Anda di halaman 1dari 28

PENANGGULANGAN SAMPAH ORGANIK MELALUI

METODE BIOPORI MENJADI PUPUK ORGANIK


DI DAERAH KUBANG RAYA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH

NAMA : NEO AHMAD FEBRAMSYAH


NIS : 2597
KELAS : XI MS 3

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI RIAU


SMA NEGERI PLUS PROVINSI RIAU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Penanggulangan Sampah Organik Melalui Metode Biopori


Menjadi Pupuk Organik di Daerah Kubang Raya

NAMA : Neo Ahmad Febramsyah

KELAS : XI MS 3

NIS : 2597

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah benar tidak plagiarisme.

Pekanbaru, 1 Maret 2021


Guru Pembimbing Peneliti

Rusnani M.Pd Neo Ahmad Febramsyah

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang


Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Penanggulangan
Sampah Organik Melalui Metode Biopori Menjadi Pupuk Organik di
Daerah Kubang Raya”. Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri Plus
Provinsi Riau. Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis
mengalami kesulitan dan penulis menyadari dalam penulisan proposal
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
proposal penelitian ini. Maka, dalam kesempatan ini pula penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Rusnani M.Pd selaku guru pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses
penyelesaian proposal penelitian ini. Penulis sangat berharap semoga
proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Pekanbaru, 1 maret 2023

Neo Ahmad Febramsyah

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................3
C. Tujuan penelitian.............................................................................................3
D. Manfaat penelitian...........................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................5
A. Hakikat Pemanfaatan Sampah Organik...........................................................5
B. Hakikat Metode biopori...................................................................................8
C. Hakikat Pupuk...............................................................................................11
D. Kerangka Berpikir.........................................................................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................14
A. jenis penelitian...............................................................................................14
B. subjek dan alokasi penelitian.........................................................................14
C. populasi dan sampel.......................................................................................15
D. Teknik pengumpulan data.............................................................................16
E. Teknik Analisi Data.......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
1. Tahapan Metode Biopori ………………..……………………..……………….8
2. Angket Kuesioner……………..…………………….…………………………18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal
1. kerangka berpikir penelitian biopori……………………..…………...…….…13

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


pentingnya pemanfaatan sampah organik sebagai pupuk Sebagaimana
kita ketahui, sampah organik dapat dijadikan kompos, namun masih banyak
yang belum tahu cara pengolahannya dan dimanfaatkan untuk pertanian.
Hanya diperlukan suatu lubang untuk pembuangan sampah organik di tanah
dan tunggu hingga membusuk hingga menyerupai tanah. Unsur hara yang
dihasilkan tersebut dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman. Produksi
sampah meningkat sepanjang tahun (900 ton/hari) dimana 50 – 60% nya
adalah sampah organik. Kebutuhan akan pupuk semakin tinggi dengan adanya
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.

Adanya Isu pencemaran lingkungan dan kerusakan lahan petanian


dikarenakan input pupuk kimia sintetis, serta semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pangan sehat. Keempat hal tersebut mendasari
penting nya pengelolaan sampah organik dan alternatif pemanfaatan sampah
organik. Salah satu nya sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik.
Sampah organik memiliki potensi sebagai bahan baku pupuk tidak kalah
dengan bahan baku lain seperti kotoran sapi. Berikut adalah perbandingan
komposisi unsur hara dari sampah organik dan kotoran sapi.

Sampah organic adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan


hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.
Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah
rumah tangga Sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain
kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain
itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti
sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

1
Ditinjau dari sumbernya sampah berasal dari beberapa tempat
sebagaiberikut. Pertama, Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu
pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal di
suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya organik,
seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan
lainnya. Kedua, Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat
tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul
dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang
cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan
seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa
sisa-sisa makanan,sayuran dan buah busuk, sampah kering, abu, plastik,
kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya. Kehidupan manusia tidak
akan pernah lepas dari sampah dan dalam kegiatannya manusia senantiasa
menghasilkan sampah baik sampah organik maupun non organik.

Dampak negatif sampah organik padat yang bertumpuk banyak tidak


dapat teruraikan dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah. Yang
dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi (refuse)
karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi
bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya. Dampak
sampah terhadap manusia dan lingkungan antara lain. 1) Penurunan kualitas
Kesehatan. 2) Penurunan kualitas lingkungan. 3) Aktivitas ekonomi terganggu
4) Menurunnya kenyamanan bertempat tanggal.

kondisi daerah masyarakat saat ini, sampah organik di lingkungan


masyarakat pada saat ini tidaklah baik. Setiap harinya sampah, terutama
sampah organik, mengalami peningkatan setiap harinya. Penduduk yang
semakin banyak dan kegiatan ekonomi yang bergejolak menjadi salah satu
faktor utamanya. Kurangnya kepedulian masyarakat akan penanggulangan
sampah organik menjadikan sampah organik bertumpukan di sekitar
pemukiman dan pusat kegiatan ekonomi seperti pasar. Terdapat beberapa
sarana dan prasarana yang mendukung penanggulangan sampah organik,

2
tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat luas. Yang aktif
terhadap penanggulangan saat ini hanyalah pemerintah dan aktifis yang
peduli dan paham akan lingkungan hidup masyarakat

alasan peneliti memilih judul “penanggulangan sampah organik


melalui metode biopori menjadi pupuk organik di daerah kubang raya” karena
sampah organik di lingkungan peneliti bertumpukan. Di daerah peneliti juga
termasuk daerah yang banyak terdapat genangan air, yang menjadikan daerah
itu rawanakan banjir. Peneliti berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan metode dengan yang bernama biopori. Peneliti juga memiliki
relasidengan beberapa orang yang melakukan pertanian dan perkebunan, yang
menjadikan metode biopori menjadi solusi yang tepat. Metode biopori dapat
menghasilkan pupuk dengan usaha yang sangat minimal. Di sekitar peneliti
merupakan daerahdekat dengan kota, di daerah tersebut banyak tanah yang
telah tertutup oleh beton. Dikarenakan hal tersebut, daerah resapan air hujan
berkurang dancadanganair tanah juga berkurang. Peneliti menggunakan
metode biopori untuk meningkatkan area resapan perkotaan dan juga
cadangan air tanahnya. Metode biopori pun adalah metode yang dipilih oleh
peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada disekitar peneliti dengan
sekaligus.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapun rumusan masalah penelitian ini adalah
“bagaimanakah penanggulangan sampah organik melalui metode biopori menjadi
pupuk organik di daerah kubang raya?”

C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu:

1. untuk mendeskripsikaan proses penanggulangan sampah organik melalui


metode biopori menjadi pupuk organik di daerah kubang raya

2. untuk mendeskripsikan hasil penanggulangan sampah organik melalui metode


biopori menjadi pupuk organik di daerah kubang raya

3
D. Manfaat penelitian
Ada beberapa maanfaat penelitian ini sebagai berikut :

Manfaat bagi peneliti

1) Dapat menerapkan metode atau ilmu yang telah diperoleh selama menjadi
siswa. 2) dapat melatih menganalisa permasalahan dan mencari penyelesaiannya

Manfaat bagi masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui cara, proses, dan hasil dari penelitian biopori

Manfaat bagi pemerintah

Pemerintah dapat memulai program pembuatan area resapan banjir melalui


metode baru, yaitu biopori

Manfaat bagi peneliti selanjutmya

Dapat menjadi referensi kepada peneliti yang meneliti terkait sampah organik,
daerah resapan, dan pupuk organik

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pemanfaatan Sampah Organik


Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari berbagai
sumber sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau
kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari
buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang
ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan
untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

1. Sampah

Menurut Basriyanta berpendapat bahwa suatu barang dikatakan


sampah jika barang tersebut tidak lagi atau tidak dapat dipakai sehingga
dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi Basriyanta menambahkan bahwa sampah
masih dapat dipakai jika di oleh atau di daur ulang lagi.

Menurut Subekti, 2009 dalam (Alfiandra, 2009) bahwa Sampah adalah


limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Artinya kita harus mengelola sampah
dengan tepat. jika tidak, sampah dapat berpotensi membahayakan lingkungan
sekitar dan investasi pembangunan yang merupakan salahsatu kegiatan
ekonomi yang penting

Menurut Damanhuri (2010), sampah adalah semua buangan yang


dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur,
cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan
lagi. Dapat disimpulkan bahwa sampah adalah semua yang dibuang dan tidak
dibutuhkan lagi. Bentuknya dapat berupa apa saja, mulai dari padat, cair aatau
gas.

5
Mengenai jenis sampah dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, BAB I, Pasal 2, ayat (4) diuraikan bahwa terdapat enam
jenis sampah spesifik 9 yaitu

(a) sampah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya,

(b) sampah cair yang mengandung bahan berbahaya dan beracun,

(c) sampah yang timbul dari bencana,

(d) bangunan pembongkaran atau puing-puing,

(e) sampah yang secara teknologi tidak dapat diproses, dan/atau

(f) sampah yang timbul tidak secara periodik.

Menurut Swadaya (2008), konsep dari pengelolaan sampah terpadu


terdiri dari beberapa tahapan, yakni cegah atau reduce(mencegah atau
meminimalisir penggunaannya), reuse (memperpanjang masa pemakaian atau
memanfaatkan kembali), recycle (mendaur ulang sampah menjadi barang
baru), energy recovery (menangkap energi yang ada pada sampah atau
menjadikan sampah sebagai sumber energi alternatif), disposal (membuang
sampah merupakan alternatif terakhir jika memang segala cara yang sudah
disebutkan tadi telah dioptimalkan).

Menurut Dirjen Cipta Karya (2010) pada sektor persampahan,


pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) masih rendah. Rata-
rata volume sampah diperkirakan mencapai 74 juta ton/tahun. Namun dari
total timbulan sampah tersebut, proporsi sampah terangkut hanya mencapai
20,63 persen yang terangkut ke TPA dan 2,84 persen yang dikomposkan
kemudian sisa nya tidak terolah, di bakar dan di kubur.

6
2. Sampah Organik

Sampah yang .dihasilkan manusia bermacam-macam jenisnya


tergantung aktivitas yang dilakukan. Menurut Damanhuru, Enri dan Tri 3
Padmi (2010:7). Secara spesifik, ESP DKI Jakarta menjelaskan bahwa jenis
sampah Organik (sampah basah) adalah jenis sampah yang berasal dari jasad
hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya
adalah sayuran, daging, ikan, nasi,daun/ranting.

Menurut Sejati (2009) Sampah organik atau sampah basah adalah


sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur,
sampah restoran, sisa sayuran, sisa buah. Sampah jenis ini dapat terdegradasi
(membususk atau hancur) secara alami. Artinya sampah organic adalahsampah
yang berasal dari semua makhluk hidup yang dapat membusuk secara alami.
Bahan bahan yang dapat membusuk itu dapat ditemukan disekitar lingkungan
kita.

Wardi (2011) mengatakan Sampah basah juga disebut sampah yang


mudah membusuk (garbage) karena aktivitas mikroorganisme, seperti daun,
batang dan ranting pohon, sisa sayur mayur, buah-buahan, kayu bekas
bangunan, bangkai binatang, dsb. artinya sambah basah dikatakan demikian
karena mudah membusuk dan umumnya bersifat basah. Sifat basah tersebut
dikarenakan aktivitas mikroorganisme

Tchobanoglous dan Kreith (2002) berpendapat bahwa umumnya


komposisi sampah diklasifikasikan menjadi sampah organik yaitu sampah
yang mengandung senyawa organik dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme,
dan sampah anorganik yaitu sampah yang mengandung senyawa anorganik
sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Berarti sampah organic
adalah sampah yang mengandung senyawa organic. Kandungan tersebut juga
harus dapat diuraikan oleh mikroorganisme.

7
3. Pemanfaatan

Menurut Suyono Sosrodarsono (1980:93) air tanah adalah air yang


bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir
tanah yang memebentuk itu dan di dalam retak-retak batuan. Airtanah yang
ada di bumi berjumlah sekitar 97% dari total air tawar yang ada. Artinya air
tanah adalah air yang terdapat diantara batuan batuan di dalam tanah. Air
tersebut merupakan Sebagian besar cadangan air tawar terbesar di lingkungan
kita.

