Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIOREMEDIASI

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Badrus Zaman, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:
AUFA RAHMA 21080117130075
IRSYAD AMRULLAH 21080117130079
IVANI DAYINTA A.P 21080117130074
RAHMADINI F.N 21080117140063

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala karunia dan nikmatNya sehingga
makalah yang berjudul “Bioremediasi” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada
halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi
Lingkungan yang diampu oleh Bapak Dr. Badrus Zaman, S.T., M.T.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika, maupun isi. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.

Semarang, 14 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran atau polusi bukanlah merupakan hal baru, bahkan tidak sedikit dari kita
yang sudah memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pencemaran atau polusi
lingkungan terhadap kelangsungan dan keseimbangan ekosistem. Polusi dapat
didefinisikan sebagai kontaminasi lingkungan oleh bahan-bahan yang dapat mengganggu
kesehatan manusia, kualitas kehidupan, dan juga fungsi alami dari ekosistem. Walaupun
pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh proses alami, aktivitas manusia yang
notabenenya sebagai pengguna lingkungan adalah sangat dominan sebagai penyebabnya,
baik yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak.
Berdasarkan kemampuan terdegradasinya di lingkungan, polutan digolongkan atas
dua golongan:
1. Polutan yang mudah terdegradasi (biodegradable pollutant), yaitu bahan
seperti sampah yang mudah terdegradasi di lingkungan. Jenis polutan ini akan
menimbulkan masalah lingkungan bila kecepatan produksinya lebih cepat dari
kecepatan degradasinya.
2. Polutan yang sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi
(nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah lingkungan yang cukup
serius.
Bahan polutan yang banyak dibuang ke lingkungan terdiri dari bahan pelarut
(kloroform, karbontetraklorida), pestisida (DDT, lindane), herbisida (aroklor,
antrazin, 2,4-D), fungisida (pentaklorofenol), insektisida (organofosfat),
petrokimia (polycyclic aromatic hydrocarbon [PAH], benzena, toluena, xilena),
polychlorinated biphenyls (PCBs), logam berat, bahanbahan radioaktif, dan masih
banyak lagi bahan berbahaya yang dibuang ke lingkungan, seperti yang tertera
dalam lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Untuk mengatasi limbah (khususnya limbah B3) dapat digunakan metode biologis
sebagai alternatif yang aman, karena polutan yang mudah terdegradasi dapat diuraikan
oleh mikroorganisme menjadi bahan yang tidak berbahaya seperti CO2 dan H2O. Cara
biologis atau biodegradasi oleh mikroorganisme, merupakan salah satu cara yang tepat,
efektif dan hampir tidak ada pengaruh sampingan pada lingkungan. Hal ini dikarenakan
tidak menghasilkan racun ataupun blooming (peledakan jumlah bakteri). Mikroorganisme
akan mati seiring dengan habisnya polutan dilokasi kontaminan tersebut.
Hanya bioteknologi yang dipertimbangkan untuk menjadi kunci dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan manusia. Bioteknologi juga
menjadi peralatan yang bagus untuk pembelajaran atau perbaikan terhadap buruknya
kesehatan akibat polusi lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penyusun menemukan beberapa
permasalahan dalam pembuatan makalah ini, yaitu diantara sebagai berikut:
1. Apakah pengertian bioremediasi?
2. Apakah tujuan dari bioremediasi?
3. Bagaimana proses bioremediasi?
4. Apa saja jenis-jenis bioremediasi?
5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi bioremediasi?
6. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan bioremediasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dan maksud penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian Bioremediasi
2. Untuk mengetahui tujuan penggunaan dari bioremediasi
3. Untuk mengetahui proses bioremediasi
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis bioremediasi
5. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi bioremediasi
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bioremediasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioremediasi


Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan sebagai
proses dalam menyelesaikan masalah. Menurut Munir (2006), bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi
dalam mengendalikan pencemaran. Menurut Sunarko (2001), bioremediasi mempunyai
potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling
murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan
bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan dengan
memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir,
fungi, dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator.

2.2 Tujuan Bioremediasi


Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan
yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain
mengontrol, mereduksi, atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.

2.3 Proses Bioremediasi


Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi, dan biokatalis.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorgansime
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut. Enzim
mempercepat proses tersebut dengan caara menurunkan energy aktivasi, yaitu energy
yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau
biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik.
Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi. Degradasi senyawa
kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk
mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di lingkunga, yang berlangsung menjadi suatu
seri reaksi kimia yang cukup kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang
tidak berbahaya, misalnya CO2. Dalam proses degradasinya mikroba menggunakan
senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses
oksidasi. Enzim yang dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi degradasi,
sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan. Lintasan
biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti berdasarkan
lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon, lignin,
selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolism umumnya berlangsung melalui proses yang sama.
Supaya proses tersebut dapat berlangsung optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangbiakan microorganism. Tidak
terciptanya kondisi yang optimum akan mengakibatkan aktivitas degradasi biokimia
mikroorganisme tidak dapat berlangsung dengan baik, sehingga senyawa-senyawa
beracun menjadi persisten di lingkungan. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan
pemahaman akan prinsip-prinsip biologis tentang degradasi senyawa-senyawa beracun,
pengaruh kondisi lingkungan terhadap mikroorganisme yang terkait dan reaksi-reaksi
yang dikatalisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan bioremediasi adalah melalui
teknologi genetic. Teknologi genetic molecular sangat penting untuk mengidentifikasi
gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-
gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-
mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.

2.4 Jenis-jenis Bioremediasi


A. Bioremediasi yang melibatkan mikroba
1. Biostimulasi
Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan
mikroba yang sudah ada didaerah tercemar dengan cara memberikan
lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrient dan
oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada dalam jumlah sedikit, maka harus
ditambahkan mikroba dalam konsentrasi yang tinggi sehingga bioproses
data terjadi. Mikroba yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelmnta
diisolasi dari lahan tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian
di laboratorium di perbanyak dan dikembalikan ketempat asalnya untuk
memulai bioproses. Namun sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan tidak
terpenuhi
2. Bioaugmentasi
3. Bioremediasi Intrinsik
B. Bioremediasi yang berdasarkan lokasi
1. In situ
2. Ex situ
mikroba yang sebelumnya diisolasi dari lahan tercemar kemudian setelah melalui
proses penyesuaian di laboratorium di perbanyak dan dikembalikan ke tempat
asalnya untuk memulai bioproses. Namun sebaliknya, jika kondisi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati.
Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang
tercemar (Suhardi, 2010).
2. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial ke dalam
limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara
biologi. Cara ini paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di
suatu tempat. Hambatan mekanisme ini yaitu sulit untuk mengontrol kondisi situs
yang tercemar agar mikroba dapat berkembang dengan optimal. Selain itu
mikroba perlu beradaptasi dengan lingkungan tersebut (Uwityangyoyo, 2011).
Menurut Munir (2006), dalam beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti
dengan penambahan nutrien tertentu.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
B. Bioremediasi berdasarkan lokasi terdapat 2 macam yaitu:
1. In situ, yaitu dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar ( proses
bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut). Proses
bioremadiasi in situ pada lapisan surface juga ditentukan oleh faktor bio-kimiawi
dan hidrogeologi
2. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah tersebut
lalu ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Lalu
diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih
cepat dan mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis
kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Bioremediasi


Tanah
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran
aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan
mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi
aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi
in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar sehingga disp.ersi
oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga
penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.
Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao,
et. al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC
bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk
mengontrol mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas
minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang
bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses
biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat
dilaksanakannya bioremediasi.
Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang
adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian
tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon
minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi
oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang
juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan salah satu faktor
pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.
Nutrien
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan
keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya
dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga
proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan
pertumbuhannya meningkat.
Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan
aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa
galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah
kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara
tidak langsung sehingga tidak ada energi yang dihasilkan.
2.6 Kelebihan dan kekurangan Bioremediasi
A. Kelebihan
 Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang
secara alamiah sudah ada dilingkungan
 Bioremediasi tidak menggunakan atau menambahkan bahan kimia
berbahaya (ramah lingkungan)
 Tidak melakuka proses pengangkatan polutan
 Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya
 Dapat dilaksanakan di lokasi atau di luar lokasi
 Menghapus resiko jangka panjang
B. Kekurangan
 Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi.
 Membutuhkan pemantauan yang intensif
 Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal
 Membutuhkan lokasi tertentu
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai