Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL KREATIVITAS DAN INOVASI MASYARAKAT (KRENOVA)

KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2022


A. Judul Temuan
Briket insektisida
B. Abstrak
Kulit kelapa muda adalah sampah yang perlu diolah untuk mengurangi
dampak pembuangan limbah bagi lingkungan, karena banyaknya kekurangan
pada kulit kelapa muda ini para petani hanya menjual air dan buah dari kelapa
mudanya saja, kemudian membuang batok dan serabut yang masih muda karena
kadar airnya masih sangat banyak, kemungkinan besar kalau dijemur akan
membutuhkan waktu yang sangat lama, maka para petani dan pedagang
memilih untuk membuang batok dan kulit kelapa muda di sungai atau di
pembuangan sampah, tanpa memperhitungkan dampak negatifnya.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian secara langsung (field research)


dengan menguji bahan baku dan alat yang sudah dirancang dan diuji
sebelumnya, dengan demikian briket insektisida dengan bahan baku tempurung
kelapa muda yang dibakar. Dengan perhatian terhadap polusi yang dihasilkan
dalam proses pembakaran sehingga asap diubah menjadi asap cair
menggunakan alat pirolisis dan kondensor sederhana sehingga asap tak lagi
mencemari lingkungan dan mendapat hasil arang yang baik

kata kunci : briket insektisida, tempurung kelapa muda, alat pirolisa dan
kondensor

C. Latar belakang

Kelapa merupakan salah satu tanaman dengan komoditas terbesar di


Indonesia. Bahkan Indonesia sebagai produsen kelapa kedua terbesar di dunia
setelah Filipina. Namun keberadaannya belum sepenuhnya dapat mengangkat
perekonomian masyarakat Indonesia khususnya di Wonosobo.

Luas areal perkebunan kelapa di wonosobo sesuai data DISPAPERKAN 2019


mencapai 4,831.30 ha dengan hasil produksi 3,655.54 ton. Dari sekian banyak
hasil produksi Kelapa di wonosobo belum sepenuhnya buah kelapa dimanfaatkan
oleh masyarakat. Masyarakat umumnya hanya memanfaatkan daging buah dan
airnya. Karena danging buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai turunan
seperti kopra, santan, vco, dsb. Sedangkan tempurungnya dibuang dan
menghasilkan limbah. Walaupun tergolong limbah organik, limbah tempurung
kelapa kurang baik. karena ukuran yang besar sehingga membutuhkan lahan
yang luas, juga tidak mudah terurai karena mikroorganismenya kuat.

Saat ini
sudah banyak
upaya yang

dilakukan untuk mengurangi limbah kelapa dan untuk meningkatkan nilai


ekonomi dari limbah tempurung kelapa. Tempurung kelapa memiliki kandungan
selulosa 34%, lignin 27%, hemiselulosa 21% dan karbon 18%. tempurung
kelapa terdiri dari lapisan kulit luar, serabut dan batok. Namun prioritas
tempurung yang digunakan adalah tempurung kelapa tua. Karena kadar air
yang lebih rendah sehingga produk yang dihasilkan lebih berkualitas.

Biasanya tempurung kelapa tua diolah menjadi cocofiber, cocopeat dan


arang batok kelapa. dari produk tersebut menghasilkan berbagai produk
turunan dan dapat digunakan sebagai media tanam. contohnya cocofiber
menjadi cocopot, cocomesh, jok mobil, kasur dsb. arang batok dapat di jadikan
briket arang sebagai pengganti bahan bakar, briket arang untuk shisa dan bbq,
briket arang untuk merokok dengan masing masing memiliki komponen
tambahan yang berbeda. Riset saat ini menyatakan bahwa produk turunan
kelapa tua dapat meningkatkan taraf ekonomi dengan menembus pasar lokal
maupun ekspor.

Namun bagaimana dengan kelapa muda? apakah bisa diolah seperti itu juga
ataukah hanya akan menjadi sebuah sampah yang menggunung? Limbah
kelapa muda tidak dapat diperlakukan sama dengan limbah kelapa tua, karena
sifatnya jelas berbeda. baik dari tekstur serabut maupun batok dan kandungan
air didalamnya. Sehingga tempurung kelapa muda memerlukan perlakuan
khusus. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa tempurung kelapa muda
dapat diolah menjadi alternatif untuk masyarakat dan untuk meningkatkan taraf
ekonomi masyarakat dengan mengadopsi proses pengolahan tempurung kelapa
tua. Pada proses ini kita harus mengetahui proses yang paling relevan dengan
sifat dari tempurung kelapa. Yang menghasilkan dugaan bahwa tempurung
kelapa muda juga dapat menjadi arang karena mengandung karbon. Namun
asumsi ini memicu masalah yang lebih besar terhadap masyarakat dalam proses
produksinya.

