Anda di halaman 1dari 14

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SELULOSA DARI KULIT DURIAN

Rahmatia Abas1*, Weni J.A Musa2, Deasy N. Botutihe2


1
Mahasiswa Jurusan Kimia, FMIPA, UNG, Gorontalo, Indonesia
2
Dosen Pembimbing Penelitian, Kimia, FMIPA, UNG, Gorontalo, Indonesia

*
Keperluan publikasi karya ilmiah, tlp: 082292963411, e-mail: rahmatiaabas316@gmai.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah: mengekstraksi dan mengkarakterisasi selulosa dari kulit durian
dengan variasi konsentrasi NaOH. Ekstraksi selulosa dari kulit durian terdiri dari tahap
dewaxing, tahap delignifikasi (menggunakan variasi konsentrasi NaOH 5, 10 dan 15%) dan
tahap bleaching. Karakterisasi selulosa terdiri dari analisis kadar selulosa, analisis kadar air,
analsis kadar abu dan analisis gugus fungsi menggunakan instrumen Spektroskopi Fourier
Transform Infrared (FTIR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH
memberikan hubungan yang signifikan terhadap hasil ekstraksi selulosa kulit durian. Selulosa
kulit durian pada konsentrasi NaOH 5% memiliki kadar selulosa 53,58%, kadar air 5,09% dan
kadar abu 2,19%, pada konsentrasi 10% memiliki kadar selulosa 56,45%, kadar air 5,75% dan
kadar abu 3,26%, pada konsentrasi 15% memiliki kadar selulosa 63,57%, kadar air 5,92%, dan
kadar abu 3,35%. Berdasarkan analisis gugus fungsi menggunakan FTIR, hasil ekstraksi diduga
merupakan selulosa.

Kata Kunci: Durian, Selulosa, Natrium Hidroksida

PENDAHULUAN Berdasarkan data dari badan pusat statistika


Durian merupakan tumbuhan daerah dan direktorat jenderal holtikultura tahun
tropis yang berasal dari Asia tenggara. Buah 2018, produksi tanaman durian di provinsi
durian sering disebut dengan raja buah. Rasa Gorontalo meningkat dari 2016 sampai
dan baunya yang khas, membuat banyak 2018. Tahun 2016 produksi tanaman durian
masyarakat menyukai buah durian. hanya sebesar 2.119 ton dan meningkat pada
tahun 2017 dan 2018 yaitu menjadi 4.034 tidak beracun, serta dapat diperbarui. Sifat
ton dan 4.409 ton dengan pertumbuhan selulosa yang mudah terdegradasi oleh dapat
sebesar 9,31%. Durian terdiri dari tiga mengurangi emisi. Hal inilah yang membuat
bagian, yaitu daging buah durian sekitar 20- selulosa dapat digunakan diberbagai bidang
30 %, biji sekitar 5-15% dan bagian terbesar industri seperti industri kertas, industri
adalah kulit durian sekitar 60-75% (Arlofa, pangan, obat-obatan dan industri kimia.
2015). Berdasarkan hal ini, limbah kulit Khususnya dalam industri pangan, selulosa
durian yang dihasilkan pada tahun 2018 dan turunannya digunakan sebagai bahan
mencapai 2.420,4-3.306,75 ton. tambahan dalam pembuatan makanan
Meskipun durian termasuk tumbuhan maupun minuman (Asmoro, dkk. 2018).
musiman, namun tingginya minat konsumsi Proses ekstraksi selulosa dilakukan
masyarakat terhadap buah durian dengan memisahkan komponen selulosa dari
menjadikan durian selalu bertahan di komponen lainnya pada sampel dengan
pasaran. Pada umumnya, masyarakat hanya proses ekstraksi asam, basa atau keduanya
memanfaatkan buah durian sebagai bahan (Asmoro dkk. 2018). Pada penelitian ini
dalam pembuatan makanan dan minuman. digunakan ekstraksi basa yaitu pada proses
Kulit buah durian sisa pengolahan hanya delignifikasi menggunakan NaOH yang
akan terbuang percuma dan menumpuk bertujuan untuk memperbaiki mutu serat
menjadi limbah. Limbah dari kulit durian kulit durian dengan cara mendegradasi zat-
yang memiliki aroma khas dapat zat yang tidak dibutuhkan. Proses ini juga
menyebabkan pencemaran lingkungan dan akan berpengaruh pada kerapatan serat pada
menimbulkan aroma busuk. Tentu saja hal kulit durian (Ana, dkk. 2015) sehingga serat
ini akan sangat mengganggu kehidupan yang dihasilkan menjadi lebih halus, tidak
masyarakat. Kulit durian memiliki keras dan tidak kaku. Delignifikasi dapat
kandungan selulosa yang tinggi (50-60%), menghasilkan perubahan pada serat kulit
lignin (5%) dan pati (5%) (Kurniawan, dkk. durian disebabkan adanya pemecahan
2015) senyawa-senyawa pada bahan
Menurut Mulyadi (2019), selulosa berlignoselulosa dan menyebabkan serat
merupakan polimer alam yang paling menjadi lebih putih serta memiliki kadar air
melimpah, biokompatibel, ramah dan kadar abu yang lebih rendah dengan
lingkungan karena mudah terdegradasi, stuktur lebih halus (Nabila, 2012).
Pada penelitian Lestari dkk. (2018) instrument analisis spektroskopi Fourier
konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap Transform Infra Red (FT-IR).
hasil rendemen selulosa yang diperoleh. b. Bahan
Kadar selulosa paling tinggi sebesar 17,62% Bahan yang digunakan dalam penelitian
pada kondisi optimum dengan menggunakan ini adalah serbuk kulit durian, toluena,
konsentrasi NaOH 20%. Sedangkan pada etanol, NaCIO2 1%, NaOH (konsentrasi 5%,
penelitian Hutomo dkk. (2012) didapatkan 10% dan 15%), asam asetat glasial, H2SO4 1
rendemen sebesar 26,09% dengan N, H2SO4 72% dan aquades/air RO.
penggunaan NaOH 12% untuk 2. Prosedur Penelitian
mengekstraksi selulosa dari pod husk kakao. a. Preparasi Sampel
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian Kulit durian dibersihkan dengan air
ini bertujuan untuk mengekstraksi dan bersih. Dijemur hingga kering kurang lebih
mengkarakterisasi selulosa dari kulit durian selama 7 hari di bawah sinar matahari untuk
dengan berbagai variasi konsentrasi NaOH. menghilangkan kandungan air yang sangat
METODE PENELTIAN banyak. Kulit durian yang telah kering
Penelitian ini dilakukan di dipotong kecil-kecil untuk mempermudah
Laboratorium Kimia, jurusan Kimia, saat proses penghalusan. Dihaluskan
Fakultas Matematika dan IPA, Universitas menggunakan mesin penggilingan lalu
Negeri Gorontalo (UNG). Pengujian diayak dengan ayakan 100 mesh.
karakterisasi sampel (FTIR) dilakukan di b. Ekstraksi Selulosa
luar UNG dengan waktu penelitian selama ± Dewaxing
6 bulan. Dewaxing merupakan penghilangan
1. Alat dan Bahan kandungan zat lilin pada kulit durian.
a. Alat Ditimbang sebanyak 20 g serbuk kulit
Alat yang digunakan pada penelitian ini durian yang telah dihaluskan kemudian
adalah adalah  soxhlet apparatus, blender, diekstraksi dengan cara dipanaskan
ayakan digital ukuran partiker 100 mesh, menggunakan soxhlet apparatus
neraca analitik, kertas saring, gelas kimia, menggunakan pelarut toluena-etanol 2:1
erlenmeyer, labu ukur, cawan petri, pipet sebanyak 300 ml (Putera, 2012) sampai
tetes, spatula, batang pengaduk, corong, pelarut dalam selonsong menjadi bening.
hotplate dan stirrer, pH Meter, oven, tanur, Selanjutnya padatan hasil ekstraksi
dipisahkan dari filtratnya dan diangin- b. Karakterisasi Selulosa
anginkan di udara untuk menguapakan Penentuan Kadar Selulosa
pelarut selama 1x24 jam. Untuk pengujian kadar selulosa
Delignifikasi metode data yang dipakai adalah metode
Serbuk kulit durian dimasukkan ke Chesson (1981). 1 gram sampel kering
dalam Erlenmeyer ukuran 1000 mL dan (berat A) ditambahkan 150 mL H2O atau
ditambahkan NaOH dengan variasi 5%, alkohol-benzen dan direfluks pada suhu
10%, dan 15% sebanyak 250 mL. 100oC dengan water bath selama 1 jam.
Dipanaskan menggunakan penangas dengan Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air
suhu 60-700 C selama 4 jam. Serbuk hasil panas 300 mL.Residu kemudian dikeringkan
delignifikasi disaring dan dicuci dengan dengan oven sampai beratnya konstan dan
aquades panas sampai pH-nya netral. kemudian ditimbang (berat B). Residu
Selanjutnya, residu dikeringkan ditambah 150 mL H2SO4 1 N, kemudian
menggunakan oven dengan suhu 800 C dan direfluks dengan water bath selama 1 jam
ditimbang. pada suhu 100oC. Hasilnya disaring dan
Bleaching dicuci sampai netral (300 mL), residunya
Kemudian serbuk tersebut dimasukan dikeringkan hingga beratnya konstan. Berat
ke dalam botol duran ukuran 500 mL dan ditimbang (berat C). Residu kering
direndam dengan larutan NaCIO2 1% ditambahkan 100 mL H2SO4 72% dan
selama 3 jam dalam suasana asam pada suhu direndam pada suhu kamar selama 4 jam.
80oC guna proses pemutihan (bleaching). Ditambahkan 150 mL H2SO41 N dan
Proses ini diulang dua kali atau lebih hingga direfluks pada suhu 100oC dengan water
terjadi perubahan warna pada sampel, bath selama 1 jam pada pendingin balik.
kemudian dilakukan penyaringan dan dicuci Residu disaring dan dicuci dengan H2O
dengan aquades hingga terbebas dari asam sampai netral (400 mL). Residu kemudian
atau sampai pH netral. Residu yang dipanaskan dengan oven dengan suhu 105oC
diperoleh kemudian dioven sampai kering sampai beratnya konstan dan ditimbang
dan ditimbang beratnya hingga konstan, (berat D). Selanjutnya residu diabukan
kemudian residu dianalisis lebih lanjut. danditimbang (berat E).
Perhitungan kadar selulosa menggunakan
rumus :
C -D menit. Cawan berisi sampel dimasukkan ke
Kadar Selulosa = X 100%
A
dalam deksikator selama 30 menit dan
Kadar Air
ditimbang bobotnya hingga konstan.
Sampel sebanyak 0.5 gram
Dihitung dengan persamaan:
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang (C-A)
Kadar abu = x 100%
sudah diketahui bobotnya dan ditimbang. (B-A)
Cawan yang berisi sampel setelah ditimbang Keterangan:
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050 A= Bobot cawan (g)
C dipanaskan selama 1 jam. Sampel setelah B= Bobot cawan+sampel sebelum
1 jam dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam tanur (g)
deksikator selama 30 menit kemudian C= Bobot cawan+sampel dikeluarkan dari
ditimbang sampai didapatkan bobot konstan. dalam tanur (g)
