Anda di halaman 1dari 5

Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao untuk menanggulangi cemaran logam berat Cd

(Kadmium) pada limbah produksi batik Laweyan


Valian P. Putra1, Syela Paramesthi 1, Netty Fitria1
Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret1

Abstrak

1. Pendahuluan
Surakarta merupakan salah satu kota penghasil batik di Indonesia. Salah satu
daerah yang menjadi sentra batik kota Surakarta adalah Kecamatan Laweyan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Rintayanti (2017), produsen batik Laweyan
banyak cenderung langsung membuang limbah batik ke Sungai, salah satunya sungai
Premulung tanpa diolah terlebih dahulu. Akumulasi limbah ini akan mempengaruhi
ekosistem air sungai Premulung yang merupakan anak sungai Bengawan Solo.
Limbah batik mengandung logam berat seperti timbal, kadmium, besi, mangan,
dan tembaga yang melebihi ambang batas normal juga akan menyebabkan
permasalahan, salah satunya terhadap kesehatan. Berdasarkan penelitian Tyastuti dkk.
(2016) logam berat dalam limbah batik dapat memberikan efek terhadap eritrosit ikan
nila yaitu memicu pembentukan mikronukleus. Dari hasil ini, dapat ditarik kesimpulan
bahwa logam berat akan membawa efek negatif pula pada manusia.
Penanganan limbah batik dapat dilakukan secara biologi, kimia, maupun fisika.
Secara kimia dapat dilakukan dengan elektrolisis, adsorpsi dan koagulasi (Jaishankar
et al., 2014; Murniati dkk., 2015; Shan et al., 2017). Secara biologi dengan
memanfaatkan makhluk hidup tertentu misalnya dengan menggunakan tanaman alga
dan tanaman eceng gondok (Bais et al., 2015; Chekroun and Baghour, 2013; Swain et
al., 2014) dan secara fisika dengan menggunakan filtrasi (Talukdar and Hasnine, 2014).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangani limbah logam berat
yang mencemari sungai Bengawan Solo ialah dengan menggunakan bioadsorben.
Bioadsorben merupakan suatu material yang berasal dari bahan alam dan dapat
digunakan untuk menyerap zat-zat kimia yang terkandung dalam badan air.
Bioadsorben ini dapat dibuat dari bahan yang mengandung selulosa tinggi. Menurut
Hokkanen et al. (2016) selulosa dapat digunakan untuk menyerap polutan pada badan
air. Namun, arbsorpsi akan lebih efektif dengan menggunakan selulosa yang telah
dimodifikasi dibandingkan menggunakan selulosa asli tanpa modifikasi. Dengan
melakukan modifikasi seperti memberi perlakuan alkalis atau mengoksidasi selulosa.
Hal ini dapat meningkatkan luas sisi aktif pengikatan sehingga pengikatan polutan juga
semakin tinggi.
Kulit buah kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu bahan yang
mengandung selulosa cukup tinggi. Berdasarkan penelitian Daud et al. (2013) kulit
buah kakao mengandung holoselulosa, selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang lebih
tinggi dari kulit singkong. Karena kandungan selulosanya, kulit buah kakao dapat
dijadikan sebagai bioadsorben logam berat kadmium dan tembaga pada perairan
(Luzardo et al., 2015). Selain karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi, kulit
buah kakao sampai sekarang masih belum dimanfaatkan dengan baik. Sehingga, dengan
dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat mengurangi kandungan logam berat
terutama timbal dalam limbah batik sekaligus dapat mengurangi pula limbah kulit buah
