Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Teknik Pengolahan Migas, Sekolah Tinggi Teknologi
Minyak Dan Gas Bumi, Jln. KM.8, Karang Joang 76127, Balikpapan
email: syaifulnahwan24@gmail.com
ABSTRAK
Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak
jumlahnya, yaitu sekitar 1/3 dari buah kulit pisang yang belum dikupas. Sedangkan sampai saat
ini kulit pisang hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan
ternak. Arang aktif adalah suatu karbon yang mempunyai kemampuan daya serap yang baik
terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan anorganik, baik berupa
larutan maupun gas. Beberapa bahan yang mengandung banyak karbon dan terutama yang
memiliki pori dapat digunakan untuk membuat arang aktif. Pembuatan arang aktif dilakukan
melalui proses aktivasi arang dengan cara fisika atau kimia di dalam retort. Metode yang akan
digunakan adalah dengan menggunakan proses adsopsi atau di endapkan, dengan cara
mengeringkan kulit pisang dibawah sinar matahari hingga kering. Metode ini dilakukan untuk
mengurangi kadar air dari kulit pisang , sehingga kinerja karbon aktif lebih baik. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sample air yang diuji pHnya menjadi 7 (netral) dan untuk uji kekeruhannya
juga semakin bersih.
Dipisahkan arang aktif H2O, pada tahap ini bahan organik yang
yamg tidak larut dalam cairan tersebut. Jika suhu yang digunakan lebih rendah dari
3000C maka karbonisasi yang terjadi tidak
Preparasi Arang Aktif Kulit Pisang
maksimal sedangkan apabila melebihi dari
Kepok.
8000C maka pori-porinya mengalami
Kulit pisang kepok yang digunakan kerusakan dan arang tersebut akan berubah
pada penelitian ini diperoleh dari tempat menjadi abu. Arang yang terbentuk dari hasil
pisang dibersihkan dengan cara dicuci dan menggunakan mortar dan diayak dengan
dipotong kecil-kecil kemudian dijemur ukuran 100 mesh, untuk memperoleh arang
dengan luas permukaan yang seragam. Kulit Tabel Kadar Kekeruhan
pisang kepok yang telah dikarbonisasi
NO Nama Kadar Kadar
selanjutnya ditentukan rendemenya yang
Sampel Kekeruhan Kekeruhan
bertujuan untuk mengetahui jumlah arang
Sebelum(Pp Sesudah(Pp
yang dihasilkan setelah proses karbonisasi.
m) m)
Rendemen arang dari kulit pisang kepok
1 Air 0131 1272
sebesar 50%.
Waduk
Karakteristik Arang Dari Kulit Pisang Martadi
Kepok nata
2 Air 2302 2351
Karakterisasi bertujuan untuk
Bakau
mengetahui kualitas arang aktif yang mana
Graha
arang aktif tersebut kemudian akan
Indah
digunakan sebagai adsorben untuk
KM.5
mengadsorpsi ion Fe(II). Kualitas arang aktif
dapat diketahui melalui penentuan kadar pH
dan tingkat kekeruhan air.Tabel Kadar pH KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kami lakukan kami mendapatkan hasil:
1. Air Waduk Martadinata (Kadar
pH dan Kadar kekeruhan)
Nama Sampel pH pH Telah diperoleh hasil sebelum
sebelum sesudah dilakukan pemberian arang kulit pisang
1 Air Waduk 8.5 7 kepok diperoleh nilai pH 8.5 yang
Martadinata bersifat asam.Setelah diberikan arang
2 Air Bakau 5.9 7 dari kulit pisang kepok kadar pH menjadi
Graha Indah 7 (netral).Sementara kadar kekeruhan
KM.5 sebelum pemberian arang kulit pisang
kepok adalah 0131 Ppm dan setelah di uji
dengan pemberian arang kulit pisang kulit pisang dalam meningkatkan kualitas air
kepok kadar keekruhannya menjadi 1272 dan bisa lebih baik lagi dalam
Ppm. memperhatikan lamanya perlakuan dengan
2. Air Bakau Graha Indah KM.5 media kulit pisang,agar tidak mempengaruhi
(Kadar pH dan Kadar kekeruhan) dan merusak kualitas fisik air.
Telah diperoleh hasil sebelum
dilakukan pemberian arang kulit pisang
DAFTAR PUSTAKA
kepok diperoleh nilai pH 5.9 yang
bersifat basa.Setelah diberikan arang dari Arya, 2004
kulit pisang kepok kadar pH menjadi 7 Carso, 2011
(netral).Sementara kadar kekeruhan Buanarinda, 2014
sebelum pemberian arang kulit pisang Musa SPP,2013
kepok adalah 2302 Ppm dan setelah di uji Lubis, 2012
dengan pemberian arang
kulit pisang kepok kadar keekruhannya
menjadi 2351 Ppm. Prabawati,2008
SARAN
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
agar dapat melanjutkan penggunaan media Kumalaningsih, 1993