Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No.

1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

KARAKTERISASI MIKROKRISTALIN SELULOSA DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L)


SEBAGAI EKSIPIEN TABLET OBAT DIARE
(Variasi Penambahan Serbuk Daun Jambu Biji)

Amanda A. Dos Santos, Dewi Wahyuningtyas


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri IST AKPRIND Yogyakarta
amandads551@gmail.com

ABSTRAK
Mikrokristalin selulosa (MCC) adalah selulosa murni yang diisolasi dari beberapa sumber alfa
selulosa alami seperti tanaman berkayu, tumbuhan, kulit kapas, atau tebu.. MCC dapat diapikasikan
sebagai eksipien obat dalam sector kedokteran. Bahan baku selulosayang diperoleh dari daun jambu
biji sama efektifnya denganobat diare alami.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan daun jambu biji untuk sintesis
mikrokristalin selulosa. Metode penelitian terdiri dari beberapa proses antara lain: 1) Estraksi daun
jambu biji dengan variasi berat: 300;350;400;450 gram dalam pelarut n-heksane:etanol, 2) Proses
delignifikasi menggunakan larutan basa, 3) pemutihan, dan 4) hidrolisis alfa selulosa menggunakan
larutan asam pada suhu tinggi. Karakteristik mikrokristalin selulosa diketahui melalui uji organoleptic,
pH, kelarutan dalam air, susut pengeringan,, dan meggunakan indtrumen FTIR.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan 350 gram daun jambu biji memberikan
persentase alfa selulosa maksimum sebesar 11.51% dan persentase mikrokristalin selulosa sebesar
3.54%. Karakteristik organoleptic seperti bentuk, rasa, bau, dan warna sesuai dengan standar.
Kelarutan dalam air sebesar 0.16% dan pH sebesar 6.22. Susut pengeringan sebesar 0% dan
absorbansi spektrum FTIR spektrofotometer sama seperti standar yaitu pada Panjang gelombang
-1 -1
3448.72 cm dan 3464 cm . Selulosa mikrokristalin dari daun jambu biji memenuhi persyaratan
farmakope dan karakteristiknya tidak berbeda nyata dengan Vivacel PH 102.

Kata kunci: mikrokristalin selulosa, daun jambu biji, eksipien,obat diare, hidrolisis

PENDAHULUAN Daun jambu biji memiliki kandungan selulosa


Jambu biji (Psidium Guajava L) adalah sebanyak 16-20% dan flavonoid kuarsetin
tanaman daerah tropis yang memiliki buah sebanyak 60% yang akan menjadi lebih
berwarna hijau dan daging berwarna merah atau bermanfaat bila dijadikan bahan campuran tablet
putih. Tanaman ini dapat dijadikan obat untuk obat dalam bentuk mikrokristalin selulosa.
penyembuhan berbagai penyakit. Dalam Mikrokristalin selulosa dapat dibuat dengan
pengobatan tradisioanl, masyarakat biasa melarutkan selulosa dalam larutan alkali kuat,
memanfaatkan daun tumbuhan ini untuk maka akan diperoleh selulosa yang hampir murni
dijadikan obat diare dengan cara meminum air yang dikenal dengan alfa selulosa dan setelah
rebusannya Kandungan kimia yang terdapat perendaman dengan asam, kemudian dihaluskan
dalam daun jambu biji antara lain asam psidiloat, secara mekanik akan didapat mikrokristalin
asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, selulosa (Halim et al., 2002; Com mittee on Food
asam guaiavolat, flavonoid kuarsetin dan minyak Chemical Codex, 2004). Pemanfaatan
atsiri (Sudarsono dkk., 2002). Zat berkhasiat mikrokristalin selulosa dalam bidang farmasi di
yang dominan di dalam daun jambu biji adalah antaranya digunakan sebagai zat tambahan
flavonoid kuarsetin yang merupakan metabolit (eksipien) untuk percetakan tablet, mengurangi
sekunder yang berkontribusi dalam mekanisme sedimentasi pada suspensi dan sirup kering,
efikasi pada suatu obat karena senyawa ini bahan pengikat kering untuk kapsul dan sebagai
diketahui sebagai antioksidan dengan stabilitator yang akan menghasilkan tablet
antikarsiogenik yang mampu mengobati diare, dengan kekerasan tinggi, tidak mudah rapuh dan
kanker, psoriasis, neurodegenerative, diabetes, mempunyai waktu hancur yang relative singkat
inflamasi, alergi dan HIV (Harborne,1987). serta dapat memperbaiki sifat alir granul (Voigh,
Menurut data dari Badan 2004). Ketersediaan perdagangan mikrokristalin
Pusat Statistik Daerah Istimewa selulosa diambil dari serbuk kayu dan kapas juga
Yogyakarta (2015), jumlah produksi tanaman merupakan sumber yang lazim. Dalam
jambu biji mencapai 3.283 ton per tahun. Dari perdagangan mikrokristalin selulosa dikenal
produksi tanaman jambu biji serta kandungan dengan nama Avicel, Vivacel, Filtrate, Heweten,
berkhasiat yang dimiliki, disayangkan apabila dan Farmasel.
daun jambu biji tidak dimanfaatkan menjadi
produk dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
1
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

METODE PENELITIAN Residu tersebut diputihkan (bleaching)


1. Alat dengan mencampurkannya ke dalam 2 L
Alat yang digunakan dalam penelitian ini campuran air dan natrium hipoklorit 3,5% w/v
yaitu termometer, kompor listrik, beker gelas, (perbandingan air dan larutan natrium
labu takar, gelas ukur, pengaduk merkuri, hipoklorit 3,5% adalah 1:1), kemudian didihkan
pengaduk kaca, sendok sungu, timbangan digital, selama 10 menit dilanjutkan dengan
oven, corong buchner, lemari asam, tabung penyaringan dan pencucian. Residu yang
reaksi, mortar, pipet volum, corong kaca, wadah diperoleh dari penyaringan dipanaskan pada
plastic, blender, Alat uji FTIR. suhu 80⁰C ke dalam 2 L natrium hidroksida
17,5% w/v selama 30 menit. Kemudian
2. Bahan disaring dan dicuci hingga bebas basa. Residu
Bahan yang digunakan dalam penelitian yang didapatkan merupakan alfa-selulosa.
ini yaitu n-heksana, etanol, serbuk daun jambu Proses ekstraksi dilanjutkan dengan
biji, aquades, Natrium Hidroksida (NaOH), mencampurkan alfa-selulosa kedalam 2 L
Natrium Hipoklorit (NaOCl), Natrium Sulfit campuran air dan natrium hipoklorit 3,5% w/v
(NaSO3), Natrium Nitrit (NaNO2), Asam Nitrat (perbandingan air dan larutan natrium
(HNO3) dan Asam Klorida (HCl). hipoklorit 3,5% adalah 1:1), panaskan pada
suhu 100⁰C selama 5 menit. Lakukan
3. Variabel Penelitian penyaringan dan pencucian sampai residu
Dalam melakukan penelitian ini variable bersih. Residu tersebut kemudian dikeringkan
yang digunakan adalah komposisi daun jambu pada suhu 60⁰C dan diperoleh afa-selulosa
biji sebanyak 300 gram (T1), 350 gram (T2), 400 (Ohwoavworhua, et al., 2009).
gram (T3) dan 450 gram (T4). c. Pembuatan Mikrokristalin Selulosa dari
Daun Jambu Biji
4. Prosedur Penelitian Alfa-selulosa yang diperoleh dihidrolisa
a. Preparasi Bahan dengan HCl 2,5 N (1 L). Didihkan selama 15
Daun jambu biji dicuci beberapa kali menit dalam glass beaker. Kemudian
dengan air, kemudian dikeringkan pada suhu campuran panas tersebut dituangkan ke dalam
60⁰C selama 24 jam. Setelah kering daun air dingin sambil diaduk kuat dengan memakai
kemudian dipotong kecil- kecil dan spatula dan didiamkan semalam dengan
dihancurkan menggunakan blender Serbuk penangas es dan tertutup sempurna dengan
daun jambu biji sebanyak 350 gr, 400 g dan aluminium foil. Mikrokristalin selulosa yang
450 gr kemudian diekstraksi dengan campuran didapat dicuci dengan akuades hingga netral,
n-heksan dan etanol (perbandingan bahan disaring dengan corong Buchner, kemudian
baku dan pelarut adalah 1:5) dengan dikeringkan dengan oven pada temperatur 57-
perbandingan pelarut 2:1 yang direfluk selama 60⁰C selama 60 menit dan kemudian digerus.
6 jam kemudian dibiarkan hingga dingin dan Mikrokristalin selulosa yang didapatkan
saring. Selanjutnya residu dikeringkan pada disimpan pada suhu kamar di dalam desikator
suhu kamar. (Ohwoavworhua & Adelakun, (Yanuar,Rosmalasari,Anwar,2003;Ohwoavwoh
2010; Ohwoavworhua, et al., 2009). ua, et al., 2009; Halim, et al., 2002; Ilindra &
Dhake, 2008).
b. Ekstraksi alfa-selulosa (Metode
Multistage Pulping) 5. Tahap Analisis Mikrokristalin Selulosa
Residu hasil pengolahan seperti cara di a. Analisis Organoleptik
atas dicampurkan dengan asam nitrat 3,5% Analisis Organoleptik Mikrokristalin
(mengandung 20 mg natrium nitrit) sebanyak 2 Selulosa mencakup pemeriksaan bentuk,
L dalam wadah glass beaker. Campuran di warna, dan bau dari Mikrokristalin Selulosa
dalam wadah tersebut direndam dalam daun jambu biji kemudian dibandingkan
waterbath selama 2 jam pada suhu 90⁰C. dengan Vivacel PH 102. (United States
Selanjutnya bagian yang tidak larut dipisahkan Pharmacopeia 30, 2007)
dengan penyaringan dan residu yang
diperoleh dicuci dengan air suling. Residu b. Analisis Nilai pH
tersebut direndam ke dalam 2 L larutan yang Sampel sebanyak 0.2 g dimasukkan ke
mengandung natrium hidroksida dan natrium dalam tabung reaksi dan ditambahkan akuades
sulfit masingmasing sebanyak 2% w/v pada sebanyak 10 mL. Campuran diaduk selama 5
suhu 50⁰C selama 1 jam. Kemudian lakukan menit dan diukur dengan pH-meter yang telah
kembali penyaringan dan pencucian seperti dikalibrasi (British Pharmacopeia, 1993).
yang dijelaskan di atas sehingga didapatkan
residu.

2
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

c. Analisis Kelarutan Mikrokristalin agen yang sangat baik untuk proses delignifikasi.
Selulosa dalam Air Beberapa literatur menyebutkan kekurangan dari
Sampel sebanyak 0.625 gram asam nitrat adalah sifatnya yang bereaksi sangat
dimasukan kedalam tabung reaksi kemudian cepat dengan selulosa (Sarkanen, 1962).
tambahkan 10 mL aquades dan dikocok Oleh karena itu, natrium nitrit ditambahkan agar
selama 10 menit. Larutam kemudian disaring reaksi dengan selulosa dapat dihindari serta
dengan kertas saring dan filtrat dipanaskan mempercepat proses degradasi lignin. Proses
didalam waterbath pada suhu 105 C selama 1 diatas belum dapat menghilangkan lignin dengan
jam dan hitung presentase bobot yang larut sempurna. Oleh karena itu, delignifikasi
dalam air (British Pharmacopeia, 2009) dilanjutkan dengan penambahan natrium
sulfit. Larutan natrium sulfit dipertahankan pada
d. Analisis susut pengeringan sekitar pH 7-10 dengan menggunakan natrium
Sampel sebanyak 1 gram dimasukan ke hidroksida. Proses ini menghasilkan bagian
dalam krus porselen dan selanjutnya di yang larut (beta selulosa dan gamma selulosa)
keringkan dalam oven pada suhu 105⁰C dan tidak larut (alfa selulosa).
selama 3 jam atau hingga bobot konstan. Proses ini dapat menghilangkan lignin
(British Pharmacopeia 2009; Ohwoavworhua,et secara selektif dengan penghilangan lignin
al., 2009). hingga 50 % (Fengel dan Wegener, 1995).
Penggunaan natirum hipoklorit setelah proses
e. Pengamatan dengan spektrofotometer tersebut dapat menghilangkan residu lignin pada
infra merah pulp (Sarkanen, 1962). Alfa selulosa didapatkan
Spektrum IR dari Mikrokristalin Selulosa dengan melanjutkan proses tersebut dengan
dari serbuk daun jambu biji dibandingkan penambahan natrium hidroksida 17,5 % dan
dengan Vivacel PH 102® menggunakan dipanaskan sehingga menghasilkan Alfa
spektrofotometer FTIR. Data-data yang selulosa yang didapatkan kemudian diputihkan
diperoleh dari karakterisasi mikrokristalin kembali dengan natrium hipoklorit. Selanjutnya
selulosa dibandingkan dengan Vivacel PH 102 mikrokristalin selulosa dibuat dengan
sebagai standar baku. Data yang akan dianlisa menghidrolisis alfa selulosa dangan HCl 2,5 N.
berupa tabel dan angka. Perolehan alfa selulosa dan mikrokristalin
selulosa dari metode ini dapat dihitung
HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan perhitungan rendemandan dapat
1. Hasil Alfa Selulosa dan Mikrokristalin dilihat dalam Tabel 1
Selulosa
Serbuk daun jambu biji dibuat menjadi
mikrokristalin selulosa dengan menggunakan
metode multistage pulping atau pembuburan
bertingkat yang bertujuan untuk menghilangkan
lignin dari sampel sehingga didapatkan alfa Tabel I. Jumlah perolehan alfa selulosa dan
selulosa. Metode ini terbukti menghasilkan alfa mikrokristalin selulosa
selulosa yang homogen dan selanjutnya Jumlah Jumlah perolehan (g)
dihidrolisis dengan HCl 2,5 N untuk serbuk daun
mendapatkan mikrokristalin selulosa Alfa
jambu biji (g)
(Ohwoavworhua, et al., 2009). Pembuatan Selulosa MCC
mikrokristalin selulosa dimulai dengan
membersihkan daun jambu biji dari kotoran– 300 (T1) 32,75 10,6
kotoran yang menempel, dicuci, dan dikeringkan 350 (T2) 40,28 15,4
agar sampel yang digunakan bersih dan tidak
bercampur dengan material–material yang tidak 400 (T3) 33,1 6,4
diinginkan. Selanjutnya daun jambu biji 450 (T4) 34,58 26,1
dihaluskan menjadi serbuk dan kemudian
direfluks dengan campuran nheksana dan etanol Persen Rendemen
(perbandingan pelarut 2:1) dengan variasi massa MCC dari
serbuk daun jambu biji sebanyak 300, 350, 400 Alfa MCC dari bahan baku
dan 450 gram selama 6 jam. Hal tersebut selulosa αselulosa
dilakukan untuk menghilangkan zat ekstraktif
yang terdapat pada serbuk daun jambu biji
10,92 % 32,37 % 3,533 %
seperti senyawa fenolat, lemak, protein, terpen,
lilin, dan sebagainya. 11,52 % 38,23 % 4,4 %
Proses pembuatan dilanjutkan dengan
8,3 % 19,33 % 1,6 %
penambahan asam nitrat. Asam nitrat adalah
3
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

7,680 % 75,48 % 5,8 %


Pengujian kadar alfa selulosa
dilakukan untuk menentukan tingkat kemurnian
dari mikrokristalin selulosa yang dihasilkan
(Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005).
Semakin tinggi kadar alfa selulosa yang
diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat
kemurnian mikrokristalin selulosa. Hal ini juga
berkaitan dengan semakin optimalnya reaksi
delignifikasi yang terjadi. Hasil perolehan kadar
alfa selulosa dengan variasi komposisi bahan
300 350 400 450 500
baku dapat dilihat pada Tabel 1.
Massa Bahan Baku (gr)

12
Gambar 2. Hasil Perolehan Mikrokristalin
Selulosa pada Variasi Penambahan Serbuk
Daun Jambu Biji
10
Berdasarkan hasil yang ditunjukan pada
9 Gambar 2, dapat dilihat bahwa pembentukan
mikrokristalin selulosa yang optimal terjadi pada
8
T2 dengan pemakaian alfa selulosa 40,28 gram
7 yang menghasilkan mikrokristalin selulosa
sebanyak 15,4 gram atau yang menghasilkan
6
mikrokristalin selulosa 4,4% dari pemakaian 350
250 300 350 400 450 500
gram bahan baku.. Dari grafik ditunjukan bahwa
Massa Bahan Baku (gr) perolehan mikrokristalin selulosa terbesar ada
pada titik T4 dengan persen kenaikan yang
Gambar 1. Hasil Perolehan Alfa Selulosa pada sangat signifikan. Titik ini tidak dapat dijadikan
Variasi Penambahan Serbuk Daun Jambu Bji sebagai titik optimum karena bedasarkan hasil uji
Berdasarkan hasil yang ditunjukan pada FTIR yang dilakukan ditemukan bahwa pada titik
Gambar 1, dapat dilihat bahwa pembentukan ini terjadi kerusakan struktur mikrokristalin
alfa selulosa yang optimal terjadi pada selulosa. Setelah megalami berbagai proses, ada
pemakaian bahan baku 350 gram. Hal ini kemungkinan mikrokristalin selulosa pada
ditandai dengan perolehan kadar alfa selulosa jembatan glukosida mengalami kerusakan baik
tertinggi dibandingkan dengan pada titik lainnya secara mekanik maupun secara kimia yang
dengan kadar alfa selulosa sebesar 11,52% atau dapat terjadi karena hidrolisis oleh asam yang
sebanyak 40,28 gram alfa selulosa dari total 350 berlebihan menyebabkan pemutusan rantai
gram serbuk daun jambu biji. Peningkatan selulosa tidak sempurna (Mukherje dan
massa bahan baku ternyata tidak sesuai dengan Satyanarayana, 1986).
peningkatan kadar alfa selulosa yang dihasilkan.
Hal ini dapat dilihat dari pemakaian bahan baku 2. Hasil Uji Organoleptik
pada massa 400 gram dan 450 gram. Pada Uji organoleptic stsu uji karakteristik
pemakaian tersebut, terjadi penurunan kadar alfa bentuk pengujian fisik sampel yang dilakukan
selulosa seiring dengan peningkatan massa dengan mengamati bentuk atau rupa, warna,
bahan baku yang digunakan dalam proses rasa dan bau (Zulharmita,2012). Mikrokristalin
ekstraksi dan multistage pulping. Massa bahan selulosa yang baik memiliki karakteristik serbuk
baku yang terlalu banyak akan mengganggu halus, berwarna putih, tidak berasa dan tidak
prinsip kesetimbangan pelarut. Pelarut akan berbau (Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005).
jenuh dan tidak dapat menarik kandungan kimia Uji ini dilakukan dengan menggunakan indra
dalam sampel sehingga proses yang manusia untuk menilai standar penerimaan
berangsung tidak optimal. suatu produk oleh masyarakat. Pengujian
organoleptik dapat memberikan indikasi bahwa
suatu produk mengalami kerusakan.
Pemeriksaan organoleptic terhadap
mikrokristalin selulosa daun jambu biji dengan
variasi komposisi massa serbuk dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Bentuk dan Warna Mikrokristalin
Selulosa dari Daun Jambu Biji
4
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

MCC Tidak
Sampel MCC Bentuk & Warna
Jambu Serbuk Putih Tidak berasa
300 gr Halus Sifon berbau

MCC Tidak
Jambu Serbuk Putih Tidak berasa
T1 ( Serbuk 350 gr Halus Tulang berbau
Daun Jambu
Biji 300 gr) MCC Tidak
Jambu Serbuk Tidak berasa
Abuabu
400 gr Halus berbau

MCC Tidak
Jambu Serbuk Putih Tidak berasa
450 gr Halus mutiara berbau
T2 ( Serbuk
Daun Jambu Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat
Biji 350 gr) dilihat bahwa pengujian organoeptik
memberikan hasil sampel T1, T2, dan T4
memiliki karakteristik yang sesuai dengan
persyaratan British Pharmacopeia dan sama
dengan standar avicel PH 102. Hal ini
menunjukan bahwa penambahan senyawa
kimia yaitu larutan basa tidak mengubah
penampilan fisik mikrokristalin selulosa. Pada
T3( Serbuk sampel T3 terdapat ketidaksesuaian dengan
Daun Jambu syarat warna yang ditentukan, dimana warna
Biji 400 gr) dari mikrokristalin selulosa pada titik ini adalah
abu-abu. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi
karena pencucian alfa selulosa dan
mikrokristalin selulosa yang tidak sempurna
dan pengaruh besarnya kontaminan.

3. Hasil Uji pH
pH digunakan untuk menyatakan
T4 ( Serbuk derajat keasaman atau kebebasan yang dimiliki
Daun Jambu oleh suatu zat atau senyawa. Selulosa
Biji 450 gr) mikrokristal yang baik memiliki rentang pH 5-
7.5 (British Pharmacopeia, 2009). Hasil
pemeriksaan pH mikrokristalin selulosa daun
jambu biji dengan variasi komposisi massa
serbuk dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Uji pH
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Uji Organoleptik Mikrokristalin Selulosa dibandingkan dengan
Mikrokristalin Selulosa dibandingkan dengan Persyaratan British Pharmacopeia 2009 dan
Persyaratan British Pharmacopeia 2002 dan Avicel PH 102
Avicel PH 102 BP 2009 Avicel T1 T2 T3 T4
Pemeriksaan
Sampel
Bentuk Warna Bau Rasa 5-7,5 6,64±0,19 6,04 6,22 4,64 5,85

BP, 2002 Serbuk Tidak Tidak


Halus Putih berbau berasa Keterangan :
T1 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
Daun Jambu Biji 300 gr
Avicel Tidak T2 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
PH Serbuk Tidak berasa Daun Jambu Biji 350 gr
Putih
102 Halus berbau T3 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
Daun Jambu Biji 400 gr
5
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

T4 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk selulosa pada titik ke 2 dengan penggunaan