kakao yang ada di lingkungan masyarakat.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa kulit kakao pada proses adsorpsi
arang aktif kulit buah coklat terhadap larutan Cd(II) awal 25,233 ppm (mg/L)
menghasilkan kapasitas adsorpsi 94,075% dengan massa adsorben maksimum 6 gram
dan waktu kontak optimum 60 menit.
Selulosa diambil sebagai bahan ekstraksi karena kandungan selulosa pada kulit
kakao lebih tinggi dari pada kandungan lain. Kandungan selulosa pada kulit kakao
sekitar 35% berat kering, beberapa komponen lainnya yaitu terdiri dari hemiselulosa
11%, lignin 15%, dan pektin 6%, mineral yaitu K 3,18%, Ca 0,32% dan P 0,15%
(Sobamiwa et al., 1994). Selulosa merupakan polisakarida struktural suatu organisme
dan komponen utama dinding keras yang menyelubungi sel-sel tumbuhan. Selulosa
dikelilingi oleh hemiselulosa yang merupakan rantai polimer pentosa dan heksosa.
Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti potensi pemanfaatan serbuk
selulosa kulit kakao sebagai adsorben logam berat Cd pada limbah kulit kakao.
2. Metode
Sampel yang digunakan adalah limbah kulit buah Kakao (Theobrama cacao
L.) yang telah di karbonisasi. Peralaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kaleng, mortar dan pestle, ayakan mesh 150, timbangan analitik, termometer, pompa
air, selang plastik, tutup karet, hot plate, magnetic stirer, penangas air, termometer,
labu leher tiga 300 mL, kondensor reflux bola, statif, klem, bak air, spatula, batang
pengaduk, gelas beker 250 mL, 500 mL, gelas ukur 1 mL, 5 mL, 10 mL, labu ukur 50
mL, 250 mL, erlenmeyer butchner, pH meter, oven, glass finn, botol flacon, pipet tetes.
Bahan yang digunakan dalam penelitan ini adalah limbah kulit buah Kakao
(Theobrama cacao L.), NaOH 0,5 N, HCl 0,1 N, HCl pekat, 3CdSO4.8H2O, HNO3
pekat, H2SO4, aquades, kertas saring, alumunium foil. Limbah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel air anak sungai Bengawan Solo yaitu sungai Premulung
yang mengandug logam berat, yakni Kadmium yang berasal dari saluran buangan
(output) dari pabrik pembuatan batik Laweyan.
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi:
1. Dehidrasi: menjemur kulit buah coklat dibawah sinar matahari.
2. Karbonisasi:1 kg kulit buah coklat ditimbang dan ditempatkan dalam tanur pada
suhu 100oC selama 4 jam. Arang yang diperoleh didinginkan, digiling dan diayak
menggunakan ayakan 150 mesh.
3. Aktivasi: 40 gram arang direndam dalam 40 ml larutan NaOH 0,5 M selama 16 jam,
kemudian diaktivasi dengan metode refluks hingga suhu 40oC selama 1 jam.
Setelah itu dicuci dengan aquades dan dinetralkan dengan HCl. Selanjutnya arang
aktif dikeringkan dengan oven suhu 60oC.
Tahap Adsorpsi logam Cd oleh arang aktif kulit buah coklat:
1. Pembuatan larutan induk 1000 ppm
Menimbang dengan teliti 1 gram Cd(SO4)2.8H2O kemudian dilarutkan dengan
akuades dalam gelas kimia 100 ml. Larutan dipindahkan kedalam labu ukur 1000
ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.
2. Penentuan Waktu Kontak Optimum
Sebanyak 8 botol masing-masing 25 ml sampel ditambahkan arang aktif 100
mesh dengan massa adsorben 1 gr. Setelah itu dilakukan pengadukan selama 20,
40, 60, 80, 100, 120, 140, dan 160 menit. Larutan yang diperoleh disaring,
disentrifuge dan filtratnya diukur absorbansinya menggunakan SSA. Tahap
pengujian (Karakteristik) Arang Aktif menggunakan FTIR dan X-Ray Diffraction.

3. Hasil dan Pembahasan


Perubahan kadar air kakao dan diambil kulitnya serta pengeringan dapat dilihat pade
tabel 1 Kadar air kulit Kakao segar adalah 70,063 %, sedangkan kadar air pada kulit kakao
kering adalah 12,684%.
Tabel 1. Data kadar air kulit buah kakao sebelum proses karbonisasi
No Sampel Kadar air (%)
1 Kulit kakao segar basah 70,063
2 Kulit kakao kering setelah di keringkan 12,684
Proses karbonisasi menyebabkan terjadinya dekomposisi material organik kulit Kakao
dan melepaskan zat yang mudah menguap. Sebagian besar unsur nom karbon akan terlepas
ke udara. Ruang yang ditinggalkan oleh unsur-unsur non karbon ini membentuk pori, hanya
saja volume pori dan luas permukaan yang terbentuk biasanyan masih kecil dibawah standard
karbon aktif. Akibat terlepasnya unsur yang volatile, maka karbon yang dihasilkan
mengalami penyusutan.
4. Kesimpulan
Proses karbonisasi kulit kakao menghasilkan karbon dengan penyusutan 61,78 67, 24 %.
Kadar air karbon aktif hasil aktivasi karbon dari kulit kakao berkisar 0,730% - 3,148%.
Arang kulit kakao yang telah diuji waktu kontak dan dilakukan pengujian pada limbah batik.
5. Ucapan termakasih
Terimakasih disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sunarto MS. sebagai Dosen pembimbing,
Kemenristekdikti, dan semua pihak yang membantu hingga selesainya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bais, S. S., K. Lawrence, and V. Nigam. 2015. Analysis of heavy metals removal by
Eichhornia crassipes (mart.) Solms. World Journal Of Pharmacy And
Pharmaceutical Sciences. 4(9): 665 – 672.
Chekroun, K. B. And M. Baghour. 2013. The role of algae in phytoremediation of heavy
metals: a review. Journal of Materials and Environmental Science. 4(6): 873 – 880.
Daud, Z., M. Kassim, A. Sari, A. M. Aripin, H. Awang, M. Hatta, and M. Zainuri. 2013.
Chemical composition and morphological of cocoa pod husks and cassava peels for
pulp and paper production. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 7(9):
406 – 411.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI Press.
Figuiera, A., J. Janick and J.N BeMiller. 1993. New Product from Theobroma cacao : Seed
pulp and pop gm. P.475-478/ In J.janick and J.E Simon 9eds.). New Crops. Wiley.
New York.
Gadd, G.M. 1998. Biotechnology. 6:401 – 433.
Hokkanen, S., A. Bhatnagar, and M. Sillanpää. 2016. A review on modification methods to
cellulose-based adsorbents to improve adsorption capacity. Water research. 91: 156
– 173.
Jaishankar, M., B. B. Mathew, M. S. Shah, T. P. K. Murthy, and K. R. S. Gowda. 2014.
Biosorption of few heavy metal ions using agricultural wastes. Journal of
Environment Pollution and Human Health. 2(1): 1 – 6.
Jusmanizah. 2011. Efektivitas karbon Aktif Kulit Singkong dalam Menurunkan Kadar Besi
(Fe) dan Mangan (Mn) Air Sumur Gali di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Skripsi. Medan : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Luzardo, F. H., F. G. Velasco, C. P. Alves, I. K. D. S. Correia, and L. L. Cazorla. 2015.
Chemical characterization of agroforestry solid residues aiming its utilization as
adsorbents for metals in water. Revista Brasileira de Engenharia Agrícola e
Ambiental. 19(1): 77 – 83.
Mardiah dan R. Fathoni. 2016. Adsorpsi Logam Cu (II) dan Fe (II) Menggunakan Kertas
Koran Bekas. Jurnal Integrasi Proses. 6(2) : 89-94.
Murniati, T., I. Inayati, & S. Budiastuti. 2015. Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik
dengan Metode Elektrolisis Sebagai Upaya Penurunan Tingkat Konsentrasi Logam
Berat di Sungai Jenes, Laweyan, Surakarta. Ekosains. 7(1): 77 – 83.
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Edisi Kedua. Jakarta : Rineka
Cipta.
Rintayati, P. 2017. Hubungan kemampuan kognitif, nilai budaya, gaya hidup dengan empati
lingkungan pada masyarakat wilayah sungai pembuangan limbah batik: survei pada
masyarakat kota batik. Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan. 12(1): 45 – 61.
Sa’adah, N., Hastuti, Rum dan N. B. A Prasetya. 2013. Pengaruh Asam Formiat pada Bulu
Ayam sebagai Adsorben terhadap Penurunan Kadar Larutan Zat Warna Tekstil
Remazol Golden Yellow RNL.Chem Info. 1(1) : 202-209.
Sanusi, H. 2006. Kimia Laut : Proses Kimia Fisika dan Interaksinya dengan Lingkungan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Sastrawijaya, A. T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Shan, T. C., M. Al Matar, E. A. Makky, and E. N. Ali. 2017. The use of Moringa oleifera
seed as a natural coagulant for wastewater treatment and heavy metals
removal. Applied Water Science. 7(3): 1369 – 1376.
Supenah, P., E. Widiastuti, dan R. E. Priyono. 2015. Kajian kualitas air sungai condong yang
terkena buangan limbah cair industri batik trusmi cirebon. Biosfera. 32(2): 110 -
118.
Swain, G., S. Adhikari, and P. Mohanty. 2014. Phytoremediation of copper and cadmium
from water using water hyacinth, Eichhornia crassipes. International Journal of
Agricultural Science and Technology. 2(1): 1 – 7.
Talukdar, M. I. And M.T. Hasnine. Application of Chitosan-Based Filtration Technique for
Removal of Heavy Metals from Surface Water. International Research Journal of
Environment Sciences. 3(3): 5 – 10.
Tyastuti, E. M., O. P. Astirin, dan S. Sunarto. 2016. Ekogenotoksisitas limbah cair batik dan
efek antimutagenik Lemna minor terhadap eritrosit ikan nila (Oreochormis
niloticus). Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi. 2(2): 119 – 129.
Universitas Diponegoro. 1992. Rencana Pengelolaan Lingkungan Waduk Wonogiri.
Departemen Pekerjaan Umum.Pusat Penelitian Kependudukan dan Lingkungan
Hidup.Universitas Diponegoro. Semarang.
Utomo, A. D, M. R. Ridho, E. Saleh dan D. D. A. Puranto. 2010. Pencemaran di Sungai
Bengawan Solo anatara Solo dan Sragen, Jawa Tengah. Pencemaran di Sungai
Bengawan Solo anatara Solo dan Sragen, Jawa Tengah. 25-32.
Utomo, B.S.B, S. Wibowo dan T. N. Widianto. 2012. Asap Cair:Cara Membuat dan
Aplikasinya pada Pengolahan Ikan Asap. Jakarta : Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Vargas K.K., Monica C.L, Silvia R.T., Erick R.Bandala and Jose Luis S.S, 2011. Biosorption
of heavy metals in polluted water, using different waste fruit cortex. Grupo de
Investigación en Energía y Ambiente, Universidad de Las Américas, Mexico.
Physics and Chemistry of the Earth : ELSEVIER: 37-39

Anda mungkin juga menyukai