Anda di halaman 1dari 22

PENGOLAHAN BUANGAN SECARA MIKOBIOLOGIS

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : KULTUR JARINGAN

DOSEN PENGAMPU : RIZKI AMELIA NASUTION, M.Si

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII

SEMESTER VII/BIOLOGI III

RIGI SEPTIANDI (0704191072)

RISTI ARIANTI (0704191074)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWTdzat yang Maha Sempurna yang memberikan ketenangan hati
serta jiwa dan kebahagian hidup kepada orang – orang yang beriman. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada, Nabi Muhammad SAW yang telah membuktikan diri
sebagai orang yang paling bahagia didunia dan kelak di Akhirat karena iman dan takwanya.

Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridho-Nya
pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu
tentang “Pengolahan Buangan Secara Mikobiologis”.

Semoga Ilmu dalam Makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi diri saya pribadi
dan utamanya bagi pembaca yang turut berpartisipasi proses penyusunan tugas ini, karena
pemakalah sadar sebagai makhluk sosial pemakalah tidak bisa berbuat banyak tanpa ada
interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari–Nya.

Pemakalah berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat
memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan makalah ini, Dan kepada Dosen
Pembimbing yang mengajarkan mata kuliah ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 25 Oktober 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1 Pengertian Bioremediasi.......................................................................................................2

2.2 Biodegradasi..........................................................................................................................6

2.3 Penguraian Materi...............................................................................................................10

2.4 Biogas..................................................................................................................................11

2.5 Biofilter...............................................................................................................................14

1.6 Tangkiseptik........................................................................................................................16

BAB III PENUTUP......................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak tahun 1900an, mikroorganisme sudah digunakan orang untuk mengolah air pada
saluran air. Secara alami, teknologi bioremediasi telah digunakan orang sejak dahulu, Teknologi
bioremediasi dengan menggunakan mikroorganisme telah dilakukan oleh George M. Robinson
tahun 1960an dengan menbuat eksperimen dengan bejana kotor dan memakai berbagai macam
campuran mikrobe. Teknologi ini sekarang telah berkembang pada perawatan limbah buangan
yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit terdegradasi), yang biasanya dihubungkan
dengan kegiatan industri.

Bioremediasi dikatakan sebagai proses degradasi biologis dari sampah organik pada kondisi
terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya di bawah batas yang
ditentukan oleh lembaga berwenang.. Teknologi bioremediasi dapat mereduksi polutan-polutan
yang berasal dari lingkungan. Teknik dengan 'cara mendegradasi bahan dan limbah organik dan
anorganik dengan menggunakan bantuan secara biologis dalam kondisi terkendali untuk
mengontrol dan mereduksi polutan.' Teknologi ini mempunyai keunggulan dari berbagai aspek,
misalnya lebih murah, lebih mudah, dan lebih ramah terhadap lingkungan. Hal ini karena relatif
tidak meninggalkan bahan sisa yang berbahaya ke lingkungan. Adapun pemakalah akan
membahas lebih lanjut perihal pengelolaan buangn secara meikrobiologi, yakni : Berdsarkan
bioremediasi, biodegradasi, penguraian materi, biogas, biofilter, serta tangki septik akan
dijelaskan satu persatu didalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengolahan buangan secara Bioremediasi ?
2. Bagaimana pengolahan buangan secara Biodegradasi ?
3. Bagaimana pengolahan buangan secara Penguraian materi ?
4. Bagaimana pengolahan buangan secara biogas ?
5. Bagaimana pengolahan buangan secara Biofilter ?
6. Bagaimana pengolahan buangan secara Tangki Septik ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioremediasi


Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut.
Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang
tidak beracun dan berbahaya.1 Memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut, dinamakan biotransformasi. Proses biotransformasi banyak kasus berujung
pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi strukturnya menjadi tidak kompleks,
dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.2

Bioteknologi menggunakan bakteri disebut bioremediasi, merupakan proses penghilangan logam


dengan memanfaatkan aktivitas metabolisme mikroogranisme (Lutfi, dkk., 2018). Bakteri
indigen merupakan bakteri yang diisolasi dari limbah itu sendiri yang secara alamiah hidup pada
limbah, sehingga berpotensi dalam proses bioremediasi.3

Bioremediasi dikatakan sebagai proses degradasi biologis dari sampah organik pada kondisi
terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya di bawah batas yang
ditentukan oleh lembaga berwenang. Definisi bioremediasi menurut United States
Environmental Protection Agency, adalah suatu proses alami untuk membersihkan bahan-bahan
kimia berbahaya. Ketika mikroba mendegradasi bahan berbahaya tersebut,akan dihasilkan air
dan gas tidak berbahaya sepesti CO.