Proses produksi arang menghasilkan asap yang dapat mencemari


lingkungan. Maka, solusi yang terbaik adalah dalam proses pembakaran dibantu
dengan alat pirolisis dan kondensor untuk mengolah asap hasil pembakaran
menjadi uap cair. Pirolisa sebagai tempat pembakaran dan penghasil asap
kemudian di salurkan melalui pipa ke kondensor untuk mengubah asap panas
menjadi kristal air. Sehingga hasil pembakaran tidak mencemari lingkungan
sekitar. Dalam alat pirolisa dan kondensor juga akan mendapat hasil marang
yang lebih baik ketimbang arang yang dibakar di areal terbuka. Arang inilah
yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan briket insektisida.pengolahan
briket insektisida sama halnya dengan pengolahan briket pada umumnya. Hanya
saja briket insektisida memiliki bahan baku lainnya, yaitu bubuk serai wangi dan
bubuk cengkeh dengan komposisi 1:1 dengan arang yang telah dihaluskan.

Penggunaan serai wangi dan cengkeh sebagai bahan utama tambahan


karena didalamnya terkandung sitronellal yang baunya tidak disukai oleh
serangga juga sebagai aroma terapi dari briket insektisida dan geraniol yang
dapat melumpuhkan sel pada serangga. Briket insektisida ini tentu lebih baik
untuk tubuh dan lingkungan dibanding insektisida kimia yang mengandung zat
organofosfat atau pestisida yang toxic dan hanya dapat mengusir atau
membunuh serangga saja tanpa memperdulikan efek samping pada manusia
dan lingkungan.

Bukan hanya itu, asap cair yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan kembali
menjadi pengawet dan biopestisida tergantung dari kualitas atau grade yang
didapat. Asap cair yang dihasilkan biasanya terdiri dari tar (grade 3) dengan
tekstur agak kental, kehitaman, asam, bau asap dan asap cair grade 2 dengan
tekstur cair, agak kuning, agak asam, sedikit bau asap yang masing masing
digunakan sebagai pengawet kayu dan biopestisida. Dari asap cair grade 2
dapat dihasilkan asap cair grade 1 dengan cara redestilasi sehingga
menghasilkan asap cair yang bertekstur cair, bening, tak berasa dan tak bau
asap. Asap cair grade 1 ini dapat dijadikan sebagai pengawet makanan yang
mengandung fenol sehingga dapat mengurangi kadar air pada bahan makanan
juga mengikat mikroorganisme yang lainnya tanpa mengubah tekstur dan rasa
dari bahan pangan tersebut. Untuk mendapat pengawet makanan yang lebih
baik kinerjanya asap cair dapat dicampurkan dengan tepung maltodekstrin dan
dijadikan sebagai pengawet makanan bubuk.

D. Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian :

1. Bagaimana limbah kulit kepa muda


2. Cara mengurangi sampah kulit kelapa muda
3. Bagaimana cara memanfaatkan limbah kulit kelapa muda
4. Bagaimana mengurangi penggunaan bahan kimia dalam kehidupan

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui limbah kelapa muda


2. Untuk mengetahui cara mengurangi sampah kulit kelapa muda
3. Untuk mengetahui pemanfaatan limbah kulit kelapa muda
4. Sebagai alternatif dalam mengurangi penggunaan bahan kimia
E. Manfaat

Penelitian ini ditujukan untuk mengurangi limbah sampah kelapa muda yang
sudah banyak baik di pinggir jalan, pasar, desa, bahkan tempat –tempat umum,
permasalahan kulit kelapa adalah kadar air yang terlalu banyak sehingga sulit kering
dan jarang dimanfaatkan, karena gampang busuk sehingga jarang orang yang
meggunakan limbah ini sebagai barang yang baru. Jadi manfaat dalam penelitian ini
adalah mengurangi limbah kulit kelapa muda dan pemanfaatan limbah tersebut
sebagai barang baru yang dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.

F. Spesifikasi Teknik

1. Penelitian, melalui bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan


2. Pengamatan, pada saat pengoperasian bahan baku menuju bentuk yang baru
3. Pengolahan, mulai dengan pembakaran, penguapan, hingga menjadi titik air,
menggunakan alat yang sudah dirancang sendiri.
4. Perhitungan hasil baik waktu, bahan, dan sumber daya lainnya.

G. Keunggulan

1. Memiliki bahan baku yang mudah didapat,


2. Produk olahan minimalis efek samping,
3. Kualitas tidak kalah dengan produk kimia,
4. Proses produksi mudah memungkinkan produksi masal.

H. Penerapan pada Masyarakat dan Dunia Industri

I. Perhitungan Biaya Produksi Temuan dan Inovasi

Perkiraan biaya produksi briket insektisida

Alat dan bahan Volume Biaya

Alat pirolisa dan 1 buah Rp. 800.000,00


kondensor

Limbah tempurung kelapa 1 karung *50 kg Rp. 10.000,00


muda

Pembakar/ korek api 1 buah Rp. 2000,00


Serai wangi/ sereh 250 gr Rp.

Cengkeh 250 gr Rp.

Tepung pati 250 gr Rp. 5000,00

Total

J. Prospek Bisnis/ Komersialisasi

K. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai