Anda di halaman 1dari 6

JKK, volume 2(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1007

HIDROLISIS ENZIMATIK SELULOSA DARI AMPAS SAGU MENGGUNAKAN CAMPURAN


SELULASE DARI Trichoderma reesei DAN Aspergillus niger

Rika Julfana Sutarno1*, Titin Anita Zaharah1, Nora Idiawati1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi
*email : rikajulfana@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hidrolisis enzimatik selulosa dari ampas sagu menggunakan campuran selulase dari Trichoderma reesei
dan Aspergillus niger telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbandingan
campuran enzim, pH, dan waktu hidrolisis untuk menghasilkan konsentrasi glukosa secara maksimal.
Hidrolisis dilakukan menggunakan ekstrak selulase kasar dari Trichoderma reesei dan Aspergillus niger
dengan perbandingan campuran 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, dan 1:2 pada variasi pH 4, 5, dan 6 dengan waktu
hidrolisis selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa campuran selulase dari Trichoderma
reesei dan Aspergillus niger dapat memperbaiki komposisi dari kompleks enzim selulase sehingga
proses hidrolisis menghasilkan konsentrasi glukosa yang lebih tinggi dibandingkan hidrolisis yang
menggunakan enzim tunggal saja. Pada penelitian ini hidrolisis selulosa dari ampas sagu menggunakan
campuran selulase Trichoderma reesei dan Aspergillus niger 2:1 pada pH 5 dengan waktu hidrolisis 8
jam menghasilkan konsentrasi glukosa paling banyak, yaitu sebesar 30,884 mg/L.

Kata kunci: Sagu, A.niger, T.reesei, hidrolisis

PENDAHULUAN eksoglukanase. Oleh karena itu perlu adanya


penambahan β-glukosidase dari luar untuk
Ampas sagu merupakan limbah dari mempercepat konversi selobiosa menjadi
empulur sagu yang telah diambil patinya. glukosa sehingga efek inhibisinya dapat
Kandungan pati sagu sebesar 18,5% dan dihilangkan, yaitu dengan cara
sisanya 81,5% merupakan ampas sagu yang mengkombinasikan enzim selulase dari T.ressei
memiliki kandungan selulosa sebesar 20% dan dan A.niger.
lignin 21% (Kiat, 2006). Kandungan selulosa Penelitian hidrolisis selulosa secara
pada ampas sagu dapat dimanfaatkan untuk enzimatik telah banyak dilakukan menggunakan
memproduksi glukosa melalui hidrolisis enzim yang dihasilkan dari 1 jenis jamur namun
menggunakan enzim selulase. konsentrasi glukosa yang dihasilkan masih
Enzim selulase adalah campuran beberapa belum cukup tinggi (Anwar, dkk., 2010). Hidrolisis
enzim yaitu endoglukanase, eksoglukanase dan menggunakan campuran dari 2 jenis jamur telah
β-glukosidase. Fungi berfilamen seperti dilakukan sebelumnya oleh Juhasz et al (2003)
Tricoderma dan Aspergillus adalah penghasil yang meneliti produksi β-glukosidase dari limbah
selulase secara komersial (Ul-Haq, et al., 2005). kertas menggunakan campuran kultur dari
Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa T.ressei RUT C30 dan A.niger BKMF 1305.
keuntungan dibandingkan hidrolisis asam. Pada Tahun 2005, Ul-Haq et al melakukan penelitian
hidrolisis enzimatis tidak terjadi degradasi gula terhadap campuran kultur dari A.niger dan
hasil hidrolisis, dapat berlangsung pada suhu T.viride pada substrat kapas. Hasil kedua
rendah, dan memberikan hasil yang tinggi penelitian tersebut menunjukkan bahwa kultur
(Taherzadeh dan Karimi, 2007). campuran dari 2 jenis jamur tersebut dapat
Aspergillus niger (A.niger) merupakan meningkatkan aktifitas enzim selulase
salah satu jamur yang lazim digunakan untuk dibandingkan dengan monokultur.
menghidrolisis selulosa. Mikroorganisme ini Sanjaya dan Adrianti (2010) serta Anwar
menghasilkan β-glukosidase tinggi akan tetapi dkk (2010) meneliti hidrolisis jerami padi
endo-β-1,4-glukanase dan ekso-β-1,4 menggunakan campuran selulase kasar dari
glukanasenya rendah (Juhasz, et al., 2003). T.reesei dan A.niger. Anwar dkk (2010)
Trichoderma reesei (T.reesei) melaporkan bahwa campuran selulase kasar dari
menghasilkan endoglukanase dan T.reesei dan A.niger 2 kali lebih efektif dalam
eksoglukanase sampai 80% tetapi β- menghidrolisis jerami padi menjadi glukosa
glukosidasenya lebih rendah sehingga produk dibandingkan dengan enzim selulase A.niger.
utama hidrolisisnya bukan glukosa melainkan komersial dari Fluka Biochemika. Berdasarkan
selobiosa (Ahmed dan Vermette, 2008) yang penelitian tersebut maka dilakukan hidrolisis
merupakan inhibitor kuat terhadap selulosa dari ampas sagu menggunakan

52
JKK, volume 2(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1007

campuran selulase kasar dari T.reesei dan Pembuatan Larutan Nutrisi


A.niger dengan mengkaji pengaruh Dilarutkan urea (3 g/L), (NH4)2SO4 (10g/L),
perbandingan campuran enzim selulase dari KH2PO4 (3 g/L), MgSO4.7H2O (0,5 g/L),
T.ressei dan A.niger, pH, dan waktu pada proses CaCl.H2O (0,5 g/L) dengan akuades (Singhania,
hidrolisis untuk menghasilkan glukosa secara et al., 2006). Diukur pH awal dan diatur hingga
maksimal. pH 5 untuk A.niger (Harfinda, 2011) maupun
T.reesei (Sukadarti, dkk., 2010).
METODOLOGI PENELITIAN
Produksi Enzim Selulase
Bahan Sebanyak 5 g ampas sagu ditambahkan 25
Bahan-bahan yang digunakan yaitu agar- mL larutan nutrisi. Campuran (media) tersebut
agar, akuades, alkohol 70%, alumunium foil, ditutup dan disterilisasi. Masing-masing bibit
amonium sulfat ((NH4)2SO4), ampas sagu, asam A.niger dan T.reesei diinokulasikan pada media
klorida (HCl), glukosa (C6H12O6), kalium secara terpisah. Inkubasi T.reesei dilakukan
dihidrogen fosfat (KH2PO4), kalsium klorida selama 6 hari dan A.niger selama 8 hari pada
monohidrat (CaCl2.H2O), kentang, kertas saring suhu ruang (Anwar, dkk., 2010).
whatman no.1, magnesium sulfat heptahidrat
(MgSO4.7H2O), natrium hidroksida (NaOH), Ekstraksi Enzim
natrium sitrat (Na3C6H5O7), tween-80, urea Enzim dipanen menggunakan 100 mL
(CO(NH2)2), dan wrapping plastic. larutan 0,1% tween 80, diaduk pada 150 rpm
Mikroorganisme yang digunakan yaitu selama 120 menit pada suhu ruang, kemudian
A.niger dan T.reesei yang diperoleh dari Institut disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit.
Pertanian Bogor. Supernatan yang diperoleh digunakan sebagai
ekstrak enzim kasar (Szendefy, et al., 2006).
Peralatan
Peralatan yang digunakan yaitu autoclave, Uji Aktivitas Enzim dengan Metode Fenol-
bulb, centrifuge, hotplate, kuvet, laminar, neraca Sulfat
analitis, oven, peralatan gelas, pH-universal, Sebanyak 1 ml buffer Na-sitrat 0,05 M pH
pipet ukur, rak tabung reaksi, spatula, 4,8 dan kertas saring whatman no 1. ukuran 1x6
spektrofotometer UV-Vis, tabung reaksi, dan cm dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
termometer. dipanaskan pada suhu 50 oC selama beberapa
saat. Masing-masing 0,5 ml enzim kasar dari
Cara Kerja A.niger dan T.reesei dimasukkan ke dalam
Preparasi Sampel tabung reaksi, diinkubasi pada suhu 50 oC
Ampas sagu diperoleh dari daerah Sungai selama 1 jam, kemudian kertas saring diambil
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Ampas sagu dari tabung reaksi (Adney dan Baker, 1996).
diperas dan dikeringkan pada suhu 105 0C Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml larutan fenol 5%
selama 6 jam. Setelah kering ampas sagu dan 2,5 ml H2SO4 pekat kemudian diaduk
dihaluskan dan diayak dengan ukuran 40 mesh. menggunakan vortex. Dilakukan pengenceran
dengan penambahan buffer Na-sitrat dan diukur
Delignifikasi Sampel absorbansinya (Dubois, et al., 1956). Aktivitas
Sebanyak 60 gr ampas sagu ditambahkan enzim selulase dihitung dengan persamaan
larutan NaOH 1% dan diaduk menggunakan (Kamila, 2003) :
shaker selama 2 jam pada kecepatan 150 rpm.
Campuran tersebut didiamkan selama 24 jam, Aktivitas enzim selulase (U/mL)
kemudian disaring dan dibilas dengan akuades Keterangan :
sampai pH 7. Residu berupa ampas sagu G = glukosa yang dihasilkan
dikeringkan pada suhu 1050C selama 6 jam Fp = faktor pengenceran
(Sukadarti, dkk., 2010). t = waktu inkubasi

Perbanyakan A.niger dan T.reesei Hidrolisis Sampel


Pembiakkan T.reesei menggunakan media Enzim selulase kasar dari T.ressei dan
PDA (Potato Dextrose Agar). Media PDA A.niger dicampur berdasarkan perbandingan yg
dituangkan pada cawan petri steril. Ditambahkan ditentukan (1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2). Campuran
satu ose biakkan T.reesei dan diinkubasi pada enzim dimasukkan ke dalam Erlenmeyer berisi 5
suhu ruang selama 1 minggu. Hal yang sama gr ampas sagu dan ditambahkan aquades
dilakukan untuk biakkan A.niger. hingga volumenya 150 mL, lalu diaduk pada 160

53
JKK, volume 2(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1007

rpm beberapa saat, kemudian dipanaskan Lindi hitam tersebut menunjukkan lapisan lignin
hingga suhu 40°C pada pH 4, 5, 6 selama 2, 4, telah terpisah dari selulosa. Kondisi ini akan
6, 8 jam (Sanjaya dan Adrianti, 2010). meningkatkan produktivitas mikroorganisme
Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan dalam memproduksi selulase dan efektivitas
0,1 M NaOH dan 0,1 M HCl. hidrolisis menjadi lebih tinggi.

Uji Kandungan Gula Pereduksi dengan Produksi Enzim Selulase


Metode Samogyi-Nelson (AOAC, 1990) Tahap produksi enzim merupakan tahap
Pengujian kandungan gula pereduksi dimana enzim selulase dihasilkan melalui proses
dilakukan dengan metode Somogyi-Nelson fermentasi ampas sagu sebagai akibat dari
AOAC, 1990. metabolisme jamur A.niger dan T.reesei. Enzim
selulase merupakan enzim ekstraseluler yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diproduksi di dalam sel dan dikeluarkan dari sel
untuk mencerna selulosa.
Delignifikasi Sampel Pada proses fermentasi dilakukan
Preparasi mekanik atau kimiawi pada pemberian larutan nutrisi untuk melengkapi
substrat diperlukan untuk mempermudah kontak nutrisi yang dapat merangsang pertumbuhan
antara enzim dengan substrat (Sun, 2002). jamur. Nutrisi ini berupa karbon, nitrogen,
Menurut Resita (2006) pengecilan ukuran sampel hidrogen dan mineral seperti fosfor, sulfur,
diduga menyebabkan terputusnya rantai polimer kalsium, kalium dan magnesium. Sumber karbon
yang panjang menjadi rantai polimer yang yang digunakan berupa selulosa yang berasal
lebih dari ampas sagu. Karbon berfungsi sebagai
pendek dan meningkatkan daerah amorf unsur utama dalam pembentukan sel. Nitrogen
sehingga menurunkan derajat kristalinitas. berfungsi dalam pembentukan asam amino,
Delignifikasi dilakukan dengan NaOH DNA, RNA dan ATP. Hidrogen dan oksigen
karena larutan ini dapat merusak struktur lignin berfungsi dalam proses pembentukan sel. Fosfor
pada bagian kristalin dan amorf serta berfungsi sebagai kofaktor enzim dan
memisahkan sebagian hemiselulosa (Gunam pembentukan asam nukleat. Sulfur, kalium, dan
dan Antara, 1999). Menurut Hespell (1998) kalsium berfungsi sebagai kofaktor enzim.
ekstraksi hemiselulosa dapat menggunakan Magnesium berfungsi untuk menjaga kestabilan
pelarut seperti NaOH, NH4OH dan KOH. Di ribosom, membran sel dan asam nukleat,
antara ketiga pelarut tersebut yang paling baik sebagai kofaktor enzim, dan sebagai komponen
digunakan adalah NaOH. Hemiselulosa memiliki dari klorofil (Gandjar, 2006).
struktur amorf sehingga penggunaan NaOH Enzim selulase diekstraksi menggunakan
dapat menghilangkan lignin sekaligus 100 ml larutan tween 80 0,1% (Szendefy, et al.,
mengekstraksi hemiselulosa. 2006). Tween 80 (polioksi etilen sorbitan mono-
oleat) merupakan surfaktan non ionik. Sifatnya
CH2OH CH2OH sebagai surfaktan dapat menurunkan tegangan
O
CH2 O CH2 O permukaan antara air dan spora karena spora
O
HC O C HO HC OH
HO HO
dari A.niger dan T.reesei tidak larut dalam air.
O OH
+ Na OH + O OH (Jayashree dan Vasudevan, 2009). Tween 80
O
R1 R1 O dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel
R
O
R
O
n
atau kemampuan keluar masuknya air dan
lignoselulosa n
selulosa
n lignin larutan melalui dinding sel sehingga proses
keluarnya enzim dari dinding sel menjadi lebih
Gambar 1. Pemutusan ikatan antara lignin dan mudah. Selain itu penggunaan tween 80 tidak
selulosa oleh NaOH (Fengel dan Wegener, mempengaruhi pH dari ekstrak enzim kasar
1995) karena bersifat non ionik.

Mekanisme delignifikasi oleh larutan NaOH Pengaruh Perbandingan Campuran Enzim


dapat dilihat pada Gambar 1. NaOH akan masuk Terhadap Konsentrasi Glukosa
dan memutuskan ikatan dari struktur dasar lignin Glukosa yang dihasilkan melalui proses
dan berikatan dengan lignin membentuk natrium hidrolisis merupakan hasil kerja sinergis
fenolat. Garam fenolat ini bersifat polar sehingga sekelompok enzim selulolitik. Sistem enzim
mudah larut dalam pelarut polar. Lignin yang selulolitik terdiri dari tiga kelompok utama yaitu
terlarut ditandai dengan warna hitam pada endoglukanase, eksoglukanase, dan β-
larutan yang disebut lindi hitam (black liquor). glukosidase (Howard, et al., 2003). Kerja sinergis

54
JKK, volume 2(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1007

dari kompleks enzim selulase dapat dilihat pada pada campuran 2:1 (Anwar, dkk., 2010; Sanjaya
Gambar 2. dan Adrianti, 2010).

35

konsentrasi glukosa mg/L


30
25
20 pH 4
15 pH 5
10 pH 6
5
0
1:0 0:1 1:1 2:1 1:2

Gambar 3. Grafik pengaruh perbandingan


campuran enzim terhadap konsentrasi glukosa
menggunakan campuran selulase T.reesei dan
A.niger 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2 pada pH 4, 5 dan 6.

Pengaruh pH Terhadap Konsentrasi Glukosa


Grafik pada Gambar 4 menunjukkan
hidrolisis enzimatik selulosa dari ampas sagu
menggunakan campuran selulase dari T.reesei
dan A.niger pada campuran 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2
selama 8 jam menghasilkan konsentrasi glukosa
optimum pada pH 5.

35
konsentrasi glukosa (mg/L)

30
25 1:0
Gambar 2. Skema hidrolisis enzimatik selulosa
(Lynd, et al., 2002). 20 0:1
15 1:1
Enzim endoglukanase menghidrolisis secara 2:1
10
acak pada bagian amorf serat selulosa sehingga 1:2
menghasilkan oligosakarida dengan panjang 5
berbeda-beda dan terbentuknya unjung rantai 0
baru selulosa (Howard, et al., 2003). Enzim pH 4 pH 5 pH 6
eksoglukanase bekerja terhadap ujung-ujung
rantai polisakarida tersebut dan menghasilkan Gambar 4. Grafik pengaruh pH terhadap
selobiosa yang merupakan disakarida. konsentrasi glukosa selama 8 jam dengan
Selanjutnya enzim β-glukosidase campuran selulase T.reesei dan A.niger 1:0, 0:1,
memecah selobiosa menjadi 2 molekul glukosa 1:1, 2:1, 1:2.
yang merupakan produk utama hidrolisis
selulosa (Lynd, et al., 2002). Konsentrasi glukosa yang lebih rendah
Grafik pada Gambar 3 menunjukkan pada pH 4 dan menurun pada pH 6 dikarenakan
campuran 2:1 dari ekstrak enzim kasar T.reesei enzim selulase yang bekerja pada pH selain pH
dan A.niger pada pH 4, 5, dan 6 dengan waktu optimum akan mengalami perubahan struktur
hidrolisis 8 jam menghasilkan konsentrasi atau muatan asam amino yang merupakan sisi
glukosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktif yang berfungsi dalam pengikatan substrat.
hidrolisis menggunakan campuran enzim kasar Hal ini mengakibatkan terganggunya interaksi
lainnya. Hidrolisis secara enzimatis antara sisi aktif enzim selulase dengan substrat
menggunakan campuran enzim dari T.reesei dan selulosa sehingga konsentrasi glukosa yang
A.niger pada substrat jerami padi juga dihasilkan menjadi lebih rendah. Penelitian
menghasilkan konsentrasi glukosa paling tinggi Anwar dkk (2010) terhadap hidrolisis jerami padi
menggunakan campuran enzim selulase dari

55
JKK, volume 2(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1007

T.reesei dan A.niger juga meningkat dari pH 4 pada penelitian ini menghasilkan konsentrasi
sampai pH 5,5 dan mengalami penurunan pada glukosa terbanyak dengan kondisi pH 5, waktu
pH 6. hidrolisis 8 jam, dan campuran enzim 2:1, yaitu
sebesar 30,884 mg/L.
Pengaruh Waktu Hidrolisis Terhadap
Konsentrasi Glukosa DAFTAR PUSTAKA
Profil pengaruh waktu hidrolis terhadap
konsentrasi glukosa disajikan oleh Grafik pada Adney, B. And Baker J., 1996, Measurement of
Gambar 5. Cellulose Activities, CO: National
Renewable Energy Laboratory, report.nf
35 NREL/TP-501-42628.
konsentrasi glukosa (mg/L)

30 Ahmed, A. dan P. Vermette, 2008, Culture-based


Strategies to Enhance Cellulase
25 1:0 Enzyme Production from Trichoderma
20 0:1 reesei RUT-C30 in Bioreactor Culture
1:1 Conditions, Biochemical Engineering
15 Journal 40, 399–407.
2:1
10 Ambriyanto, K. S., 2010, Isolasi dan
1:2
5
Karakterisasi Bakteri Aerob Pendegradasi
Selulosa dari Serasah Daun Rumput
0 Gajah (Pennisetum purpureum schaum),
2 jam 4 jam 6 jam 8 jam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(Skripsi).
Gambar 5. Pengaruh waktu hidrolisis terhadap
Anwar, N., A. Widjaja, dan S. Winardi, 2010,
konsentrasi glukosa pada pH 5 dengan
Peningkatan Unjuk Kerja Hidrolisis
campuran selulase T.reesei dan A.niger 1:0, 0:1,
Enzimatik Jerami Padi Menggunakan
1:1, 2:1, 1:2.
Campuran Selulase Kasar dari
Trichoderma ressei dan Aspergillus niger,
Hidrolisis enzimatik selulosa dari ampas
Institut Teknologi Sepuluh November,
sagu menggunakan campuran selulase dari
Makara, Sains, 14(2): 113-116.
T.reesei dan A.niger 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2 pada
AOAC. 1990. Official Methods of Analisis.
pH 5 menghasilkan konsentrasi glukosa paling
Association of Official Analitycal,
tinggi pada waktu hidrolisis 8 jam. Hasil ini tidak
Penerbit UGM, Yogyakarta.
jauh berbeda dengan penelitian Sanjaya dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Adrianti (2010) terhadap hidrolisis jerami padi
2010, Warta Penelitian dan
menggunakan campuran selulase dari T.reesei
Pengembangan Tanaman Industri, 16(2):
dan A.niger yang menghasilkan konsentrasi
1-35, ISSN 0853-8204.
glukosa tertinggi pada waktu hidrolisis 7 jam.
Dubois, M., Gilles, K.A., Hamilton, J.K., Rebers,
Interaksi antara enzim dengan substrat
P.A., and Smith F., 1956, Colorimetric
yang semakin lama menyebabkan semakin
Method for Determination of Sugars and
banyak glukosa yang terbentuk. Akan tetapi pada
Related Substances”, 28(3): 350-356.
waktu hidrolisis tertentu konsentrasi glukosa
Fengel, D., dan Wegener G., 1995. Kayu: Kimia,
akan mengalami penurunan. Penurunan ini
Ultra Struktur dan Reaksi-Reaksi, Gajah
disebabkan oleh adanya akumulasi produk yang
Mada Press. Yogyakarta.
telah terbentuk sebelumnya dan meyebabkan
Ganjar, I., 2006, Mikrobiologi Dasar dan
penghambatan bagi enzim selulase. Inhibitor
Terapan, Yayasan Obor Indonesia,
enzim selulase berupa produk dari hidrolisis
Jakarta.
selulosa yaitu glukosa dan selobiosa. Selobiosa
Gunam, I.B.W., dan Antara, N.S., 1999, Study
menghambat enzim eksoglukanase sedangkan
on Sodium Hydroxide Treatment Of Corn
glukosa menghambat enzim β-glukosidase
Stalk to Increase Its Cellulose
(Ambriyanto, 2010).
Saccharification Enzymatically by Using
Culture Filtrate of Trichoderma reesei.
SIMPULAN
Gitayana, Agric. Technol. J, 5 (1): 34-38
Harfinda, E.M., 2011, Pengaruh Kadar Air, pH,
Berdasarkan penelitian yang telah
dan Waktu Fermentasi Tehadap Produksi
dilakukan dapat disimpulkan bahwa hidrolisis
Enzim Selulase oleh Aspergillus niger
selulosa dari ampas sagu menggunakan
campuran selulase dari T.reesei dan A.niger

56
JKK, volume 2(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1007

Pada Ampas Sagu, Universitas Seminar Nasional Teknik Kimia, ISSN


Tanjungpura (Skripsi). 1693-4393.
Hespell, B., 1998, Extraction and Sun, Y., 2002, Enzymatic Hydrolisis of Rye Straw
Characterization of Hemicellulose from and Bermudagras for Ethanol
Corn Fiber Produced by Corn Wet-Milling Production”, Departement of Biological
Processes, J. Agric. and Food Chem, and Agricultural Enginering, Nort Carolina
46 : 2615-2619. State University, North Carolina,
Howard, R.L.; E. Abotsi; J.E.L. van Rensburg; (Disertasi).
and S. Howard, 2003, Lignocellulose Szendefy, J., Szakacs, G., and Christopher, L.,
Biotechnology: Issues of Bioconversion 2006, Potensial of Solid State
and Enzyme Production, Afr. J. Fermentation Enzymes of Aspergillus
Biotechnol, 2(12): 602−619. oryzae in Biobleaching of Paper Pulp,
Jayashree, R. dan Vasudevan N., 2009, Effect Of Enzyme and Microbial Technology Jr., 39:
Tween 80 and Moisture Regimes on 1354-1360.
Endosulfan Degradation by Taherzadeh, M.J. dan Karimi, K., Acid-based
Pseudomonas Aeruginosa, Applied Hydrolysis Processes for Ethanol from
Ecology and Environmental Research, Lignocellulosic Materials: a review, 2007,
7(10): 35-44 Bioresources 2(3), pp. 472-499.
Juhasz, T.; K. Kozma; Z. Szengyel; and K. Ul-Haq, I., Javed, M. M., Khan, T. S., and Siddiq,
Reczey, 2003, Production of β- Z., 2005, Cotton Saccharifying Activity of
Glucosidase in Mixed Culture of Cellulases Produced by Co-culture of
Aspergillus niger BKMF 1305 and Aspergillus Niger and Trichoderma Viride,
Trichoderma reesei RUT C30, Food Research Journal of Agriculture and
Technol, J. Biotechnol. 41 (1) 49–53 Biological Sciences, 1(3): 241-245.
Kamila, L., 2003, Pencirian Selulotik Isolat
Khamir Rhodotorula sp. dari Tanah Hutan
Taman Nasional Gunung Halimun,
Jurusan Kimia, IPB (Skripsi)
Kiat, I.J., 2006, Preparation and Characterization
of Carboxymetyl Sago Waste and its
Hydrogel, Universiti Putra Malaysia,
(Tesis).
Lynd, L.R., P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and I.
S. Pretorius, 2002, Microbial Cellulose
Utilization: Fundamentals and
Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev.
66(3):506-577.
Resita, E.T., 2006, Produksi Selo-Oligosakarida
dari Fraksi Selulosa Tongkol Jagung Oleh
Selulase Trichoderma Viride, Institut
Pertanian Bogor (Skripsi).
Sanjaya, W. dan S. Adrianti, 2010, Optimasi
Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi Menjadi
Glukosa Untuk Bahan Baku Biofuel
Menggunakan Selulase dari Trichoderma
ressei dan Aspergillus niger, Institut
Teknologi Sepuluh November, (Skripsi).
Singhania, R.R., Sukumaran, R.K., Pillai, A.,
Prema, P., Szakacs, G., and Pandey, A.,
2006, Solid State Fermentation of
Lignocellulosic Substrat for Cellulase
Production by Trichoderma reesei NRRL
11460, Indian J. Biotechnol, 5: 332-336.
Sukadarti, S.; S.D. Kholisoh; Heri Prasetyo; W.P.
Santoso; Tri Mursini, 2010, Produksi Gula
Reduksi Dari Sabut Kelapa Menggunakan
Jamur Trichoderma reesei, Prosiding

57

Anda mungkin juga menyukai