Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BIOREMEDIASI

Oleh:
RAHEL JOSELIN SIAHAAN
KELAS: IX-7
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Bioremediasi ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini


sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membuang sampah tidak pada tempatnya serta tidak tepatnya penanganan
limbah toksik menyebabkan terkontaminasinya lingkungan darat maupun laut.
Beberapa cara kimia, fisika dan biologi telah dikembangkan guna mengatasi
cemaran bahan kimia rekalsitran. Bioremediasi saat ini diyakini merupakan
cara terbaik dengan resiko paling kecil. Sejak tahun 1900-an, orang-orang
sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan
yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang
biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Misalnya Industri tahu yang
pada umumnya beroperasi dalam bentuk usaha rumah tangga, dan limbah
yang dihasilkannya pada dasarnya tidak dikelola dan dialirkan lansung ke
dalam perairan terdekat. Sehingga hal ini berdampak pada perairan terdekat
seperti sungai misalnya. Apabila ini terus berlangsung secara berkala maka
akan berdampak pada biota atau mikrorganisme yang hidup didalam sungai,
yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis air, bukan
hanya itu sungai akan tercemar dan berbau tidak sedap. oleh karena itu
penanganan limbah cair secara dini mutlak perlu dilakukan. Selain
mengganggu perairan industri yang juga menyebabkan pencemaran
lingkungan yang biasa dikenal dengan polusi
Polusi bukanlah hal baru, bahkan tidak sedikit dari kita yang sudah
memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pencemaran atau polusi
lingkungan terhadap kelangsungan dan keseimbangan ekosistem. Oleh karena
itu penanganan limbah cair secara dini mutlak perlu dilakukan. Bioremediasi
adalah salah satu pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan
memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Diharapkan
dengan adanya bioremediasi pencemaran terutama limbah cair dapat
berkurang dan tidak mencemari lingkungan.

3
4

B.Rumusan Masalah

1. Pengertian Bioremediasi

2. Tujuan Bioremediasi

3. Jenis-jenis Mikroorganisme yang berperan dalam bioremediasi

4. Jenis-jenis Bioremediasi

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bioremediasi

6. Kelebihan dan kekurangan Bioremediasi

BAB II
5

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bioremediasi

Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan sebagai
proses dalam menyelesaikan masalah. “Bio” yang dimaksud adalah organisme hidup,
terutama mikroorganisme yang digunakan dalam pemanfaatan pemecahan atau
degradasi bahan pencemar lingkungan menjadi bentuk yang lebih sederhana dan aman
bagi lingkungan tersebut. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang
bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan
pencemaran atau polutan. Yang termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat,
petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida,
herbisida, dan lain-lain. Bioremediasi mempunyai potensi menjadi salah satu teknologi
lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah
lingkungan.

Menurut Ciroreksoko (1996), bioremediasi diartikan sebagai proses pendegradasian


bahan organik berbahaya secara biologis menjadi senyawa lain seperti karbondioksida
(CO2), metan, dan air. Sedangkan menurut Craword (1996), bioremediasi merujuk pada
penggunaan secara produktif proses biodegradatif untuk menghilangkan atau
mendetoksi polutan (biasanya kontaminan tanah, air dan sedimen) yang mencemari
lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Jadi bioremediasi adalah salah satu
teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan
bantuan mikroorganisme.
6

(gambar bioremediasi)

B. Tujuan Bioremediasi

Tujuan dari bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau
mengontrol dan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Bioremediasi telah
memberikan manfaat yang luar biasa pada berbagai bidang, diantaranya yaitu sebagai
berikut:

1. Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah tersebut
menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni telah
membantu mengurangi pencemaran dari limbah pabrik, misalnya pencemaran limbah
oli di laut Alaska berhasil diminimalisir dengan bantuan bakteri yang mampu
mendegradasi oli tersebut.

2. Bidang Industri
7

Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan semangat


industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak dibidang
bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di San
Clemente, Calif.

3. Bidang Ekonomi
Karena bioremediasi menggunakan bahan-bahan alami yang hasilnya ramah lingkungan,
sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah memerlukan modal
dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang lebih
baik.

4. Bidang Pendidikan
Penggunaan mikroorganisme dalam bioremediasi dapat membantu penelitiaterhadap
mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas. Pengetahuan ini akan
memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.

C. Jenis Jenis Mikrooganisme Dalam Bioremediasi

Mikrooganisme Bioremediasi

a. Bakteri Nictobacter
8

Bakteri ini merupakan bakteri probioaktif yang mampu bekerja menguraikan bahan
organik protein,karbohidrat,dan lemak secara biologis.Bermanfaat dalam menguraikan
NH3 dan NO pada sampah,tinja,dan kotoran hewan ternak,dan dapat menekan populasi
bakteri patogen pada penampung tinja yang menyebabkan sumber air tanah akan
terkontaminasi jika air remebesan tinja bercampur dengan sumber air tanah.

b. Bakteri Pseudomonas

Bakteri Pseudomonas sp. merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu


mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri
Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran minyak bumi.
Bahan utama minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu, minyak
bumi juga mengandung senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-
3,5%.

Salah satu faktor yang sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam
mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga
sulit mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas dapat
memproduksi biosurfaktan. Kemampuan bakteri Pseudomonas dalam memproduksi
biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam
sintesis biosurfaktan. Ada 2 macam biosurfaktan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas :

Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid, trehalosalipid,


asam lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok
ini bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan
medium cair.
Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakarida
amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi
serta kestabilannya dan tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan
medium.
Bakteri Endogenous
9

Tidak hanya mengendalikan senyawa amoniak dan nitrit, teknik bioremediasi dengan
menggunakan bakteri endogenus juga bertujuan untuk mengendalikan senyawa H2S
yang banyak menumpuk di sedimen tambak.Dengan menggunakan bakteri fotosintetik
dari jenis Rhodobakter untuk menghilangkan senyawa H2S. “Hasilnya H2S tidak
terdeteksi sama sekali di tambak,”Untuk mengatasinya dia menggunakan bakteri dari
jenis Bacillus. “Karena bakteri Bacillus yang di gunakan merupakan bakteri endogenous,
maka efektivitasnya lebih baik jika dibandingkan dengan produk bioremediasi dengan
menggunakan bakteri dari luar Indonesia,”

c. Bakteri Nitrifikasi

Nitirifikasi untuk menjaga keseimbangan senyawa nitrogen anorganik (amonia, nitrit


dan nitrat) di sistem tambak. Pendekatan bioremediasi ini diharapkan dapat
menyeimbangkan kelebihan residu senyawa nitrogen yang berasal dari pakan,
dilepaskan bempa gas N2 1 N20 ke atmosfir. Peran bakteri nitrifikasi adalah
mengoksidasi amonia menjadi nitrit atau nitrat, sedangkan bakteri denitrifikasi akan
mereduksi nitrat atau nitrit menjadi dinitrogen oksida (N20) atau gas nitrogen (Nz).

d. Bakteri Pereduksi Sulfat

Kemampuan BPS dalam menurunkan kandungan sulfat sehingga dapat meningkatkan pH


tanah bekas tambang batubara ini sangat bermanfaat pada kegiatan rehabilitasi lahan
bekas tambang batubara. Peningkatan pH yang dicapai hampir mendekati netral (6,66)
sehingga sangat baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman revegetasi maupun
kehidupan biota lainnya.

e. Archtobacter

Pada kultur yang masih muda Arthrobacter berbentuk batang yang tidak teratur 0,8 –
1,2 x 1 – 8 mikrometer. Pada proses pertumbuhan batang segmentasinya berbentuk
cocus kecil dengan diameter 0,6 – 1 mikrometer. Gram positif, tidak berspora, tidak suka
asam, aerobik, kemoorganotropik. Memproduksi sedikit atau tidak sama sekali asam dan
10

gas yang berasal dari glukosa atau karbohidrat lainnya. Katalase positif, temperatur
optimum 25 – 30oC.

f. Acinetobacter

Memiliki bentuk seperti batang dengan diameter 0,9 – 1,6 mikrometer dan panjang 1,5-
2,5 mikrometer. Berbentuk bulat panjang pada fase stasioner pertumbuhannya. Bakteri
ini tidak dapat membentuk spora. Tipe selnya adalah gram negatif, tetapi sulit untuk
diwarnai. Bakteri ini bersifat aerobik, sangat memerlukan oksigen sebagai terminal
elektron pada metabolisme. Semua tipe bakteri ini tumbuh pada suhu 20-300 C, dan
tumbuh optimum pada suhu 33-350 C. Bersifat oksidasi negatif dan katalase positif.
Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menggunakan rantai hidrokarbon sebagai
sumber nutrisi, sehingga mampu meremidiasi tanah yang tercemar oleh minyak. Bakteri
ini bisa menggunakan amonium dan garam nitrit sebagai sumber nitrogen, akan tetapi
tidak memiliki pengaruh yang signifikan. D-glukosa adalah satu-satunya golongan
heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini, sedangkan pentosa D-ribosa, D-silosa, dan
L-arabinosa juga bisa digunakan sebagai sumber karbon oleh beberapa strain.

g. Bacillus

Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk batang pendek
(biasanya rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 m dan panjang 3-5m.
Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Adapun suhu pertumbuhan
maksimumnya yaitu 30-50oC dan minimumnya 5-20oC dengan pH pertumbuhan 4,3-9,3.
Bakteri ini mempunyai kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi, dimana bakteri
ini menggunakan minyak bumi sebagai satu-satunya sumber karbon untuk menghasilkan
energi dan pertumbuhannya. Pada konsentrasi yang rendah, bakteri ini dapat
merombak hidrokarbon minyak bumi dengan cepat. Jenis Bacillus sp. yang umumnya
digunakan seperti Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Bacillus laterospor.

h. Jamur
11

Selain dari golongan bakteri, mikroba pendegradasi hidrokarbon juga dapat dilakukan
oleh fungi. Fungi pendegradasi hidrokarbon umumnya berasal dari genus
Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sporobolomyces, Cladosporium.
Jamur dari genus ini mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik. Jamur
Phanerochaete chrysosporium mampu mendegradasi berbagai senyawa hidrofobik
pencemar tanah yang persisten. Adapun oksidasi dan pelarutan hidrokarbon polisiklik
aromatik oleh Phanerochaete chrysosporium menggunakan enzim lignin peroksidase.
Bila terdapat H2O2, enzim lignin peroksidase yang dihasilkan akan menarik satu elektron
dari PAH yang selanjutnya membentuk senyawa kuinon yang merupakan hasil
metabolisme. Cincin benzena yang sudah terlepas dari PAH selanjutnya dioksidasi
menjadi molekul-molekul lain dan digunakan oleh sel mikroba sebagai sumber energi
misalnya CO2.

Jamur dari golongan Deuteromycota (Aspergillus niger, Penicillium glabrum, P.


janthinellum, Zygomycete, Cunninghamella elegans ), Basidiomycetes (Crinipellis
stipitaria) diketahui juga dapat mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik. Sistem
enzim monooksigenase Sitokrom P-450 pada jamur ini memiliki kemiripan dengan
sistem yang dimiliki mamalia. Adapun langkah-langkahnya yaitu pembentukan
monofenol, difenol, dihidrodiol dan quinon dan terbentuk gugus tambahan yang larut
air (misalnya sulfat, glukuronida, ksilosida, glukosida). Senyawa ini merupakan hasil
detoksikasi pada jamur dan mamalia.

D. Jenis Jenis Bioremediasi

1. Bioremediasi yang Melibatkan Mikroba.


12

Teknologi bioremediasi yang memanfaat kanmikroorganisma dalam


menstimulasi pertumbuhan mikroba dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Biostimulasi
Biostimulasi adalah suatu proses yang dilakukan melalui

penambahan zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

(misalnya nutrien dan oksigen) atau menstimulasi kondisi lingkungan

sedemikian rupa (misalnya pemberian aerasi) agar mikroorganisma

tumbuh dan beraktivitas lebih baik. Nutrien dan oksigen dalam bentuk cair
atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk

memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada

di dalam air atau tanah tersebut. Namun sebaliknya, jika kondisi yang

dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau

mati.

2. Bioaugmentasi.

Bioaugmentasi merupakan penambahan atau introduksi satu jenis


atau lebih mikroorganisme baik yang alami maupun sudah
mengalami perbaikan sifat. Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan
kontaminan tertentu kemudian ditambahkan ke dalam air atau tanah yang
tercemar.
Tetapi proses ini mempunyai hambatan yaitu sangat sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapatberkembang
13

dengan optimal, karena mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing


kemungkinan sulit untuk beradaptasi. Dalam
beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan.
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan
tertentu kemudian ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar.
Tetapi proses ini mempunyai hambatan yaitu sangat sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat
berkembang dengan optimal, karena mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan
yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi. Dalam
beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan
nutrien tertentu.

3. Bioremediasi Intrinsik.

Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami (tanpa campur tangan


manusia) dalam air atau tanah yang tercemar Biostimulasi adalah suatu proses yang
dilakukan melalui penambahan zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
(misalnya nutrien dan oksigen) atau menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa
(misalnya pemberian aerasi) agar mikroorganisma tumbuh dan beraktivitas lebih baik.
Nutrien dan oksigen dalam bentuk cair
atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk
memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada
di dalam air atau tanah tersebut. Namun sebaliknya, jika kondisi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau
mati.

2.Bioremediasi yang dibagi Berdasarkan Lokasi.

1. Bioremediasi in-situ, yaitu proses pengelolaan limbah di


14

lokasi limbah itu berada dengan mengandalkan kemampuan


mikroorganisme yang telah ada di lingkungan tercemar untuk mendegradasinya.

2. Bioremediasi ex-situ

yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah di suatu lokasi lalu
ditreatment di tempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Kemudian
diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan
mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan
jenis tanah yang lebih beragam.

E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Bioremediasi

-Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung
kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya
aliran tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga
proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah
yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir
ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat
berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin
kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.
15

-Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40˚C.
Temperatur yang digunakan pada suhu 38˚C bukan pilihan yang valid
karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol
mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak
akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang
bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga
proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap
lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.

-Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun
kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan
demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi
hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a)
kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c)
kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya
oksigen, merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak.

-pH
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang
namun ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5
menjadi 7,4 dengan penambahan kapur meningkatkan penguraian minyak
menjadi dua kali. Penyesuaian pH dapat merubah kelarutan,
bioavailabilitas, bentuk senyawa kimia polutan, dan makro & mikro
nutrien. Ketersediaan Ca, Mg, Na, K, NH4+, N dan P akan turun,
sedangkan penurunan pH menurunkan ketersediaan NO3– dan Cl–.
Cendawan yang lebih dikenal tahan terhadap asam akan lebih berperan
dibandingkan bakteri asam.
16

-Kadar H2O dan karakter geologi.


Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi. Nilai
aktivitas air dibutuhkan utk pertumbuhan mikroba berkisar 0.9-1.0,
umumnya kadar air 50-60%. Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang
poros.

-Keberadaan zat nutrisi.


Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian
mungkin tak perlu ditambah zat nutrisi. Untuk hidrokarbon ditambah
nitrogen & fosfor, dapat pula dengan makro & mikro nutrisi yang lain.

Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan


keseimbangan metabolisme sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi
biasanya dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan
fosfor sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih
cepat dan pertumbuhannya meningkat.

-Interaksi antar Polusi


Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam
mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah
interaksi antara beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah
satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses
transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energy
yang dihasilkan.
17

E. Kelebihan dan Kekuranga Bioremediasi

Kelebihan bioremediasi
1. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba
yang secara alamiah sudah ada

2. Bioremediasi tidak menggunakan atau menambahkan bahan kimia


berbahaya (ramah lingkungan).

3.Tidak melakukan proses pengangkatan

4. Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah

5. Dapat dilaksanakan di lokasi atau di luar

6. Menghapus resiko jangka panjang

Kelemahan bioremediasi

1. Tidak semua bahan kimia dapat diolah

2.Membutuhkan pemantauan yang intensif

3. Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal

4.Membutuhkan lokasi tertentu


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
[
KESIMPULAN

Darikumpulantulisanyangdirangkumpadapaperinidapatditarik

beberapakesimpulanseperti:

1.Bioremediasisuatucarapenggunaanorganismedalamupaya

penyehatankembalilingkunganyangsudahrusakatautercemar.

2.Atasdasarketerlibatanmikroorganismabioremediasidibedakan

menjadi:biostimulasi,bioaugmentasi,danbioremediasiintrinsik.

3.Atasdasarlokasiremediasibioremediasidibedakanmenjadi

bioremediasiinsitudanexsitu.

4.Adabeberapafaktorlingkunganyangsecaradominanmempengaruhi

prosesbioremediasiseperti:tanah,temperatu,oksigen,nutrisidan

interaksiantarpolutan.

5.Prosesbioremediasisifatnyaadalahdilakukanolehmikroorganisma

18
19

spesifik,yaitubahwamikroorganismapenghancursuatusenyawa

tertentuakanberbedadenganmikroorganismepenghancursenyawa

lainnya(contoh:mikroorganismayangmendegradasisenyawa

hidrokarbonadalahberbedadenganmikroorganismapendegradasi

logam),meskipunadabeberapamikroorganismayangsamasanggup

melakukanprosesdegradasidariberbagaiunsuryangberbeda.

6.Pendekatanumumyangdilakukanuntukmeningkatkankecepatan

biotransformasiataupunbiodegradasiadalahdengancara:

1.Seeding,ataumengoptimalkanpopulasidanaktivitasmikroba
ndigenous(bioremediasiinstrinsik)dan/ataupenambahan
Mikroorganismeexogenous(bioaugmentasi)dan
indigenous(bioremediasiinstrinsik)dan/ataupenambahan
mikroorganismeexogenous(bioaugmentasi)dan

2.Feeding,ataudenganmemodifikasilingkungandenganpenambahan

nutrisi(biostimulasi)danaerasi(bioventing)

7.Kelebihandariteknologibioremediasi,antaralain:a.Bioremediasi

sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara

alamiahsudahadadilingkungan; b.Bioremediasitidakmenggunakan
20

ataumenambahkanbahankimiaberbahaya(ramahlingkungan); c.Tidak

melakukanprosespengangkatanpolutan; d.Teknikpengolahannya

mudahditerapkandanmurahbiaya ; e.Dapatdilaksanakandilokasiatau

diluarlokasi;vf.Menghapusresikojangkapanjang.

8.Kelemahandalamteknologibioremediasiseperti: a.Tidaksemua

bahankimiadapatdiolahsecarabioremediasi; b.Membutuhkan

pemantauanyangintensif; c.Berpotensimenghasilkanprodukyang

tidakdikenal; d.Membutuhkanlokasitertentu

9.Hasil-hasilpenelitianyangadamendukungbahwateknologi

bioremediasiinimerupakansatucaradalampencapaianpengelolaan

lingkunganyangramahlingkungan.

Anda mungkin juga menyukai