Teknologi bioremediasi ada dua jenis, yaitu “ex situ dan in situ." Ex situ adalah pengelolaan
yang meliputi pemindahan secara fisik bahan-bahan yang terkontaminasi ke suatu lokasi untuk
penanganan lebih lanjut." Penggunaan bioreaktor, 'pengolahan lahan (landfarning),
pengkomposan dan beberapa bentuk perlakuan fase padat lajnnya adalah contoh dari teknologi

1
Bambang Priadie, “Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air”, Jurnal
Ilmu Lingkungan, Vol 10 (1): 38-48. 2012.
2
Lud Waluyo, “Bioremediasi Limbah”, Malang : UMM Press, (2018). Hal : 1
3
Senja Ikerismawati, “Bioremediasi Pb Oleh Bakteri Indigen Limbah Cair Agar”, Jurnal Biosilampari: Jurnal
BiologiVolume 1, Number 2, 2019.

2
ex situ,' sedangkan 'teknologi In situ ialah perlakuan yang langsung diterapkan pada bahan-
bahan kontaninan di lokasi tercemar.

Sejak tahun 1900an, mikroorganisme sudah digunakan orang untuk mengolah air pada saluran
air. Secara alami, teknologi bioremediasi telah digunakan orang sejak dahulu, Teknologi
bioremediasi dengan menggunakan mikroorganisme telah dilakukan oleh George M. Robinson
tahun 1960an dengan menbuat eksperimen dengan bejana kotor dan memakai berbagai macam
campuran mikrobe. Teknologi ini sekarang telah berkembang pada perawatan limbah buangan
yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit terdegradasi), yang biasanya dihubungkan
dengan kegiatan industri. Polutan-polutan berbahaya tersebut antara lain logam-logam berat,
petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhahalogenasi, seperti pestisida,
herbisida, dan lain-lain.

Bioremediasi dapat dilakukan di tempat terjadinya pencemaran (in situ) atau harus diolah di
tempat lain (ex situ). Pada tingkat pencemaran yang rendah mikroba setempat mampu melakukan
bioremediasi tanpa campur tangan manusia yang dikenal sebagai bioremediasi intrinsik, tetapi
tingkatan pencemaran tinggi maka mikroba setempat perlu distimulasi (biostimulasi) atau
dibantu dengan memasukkan mikroba yang telah diadaptasikan (bioaugmentasi)."

2.1.1 Teknologi Bioremediasi

Teknik atau metode konvensional banyak dilakukan untuk pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) bila mencemari lingkungan. Polusi tersebut dapat mencemari lautan,
air tanah, dan tanah.' Cara yang ditempuh dalam mengatasi pencemaran dengan 'cara membakar
(insenerasi), menimbun (landfiln), menginjeksikan kembali sludge ke bentuk minyak (slurry
fracture injection), dan memadatkan limbah. (solidification). Ada beberapa kelemahan dari
teknologi tersebut yakni dianggap tidak efektif dari segi biava, waktu, dan keamanan.

Teknologi bioremediasi dapat mereduksi polutan-polutan yang berasal dari lingkungan. Teknik
dengan cara mendegradasi bahan dan limbah organik dan anorganik dengan menggunakan
bantuan secara biologis dalam kondisi terkendali untuk mengontrol dan mereduksi polutan.'
Teknologi ini mempunyai keunggulan dari berbagai aspek, misalnya lebih murah, lebih mudah,
dan lebih ramah terhadap lingkungan. Hal ini karena relatif tidak meninggalkan bahan sisa yang
berbahaya ke lingkungan.

3
Teknologi bioremediasi memiliki dan memberikan nilai penting terhadap peraturan lingkungan.
Pertama, efisiensi yakni suatu kesadaran banyak sumber daya alam yang bersifat tidak
terbarukan misalnya minyak bumi dan gas. Teknologi ini bersifat ramah lingkungan dan
berbíaya murah tergantung dari metode penerapannya. Kedua, berdampak pada lingkungan.
Suatu perusahaan atau industri yang peduli terhadap lingkungan akan berdampak positif terhadap
suatu pasar. Masyarakat akan dapat menilai dan segera menolak adanya industri yang berlabel
'industri hitam dan industri merah.' Mereka akan lebih memilih. Ketiga, entironmenfal
compliance, yakni ketaatan terhadap peraturan lingkungan. Hal ini menurjukan bentuk integrasi
total dan aktif dari industri terhadap regulasi yang dibangun pemerintah untuk kepentingan
masyarakat luas. Sikap ketaatan ini juga akan memberi penilaian positif masyarakat selaku
konsumen terhadap suatu perusahaan.

2.1.2 Kriteria bioremidiasi

Secara konsep bioremediasi dapat berupa “biodegradasi, mineralisasi, dan kometabolisme.


Biodegradasi, yakni pengubahan atau 'detoksifikasi" polutan oleh organisme dan proses
perubahannya dapat sebagian atau seluruhnya. Mineralisasi, yaitu konversi secara lengkap suatu
kontaminan organik menjadi penyusun anorganiknya oleh spesies mikroorganisme tunggal atau
konsorsium (kelompok) mikroorganisme'. 'Kometabolisme, yaitu transformasi suatu kontaminan
tanpa penyediaan karbon atau energi untuk mikroorganisme degradasi'.

Kriteria yang harus digunakan untuk penggunaan tindakan teknologi bioremiadisi yakni faktor
organisme, kontaminan, tempat atau lokasi, dan biaya. Syarat yang lainnya, yakni Lokasi
dilakukannya bioremidiasi memiliki kondisi lingkungan yang cocok untuk perkembangbiakan
mikroorganisme atau tumbuhan atau untuk aktivitas biokatalisator. Dana yang dibutuhkan lebih
murah dibandingkan penggunaan teknologi lain, serta yang dapat mendetoksifikasi polutan.

2.1.3 Strategi Bioremidiasi

Beberapa strategi dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan tingkat keberhasilan teknik
bioremediasi agar menghasilkan keberhasilan yang tinggi.

a) Bioremiasi pasif atau intrinsik. Bioremediasi pasif adalah bioremidiasi bersifat alami
terhadap suatu lokasi terkontaminasi dengan memakai 'mikrobe indigen (setempat/ asli).

4
Kelemahan dari bioremediasi intrinsik memiliki kecepatan penguraian yang sangat
lambat pada keadaan tertentu.
b) Biostimulasi. untuk mensimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme indigen
meremediasi dalam tanah atau air Proses ini dengan penambahan hara, seperti nitrogen
dan fosfor ke dalam air atau tanah yang tercemar.
c) Bioventing. Proses bioventing dengan menambahkan stimulan ke dalam tanah untuk
menstimulasi aktivitas mikrobe. Proses ini dengan cara stimulasi dengan gas metana dan
oksigen sebagai stimulan
d) Bioaugmentasi. Biougmentasi adalah inokulasi suatu lokasi terkontaminasi dengan
mikroorganisme untuk memfasilitasi biodegradasi. Inokulan yang mengandung
mikroorganisme asli atau hasil rekayasa genetika, baik dalam bentuk spesies mikroba
tunggal atau dalam bentuk kelompok berbagai spesies (konsorsium). Mikrobe diseleksi
dengan media tertentu untuk melihat apakah mempunyai potensi yang tinggi untuk
menguraikan polutan.
Ada beberapa hambatan ditemui ketika cara ini digunakan dalam bioremediasi. Sangat
sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroba dapat berkembang
secara optimal. Para ahli belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait
dalam bioremediasi. Di samping itu, mikroba yang dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit beradaptasi dan kemungkinan dapat mengalami kematian

e) Landfarning. Landfarning merupakan penerapan dengan mencampurkan polutan atau


limbah ke dalam permukaan tanah yang tidak tercemar. Caranya dengan pemberian
lapisan tanah liat, tujuan pencegahan pencucian polutan masuk ke air tanah. Tahap
berikutnya, pengolahan tanah diolah dengan tujuan “perbaikan kelengasan dan aerasi
tanah”. Proses mengolah tanah juga berfungsi menurunkan polutan, dapat dibantu dengan
proses biostimulasi atau bioaugmentasi. Proses selanjutnya dapat menghasilkan inokulan
yang sama.
f) Pembuatan Kompos. Mikrobe dalam proses pengomposan memiliki kemampuan tahan
terhadap suhu yang tinggi dan 'bersifat aerobik.' Penggunaan "mikroorganisme termofilik
aerob' pada timbunan tanah dengan tujuan menguraikan polutan, cara mencampur tanah
dan membasahinya secara periodik."

5
g) Fitoremidiasi. Tumbuhan tertentu dapat digunakan “melenyapkan, menyerap
membersihkan, dan mengubah berbagai polutan, proses ini dinamakan fitoremidiasi.”
Polutan yang dapat diremediasi dapat berupa 'senyawa hidrokarbon, seperti minyak,
logam berat, bahan peledak, dan pestisida." Fitoremediasi dapat dibagi menjadi beberapa
mekanisme, antara lain :
1. Fitoekstraksi. Polutan dapat diserap oleh akar tumbuh-tumbuhan. kemudian polutan
tersebut ditranslokasi, dikumpulkan, dan disebarkan ke bagian-bagian
tumbuhan yang lain, Polutan tersebut dapat disebarkan ke bagian-bagian tumbuhan
yang lain, misalnya batang, akar, dan daun. Proses ini dinamakan fitoekstraksi.
2. Rizofiltrasi. Rizoid berarti akar, dan filtrasi adalah penyaringan. proses penyerapan,
pengendapan, dan penyaringan logam-logam berat sebagai polutan dengan
menggunakan akar tumbuhan. Mekanisme fitoremediasi ini dapat diterapkan pada air
dan lahan basah.
3. Fitodegradasi. Polutan-polutan dapat diserap dan didegradasi (diuraikan) oleh
tumbuhan. Proses pengubahan (penguraian) polutan ini dapat dibantu oleh
'metabolisme enzim' yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Enzim berfungsi sebagai
biokatalisator dalam proses degradasi senyawa polutan dalam tubuh tumbuhan'.
4. Fitotransformasi. Polutan-polutan yang terdapat dalam tanah dan dalam air tanah
dapat diserap oleh akar tumbuhan. Proses selanjutnya, terjadi proses metabolisme
dalam tubuh tumbuhan, dengan proses yang dinamakan fitotransformasi.
5. Fitostabilisasi. Fitostabilisasi merupakan salah satu proses mekanisme fitoremediasi.
Prosesnya dengan cara adanya produksi senyawa kimia yang berasal dari daerah
perakaran tumbuhan (rizosfer) dan berfungsi menstabilkan polutan.
6. Fitovolatilisasi. Volatil artinya adalah mudah menguap, sedangkan fto adalah
tumbuhan, Fitovolatilisasi adalah proses pendegradasian polutan sebelum melewati
daun. Hal ini dapat terjadi pada saat terjadi serapan polutan dan kemudian polutan itu
dilepaskan ke udara dengan bantuan daun.4
2.2 Biodegradasi

Biodegradasi adalah penguraian atau perombakan secara biologis. Suatu senyawa


ditentukan oleh sifat dan susunan bahan, dimana pada umumnya senyawa organik mempunyai
4
Ibid., Lud, 2018. Hal : 2-10

6
sifat cepat terdegradasi dan senyawa anorganik mempunyai sifat lebih lambat terdegradasi.
Tetapi di lingkungan alami, biodegrabilitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, faktor
biotik (bentuk, sifat jasad) dan faktor abiotik (bentuk, sifat, kadar air, susunan media, dan lain
sebagainya) dari bahan.

Limbah domestik (limbah rumah tangga), umumnya tersusun senyawa organik dan limbah
nondomestik, umumnya tersusun senyawa anorganik mempunyai kandungan vang berbeda-beda.
Sehingga penggunaan mikrobe dalam biodegradasi limbah memerlukan penelaaahan sehubungan
dengan sifat dan bentuk substrat, bentuk jasad yang berperan di dalamnya. Hal ini disebabkan
keseluruhan proses biodegradasi berlangsung secara enzimatis.5

Proses bioremediasi dapat meliputi proses penyerapan (biosorpsi). pengumpulan


(bioakumulasi). perubahan struktur kimie (biotransformasi), dan peruraian (biodegradasi).
Namun tidak menutup kemungkingan dari satu jenis organisme hanya mampu melakukan salah
satu dari proses tersebut, dan hal tersebut masih digolongkan sebagai bioremediasi.

Pada kasus biodegradasi dan biotransformasi, keduanya memiliki banyak kesamaan sehingga
dikatakan sinonim dalam penampakannya. Reaksi-reaksi biologis terjadi dalam biodegradasi

5
Ibid., Lud, 2018. Hal : 42

7
untuk mengubah struktur kimia polutan dan menurunkan tingkat toksisitasnya. Sementara dalam
biotranstormasi, konsentrasi polutan mengalami penurunan dengan perubahan yang muncul
(modifikasi) atau tanslokasi yang berangsung. Perbedaan yang pasti antara biotransformasi
dengan biodegradasi yaitu dalam biotransformasi erjadi translokasi terhadap polutan sedangkan
dalam biodegradasi tidak terjadi (Velazquez-Femandez et al., 2012).

Biodegradasi merupakan teknologi berkembang yang didalamnya terjadi proses peruraian,


metabolisme, atau imobilisasi dari suatu zat yang tak diinginkan (semisai pestisida, polutan
organik,dan hidrokarbon) dengan dimasukkannya mikroorganisme hidup ke dalam tanah dan air
untuk memperbaiki kualitas objek tersebut (Singh & Ward 2004 dalam Gaur et al., 2018). Dari
pengertian tersebut biodegradasi dapat dipahami bahwa mikroorganisme secara langsung atau
tidak langsung melakukan metabolisme terhadap senyawa xenobiotik yang masuk dalam
tubuhnya. Bisa jadi polutan tersebut dirubah struktur kimianya, dimetabolisme, atau hanya
diakumulasikan (imobilisasi) dalam jaringan tertentu.6

2.2.1 Biodegradasi Senyawa Xenobiotik oleh Bakteri Anaerobik

Biodegradasi senyawa-senyawa xenobiotik dapat terjadi pada kondisi anaerobik. Proses ini
misalnva teriadi pada sumber air, sedimen, "landfiur sludge digesters, dan biorektor. Senyawa-
senyawa xenobiotik yang terdegradasi secara anaerobik terbagi menjadi 5 kelompok, yakni
hidrokarbon minyak dan olahan tambahan lainnva, senyawa-senyawa nitroaromatik dan
eksplosif, senyawa-senyawa klorida alipatik, pestisida, dan surfaktans. Bakteri-bakteri pemroses
degradasi anaerobik dapat dikultur, dielusidasi dengan mekanisme biokimiawi dan laboratorium.
Senyawa senyawa klor hidrokarbon, misalnya tetrakloretilena, proses anaerobiknya tidak mudah
tersubstitusi secara langsung dengan proses aerobik.

2.2.2 Prinsip-prinsip Biodegradasi Senyawa Organik

Penguraian materi berlangsung berdasarkan reaksi enzimatik. Faktor-faktor lingkungan


berperan penting dalam proses biodegradasi. Penguraian senyawa organik dapat melalui proses
fermentasi Polisakarida, lemak, dan protein pada tahap pertama akan dirubah menjadi senyawa
yang lebih sederhana, misalnya gula, gliserol, asam lemak, dan asam amino. Selanjutnya,

6
Adi Setyo Purnomo., dkk., “Biodegradasi Peptisida Organoklorin Oleh Jamur”, Yogyakarta : Cv Budi Utama,
2019. Hal : 50-51

8
berlanjut ke proses secara anaerobik dan proses secara aerobik. Pada proses anaerobik dihasilkan
metana karbon dioksida, air, dan amoniak. Beberapa jenis senyawa organik yang dihasilkan oleh
pabrik, khususnya dalam bentuk senyawa organik, sukar atau sangat lambat sekali diuraikan oleh
mikroorganisme. Senyawa yang demikian dinamakan rekalsitran, misalnya plastik, hidrokarbon,
pestisida, deterjen, dan lain sebagainya. Untuk bahan-bahan demikian maka proses degradasinva
dikenal dengan bioremidiasi.7

7
Ibid., Lud, 2018. Hal : 44-46

9
2.3 Penguraian Materi

Pengurai limbah berprinsip pada biodegradasi antara lain starbio plus, dextran, bio organik dan lain-
lain. Juga terdapat produk kultur campuran dari berbagai mikroorganisme yang selama ini digunakan
untuk pupuk, campuran makanan ternak, dan untuk perikanan yakni EM-4 (Effective Microorganism-4)
yang dikondisikan agar dapat menumbuhkan mikroorganisme yang menguntungkan dan dapat menekan
mikroorganisme yang merugikan. EM-4 dikondisikan dengan mengaktifkan dan merangsang bakteri
pengurai yang terdapat pada sampah organik sehingga sampah volumenya menjadi kecil dan tidak
menimbulkan bau, meningkatkan produktifitas ternak, serta menekan bakteri patogen, sebagai inokulum
untuk meningkatkan keragaman populasi mikroorganisme (Wididana dan Muntoyah, 1999; Waluyo,
2005).

EM-4 (Effective Microorganism -4) selama ini belum digunakan untuk pengolahan limbah,
khususnya limbah rumah tangga. Bila dilihat dari komposisi EM-4 (Effective Microorganism -4) dan
Starbio Plus mempunyai kesamaan yakni sama-sama memanfaatkan kultur campuran berbagai
mikroorganisme yang berperan dalam biodegradasi. Pemberian pengurai limbah sangat menentukan cepat
lambatnya proses penguraian, maka pemberian konsentrasi yang tepat sangat membantu keefektifan
proses biodegradasi. Pengolahan limbah cair domestik akan menghasilkan dua keuntungan, yakni

10
mengatasi masalah pencemaran lingkungan, sekaligus mempromosikan penggunaan limbah cair dari
rumah tangga sebagai sumber daya air bersih yang baru bagi masyarakat (Mulyana, 2011). 8

2.4 Biogas

Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik oleh bakteri anaerob
yang tahan pada kondisi kedap udara. Semua jenis bahan organik mengandung senyawa protein,
lemak, karbohidrat yang dapat digunakan dalam proses produksi biogas. Biogas juga salah satu
energi alternatif yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena kandungan terbesar dari
biogas adalah gas metana (CH4) yang jika dilepas ke atmosfer dapat menyumbang terjadinya
efek rumah kaca. Namun dengan dimanfaatkannya CH4, gas tersebut mengalami pembakaran
sempurna dan membentuk CO2 yang kemudian akan dilepas ke lingkungan.

Gas CO2tersebut kemudian akan digunakan untuk proses fotosintesis pada tumbuhan. Hal itu
menunjukkan bahwa pelepasan gas CO2 ke alam bisa dikatakan lebih ramah lingkungan
daripada melepas gas metana (CH4) secara langsung ke alam, karena CH4tidak bisa diserap oleh
tumbuhan. Bakteri metanogen merupakan bakteri yang terdapat pada bahan-bahan organik dan
menghasilkan gas metana serta gas-gas lainnya dengan proses keseluruhan rantai secara
anaerobik. Setiap organisme memiliki kondisi khusus dan peka terhadap kondisi dalam digester.
Bakteri metanogen merupakan bakteri obligat anaerobik dan sangat sensitif pada perubahan
lingkungan. Bakteri metanogenesis termasuk dalam genus Archaebacter yaitu kelompok bakteri
yang memiliki struktur morfologi yang sangat heterogen, sifat biokimia yang umum, serta sifat
biologis yaitukondisi molekul yang berbeda dengan bakteri lain.

Ciri khas yang dimiliki bakteri metanogen adalah dapat menghasilkan gas metana (CH4). Bakteri
metanogen merupakan bakteri yang sangat berperan dalam pergerakan H2 pada lingkungan yang
anaerob. Bakteri metanogen terdapat pada berbagai macam habitat anaerobik termasuk sedimen,
sludge dan digester kotoran hewan, buangan kotoran hewan dan manusia dalam jumlah besar.
Usus serangga, kayu basah pada pohon, dan rumen. Bakteri metanogen akan bersifat inaktif bila
pada kondisi terdapat oksigen, meskipun tidak semua spesies mati secara cepat oleh

8
Erni Yohani Mahtuti, “Efektivitas Pengurai Limbah Terhadap Bakteri Indikator Pencemar Air Pada Efluen Tangki

Septik”, Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

11
adanyaoksigen. Ada 3 jenis 3 filotipeArchaea metanogendalam limbah makanan yaitu
Methanosphaerula. 9

Biogas merupakan energi berbentuk gas yang dapat dipergunakan sebagai energi pengganti
listrik dan BBM . Dinamakan biogas karena dalam pembentukannya terdapat peran bakteri -
bakteri fermentasi ( makhluk hidup ) dan bahan baku organik. Karena berbentuk gas, proses
pembentukan biogas membutuhkan ruangan yang kedap udara, tanpa oksigen atau anaerob
(tertutup ). Kondisi ini menjadi kelebihan dari sistem biogas, yaitu tidak adanya bau atau aroma
dari proses pengolahan biogas .

Ada tiga proses utama dalam pembentukan biogas, dari pengolahan bahan organik dengan
bantuan mikroorganisme anaerob hingga menjadi biogas, yaitu proses hidrolisis, pengasaman
(asidifikasi), dan metanogenesis.

a. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan proses yang utama dan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini
merupakan penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang memiliki sifat
mudah larut, seperti lemak, protein, dan karbohidrat, menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Hidrolisis dapat juga diartikan sebagai perubahan struktur dari bentuk polimer
menjadi bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis di antaranya
senyawa asam organik, glukosa, etanol, CO₂, dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa
ini akan dimanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas
fermentasi.
b. Pengasaman (asidifikasi)
Proses berikutnya adalah asidifikasi atau pengasaman. Pada tahap ini, senyawa - senyawa
yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme
untuk tahap selanjutnya, yaitu pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini, bakteri akan
menghasilkan senyawa - senyawa asam organik, seperti asam asetat, asam propionat,
asam butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO₂, hidrogen,
dan zat amonia.
c. Metanogenesis

9
Yuni Kurniati dkk, “Review Analisa Kondisi Optimum Dalam Proses Pembuatan Biogas”, Journal of Scienceand
Technology, Vol. 14(2), (2021), 273.

12
Tahap ketiga adalah proses metanogenesis. Bakteri metanogen, seperti methanococus,
methanosarcina, dan methanobactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap
pengasaman menjadi gas metana, karbondioksida, dan air yang merupakan komponen
penyusun biogas.Jumlah energi yang dihasilkan dalam pembentukan biogas sangat
bergantung pada konsentrasi gas metana yang dihasilkan pada proses metanogenesis .
Semakin tinggi kandungan metana yang dihasilkan, maka semakin besar pula energi yang
terbentuk. Sebaliknya , apabila konsentrasi gas metana yang dihasilkan rendah , energi
yang dihasilkan juga semakin rendah. Kualitas biogas yang dihasilkan juga dapat
ditingkatkan melalui penghilangan hidrogen sulfur, kandungan air, dan karbondioksida
yang turut terbentuk. Hidrogen sulfurmerupakan senyawa yang mengandung racun dan
dapat menyebabkan korosi (pengkaratan) sehingga menjadi berbahaya apabila biogas
mengandung senyawa ini karena dapat merusak instalasi. Kandungan air dihindari karena
dapat menurunkan titik penyalaan biogas. Untuk menghilangkan ketiga zat tersebut,
dapat menggunakan alat desulfurizer yang dibutuhkan untuk menyalakan mesin generator
(angin) sehingga mesin tidak mudah mengalami korosi. Alat desulfurizer akan menyaring
biogas yang masih mengandung CO, sehingga terserap desulfurizer. Mesin generator pun
tidak mudah korosi karena kandungan metana pada biogas sudah 80-95 % .

Biogas dapat terbentuk karena adanya mikroorganisme berupa bakteri metanogenik


melalui proses fermentasi. Bakteri ini umumnya terdapat pada kotoran rumen dan kotoran
manusia. Bakteri metanogenik dapat diperoleh dari kotoran ternak atau diisolasi dari rumen sapi
sebagaistarter. Selain terkandung di dalam kotoran padat , bakteri metanogenik juga terkandung
dalam bentuk cair dan campuran bahan organik. Penambahan bakteri metanogenik bertujuan
untuk mempercepat proses perombakan dan pembentukan biogas. Bakteri metanogenik dapat
hidup dalam lingkungan anaerobik (tanpa oksigen) serta bekerja dengan cara merombak bahan
organik dan mengubahnya menjadi gas metana. Karakteristik bakteri ini sangat sensitif terhadap
perubahan suhu lingkungan, sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk mempertahankan
populasi bakteri pada kadar yang diperlukan. Perubahan suhu yang tiba - tiba dapat
menyebabkan penurunan laju pertumbuhan bakteri dan berdampak pada rendahnya produksi gas

13
metana. Karena itu, sangat penting untuk menempatkan digester pada posisi dan lokasi yang
tepat agar suhu yang dihasilkan dapat mendukung kinerja bakteri metanogenik.10

2.5 Biofilter

Biofilter dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang diatas suatu media, yang dapat
terbuat dari plastik, kerikil, yang di dalam operasinya dapat tercelup sebagian atau seluruhnya,
atau yang hanya dilewati air saja (tidak tercelup sama sekali), dengan membentuk lapisan lendir
untuk melekat di atas permukaan media tersebut sehingga membentuk lapisan biofilm. Proses
pengolahan air limbah dengan biofilter secara garis besar dapat dilakukan dalam kondisi aerob,
anaerob atau kombinasi anaerob dan aerob. Proses aerobik dilakukan dengan kondisi adanya
oksigen terlarut di dalamreaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob dan aerob
merupakan gabungan proses anaerob dan proses aerob. Proses operasi biofilter secara anaerob
digunakan untuk air limbah dengan kandungan zat organik cukup tinggi, dan dari proses ini akan
dihasilkan gas metana. Jika kadar COD limbah kurang dari 4000 mg/l seharusnya limbah
tersebut diolah pada kondisi anaerob.

Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter dilakukan dengan cara mengalirkan air
limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga untuk
pengembangbiakkan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses anaerobik
dilakukan tanpa pemberian udara atau oksigen. Biofilter yang baik adalah menggunakan prinsip
biofiltrasi yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun dari tumpukan media
penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu biofilter. Adapun fungsi
dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri yang akan
melapisi permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Di dalam proses
pengolahan air limbah dengan proses biofilter aerobik, suplai udara dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti aerasi samping, aerasi tengah, aerasi merata seluruh permukaan, aerasi
eksternal aerasi dengan air lift pump dan aerasi dengan sistem mekanik. Sistem aerasi juga
bergantung dari jenis media maupun efisiensi yang diharapkan. Metode biofilter yang terbuat
dari bahan anorganik, ringan dan mempunyai luas permukaan spesifik yang tinggi. Semakin

10
Sri Wahyuni, “Biogas: Hemat Energi Pengganti Listrik, BBM, dan Gas Rumah Tangga”, (Jakarta: PT.
AgroMediaPustaka, 2017), 48 – 52.

14
tinggi luas permukaan spesifiknya maka jumlah mikroorganisme yang dapat melekat juga
semakin banyak.

Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada media biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga
biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organisme yang belum terurai pada bak
pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis.
Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikroorganisme yang
menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya, maka efisiensi
penurunan zat organiknya (BOD) semakin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi
konsentrasi BOD dan COD, cara ini juga dapat mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau
suspended solid, ammonium, dan phospor. Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air
limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspendedsolids
dan bakteri E. Coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Biofilter sangat
sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi.
Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
Teknologi ini jelas berbeda dengan activatedsludge (lumpur aktif), yang merupakan teknologi
yang paling sering dipakai pada pengolahan air limbah skala kecil. Pengolahan limbah dengan
menggunakan lumpur aktif dipengaruhi oleh beberapa jenis mikroba aerobik yang tersuspensi
dalam cairan dengankonsentrasi yang sangat tinggi, memerlukan aerasi aktif untuk menjamin
mikrobanya tetap hidup. Keadaan cairan harus dikontrol dengan ketat, biasanya dengan
mengeluarkan lumpur aktif beberapa jam atau akan terjadi kejenuhan dalam sistem. Karakteristik
inilah yang menyebabkan sistem ini tidak stabil, memerlukan input energi secara konstan serta
perhatian penuh untuk menjaga parameter operasi tetap sesuai yang disyaratkan. Selain itu,
proses ini tidak mampu menangani air limbah yang tidak uniform, lagipula tidak ada teori yang
sesuai untuk proses ini kecuali bila dianggap sebagai proses steady-state. Karena tidak ada
penghalang bagi aliran air sebelum keluar sistem, bila terjadi kegagalan operasi, efluen yang
keluar akan langsung terpengaruh. Sekali terjadi kegagalan, lumpur aktif memerlukan waktu
yang cukup lama untuk dapat kembali beroperasi normal. Karakteristik yang kontras dan tidak
membutuhkan perhatian yang intensif kepada sistem inilah yang menyebabkan teknologi

15
biofiltrasi lebih cocok untuk digunakan pada skala kecil, karena tidak membutuhkan perhatian
yang intensif kepada sistem.11

2.6 Tangkiseptik

Tangki septik adalah tempat yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran
atau tinja manusia yang secara alami akan mengalami proses biodegradasi. Didalam tangki
septik terdapat berbagai macam mikroba yang dapat mendegradasi kotoran atau tinja manusia.
Tangki septik yang umum digunakan di masyarakat adalah tangki septik konvensional.
Penggunaan tangki septik ini masih belum optimal disebabkan karena efektifitas pengolahan
baru mencapai 65% sehingga menyebabkan hanya 22,5% total polutan organik yang dapat
diolah. Selain itu efektifitas yang rendah menyebabkan terjadi penumpukan lumpur dengan cepat
sehingga mengurangi umur pemakaian dari tangki septik tersebut.Sebagai langkah untuk
memperpanjang masa pemakaian tangki septik konvensional seperti disebutkan sebelumnya,
maka tangki septik konvensional perlu dimodifikai menjadi tangki septik berbasis biofilter yang
menggunakan media kontak (attachedgrowth) dimana bakteri pengolah air limbah
organikdikembangbiakan pada media kontak tersebut sehingga air limbah yang masuk tidak
hanya diendapkan namun juga didegradasioleh mikroorganisme yang menempel pada media
kontak (biofilm). Pengolahan air limbah dengan sistem biofiltrasi mempunyai beberapa
keunggulan antara lain:

a) Pengoperasiannya mudah
b) umpur yang dihasilkan sedikit
c) Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun
konsentrasi tinggi
d) Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi
e) Pengaruh penurunan suhu terhadap efektifitas pengolahan kecil.Penggunaan tankiseptik
konvensional dengan metode pengolahan anaerob ternyata masih belumoptimal dalam
menurunkan parameter pencemar dalam limbah rumah tangga. Oleh karena itu

11
Mochtar Hadiwidododkk, “Pengolahan Air Lindi dengan Proses Kombinasi Biofilter Anaerob-Aerob dan
Wetland”, Jurnal Presipitasi, Vol. 9(2), (September 2012), 85 – 86.

16
perludibuatkan suatu sistem pengolahan modifikasi pada tankiseptiksehingga fungsinya
dalam mengolah limbah rumah tangga menjadi lebih optimal. 12

12
Siprianus Singga,” Kombinasi Metode Anaerob dan Aerob Pada Septiktank Untuk Menurunkan Kadar BOD, TSS
dan Coliform Pada Limbah Cair Rumah Tangga”, Journal of EnvironmentalHealthResearch, Vol. 3(1),
(Juni 2019), 181

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

18
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwidododkk, Mochtar. (2012).“Pengolahan Air Lindi dengan Proses Kombinasi Biofilter


Anaerob-Aerob dan Wetland”. Jurnal Presipitasi. Vol. 9(2)

Ikerismawati, Senja. (2019). “Bioremediasi Pb Oleh Bakteri Indigen Limbah Cair Agar”. Jurnal
Biosilampari: Jurnal Biologi Volume 1, Number 2.

Kurniati, Yuni., dkk. (2021). “Review Analisa Kondisi Optimum Dalam Proses Pembuatan
Biogas”. Journal of Scienceand Technology. Vol. 14(2)

Mahtuti, Erni Yohani. (2017). “Efektivitas Pengurai Limbah Terhadap Bakteri Indikator
Pencemar Air Pada Efluen Tangki Septik”. Jurnal Care Vol .5 No.1

Priadie, Bambang. (2012).“Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam Upaya Pengendalian


Pencemaran Air”. Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 10 (1)

Purnomo, Adi Setyo., dkk. (2019). “Biodegradasi Peptisida Organoklorin Oleh Jamur”.
Yogyakarta : Cv Budi Utama.

Singga, Siprianus. (2019). “Kombinasi Metode Anaerob dan Aerob Pada Septiktank Untuk
Menurunkan Kadar BOD, TSS dan Coliform Pada Limbah Cair Rumah Tangga”.
Journal of Environmental Health Research. Vol. 3(1).

Wahyuni, Sri. (2017). “Biogas: Hemat Energi Pengganti Listrik, BBM, dan Gas Rumah
Tangga”. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka.

Waluyo, Lud. (2018). “Bioremediasi Limbah”. Malang : UMM Press

19

Anda mungkin juga menyukai