Anda di halaman 1dari 43

1

PROPOSAL

UJI KEMAMPUAN BONGGOL PISANG SEBAGAI


NUTRISI MIKROORGANISME DALAM
MENDEGRADASI SAMPAH RUMAH TANGGA
MENJADI KOMPOS

Oleh:
PRANESTI ELYZA PABURE
PO.71.4.221.20.1.076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI SARJANA TERAPAN
SANITASI LINGKUNGAN
2

2023
i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,


yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya
serta PernyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini.
Proposal ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
untuk menempuh penyelesaian ujian akhir pada pendidikan
Diploma IV Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan, Jurusan
Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Makassar.
Penulis menyadari bahwa proposal ini sangat
sederhana dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan proposal ini sehingga dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Penulis memohon maaf jika ada kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan di hati.
Akhir kata semoga segala bantuan yang telah diberikan
mendapat Berkat dari Tuhan Yang Maha Esa dan dapat
bermanfaat bagi penulis terlebih bagi pembaca . Salam
Sejahtera Bagi Kita sekalian.
Makassar, Oktober 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................4
C. Tujuan Penelitian .........................................................................4
D. Manfaat ........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sampah...........................................................6


B. Tinjauan Tentang kompos............................................................10
C. Tinjauan Tentang Mikroorganisme Lokal......................................18

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemkiran Variabel yang Diteliti .........................................28


B. Variabel Penelitian .......................................................................30
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................................30

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................32


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................32
C. Populasi dan Sampel ...................................................................32
D. Metode Pengumpulan Data .........................................................33
E. Pengolahan Penyajian Data.........................................................33
F. Analisis Data ................................................................................33
G. Desain Penelitian .........................................................................33

DAFTAR PUSTAKA
iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan hasil akhir yang ditemukan dari setiap
kegiatan maupun sebuah produksi yang berasal dari manusia.1
Salah satu yang perlu diperhatikan adalah sampah, merupakan
hasil dari kegiatan manusia yang tidak bisa terpisah. Karena
melihat dari setiap aktivitas manusia, volume peningkatan sampah
sebanding dengan meningkatknya konsumsi manusia setiap hari.
Masalah sampah di kota-kota besar atau pedesaan
merupakan masalah yang rumit karena kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat di timbulkan oleh
sampah dan kurangnya biaya untuk pembuangan sampah yang
baik serta memenuhui syarat. Faktor lain yang menyebabkan
permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah
meningkatan taraf hidup masyarakat yang tidak di sertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga
partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan
dan membuang sampah pada tempatnya.
Sampah sebagian besar didapatkan dari hasil kegiatan-
kegiatan rumah tangga yang kini menjadi permasalahan serius di
Negara Indonesia. Jumlah sampah yang cukup banyak disebabkan
oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah
sehingga hampir diseluruh TPA tidak mampu menampung
banyaknya jumlah sampah rumah tangga. Sebagai bentuk
keperdulian terhadap penanganan sampah maka perlu dilakukan
tindakan pengelolaan sampah dimulai dari skala kecil yaitu dalam
rumah tangga. Sampah rumah tangga yang bersifat organik dapat
diolah dengan cara pengomposan.
2

Pemerintah terus melakukan upaya pengolahan sampah


melalui berbagai kebijakan yaitu dengan diterbitkannya UU Nomor
18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah, PP Nomor 81 Tahun
2012 tentang pengolahan Sampah Rumah Tangga.
Untuk mempercepat pengomposan dan menghasilkan
kompos yang baik, maka peneliti akan menggunakan starter
sebagai pengurai daripada limbah yang akan diproses untuk
menghasilkan kompos yang baik. Mikroorganisme merupakan
makhluk yang diciptakan mempunyai ukuran, dan bereproduksi
sendiri. Untuk itu, larutan yang digunakan untuk merombak bahan-
bahan organik dalam tanah adalah larutan MOL (Mikroorganisme
Lokal). Selain itu, Mol dapat merangsang pertumbuhan pada
tanaman, dan sebagai pengendali hama penyakit pada tanaman.5
Mikroorganisme (bakteri pembusuk) dalam dunia Pertanian dapat
dimanfaatkan sebagai perombak bahan-bahan organik seperti
dedaunan, sayur, buah-buahan, kotoran hewan. Dalam proses
pengomposan yang cepat, maka bisa dilakukan dengan bantuan
manusia agar tidak menunggu bertahuntahun dalam proses
pengomposannya yaitu dengan cara membuat dekomposer. Ada
beberapa macam dekomposer yang digunakan oleh para petani
yang didapatkan dari pasar, seperti EM4. Larutan EM4 terdapat
banyak mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp.,
Streptomyces sp., ragi (yeast), dan actinomycetes. Bakteri tersebut
merupakan golongan utama diantara 80 genus mikroorganisme
dalam fermentasinya.
Dari jumlah tumpukan sampah sisa rumah tangga yang
begitu banyak, yang dapat menjadi masalah terhadap kesehatan
dan lingkungan.Sampah sisa rumah tangga dapat menjadi sumber
penyakit, sumber bau yang kurang enak, pencemaran lingkungan,
dan sumber perkembang biakan vektor, Oleh karena itu diperlukan
penanganan sampah yang tepat.Salah satu penanganan sampah
3

sisa rumah tangga yang tepat adalah mendaur ulang sampah


menjadi kompos.
Bonggol pisang telah dimanfaatkan seabagai pembuatan
kompos (Wulandari dkk., 2009). Kandungan gizi dalam bonggol
pisang juga berpotensi digunakan sebagai sumber mikroorganisme
lokal karena kandungan gizi dalam bonggol pisang dapat
digunakan sebagai sumber makanan sehingga mikrobia
berkembang dengan baik. Kandungan tersebut antara lain:
mengandung karbohidrat 66,2% (Wulandari dkk., 2009; Bilqisti dkk,
2010), protein, air dan mineral-mineral penting (Munadjim,1983).
Menurut Widiastuti (2008), dalam 100 g bahan bonggol pisang
kering mengandung karbohidrat 66,2 g dan bonggol pisang segar
mengandung karbohidrat 11,6 g. Menurut Bilqisti dkk.(2010),
bonggol pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati dan
20% air. Kandungan bonggol pisang sangat baik untuk
perkembangan mikroorganisme decomposer.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Riama dkk, 2017 MOL
bonggol pisang dengan penambahan gula pasir, molase hasil yang
diperoleh untuk waktu pengomposan hingga menjadi kompos
selama 3 minggu. Hal ini sejalan dengan bioktivator dari bonggol
pisang dan limbah buah-buahan dengan penambahan gula pasir
waktu yang diperlukan untuk pengomposan selama <30 hari.
Unsur hara sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
perkembangannya baik berupa pupuk organik maupun
anorganik.Pemberian pupuk organik dan anorganik secara
bersamaan pada suatu lahan untuk memenuhi kebutuhan hara bagi
tanaman.Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Kompos
mudah terurai karena mempunyai nisbah C:N rendah yaitu
mendekati C:N tanah antara 10:12 (Rachman dkk, 2008).
Mikroorganisme lokal (MOL) yang digunakan sebagai
pengurai bahan organik padat menjadi kompos dikenal sebagai
4

dekomposer.Saat ini sudah terdapat banyak dekomposer komersial


yang mengandung mikroorganisme yang dapat mengurai sampah
menjadi kompos.Dekomposer yang paling banyak dijual saat ini
adalah dekomposer yang diproduksi oleh pabrik seperti EM4,
Superdegra, Stardec, Probion, dan lain-lain.Namun harga dari
dekomposer tersebut mahal (misalnya EM4 harganya Rp.15.000/lt),
sehingga tidak semua petani dapat membelinya (Anonim,
2011).Selain mudah dan murah, MOL (mikroorganisme lokal) juga
dapat menjadi pupuk bagi tanaman karena mengandung unsur
hara yang lengkap.Menurut Wulandari dkk.(2009), MOL merupakan
sekumpulan mikroorganisme yang bisa dikembangbiakkan dengan
menyediakan makanan sebagai sumber enerji yang berfungsi
sebagai starter (mempercepat pengomposan) dalam pembuatan
kompos.Dengan MOL ini, pengomposan dapat selesai dalam waktu
tiga minggu.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka didapatkan
rumusan masalah “Apakah penambahan mikroorganisme bonggol
pisang dapat mempercepat proses pengomposan sampah Rumah
tangga serta menghasilkan kualitas kompos yang baik?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah dengan menggunakan MOL Bonggol
pisang dalam proses pengomposan dapat mempercepat
penguraian.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam proses
pengomposan menggunakan MOL bonggol pisang.
5

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan masukan serta bahan
pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program
penanganan sampah diperkotaan.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta
menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk dapat
diaplikasikan melalui proses penyuluhan tentang
pemanfaatan kompos sampah rumah tangga.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti
untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman
serta penerapan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti
pendidikan.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG SAMPAH


1. Pengertian Sampah
Berbagai aktivitas dilakukan manusia untuk
kesejahteraannya dengan cara menggali dan memanfaatkan
sumber daya alam sehingga menghasilkan benda dan jasa
serta bahan buangan (sampah).
Mengidentifikasi sampah sebagai suatu benda yang tidak
digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia.Para ahli kesehatan
masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini
jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang
dibuang karena sudah tidak berguna
Pengertian sampah menurut Undang-Undang No. 18 Tahun
2008 tentang pengolahan sampah yaitu sisa kegiatan sehari-
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau
semi-padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah organik bisa dikatakan sebagai sampah ramah
lingkungan bahkan sampah bisa diolah kembali menjadi suatu
yang bermanfaat bila dikelola dengan tepat. Tetapi sampah bila
tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan penyakit dan
bau yang kurang sedap hasil dari pembusukan sampah organik
yang cepat. Berdasarkan jenisnya sampah organik dapat
7

digolongkan menjadi 2 antara lain sampah organik basah dan


kering. Sampah organik basah sampah yang banyak
mengadung air,misalnya sisa sayur, kulit pisang, buah yang
busuk, kulit bawang dan sejenisnya.Sementara itu, sampah
organik kering adalah sampah organik yang sedikit
mengandung air.Misalnya kayu, ranting pohon, kayu dan
daundaun kering.kebanyakan sampah organik sulit diolah
kembali jadi lebih sering dibakar untuk memusnahkannya.
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan,
jerami, alang-alang,rumput-rumputan, dedak padi, batang
jagung, sulur, carangcarang serta kotoran hewan yang telah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial
bagi tanaman.
2. Jenis-jenis sampah
Menurut American Public Works Association, mengemukakan
jenis sampah berdasarkan karakteristiknya, yaitu :
a. Sisa makanan atau sampah
Sisa yang termasuk jenis ini adalah sampah yang dapat
dihasilkan dalam proses pengolahan makanan karakteristik
sampah adalah dapat membusuk dan dapat terurai dengan
cepat khususnya bila cuaca panas. Proses pembusukan sering
kali menimbulkan bau busuk. Bahan-bahan yang membusuk ini
sangat penting diketahui dalam usaha pengumpulan dan
pengolahan sampah secara berdaya guna dan berhasil guna.
b. Sampah Kering
Sampah kering terdiri dari sampah yang dapat terbakar
ataupun yang tidak dapat terbakar, tidak termasuk sisa
makanan atau benda-benda yang sangat mudah
membusuk.Jenis dari sampah kering ini yang dapat terbakar
8

misalnya adalah kertas, plastiK, tekstil, kater, kulit kayu, daun-


daun kering.Sedangkan jenis dari sampah kering yang tidak
dapat terbakar misalnya adalah kaca, kaleng, logam, dan lain-
lain.
c. Abu
Abu dalam hal ini benda adalah yang tertinggal
dipembakaran kayu, arang atau benda-benda yang terbakar.
d. Sampah jalan
Sampah yang berasal dari jalan, biasanya berupa sampah
daundaunan dan pembungkus
e. Bangkai binatang
Sampah biologis berupa bangkai binatang kecil dan bangkai
binatang pemeliharaan.
f. Rongsokan kendaraan
Bekas-bekas kendaraan milik umum dan pribadi, seperti bak
mobil, becak dan lain-lain.
g. Sampah industry
Seperti : bahan kimia beracun, bahan beracun, bahan kimia,
mineral, residu, dan organik. Residu dan pathologi radiologi,
kayu dan kertas.
h. Sampah dari bangunan
Sampah disini dimaksudkan terjadi karena penghancuran
atau pembangunan suatu gedung.Seringkali diklasifikasikan
dalam sampah kering misalnya batu, batu merah, papan, sisa-
sisa pipa dan sebagainya.
i. Sampah khusus/berbahaya
Merupakan sampah yang dapat membahayakan manusia,
seperti : sampah kimia beracun, pestisida, pupuk kimia,
radiaktif, sampah medis di rumah sakit
j. Sampah pengolahan air minum/air kotor
9

Sampah yang berupa lumpur dari perusahaan air minum


atau pengolahan air kotor, dapat diklasifikasikan dalam jenis
tersendiri.Berdasarkan sifat jenis/pengolahan sampah terdiri
dari :
1. Sampah organik
Sampah golongan ini merupakan sisa-sisa makanan dari
rumah tangga atau merupakan hasil sampingan kegiatan
pasar bahan makanan, seperti pasar sayur mayur.Contoh
sampah organik adalah potonganpotongan sayuran yang
merupakan sortasi sayur mayur di pasar, makanan sisa, kulit
pisang, daun pembungkus, dan sebagainya.Sampah organik
merupakan sampah yang mengandung senyawa organic,
dan oleh karenanya tersusun unsur-unsur karbon, hydrogen
dan oksigen dimana bahan-bahan ini mudah didegredasi
oleh mikroba sampah organik.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik dikelompokkan menjadi 2 (dua)
jenis.Golongan pertama sampah tidak lapuk. Sampah jenis
ini benar-benar tidak akan bisa lapuk secara alami,
sekalipun lapuk telah memakan waktu yang bertahuntahun.
Contoh sampah tidak lapuk adalah plastik, kaca, mika.
Golongan kedua yaitu sampah jenis ini akan bisa lapuk
perlahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih
dipisahkan lagi atas sampah tidak mudah lapuk yang tidak
bisa terbakar, seperti kaleng dan kawat. Sampah ini tidak
bisa didegredasi oleh mikroba.
3. Sumber-sumber sampah
Menurut Notoatmodjo, 2003 Sumber-sumber sampah yaitu
sebagai berikut:
a. Sampah Rumah Tangga/Permukiman
10

Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa


pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga
bekas, kertas, kardus, gelas,kain,sampah
kebun/halaman, danlain–lain.
b. Sampah Dari Perkebunan Dan Pertanian
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan
organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar
sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar
atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan
kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu
perlakuakn khusus agar tidak mencemari
lingkungan.Sampah pertanian lainnya adalah lembaran
plastik penutu tempat tumbuh – tumbuhan yang berfungsi
untuk mengurangi penguapan dan menghambat
pertumbuhan gulma namun plastik ini bisa didaur ulang.
c. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan
seperti : toko,pasar tradisional, warung, pasar swalayan
ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas dan bahan
organik termasuk sampah makanan dan restoran.
Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor
pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat
tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll) foto copy, pita
printer, kotak tinda printer, baterai, bahan kimia dari
laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak,
dll. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus
dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh
perlakuan khusus karena bahaya.
B. TINJAUAN TENTANG KOMPOS
1. Pengertian Kompos
11

Kompos merupakan hasil penguraian, pelapukan dan


pembusukan bahan organic seperti kotoran hewan, daun,
maupun bahan organik lainnya. Bahan kompos tersedia di
sekitar kita dalamberbagai bentuk . Beberapa contoh bahan
kompos adalah batang, daun, akar tanaman, serta segala
sesuatu yang dapat hancur (Soeryoko,2011).
Kompos merupakan bahan organik yang terdiri dari
sisasisatanaman, ataupun sampah-sampah kota yang telah
mengalami prosesdekomposisi atau pelapukan sebelum bahan
tersebut ditambahkan kedalam tanah (Ida, 2013).
Kompos merupakan pupuk campuran yang terdiri atas
bahan organik, seperti daun dan jerami yang membusuk.
Pembusukan bahanbahan organik ini disebut dengan proses
dekomposisi (Khalimatu Nisa dkk, 2016). Sedangkan menurut
Wield (2014) Pupuk alami (organik) yang dapat dibuat dari
bahan-bahan hijau dan bahan organik lainnya yang
ditambahkan dengan sengaja sehingga proses pembusukan
akan lebih cepat.
Hasil dekomposisi atau fermentasi bahan-bahan organik
sepertisisa hewan, tanaman, dan limbah organik lainnya dapat
menghasilkan kompos yang dimanfaatkan untuk memperbaiki
struktur tanah, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam
tanah, menambah daya ikat air terhadapt anah, dan
memperbaiki sifat-sifat tanah lainnya.
2. Mekanisme Proses Pengomposan
Pada dasarnya, membuat kompos adalah untuk meniru
proses terjadinya humus di alam dengan bantuan
mikroorganisme. Ada dua jenis mikroorganisme yang berperan
dalam proses pengomposan yaitu mikroorganisme yang
membutuhkan kadar oksigen tinggi (aerob) dan mikro
organisme yang bekerja pada kadar oksigen rendah (anaerob).
12

Meskipun menghasilkan produk akhir yang sama (kompos),


perbedaan mikro organisme yang digunakan akan
mempengaruhi proses pembuatan kompos (Teti suryati 2014).
Ada dua mekanisme proses pengomposan yakni
pengomposan secara aerob dan anaerob yang keduanya di
bedakan berdasarkan ketersediaan oksigen bebas sebagai
berikut.
a. Pengomposan aerobik
Pada proses pengomposan secara aerobik, oksigen
mutlak dibutuhkan. Mikroorganisme yang terlibat dalam
proses pengomposan membutuhkan oksigen dan air
untuk merombak bahan organik dan mengasimilasi
sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur
lainnya untuk sistem protoplasma sel tubuhnya sekitar
dua per tiga bagian dari karbon di keluarkan dalam
bentuk karbondioksida (CO2). Sedangkan selebihnya
dikombinasikan dengan nitrogen sel.
b. Pengomposan anaerobik
Proses pengomposan anaerobik tanpa adanya oksigen
biasanya proses dilakukan dalam wadah tertutup
sehingga tidak ada udara yang masuk. Proses
pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob
untuk membantu mendekomposisikan secara anaerob
biasanya berupa bahan organik yang berkadar air yang
tinggi. Pengomposan anaerob akan menghasilkan gas
metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan asam organik
yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat,
asam propinat, asam butirat, asam laktat, dan asam
suksinat.
3. Prinsip pengomposan
13

Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau di


manfaatkan oleh tanaman karena perbandingan C/N dalam
bahan tersebut relatif tinggi atau tidak sama dengan C/N tanah.
Nilai C/N merupakan hasil perbandingan antara karbohidrat dan
nitrogen. Nilai C/N tanah sekitar 10-1 . Apabila bahan organik
mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan
C/Ntanah, bahan tersebut dapat digunakan atau diserap
tanaman. Namun, umumnya bahan organik yang segar
mmpunyai C/N yang tinggi, seperti jerami padi (50-70), daun-
daunan (>50, tergantung jenisnya), cabang tanaman (15-60
tergantung jenisnya), dan kayu yang telah tua (bisa mencapai
400).
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan
organik hingga sama dengan C/N tanah (>20). Semakin
tingginya C/N bahan, proses pengomposan akan semakin lama
karena C/N harus diturunkan. Waktu yang diperlukan untuk
menurunkan C/N tersebut bermacam-macam, dari tiga bulan
hingga mencapai tahunan. Hal itu terlihat dari proses
pembuatan humus di alam. Diperlukan waktu bertahun-tahun
untuk mengubah bahan organik menjadi humus (humus
merupakan hasil proses lebih lanjut dari pengomposan).
Dalam proses pengomposan, terjadi perubahan untuk
mengurangi atau menghilangkan kadar karbohidrat dan
meningkatkan senyawa N yang larut (ammonia). Dengan
demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N
tanah.
Berikut adalah perubahan yang terjadi dalam pengomposan:
1. Karbohidrat, selulosa, hermiselulosa, lemak, serta lilin
menjadi CO₂ dan air.
2. Zat putih telur menjadi ammonia, CO₂, dan air.
14

3. Senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap


tanaman dengan cara terurai.

Pengomposan atau dekomposisi merupakan pengururaian


dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologi dalam
suhu tinggi (termofilik) dengan hasil akhir bahan yang cukup
baik untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan.
Proses termofilik terjadi karena kelembapan dan suasana
aerasi yang tertentu. Setelah suhu tercapai, mikroorganisme
dapat aktif menguraikan bahan organik.

Pengomposan dapat terjadi dalam kondisi aerobik dan


anaerobik. Pengomposan aerobik yang terjadi dalam keadaan
dengan O₂ sedangkan pengomposan anaerobic tanpa O₂
Dalam proses pengomposan aerobik akan dihasilkan CO₂ dan
panas. Sementara itu, dalam pengomposan anaerobik akan
dihasilkan metana (alkohol), CO₂ dan senyawa antara seperti
asam organik. Dalam proses pengomposan anaerobik, sering
menimbulkan bau yang tajam sehingga teknologi pengomposan
banyak ditempuh dengan cara anaerobik.

Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh


kandungan C/N (Carbon/Nitrogen). Semakin mendekati C/N
tanah maka bahan tersebut akan lebih cepat menjadi kompos.
Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang
seimbang

Tabel 2.1 C/N Rasio beberapa bahan organic

Bahan C/N RATION

Darah 3

Daun 60

Limbah buah-buahan 35
15

Limbah makanan 15

Limbah sayuran 62,1

Jerami padi 100

Kotoran sapi 5,6

Urin ternak 0,8

Sumber : mulyono(2014)

4. Manfaat pengomposan
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air
tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara
dan tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman.Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih
baik kualitasnya dari pada tanaman yang dipupuk dengan
pupuk kimia, missalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang
dari beberapa aspek.
a. Aspek Ekonomi
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan
limbah
2. Mengurangi volume sampah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan pada bahan
asalnya
b. Aspek Lingkungan
16

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah


dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang
membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah.
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c. Aspek bagi tanah/tanaman
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan
jumlah panen).
6. Menyediakan hormone dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/seragam penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.

Bahan-bahan organik padat dikomposisikan pada dasarnya


semua bahan-bahan organik padat dikomposisikan misalnya,
limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik
pasar/kota, kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik pertanian,
limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk
dikomposkan antara lain tulang, tanduk, dan rambut. (Darmono
Taniwiryono 2009).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kompos


Proses pengomposan merupakan proses biokimia sehingga
setiap faktor yang mempengaruhi mikroorganisme tanah akan
memengaruhi laju dekomposisi tersebut. Laju dekomposisi
bahan organik menjadi kompos yang matang dari beberapa
faktor sebagai berikut :
1. Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar
antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa
17

karbon sebagai sumber energi dan menggunakan nitrogen


untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40
mikroba mendapatkan cukup. karbon untuk energi dan
nitrogen untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu
tinggi, mikroba akan kekurangan nitrogen untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
2. Ukuran bahan baku, bahan yang berukuran lebih kecil akan
lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas
bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan
organik perlu dicacah sehingga berukuran kecil. Bahan
yang keras sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5-1cm,
sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran
yang agak besar, sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang
tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang
terlalu hancur (banyak air) kurang baik (kelembapannya
menjadi tinggi).
3. Komposisi bahan, pengomposan dari beberapa macam
bahan akan lebih baik dan lebih cepat. Pengomposan
bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah
dengan kotoran hewan. Ada juga yang menambah bahan
makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan
mikrooragnisme sehingga selain dari bahan organik,
mikroorganisme juga mendapatkan bahan tersebut dari
luar.
4. Aerasi dan kelembaban pengomposan yang cepat dapat
terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi
secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan
suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara
yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos.
Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan
(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi
18

proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak


sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
mengalirkan udara didalam tumpukan kompos. sehingga
berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah
hingga berukuran 0,5-1cm, sedangkan bahan yang tidak
keras dicacah dengan ukuran yang agak besar, sekitar 5
cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak
terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak air)
kurang baik (kelembabannya menjadi tinggi). Kelembaban
yang ideal pada proses pengomposan adalah antara 40% -
60%, kelembaban yang tidak sesuai dapat menyebabkan
mikroba tidak berkembang bahkan mati.
5. Keasaman (pH), keasaman atau pH dalam tumpukan
kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme.
Kisaran pH yang baik yaitu sekitar 6,5-7,5 (netral). Oleh
karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi
tambahan menaikkan pH.
6. Kandungan Hara, kandungan P dan K juga penting dalam
proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan
7. Jumlah mikroorganisme, biasanya dalam proses ini bekerja
bakteri, fungi, Actinomycetes, dan protozoa. Sering
ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam bahan yang
akan dikomposkan. Dengan bertambahnya jumlah
mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan akan
lebih cepat.
C. TINJAUAN TENTANG MIKROORGANISME LOKAL (MOL)
1. Pengertian Mikroorganisme Lokal(MOL)
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik
19

padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari


beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme.
Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai pupuk kompos cair
dapat mengatasi permasalahan penggunaan pupuk anorganik.
Menurut Juanda dkk, (2011) mengemukakan bahwa
mikroorganisme lokal merupakan kumpulan mikroorganisme
yang bisa diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam
pembuatan kompos padat yang manambah bahan bakunya
juga berasal dari lingkungan pertanian seperti dari jerami,
kotoran hewan, limbah buah dan sayuran. Pemberian bahan
organik baik cair (MOL) maupun padatan (pupuk organik)
tersebut diharapkan mampu memelihara kesuburan tanah,
meningkatkan populasi mikroba tanah dan kelestarian
lingkungan. (Gusti dalam Prima,2016).
2. Pengertian Bonggol Pisang
Pisang merupakan jenis tanaman yang mempunyai
beberapa komposisi baik pada kandungan karbohidrat, protein,
fosfor dan kandungan lainnya yang penting dan dibutuhkan oleh
manusia. Komposisi antara satu jenis pisang dengan lainnya
hampir sama hanya jumlah kandungan gizinya yang berbeda.
Adapun kandungan dalam bonggol pisang ditunjukkan pada
tabel dibawah ini.

No Kandungan gizi Bonggol Bonggol Kering


Basah

1. Kalori(kal) 43,00 425,00

2. Protein(gram) 0,36 3,45

3. Lemak(gram) 0 0

4. Karbohidrat(gram) 11,60 66,20


20

5. Kalsium(mg) 15,00 60,00

6. Fosfor(mg) 60,00 150,00

7. ZatBesi (mg) 0,50 2,00

8. VitaminA(SJ) 0 0

9. VitaminB1(mg) 0,01 0,04

10. Vitaminc(mg) 12,00 4,00

11. Air 86,00 20,00

12. Bagianyangdapat 100 100

Dikonsumsi(%)

Tabel2.2.KandunganBonggolPisang

Sumber:Maudikdkk,(2008)

Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan


organik. Mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang
bagian luar maupun bagian dalam (Suhastyo,2011). Jenis
mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang
antara lain Bacillussp, Aeromonassp, dan Aspergillusnigger.
Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik
(Suhastyo,2011). Mikrobia pada MOL bonggol pisang akan
bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan
dikomposkan.

Adapun taksonomi dari tanaman pisang adalah:


(Tjitrosoepomo,1991)

Kerajaan : Plantae

Devisi : Magnoliophyta
21

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Keluarga : Musaceae

Marga : Musa

Jenis : Musa Paradisiaca

Menurut Wulandaridkk. (2009) bonggol pisang mengandung


karbohidrat 66,2%. Dalam 100g bahan, bonggol pisang kering
mengandung karbohidrat 66,2g dan pada bonggol pisang segar
mengandung karbohidrat 11,6g. Kandungan karbohidrat yang
tinggi akan memacu perkembangan mikroorganisme.
Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam bonggol pisang
memungkinkan untuk difermentasi untuk menghasilkan cuka
(Wulandaridkk.2009). Dalam proses fermentasi, karbohidrat akan
mengubah menjadi gula oleh S. cerevisiae,gula diubah menjadi
alkohol dan alkohol akan diubah olehA. acetimenjadi asam
asetat. Selain potebsi fermentasi juga berpotensi sebagai
bioaktivator dalam pengomposan (Widiastuti,2009).

MOL bonggol pisang memiliki peranan dalam masa


pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap
penyakit. Kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikat
anion-oinAl, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan P
tanah yang berguna pada proses pembuangan dan
pembentukan buah (Setianingsih,2009).

3. Pengertian molase
Molase (tetes) merupakan sisa dari proses pengkristalan gula
pasir yang masih mengandung gula dan asam-asam organik
sehingga merupakan bahan baku yang baik untuk pembuatan
etanol. Dibandingkan bahan baku lain, molase mempunyai
22

keunggulan yaitu selain harganya murah juga mengandung


50% gula sederhana yang dapat difermentasikan langsung oleh
yeast menjadi etanol tanpa pretreatment.
Molase mengandung gula dengan kadar tinggi yaitu 50-60%,
asam amino dan mineral sehingga molase sangat potensial
dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Karena kadar gula
molase yang sangat tinggi, molase diencerkan terlebih dahulu.
Hingga kadar gulanya berkisar 12-17% sebelum digunakan
sebagai bahan baku bioetanol. Kadar abu molase berkisar 7-
15%. Sedangkan spesifikasi utama molase sebagai bahan baku
alkohol (termasuk etanol) adalah tidak mengandung abu lebih
dari10%. Jika kadar abu lebih dari10% maka dilakukan
pretreatment untuk mengendapkan logam dan komponen
pengotor dalam feses tebu sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan produksi etanol.
Pengendapan logam dapat dilakukan dengan menggunakan
H2SO4 pekat dimana ion SO4 akan mengikat logam-logam
yang terkandung dalam molase yang pada akhirnya mengendap
dan dapat dipisahkan dalam medium (WardanidanPertiwi,2013).
4. Pengertian Gula Pasir
Gula pasir merupakan salah satu bahan pangan pokok yang
memiliki arti penting dan posisi yang strategis di Indonesia.
Meskipun telah beredar bahan bahan pemanis lainnya, seperti:
madu, gula merah, fruktosa, glukosa dan gula tropika namun
preferensi masyarakat Indonesia terhadap gula tebu masih lebih
tinggi. Alasan kepraktisan (bentuk butiran), ketersediaan, dan
berbagai kelebihan lainnya menjadikan gula tebu sebagai
pilihan utama (Churmen,2001).
Gula pasir adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang
paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula
digunakan untuk merubah rasa dan keadaan makanan atau
23

minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang diproduksi dari


sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam) menyimpan energi
yang akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula adalah
tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar,
yaitumanis. Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam
tanaman karena proses fotosintesa Karbohidrat-karbohidrat ini
terdiri dari monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida
(sakharosa) dan polisakarida (selulosa).
5. Pengertian Limbah buah-buahan
Limbah-limbah buah-buahan adalah bahan buangan yang
secara umum pembuangannya dilakukan dengan open dumping
tanpa diolah lebih lanjut yang akhirnya hal ini membuat
lingkungan terganggu dan aroma busuk pun dapat tercium.
(Jalaluddin, 2016).
Berlebihnya buah-buahhan yang beredar dimasyarakat
memicu volume sampah dari limbah buah menjadi tinggi.
Limbah tersebut memunculkan berbagai masalah, contohnya
munculnya penyakit, polusi air dan udara, dan lain-lain
(Sulistyaningsih, C.R., 2020).
Limbah dari buah-buahan menjadi salah satu factor tingginya
limbah organic dimana berdasarkan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (2017) komposisi limbah diindonesia saat
ini didominasi oleh limbah dari sampah organik, limbah dari
sampah organik menunjukkan dominasi yang cukup tinggi
sehinggah mendukung pemanfaatan limbah tersebut agar
berdayaguna dan mudah diaplikasikan bagi masyarakat.
Jenis limbah buah-buahan yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Buah Semangka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba
yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut
24

Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dan


subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke
berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan
Indonesia. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-
labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai
oleh manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena
banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi
cepat.
b. Buah nanas
Nanas merupakan tanaman semak yang memiliki nama
ilmiah Ananas comosus (L) Merr. dan termasuk dalam family
bromiliaceae. Tanaman ini berasal dari darata amerika
selatan dan selanjutnya berkembang meluas keseluruh
dunia yang beriklim tropis, termasuk Indonesia (Ashari,
2006). Terdapat empat golongan varietas nanas yang
beredar dipasaran, yakni gologan Spanish, queen, Abaccaxi,
dan Smooth Cayenne (Suyanti, 2010).
c. Buah jeruk
Kulit Jeruk Bali memiliki berbagai kandungan
senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan.
Diantaranya, yaitu senyawa fitoestrogen, fenolik, glikosida,
alkaloid, tannin, dan juga flavonoid. Kandungankandungan
senyawa tersebut berkhasiat untuk mengatasi beberapa
masalah kesehatan. Dengan pengolahan yang tepat,
tentunya bisa mendapatkan khasiat dari kulit Jeruk Bali ini.
Maka tak heran, bila sekarang ada banyak penelitian yang
menggunakan ekstrak dari kulit jeruk ini untuk dijadikan obat
herbal yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Selain senyawa-senyawa tersebut, kulit Jeruk Bali
juga mengandung serat yang dapat mencegah adanya
timbunan lemak pada perut. Kandungan vitamin C-nya juga
25

dapat membantu meluruhkan lemak pada beberapa bagian


tubuh. Sehingga, kulit jeruk ini juga dapat diolah menjadi
pupuk kompos.
6. Pengertian Limbah sayur-sayuran
Limbah sayuran merupakan sisa sayur yang terbuang dan
tidak layak jual di pasar khususnya pasar tradisional.Limbah
sayuran pada penelitian ini terdiri dari limbah kubis, sawi putih,
dan sawi hijau.Limbah sayuran berpeluang sebagai bahan
pembuatan pupuk organik karena ketersediaannya yang
melimpah serta mudah didapatkan. Jenis limbah sayuran yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Kubis (Brasicca olerucea var.capitata)
Kubis termasuk tanaman sayuransemusim yang
dipanen sekaligus, yaitutanaman sumber vitamin, garam
mineraldan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tamanan
yang berupa daun yang berumur kurang dari 1 tahun dan
pemanenannyadilakukan sekali kemudian dibongkar
untukdiganti dengan tanaman baru. Kubis mengandung
vitamin danmineral yang tinggi. Kandungan dankomposisi
gizi kubis tiap 100 g bahan segarsebagai berikut: kalori 25
kal; protein 1,7 g;lemak 0,2 g; karbohidrat 5,3 g; kalsium
64mg; phospor 26 mg1' Fe 0,7 mg; Na 8 mg;niacin 0,3 mg;
serat 0,9 g; abu 0,7 g;vitamin A 75 Sl; vitamin Bl 0,1
mg;Vitamin C 62 mg dan air 9l-93%(Utama & Mulyanto,
2009).
Bagian tanaman kubis yang tidak diambil disebut
limbah kubis. Limbah kubis memiliki kandungan nutrien yang
cukup tinggi dengan kadar air yang tinggi pula. Tinggi kadar
air menyebabkan limbah kubis cepat busuk. Karena itu,
pengolahan limbah kubis penting dilakukan agar limbah
kubis dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama tanpa
26

mengalami kebusukan dan penurunan nilai nutrisinya.


Pengolahan limbah kubis dapat dilakukan dengan cara
memfermentasikannya dengan penambahan
mikroorganisme (Rahmadi, 2003).
b. Sawi Putih
Sawi putih adalah salah satu jenis sayuran yang
digemari masyarakat Indonesia. Sawi putih merupakan
sayuran daun yang enak rasanya serta banyak 9
mengandung vitamin A dan vitamin C serta sedikit vitamin B.
Oleh sebab itu dilihat dari kandungan vitaminnya, maka sawi
putih merupakan sayuran daun yang cukup berguna bagi
tubuh kita, selain itu sawi putih juga mempunyai kandungan
gizi yang tinggi yang tidak kalah dengan jenis sayuran daun
lainnya(Rizki & Rasyad, 2014).
7. Pengertian Fermentasi
Fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses
inidapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Lama
fermentasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap proses
fermentasi.
Waktu fermentasi MOL berbeda-beda antara satu jenis
bahanMOL dengan yang lainnya. Waktu fermentasi ini
berhubungan dengan ketersediaan makanan yang digunakan
sebagai sumber energi dan metabolisme dari mikroorganisme.
Waktu fermentasi MOL bonggol pisang yang paling optimal
pada fermentasi hari ke-7 dan hari ke-14. Mikroorganisme pada
MOL cenderung menurun setelah harike-14. Hal ini
berhubungan dengan ketersediaan makanan dalam MOL.
Proses fermentasi yang lama menyebabkan cadangan
27

makanan akan berkurang karena dimanfaatkan oleh mikrobia di


dalamnya (Suhastyo,2011).
8. Kualitas Larutan MOL
Bahan organik memiliki peranan penting sebagai sumber
karbon, dalam pengertian luas sebagai sumber pakan, dan juga
sebagai sumber energi untuk mendukung kehidupan dan
berkembang biaknya berbagai jenis mikroorganisme
tanah(Sisworo,2006).
Penurunan kandungan bahan organik tanah menyebabkan
mikroorganisme dalam tanah mengalami kekurangan. Larutan
MOL adalah hasil larutan fermentasi yang berbahan dasar dari
sumber daya yang tersedia, mengandung unsur hara makro dan
mikro mengandung mikroorganisme berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan agen
pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik
digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati,dan pestisida
organik (Purwasasmita,2009).
28

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Sampah
Timbulan Sampah

Organik Anorganik

Pengomposan

MOL Bonggol
Pisang

Fermentasi
Anaerob

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


29

Keterangan:

Sampah Merupakan barang yang tidak terpakai dan


dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya tetapi masih bisa
dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.

Sampah dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu sampah


organik dan anorganik, dampak timbulan sampah dapat
berpengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan, dampak
yang di timbulkan terhadap kesehatan seperti penyakit diare,
kolera, tifus menyebar dengan cepat karena bakteri yang
berasal dari segi sampah. Dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan yaitu pencemaran lingkungan yang meliputi
tercemarnya permukaan tanah, air, maupun udara,
tersumbatnya saluran air yang dapat menyebabkan banjir.

Adapun pengolahan sampah pada penelitian ini adalah


dengan menggunakan sampah limbah rumah tangga yang di
ambil di rumah-rumah berupa sisa sayuran, sisa makanan,
dan Limbah buah-buahan yang akan diolah menjadi kompos.
Ada dua mekanisme proses pengomposan secara aerob,
oksigen mutlak dibutuhkan, sedangkan proses pengomposan
secara anaerob tanpa adanya oksigen biasanya proses
dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara
yang masuk.
30

B. Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat


MOL Bonggol Pisang
Waktu Penguraian
Kompos
Kualitas Fisik
Kompos

Variabel Penganggu

Suhu
pH
Kelembaban

keterangan :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembuatan sampah


rumah tanggah yang di olah menjadi kompos dengan
Penambahan MOL 150 ml, 100 ml, 50 mlserta tanpa
penambahan MOL bonggol pisang
2. Variabel terkait adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, yaitu waktu yang digunakan dalam proses pengomposan
dan kualitas fisik kompos.
3. Variabel pengganggu adalah variabel yang turut berpengaruh
terhadap variabel terkait, yaitu pH, kelembaban, suhu.
C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Definisi operasional
1. Sampah rumah tangga yang di maksud dalam penelitian ini
adalah sampah yang berasal dari kegiatan memasak atau
dari dapur berupa sisa makanan, sisa sayuran dan limbah
buah-buahan seperti sayur sawi, sayur kubis, buah nanas,
buah semanga dan buah jeruk.
31

2. MOL (Mikroorganisme Lokal) bonggol pisang adalah


Mikroorganisme yang di tambahkan gula pasir, molase dan
di Simpan di Tempat yang tidak terkena sinar matahari dan
di fermentasikan selama 7 hari.
2. Kriteria obyektif
1. Kompos dikatakan matang apabila memenuhi kriteria, baik
dilihat dari fisik yaitu bau tanah, warna kompos coklat
kehitam-hitaman, tekstur dan kelembaban. (SNI-7030-2004)
2. Waktu penguraian kompos dikatakan memenuhi syarat
apabila matangnya kompos ≤ 30 hari sesuai SNI-7030-2004
dan dikatakan tidak memenuhi syarat apabila waktu
kematangan ˃30 hari.
32

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis peneliti yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen dengan melakukan uji coba sebanyak 3 kali
pengulangan terhadap lama waktu kematangan kompos serta
kualitas Fisik kompos yang dihasilkan dengan menggunakan
mikroorganisme local dari bonggol pisang dengan nutrisi
mikroorganisme terhadap proses pengomposan sampah Rumah
Tangga.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini Di lakukan Di workshop Poltekkes Kemenkes
Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan.
2. Waktu penelitian
Dalam penelitian Ini dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
a. Tahap pertama atau tahap persiapan penelitian meliputi
penentuan judul, pada bulan oktober-november 2022.
b.Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan sampel,
pengolahan sampel, dan pengamatan pada bulan maret-april
2023.
c. Tahap penyelesaian meliputi analisis hasil penelitian hingga
pelaksanaan seminar hasil pada bulan mei 2023
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sampah/buah-buahan
atau sisasisa makanan yang diperoleh dari pasar atau rumah
33

