Anda di halaman 1dari 10

JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

ADSORPSI Fe(II) DENGAN ARANG KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)
TERAKTIVASI ASAM KLORIDA

Lasma Debora Sianipar1*, Titin Anita Zaharah1, Intan Syahbanu1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak
*
email: sianipardebora28@gmail.com

ABSTRAK
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman yang menghasilkan hampir 75% limbah
yang berupa kulit buah. Kulit buah kakao mengandung serat kasar, selulosa, hemiselulosa, dan
lignin sehingga berpotensi untuk dijadikan arang aktif. Arang dibuat dari kulit buah kakao yang
dipanaskan pada suhu 600 selama 1 jam dan diaktivasi menggunakan HCl 4M selama 24
jam. Arang aktif yang dihasilkan digunakan untuk mengadsorpsi Fe(II) dalam larutan dengan
mengkaji kondisi optimum, kapasitas dan model isoterm adsorpsi. Penentuan kualitas arang
aktif kulit buah kakao dilakukan dengan kadar air, kadar abu, daya serap iod dan karakterisasi
pori dilakukan dengan Gas Sorption Analyzer (GSA). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kadar air sebesar 9,780%, kadar abu sebesar 1,403% dan daya serap terhadap iod adalah
978,280 mg/g. Hasil analisis GSA diperoleh pori arang aktif memiliki luas permukaan sebesar
337,108 m2/g, volume total pori 0,211 cc/g dan jari-jari pori 2,498 nm. Kondisi optimum arang
aktif kulit buah kakao pada massa 2 gram, waktu kontak 60 menit yang dilakukan pada pH 7.
Kapasitas adsorpsi arang aktif dari kulit buah kakao terhadap Fe(II) adalah sebesar 0,446 mg/g
dan mengikuti mekanisme adsorpsi isoterm Freundlich yang ditunjukkan oleh nilai R 2 = 0,948.

Kata kunci: adsorpsi, arang aktif, asam klorida, besi, kulit buah kakao

PENDAHULUAN logam. Penelitian yang telah dilakukan


(Saputro, 2012) yaitu mengadsorpsi logam
Luas perkebunan tanaman kakao
berat Pb(II) dan Cu(II) menggunakan arang
(Theobroma cacao L.) di wilayah
aktif dari kulit buah kakao. Arang kulit buah
Kalimantan Barat memiliki perkebunan
kakao ini diaktivasi secara fisika dan
sebesar 11.754 Ha, dengan produksi 2.032
dilakukan variasi waktu kontak, dan dapat
ton/tahun (Dirjen Perkebunan, 2014).
menyerap Pb(II) sebesar 89,36% dengan
Bagian dari tanaman kakao yang paling
waktu kontak 30 menit sedangkan untuk
banyak dimanfaatkan adalah bagian bijinya.
Cu(II) sebesar 73,61% dengan waktu
Bagian biji ini dapat diolah menjadi bahan
kontak 15 menit. Arang aktif kulit buah
dasar dari pembuatan cokelat. Buah kakao
kakao belum dimanfaatkan untuk jenis
menghasilkan limbah kulit buah kakao
logam yang lainnya, misalnya Fe(II).
sebesar 75% (Siregar dkk., 2003).
Oleh karena itu, penelitian ini akan
Kulit buah kakao yang dipisahkan dari
dilakukan pemanfaatan limbah kulit buah
bijinya merupakan hasil buangan yang tidak
kakao untuk dijadikan arang yang diaktivasi
terpakai dan akan menumpuk seiring
secara kimia dengan menggunakan HCl
dengan semakin besarnya panen buah
4M. Penelitian yang telah dilakukan
yang dilakukan serta dapat menimbulkan
(Rahayu dan Adhitiyawarman, 2014) untuk
bau tak sedap. Kulit buah kakao
mengadsorpsi besi pada air tanah
mengandung serat kasar (40,03%), protein
menggunakan adsorben arang aktif dari
(9,71%), selulosa 36,23%, hemiselulosa
tongkol jagung dengan aktivator HCl 4M,
1,14% dan lignin 20%-27,95% (Amirroenas,
dihasilkan karakteristik kadar air 0,4%,
1990; Laconi, 1998). Hal tersebut membuat
kadar abu 0,1% dan kapasitas adsorpsi
kulit buah kakao berpotensi untuk dijadikan
sebesar 87,2 mg/g.
karbon aktif.
Arang aktif kulit buah kakao yang
Karbon aktif telah umum digunakan
dihasilkan akan digunakan untuk
sebagai adsorben untuk mengadsorpsi
mengadsorpsi Fe(II), hasil adsorpsi

50
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

diidentifikasi menggunakan kimia dengan direndam di dalam larutan


spektrofotometer ultraviolet-visible. HCl 4M selama 24 jam, kemudian disaring
Selanjutnya adsorben tanpa dan dengan dan dicuci. Arang aktif dikeringkan dalam
aktivasi dianalisis dengan menggunakan oven pada suhu 110 selama 3 jam dan
GSA (Gas Sorption Analizer) untuk disimpan dalam desikator.
mengetahui luas permukaan dan volume
pori. Penelitian ini bertujuan untuk Penentuan Rendemen (Saputro, 2012).
memperoleh karakteristik dari arang aktif Penentuan rendemen dilakukan
kulit buah kakao, memperoleh nilai optimum dengan menghitung hasil perbandingan
adsorpsi logam berat Fe(II) dan berat arang kulit buah kakao sebelum dan
menentukan kapasitas adsorpsi serta setelah diaktivasi. Penentuan rendemen
isoterm adsorpsi yang sesuai terhadap terhadap arang yang dihasilkan juga
penurunan kadar Fe(II). dilakukan dengan membandingkan berat
arang dengan kulit buah kakao.
METODOLOGI PENELITIAN Rendemen (%) = x 100%
Alat dan Bahan
Alat Pengujian Kualitas Arang dan Arang
Alat yang digunakan dalam penelitian Aktif
ini antara lain ayakan 100 mesh, botol a. Penentuan kualitas arang aktif
semprot, desikator, mortar, neraca analitik, berdasarkan pada Standar Nasional
oven, pH meter, peralatan gelas, shaker, Indonesia (SNI) 06–3730-1995 dalam
tanur, spektrofotometer ultraviolet-visible Khairani dkk., 2015.
double beam UVD-2950, dan Gas Sorption 1. Penentuan kadar air
Analizer (GSA). Penentuan kadar air menggunakan
arang aktif kulit buah kakao sebanyak 1 g,
Bahan dikeringkan dalam oven pada suhu
Bahan yang digunakan dalam (110±2) selama 2 jam. Tahap berikutnya
penelitian ini adalah sampel kulit buah sampel dimasukkan ke dalam desikator,
kakao yang berasal dari Desa Sosok, Kec. kemudian ditimbang hingga beratnya
Tayan Hulu. Akuades, asam klorida (HCl) konstan dan ditentukan kadar airnya dalam
p.a Merck, asam sulfat (H2SO4) p.a Merck, persen (%). Penentuan kadar air dilakukan
amilum, iod (I2) p.a Merck, kalium iodat pengulangan sebanyak 3 kali.
(KIO3) p.a Merck, kalium iodida (KI) p.a
Merck, kertas saring, natrium hidroksida
Kadar air(%)= x100%
(NaOH) p.a Merck, natrium asetat
(CH3COONa) p.a Merck, natrium karbonat 2. Penentuan kadar abu
(Na2CO3) p.a Merck, natrium tiosulfat Penentuan kadar abu menggunakan
(Na2S2O3.5H2O) p.a Merck, phenantrolin p.a arang aktif kulit buah kakao yang telah
Merck, (NH4)2Fe(SO4).6H2O p.a Merck. ditentukan kadar airnya, ditimbang
sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke
dalam krus yang telah diketahui beratnya.
CARA KERJA
Pebuatan dan Aktivasi Arang Aktif Selanjutnya krus tersebut dimasukkan ke
(Saputro, 2012; Rahayu dan dalam tanur pada suhu 600 selama 1 jam
Adhitiyawarman, 2014). hingga terbentuk abu. Selanjutnya
Kulit buah kakao sebanyak 4 kg didinginkan dalam desikator lalu ditimbang
dipotong-potong berbentuk dadu dengan sampai beratnya konstan dan ditentukan
ukuran ± 3 cm 2 dicuci dengan air dan kadar abunya dalam persen (%). Penentuan
dikeringkan. Setelah itu, kulit buah kakao
kadar abu dilakukan pengulangan sebanyak
kering dimasukkan ke dalam tungku
pemanas untuk proses pengarangan, pada 3 kali.
suhu 600 selama 1 jam, selanjutnya Kadar abu (%)= x 100%
arang dihaluskan dan diayak dengan
ayakan berukuran 100 mesh. Arang yang
diperoleh dari hasil ayakan diaktivasi secara 3. Daya serap terhadap iod

51
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

Penentuan daya serap terhadap b. Massa adsorben (Rahayu dan


iodium dilakukan dengan menggunakan Adhitiyawarman, 2014)
arang aktif yang telah dipanaskan dalam Adsorben arang aktif kulit buah kakao
ditimbang masing - masing sebanyak 0,5; 1;
oven, ditimbang sebanyak ± 0,5 g dan
1,5; 2; 2,5 dan 3 gram. Adsorben tersebut
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Sampel dimasukkan ke dalam 100 mL larutan logam
tersebut diberi larutan iodium 0,1 N besi 5 mg/L kemudian dikocok dengan
sebanyak 50 mL, diaduk dengan shaker selama 60 menit. Setelah itu
menggunakan shaker selama ± 15 menit disaring dan kemudian filtratnya dianalisis
dan didiamkan selama 15 menit. kadar Fe-nya dengan spektrofotometer UV-
Selanjutnya diambil 10 mL filtrat, dan Vis.
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N.
c. Derajat keasaman (pH) (Rahayu dan
Apabila warna kuning dari larutan terlihat Adhitiyawarman, 2014)
samar, ditambahkan 1 mL larutan amilum Adsorben arang aktif kulit buah kakao
1%. Titrasi dilakukan kembali hingga warna optimum yang diperoleh dari penentuan
biru hilang. Penentuan daya serap terhadap massa adsorben dimasukkan ke dalam
iod dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. erlenmeyer yang berisi 100 mL larutan
( ) larutan logam besi dengan konsentrasi 5
Daya serap I2 (mg/g)= mg/L pada masing-masing pH 2; 4,5; 5,0;
dengan V1 adalah larutan iodium yang 5,5; 6,0; 6,5 dan 9. Campuran dikocok
dianalisis (mL), N1 adalah normalitas dengan menggunakan shaker selama 60
iodium, V2 adalah larutan tiosulfat yag menit. Campuran tersebut kemudian
disaring dan filtrat dianalisis kadar Fe-nya
diperlukan (mL), N2 adalah normalitas
dengan menggunakan spektrofotometer
natrium tiosulfat dan W adalah berat arang UV-Vis.
aktif.
d. Waktu kontak (Rahayu dan
b. Penentuan luas permukaan, volume, Adhitiyawarman, 2014)
dan jari-jari arang aktif dengan Gas Adsorben arang aktif kulit buah kakao
Sorption Analyzer (GSA) optimum dimasukkan ke dalam larutan
Penentuan luas permukaan, volume, standar Fe(II) dengan konsentrasi 5 mg/L
dan jari-jari arang aktif dilakukan pada sebanyak 100 mL yang sudah dikondisikan
arang aktif yang telah diayak menggunakan pada pH optimum. Campuran tersebut
ayakan 100 mesh. Arang tanpa aktivasi kemudian dikocok dengan menggunakan
juga dianalisis sebagai kontrol. shaker. Adsorpsi dilakukan dengan variasi
waktu kontak 30, 60, 90 dan 120 menit.
Penentuan Kondisi Optimum Arang Aktif Setelah itu filtrat dianalisis kadar Fe-nya
Kulit Buah Kakao dengan spektrofotometer UV-Vis.
a. Analisis dengan spektrofotometer Waktu kontak adsorpsi (%) x100%
UV-Vis
dengan C0 adalah konsentrasi awal larutan
Larutan standar Fe(II) dibuat dengan
dan C1 adalah konsentrasi akhir larutan.
variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 mg/L
dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya larutan
ditambahkan 2 mL HCl 1,849%, 8 mL Penentuan Isoterm Adsorpsi (Saputro,
CH3COONa 5% dan 5 mL 1,10 Phenantrolin 2012)
0,1% kemudian dikocok dan didiamkan Adsorben arang aktif kulit buah kakao
selama 15 menit. Terbentuk warna merah optimum yang diperoleh dari penentuan
jingga pada larutan. Selanjutnya diukur massa adsorben dimasukkan ke dalam
absorbansi pada panjang gelombang 400- larutan Fe(II) 100 mL dengan variasi
600 nm dengan menggunakan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 mg/L. Masing-
spektrofotometer UV-Vis. Percobaan ini masing campuran diaduk dengan
dilakukan tiga kali pengulangan dan dibuat menggunakan shaker selama waktu kontak
kurva standar dari Fe(II) pada panjang optimum. Campuran kemudian disaring dan
gelombang maksimum. diukur dengan spektrofotometer UV-Vis.

52
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

menutupi pori sehingga luas permukaannya


HASIL DAN PEMBAHASAN bertambah besar sehingga mempengaruhi
daya adsorpsinya.
Pembuatan Adsorben dan Aktivasi
Pembuatan arang aktif kulit buah
Arang Aktif
kakao telah melalui tahap dehidrasi
Proses pengarangan dilakukan pada
(penghilangan kadar air), karbonisasi
suhu 600 selama 1 jam. Menurut
(pengarangan) dan aktivasi yang dilakukan
Cheremisinoff dan AC. Moressi (1978)
dengan perendaman dengan aktivator
dalam Sembiring dan Sinaga (2003)
bahan kimia. Aktivator yang digunakan
mengemukakan bahwa pada suhu 400-
adalah asam klorida (HCl). Rendemen dari
600 adalah suhu pengarangan, dimana
arang aktif yang diperoleh sebesar 73,33%.
terjadi pemecahan bahan-bahan organik
Dalam proses aktivasi terjadi penghilangan
menjadi karbon dan terjadi pembentukan
berat dari adsorben. Hal ini dikarenakan
karbon. Menurut Allport (1977) dalam
komponen yang terjerap akan keluar
Sembiring dan Sinaga (2003) bahwa pada
sehingga luas permukaan arang aktif yang
suhu 500-600 terjadi proses pemurnian
semakin besar yang membuat pori-porinya
arang, dan kadar karbon akan meningkat
lebih terbuka sehingga luasnya bertambah.
mencapai 90%.
Penghalusan arang dilakukan Pengujian Kualitas Arang Aktif
menggunakan alu dan mortar serta blender.
a. Penentuan kualitas arang aktif
Hal ini berfungsi untuk menghaluskan dan berdasarkan pada Standar Nasional
memperkecil bentuk arang yang masih Indonesia (SNI) 06-3730-1995
dalam bentuk dadu menjadi serbuk. Serbuk
1. Kadar air
yang dihasilkan, kemudian diayak dengan
Penentuan kadar air dilakukan untuk
menggunakan ayakan 100 mesh.
mengetahui seberapa besar air yang
Pengayakan ini dilakukan untuk
terkandung dalam arang aktif kulit buah
menyeragamkan ukuran dari serbuk,
kakao. Tinggi rendahnya kadar air
sehingga diperoleh ukuran partikel yang
menunjukkan banyak sedikitnya air yang
halus dan homogen sehingga dapat
menutupi pori-pori arang aktif. Menurut
meningkatkan luas permukaannya (Hartati,
Mu’jizah (2010) adsorpsi akan berlangsung
2005).
secara optimal jika kadar air rendah. Hal ini
Rendemen arang yang diperoleh
karena semakin rendahnya kadar air maka
terhadap kulit buah kakao sebesar
semakin banyak adsorbat yang dapat
11,250%. Penghilangan berat arang ini
menempati pori.
dikarenakan oleh kulit buah kakao yang
Menurut Budiono dkk., (2009)
memiliki kandungan air yang cukup tinggi
aktivator yang dapat mengikat air dengan
sehingga mengalami penyusutan berat
baik akan memperbesar pori-pori arang
setelah menjadi arang.
aktif. Asam klorida (HCl) yang digunakan
Tahap berikutnya dilakukan proses
sebagai aktivator dapat mengikat air
aktivasi pada arang untuk meningkatkan
dengan baik. Hal ini terlihat dari kadar
kualitasnya. Menurut Cheremisinoff dan
airnya sebesar 9,780%. Penelitian yang
Moressi (1978) dalam Sembiring dan
juga dilakukan oleh Rahayu dan
Sinaga (2003) pada tahap pembuatan
Adhitiyawarman (2014) yang menggunakan
arang akan menghasilkan pengotor, yakni
aktivator HCl, diperoleh kadar airnya
saat proses pengarangan terjadi
sebesar 0,4%. Apabila dibandingkan
pemecahan bahan-bahan organik menjadi
dengan penelitian yang dilakukan oleh
karbon. Suhu di atas 170oC menghasilkan
Saputro (2012) yang menggunakan arang
CO, CO2, dan asam asetat. Saat suhu
aktif kulit buah kakao dengan proses
meningkat menjadi 275oC terjadi
aktivasi secara fisika, kadar airnya sebesar
penguraian dan menghasilkan tar, metanol 11,03%. Hal ini menunjukkan bahwa proses
dan hasil sampingan lainnya. Cara yang
aktivasi juga berpengaruh terhadap kadar
dilakukan untuk menghilangkan pengotor ini
air dari arang aktif, walaupun jenis bahan
adalah dengan melakukan aktivasi. Aktivasi
yang digunakan sama.
merupakan suatu perlakuan yang dilakukan Berdasarkan SNI 06-3730-1995 kadar
terhadap arang yang bertujuan untuk
air arang aktif dalam bentuk serbuk yang
menghilangkan pengotor-pengotor yang
diperbolehkan adalah maksimal 15%. Arang

