Anda di halaman 1dari 12

Kelola Sampah Organik dengan Komposter

Oleh :
Ni Kadek Harum Ayu Suartini

Kelas : XI IIS 1
NO ABSEN : 25
NIS : 9338

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
bimbingan-Nya akhirnya kami dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kelola
Sampah Organik dengan Komposter”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun Dengan maksud untuk menambah dan memberi pengetahuan
tentang pembuatan pupuk kompos. Dengan terselesainya karya tulis ini tak lupa kami
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua yang ikut serta dalam pembuatan
karya tulis ini dan membantu penyelesaiannya.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun karya tulis ini memiliki kekurangan penyusun mohon kritik dan
sarannya demi kesempurnaan karya tulis ini di masa mendatang.

Sukawati, 22 Februari 2021

Penulis

2
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Pustaka ................................................................................................ 5
1.4 Manfaat............................................................................................................. 5
1.5 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 5
1.6 Metode Penelitian ............................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 8
2.1 Teknik Pengomposan....................................................................................... 8
2.2 Pemanfaatan..................................................................................................... 9
2.3 Masalah Umum Dan Penanggulangannya....................................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan ke dalam 10 besar Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Hal ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan sejumlah persoalan, diantaranya adalah
produksi sampah dan pembuangannya. Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, bahwa indonesia masih sangat besar jumlah timbulan sampahnya , dalam setahun
sekitar 67,8 juta ton, dan akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk.
Tingginya volume sampah dapat disebabkan belum adanya pengelolaan dan pemisahan
sampah dari masyarakat. Tidak banyak warga yang menggunakan tempat sampah yang
berbeda fungsi untuk memisahkan berbagai jenis sampah. Masyarakat sebenarnya dapat
berperan serta mengurangi efek negatif sampah dengan memisahkan sampah organik dan
non-organik yang dimulai dari dalam rumah. Pengolahan sampah sebenarnya dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu yang lebih bermanfaat. Perlunya memberi
kesadaran bagi masyarakat, remaja dengan cara, truk kebersihan tidak akan mengankut
sampah yang tidak dipilah oleh masyarakat, sehingga masyarakat mau tidak mau harus
memilah sampah.
Sudah sejak lama sekali sampah organik rumah tangga diolah menjadi pupuk kompos.
Masyarakat khususnya di pedesaan telah lama memiliki metode praktis dalam pengolahan
sisa bahan organik yang datang dari rumah. Daun-daun yang gugur dari pohon, ranting muda,
sisa bahan sayur dapur dimasukkan dalam sebuah lubang yang khusus dibuat di dalam tanah.
Jika lubang telah penuh bagian atas akan ditimbun dengan tanah dan dibuatkan lubang baru
di tempat lain. Begitulah masyarakat secara tradisional mengolah sampah. Sampah yang
ditimbun dalam tanah secara alami akan terurai sehingga menjadi pupuk yang menambah
kesuburan tanah. Dari bekas-bekas lubang sampah di dalam tanah ini kemudian dapat
ditanam berbagai macam tanaman atau diambil medianya untuk bertanam. Tapi, terurainya
sampah memerlukan waktu yang lama.
Di tengah makin terbatasnya lahan untuk mengolah sampah secara tradisional, sehingga
masyarakat membuang sampah di TPA. Dapat diambil contoh kasus penutupan TPA
Suwung, Denpasar, Bali, yang disebabkan oleh kurangnya lahan untuk membuang sampah.
Sampah yang terus ditumpuk dan tak diolah berakibat terbakarnya TPA Suwung yang terus
saja terjadi. Oleh karena itu, KOMPOSTER skala rumah tangga yang dapat dibuat sendiri,
dengan tujuan untuk memudahkan mengolah sampah organik menjadi kompos padat
sekaligus kompos cair. Alat ini mudah dibuat meskipun lahan terbatas dan berdampak luas
bagi penyelamatan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membuat komposter yang sederhana?


2. Bagaimana langkah-langkah pembuatan kompos ?

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara membuat komposter sederhana
2. Mengetahui langkah- langkah pembuatan kompos

1.4 Manfaat
Dengan penelitian ini, saya harap komposter dapat bermanfaat bagi masyarakat, tidak sekedar
menambah pengetahuan, tapi bisa juga menyelesaikan masalah tingginya volume sampah dari
tahun ketahun.

1.5 Tinjauan Pustaka


Kompos
Kompos adalah hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, dan aerobik atau anaerobik. Jika dilihat dari bentuknya kompos ada yang berbentuk
padat dan cair.
Kompos padat adalah kompos yang sebagian besar atau keseluruhannya terisi atas
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan yang berbentuk padat.
Kompos cair larutan yang mengandung satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan
tanaman, kompos cair ini mudah larut. Bila dibandingkan, pupuk cair akan dapat mengatasi
defisiensi unsur hara dengan lebih cepat, bila dibandingkan dengan pupuk padat. Hal ini
didukung oleh bentuknya yang cair sehingga mudah diserap tanah dan tanaman.

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan


kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah
dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.

5
Komposter
Komposter merupakan suatu alat yang digunakan untuk membuat pupuk cair.
Komposter dapat berupa tong sampah plastik atau kotak semen yang biasanya diletakkan di
dalam atau di luar ruangan. Secara sederhana, komposter dapat dibuat sendiri menggunakan
barang bekas yang dimodifikasi.
Ukuran komposter dapat disesuaikan dengan skala limbah. Untuk skala limbah
keluarga kecil dapat menggunakan komposter berukuran 20—200 liter. Sementara itu, untuk
skala besar seperti limbah rumah makan atau rumah sakit dapat menggunakan komposter
berukuran 200 liter.
Komposter memiliki instalasi untuk sirkulasi udara di dalamnya sehingga dapat membantu
proses pengomposan aerob dan mempercepat proses penguraian sampah. Selain itu, komposter
juga mampu menjaga kelembapan dan suhu sehingga bakteri dan jasad renik dapat bekerja
mengurai bahan organik secara optimal. Komposter juga memungkinkan aliran lindi terpisah
dari material padat sehingga memudahkan untuk mendapatkan pupuk cair

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Alat dan bahan membuat komposter :

1. Penyangga plastik, untuk menyangga lempengan plastik


2. Ember bekas cat berukuran 25 liter dengan tutupnya
3. Lempengan plastik, untuk saringan
4. Kran plastik atau slang plastik kecil

1.6.2 Langkah pembuatan komposter :

1. Masukkan penyangga saringan dalam ember, kemudian saringan.


2. Lubangi ember pada bagian bawah, sekitar 1-2 cm dari dasar ember, untuk
memasang kran atau slang plastik sebagai lubang pengeluaran cairan lindi yang
dihasilkan dari proses pengomposan.
3. Lubangi lempengan plastik menggunakan solder atau paku yang dipanaskan (akan
berfungsi sebagai saringan).
4. Pasang kran atau selang pada lubang tersebut.
5. Komposter siap diisi sampah dapur.

6
1.6.3 Berikut cara pembuatan kompos menggunakan komposter :

1. Penambahan sampah dapat dilakukan sampai komposter penuh.


2. Tutup rapat komposter.
3. Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil kedalam komposter.
4. Pisahkan sampah organik dan non organik.
5. Potong kecil sampah organik menjadi sekitar 1-2 cm.
6. Semprot sampah organik dengan bioaktivator (bisa menggunakan
EM4) sampai rata.
7. Lakukan penyemprotan setiap kali memasukkan sampah dan tutup rapat kembali
komposter.
8. Diamkan selama + 14 hari agar terjadi proses pengomposan.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pengomposan


1. Alat yang dibutuhkan untuk membuat pupuk organik cair adalah komposter. Komposter
ini merupakan alat yang bisa digunakan untuk mengolah semua jenis limbah organik
rumah tangga menjadi kompos baik dalam bentuk padat maupun cair. Jadi semua sampah
yang tergolong limbah organik bisa digunakan sebagai bahan, seperti sisa
sayuran/buah/sisa makanan, bahkan limbah organik dari kebun.
2. Semua bahan dipotong menjadi ukuran lebih kecil terlebih dahulu agar proses
dekomposisinya lebih cepat dan sempurna. Selain itu potongan yang kecil-kecil bisa
memaksimalkan kapasitas atau daya tampung komposter.
3. Jika menginginkan pengomposan berlangsung lebih cepat, bisa ditambahkan cairan
starter untuk kompos seperti EM4. Cairan ini berisi mikrorganisme yang akan membantu
proses pengomposan berlangsung lebih cepat.Untuk mendapatkan mikroba yang lebih
aktif, cairan EM4 bisa dilarutkan terlebih dulu dalam air dengan tambahan tetes tebu atau
air gula. Larutan disimpan dulu dalam wadah tertutup beberapa hari hingga tercium aroma
khas manis asam.
4. Larutkan mikroba dekomposer dengan 1 liter air. Konsentrasi larutan sesuai dengan
petunjuk yang tertera pada kemasan produk mikroba dekomposer yang digunakan
5. Masukkan semua bahan ke dalam komposter yang sudah disiapkan sedikit demi sedikit
sambil disemprot larutan mikroba dekomposer, sehingga pemberian aktivator bisa merata
keseluruh bahan. Setelah semua bahan dimasukkan, tutup rapat-rapat komposter tersebut.
6. Pada awal pemakaian komposter baru bisa menghasilkan air lindi atau kompos cair
dalam waktu dua minggu. Selanjutnya pengambilan lindi dapat dilakukan dalam waktu 2-
3 hari sesuai kebutuhan.
7. Pengambilan air lindi hanya sebatas kran, karena air lindi di bawah kran dibiarkan saja
untuk membantu proses dekomposisi. Air lindi tersebut sudah banyak mengandung
mikroba aktivator sehingga dapat digunakan untuk melakukan pengomposan.
8. Air lindi yang sudah diambil sebaiknya dicampur lagi dengan mikroba dekomposer agar
kandungan mikrobanya lebih banyak. Berikan 10 ml mikroba dekomposer per liter air
lindi. Diamkan selama 2-3 hari, setelah itu pupuk organik cair siap untuk diaplikasikan.
Pupuk organik cair tersebut bisa disimpan selama 1-2 bulan.

8
9. Jika pengomposan awal sudah berjalan, selanjutnya limbah organik bisa dimasukkan
setiap hari. Jika komposter sudah penuh, maka kompos padat yang ada di dalam bisa
diambil sesuai dengan jumlah sampah organik yang akan dimasukkan.

2.2 Pemanfaatan
Manfaat komposter
 Komposter berguna untuk membuat kompos, yang dapat menggemburkan serta
menyuburkan tanah dan membranous bakteri pengurai (dekampaser).
Manfaat kompos
 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
 Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
sampah.
 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen

2.3 Masalah Umum Komposer dan Penanggulangannya


2.3.1 Masalah
1. Muncul belatung
2. Bau busuk /amonia)
3. Bau busuk (tengik,telur busuk)
4. Pupuk menggumpal
5. Terlalu kering
6. Komposter lembab tapi tidak hangat (tidak beraksi)

2.3.2 Penyebab
1. Ada bahan sampah organik basah (daging ikan tulang, susu, lemak, santan, susu)
atau kompos tidak tertutup
2. Terlalu banyak unsur nitrogen, sampah hijau terlaly banyak
3. Kurang oksigen / terlalu lembab
4. Terlalu lembab
5. Kurgan air, terlalu banyak sampah coklat
6. Kurang sampah hijau

9
2.3.3 Penanggulangan
1. Hindari bahan organik basah dan tutup kompos dengan selapis tanah
2. Tambahkan sampah coklat dan buka komposter untuk menambah oksigen
3. Tambahkan sampah coklat, buka komposter untuk menambah oksigen dan aduk
kompos
4. Tambahkan sampah coklat, buka komposter, aduk kompos
5. Tambahkan air dan sampah hijau
6. Masukkan sampah hijau

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap hasil penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pengomposan dengan menggunakan KOMPOSTER di sebuah rumah tangga mampu
mengurangi timbulan sampah dapur di rumah tangga dan menghasilkan cairan licit dan sisa
residu nihil dikarenakan seluruh cairan licit dan kompos matang dimanfaatkan sebagai pupuk
tanaman

3.2 Saran
Mengingat pentingnya melestarikan lingkungan sekitar kita, maka pembuatan
KOMPOSTER ini perlu dilakukan. Agar lingkungan kita bersih dari sampah sehingga
lingkungan menjadi asri. Lestarikan Bumi, Sejahterakan Masyarakat.

11
Daftar Pustaka

www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/denpasar/read/2019/10/28/18033521/pasca-
kebakaran-tpa-suwung-denpasar-warga-protes-puluhan-truk-sampah?espv=1
https://panduanbertanam.blogspot.com/2016/04/cara-membuat-komposter-pupuk-
organik.html?m=1
id.m.wikipedia.org/wiki/Kompos
cisanti.com/2018/01/05/membuat-komposter-skala-rumah-tangga-dari-ember-plastik/
mulyana19.blogspot.com/2013/04/kreativitas-siswa.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai