BIOREMEDIASI
Dosen Pengampu:
Dr.Eng SHINTA SILVIA, S.Si., MT
Oleh:
Kelompok 5
SYARIFANWAR JAMIL 2110942033
TEGAR ANGGRIAWAN 2110942004
ARYA ALVINDITO 2110942007
ADE IRAWANDI HASIM 2110942036
FARHAN 2110942035
RAIHAN ADITHYA PRATAMA DIMITRI 2110942019
DEPARTEMEN TEKNIK
LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " BIOREMEDIASI " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Mikrobiologi. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang bioremediasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu shinta silvia selaku dosen Mata kuliah
mikrobiologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hlm
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Defenisi...........………………….............................................................. 3
2.2 Proses Bioremediasi.....…………………..…………………………....... 4
2.3 Metode Bioremediasi…………………………………………………… 6
2.4 Aplikasi Teknik Bioremediasi.................................................................. 11
2.5 Penerapan Bioremediasi ........................................................................... 12
2.5.1 Pencemaran Terhadap Tanah................................................................. 12
2.5.2 Pencemaran Terhadap Air...................................................................... 14
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 16
3.2 Saran……………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak
bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain
yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan.
Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain
rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang
terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen
molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.laut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Hampir semua jenis hidrokarbon dalam senyawa minyak dapat terurai dengan baik oleh
mikroba aerobik. Saat ini ada beberapa teknik bioremediasi aerobik yang mampu
menurunkan kadar pencemaran hidrokarbon minyak, yaitu (Munawar, 2012) :
a. Bioremediasi in-situ; dimana pencemar dan media tencemarnya tetap berada pada tempat
aslinya saat dilaksanakan proses bioremediasi.
b. Bioremediasi ex-situ; dimana pemcemar dan media tercemarnya dipindahkan dari tempat
aslinya ke tempat lain dimana proses bioremediasi dapat dilakukan.
3
Dalam menentukan teknik bioremediasi yang tepat, ada berapa hal penting yang harus
dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut meliputi (Munawar, 2012) :
1. Lokasi pencemar; yaitu letak relatif pencemar dan media tercemar terhadap muka tanah.
2. Wujud pencemar; misalnya kecenderungan untuk menguap ataupun melarut dari zat
pencemar.
3. Biodegradabilitas pencemar; yaitu kemudahan pencemar untuk didegradasi oleh mikroba
asli daerah tersebut.
4. Potensi migrasi pencemar; yaitu pergerakan atau perpindahan pencemar dari tempat
aslinya.
Selain itu, pemilihan teknik bioremediasi juga ditentukan oleh peluang kemudahan
kerja yang ada, meliputi (Munawar, 2012) :
1. Kemudahan akses pencemar; yaitu kemudahan terjangkaunya pencemar oleh nutrien,
oksigen, dan bahan suplemen lainnya yangakan ditambahkan untuk mempercepat reaksi
biodegradasi.
2. Kemungkinan relokasi pencemar; yaitu kemudahan dalam memindahkan pencemar dan
medianya dari lokasi asli serta ketersediaan lahan.
3. Ketersediaan sumberdaya lainnya; seperti berat, petugas, dan listrik.
Mikroba yang hidup di tanah dan air tanah memakan senyawa hidrokarbon atau
minyak mentah. Setelah senyawa minyak dimakan, proses pencernaan pada mikroba
4
tersebut secara alami mengubah senyawa minyak menjadi air dan gas yang tidak berbahaya
dan aman bagi lingkungan. Proses bioremediasi mengembalikan tanah ke bentuk asalnya,
sehingga aman untuk digunakan di berbagai jenis lingkungan baik untuk kegiatan pertanian,
perkebunan, peternakan dan lain – lain.
Bioremediasi sepenuhnya menggunakan mikroba yang secara alami dan dapat hidup
di tanah. Mikroba tersebut tidak membahayakan lingkungan. Mikroba diberi nutrisi berupa
pupuk yang lazim digunakan di taman dan lahan kebun agar tumbuh dan bekerja secara
efektif sehingga bisa mempercepat proses remediasi dan juga tidak ada tambahan bahan
kimia berbahaya selama proses bioremediasi. Bioremediasi sudah di uji dengan Standar
Pengujian Tanah (SPT) dengan menggunakan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) yakni
persentase kandungan minyak mentah pada tanah yang terpapar untuk menentukan tingkat
aman bagi lingkungan.
