Anda di halaman 1dari 6

JKK, Tahun 2014, Volume 3(4), halaman 46-51 ISSN 2303-1077

PENENTUAN KINETIKA HIDROLISIS ENZIMATIS


DALAM PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Siti Fathimah1*, Nora Idiawati1, Adhitiyawarman1, Lucy Arianie1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
*email: azzahra.chem09@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol adalah tandan kosong kelapa sawit
(TKKS). TKKS dihidrolisis secara enzimatis menggunakan ekstrak kasar enzim selulase dari
Trichoderma reesei, kemudian hidrolisat difermentasi menggunakan Sacharomyces cerevisiae sehingga
diperoleh bioetanol. Tahap praperlakuan sampel dengan perendaman menggunakan air dan delignifikasi
organosolv juga dilakukan untuk mengoptimalkan proses hidrolisis enzimatis. Kinetika hidrolisis
ditentukan berdasarkan persamaan Michaelis-menten dengan parameter Vmaks dan Km. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses praperlakuan sampel dapat mengoptimalkan proses hidrolisis
yang dapat dilihat berdasarkan konsentrasi glukosa yang dihasilkan. Sampel dengan perendaman
memiliki konsentrasi glukosa yaitu 445,80 ppm sedangkan kontrol (tanpa perendaman) memiliki
konsentrasi glukosa 438,58 ppm. Berdasarkan penelitian, enzim selulase dari Trichoderma reesei
memiliki kondisi optimum pH 4,5 ; waktu inkubasi 60 menit ; suhu 600C dengan menghasilkan Vmaks yaitu
0,25 (mg/ml)/menit dan nilai Km yaitu 123,9 mg/ml. Nilai Rt sampel hasil fermentasi pada kondisi
optimum adalah 16,03 dan menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan etanol. Nilai rendemen
etanol yang dihasilkan sebesar 40,3 % (w/w).

Kata kunci : Etanol, Trichoderma reesei, Kinetika Michaelis-Menten, TKKS

PENDAHULUAN

Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan metode delignifikasi organosolv (menggunakan


yang sangat penting dalam kehidupan. Namun pelarut organik) untuk menghilangkan lignin
bahan bakunya yang tidak dapat diperbarui yang membungkus selulosa karena keberadaan
menyebabkan keberadaannya sangat terbatas. lignin dapat menghambat proses hidrolisis.
Sebagai solusi banyak peneliti yang Menurut Heradewi (2007), delignifikasi
mengembangkan penelitian untuk membuat organosolv memiliki keunggulan dibandingkan
bahan bakar alternatif yang sifatnya dapat metode lain karena diproses tanpa
diperbarui, salah satunya bioetanol. menggunukan sulfur, selain itu lebih ekonomis
Bioetanol adalah etanol yang diperoleh dari karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh
proses fermentasi bahan-bahan berkarbohidrat kembali.
atau berlignoselulosa menggunakan bantuan Tahap selanjutnya yaitu hidrolisis. Beberapa
mikroorganisme. Salah satu sumber selulosa peneliti telah menerapkan pembuatan bioetanol
yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di dari berbagai sumber bahan seperti kulit
Kalimantan Barat adalah limbah tandan kosong singkong, kulit pisang, tongkol jagung dan
kelapa sawit (TKKS). sebagainya dengan menggunakan katalis enzim
Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit selulase. Penggunaan katalis enzim memiliki
(TKKS) memiliki kandungan lignoselulosa keunggulan seperti ramah lingkungan dan tidak
mencapai 55-60 % berat kering. Limbah TKKS memerlukan suhu tinggi. Enzim selulase dapat
pada tahun 2010 mencapai 5.050.367,6 ton dan diperoleh dari jamur Trichoderma dan
pada tahun 2011 mencapai 5.176.842,53 ton Aspergillus.
(Fauji, 2005). Limbah TKKS yang tidak Menurut Wang et. al., (2004) Trichoderma
tertangani akan menyebabkan pencemaran reesei adalah jamur penghasil enzim selulase
lingkungan dan timbulnya berbagai penyakit. yang mampu mensekresikan selulase sekitar
Proses pembuatan bioetanol dilakukan 80%. Enzim selulase yang dihasilkan oleh
melalui dua tahap utama yaitu proses hidrolisis mikroorganisme mempunyai karakteristik yang
dan fermentasi. Beberapa peneliti melakukan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor
proses praperlakuan (pretreatment) lingkungan seperti, suhu, pH lingkungan tempat
menggunakan metode kraft, metode pulp, dan

46
JKK, Tahun 2014, Volume 3(4), halaman 46-51 ISSN 2303-1077

enzim bekerja, konsentrasi substrat tertentu dan metanol. Kemudian sampel dikeringkan di
waktu inkubasi. dalam oven.
Salah satu karakteristik enzim yang perlu Ekstraksi Enzim Selulase
dipelajari adalah kinetika enzim berupa
parameter Km dan Vmaks. Vmaks adalah Sebanyak 5 g sampel ditambahkan sebanyak
kecepatan maksimum enzim dalam 25 mL larutan nutrisi pH 3. Kemudian disterilkan
menghidrolisis substrat, sedangkan Km adalah di dalam autoclave pada suhu 121oC selama 20
konsentrasi substrat yang separuh dari lokasi menit, kemudian didinginkan. Selanjutnya
aktifnya telah terisi, yaitu bila kecepatan reaksi Trichoderma reesei diinokulasikan pada substrat
enzim telah mencapai ½ Vmaks. Menurut Fox tersebut. Kemudian campuran diinkubasi
(1991), nilai Km dapat digunakan dalam selama 7 hari pada suhu 60oC (Sanjaya dan
menentukan ukuran afinitas enzim-substrat Adrianti, 2010).
(E-S) yang merupakan suatu indikator kekuatan Setelah 7 hari substrat fermentasi
ikatan kompleks E-S atau suatu tetapan ditambahkan 100 mL aquades yang
keseimbangan untuk disosiasi kompleks E-S mengandung 0,1% tween-80 dan diaduk
menjadi E dan S. Nilai Km kecil berarti kompleks dengan kecepatan 175 rpm selama 2 jam pada
E-S mantap, afinitas enzim tinggi terhadap suhu ruang. Campuran disentrifugasi pada 3000
substrat, sedangkan bila Km besar berlaku rpm selama 15 menit. Supernatan yang
kebalikannya. Oleh karena itu pada penelitian ini diperoleh digunakan sebagai ekstrak enzim
kinetika hidrolisis secara enzimatis dipelajari kasar yang kemudian disimpan dalam lemari es
untuk mengetahui Vmaks dan Km dari enzim pada suhu 4oC hingga siap digunakan.
selulase yang digunakan. Selain itu tahap
praperlakuan sampel juga dilakukan agar Hidrolisis dan Penentuan Kinetika Enzimatis
hidrolisis lebih optimal.
Sampel dan kontrol yang telah melewati
METODOLOGI PENELITIAN tahap praperlakuan masing – masing diambil
Alat dan Bahan sebanyak 5 g dan ditambahkan ekstrak enzim
Alat-alat yang digunakan yaitu neraca selulase dari Trichoderma reesei sebanyak 15
analitik, rotatory shaker, oven, pH-meter, FTIR, mL. Kemudian ditambahkan aquades ke dalam
spektrofotometer UV-Vis dan HPLC. campuran hingga volume 60 mL. Setelah itu
Bahan yang digunakan yaitu tandan kosong kondisi pH dibuat seragam pada pH 5 dan
kelapa sawit yang diperoleh dari PTPN XIII, diaduk dengan kecepatan 175 rpm selama 1 x
Ngabang, Kalimantan Barat, Trichoderma 24 jam. Masing-masing sampel diukur
reesei, Saccharomyces cerevisiae, Buffer sitrat, konsentrasi glukosanya dengan metode DNS
PDA, NaOH, CH3OH, MgSO4.7 H2O, , Na2CO3 (Adney dan Baker, 1996). Sampel dengan
anhidrat, KNa-tartrat, NaHCO3, Na2SO4 konsentrasi glukosa lebih tinggi selanjutnya
anhidrat, CuSO4.5H2O, larutan tween80, digunakan untuk proses selanjutnya. Kemudian
(NH4)2SO4, KH2PO4, CaCl2. H2O, FeSO4.7H2O, ditentukan kondisi optimum pH pada 4;4,5;5;5,5,
MnSO4.H2O, ZnSO4.7H2O. waktu hidrolisis optimum pada 40;60;80;100
(menit) dan suhu optimum pada 40;50;60;70
Praperlakual Sampel (oC)
Penentuan kinetika enzim (Vmaks dan Km)
Tandan kosong kelapa sawit dikering- didasarkan atas plot grafik hubungan antara
anginkan, dicacah dan digiling. Setelah digiling 1/[S] dan 1/(V) dimana [S} adalah konsentrasi
dikeringkan menggunakan oven pada suhu substrat dan V adalah aktivitas enzim. Dari
100oC selama 1 jam. Sampel dibagi menjadi kurva akan diperoleh persamaan linear, y = ax +
dua jenis yaitu sampe yang direndam dan b, dimana y = 1/V dan x = 1/[S]. Lalu ditentukan
sampel yang tidak direndam (kontrol). Sampel nilai Vmaks dan Km yang didasarkan
TKKS diambil sebanyak 60 g, kemudian persamaan kurva Lineweaver-Burk tersebut :
direndam dengan 1200 mL aquades dalam 1/V = 1/Vmaks + Km/Vmaks(1/[S])
gelas beker. Kemudian didiamkan selama 5x24. Intersep garis (b) yang didapat dari persamaan
Setelah itu, sampel disaring dan dikeringkan linear adalah 1/Vmaks dan slope (a) merupakan
dalam oven selama 1 jam dalam suhu 100oC. Km/Vmaks (Putra, 2009).
Sampel dan kontrol masing-masing direfluks
selama 1 jam menggunakan pelarut metanol : Fermentasi
air ( 1 : 1 v/v) dengan NaOH 6%. Perbandingan
sampel dan pelarutnya adalah 1 : 10. Setelah Inokulum dibuat dengan mengambil 10 mL
dingin disaring dan dicuci menggunakan hidrolisat (dengan kadar glukosa tertinggi) yang
47
JKK, Tahun 2014, Volume 3(4), halaman 46-51 ISSN 2303-1077

sudah disterilisasi kemudian ditambahkan 1 g


KH2PO4, 1 g (NH4)2 SO4, urea, pepton dan 1 ose
Saccharomyces cerevisiae yang dilakukan
dalam laminar. Selanjutnya diinkubasi sambil
diaduk dengan kecepatan 125 rpm pada suhu
kamar selama 24 jam (Samsuri dkk., 2007).
Setelah itu inokulum ditambahkan kembali pada
hidrolisat, diaduk dan difermentasi selama 5x24
jam. Setiap 24 jam sekali diamati perubahan Gambar 2. Endapan lignin yang telah kering
konsentrasi gula dengan DNS. Hasil fermentasi
didestilasi pada rentang suhu 75-80oC untuk Endapan yang dihasilkan dikeringkan dan di
mendapatkan etanol. analisis menggunakan FTIR untuk memastikan
bahwa endapan tersebut merupakan lignin.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Praperlakuan Sampel
Proses praperlakuan sampel dilakukan
melalui proses perendaman menggunakan air
dan delignifikasi organosolv menggunakan
metanol. Proses delignifikasi dilakukan dengan
katalis basa. Menurut Heradewi (2007),
penambahan katalis basa pada proses
delignifikasi organosolv akan menyebabkan
tingginya konsentrasi ion hidroksil dalam pelarut
sehingga mempercepat pemutusan pada ikatan
intra molekul lignin. Ion OH- dari katalis NaOH
akan memutus ikatan-ikatan dari struktur dasar
lignin sehingga lignin akan mudah larut. (a)

(a) (b)
Gambar 1.(a). Filtrat delignifikasi sampel,
(b). Filtrat delginifikasi kontrol (b)
Secara kualitatif, indikasi terlarutnya lignin Gambar 3. Spektrum FTIR Lignin pada
dapat dilihat melalui filtrat hasil delignifikasi yang (a). sampel (b). Kontrol*
berwarna hitam pekat. Pada Gambar 1 dapat Ket : *spektrum FTIR Lignin Standar (Pan dan Sano, 1999)
dilihat perbandingan warna filtrat hasil
delignifikasi dari sampel dan kontrol. Perbandingan bilangan gelombang sampel
Identifikasi secara kuantitatif kandungan lignin pada gambar 3(a) merujuk kepada
lignin dalam filtrat dilakukan dengan proses spektrum FTIR standar lignin milik Pan dan
pengendapan dengan menambahkan H2SO4 Sano (1999) yang pernah meneliti tentang
72% ke dalam filtrate hingga mencapai pH 2. lignin. Dari kedua spektra dapat dilihat bahwa
Pada kondisi pH rendah, lignin yang terlarut spektra pada sampel tersebut identik
dalam larutan mengalami repolimerisasi menggambarkan senyawa lignin. Pada sampel
sehingga banyak lignin mengendap dalam yang melalui tahap perendaman, bilangan
larutan (Syahmani, 2000). Setelah ditambahkan gelombang yang muncul adalah 1594,37 cm-1
asam sulfat, filtrat yang berwarna hitam berubah yang menandakan adanya vibrasi aromatik.
menjadi warna coklat. Partikel-partikel lignin Keberadaan senyawa aromatik pada lignin
akan mengendap, kemudian disaring ditunjukkan pada cincin benzen yang berada
menggunakan vakum untuk diambil endapannya pada stuktur lignin itu sendiri. Bilangan
seperti ditunjukkan pada Gambar 2. gelombang 1463,99 cm-1 menandakan adanya
deformasi CH, bilangan gelombang 1223,06 cm-
48
JKK, Tahun 2014, Volume 3(4), halaman 46-51 ISSN 2303-1077

1
menunjukkan terdapat gugus kromofor seperti Tabel 2. Nilai Aktivitas terhadap peningkatan
C-C, C-O, C=O. Bilangan gelombang 1125,27 konsentrasi substrat
cm-1 menandakan adanya alkohol sekunder dan Konsentrasi Aktivitas 1/[S] 1/V
C=O dan pada bilangan gelombang 854,58 cm-1 substrat[S] Enzim(V)
menandakan adanya C-H pada posisi 2,5,6 unit (mg/mL) (UI)
G. Tabel 1 menunjukkan perbandingan masa
33,33 0,078 0,003 12,8
TKKS sampel dengan perendaman dan TKKS
50 0,339 0,020 2,9
kontrol setelah tahap praperlakuan :
66,67 0,379 0,015 2,6
83,33 0,532 0,012 1,9
Tabel 1. Perbandingan Massa Sampel Setelah
Praperlakuan 100 0,536 0,01 1,9
116,67 0,537 0,0086 1,9
Jenis Massa Massa
sebelum (g) sesudah (g)
TKKS Sampel 60 53, 039 Hal tersebut sesuai dengan teori Michaelis-
TKKS Kontrol 60 54, 987 Menten yang menyatakan bahwa kecepatan
reaksi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi substrat. Kecepatan
Hidrolisis dan Penentuan Kinetika Enzimatis reaksi akan terus meningkat dengan nilai yang
semakin kecil hingga mencapai titik batas
Berdasarkan perhitungan nilai konsentrasi dimana enzim jenuh dengan substrat. Titik batas
glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. ini disebut kecepatan maksimum (Vmaks)
Sampel dengan perendaman memiliki (Lehninger, 1997).
konsentrasi yang lebih besar dari kontrol
dengan nilai berturut-turut yaitu 445,805 ppm
15
dan 439,58 ppm. Hal tersebut menunjukkan
y=495,6x-3,946
bahwa proses perendaman TKKS selama 5x24
10 R² = 0,825
jam yang dilanjutkan dengan delignifikasi
1/V

organosolv dapat mengoptimalkan proses


5
hidrolisis.
Proses penentuan kinetika hidrolisis
0
dilakukan dengan menghitung aktivitas enzim
pada proses hidrolisis. Hidrolisis tersebut 0 0,01 0,02 0,03 0,04
dilakukan pada kondisi optimum hidrolisis 1/[S]
dengan parameter pH, waktu dan suhu. Menurut
Putra (2009), Enzim dalam mengkatalisis Gambar 4. Grafik 1/V terhadap 1/[S]
memiliki respon yang tingggi terhadap kondisi
lingkungan seperti suhu, pH, dan konsentrasi. Penentuan Vmaks dan Km didasarkan atas
Hasil terhadap tiga perlakuan tersebut didapat persamaan Lineweaver-Burk yang menyatakan
bahwa pH optimum enzim selulase berada pada hubungan antara 1/[S] dan 1/V seperti disajikan
pH 4,5, waktu inkubasi selama 60 menit dan pada Gambar 4. Persamaan Lineweaver-Burk
suhu inkubasi 60oC. yaitu1/V=(Km/Vmaks)(1/[S])+1/Vmaks.
Aktivitas enzim selulase dalam Selanjutnya berdasarkan gambar 4 diperoleh
menghidrolisis selulosa pada beberapa plot grafik y = 495,6x – 3,946 sehingga
konsentrasi substrat menunjukkan bahwa diperoleh Vmaks = 0,25 mg/ml/menit dan nilai
aktivitas enzim selulase mula-mula meningkat Km = 495,6 x 0,25 = 123,9 mg/ml.
sejalan dengan meningkatnya konsentrasi Jika dibandingkan dengan penelitian
substrat, namun pada konsentrasi tertentu Saropah (2012), enzim selulase bakteri
peningkatan semakin kecil dan menjadi konstan selulolitik yang diisolasi dari bekatul memiliki
seiring bertambahnya konsentrasi substrat. nilai Km yang lebih besar yaitu 169,4 mg/ml.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa Dan nilai Vmaks yang diperoleh adalah 0,000086
aktivitas enzim pada konsentrasi 33,33 mg/mL mg/ml.
hingga 83,33 mg/mL meningkat namun pada Nilai Km digunakan selain sebagai ukuran
konsentrasi 100 mg/mL dan 116,67 mg/mL afinitas Enzim (E) terhadap Substrat (S) juga
aktivitas enzim mengalami peningkatan yang berhubungan dengan tetapan keseimbangan
sangat kecil. disosiasi kompleks E-S menjasi E dan S. Fox
(1991), menambahkan bila nilai Km kecil berarti

49
JKK, Tahun 2014, Volume 3(4), halaman 46-51 ISSN 2303-1077

kompleks E-S mantap dan afinitas enzim Penurunan glukosa tertinggi pada hari ketiga
terhadap substrat tinggi, sedangkan bila nilai sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Km besar afinitasnya menjadi rendah. Harga oleh Fatimah (2013), bahwa penurunan kadar
Km enzim sangat bervariasi tergantung dari glukosa yang optimum adalah selama 72 jam.
jenis substrat, keadaan lingkungan dan Setelah proses fermentasi dilakukan destilasi.
kekuatan ion (Radzicka dan Wolfenden, 1995). Proses destilasi pada suhu 75-80oC
menghasilkan destilat sebesar 3,1 ml. Destilat
ini merupakan etanol yang dibuktikan dengan
Fermentasi
analisis HPLC.
Proses fermentasi dilakukan selama lima hari
dengan pengukuran konsentrasi glukosa setiap
1x24 jam. Menurut Ruso, dkk (2010), waktu 5
hari merupakan waktu yang optimum untuk
proses fermentasi. Hari pertama pada proses
fermentasi merupakan fase penyesuaian bagi
Saccharomyces terhadap lingkungannya
sehingga aktivitasnya belum optimum. Pada
fase pertama ini sel mengalami perbanyakan
namun masih dalam jumlah yang sedikit. Hari ke
dua hingga ke lima merupakan fase
(a)
eksponensial, dimana pada keadaan ini sel
mengalami perbanyakan dan mencapai laju 8.00

16.101
pertumbuhan yang maksimum. Sedangkan fase
6.00
terakhir yaitu fase kematian dimana sel tidak
lagi tumbuh dan tidak terjadi proses konversi
MV

4.00

glukosa menjadi etanol.


2.00

0.00

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00
Minutes

(b)
Gambar 6. (a). Kromatogram standar (b).
Kromatogram sampel pada HPLC
Gambar 6 menujukkan kromatogram HPLC
standar etanol dengan sampel hasil destilasi.
Waktu retensi sampel (16,101) yang diperoleh
sama dengan waktu retensi standar (16,103).
Adapun nilai rendemen yang diperoleh
Gambar 5. Kurva penurunan glukosa terhadap sebanyak 40,3 % dari 6 gram tandan kosong
waktu fermentasi kelapa sawit.
Penurunan konsentrasi glukosa menunjukkan
adanya aktivitas fermentasi oleh SIMPULAN
Saccharomyces cerevisae. Ketersediaan
glukosa yang besar pada fermentasi hari ke-0 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
merupakan sumber nutrisi dan energi bagi dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Nilai
Saccharomyces cerevisae. Vmaks yang diperoleh yaitu 0,25 (mg/ml)/menit
Gambar 5 menunjukkan penurunan kadar dan nilai Km yaitu 127,3 mg/ml. Pada kondisi
glukosa selama proses fermentasi berlangsung. optimum pH 4,5 ; suhu 60oC ; waktu inkubasi
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa selama 60 menit. Hasil analisis menggunakan
penurunan glukosa selama fermentasi dari hari HPLC menunjukkan bahwa 3,1 mL destilat yang
ke satu hingga hari ke 5 berturut-turut adalah dihasilkan merupakan etanol dengan rendemen
598,33 ppm ; 573,43 ppm ; 402,22 ppm ; 378,88 40,3 %.
ppm ; 366,43 ppm. Berdasarkan hasil tersebut
diketahui bahwa penurunan kadar glukosa
cukup tinggi sampai hari ke – 3, sedangkan
pada hari ke 4 dan ke 5 terlihat konstan.

50
JKK, Tahun 2014, Volume 3(4), halaman 46-51 ISSN 2303-1077

UCAPAN TERIMAKASIH Radzicka A, Wolfenden R., 1995, "A Proficient


Ucapan terimakasih disampaikan kepada Enzyme". Science 6(267):90–931.
Kemenristek Tahun 2013 yang telah membantu Ruso S., Ahmad A., dan Nafie N.L., 2010,
pendanaan dalam penelitian ini. Pembuatan Bioetanol dari Batang Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum Schumach)
dengan Sistem Fermentasi Simultan
DAFTAR PUSTAKA
Menggunakan Bakteri Clostridium
Adney B dan Baker J, 1996, Meassurement and acetobutylicum, J. Teknologi, 13(2):1-7.
Cellulose Activities, (Technical Report) Sanjaya W. dan Adrianti S., 2010, Optimasi
Fauji, Y., 2005. Kelapa Sawit, Budidaya Hidrolisis Jerami Padi Menjadi Glukosa untuk
pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Bahan Baku Biofuel Menggunakan selulase
usahadan Pemasaran, Penerbit Swadaya, dari Trichoderma reesei dan Aspergillus
Jakarta. niger, Institut Teknologi Sepuluh November,
Fox, P.F. (1991). Food Enzymology, Elsevier Jurusan Teknik Kimia, Surabaya (Skripsi).
Applied Science, vol 2, London. Saropah Dyah Ayu, Akyunul Jannah, Anik
Heradewi, 2007, Isolasi Lignin Dari Lindi Hitam Maunatin, 2012, Kinetika Reaksi Enzimatis
Proses Pemasakan Organosolv Serat Ekstrak Kasar Enzim Selulase Bakteri
Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks), Instititut Selulolitik Hasil Isolasi Dari Bekatul, Alchemy
Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi 2(1):34-45.
Pertanian Bogor (skripsi). Syahmani, 2000, Isolasi, Sulfonasi dan Asetilasi
Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia Lignin dari Tandan Kosong Sawit dan Studi
(Jilid 1, diterjemahkan oleh M. Thenawidjaja), Pengaruhnya terhadap Proses Pelarutan
Erlangga, Jakarta. Urea, Falkultas MIPA, Institut Teknologi
Pan, X-J., Sano, Y., 1999, AtmosphericAcetic Bandung, Bandung (tesis).
Acid Pulping of Rice Straw IV :Physico- Wang, J.Sh, Wang, J, dan Gulfraz, J.M,
Chemichal Characterization of Acetic Acid “Efficient Cellulase Production from Corn
Lignins from Rice Straw and Woods, Straw by Trichoderma Reesei LW1 through
Holzforschung, 53(5): 511-518. Solid State Fermentation Process”, Journal of
Putra G.P., Ganda, 2009, Penentuan Kinetika ethnobotanical research Ethnobotanical
Enzim Poligalakturonase (PG) Endogenous Leaflets: Vol. 2005: Iss. 1, Article 7.Southern
dari Pulp Biji Kakao, Jurnal Biologi 13(1):21 - Illinois University Carbondale.
24.

51

Anda mungkin juga menyukai