B. Hakikat Metode biopori


Menurut Kamir R Brata (2008) Lubang resapan biopori adalah metode
resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada
tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya
dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang
ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang
seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.

Menurut Elsie (2017), LRB (Lubang Resapan Biopori) merupakan


lubang kecil di dalam tanah yang terbentuk karena adanya aktivitas organisme
tanah seperti cacing, pergerakan akar di dalam tanah, rayap dan hewan-hewan
lainnya. Lubang terisi oleh udara hingga memasuki aliran air.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12


Tahun 2009, konstruksi pembuatan LRB adalah sebagai berikut :

Table 1 Tahapan Metode Biopori

tahapan Langkah - langkah


tahap awal Alat dan bahan
1. bor biopori atau linggis
2. Pipa pvc yang sudah dilubangi dengan bor/solder
dengan diameter 10-15 cm dan panjang 10-20 cm
(bila tanah mudah ambrol perlu dipasang

8
penyangga berupa pipa PVC)
3. Tutup casing biopori / jarring kawat
4. Sampah organik
5. Air
Tahap pelaksanaan Cara membuat
1. Tentukan lokasi lubang resapan biopori. Idealnya
jarak antar lubang adalah 50-100 cm. Pastikan
berjarak agak jauh dengan sumur air/sumber air
2. Setelah ditentukan tempatnya, siram tanah yang
akan dijadikan sebagai tempat pembuatan biopori
dengan air agar tanah menjadi lebih lunak dan
mudah untuk dilubangi.
3. Lubangi tanah dengan diameter 10-15 cm dengan
menggunakan bor biopori atau dengan
menggunakan linggis
4. Gali lubang dengan kedalaman 100-200 cm
5. Masukan PVC berlubang. jika struktur tanah
mudah ambrol, PVC ini akan berfungsi sebagai
penyangga. Bila tsruktur tanah cukup kuat, maka
pipa PVC ini tidak diperlukan
6. Kemudian, isi lubang dengan sampah organik
seperti daun, rumput, kulit buah-buahan, dan
sampah yang berasal dari tanaman lainnya.
7. Setelah itu tutup lubang menggunakan kawat besi,
atau bisa juga memakai tutup pipa PVC yang
sudah dilubangi terlebih dahulu.

Perawatan Biopori
Lubang resapan biopori ini juga harus kita rawat agar
tetap terjaga kualitasnya dan dapat berfungsi dengan baik.
Kita perlu melakukan beberapa hal berikut untuk
merawat lubang biopori.

1. Kita dapat mengisi lubang biopori dengan sampah


organik secara bertahap setiap lima hari sekali
sampai lubang terisi penuh dennga sampah.
2. Lubang resapan biopori yang sudah terisi penuh
dengan sampah dapat kita biarkan selama tiga
bulan agar sampah tersebut nantinya menjadi
kompos.
3. Setelah tiga bulan, angkat kompos yang sudah jadi
dari lubang biopori, dan lubang siap diisi kembali
dengan sampah yang baru. Kompos pun siap
digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di
halaman rumah.

9
Panen pupuk Kompos
1. Buka tutup casing biopori
2. Lepaskan pipa PVC
3. Gali dan ambil pupuk kompos yang sudah
menghitam, tidak ada binatang pengurai dan tidak
berbau didalam lubang biopori
4. Keringkan dan ayak pupuk kompos.
5. Pupuk kompos kering siap digunakan untuk
menyuburkan tanah dan tanaman

Menggunakan Perangkat uji pupuk organik (PUPO)


untuk menetapkan/menganalisis kadar N, P, K, pH, dan C
di dalam pupuk organic.
Dengan membandingkan pupuk hasil biopori dengan
pupuk pupuk jenis lain, dapat dilakukannya perbandingan
kualitas dalam segi komposisi

beberapa ciri yang menandakan pupuk memiliki kualitas


baik adalah:
Bau dan aroma pupuk seperti bau tanah tidak lagi berbau
kotoran/ sampah
Memiliki warna yang kehitaman. Jika masih hijau atau
Tahap uji coba cokelat masih belum memiliki kualitas baik
Pupuk yang baik memiliki suhu yang stabil, apabila kita
pegang maka rasanya dingin ditangan
Memiliki tekstur seperti remah, dimana tidak terlalu keras
dan mudah terurai

Melakukan Tes perkecambahan, apabila diletakkan benih


diatas pupuk maka akan tumbuh dengan subur.
Kesuburan akan dibandingkan dengan cara
membandingkan kualitas pertumbuhan kecambah yang
diberi pupuk jenis lain

10
C. Hakikat Pupuk

1. Pupuk

Menurut Handiuwito (2008) pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke


dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan
tanaman. Artinya pupuk adalah segala bahan yang dapat meningkatkan mutu
tanah bagi tanaman karena menambahkan unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman.

Menurut Sutedjo (1999) Pupuk adalah bahan organik maupun


anorganik yang diberikan ke dalam lahan pertanian khususnya tanah yang
dilakukan guna mengganti ataupun memaksimalkan kesuburuhan yang ada
dalam lapisan tanah tersebut.

Menurut Arisman (1981) pupuk adalah bahan-bahan yang


mengandung zat hara dalam upaya meningkatkan atau mengembalikan
kesuburan tanah.

Menurut Sugiyanta (2011).Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai


kebutuhan, sehingga diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara
yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang
didalam tanah

2. Pupuk kompos

Menurut Murbandono (2004), penggunaan kompos sebagai pupuk


sangat baik karena kompos dapat menyediakan unsur hara mikro bagi
tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan
porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya
ikat tanah terhadap air, dan memudahkan pertumbuhan akar tanaman.

Menurut Yuniwati dkk. (2012) manfaat kompos yaitu menyediakan


unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur
dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi

11
mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air,
memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama,
meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia, dan bersifat multi lahan
karena dapat digunakan di lahan pertanian, perkebunan, reklamasi lahan kritis
maupun pada golf.

Menurut Nelvia (2012), bahwa pemberian kompos tandan kosong


kelapa sawit meningkatkan pertumbuhan kedelai varietas willis pada lahan
gambut, dimana pada pemberian 10-15 ton kompos TKKS/ha meningkatkan
jumlah bintil akar efektif sekitar 65 -212% dan 50-160%, meningkatkan
jumlah dan persentase polong bernas pertanaman serta bobot biji per plot
berturut-turut sekitar 72-79% dan 1,95-1,1% serta 151-115% dibandingkan
tanpa kompos.

3. Pupuk organik

Menurut Sumekto (2006) pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam


anorganik didalam tanah dan mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang
tinggi. Pupuk organik kebanyakan tersedia di alam (terjadi secara alamiah),
misalnya kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan guano

Menurut Indriani (2004) Pupuk organik adalah pupuk yang berperan


dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah
menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman

Menurut Yuniwati (2012) Pupuk organik kebanyakan tersedia di alam


(terjadi secara alamiah), misalnya kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan
guano

12
D. Kerangka Berpikir
Sampah organic yang berserakan adalah sampah yang dapat
menjadimasalah jika tidak dikelola dengan baik. Sampah organic yang
berserakan dapat menjadi sumber penyakit. Cara mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menggunakan metode biopori, yang mengubah sampah organic
tersebut menjadi pupuk. Untuk menerapkan metode biopori diperlukan
pengumpulan alat dan bahan, pembuatan kerangka lubang biopori agar tidak
tertimbun, penentuan lokasi yang tepat agar serapan dan pembusukan biopori
efektif, dan uji coba pupuk hasil biopori agar diketahui kualitas pupuknya.
Setelah biopori bekerja secara massal dan optimal, sampah organic sudahdapat
dikatakan dikelola dengan baik.

Sampah organik berserakan

Cara mengatasi

Metode biopori

pengumpulan Pembuatan Penentuan Uji coba


alat dan bahan kerangka lokasi pupuk
biopori

13
Sampah organic dikelola
dengan baik

Gambar 1 : kerangka berpikir penelitian biopori

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Sukmadinata (2009), metode kualitatif adalah penelitian
untuk mendiskripsikan dan menganalsis tentang fenomena, peristiwa,
kepercayaan, sikap, dan aktivitas sosial secara individual maupun kelompok.
Alasan peneliti melakukan pendekatan kualitatif adalah untuk menganalisis
terkait pengelolaan limbah organic di sekitar daerah kubang raya kabupaten
Kampar Provinsi Riau, dengan mencari informasi kepada pihak yang
bersangkutan terkait manajemen pengelolan limbah organik dalam
meningkatkan Kebersihan dan Kesehatan daerah kubang raya.

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis deskriptif


kualitatif yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja
yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. Jadi, peneliti akan
mengumpulkan data dari para informan (kelompok tukang kebun atau petani
di daerah kubang raya, warga sekitar, Bapak Lurah, petugas kebersihan
setempat, dll) tentang bagaimana manajemen pengelolaan limbah organik, dan
tingkat kebersihan dari awal hingga saat ini seperti apa, yang diterapkan
didalam kelompok masyarakat ini.

B. subjek dan alokasi penelitian


Menurut Sugiyono (2012:13) Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal
objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal.

14
Subjek yang akan menjadi variable pada penelitian ini adalah rakyat yang
melakukan aktivitas atau yang bertempat tinggaldi sekitar kubang raya.
Sedangkan objek yang menjadi variable adalah sampah organik dan morfologi
tanah daerah Kubang Raya.

Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukkan pada


pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur
yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat di observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lokasi atau obyek


dalam penelitian ini berada di “kubang raya” Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Penelitian akan dilaksanakan dari 14 januari sampai 7 april. kubang raya,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, merupakan salah satu tempat yang pernah
peneliti singgahi. Daerah sekitar kubang raya sangat memiliki kontribusi yang
sangat besar sebagai daerah penghubung ibukota provinsi dengan daerah lain.

C. populasi dan sampel


Sugiyono (2012:119) menjelaskan populasi adalah sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.

Sugiyono (2012:81) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari


jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi pemduduk dari Kabupaten Kampar menurut Badan Pusat


Statistik Kabupaten Kampar ialah sebanyak 1.002.115 jiwa. Kubang Jaya
merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau, Indonesia. Luas wilayah Kelurahan Kubang Raya Kecamatan Siak
Hulu lebih kurang 89.620 km2, dengan jumlah penduduk menurut data penduduk
tahun 2021 adalah sebanyak 36.731 jiwa (Tiga puluh enam ribu tujuh ratus tiga
puluh satu) jiwa. Dan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 9.702 KK
(Sembilan ribu tujuh ratus dua) KK dengan penduduk heterogen yang berasal dari

15
berbagai suku bangsa dan agama. peneliti akan mengambil 4 Sample perumahan
dari seluruh daerah yang dilalui Kubang Raya, yakni Dusun I Sialang Indah,
Dusun II Keramat Sakti, Dusun III Bencah Pudu Permai, dan Dusun IV Kasang
Kulim. Dari dasing masing akan diambil 15 sampel, dengan total semua sampel
berjumlah 60.

D. Teknik pengumpulan data


Burhan Bungin (ed) (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data
adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan
sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
reliable”.

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data yaitu: (1)
Observasi, (2) Dokumentasi, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Riduwan (2004) Observasi merupakan teknik pengumpulan data,


dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan.

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui


pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan obyek.
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung berkaitan dengan
Pemanfaatan limbah organic di Kubang Raya, observasi tersebut dilakukan di
Jalan Kubang Raya Kecamatan Bukit Raya Kabupaten Kampar. Dari hal tersebut,
peneliti mengkaji tentang persepsi masyarakat terhadap limbah organic yang
berserakan dan tidak dikelola dengan baik dan pemanfaatannya menjadi bahan
penyubur tanah atau pupuk.

16
2. Dokumentasi

Menurut Hadari Nawawi (2005:133) studi dokumentasi adalah cara


pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah
penyelidikan.

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus


menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari
bahan-bahan dokumentasi yang ada di lapangan serta dapat dijadikan bahan dalam
pengecekan keabsahan data. Analisis dokumentasi dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berada
ditempat penelitian atau yang berada diluar tempat penelitian yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Fungsinya
sebagai pendukung dan pelengkap bagi data-data yang diperoleh melalui
observasi.

4. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner merupakan teknik


pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Tipe pertanyaan dalam
angket dibagi menjadi dua, yaitu: terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden
untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data
nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup.

17
Menurut Sugiyono (2014:58) Kuesioner atau angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket tertutup, karena responden
hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar.
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh seorang yang
melakukan suatu penelitian guna mengukur suatu fenomena yang telah terjadi.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu
daftar pernyataan yang disusun secara tertulis yang bertujuan untuk memperoleh
data berupa jawaban-jawaban para responden. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minimum
skor 1 dan maksimum skor 4, dikarenakan akan diketahui secara pasti jawaban
responden, apakah cenderung kepada jawaban yang setuju maupun yang tidak
setuju. Sehingga hasil jawaban responden diharapkan lebih relevan,

Angket Kuesioner:

Keterangan pilihan jawaban:


• SS : Sangat Setuju
• S : Setuju
• TS : Tidak Setuju
• STS : Sangat Tidak Setuju

Table 2 : Angket Kuesioner


No
Pernyataan SS S TS STS
.
1 Pembuatan biopori mudah dipahami
2 Pembuatan biopori mudah untuk dilakukan
3 Lubang biopori efektif mengurangi sampah
4 Pembuatan biopori menghemat tempat
5 Bahan pembuatan biopori murah
6 Komponen pembuatan mudah ditemukan
7 Perawatan biopori mudah
8 Perawatan biopori murah

18
9 Biopori dapat dibuat dimana saja
10 Pupuk hasil biopori memiliki kualitas baik
11 Pembuatan pupuk biopori efesien
Biopori sebaiknya dibuat dalam jumlah
12
banyak
Seharusnya metode ini digunakan banyak
13
orang
Pupuk biopori baik bagi pertumbuhan
14
tanaman
Pupuk biopori sebaiknya digunakan jangka
15
panjang

E. Teknik Analisi Data


Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan
Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akn dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

1. Uji Validitas

menurut Sugiyono (2016:177) Validitas menunjukan derajat ketepatan-


antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita
mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien
antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut
dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item terebut
dinyatakan tidak valid.
Uji Validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

19
n ∑ XY −(∑ X )(∑ Y )
rx y=
√ n(∑ X )−( ∑ X )
2 2
¿¿¿

Dimana:
rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total (Arikunto, 2005: 72)
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari
rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.

2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas menurut Sugiyono (2012 : 177) adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang
sama. realiabilitas kuesioner dalam penelitian digunakan metode split half item
tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelimpok item ganjil dan kelompok
item genap. Kemudian masing-masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan
sehinga menghasilkan skor total. Apabila korelasi 0,7 maka dikatakan item
tersebut memberikan tingkat reliabel yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi
dibawah 0,7 maka dikatakan item tersebut kurang reliabel.

Uji Reliabilitas dilakukan perhitungan secara manual maupun dengan SPSS


dengan Uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach, yaitu :

2
∑ ab
r11 = ¿) (1 - )
√ at2
Dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

20
∑ σ 2b = jumlah varian butir/item

V 2t = varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik
ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,

DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf. (2013). Metodologi Penelitian. Padang : UNP press


Abduh, N. (2018) Ilmu dan Rekayasa Lingkungan. Makasar: CV Sah Media
Damanhuri. (2010) Pengolahan Sampah Terpadu. Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil : Institut Teknologi Bandung
Hadisuwito, S. (2008). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.
Lingga, P. Dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Lingga. P dan Mardono. 2005. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta : Penebar
Swadaya
Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing: Pupuk Organik
Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Murbandono. (2010). Membuat Kompos. Jakarta: Peneber Swadaya.
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung). Tarsito.
Library. Fis. Uny. Ac. Id/Opac/Index. Php.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.

21
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV
Alfabeta.
Sutedjo, MM. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Wahyono, dkk. (2011). Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah.
Jakarta Selatan: PT. Agromedia Pustaka.
Wardi, I. (2011). Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya
Mengatasi Masalah Lingkungan Di Bali. Bumi Lestari Journal Of
Environment, 11(1),

22

Anda mungkin juga menyukai