan C-organik) sehingga
penting untuk membandingkan tiap bioaktivator. untuk Orgadec,
mikroorganisme yang bekerja disini adalah (Trichoderma
Pseudokoningii dan Cytophaga Sp) yang memiliki kemampuan
tinggi dalam menghasilkan enzim penghancur lignin dan selulosa
secara bersamaan, sedangkan mikroba yang terdapat dalam PROMI
yaitu Trichoderma Harzianium Dt 38, Pseudokoningii Dt 39,
Aspergilus sp. dan fungi.

Anda mungkin juga menyukai