Analisis kadar air dilakukan triplo. Kadar air Analisi Gugus Fungsi Menggunakan
dihitung berdasarkan persamaan: FTIR
(B-C) Karakterisasi dengan menggunakan
Kadar air = x 100%
(B-A)
instrumen FTIR yaitu untuk melihat gugus
Keterangan:
fungsi penyusunnya. Langkah awal analisis
A= Bobot cawan (g)
ini adalah membuat pellet dari sampel dan
B= Bobot cawan+sampel sebelum
mencampurkannya dengan KBr. Pembuatan
dimasukkan ke dalam oven (g)
pellet diawali dengan menggerus dengan
C= Bobot cawan+sampel dikeluarkan dari
KBr dan sampel hingga homogen sampai
dalam oven (g)
menjadi halus. Setelah homogen, diambil
Kadar Abu
sejumlah serbuk tersebut yang kemudian
Cawan porselen dibersihkan dan
dimasukkan ke dalam alat pembuatan pellet.
dikeringkan dalam oven selama 1 jam dan
Pellet yang telah terbentuk dimasukkan ke
didinginkan dalam deksikator selama 30
dalam spektrometer infra merah. Setelah
menit. Ditimbang hingga bobotnya konstan.
semua spektra terbentuk, spektra tersebut
Sebanyak 0.5 gram sampel dimasukkan ke
dianalisis dan dicocokkan dengan data dari
dalam cawan porselen dan dibakar dalam
literatur (Br, 2018).
tanur listrik selama 3-4 jam hingga diperoleh
abu putih dengan suhu 6000 C. Sampel
didinginkan dalam deksikator selama 30
senyawa lilin dengan proses sirkulasi
3. Hasil dan Pembahasan (Putera, 2012).
a. Ekstraksi Selulosa Hasil akhir dari tahap dewaxing adalah
Tahap dewaxing bertujuan untuk serbuk berwarna coklat tua yang
menghilangkan kandungan zat lilin, pewarna menandakan bahwa pada serbuk kulit durian
dan lemak dan lain-lain pada serbuk masih mengandung zat pengotor lain seperti
selulosa. Tahap dewaxing menggunakan lignin dan hemiselulosa (Rachmawaty dkk.
metode soxletasi dengan pelarut organik 2013). Hasil yang didapatkan pada proses
yaitu toluena:etanol (1:2) sebanyak 300 mL dewaxing adalah 75,95 gram dari berat
bertujuang untuk menarik senyawa polar, sebelumnya yaitu 80 gram dengan rendemen
semipolar dan non polar yang terkandung sebesar 5,07%.
pada kulit durian. Prinsip dasar soklet yaitu b. Delignifikasi
mengekstrak suatu senyawa menggunakan Tahap delignifikasi bertujuan untuk
suatu pelarut sehingga terjadi ekstraksi yang menghilangkan senyawa lignin pada kulit
kontinyu atau terus-menerus. Pelarut akan durian. Sampel sebanyak 75 gram yang telah
bercampur dengan sampel untuk melewati proses dewaxing dibagi menjadi
mengekstrak (memisahkan) senyawa yang tiga dan direaksikan menggunakan NaOH
diinginkan dari suatu sampel. Setelah dengan konsentrasi 5, 10 dan 15% selama 4
pelarutnya memenuhi sifon, pelarut akan jam pada suhu 60-700 C. Penelitian ini
dikeluarkan kembali ke labu. Proses ini menggunakan perlakuan secara basa untuk
dinamakan proses sirkulasi. Sampel yang melarutkan lignin, dimana molekul lignin
terbungkus kertas saring akan terendam oleh dapat mendegradasi ester dan rantai
pelarut toluena-etanol. Pada sirkulasi glikosidik yang menghasilkan perubahan
pertama pelarut dalam sifon berwarna struktur dari lignin, pembengkakan selulosa
kuning keruh. Hal ini menandakan bahwa dan sebagian dekristalisasi selulosa, serta
kulit durian yang diekstrak masih melarutkan sebagian hemiselulosa (Cheng et
mengandung lilin yang sangat banyak. al. 1999).
Setelah mengalami beberapa kali proses Setelah direaksikan dengan NaOH,
sirkulasi, warna pelarut menjadi bening yang serbuk kulit durian disaring dan dicuci
mengindikasikan telah terjadi ekstraksi hingga residu hasil pencucian pH nya netral.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
senyawa lignin telah menghilang dan pH
tidak dalam keadaan basa karena pelarut
yang digunakan. Residu kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 800 C
Gambar 4.2 Mekanisme Reaksi
untuk menghilangkan kandungan air yang
Lignoselulosa dengan NaOH
digunakan pada proses pencucian.
Sumber: Park. et al., 2008
Rendemen hasil delignifikasi dapat dilihat
Degradasi lignin diawali oleh
pada Gambar 4.1.
penyerangan atom H yang terikat pada
100
gugus OH fenolik oleh ion hidroksida (OH)
Rendemen (%)

80
60 49.48 50.64 51.04
dari NaOH. Atom O yang memiliki
40
20 elektronegatif lebih besar dari pada atom H
0
5% 10% 15% akan menarik elektron dari atom H sehingga
Variasi Konsentrasi NaOH
atom H akan bermuatan parsial positif dan

Gambar 4.1 Grafik Rendemen Hasil mudah lepas menjadi H+. Keasaman juga

Delignifikasi dipengaruhi oleh efek resonansi dari gugus

Berdasarkan grafik di atas, dapat alkil pada posisi para, sehingga atom H pada

dilihat bahwa peningkatan konsentrasi gugus fenolik akan bersifat asam. Ion

NaOH berpengaru pada peningkatan hasil hidroksida (OH) dari NaOH juga akan

rendemen yang diperoleh. Hal ini memutus ikatan-ikatan struktur dasar lignin

dipengaruhi oleh penambahan basa alkali sedangkan ion Na+ akan berikatan dengan

berupa NaOH yang semakin mempermudah lignin membentuk garam fenolat. Garam

pemutusan ikatan senyawa lignin. Partikel fenolat ini bersifat polar sehingga akan

NaOH akan masuk ke dalam bahan dan terlarut saat proses pencucian.

memecah struktur lignin (Elwin, dkk. 2014) Bleaching

menyebabkan lignin lebih mudah larut dan Tahap Bleaching atau tahap pemutihan

hasil rendemen yang didapatkan akan bertujuan untuk memperbaiki kecerahan,

semakin tinggi. Reaksi pemutusan memperbaiki kemurnian, meminimalisir

lignoselulosa dengan NaOH dapat dilihat terjadinya degradasi serat selulosa. Pada

pada Gambar 4.2. proses ini, senyawa lignin yang tesisa dapat
terlarut dengan cara mendegradasi rantai
lignin yang panjang menjadi lebih pendek,
sehingga lignin dapat larut dalam air pada 2. Karakterisasi Selulosa
proses pencucian (Fengel and Wegener Analasis Kadar Selulosa
1995). Analisis kadar selulosa pada penelitian
Serbuk hasil delignifikasi selanjutnya ini menggunakan metode Chesson (1981).
direaksikan dengan NaCIO2. Ion hipoklorit Hasil kadar selulosa pada kulit durian dapat
yang dimiliki NaCIO2 merupakan oksidator dilihat pada Gambar 4.4.
kuat yang mampu memecahkan ikatan eter 100
80
dalam struktur lignin, akibatnya derajat

Rendemen (%)
63.57
53.58 56.45
60
keputihan serbuk kulit durian naik secara 40
signifikan (Rachmawaty, dkk. 2013). Proses 20
0
ini diulang sampai empat kali hingga terjadi 5% 10% 15%

perubahan warna. Jika serbuk masih Variasi Konsentrasi NaOH

berwarna cokelat, menandakan masih


Gambar 4.4 Grafik Rendemen Hasil
adanya kandungan lignin pada sampel.
Analisis Kadar Selulosa
NaCIO2 direaksikan dengan serbuk kulit
Pada gambar di atas terlihat bahwa
durian pada suasana asam selama 3 jam
konsentrasi NaOH memberi pengaruh
pada suhu 80oC. Setelah direaksikan dengan
terhadap kadar selulosa yang diperoleh.
NaCIO2, dilakukan pencucian dengan
Kenaikan kandungan selulosa terjadi akibat
aquades hingga pH netral guna memastikan
adanya penurunan kandungan hemiselulosa
bahwa serbuk eceng gondok bebas dari
dan lignin selama proses delignifikasi
asam. Rendemen hasil bleaching dapat
berlangsung.
dilihat pada Gambar 4.3.
Analisis Kadar Air
100
Kadar air selulosa adalah jumlah air
80
yang masih tertinggal di dalam rongga
% Rendemen

60

40 33.81 34.28 34.8 intraselulosa antara partikel setelah proses

20 pengeringan. Gugus hidroksi bebas dari


0 selulosa dapat menyerap kelembaban dari
5% 10% 15%
Variasi Konsentrasi NaOH udara hingga mencapai titik equilibrium
yang meningkat seiring dengan
Gambar 4.3 Grafik Rendemen Hasil
meningkatnya kelembaban. Kadar air
Bleaching
selulosa juga dipengaruhi oleh kelembaban
udara sekelilingnya (Fithriani, dkk. 2007). 10
8
Menurut McKettaJr (2017) semua struktur

% Rendemen
6
selulosa dapat menyerap air (sangat 4 3.26 3.35
2.19
higroskopis), tanpa mengubah struktur 2
0
kristalnya. Hasil kadar air selulosa kulit 5% 10% 5%
Variasi Konsentrasi NaOH
durian dapat dilihat pada Gambar 4.5.
10
Gambar 4.6 Grafik Rendemen Hasil
8
% Rendemen

5.75 5.92
6 5.09 Analisis Kadar Abu
4
Kadar abu semakin meningkat diduga
2
0 karena disebabkan konsentrasi NaOH yang
5% 10% 15%
semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
Variasi Konsentrasi NaOH
banyaknya unsur Na+ yang berinteraksi
Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis Kadar dengan selulosa dan membentuk senyawa
Air anorganik yang tidak hilang selama proses
Peningkatan konsentrasi NaOH pengabuan (Fithriani, dkk. 2007).
mendorong peningkatan kadar air pada 4.2.3.2 Analisis Gugus Fungsi
selulosa yang dihasilkan karena terjadi Menggunakan FTIR
peningkatan molekul air pada proses
tersebut (Muzaifa, 2006).
4.2.3.1 Analisis Kadar Abu
Penetapan kadar abu dilakukan untuk
mengetahui banyaknya mineral yang
terkandung dalam suatu bahan. Kandungan
abu yang terdapat dalam selulosa hasil
ekstraksi dari kulit durian merupakan zat Gambar 4.7 Hasil Analisis Gugus Fungsi
anorganik sisa dari hasil pembakaran. Hasil Menggunakan FTIR
kadar abu selulosa kulit durian dapat dilihat Dari gambar di atas terlihat
pada Gambar 4.6. munculnya bilangan gelombang untuk
gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam
selulosa yaitu gugus –OH, -CH, -CH2, -CO,
dan 1,4-β-glikosidik. Menurut Supratman
(2010) untuk gugus (-OH) berada pada Bilangan gelombang pada yang muncul
kisaran bilangan gelombang 35.00-32.00 sesuai dengan referensi yaitu 1452,40 cm-1
cm-1. Gugus –OH muncul pada bilangan (standar dan sesudah bleaching 15%),
gelombang 3352,28 cm-1 (standar), 3342,94 1458,18 cm-1 (sebelum bleaching 5% dan
cm-1 (sebelum bleaching 5% dan sesudah 15%), 1460,11 cm-1 (sebelum bleaching
bleaching 15%), 3149,79 cm-1 (sebelum 10%), 1454,33 cm-1 (sesudah bleaching 5%)
bleaching 10%, sesudah bleaching 5% dan dan 1456,28 cm-1 (sesudah bleaching 10%).
10%), dan 3446,79 cm-1 (sebelum Terlihat juga beberapa vibrasi yang muncul
bleaching). Hal ini dikarenakan ikatan pada bilangan gelombang sekitar 1300-1400
hidrogen pada selulosa yang mengandung cm−1. Menurut Monariqsa et al. (2013), hal
gugus –OH sehingga mengalami pergeseran ini menandakan adanya gugus –O– yang
intramolekul. Adanya ikatan hidrogen ini merupakan penghubung rantai karbon dalam
menyebabkan bilangan gelombang bergeser selulosa.
ke kanan (bilangan gelombang yang lebih Terlihat adanya pita serapan pada
rendah). Terdapat pula bilangan gelombang bilangan gelombang 1058,92 (selulosa
yang terbaca sekitar 1640 menunjukkan standar dan sesudah bleaching 15%),
adanya penyerapan dari air (ikatan hidrogen) 1055,06 (sebelum bleaching 15% dan
yang terbentuk antara atom hidrogen dari sesudah bleaching 10%) dan 1056,99
kelompok hidrioksil dan atom oksigen dari (sesudah bleaching 5%). Akan tetapi pada
monomer glukosa (Putera, 2012). sampel sebelum bleaching 5% dan 10%,
Menurut Dachriyanus (2004), gugus - tidak terdapat serapan bilangan gelombang
CH akan terbaca pada panjang gelombang yang muncul pada daerah sekitar 1,064-
2853-2962 cm-1. Bilangan gelombang yang 1,056 yang menandakan adanya gugus –CO
muncul yaitu 2900,94 cm-1 (standar, (Hutomo, dkk. 2012). Pada spektrum dengan
sebelum bleaching 15%, dan sesudah puncak serapan 893,04 untuk selulosa
bleaching 10%), 2915,51 cm-1 (sebelum standard an 894,97 untuk selulosa hasil
bleaching 5%, dan 10%), 2889,01 cm-1 ekstraksi baik sebelum bleaching maupun
(sesudah bleaching 5%) dan 2897,08 cm-1 setelah bleaching menunjukkan adanya
(sebelum bleaching 15%). Gugus –CH2 gugus C-O-C yang terindikasikan bahwa
terdapat pada bilangan gelombang sekitar terdapat karakteristik penyerapan dari β-
1450-1465 cm-1 (Sastrohamidjojo, 1991). glycosidik yaitu pada bilangan gelombang
sekitar 965,13-950 cm-1. Ikatan ini adalah konsentrasi 15% memiliki kadar selulosa
yang menghubungkan glukosa satu dengan 63,57%, kadar air 5,92%, dan kadar abu
yang lain (Putera, 2012). 3,35%. Berdasarkan analisis gugus fungsi
Menurut Lismeri, dkk. (2019), FTIR, hasil ekstraksi diduga merupakan
puncak dengan intesitas gelombang 1410- senyawa selulosa yang berasal dari kulit
1462 cm-1 menunjukkan kehadiran gugus durian.
CH2 yang melambangkan ikatan selulosa- 2. Saran
lignin. Terlihat penurunan intensitas yang Berdasarkan hasil penelitian,
menandakan berkurangnya kadar lignin. disarankan agar melakukan penelitian lebih
Serapan paling rendah terdapat pada lanjut mengenai selulosa kulit duran hingga
bilangan gelombang 1452,4 cm-1 pada tahap aplikasi. Mengingat banyaknya
konsentrasi 15% setelah bleaching yang manfaat yang dapat diperoleh dari selulosa
memiliki kesamaan serapan gelombang kulit durian. Pada proses pengeringan,
dengan selulosa standar. sampel harus benar-benar kering agar gugus
Berdasarkan analisis gugus fungsi OH yang terbaca pada pada spektrum
FTIR, hasil ekstraksi diduga merupakan merupakan gugus OH dari selulosa bukan
senyawa selulosa yang berasal dari kulit dari air.
durian. DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Anggorowati, Dwi Ana, Harun Pampang,
1. Kesimpulan and Lois Yunita. 2015. “Potensi
Dari hasil penelitian yang telah Limbah Kulit Durian Sebagai Bahan
dilakukan, ekstraksi dan karakterisasi Baku Pembuatan Energi Alternatif.”
selulosa dari kulit durian, dapat disimpulkan Senatek 843–50.
bahwa konsentrasi NaOH memberikan Arlofa, Nina. 2015. “Uji Kandungan
hubungan yang signifikan terhadap hasil Senyawa Fitokimia Kulit Durian
ekstraksi selulosa kulit durian. Selulosa kulit Sebagai Bahan Aktif Pembuatan
durian pada konsentrasi NaOH 5% memiliki Sabun.” Jurnal Chemtech 1(1):18–22.
kadar selulosa 53,58%, kadar air 5,09% dan Asmoro, Novian Wely, Afriyanti, and
kadar abu 2,19%, pada konsentrasi 10% Ismawati. 2018. “Berdasarkan Analisis
memiliki kadar selulosa 56,45%, kadar air Gugus Fungsi FTIR, Hasil Ekstraksi
5,75% dan kadar abu 3,26%, pada Diduga Merupakan Senyawa Selulosa
Yang Berasal Dari Kulit Durian.” 4(1). Fengel, D. and G. Wegener. 1995. “Kayu:
Br, Melda Permana. 2018. “Sintesis Dan Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
Karakterisasi CMC ( Carboxymethyl Diterjemaahkan Oleh Sastrohamidjojo,
Cellulose ) Dari Selulosa Batang H. Terjemahan Dari: Wood: Chemical,
Pisang Raja ( Musa Paradisiaca ) Ultrastructure.” Reactions. Gadjah
Dengan Variasi Natrium Mada University Press, Yogyakarta.
Monokloroasetat.” Fithriani, Diini, Rodiah Nurbyasi, and
Cheng, H. N., Mitsuo Takai, and Ekong A. Berlyanto Sedayu Sedayu. 2007.