Daun Jambu Biji 450 gr massa serbuk daun jambu biji sebanyak 350
Pengukuran pH menunjukan hasil gram yaitu sebesar 0,16%. Semakin kecil persen
bahwa mikrokristalin selulosa yang diperoleh kelarutan mikrokristalin selulosa maka akan
pada T1,T2 dan T4 memenuhi persyaratan semakin sedikit kadar lignin yang terkandung
British Pharmacopeia dan sama dengan standar didalamnya. Hal ini menunjukan bahwa proses
Avicel PH 102 yaitu berkisar antara 5-7,5. Nilai delignifikasi oleh NaOH telah optimal.
pH pada T3 yang kurang dari 5. Hal ini dapat
terjadi karena pencucian mikrokristalin selulosa 5. Hasil Uji Susut Kering
yang tidak sempurna sehingga mikrokristalin Presentase susut pengeringan dapat
selulosa masih mengandung asam yang terbawa ditentukan dengan perbandingan berat sampel
dari hasil hidrolisis dengan asam. pH yang dengan berat setelah dikeringkan (Zulharmita et
kurang dari 5 atau lebih dari 7,5 ini dapat al., 2012). Susut pengeringan mikrokristalin
menyebabkan terjadinya reaksi overreaction selulosa yang baik adalah <6 % (British
apabila mikrokristalin selulosa diformulasikan Pharmacopeia, 2009). Tujuan dilakukannya uji
dengan zat aktifdalam suatu formulasediaan ini adalah untuk memberikan kadar syarat
farmasi (Ejikeme, 2008). maksimal mengenai hilangnya senyawa akibat
proses pengeringan.
4. Hasil Uji Kelarutan dalam Air Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Uji Susut
Kelarutan mikrokristalin selulosa dalam Pengeringan Mikrokristalin Selulosa
air digunakan untuk menentukan kemurnian dibandingkan dengan Persyaratan British
mikrokristalin selulosa yang diperoleh. Hal ini Pharmacopeia 2009 dan Avicel PH 102
didasarkan atas kelarutan gula sederhana Sampel MCC Susut Pengeringan
seperti xilosa, selulosa dan manosa dalam air.
Kelarutan gula sederhana lazimnya kurang dari BP, 2009 <6 %
0.24% (Ejikeme, 2008). Selulosa mikokristal sulit
terlarut dalam pelarut karena adanya ikatan Avicel PH 102 4,87 %±0,757
hidrogen yang kuat antar gugus hidroksil pada T1 4,54 %
rantai ikatan yang berdekatan pada struktur
kristalin penyusun selulosa mikrokristal (Cowd, T2 0%
1991). Kelarutan mikrokristalin selulosa dalam T3 0%
air yang baik adalah < 0,25% (British
Pharmacopeia, 2002). Hasil peemriksaan T4 3,25 %
kelarutan mikrokristalin selulosa daun jambu biji Keterangan :
dapat dilihat pada Tabel 5. T1 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Kelarutan dalam Air Daun Jambu Biji 300 gr
Mikrokristalin Selulosa dibandingkan dengan T2 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
Persyaratan British Pharmacopeia 2002 dan Daun Jambu Biji 350 gr
Avicel PH 102 T3 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
Sampel MCC Kelarutan dalam Air Daun Jambu Biji 400 gr
T4 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk
BP, 2002 <0,25 % Daun Jambu Biji 450 gr
Avicel PH 102 0,12 %±0,01 Berdasarkan data pada Tabel 6, persen
T1 0,48% susut pengeringan yang baik dimiliki oleh
sampel T2 dan T3. Hal ini menandakan bahwa
T2 0,16% kedua sampel bebas dari kadar air dan
T3 0,32% memenuhi standar British Pharmacoipeia dan
T4 0,48% Avicel PH 102.
Keterangan : 6. Hasil Uji Spektrum FTIR
T1 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk Spektrum inframerah diukur pada
Daun Jambu Biji 300 gr -1
bilangan gelombang 4000-400 cm (Yanuar et
T2 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk al., 2003). Mikrokristalin selulosa yang baik
Daun Jambu Biji 350 gr akan menunjukan serapan utama pada bilangan
T3 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk gelombang 3344, 2884, 1316 dan 1024 cm
-1

Daun Jambu Biji 400 gr yang menunjukan adanya gugus O-H, ikatan
T4 = Sampel 1 dengan penambahan Serbuk hydrogen, C-H alkane, ikatan C-O eter dan
Daun Jambu Biji 450 gr alcohol (Yanuar et al., 2003). Hasil pemeriksaan
Berdasarkan data pada tabel 5, persen FTIR memeperlihatkan spektrum IR
kelarutan terkecil diperoleh pada mikrokristalin
6
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 1 (Maret, 2019) ISSN: 2338-6452

mikrokristalin selulosa terletak pada bilangan Halim, A., Ben, E.S., Sulastri. E. (2002).
gelombang yang hamper sama dengan Avicel Pembuatan Mikrokristalin Selulosa dari
PH 102. Pada spektrum Nampak ikatan O-H Jerami Padi (Oryza Sativa Linn) dengan
mikrokristalin selulosa dan Avicel pada bilangan Versi Waktu Hidrolisa. Jurnal Sains dan
-1 -1
gelombang 3448.72 cm dan 3464 cm . Teknologi Farmasi, 2, 80- 87.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun
KESIMPULAN Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Berdasarkan penelitian dan Penerbit ITB. Bandung.
pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil Ilindra, A., & Dhake, J.D. (2008). Microcysrtalline
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: Cellulosa from Bagasse and Rice
1. Mikrokristalin selulosa dapat diperoleh dari Straw. Indian Journal of Chemical
daun jambu biji ( Psidium Guajava L.) Technology, 15, 497-499
dengan rendeman maksimum 38,23% Mukherjee, P.S., Satyanarayana, K.G., 1986.
pada variasi penambahan serbuk daun Structure and properties of some
jambu biji sebanyak 350 gram. vegetable fibres. J. Mater. Sci. 21, 51–
2. Dari proses analisa mikrokristalin selulosa 56.
diperoleh bahwa mikrokristalin selulosa Ohwoavworhua, F.O., Adelakun, T.A. (2010a).
dari daun jambu biji dengan variasi Non-wood fibre production of
penambahan serbuk sebanyak 350 gram microcrystalline cellulose from Sorghum
memiliki karakteristik yang memenuhi caudatum: Characterisation and
standar British Pharmacopeia dan hamper tableting properties. Indian Journal of
sama dengan Avicel PH 102 dengan pH Pharamceutical Sciences, 72, 295 301.
6,22, susut kering 0%, kelarutan dalam air Ohwoavworhua, F.O T.A adelakun and A.O
0,16%, dan serapan FTIR pada bilangan Okhamafe.(2009b).
gelombang 3448,72. Processing Pharmaceutical Grade
3. Mikrokristalin selulosa yang diperoeh dari microcryistalline cellulose from
daun jambu biji ( Psidium Guajava L.) groundnut husk: extraction methods and
mempunyai sifat fisika dan sifat kimia yang characterization. International Journal
hampir sama dengan Avicel PH 102. of Green Pharmacy, 70, 97- 104
4. Hasil pengujian mikrokristalin selulosa United States Pharmacopeia 30 and National
yang diperoleh dari daun jambu biji ( Formulary 25, 2007. Rockville : United
Psidium Guajava L.) memnuhi persyaratan States Pharmacopeial Convention.
British Pharmacopeia 2009. Voight, R, 2004, Buku pelajaran Teknologi
Farmasi, edisi ke-5, diterjemahkan oleh
DAFTAR PUSTAKA Soendani Noerono, Yogyakarta: Gadjah
British Pharmacopoeia, Volume I, 2009,London: Mada University Press
The Stationery Office. Yanuar, A., Rosmalasari, E., Anwar, E. (2003).
British Pharmacopoeia, volume I, 1993, London : Preparasi dan Karakterisasi
The Pharmaceutical Press, pp.172. SelulosaMikrokristal dari nata de
Committee on Food Chemicals Codex. (2004). cocountuk Bahan Pembantu
th
Food Chemicals Codex (4 ed). Pembuatan Tablet. ISTECS JOURNAL
Washington: The National Academic Science and Technology Policy, IV, 71-
Press. 78.

Anda mungkin juga menyukai