sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket merupakan bahan bakar
alternatif yang dapat dibuat dari batubara, kayu, sekam dan bahkan dari sampah. Briket dibuat
dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok yang keras. Bahan yang
digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang memiliki kadar air rendah untuk mencapai nilai
kalor yang tinggi. Briket dapat dibuat dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai atau limbah
terutama briket dari bahan sampah, Sehingga re-use (memanfaatkan kembali barang bekas) dan re-
cycle (mengolah atau mendaur ulang sampah)sampah dapat dimanifestasikan dalam pembuatan
briket. Pembuatan briket dari sampah organik, Selain sebagai pemanfaatan sampah, briket sampah
organik ini juga memiliki nilai ekonomis dan mudah digunakan. Pembuatan briket sampah organik ini
dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling
rumit. Sampah organik dapat dimanfaatkan untuk penyedraan energi dan sangat potensial untuk
sumber karbon yang merupakan salah satu bahan untuk pembuatan briket sampah. Briket sampah
terbuat dari jenis-jenis sampah organik kering seperti kertas, kayu, ranting pohon dan sebagainya.
Dalam proses pembuatan briket, sampah dikeringkan dahulu kemudian dibakar sampai semua bagian
terbakar menjadi bioarang. Briket dari bahan sampahorganik dapat dibuat dengan dua cara yaitu
sampah organik diarangkan terlebih dahulukemudian dicetak atau dengan mencetak sampah organik
terlebih dahulu kemudian diarangkan. Bomb calorimeter adalah alat yang paling umum untuk
mengukur bahan pembakaran atau daya kalori dari suatu material. Dengan piranti ini suatu spesimen
test dari masa ditetapkan dan dibakar di bawah kondisi-kondisi distandarisasi. Proses pembakaran
diaktifkan di dalam suatu atmosfer oksigen (di dalam suatu kontainer volume tetap, pengeboman
yang mana adalah suatu kapal yang dibangun atau dibuat dengan tekanan tinggi). Semua itu
terbenam di dalam suatu rendaman air sebelah luar dan keseluruhan alat adalah bejana calorimeter
tersebut. Kapal calorimeter juga terbenam di dalam suatu rendaman air sebelah luar. Temperatur air
di dalam bejana calorimeter dan redaman yang sebelah luarnya adalah kedua-duanya dim onitor.
Analisa kadar air suatu bahan bakar dimaksudkan untuk memperoleh data tentang kadar air yang
dapat mempengaruhi besarnya energi kalor bersih pada bahan bakar tersebut. Kadar air yang
diperoleh dalam pengujian ini dalam bentuk persentase. Berdasarkan kadar air tersebut didapatkan
bahan kering yang digunakan untuk menganalisa kalor bersih dari hasil pengujian bomb calorimeter.
Analisis kalor suatu bahan bakardimaksudkan untuk memperoleh data tentangenergi kalor yang
dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya reaksi/proses pembakaran. Nilai kalor
bahan bakar dapat ditaksir dengan melaksanakan pengujian pada 'oxygen bomb calorimeter. Untuk
mengurangi kadar air agar dapat mencapai nilai kalor yang tinggi untuk pembuatan briket maka
dilakukan proses pengarangan. Jenis sampah organik kering akan diproses terlebih dulu,
mengeringkan di bawah terik sinar matahari sampai kering. Kemudian memasukkan ke dalam
gerabah kira-kira sebanyak seperempat dari seluruh bagian isi gerabah. Sampah dibakar di dalam
gerabah setengah pirolisis dan cara mengusahakan agar api tidak berkobar ke luar dengan cara
menyempitkan mulut gerabah (mengurangi udara yang keluar masuk sehingga terjadi pembakaran
yang tidak sempurna). Bila asap telah menipis yang menandakan bahwa sampah hampir habis
terbakar, maka sampah ditambahkan kedalam gerabah sedikit demi sedikit sepertiga atau setengah
volume gerabah terisi bioarang. Sampah diusahakan terbakar keseluruhan. Sampah disiram air secara
perlahan dan menunggu sampai benar-benar dingin. Arang yang ada dikeluarkan lalu dihaluskan
sedikit demi sedikit sehingga diperoleh serbuk briket. Pencetakan dan Pengepresan Briket.
Pencetakan dan pengepresan dilakukan secara bersama-sama. Kanji dilarutkan dengan air
secukupnya di dalam gelas ukur dengan perbandingan 1: 1 (kanji '10 gr dan air 10 ml). Serbuk Briket
yang halus dimasukan ke dalam air kanjidengan perbandingan 1 : 10.Setelah serbuk dan kanji
bercampur rata ditimbang dan kemudian dimasukan ke dalam alat cetak atau pres berbentuk silinder
Bisa dibuat dari pipa PVC /bambu atau cukup dikepal dengan tangan. Briket dikeluarkan dari cetakan
kemudian dikeringkan di bawah terik matahari. Pembuatan briket dari sampah organik sangat
bermanfaat selain sebagai bahan bakar alternatif juga dapat mengurangi jumlah timbulan sampah
dan mempunyai nilai ekonomis bagi masyarakat.
Sumber: http://elisabethaprianisihotang.blogspot.co.id/2016/02/briket-dari-sampah-organik.html
PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG
DISUSUN OLEH
XII IPA 1
FITRIYANI (20)
SMA NEGERI 12 MAKASSAR
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Anggota :
1. Citra Lestari ( 13)
Menyetujui
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Adapun judul laporan penelitian ini yaitu “ Pemanfaatan Sampah Organik menjadi Briket Arang “
yang merupakan bagian dari kompetensi dasar yang harus dicapai.
1. Bapak Drs. Abbas Pandi, selaku Kepala SMA Negeri 12 Makassar,
2. Ibu Dra. Herlina Sulaiman selaku guru pembimbing karya tulis ini yang telah memberikan banyak
saran dan bimbingan kepada penulis sejak persiapan penelitian ini berlangsung sampai selesai.
3. Kepada kedua orang tua kami yang tersayang yang telah banyak memberikan saran dan
sumbangan materil dan morilnya.
4. Terima kasih kepada teman-teman khususnya anak kelas XII IPA 1 atas partisipasinya kepada
kelompok kami.
5. Terima kasih juga kepada keluarga besar Dwi indasari yang banyak membantu dan mendukung
penelitian ini sampai selesai. Khususnya kepada kakanda Gulam Arafat
Bantuan dan pengorbanan dari semua pihak semoga mendapat pahala yang setimpal dari Allah subhana
wataala.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 27
B. Saran 27
BAB I
PENDAHULUAN
Sampah sudah menjadi hal yang paling meresahkan bagi masyarakat Indonesia. Sampah adalah satuan
yang sudah tidak mempunyai nilai guna lagi. Sampah dapat dibedakan atas 2 yaitu sampah organik dan
sampah anorganik, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai.