Bioremediasi sangat dianjurkan sebagai metode yang aman dan efektif oleh badan-
badan lingkungan hidup di seluruh dunia untuk perusahaan tambang dan industri yang
mengadakan kegiatan produksinya. Badan – badan lingkungan hidup yang menganjurkan
metode ini seperti Canadian Environmental Quality Guidelines, Canada-Wide Standards for
Petroleum Hydrocarbons in SoildanUS Environmental Protection Agency. Negara-negara
Uni Eropa juga menerapkan Dutch Standarduntuk bioremediasi di masing – masing
5
wilayahnya. Oleh karena itu sudah seharusnya Indonesia memakai teknologi bioremediasi
ini dan mengembangkannya juga menyosialisasikan ke masyarakat, bukan membatasi
pemakaiannya yang nyatanya telah terjadi di Indonesia.
Mikroba yang hidup di tanah dan di air tanah dapat “memakan” bahan kimia
berbahaya tertentu, terutama organik, misalnya berbagai jenis minyak bumi. Mikroba
mengubah bahan kimia ini menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2. Bakteri
yang secara spesifik menggunakan karbon dari hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber
makanannya disebut sebagai bakteri petrofilik. Bakteri inilah yang memegang peranan
penting dalam bioremediasi lingkungan yang tercemar limbah minyak bumi.
Faktor utama agar mikroba dapat membersihkan bahan kimia berbahaya dari lingkungan,
yaitu adanya mikroba yang sesuai dan tersedia kondisi lingkungan yang ideal tempat tumbuh
mikroba seperti suhu, pH, nutrient dan jumlah oksigen.
Bioremediasi sangat aman untuk digunakan karena menggunakan mikroba yang secara
alamiah sudah ada dilingkungan (tanah). Mikroba ini adalah mikroba yang tidak berbahaya
bagi lingkungan atau masyarakat. Bioremediasi juga dikatakan aman karena tidak
menggunakan/ menambahkan bahan kimia dalam prosesnya. Nutrien yang digunakan untuk
membantu pertumbuhan mikroba adalah pupuk yang digunakan dalam kegiatan pertanian
dan perkebunan. Karena bioremediasi mengubah bahan kimia berbahaya menjadi air (H2O)
dan gas tidak berbahaya (CO2), maka senyawa berbahaya dihilangkan seluruhnya.
6
menghilangkan kontaminan dalam tanah dan air. Bioremediasi in-situ menggunakan biaya
yang lebih rendah dibandingkan dengan bioremediasi lainnya. Salah satu contoh
bioremediasi in-situ yaitu bioventing tanah, proses penyediaan oksigen ke tanah yang
terkontaminasi dengan tujuan merangsang degredasi mikroba kontaminan (Nugroho, 2006).
pengolahan lahan (landfarming), pengomposan
Ex-situ adalah pengelolaan yang meliputi pemindahan secara fisik bahan-bahan yang
terkontaminasi ke suatu lokasi untuk penanganan lebih lanjut. Penggunaan bioreaktor,
pengolahan lahan (landfarming), pengomposan adalah contoh dari teknologi ex-situ (Vidali
et al., 2011).
Aplikasi bioremediasi untuk tumpahan minyak di lingkungan pesisir dan laut umumnya sudah
dilakukan di negara-negara bagian utara yang beriklim dingin, seperti di Amerika, Eropa dan Asia
Timur. Berbagai kecelakaan tumpahan minyak yang terjadi di kawasan 56 tersebut telah memacu
pengembangan dan penyempurnaan berbagai teknik penanganan pencemaran baik di laut ataupun
pesisir, termasuk juga teknik bioremediasi. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan setelah
kecelakaan tumpahan minyak akan dibahas di bawah ini.
Kecelakaan tanker Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis pada tahun 1978, telah mengakibatkan
pencemaran yang luas di garis pantai. Penggunaan empat jenis produk yang berbeda telah diuji untuk
mencari kemungkinan dalam meningkatkan biodegradasi minyak yang terperangkap dalam pasir.
Produk tersebut berupa (1) senyawa pembersih yang mengandung nutrien untuk memulihkan tanah
yang terkena minyak, (2) campuran bakteri, dispersan dan nutrien yang diliofilisasi, (3) pupuk kimia
yang umum digunakan buat tanaman, dan (4) talk yang diberi perlakuan 0,1% surfaktan. Penelitian
ini dilakukan dalam waktu yang terbatas sehingga studi yang dilakukan tidak tuntas dan hasil
aplikasi sulit untuk disimpulkan. Perubahan kandungan minyak pada penelitian ini dapat teramati,
akan tetapi tidak dapat disimpulkan apakah hal ini disebabkan olehpemulihanakibatprosesfisikatau
proses biologi (Bocard dalam Swannell et al. 1996).
Proyek bioremediasi terbesar diujicoba di pantai berpasir dan berbatu Prince William Sound,
setelah terjadinya kecelakaan Exxon Valdiz di Alaska pada tahun 1989. Uji coba inokulasi produk-
produk mikroba untuk bioaugmentasidan pemberian tiga jenis pupuk berbeda untuk biostimulasi
telah dilakukan. Beberapa literatur menyimpulkan bahwa pemberian produk-produk bioaugmentasi
telah gagal untuk meningkatkan biodegradasi minyak karena terbatasnya ketersediaan nutrien
(Pritchard & Costa dalam Zhu et al., 2001; Venosa et al. dalam Zhu et al., 2001). Adapun
penggunaan pupuk anorganik larut air (pupuk taman 23:2 N:P), lepas lambat anorganik
(Customblen) dan oleofilik (Inipol EP22) menunjukkan efektivitas yang beragam. Penggunaan
hopane sebagai biomarker, dapat ditunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat menurunkan minyak
lima kali lebih cepat daripada kondisi alaminya. Selain itu, laju degradasi minyak sangat tergantung
8
pada konsentrasi nitrogen dalam air pori pada sedimen di daerah pasang surut. Oleh karena itu,
bioremediasi kawasan tercemar minyak memerlukan data akurat kandungan nutrien dalam air pori.
Hasil monitoring nutrien di air pori akan memberikan panduan dalam penentuan pemberian jumlah
nutrien yang tepat pada area yang tercemar (Bragg et al., 1994).
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tergantung pada faktor jenis dan
jumlah senyawa polutan yang akan diolah, ukuran dan kedalaman area yang tercemar, jenis tanah
dan kondisi setempat dan teknik yang digunakan. Jenis minyak mentah ringan (light crude sesuai
nomor API ) yang diolah dengan teknik biopile bioaugmetnasi dan konsentrasi pengolahan sesuai
dengan yang ditetapkan oleh Kepmen LH 128/2003 yaitu max 15% memerlukan waktu 4 - 6 bulan.
Sedangkan minyak mentah berat (heavy crude) akan memerlukan waktu dari 1 tahun atau lebih.
Kondisi ini bervariasi dari satu area tercemar dengan area lainnya, sehingga waktu yang diperlukan
dalam rentang 4 bulan sampai 1 tahun.
Kondisi akhir (end point) untuk menyatakan bahwa proses bioremediasi berhasil dan selesai
adalah konsentrasi total hidrokarbon minyak bumi (TPH) 1%. Kepmen LH 128/2003 untuk saat ini
baru menggunakan parameter TPH saja karena kegiatan yang menerapkan teknologi bioremediasi
masih terbatas pada industri migas.Biaya yang diperlukan untuk melakukan bioremediasi berada
pada rentang US $25 – 75 per ton tanah olahan, tergantung pada kondisi pencemaran. Harga ini
masih lebih murah dibandingkan dengan menggunakan teknik pengolahan lainnya misalnya
insinerasi yang bisa mencapai 4 sampai 10 kali lipatnya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
1. Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan
tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks
sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.
2. Terdapat berbagai macam proses dan metode bioremediasi diantaranya adalah metode
ex-situ dan in-situ.
3. Untuk pengaplikasian teknik bioremediasi kita dapat menggunakan cara biopile dan
landfirming.
4. Penerapan bioremediasi dalam kasus pencemaran tanah dan air lingkungan diantaranya
dilakukan perlakuan aerasi dan anaerasi.
3.2 Saran
1. Diharapkan kedepannya penulis dapt membuat dan menulis makalah dengan lebih
baik;
2. Mampu memahami materi terkait bioremediasi;
3. Menerapkan cara atau metode bioremediasi dan teknologi pengolahannya dalam
penanganan limbah;
4. Mensosialisaikan apa bahaya dan dampaknya limbah jika tidak diolah atau dibuang
semabrangan kepada masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
11