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari sampah sisa rumah
tangga, dan MOL Bonggol pisang diambil dari sekitar halaman
rumah warga.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan eksperimen
langsung dengan memperhatikan secara fisik ciri-ciri kompos
yang telah matang yaitu bau seperti tanah, warna cokelat
kehitaman, tidak menggumpal dan struktur remah dan volume
bahan menyusut menjadi sepertiga awal.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil penelusuran perpustakaan
berupa buku-buku, artikel, jurnal, hasil penelitian sebelumnya
dam internet serta media informasi lainnya yang dianggap
memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.
E. Pengolahan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam penelitian
ini selanjutnya diolah dengan cara komputerisasi.
2. Penyajian Data
Data yang telah diolah,kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dan diagram serta dinarasikan.
F. Analisis Data
Data dianalisa secara deskriptif dari hasil pemeriksaan
kemudian diambil kesimpulan.
G. Desain Penelitian
1. Tahap Persiapan
 Menyiapkan bahan yang akan digunakan untuk membuat
kompos yaitu limbah makanan, sayur-sayuran, daun-daunan,
dan kulit buah.
34

 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk


membuat kompos.
a. Alat Komposter

Penutup

Penghawaan

Ruang Bahan Baku

Kran kontrol

Gambar 4.1 Alat Komposter

Pembuatan MOL Bonggol Pisang, Gula Pasir Dan Molase

b.Alat:

1) Pisau
2) Ember Tertutup/Toples

c. Bahan :

1) 250 gr Bonggol Pisang


2) 250 ml Gula Pasir
3) 250 ml Molase

d. Cara membuat MOL

a) Bonggol pisang dipotong-potong.jangan diparut/


ditumbuk/ dicincang.
35

b) Bonggol pisang dimasukkan kedalam toples atau ember.


c) tambahkan gula pasir dan molase kedalam toples atau
ember aduk sampai rata.
d) Diamkan dan disimpan di tempat yang tidak terkena
matahari, dalam keadaan tertutup untuk proses
fermentasi selama 7 hari dan Cairan Ini Berfungsi
Sebagai Aktivator/MOL.
2. Tahap penelitian/pembuatan Kompos
a. Alat:
1) Ember komposter volume 20 liter
2) Alat ukur kelembaban (hygrometer)
3) Alat ukur suhu (termometer)
4) Pisau
5) Pipa
6) Sendok semen dan sekop
7) Karung
8) Timbangan
9) Sarung tangan
10)Masker
11)Alat tulis menulis
b. Bahan:
1) Sampah sisa rumah tangga seperti : sayur-sayuran, sisa
makanan, Dan Limbah buah-buahan
2) MOL Bonggol Pisang 250 gr

Tabel 2.3 C/N Rasio Bahan Kompos


Bahan C N

Limbah buah 8 0,2

Limbah sayur 45,40 0,73

Limbah makanan 8 0,5


36

Rumus C/N = (ƩAL×C1) × (ƩA2×C2) ×


(ƩA2×C3) × (ƩA1×C4)
(ƩAL×N1) × (ƩA2×N2) ×
(ƩA2×N3) × (ƩA1×N4)
= (2×8) + (2×45,40) + (1×8)
(2×0,2) + (2×0,73) + (1×0,5)

= 16 + 8 + 90,8
0,4 + 0,5 + 1,48

= 114,8
2,36

=38,2

i. Limbah buah-buahan sebanyak 2 kg


ii. Limbah sayur sebanyak 2 kg
iii. Limbah makanan 1 kg
c. Prosedur Penelitian
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Siapkan 8 buah komposter menggunakan ember tertutup
yang mempunyai lubang penghawaan.
c. Timbang tiap bahan kompos yang sudah disediakan
sesuai dengan kebutuhan.
d. Bahan pengomposan diperkecil ukurannya jika terdapat
ukurannya yang cukup besar, cara memperkecil yaitu
dicincang-cincang atau dipotong.
e. Kemudian siapkan karung untuk menjadi tempat
pencampuran bahan, campur semua bahan. Campur
bahan kompos dengan menyiramkan MOL Bonggol
37

pisang 140 ml pada komposter pertama, dan 150 ml pada


komposter kedua, Komposter yang ke3 tanpa
Menggunakan MOL. kemudian aduk-aduk bahan kompos
sampai campuran kompos dan MOL merata (homogen).
f. Lakukan pengukuran awal suhu dan kelembaban,
pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari
sampai hasil pengomposan menghasilkan kompos yang
matang.
g. Lakukan pengukuran setiap hari untuk mengamati suhu,
kelembaban dan pH.
h. Setiap selesai melakukan pengukuran aduk kompos
secara merata agar kompos cepat terurai, setelah itu
tutup kembali ember kompos.
i. Jika media kering lakukan penyiraman hingga media
kembali lembab.
j. Jika kompos yang di amati sudah memenuhi standar
yaitu kematangan kompos, suhu,bau,warna coklat
kehitam-hitaman, dan tekstur.

DAFTAR PUSTAKA
38

Azwar, Asrul. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta:


Mutiara Sumber Widya.
Dewi,2017. Pemanfaatan Limbah Organik Pasar Sebagai Bahan Pupuk
Kompos Untuk Penghijauan Masyarakat. Universitas
Muhammadiyah

Gusti dalam prima. 2016. Memproduksi Kompos Dan Mikroorganisme


Lokal (MOL). Jakarta:Bibit Publisher

Ida,S.2013. Manfaat Menggunakan Pupuk Organik Untuk Kesuburan


Tanah. Tulungagung.
Juanda, Irfan dan Nurdiana.2011. Pengaruh Metode dan Lama
Fermentasi Terhadap Mutu MOL (Mikroorganisme Lokal). Jurnal
Floratek 6(1): 140-143.

Khalimatu Nisa, dkk. 2016. Memproduksi Kompos Dan Mikroorganisme


Lokal (MOL). Jakarta:Bibit Publisher
Lestari, D. (2016). Studi Timbulan Sampah Dan Peran Serta Masyarakat
Dalam Mendukung Konsep Banjar Pintar Berbasiskan
Lingkungan( Studi Kasus : Desa Belatungan Kabupaten Tabanan
Bali ) The Study of Waste Generation and Community Participation
in Supporting the Concept of Environment Based Banjar Smart (
Case Study : Belatungan Village Tabanan Regency Bali ),
2(September), 104–112.

Anda mungkin juga menyukai