Di Indonesia, pemanfaatan sampah menjadi hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat, seperti sampah
anorganik yang didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan. Sedangkan dari segi secara organic,
sampah yang bias dijadikan sebagai bahan bakar pengganti minyak, salah satu alternatif yang dapat
digunakan adalah pembuatan briket arang dari sampah organik.
Pembuatan briket relatif lebih bersih karena tidak berasap dan beresidu. Selain itu, tidak ada bahan
kimia yang digunakan dalam pembuatan briket sampah. Prinsip kerja briket sampah sama dengan
pemanfaatan bahan bakar alternatif.
Bahan bakar briket pertama kali dikembangkan oleh kelompok aktivis lingkungan hidup Nepal (FOST),
organisasi ini melirik potehnsi yang terkandung dalam sampah yang menumpuk dan mengotori jalan,
sungai dan kota-kota di Nepal.
Kami juga ingin mencoba membuat briket arang, tetapi agak sedikit berbeda walaupun tujuannya sama
yaitu menjadi bahan bakar alternatif. Kami mengambil sampah organik sebagai dasar pembuatan briket
arang tersebut.
Dalam pembuatan briket ini, kami memperoleh informasi dari berbagai macam media, khususnya media
elektronik yaitu internet. Dan kami berharap, informasi yang kami peroleh dapat membantu kami dalam
pembuatan briket tersebut. Agar briket tersebut dapat kami buat sebagaimana mestinya.
Dari latar belakang diatas, maka kami mencoba membuat penelitian tentang pembuatan briket arang
dari sampah organik. Dengan judul “ PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG “.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami dapat merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :
2. Bagaimana cara kerja pembuatan briket arang dari sampah organik ?
3. Apakah briket arang dari sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif ?
2. Untuk mengetahui cara kerja pembuatan briket arang dari sampah organik.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan briket arang sebagai bahan bakar alternatif.
Membantu mengurangi volume sampah atau limbah-limbah yang terdapat didalam lingkungan sekitar.
BAB II
2.1 SAMPAH
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti
menimbulkan buangan atau sampah. Jumlah dan jenis sampah sebanding dengan tingkat konsumsi
manusia terhadap barang atau material yang digunakan manusia sehari-hari.
- Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994), “Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak
atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”.
- Soewedo (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
- “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis”. (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,
Ecolink, 1996).
- “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula”
(Tandjung, Dr. M.Sc., 1982).
Klasifikasi Sampah
Klasifikasi sampah secara umum dibagi menjadi tiga jenis yaitu sampah organik, anorganik, dan bahan
berbahaya dan beracun.
Sampah organik (sampah basah), yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk atau
hancur) secara alami. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan
sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos atau energi alternatif berupa biogas yang melalui serangkaian proses pengolahan.
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.
· Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir,
tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
Sampah anorganik (sampah kering), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya.
Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami oleh alam. Walaupun demikian, sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya sehingga
apabila diolah lebih lanjut dapat menghasilkan keuntungan. Selain dijual sampah anorganik dapat diolah
menjadi barang hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan bahan dalam pembuatan karya seni
rupa. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual dan diolah menjadi produk baru adalah plastik
wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas
koran, HVS, maupun karton.
Sampah Bahan Berbahaya Beracun (B3). B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain” (U.U. R.I. No. 23/1997 Pasal 1 Ayat 18). Jumlah limbah B3 yang
melampaui batasan yang ditetapkan dapat bersifat reaktif ( mudah meledak, mudah tersambar api),
korosif, dan mengandung zat-zat beracun seperti karsinogenik yaitu agensia (misalnya senyawa kimia,
radiasi, virus) yang menyebabkan atau merangsang pertumbuhan tumor berbahaya (kanker) karena
perbanyakan sel yang tidak terkendali, mutagenik yaitu agensia yang mengakibatkan mutasi atau
perubahan dalam struktur molekul DNA, atau teratogenik yaitu agensia yang mengakibatkan kelainan
atau cacat tubuh pada embrio makhluk hidup saat pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan.
Sampah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan, sampah sisa industri, dan sampah dalam pengolahan
bahan kimia adalah sampah yang termasuk B3. B3 berbeda dengan sampah-sampah lainnya yang dalam
pengolahannya B3 memerlukan metode khusus agar tidak membahayakan lingkungan sekitar. Sampah
ini dapat berupa padat, cair, maupun gas.
Mengurangi(reduce)
mengurangi penggunaan atau pembelian bahan-bahan yang berpotensial menjadi sampah,
Menggunakan kembali(reuse).
memakai kembali barang-barang yang masih dapat digunakan.Beli barang yang kemasannya
bisa dipakai berulang kali.
· Mengganti(replace)
yakni mengganti barang-barang yang biasa kita gunakan dengan barang lain. Misalnya mengganti
dengan merek yang kandungan bahannya hanya menambah tumpukan sampah atau barang yang bahan
dasarnya ramah lingkungan.
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya, antara
negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang digunakan adalah:
Hirarki sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah, menggunakan
kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai
dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari
sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil
keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum
limbah.
prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuangan
2.2 BRIKET
Briket adalah suatu padatan yang berpori yang mengandung 85-95% karbon dihasilkandari bahan-bahan
yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung,
diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi (sembiring dan sinaga 2003)
Konversi kayu menjadi barang merupakan salah satu proses yang paling tua yang dilakukan
oleh umat manusia. Saat ini teknologi memproduksi arang adalah penting dalam negara-negara industri
dan Negara-negara berkembang. Rendemen praktis rata-rata produksi arang secara industri sekitar 35%.
Produk yang diperoleh juga tergantung pada kayu, dan tergantng pada faktor-faktor seperti spesies kayu
dan ukuran kayu, system karbonisasi, waktu pemrosesan dan suhu akhir (Anonim, 1995)
Arang lebih baik dibandingkan dengan kayu bakar sebab nilai bakar arang serta densitas arang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kayu bakar. Arang dapat disimpan lama, ringkas, dan ringan. Di
Indonesia, sampai kini arang masih banyak digunakan terutama untuk memasak (Anonim, 1998).
a. Briket arang, yaitu arang yang mempunyai bentuk tertentu yang kerapatannya tinggi. Jenis ini
diperoleh dengan cara pengempaan (pemampatan ) arang halus yang dicampur dengan bahan perekat.
Nilai kalor briket arang ialah 6000-7000 kalori pergram.
b. Arang aktif, yaitu arang yang mempunyai daya serap tinggi terhadap cairan atau gas. Arang aktif
dibuat dengan cara menglirkan uap panas melalui serbuk atau butiran arang pada suhu 900°C.
Disamping itu dapat pula dbuat dari serbuk kayu yang dicampur dengan bahan kimia melalui proses
pengarangan dan aktivasi secara bersama pada suhu sekitar 600°C (Anonim 1998)
Karbon yang merupakan kandungan utama dari arang mempunyai sifat fisika dan kimia tertentu. Sifat
fisika dan kimia dari karbon tergantung pada struktur Kristal karbon tersebut. Densitasnya bervariasi
dari 2,25 g/cm3 untuk grafit dan 3,51g/cm3 untuk intan. Untuk grafit, titik leleh adalah 3500°C samapai
dengan 4830°C. unsur karbon merupakan bahan yang sulit bereaksi. Karbon tidak dapat larut dalam air,
asam-basa encer dan pelarut organik. (Anonim 1983)
Porositas 70 %
Permukaan dalam 50 m
Kandungan karbon 80 – 90 %
(Anonim, 1995)
Arang kayu dibuat dengan cara memanasi kayu secara langsung atau tidak langsung, di dalam
timbunan tanah, oven tanpa atau dengan udara terbatas. Untuk pembuatan arang batangan yang baik,
dipakai jenis kayu berdaun lebar yang berat atau agak berat. Bahan baku utama untuk membuat arang
halus adalah serbuk, kulit dan serpihan kayu dari sisa-sisa penggergajian. Berdasarkan produk yang
dihasilkan ada dua macam arang kayu, yaitu :
ada beberapa cara proses pembuatan arang yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 cara proses
pembuatan yaitu :
Pada proses sederhana ini kayu atau bahan baku arang dimasukkan kedalam tanah yang terlebih dahulu
digali atau kedalam bak beton. Kayu atau bahan baku arang disusn sedemikian rupa sampai galian tanah
atau bak tadi penuh. Kemudian kayu atau bahan baku arang tadi dibakar sampai mengeluarkan asap
putih yang tebal. Setelah muncul asap putih kemudian galian tanah atau bak ditutp rapat. Biarkan
sampai asap tidak muncul lagi. Setelah itu arang siap diambil untuk dikemas.
Pada proses modern proses pembuatan arang ada beberapa cara yaitu :
pada proses kiln kayu atau bahan baku arang dibakar di dalam kiln ( semacam oven pengering) dengan
suhu pengarangan yang dapat mencapai 400-1600°C. waktu pengolahannya 2 sampai 30 hari. Ada
beberapa jenis kiln, yang dibedakan menurut bentuk dan bahan kontruksinya, yaitu kiln tanah liat atau
batu, klin kubah, klin sarang lebah atau empat persegi panjang. Kapasitas produksi pengolahan
bergantung pada volume kiln, yaitu antara 150 kg hingga 30 ton arang untuk setiap pembakaran.
Pada cara ini, alat yang digunakan dapat berbentuk penyulingan atau oven semacam tungku pemanas.
Pemanasan dapat dilakukan di luar atau didalam alat itu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan
mengalirkan gas panas yang tidak bereaksi. Suhu maksimun pengolahan sekitar 400°C sampai 500°C
dalam waktu 20 sampai 30 jam. Arang yang dihasilkan berbentuk batangan atau serbuk.
Selain bentuk arang yang telah disebutkan diatas berdasarkan pengembangan teknologi ada satu jenis
arang lagi. Arang yang dimaksud adalah briket arang. Arang yang dibuat berdasarkan pencampuran
bahan-bahan yang memiliki nilai karbon tinggi dengan menempatkannya pada tekanan tertentu serta
memanaskan pada suhu tertentu sehingga kadar airnya bisa ditekan seminimum mungkin sehingga
dihasilkan bahan bakar yang memiliki densitas yang tinggi, nilai kalor yang tinggi serta asap buangan
yang minimum.
Pembuatan briket arang dilakukan dengan metode langsung dalam suatu kiln/reactor dengan kondisi
pembakaran dan udara yang terkontrol. Biomassa sebagai bahan baku perlu dikeringkan terlebih dahulu
untuk menurunkan kadar air dari sekitar 60 % menjadi 20 %. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar
matahari di atas rak-rak kayu. Untuk memudahkan pengeringan, biomassa perlu dipotong-potong
terlebih dahulu.
Kiln yang digunakan berbentuk silinder yang terbuat dari plat besi. Volume reactor sekitar 7 m3 dengan
kapasitas biomassa kering sebesar 1 ton. Proses pengarangan berlangsung dalam waktu 24 jam dimulai
dari pemuatan, penyalaan, pengarangan sampai pembongkaran.
Arang hasil pembakaran digiling hammermil sampai halus dan selanjutnya diayak. Pencetakan arang
dilakukan dengan menggunakan mesin kempa hidrolik yang mempunyai kapasitas tekanan sebesar 30
ton. Sebelum dilakukan pencetakan, serbuk arang dicampur dengan bahan perekat yaitu tepung kanji.
Mesin ekstruder juga dapat digunakan untuk mencetak arang secara kontinu,penggunaan mesin
ekstruder disamping untuk mencetak arang, dapat juga berfungsi untuk mencampurkan perekat dan
serbuk arang dan memasaknya. Arang yang dihasilkan lebih bagus dan padat dibandingkan dengan
arang hasil cetakan dengan menggunakan kempa hidrolik. (Darnoko dan Guritno, 1995)
Kelebihan Briket Arang dibandingkan dengan Arang Konvensional
Menurut Widarto dan Suryanta (1995) beberapa kelebihan briket arang dibandingkan dengan
arang konvensional adalah :
a. Bentuk ukurannya seragam, karena briket biorang dibuat dengan alat pencetak khusus yang
bentuk dan besar kecilnya bisa diatur sesuai dengan yang dikehendaki.
b. Mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang biasa.
c. Tidak berasap ( jumlah asap kecil sekali ) dibanding dengan arang biasa yang banyak mengandung
asap tebal.
d. Tampak lebih menarik, karena bentuk dan ukurannya bisa dibuat sesuai dengan kehendak kita.
Disamping bentuk dan ukurannya menarik, pengemasannya juga mudah.
VARIABE
L
BEBAS
→ PIPA
KONTROL
→ LEM KANJI
→SAMPAH ORGANIK
TERIKAT
→BRIKET ARANG
HIPOTESIS
Hi :
Ho:
METODE
ANALISIS
DATA
KESIMPULAN
METODE PENELITIAN
a. Sekop
c. Pipa
d. Panci
e. Gergaji
f. Ayakan
h. Timbangan
i. Kamera
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode observasi secara tidak langsung melalui
internet.
Sampah adalah sesuatu yang tidak mempunyai nilai guna lagi. Sampah terbagi menjadi dua yaitu :
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, tempurung kelapa, dan daun.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau
dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium.
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,
misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
No Waktu Kegiatan
- Pencetakan
a. Populasi
Populasi adalah ialah seluruh kelompok objek penelitian atau kelompok subjek di mana kesimpulan akan
digeneralisasikan. Dalam penelitian ini, populasi adalah sampah organik.
b. Sampel
Sampel ialah bagian anggota populasi yang mewakili populasi. Pada penelitian ini, jenis sampah organik
yang dipakai adalah tempurung kelapa, dedaunan kering, dan ranting-ranting pohon.
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Agustus – 13 Oktober 2010 bertempat di salah satu rumah anggota
kelompok kami yang bernama Dwi Indasari yang beralamat Jl. Tamangapa Raya Komp. BTN Ranggoon
Permai Blok A5/16 Antang Makassar.
BAB IV
Krisis energi yang melanda Negara Indonesia ditandai dengan semakin langkahnya BBM di tengah-
tengah masyarakat serta harga BBM yang merangkak naik disebabkan harga minyak dunia melonjak
tinggi. Rencana penghapusan BBM secara bertahap justru menyebabkan kenaikan harga BBM. Kenaikan
ini mempengaruhi daya beli masyarakat di kalangan ekonomi lemah.
Kurangnya kesadaran masyarakat menjaga lingkungan hidup disekitarnya mengakibatkan hal-hal yang
dapat merugikan, seperti sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap sampah lingkungan yang
menimbulkan berbagai macam bencana alam maupun penyakit. Usaha pemerintah yang terus berusaha
menanggulangi permasalahan sampah ternyata belum mampu mengantisipasi dampak kerusakan
lingkungan.
Adanya hal-hal di atas memunculkan beberapa pertanyaan yaitu apakah sampah organik dapat
dimanfaatkan menjadi briket arang, bagaimana proses pembuatan briket arang dari sampah organik,
dan apakah briket arang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan bahan baku yang digunakan dalam percobaan sehingga
mempunyai bentuk yang seragam dan dapat dengan mudah dilakukan pada tahap selanjutnya. Adapaun
tahap penyiapan bahan baku dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengeringkan sampah organik
dan tempurung kelapa terlebih dahulu sebelum digunakan.
Tahap ini bertujuan untuk mengubah sampah-sampah organik dan tempurung kelapa menjadi serbuk
arang yang akan digunakan untuk tahap selanjutnya. Bahan-bahan yang telah disiapkan di arangkan
dengan cara membakar sampah organik dengan tempurung kelapa secara bergantian. Dimana setelah
tempurung kelapa habis dibakar sebelum jadi abu dilanjutkan dengan sampah-sampah organik lainnya.
Setelah itu, arang dari kedua bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar halus.
Kemudian diayak. Proses pengayakan dengan menggunakan ayakan biasa.
Serbuk dari 2 bahan berbeda yaitu serbuk arang icampurkan dengan bahan perekat lem kanji masing-
masing dengan rasio 1:1, 2:1, 3:1, dan 4:1. Kemudian, hasil campuran tersebut dicetak dalam sebuah
pipa pencetak dan ditekan hingga padat. Briket yang telah selesai dicetak dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 5 hari.
Briket yang selesai dikeringkan sesuai dengan rasio campuran yang telah ditentukan kemudian diuji
dengan cara dibakar. Hasil pembakaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Table perbandingan antara lem kanji dengan serbuk arang
Tabel perbandingan menunjukkan bahwa hasil briket terbaik dapat dihasilkan dari perbandingan 3:1.
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sampah organik dapat dimanfaatkan
menjai briket arang. Cara pembuatannya pun relatif mudah serta tidak menimbulkan polusi udara.
Selain itu, pembuatan briket tidak menggunakan bahan kimia sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
bahan bakar alternatif.
Briket arang ini dapat membantu mengatasi penggunaan BBM yang terus melonjak harganya sehingga
tidak menyulitkan masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah. Selain itu, pembuatan briket ini
dapat mendorong masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitarnya dan dapat mengelolah sampah-
sampah organik disekitar lingkungan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan masyarakat.
Tahap-tahap pembuatan briket ini meliputi tahap penyiapan bahan baku, tahap pembuatan arang,
tahap pencetakan dan pengeringan, serta tahap uji. Briket arang yang digunakan dengan baik diperoleh
dari campuran serbuk arang dan lem kanji dengan perbandingan 3 : 1.
Briket arang merupakan bahan bakar alternatif yang sudah pernah ada dibuat sebelumnya di daerah
lainnya dimana bahan penyusunnya beraneka ragam. Ismu Ati (1998) meneliti pembuatan briket dari
kotoran lembu, ampas, tebu dan ilalang. Widarto dan Suryanta (1995) meneliti pembuatan briket dari
kotoran lembu dan jerami limbah pertanian. Darmoko Guritno (1994) meneliti pembuatan briket dari
tandang kosong kelapa sawit. Dalam hal ini, penulis mencoba membuat briket arang dengan bahan yang
berbeda, yaitu tempurung kelapa, dedaunan kering, ranting-ranting pohon kering serta bahan perekat
berupa lem kanji. Namun proses pembuatannya tetap sama dengan pembuatan yang sebelumnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
2. Briket arang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif yaitu pengganti minyak tanah
3. Perbandingan komposisi bahan dengan komposisi perekat sangat berpengaruh terhadap
kekokohan suatu briket.
4. Perbandingan antara lem kanji dengan bahan baku yaitu dengan perbandingan 3:1
5.2 SARAN
1. Pembuatan briket arang tidak hanya dapat dibuat dari tempurung kelapa, dedaunan kering, dan
ranting-ranting pohon, tetapi juga dapat dibuat dengan bahan organik yang lain.
2. Pada saat pencetakan briket dilakukan, usahakan agar briket yang dicetak itu padat agar hasilnya
baik.
3. Pembakaran jangan hanya satu sisi saja, tetapi harus merata agar serbuk arang yang dihasilkan bisa
maksimal.
http://citradhit.blogspot.co.id/2011/03/pemanfaatan-sampah-organik-menjadi.html\
Karya Ilmiah semasa SMA
KARYA ILMIAH
Pemanfaatan Sampah Organik dan Sekam Padi menjadi Briket Arang sebagai Pengganti
Minyak Tanah
Di Susun Oleh :
Ø Widya Lestari
Ø Yarnida Kurniati
HALAMAN PENGESAHAN
Pemanfaatan Sampah Organik dan Sekam Padi Sebagai Pengganti Minyak Tanah
Oleh :
Widya Lestari
Yarnida Kurniati
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat dan kemurahan Allah SWT. Atas petunjuk-Nya, kami
dapat membuat dan menyelesaikan sebuah karya ilmiah mengenai “Pemanfaatan Sampah Organik dan
Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Pengganti Minyak Tanah”, dengan lancar, tanpa hambatan, dan
tepat pada waktu yang telah direncanakan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
5) Masyarakat daerah Tuguhiu dan Bentiring Tran Sos, Kec. Muara Bangkahulu.
6) Masyarakat Kel.Kampung Bali dan Bajak, Kel. Kampung Bali, Kec.Tel.Segara.
9) Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari laporan yang telah kami buat ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sangat kami butuhkan dan akan kami terima
dengan senang hati. Supaya untuk selanjutnya, kami dapat membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………….i
Halaman Pengesahan....................................................................................................... ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iii
Daftar Isi.........................................................................................................................iv
Abstrak............................................................................................................................v
2.2 Sekam……………………...………………………………............................5
BAB V Penutup
1. Kesimpulan ........................................................................................................ 20
Daftar Pustaka
ABSTRAK
Karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Sampah Organik dan Sekam Padi menjadi Briket sebagai
Pengganti Minyak Tanah” dilatar belakangi oleh mahalnya dan sulitnya mendapatkan minyak tanah
sebagai bahan bakar. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sekarang untuk mendapatkan minyak
tanah, masyarakat Bengkulu perlu antri dalam waktu yang lumayan lama. Untuk itulah kami membuat
alternatif lain sebagai pengganti minyak tanah yaitu Briket Arang. Sedangkan tujuan penulisan karya
tulis ini adalah selain untuk mengetahui pemanfaatan sampah organik dan sekam padi umtuk
pembuatan Briket, karya tulis ini juga bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa ada
alternatif pengganti minyak tanah. Manfaat penulisan karya tulis ini adalah memberi kesempatan bagi
masyarakat untuk mengurangi pengeluaran membeli bahan bakar minyak tanah yang dianggap mahal.
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang penggunaan Briket sebagai pengganti minyak tanah dan
perbandingan kuantitas dan kualitas antara Briket dan minyak tanah.
BAB I
PENDAHULUAN
Sekarang ini, zaman semakin sulit, karena banyak kebutuhan pokok yang semakin meningkat yang
tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan serta pendapatan masyarakat yang tidak kunjung
meningkat, secepat meningkatnya harga kebutuhan pokok.
Hal ini membuat para ibu rumah tangga jadi bingung, memikirkan dengan gaji yang tetap dari
tahun ke tahun dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan harga yang meningkat setiap
tahunnya. Apalagi kebutuhan masyarakat terhadap minyak tanah. Kebutuhan akan minyak tanah tidak
bisa lepas dari kehidupan rumah tangga yang sejatinya bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok. Inilah
yang menjadi masalahnya, seperti yang kita ketahui harga minyak setiap tahunnya selalu meningkat.
Dengan selalu meningkatnya harga minyak tanah, masyarakat semakin bingung bagaimana mereka bisa
memenuhi kebutuhan akan minyak tanah, padahal mereka tidak bisa lepas dengan minyak tanah,
ditambah seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan minyak tanah
akan semakin meningkat. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan minyak, para produsen
minyak akan semakin meningkatkan harganya, karena mengingat semakin terbatasnya sumber daya
alam sebagai bahan pembuat minyak tanah.
Seperti yang kita ketahui bahan pembuat minyak tanah adalah sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Untuk memulihkan kembali/ mengembalikan sumber daya alam tersebut butuh
waktu yang sangat lama, dan tidak mungkin kita akan menunggunya kembali untuk bisa dimanfaatkan
dalam waktu sekian juta tahun lagi, bagaimana kita bisa hidup tanpa minyak? Bagaimana anak cucu kita
nantinya bisa melanjutkan kehidupannya? Adakah bahan bakar lain dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui sebagai pengganti minyak tanah? Agar nantinya anak cucu kita bisa memanfaatkannya
dengan mudah.
Di Bengkulu, banyak masyarakatnya yang masih menggunakan minyak tanah. Dengan semakin
meningkatnya harga minyak, membuat masyarakat Bengkulu jadi mengeluh dan pusing memikirkannya.
Pada umumnya masyarakat Bengkulu belum bisa memanfaatkan sumber daya alam sebagai alternatif
pengganti minyak tanah, jadi masyarakat Bengkulu hanya bisa membeli minyak tanah dengan harga
yang setiap tahunnya melambung tinggi terus.
Untuk itu, kami mengadakan sebuah penelitian mengenai pemanfaatan sampah organik dengan
sekam padi sebagai pengganti minyak tanah, mengingat semakin meningkatnya harga minyak. Alternatif
pengganti minyak tanah ini disebut dengan Briket Arang. Briket Arang menggunakan sampah organik
dengan sekam padi, akan lebih efisien, lebih mudah mendapatkan bahan-bahannya, lebih murah dan
ramah lingkungan. Diharapkan dengan adanya alternatif sebagai pengganti minyak tanah ini (Briket),
masyarakat tidak pusing lagi dan beralih menggunkan Briket Arang sebagai pengganti minyak tanah.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
v Dari hasil angket, bagaimana persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan sampah organik dan sekam
padi menjadi Briket?
v Bagaimana perbandingan kuantitas dan kualitas antara Briket dengan minyak tanah?
1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang dirumuskan,maka tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :
v Untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa ada alternatif pengganti minyak tanah berupa Briket
Arang yang terbuat dari sampah organik (daun-daunan) dengan sekam padi.
v Untuk memanfaatkan sampah yang selama ini kita pikir hanya mengotori halaman rumah.
v Untuk mencari alternatif lain sebagai pengganti minyak tanah, mengingat harga minyak tanah semakin
melambung.
1.4 Manfaat
v Kami dapat membuat alternatif pengganti minyak tanah yaitu berupa Briket Arang.
v Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengurangi pengeluaran membeli bahan
bakar minyak tanah.
v Membuat Bahan bakar yang ramah lingkungan dan membuat lingkungan menjadi seimbang.
Karena keterbatasan waktu, pengetahuan/kemampuan dan alat-alat, maka kami membatasi
masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1) Hasil observasi penyebaran angket mengenai pemanfaatan sampah dengan sekam padi menjadi
Briket Arang ke masyarakat Bengkulu.
3) Perbandingan kualitas dan kuantitas antara Briket dengan minyak tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang
belum memiliki nilai ekonomis (2007: Pelangi Indonesia ). Menurut Trim Sutidja “Sampah/limbah adalah
kotoran yang terbuang”.
Indonesia merupakan negara Agraris, sektor pertanian menjadi salah sektor penting yang
mendukung perekonomiam Indonesia. Hal ini menyebabkan bidang pertanian harus dapat
meningkatkan diri agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun, peningkatan hasil pertanian biasanya
diikuti dengan bertanbahnya limbah pertanian. Sebagai catatan, hampir 70% hasil pertanian merupakan
materi nonproduksi dan setelah proses pengolahan akan menjadi limbah atau sampah. Sebagai contoh,
dalam pengolahan gula hanya 17% dari biomassa yang dapat di manfaatkan dan sisanya berupa limbah,
dalam pengolahan minyak hanya 5% dari bahan baku yang dapat di manfaatkan dan 95% sisanya
merupakan limbah, serta masih banyak lagi jenis limbah pertanian seperti ampas aren, kapas bekas
pemintalan dan jerami padi, yang semua ini pada dasar masih dapat diolah lagi jika di beri sentuhan
inovatif.
Sampah dari rumah tangga, sampah pertanian, sampah perkantoran, sampah perusahaan,
sampah rumah sakit, dan sampah pasar.
Dari sumber-sumber sampah diatas, sampah dapat di bedakan menjadi tiga jenis:
Sampah Anorganik adalah sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami. Contohnya:
Besi, Plastik, Kaleng, Karet, Botol, dll.
Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami. Contohnya : Sampah
dapur, Sampah restoran, Sisa sayuran atau buah, Daun-daun yang berguguran, dll.
Sampah berbahaya adalah sampah yang mengandung bekas zat-zat kimia yang berbahaya. Contohnya :
Baterai, Botol Racun nyamuk, Jarum suntik dll.
Dari pemaparan di atas sangat banyak sampah yang dihasilkan dari setiap kegiatan manusia, jika
kita hitung berapa banyak manusia di muka bumi ini yang menghasilkan sampah jauh lebih banyak dari
populasinya sendiri. Sehingga sebagai manusia yang memiliki akal pikiran kita wajib mengatasi hal ini.
Sebagai generasi di era bersaing, kami berinovasi untuk memanfaatkan sampah yang semula dibuang
dan untuk dibakar saja menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua yaitu dengan mengelolah
sampah menjadi briket arang sebagai bahan alternatif pengganti minyak tanah.
2.2 Sekam
Negara Indonesia tergolong negara agraris dimana komoditas utama rakyatnya adalah beras.
Meskipun jumlah sawah dan ladang sudah banyak yang beralih fungsi, namun kegiatan bertanam padi
masih dominan, kecuali dikota metropolitan. Padi, selain menghasilkan beras juaga menghasilkan
produk sampingan berupa sekam. Pemanfaatan sekam selama ini belumlah optimal, kebanyakan hanya
di manfaatkan sebagai bahan canmpuran makanan ternak. Tidak jarang terlihat pada pengilingan padi
tumpukan sekam yang sudah menggunung dibakar begitu saja. Padahal sekam dapat di jadikan alternatif
sumber energi.
Keunggulan sekam padi di bandingkan dengan potensi BBN ( Bahan Bakar Nabati) lainnya adalah
sekam padi sudah tersedia dalam jumlah yag besar dan juga tersebar dalam kosentrasi lokasi sesuai
dengan lokasi dari unit-unit pengolahan padi.
Dapat dibayangkan dari 55 juta ton padi, dapat diperoleh sekitar 12 juta ton sekam, jadi 1 ton
padi dapat menghasilkan 220 kg sekam. Untuk mengolah 1 ton padi menjadi sekitar 650 kg beras
diperlukan energi sekitar 30-60 kwh, sedangkan dari “limbah” sekam 220 kg dapat diperoleh energi
sekitar 150 kwh. Thailand dan Malaysia telah memanfaatkan sekam ini sebagai penghasil energi sejak
sekitar 10 tahun yang lalu dengan membangun cogen (co-generation).(www.Bung.Hatta.Info.Content.Ir.
Muhibbullah Azfa Manik,MT).
Sangat menarik perhatian terutama bagi manusia awam dewasa ini masalah konsumsi energi
bagi umat manusia, terlebih-lebih untuk suatu bangsa/negara yang sedang berkembang seperti tanah
air Indonesia.
Tabel status minyak bumi dunia negara Asia tahun 2000 (MILIAR BAREL).
Uni Emirat
Arab* 0,81 61,1 75/I 41 15,9
Sumber: Diolah dari Data, Information and Gas 2001, Directorat Jendral Minyak dan Gas,
Effendi Syarief, Melawan Ketergantungan Pada Minyak Bumi (Yogyakarta: Insist Pres, 2004).
Berdasarkan tabel di atas cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia diperkirakan tidak akan
berumur lebih dari 25 tahun. Tanpa adanya penemuan cadangan baru, cadangan yang ada hanya akan
cukup untuk memenuhi konsumsi 18 tahun saja untuk minyak bumi, sekitar 50 tahun untuk gas bumi,
dan sekitar 150 tahun untuk batu bara.
Sedangkan, kebutuhan konsumsi kayu bakar dan arang penduduk dunia mencapai 13 juta barel
perhari. Sedangkan konsumsi kayu bakar di Indonesia diperkirakan mencapai dua pertiga ton per kapital
per tahun. Dengan lajunya kebutuhan konsumsi tersebut sangat menbahayakan kelestarian hutan-
hutan di dunia terutama di Indonesia yang dikenal negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar
kedua setelah Brazil serta dikenal sebagai paru-paru dunia. (Soetianto : 1985)
Diagram
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat dari tahun ke tahun konsumsi minyak Indonesian selalu
meningkat, sedangkan produksi mengalami penurunan. Sehingga, perlu dipikirkan bahan alternatif
pengganti minyak yang bahannya mudah didapat, mudah dibuat, tersedia sepanjang waktu. Menurut
kami, syarat- syarat tersebut telah terpenuhi oleh pemanfaatan sampah organik dengan sekam padi
menjadi Briket sebagai pengganti minyak tanah.
Melihat situasi tersebut, perlu dipikirkan suatu bahan bakar yang murah dan tidak
membahayakan lingkungan.
Dari sekian banyaknya pendayagunaan energi alternatif ini ,salah satunya adalah briket arang,
yang mempunyai kaitan yang sangat erat dengan masalah Pemerintah untuk membentuk “Lingkungan
Hidup Sehat”.
Briket arang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan
hayati misalnya daun-daunan , rumput, jerami, dan limbah pertaian lainnya yang harus melalui proses
lebih lanjut. Biasanya, bahan-bahan tersebut dianggap sampah yang tidak berguna sehingga sering
dimusnahkan dengan cara dibakar.
Briket biomassa dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak ,menyetrika
pakaian, dan lain-lain.
Kebijakan energi hijau dicanangkan pemerintah melalui Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral akhir Desember 2003, perencanaan dan pengembangan energi ini untuk dapat berfungsi
sebagai roda ekonomi dan penghasil devisa (2007 : Ir.Muhibbullah Azfa Manik, MT).
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini kami menggunakan metode eksperimen dengan bahan dasar sampah-
sampah organik (daun-daunan) dan observasi langsung ke masyarakat dengan menyebar 50 buah
angket untuk 50 orang masyarakat sebagai koresponden serta sampel kami dalam mengkaji penggunaan
bahan bakar sekarang ini dan melihat langsung tanggapan masyarakat mengenai briket dari sampah
organik dengan sekam padi. Penelitian membuat briket sendiri dilakukan selama sehari yaitu selama 3
jam dan penyebaran angket dilakukan selama 2 hari di beberapa daerah di Bengkulu.
3.1.1 Alat
Ø Bak sampah dari semen
Ø Sekop kecil
Ø Tongkat kayu
Ø Ember
Ø Baskom
Ø Panci
Ø Seng pembakar
Ø Bambu
Ø Sarung tangan/Plastik
3.1.2 Bahan
Ø Daun-daun kering
Ø Sekam padi
Ø Dedak
Ø Tepung kanji
Ø Air panas
Ø Daun perekat berupa : daun kembang sepatu mentah, daun kapuk mentah, daun kamboja, pelepah
pisang mentah, daun keladi mentah, daun, batang, dan akar eceng gondok mentah dan dapat juga
digunakan semua tumbuhan yang menghasilkan getah sebagai perekat.
2) Di Kecamatan Teluk Segara, Kelurahan Kampung Bali, RT. 3-4 Kota Bengkulu :
13 Orang.
b.Waktu pembuatan briket : Pada hari Jum’at, tanggal 3 Agustus 2007, pukul 17.00-20.00 WIB.
c.Waktu penyebaran angket : Pada hari Sabtu, tanggal 4 Agustus 2007, pukul 13.00-17.30 WIB.
v Siapkan bak semen sampah yang sudah ada sebagai tempat untuk membakar sampah, jika tidak ada
bak semen, maka bisa digunakan drum berdiameter 55 cm dan tinggi 85 cm atau juga bisa dengan
menggunakan gentong dari tanah atau boleh juga pot bunga yang besar.
v Daun atau sampah yang akan dibakar dimasukkan ke dalam bak semen sampah setebal 10 cm,
kemudian dibakar. Setelah sampah terbakar lebih kurang 15 menit, masukkan lagi sampah secara
perlahan ke dalamnya, sambil diaduk-aduk agar lapisan sampah di bagian bawah habis terbakar. Agar
tidak menimbulkan kepul asap yang tebal dan udara jangan masuk ke dalam tempat pembakaran,
permukaan /mulut bak sampah atau drum ditutup dengan genteng, seng/ penutup bak semen.
Masukkan sampah selanjutnya secara sedikit demi sedikit sampai seterusnya, begitu juga dengan
pengadukkan yang dilakukan terus-menerus setiap 15 menit. Bila pembakaran telah berlangsung selama
45- 60 menit penambahan sampah dihentikan, tinggal menunggu proses pengarangan.
v Bila semua telah menjadi arang, air yang telah disiapkan didalam ember, siramkan untuk
memadamkan bara pada arang. Arang yang terdapat di dalam drum, sedikit demi sedikit dimasukkan ke
dalam lesung untuk ditumbuk.
v Daun- daun mentah bahan perekat, dimasukkan kedalam tempat tumbukan untuk ditumbuk sampai
hancur.
v Hasil penumbukan arang dicampur dengan bahan perekat dan dimasukkan ke dalam tempat
penumbukan agar hancur, ditumbuk kembali agar semua bahan tercampur.
v Hasil tumbukan tersebut dicampur dengan sekam, dedak, tepung kanji dan di berikan air panas,
setelah itu diaduk hingga rata menjadi adonan yang padu.
v Setelah itu, adonan dicetak dengan alat pencetak/dibuat sesuai dengan keinginan.
v Tahap akhir adalah menjemurkan hasil Briket tersebut di bawah sinar matahari.
v Setelah kering ± 3 hari, maka briket arang sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar.
No Bahan Takaran
2 Sekam 250 gr
3 Dedak 25 gr
No Bahan Takaran
1 Sampah Organik 225 gr
2 Dedak 45 gr
Ket :
✰ Sampah Organik basah, akan mengalami pengurangan berat setelah dibakar dan ditumbuk dengan
lesung,pada proses penumbukan.
Sebagai pendukung data, diadakan beberapa observasi dan eksperimen yaitu:
1. Observasi
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat Bengkulu mengenai Briket dan
tanggapan masyarakat mengenai bahan bakar minyak tanah serta bahan bakar apa yang mereka
gunakan untuk memasak maka kami mengadakan observasi dengan cara menyebarkan angket sebanyak
50 buah untuk 50 orang sebagai sampel ke daerah-daerah (Tugu Hiu, Bentiring Trans Sos, Kel.Kampung
Bali, Kel.Bajak, dan Tanjung Agung). Serta kami ingin melihat secara nyata, bagaimana pendapat dari
masyarakat Bengkulu mengenai Briket. Untuk itu kami melakukan teknik penelitian dengan cara
observasi.
Untuk lebih mengetahui bagaimana proses pembuatan Briket arang secara rinci, kami melakukan
pembuatan briket di laboratorium biologi pada hari Jumat, 3 Agustus 2007 dari pukul 17.00 WIB- 20.00
WIB.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Observasi Penyebaran Angket mengenai pemanfaatan sekam padi dan sampah organik
Dari 15 pertanyaan yang kami ajukan kepada sampel maka kami dapat membuat hasilnya yaitu :
1 6 14 -
2 3 17 -
3 5 15 -
4 8 2 10
5 7 13 -
6 5 15 -
7 12 4 4
8 17 2 1
9 10 3 7
10 8 3 9
11 16 4 -
12 17 2 1
13 16 2 2
14 10 1 9
15 14 1 5
Kota Bengkulu, Kelurahan Bajak, RT.08 dan Kelurahan Kampung Bali RT 3-4.
1 9 9 2
2 6 12 2
3 13 6 1
4 11 6 3
5 11 7 2
6 12 7 3
7 10 9 1
8 8 9 3
9 12 3 5
10 11 3 6
11 9 6 5
12 8 7 5
13 10 3 7
14 10 3 7
15 12 4 4
Daerah Tanjung Agung dan sekitarnya dengan sampel petani dan pemilik heller.
1 6 6 -
2 10 2 -
3 10 2 -
4 12 - -
5 5 5 2
6 7 4 -
7 6 3 3
8 7 2 3
9 6 4 2
10 10 2 -
11 8 2 2
12 8 1 3
13 7 4 1
14 8 4 -
15 7 3 2
Dari hasil jawaban masyarakat terhadap angket kami, kami dapat menarik beberapa kesimpulan,
antara lain sebagai berikut :
1. Pada umumnya masyarakat Bengkulu lebih banyak menggunakan kayu sebagai bahan
bakar untuk memasak. Hal ini dikarenakan kayu lebih mudah di dapat sebab pemukiman mereka
yang masih banyak dekat dengan hutan, sehingga menurut mereka “Dari pada antri menunggu minyak
tanah hingga berjam-jam dan harganya mahal lebih baik pergi hutan untuk mengambil kayu dan hanya
membutuhkan waktu yang tak sampai hitungan jam, selain itu juga tidak perlu menggeluarkan uang”.
2. Banyak masyarakat Bengkulu, petani padi dan pemilik heller (mesin pengilingan padi) yang tidak
mengetahui pemanfaatan sampah organik dan sekam padi. Lebih parahnya lagi kami melihat secara
langsung banyak sekali sekam padi, jerami padi yang di biarkan begitu saja dan kebanyakan akhirnya
akan dibakar.
3. Hal ini terjadi karena sangat minimnya pengetahuan masyarakat mengenai briket, apalagi briket
arang yang kami cobakan. Dan juga kurangnya sosialisasi pemerintah dan media informasi (cetak
maupun elektronik) yang tepat sasaran yaitu daerah pedesaan yang merupakan penghasil bahan utuma
briket dan masyarakat yang berpenghasilan kecil dan kurang inovasi terhadap sesuatu.
4. Setelah masyarakat mengisi angket dan kami langsung memberikan sosialisasi berupa penjelasan
tentang briket, maka kami mendapatkan rasa antusias keingintahuan masyarakat yang sangat tinggi dan
mereka setuju untuk menggunakan briket sebagai pengganti bahan bakar untuk memasak.
5. Adapun alasan mereka ingin menggunakan briket sebagai pengganti minyak tanah adalah karena
mereka setuju daun-daun kering dan sekam padi yang mereka anggap sampah dan mengganggu, dapat
dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna serta dapat mengurangi pengeluaran uang. Mereka sadar
sampai kapan mereka akan menebang pohon untuk mengambil kayu sebab hal ini justru akan
mendatangkan kerugian bagi mereka sendiri.
6. Dalam penyebaran angket, kami mengambil sampel masyarakat pedesaan, karena menurut kami
pedesaam merupakan daerah penyedia bahan utama briket, sehingga seharusnya masyarakat pedesaan
lebih bisa mengoptimalkan bahan-bahan yang tersedia tersebut menjadi Briket, sehingga tidak
menebang hutan yang dapat merusak lingkungan hidup.
Jalur panas pada Briket hanya satu arah ke atas, sedangkan dinding atau pinggir Briket tidak ikut
terbakar dalam alur atau aliran panas terbatas atau terputus pada dinding, untuk itu dinding-dinding
Briket kaleng merupakan pembatas arus (Isolator). Dengan arah aliran panas hanya tertuju satu arah ke
atas, maka hasil panas yang terkumpul sangat tinggi dengan demikian asap dan uap tidak sempat ke luar
telah terbakar di dalamnya.
Bagi pembakaran Briket gumpal cukup mudah, yaitu meletakkan briket-briket gumpal tersebut
pada rongga arang kaleng yang seterusnya dilakukan pembakaran seperti dawal pembakaran awal di
atas. Saluran udara pada Briket gumpal adalah celah-celah antara Briket satu dengan lainnya sehingga
efisiensi Briket arang ini tidak memerlukan pengipasan seperti arang kayu.
1) Kaleng mudah didapat dimana- mana di banding dengan Anglo, karena Anglo pemasarannya
terbatas yang hanya dapat di temukan di pasar-pasar tradisional.
4.3 Perbandingan kualitas dan kuantitas antara Briket arang dengan minyak tanah
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket arang antara lain adalah biayanya yang amat
murah. Alat dan bahan yang digunakan juga mudah didapat serta tidak perlu mengeluarkan uang yang
banyak. Disisi lain penggunaan briket tidak memberi dampak negatif terhadap lingkungan justru
membuat lingkungan menjadi bersih dan sehat karena memanfaatkan sampah organik dan sekam padi
yang semula merupakan limbah.
Secara terperinci banyak keuntungan yang diperoleh jika menggunakan briket arang antara lain
sebagai berikut :
2. Tidak perlu berkali- kali mengipasi atau menambah dengan bahan bakar yang baru.
6.Briket bioarang menghasilkan aroma lebih sedap, baik bagi orang yang menggunakannya maupun bagi
masakan yang diolahnya.
Untuk melihat secara langsung keunggulan Briket Arang dengan minyak tanah, kami melakukan
perbandingan penggunaan minyak tanah dengan Briket, yang perbandingannya sebagai berikut:
Bahan : 1. Briket Arang 1 kg; 500 gr dengan sekam dan 500 gr lagi tanpa sekam.
a)Cara kerja:
Siapkan kompor, kaleng 1 sebagai tempat briket dengan menggunakan sekam, dan kaleng 2
sebagai tempat briket tanpa sekam. Setelah itu masukkan briket ke dalam kaleng 1 dan 2. Letakkan
kaleng di atas batu bata. Siapkan air dalam 3 panci masing-masing 1 liter.
Selanjutnya nyalakan briket yang telah ada di dalam kaleng dengan menggunakan api penyulut. Setelah
briket terbakar, nyalakan pula api kompor. Selanjutnya panci ditaruh di atas pembakaran.
Aktifkan Stopwatch, maka waktu perhitungan di mulai. Setelah 13 menit air yang di masak dengan
menggunakan briket sekam mendidih, berselang 50 detik air yang dimasak dengan menggunakan briket
tanpa sekampun mendidih. 2 menit kemudian air dengan menggunakan kompor juga ikut mendidih.
2. Bara api yang dihasilkan dari Briket arang dengan menggunakan sekam lebih banyak dan panasnya
merata, warna api merah kebiru-biruan, asapnya sedikit serta Briketnya lama menjadi abu (pemakaian
tahan lama). Ini adalah keunggulan Briket arang dengan sekam jika dibandingkan dengan Briket arang
tanpa sekam. Jadi api dan panas yang di hasilkan tidak kalah dengan minyak tanah bahkan penggunaan
Briket melebihi minyak tanah serta Briket dapat mendatangkan keuntungan bagi lingkungan dan masa
depan Indonesia. Mengingat ada faktor keuntungan lingkungan dan masa depan hutan Indonesia, maka
penggunaan Briket banyak mendatangkan keunggulan.
Dilihat dari keunggulan diatas maka pemakaian Briket sangatlah menguntungkan karena
dapat memanfaatkan sampah organik berupa dedaunan dan sekam padi menjadi Briket yang dapat
mengurangi jumlah pengeluaraan biaya hidup masyarakat. Selain itu penggunaan Briket lebih efisien
dan lebih efektif bila dibandingkan menggunakan minyak tanah. Api yang dihasilkan Briket lebih baik dan
cepat panas, sehingga dalam proses memasak lebih cepat bila diukur dengan pemanfaatan waktu.
Dengan menggunakan Briket akan lebih ramah lingkungan, sehingga hutan dan lingkungan kita menjadi
seimbang.
BAB V
5.1 Kesimpulan
v Pada umumnya masyarakat Bengkulu menggunakan minyak tanah dan kayu bakar, dan masyarakat di
daerah Bengkulu sangat antusias dan sangat tertarik dengan Briket yang telah kami sosialisasi kepada
mereka.
v Briket dengan menggunakan sekam padi lebih banyak bara apinya, lebih baik apinya, dan panasnya
merata, dibandingkan dengan Briket tanpa menggunakan sekam.
v Waktu yang diperlukan untuk memasak dengan menggunakan Briket lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan minyak tanah.
5.2 Saran
v Hendaknya Dinas Pertambangan Sumber Daya Mineral mengadakan sosialisasi mengenai Briket, agar
masyarakat Bengkulu bisa memperoleh pengetahuan tentang Briket dan tahu cara membuat Briket
tersebut dalam upaya sebagai pengganti minyak tanah.
v Masyarakat Bengkulu hendaknya harus lebih berinovasi dan bisa memanfaatkan segala sesuatu yang
biasanya sangat asing dan sangat awam bagi masyarakat Bengkulu, misalnya Briket, agar sumber daya
alam kita menjadi seimbang.Jangan takut untuk mencoba supaya, supaya kita bisa lebih kreatif.
v Bagi masyarakat Bengkulu yang ingin mencoba pembuatan Briket, hendaklah lebih memperhatikan
komposisi bahan agar hasil Briket baik.
http://chyntiayuliza.blogspot.co.id/2011/01/karya-ilmiah-semasa-sma.html