53
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

aktif kulit buah kakao yang memenuhi layak digunakan sebagai adsorben. Tabel 1.
standar kualitas arang aktif ini, layak menyajikan data hasil penelitian dan
digunakan sebagai adsorben. digunakan SNI 06–3730-1995 sebagai
2. Kadar abu pembanding hasilnya.
Penentuan kadar abu bertujuan untuk Berdasarkan hasil pengujian yang
mengetahui sisa-sisa mineral dan oksida- telah dilakukan untuk mengetahui kualitas
oksida logam di dalam arang aktif yang dari arang aktif dapat disimpulkan bahwa
tidak dapat larut dan terbuang saat kadar air, kadar abu, dan daya serap iod
dilakukan proses pengarangan dan aktivasi. oleh arang aktif kulit buah kakao memenuhi
Kandungan abu akan mempengaruhi SNI 06-3730-1995.
kualitas, yakni dapat menyebabkan Table 1. Hasil Pengujian Arang Aktif
penyumbatan pori sehingga akan Berdasarkan SNI 06-3730-1995
mempengaruhi daya serap. Hal ini karena
luas permukaan arang aktif akan berkurang Jenis SNI 06– Hasil penelitian
akibat dari penyumbatan pori tersebut pengujian 3730-1995 (arang aktif
(Herlandien, 2013). kulit buah
Berdasarkan SNI 06-3730-1995 kakao)
kadar abu dari arang aktif yang Kadar air Maks15% 9,780%
diperbolehkan maksimum 10%, dalam Kadar abu Maks 10% 1,403%
penelitian ini kadar abu dari arang aktif kulit Daya Min 750 978,280 mg/g
buah kakao adalah sebesar 1,403% yang serap I2 mg/g
masih sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Persentase kadar abu yang
diperoleh menandakan bahwa sisa-sisa b. Penentuan luas permukaan, volume,
mineral dalam arang aktif terbuang saat dan jari-jari arang aktif dengan Gas
proses aktivasi sehingga tidak menutup pori Sorption Analyzer (GSA)
arang aktif. Berbeda halnya dengan kadar Kegunaan dari arang aktif adalah
abu arang aktif kulit buah kakao yang sebagai adsorben dengan memanfaatkan
dilakukan oleh Saputro (2012) dengan porisitasnya. Identifikasi porisitas dilakukan
aktivasi secara fisika yakni sebesar 19%. untuk mengetahui pori dari arang aktif yang
Perbedaan ini dapat pula diakibatkan oleh dihasilkan, baik itu luas permukaan, volume
proses aktivasi yang digunakan berbeda totalnya, dan jari-jari arang aktif. Luas
dengan penelitian ini, walaupun digunakan permukaan, volume, dan jari-jari pori dapat
sampel yang sama yaitu kulit buah kakao. dianalisis dengan uji adsorpsi-desorpsi gas
N2 dengan menggunakan persamaan
3. Daya serap iodium Brunauer, Emmet, dan Teller (BET).
Daya serap terhadap iodium adalah Hasil yang diharapkan dari aktivasi
kemampuan satu gram arang aktif untuk arang ini adalah luas permukaan dan
mengadsorpsi iodium dalam jumlah volume pori semakin besar. Jari-jari pori
milligram. (Imawati dan Adhitiyawarman, diperlukan untuk mengetahui ukuran pori
2015). Menurut Prawirakusumo dan Utomo yang sesuai dengan adsorben. Tabel 2.
(1970) dalam Achmad (2011) adalah hasil analisis BET dari arang aktif
mengungkapkan bahwa semakin tinggi kulit buah kakao.
daya serap iodium oleh arang aktif maka
semakin banyak pula mikropori yang Tabel 2. Hasil analisis BET dari arang aktif
terbentuk pada arang aktif. Hal ini akan kulit buah kakao
terjadi jika angka iodin yang dihasilkan
semakin besar maka daya adsorpsi Karakter pori Arang Arang
adsorben akan semakin meningkat tanpa dengan
terhadap adsorbat, sehingga iodium yang aktivasi aktivasi
terserap lebih banyak. Luas 5,594 m2/g 337,108
Berdasarkan SNI 06-3730-1995 daya permukaan m2/g
serap iodium adalah minimum 750 mg/g.
Volume total 0,028 cc/g 0,211 cc/g
Angka iodin yang diperoleh dari penelitian
pori
ini adalah sebesar 978,280 mg/g, hasil daya
Jari-jari pori 20,543 nm 2,498 nm
serap iodium ini memenuhi standar dan

54
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

Penurunan kadar Fe(II) dapat diketahui dari


Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa nilai absorbansi dari larutan sampel yang
luas permukaan arang aktif kulit buah kakao diukur, kemudian dimasukkan ke dalam
dengan aktivasi mengalami peningkatan persamaan garis lurus pada kurva kalibrasi.
yang besar, yakni hampir 60 kali lebih besar Kurva kalibrasi merupakan kurva yang
dibandingkan arang tanpa aktivasi. Volume digunakan untuk menentukan konsentrasi
total pori dari arang dengan aktivasi lebih sampel.
besar 7 kali dibandingkan arang tanpa Gambar 1. merupakan kurva kalibrasi
aktivasi. Jari-jari pori arang dengan aktivasi antara konsentrasi standar larutan Fe(II)
memiliki nilai yang 8 kali lebih kecil dengan nilai absorbansinya. Persamaan
dibandingkan arang tanpa aktivasi. Nilai garis yang dihasilkan adalah y = 0,124x +
rerata jari pori arang tanpa dan dengan 0,021 dengan nilai R2 sebesar 0,995.
aktivasi ini masih termasuk dalam golongan
0,8 Y = 0,124x + 0,021
ukuran mesopori, yakni pada kisaran
R2 = 0,995

Absorbansi
ukuran diameter pori 20-500 atau 2-50 nm 0,6
(Hartanto dkk., 2011 dalam Amilia, 2013). 0,4
Berdasarkan data ini, disimpulkan
bahwa arang dengan aktivasi ini memiliki 0,2
kualitas yang baik dan dapat digunakan 0
sebagai adsorben, sehingga diharapkan 0 2 4 6
dengan luas permukaan dan volume total Konsentrasi (mg/L)
pori arang dengan aktivasi lebih besar dari Gambar 1.Kurva kalibrasi antara
pada arang tanpa aktivasi ini dapat konsentrasi standar dengan
menyerap Fe(II) lebih besar. absorbansi Fe(II).

Penentuan Kondisi Optimum Arang Aktif 1. Massa adsorben


Kulit Buah Kakao Penentuan massa optimum dari adsorben
Penentuan kondisi optimum arang aktif diperlukan untuk mengetahui seberapa
kulit buah kakao dilakukan untuk besar nilai efisiensi adsorpsi agar diketahui
mengetahui kapasitas adsorpsinya. Cara seberapa besar konsentrasi Fe(II) yang
menentukannya adalah dengan mengetahui dapat diadsorpsi. Penurunan konsentrasi
seberapa besar penurunan konsentrasi Fe(II) dianalisis dengan Spektrofotometer
Fe(II) yang diadsorpsi, yang dapat diketahui UV-Vis, dan dihitung efisiensi adsorpsinya.
dengan mengukur penurunan Kurva hubungan pengaruh massa adsorben
konsentrasinya menggunakan terhadap efisiensi adsorpsi Fe(II) pada
spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran Gambar 2.
konsentrasi Fe(II) dengan spektrofotometer
UV-Vis perlu dilakukan penambahan 100
Adsorpsi %

pengompleks yakni 1,10 fenantrolin 0,1 %.


Efisiensi

Larutan Fe(II) yang telah diketahui 50


konsentrasinya ditambahkan pengompleks 0
1,10 phenantrolin yang membuat larutan 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Fe(II) menjadi berwarna. Warna kompleks
Massa Adsorben (g)
ini akan stabil pada pH 2-9, sehingga perlu
ditambahkan CH3COONa 5% untuk
menjaga kondisi pH dari larutan tersebut Gambar 2.Kurva hubungan pengaruh
(Sandell, 1959 dalam Dinararum, 2013). massa adsorben terhadap
Analisis Fe(II) dilakukan dengan efisiensi adsorpsi Fe(II).
spektrofotometer UV-Vis karena Hasil penelitian yang telah diperoleh
kemampuannya dalam mengukur pada penentuan massa adsorben arang
konsentrasi Fe(II) yang rendah. aktif kulit buah kakao ditunjukkan pada
Persamaan garis yang didapatkan dari Gambar 2. Efisiensi adsorpsi terbaik
kurva kalibrasi digunakan untuk terdapat pada massa 2 gram dengan nilai
menentukan konsentrasi Fe(II). Hubungan efisiensi adsorpsinya sebesar 84,680%.
antara absorbansi dengan konsentrasi Pengaruh massa dari arang aktif kulit buah
larutan merupakan sebuah garis lurus. kakao terhadap proses adsorpsi

55
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

menunjukkan bahwa semakin banyak Berdasarkan data yang diperoleh,


jumlah adsorben yang digunakan untuk terlihat bahwa ketika kondisi larutan Fe(II)
mengadsorpsi Fe(II) maka semakin banyak pH 2 proses adsorpsi rendah dengan
pula Fe(II) yang teradsorpsi (penentuan efisiensi adsorpsi 63,220%. Selanjutnya
massa optimum pada lampiran 3). Menurut adsorpsi yang terjadi dari pH 4,5-9 terlihat
Messayu (2009) dalam Nurhasni (2012) proses adsorpsi tidak terjadi perbedaan
semakin banyak massa adsorben maka yang signifikan dari nilai efisiensi adsorpsi,
jumlah partikel dan luas permukaan dimana nilainya terdapat pada rentang
adsorben semakin banyak sehingga tempat 81,940%-85,320%.
yang diperlukan untuk adsorbat semakin Penentuan kondisi pH optimum dalam
bertambah dan akan meningkatkan nilai suasana asam memiliki efisiensi adsorpsi
efisiensi adsorpsi. yang paling rendah, hal ini dapat
Berdasarkan data yang diperoleh, disebabkan oleh beberapa faktor yakni
perbandingan antara massa adsorben terjadinya persaingan antara H+ dan Fe2+
dengan nilai efisiensi adsorpsinya tidak untuk berinteraksi dengan permukaan
selalu berbanding lurus. Terlihat pada adsorben, terjadinya tolak-menolak antara
Gambar 2 bahwa saat massa adsorben 2,5 Fe2+ dengan permukaan adsorben karena
dan 3 gram mengalami penurunan dengan meningkatnya ion H+ sehingga proses
nilai efisiensi adsorpsi masing-masing adsorpsi menjadi rendah. Reaksi yang
adalah 83,000% dan 82,000%. Perbedaan terjadi pada Fe(II) dalam suasana asam
nilai efisiensi adsorpsi yang tidak terlalu adalah sebagai berikut.
jauh berbeda ini dikarenakan bahwa jumlah Fe2+ + 2HCl Fe2+ + 2Cl- + H2
konsentrasi Fe(II) yang dapat diserap oleh Berdasarkan data yang diperoleh
adsorben adalah hampir sama pada massa efisiensi adsorpsi semakin meningkat dari
adsorben 2, 2,5 dan 3 gram, sehingga pH 4,5; 5 dan 5,5 tetapi mulai mengalami
apabila semakin banyak adsorben yang penurunan dari pH 6,0 dan 6,5. Efisiensi
ditambahkan untuk mengadsorpsi Fe(II) 5 adsorpsi mengalami kenaikan kembali pada
mg/L akan mendapatkan hasil yang tidak pH 7 tetapi turun kembali pada pH 9.
jauh berbeda dari massa adsorben 2,5 dan Penurunan ini dapat disebabkan terjadinya
3 gram tersebut. reaksi hidrolisis dalam larutan sehingga
dalam kondisi tersebut ion logam dapat
2. Derajat keasaman (pH) membentuk endapan hidroksida yang
Penentuan pH optimum dilakukan menyebabkan proses adsorpsi sulit terjadi
karena dapat mempengaruhi adsorpsi ion (Nurhasni dkk., 2012). Reaksi yang terjadi
logam dalam larutan sehingga perlu pada Fe(II) dalam suasana basa adalah
diketahui kondisi larutan yang optimum sebagai berikut.
dalam adsorpsi Fe(II) oleh arang aktif kulit Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
buah kakao. Hal ini karena pH larutan akan Nilai efisiensi adsorpsi yang diperoleh
mempengaruhi muatan permukaan dari dari pH 5,5 dan 7 memiliki nilai yang sama
adsorben. Gambar 3 merupakan kurva yakni sebesar 85,320% sehingga dilakukan
hubungan pengaruh pH terhadap efisiensi uji statistik. Hasil uji statistik menyatakan
penyerapan Fe(II). bahwa efisiensi adsorpsi pH 5,5 tidak
100 berbeda significant dengan pH 7.
Adsorpsi %

Berdasarkan data penelitian maka untuk


Efisiensi

50
penentuan pH optimum dilakukan pada pH
0 7 atau pH netral. Selain itu penggunaan pH
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 disesuaikan pada keadaan sebenarnya
Derajat Keasaman (pH) untuk menurunkan konsentrasi Fe(II) pada
air tanah. Menurut Cole (1988) dalam
Gambar 3. Kurva hubungan antara Mahyudi (2010) pada pH sekitar 7,5-7,7
pengaruh derajat keasaman besi mengalami oksidasi dan berikatan
(pH) terhadap efisiensi adsorpsi dengan hidroksida. Reaksi oksidasi besi
Fe(II). akan memperoleh endapan Fe(OH)3.
4Fe2+ + O2 + 10H2O 4Fe(OH)3 +
8CO2

56
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

Perubahan yang terjadi ketika pembentukan adsorbat secara maksimal saat interaksi
Fe(OH)3 adalah terjadinya perubahan warna selama 60 menit.
pada air yaitu menjadi berwarna kuning.
Pada kondisi pH rendah merupakan kondisi Penentuan Isoterm Adsorpsi
yang kandungan Fe2+ dapat ditemukan lebih Penentuan isoterm adsorpsi bertujuan
banyak. untuk mengetahui hubungan antara
3. Waktu kontak adsorpsi banyaknya adsorbat yang teradsorpsi
Waktu kontak merupakan salah satu persatuan berat arang aktif secara optimum.
kondisi yang diperlukan untuk mengetahui Mekanisme adsorpsi yang dapat digunakan
lamanya proses adsorpsi yang dibutuhkan yakni tipe isoterm Langmuir dan isoterm
oleh arang aktif untuk mengadsorpsi logam Freundlich (Nurhasni dkk., 2012).
dengan maksimal. Setiap jenis adsorben Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan
memiliki waktu yang berbeda-beda untuk dengan menggunakan massa, pH, dan
mengadsorpsi secara maksimal. Perbedaan waktu kontak optimum dari arang aktif.
ini karena jenis interaksi yang terjadi antara 0
adsorben dan adsorbat, interaksi tersebut -0,1 -0,05 0 0,05

Log Qe
melalui mekanisme secara fisika dan kimia. -0,5

-1
100
Adsorpsi %
Efisiensi

50 -1,5
y = 10,42x - 0,589
R² = 0,948 Log Ce
0
0 30 60 90 120 150 Gambar 5. Kurva isoterm Freundlich

Waktu Kontak (Menit) y = -65,34x + 70,20


20
R² = 0,783
Ce/Qe

Gambar 4. Kurva hubungan antara waktu 15


10
kontak terhadap efisiensi 5
adsorpsi Fe(II). 0
0 0,5 1 1,5
Berdasarkan data penelitian pada
Ce
Gambar 4 adsorpsi maksimum arang aktif
terjadi pada waktu 60 menit dengan
Gambar 6. Kurva isoterm Langmuir
efisiensi adsorpsinya sebesar 85,320%.
Peningkatan adsorpsi terjadi dari waktu 30
menit sampai 60 menit yakni dari 63,100% Berdasarkan data yang disajikan pada
menjadi 85,320%. Interaksi dan tumbukan Gambar 5 dan 6 di atas, terlihat bahwa
yang terjadi antara arang aktif kulit buah adsorpsi Fe(II) oleh arang aktif kulit buah
kakao dengan Fe(II) akan semakin banyak kakao teraktivasi HCl lebih cenderung
seiring dengan semakin lamanya waktu mengikuti isoterm Freundlich yang diketahui
yang diberikan untuk terjadinya interaksi
dari nilai (R2) sebesar 0,948. Nilai ini lebih
tersebut (Widhianti, 2010).
Hal demikian tidak ditemukan pada tinggi dibandingkan nilai (R2) pada isoterm
penelitian ini, dimana pada waktu kontak 90 Langmuir sebesar 0,783. Nilai koefisien
dan 120 menit efisiensi adsorpsinya determinan isoterm Freundlich yang
masing-masing sebesar 80,960% dan mendekati 1 ini menunjukkan bahwa proses
83,540%. Penurunan efisiensi adsorpsi ini adsorpsi yang terjadi antara Fe(II) dan
karena arang aktif mengalami desorpsi.
arang aktif cenderung bersifat fisisorpsi.
Desorpsi terjadi karena permukaan
adsorben memiliki kondisi yang telah jenuh Selain itu, pori-pori yang terbentuk pada
dan mengalami kesetimbangan sehingga arang aktif bersifat heterogen sehingga
Fe(II) yang awalnya terjerap oleh adsorben Fe(II) yang teradsorpsi pada permukaan
terlepas kembali. Berdasarkan data ini arang aktif membentuk lapisan multilayer.
dapat diketahui waktu kontak optimum yang Sedangkan pada model isoterm Langmuir,
dibutuhkan adsorben untuk menyerap adsorpsi yang terjadi tidak melebihi situs
aktif yang dimiliki oleh arang aktif tersebut.

57
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

Penerapan dari kurva isoterm ini dapat Asam Fosfat untuk Adsorpsi Fenol,
digunakan untuk menentukan kapasitas Laboratorium Kimia Anorganik,
adsorpsi dari arang aktif. Berdasarkan Laboratorium Kimia Analitik. Jurusan
Kimia, Universitas Diponegoro.
penelitian yang telah dilakukan, nilai
Cheremisinoff, and Morresi., 1978, Carbon
kapasitas adsorpsinya adalah 0,446 mg/g. Adsorption Applications, Carbon
Hasil ini diperoleh dengan memplotkan Adsorption Handbook, Ann Arbor
konsentrasi Fe(II) (mg/L) dengan Qe (mg/g). Science Publishers, Inc, Michigan; 7-
Kurva tersebut menunjukkan peningkatan 8.
jumlah Fe(II) yang teradsorpsi berbanding Cole, G.A., 1988, Texbook of Limnologi,
lurus dengan semakin tingginya Third Edition, Waveland Press, Inc.,
Illionis, USA. 401 p.
konsentrasi. Kondisi tertinggi yakni terlihat
Dinararum, R.R., dan Sugiarso, R.D., 2013,
pada konsentrasi Fe(II) 10 mg/L, dimana Studi Gangguan Krom (III) pada
jumlah molekul Fe(II) yang berinteraksi Analisa Besi dengan Pengompleks
dengan adsorben juga semakin besar. 1,10-fenantrolin pada pH 4,5 secara
Spektrofotometri UV-Tampak, jurnal
Simpulan sains dan semi pomits, Vol. 2, Institut
Berdasarkan penelitian, dapat diambil Teknologi Sepuluh Nopember,
simpulan bahwa karakteristik dari arang Fakultas Matematika dan Ilmu
aktif kulit buah kakao memenuhi kriteria SNI Pengetahuan, Surabaya.
06-3730-1995 dengan kondisi optimum Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014,
pada massa 2 gram, pH 7 dan waktu kontak Statistik Perkebunan Indonesia 2013-
60 menit. Kapasitas adsorpsi sebesar 0,446 2015 Kakao, Jakarta.
mg/g dengan mekanisme adsorpsi isoterm Hartanto, D., Purbaningtias, T.E., Hamzah,
Freundlich yang ditunjukkan oleh nilai R2 = F., Didik, P., 2011, Karakterisasi
0,948. Struktur Pori dan Morfologi ZSM-2
Mesopori yang Disintesis dengan
Daftar Pustaka Variasi Waktu Aging, J Ilmu Dasar, 12
:80-90.
Achmad, A., 2011, Pembuatan, Pencirian Hartati, E., 2007, Studi Pengolahan
dan Uji Daya Adsorpsi Arang Aktif dari Kandungan Ion Logam (Fe,Mn,Cu,Zn)
Kayu Meranti Merah (Shorea sp.), Lindi Sampah oleh Zeolit, J. Sains
Institut Pertanian Bogor, Fakultas Mipa, Edisi Khusus, 13(1):29-34.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Herlandien, Y.L., 2013, Pemanfaatan Arang
Alam, Bogor (Skripsi). Aktif sebagai Adsorban Logam Berat
Allport, H.B., 1977, Activated Carbon, dalam Air Lindi di TPA Pakusari
Encyclopedia of Science and Jember, Universitas Jember, Fakultas
Technology, Mc Graw Hill Book Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Company, New York, V 1:69. Alam, Jember, (Skripsi).
Amilia, N., 2013, Pengaruh Temperatur Imawati, A., dan Adhitiyawarman., 2015,
Pada Reaksi Hidrasi α-Pinena Kapasitas Adsorpsi Maksimum Ion
Menjadi α-Terpineol Sistem Pb(II) oleh Arang Aktif Ampas Kopi
Heterogen Dengan Katalis Zeolit Alam teraktivasi HCl dan H3PO4, J. Kimia
Teraktivasi, Universitas Negeri Khatulistiwa, 4(2): 50-61.
Semarang, Fakultas MIPA, Khairani, F., Itnawati., Bali, S., 2015,
Semarang, (Skripsi). Potensi Arang Aktif dari Limbah
Ammiroenas, D.E., 1990, Mutu Ransum Tulang Kambing Sebagai Adsorben
Berbentuk Pelet Dengan Bahan Serat Ion Besi (III), Kadmium (II), Klorida
Biomassa Pod Cokelat (Theobroma dan Sulfat Dalam Larutan, Universitas
Cacao L.) Untuk Pertumbuhan Sapi Riau, Fakultas Matematika dan Ilmu
Perah Jantan, Institut Pertanian Pengetahuan Alam, Pekanbaru.
Bogor, Bogor (Tesis). Laconi, E.A., 1998, Peningkatan Mutu Pod
Budiono, A., Suhartana, Gunawan, 2009, Kakao Melalui Amoniasi dengan Urea
Pengaruh Aktivasi Arang Tempurung dan Biofermentasi dengan
Kelapa dengan Asam Sulfat dan Phanerochaete chrysosorium serta

58
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 50-59 ISSN 2303-1077

Penjaarannya ke dalam Formulasi Sandell E. B. (1959) Colorimetric


Ransum Ruminansia. Institut Determination of Traces of Metals. 3rd
Pertanian Bogor, Bogor (Disertasi). ed., Interscience Publishers Inc.,
Mahyudi., 2010, Perbedaan Penurunan London, New York.
Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Saputro, G.A., 2012, Pemanfaatan Arang
Dengan Cara Aerasi Bertingkat, Aktif Kulit Kakao (Theobroma Cacao
Aerator dan Oksidator (KMnO4), L) Sebagai Adsorben Ion Pb (II) dan
Universitas Sumatera Utara, Fakultas Cu (II), Universitas Negeri Papua,
Kesehatan Masyarakat, Medan, Fakultas Matematika dan Ilmu
(Tesis). Pengetahuan Alam, Manokwari,
Messayu, P., 2009, Limbah Arang Sekam (Skripsi).
Padi Sebagai Adsorben Ion Cr (III) Siregar, T.H.S., Riyadi, S., Nuraeni, L.,
dan Cr (IV), Institut Pertanian Bogor, 2003, Budidaya, Pengolahan dan
Bogor, (Skripsi). Pemasaran Coklat, Penebar
Mu’jizah, S., 2010, Pembuatan dan Swadaya, Jakarta.
Karakterisasi karbon Aktif dari Biji SNI., 1995, Arang Aktif Teknis, Standar
Kelor (Moringa oleifera. Lamk) dengan Nasional Indonesia. SNI 06-3730-
NaCl sebagai Bahan Pengaktif, 1995.
Universitas Islam Negeri Maulana Badan Standardisasi Nasional,
Malik Ibrahim Malang, Fakultas Sains Jakarta.
dan Teknologi, Malang, (Skripsi). Suryani, D dan Zulfebriansyah., 2007,
Nurhasni., Firdiyono, F., dan Sya”ban Q., Komoditas Kakao : Potret Dan
2012, Penyerapan Ion Aluminium dan Peluang Pembiayaan, Economic
Besi dalam Larutan Sodium Silikat Review, No.210.Sembiring, M.T., dan
Menggunakan Karbon Aktif, Valensi, 2 Sinaga, T.S., 2003, Arang Aktif
: 516-525. (Pengenalan dan Proses
Prawirakusumo, S. dan Utomo, T., 1970, Pembuatannya), Universitas
Pembuatan Karbon Aktif Hasil Sumatera Utara, Fakultas Teknik,
Penelitian Lembaga Kimia Nasional, Jurusan Teknik Industri, Medan.
Lembaga Kimia Nasional, Bandung. Widhianti, W.D., 2010, Pembuatan Arang
Rahayu, A.N dan Adhitiyawarman., 2014, Aktif dari Biji Kapuk (Ceiba pentandra
Pemanfaatan Tongkol Jagung L.) sebagai Adsorben Zat Warna
Sebagai Adsorben Besi pada Air Rhodamin Universitas Airlangga,
Tanah, J. Kimia Khatulistiwa, 3(3): 7- Fakultas Sains danTeknologi,
13. (Skripsi).

59

Anda mungkin juga menyukai