Ekong. 1999. “Rheology of “Ekstraksi Selulosa Dari Limbah
Carboxymethylcellulose Made from Pembuatan Karaginan.” 91–97.
Bacterial Cellulose.” Pp. 145–53 in Hutomo, Gatot Siswo, Djagal Wiseso
Macromolecular Symposia. Vol. 140. Marseno, Sri Anggrahini, and
Wiley Online Library. Supriyanto. 2012. “Ekstraksi Selulosa
Dachriyanus, Dr. 2004. “Analisis Struktur Dari Pod Husk Kakao Menggunakan
Senyawa Organik Secara Sodium Hidroksida.” Agritech
Spektroskopi.” Padang: Lembaga 32(3):223–29.
Pengembangan Teknologi Informasi Kurniawan W, Deddy Kurniawan W., Fahmi
Dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Arifan, and M. Dwi Khoirun Adim.
Andalas. 2015. “Pembuatan Pulp Dengan
Elwin, Musthofa Lutfi, and Yusuf Memanfaatkan Limbah Kulit Durian
Hendrawan. 2014. “Analisis Pengaruh (Durio Zibethinus Murr) Dengan
Waktu Pretreatment Dan Konsentrasi Campuran (Resina Colophonium) Guna
NaOH Terhadap Kandungan Selulosa , Mencegah Degradasi Lingkungan.”
Lignin Dan Hemiselulosa Eceng Gema Teknologi 17(3):100–102.
Gondok Pada Proses Pretreatment Lestari, Melinda Dwi, Jurusan Kimia,
Pembuatan Bioetanol Analysis of Fakultas Matematika, Pengetahuan
Pretreatment Time and NaOH Alam, and Universitas Negeri
Concentration Effect on Cellulose , Semarang. 2018. “Ekstraksi Selulosa
Lignin And.” Jurnal Keteknikan Dari Limbah Pengolahan Agar
Pertanian Tropis Dan Biosistem Menggunakan Larutan NaOH Sebagai
2(2):110–16. Prekursor Bioetanol.” Indonesian
Journal of Chemical Science 7(3):236– Dan Matematika Unpam 1(2):177.
41. Muzaifa, Murna. 2006. “Pembuatan CMC
Lismeri, Lia, Yuli Darni, Dimas Mitra Dari Selulosa Bakterial (Nata De
Sanjaya, and Iqbal Muhammad Coco).” Agrista 10(2):100–106.
Immadudin. 2019. “Journal of Nabila, Nadya. 2012. “Skripsi Oleh
Chemical Process Engineering Skripsi.” 30–103.
Pengaruh Suhu Dan Waktu Putera, R. D. .. 2012. “Ekstraksi Serat
Pretreatment Alkali Pada Isolasi Selulosa Dari Tanaman Eceng Gondok
Selulosa.” 4(2655):18–22. (Eichornia Crassipes) Dengan Variasi
McKettaJr, JohnJ. 2017. Encyclopedia of Pelarut.” Universitas Indonesi.
Chemical Processing and Design: Putera, Rizky Dirga Harya. 2012a.
Volume 65--Waste: Nuclear “Ekstraksi Serat Selulosa Dari
Reprocessing and Treatment Tanaman Eceng Gondok (Eichornia
Technologies to Wastewater Crassipes) Dengan Variasi Pelarut.”
Treatment: Multilateral Approach. Indonesia.
Routledge. Rachmawaty, Richa, Metty Meriyani, and Ir
Monariqsa, Dian, Niken Oktora, Andriani Slamet Priyanto. 2013. “Sintesis
Azora, A. N. Dormian Haloho, Lestaro Selulosa Diasetat Dari Eceng Gondok
Simanjuntak, Arison Musri, Adi (Eichhornia Crassipes) Dan Potensinya
Saputra, and Aldes Leshani. 2013. Untuk Pembuatan Membran.” 2(3):8–
“Ekstraksi Selulosa Dari Kayu Gelam 16.
(Melaleuca Leucadendron Linn) Dan Sastrohamidjojo, Hardjono. 1991.
Kayu Serbuk Industri Mebel.” Jurnal “Spektroskopi.” Yogyakarta: Liberty
Penelitian Sains (JPS) 15(3). 34–35.
Mulyadi, Irwan. 2019. “Isolasi Dan Supratman, Unang. 2010. “Elusidasi
Karakterisasi Selulosa : Review.” Struktur Senyawa Organik.” Widya
Jurnal Saintika Unpam : Jurnal Sains Padjadjaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai