Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN KESEHATAN IKAN

BIOREMEDIASI DETRITUS ORGANIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Teknologi
Manajemen Kesehatan Ikan dari Ibu Qurrota A’yunin S.Pi., M.Sc

Disusun oleh :

Kelompok 3 Kelas B04

Gavrilla Windra Kusuma 165080500111043

Salma 165080500111044

Venny Nur Hidayah 165080501111021

Dicky Candra Hariyanto 165080501111025

Firda Rabbani Razak 165080501111034

Winda Fatma Sari 165080501111036

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Kesehatan Ikan yang telah membimbing kami dengan pemberian
materi serta semua pihak yang telah membantu menyiapkan, memberikan
masukan dalam menyusun makalah ini.
Dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan
masukan dalam menyempurnakan kekurangan kami dan semoga makalah kami
dapat bermanfaat.

Malang, 3 Mei 2019

Penyaji
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Wijayanti dan Lestari (2017), keberadaan logam berat di lingkungan

dengan konsentrasi tinggi merupakan pencemar dan masalah lingkungan yang

sangat penting sehingga dapat menimbulkan permasalahan ekologi yang serius.

Peningkatan jumlah limbah yang mengandung logam berat yang tidak terkendali

menyebabkan peningkatan beban ekonomis dan kerugian kesehatan yang besar

terutama untuk orang-orang tinggal di dekat daerah itu. Hal ini dikarenakan limbah

industri dikeluarkan ke lingkungan dari berbagai sumber antropogenik seperti

limbah industri, otomotif emisi, kegiatan pertambangan dan praktek-praktek

pertanian dan melalui rantai makanan mempengaruhi manusia dan hewan, serta

kerusakan kualitas lingkungan. Pendekatan secara mikrobiologis dengan

menggunakan bakteri merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk masa yang

akan datang dan merupakan rekayasa yang cukup menjanjikan, sebab secara

teknis maupun ekonomis sangat menguntungkan.

Menurut Hasyimuddin, et al. (2016), bakteri merupakan suatu struktur sel

yang tidak mempunyai inti sejati (inti yang tidak dikelilingi membran inti),

sedangkan komponen genetiknya terdapat di dalam molekul DNA tunggal yang

letaknya bebas di dalam sitoplasma. Bakteri merupakan organisme kosmopolit

yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini.

Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih

dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia

bisa tetap bertahan hidup. Secara sederhana proses bioremediasi bagi lingkungan

dapat dilakukan dengan mengaktifkan bakteri alami pengurai limbah baik organik
maupun anorganik yang akan ditangani. Bakteri-bakteri akan menguraikan limbah

tersebut yang telah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan hidup

bakteri tersebut. Dalam waktu tertentu, bakteri yang telah ditebarkan pada

lingkungan yang terkontaminasi tersebut akan menunjukkan bahwa kandungan

limbah di lingkungan tersebut mulai berkurang bahkan hilang.

Menurut Puspitasari dan Khaerudin (2016), remediasi merupakan proses

dekontaminasi air dan tanah dari senyawa yang berbahaya, seperti hidrokarbon,

poliaromatik hidrokarbon (PAH), persistant organic pollutant (POP), logam berat,

pestisida dan lain-lain. Proses remediasi yang menggunakan mikroorganisme

dikenal sebagai bioremediasi. Bioremediasi adalah proses penguraian limbah

organik/anorganik polutan dari sampah organik dengan menggunakan organisme

(bakteri, fungi, tanaman atau enzimnya) dalam mengendalikan pencemaran pada

kondisi terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya

di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga berwenang dengan tujuan

mengontrol atau mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi

ini ditinjau dari aspek komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya

penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel. Bioremediasi pada

akhirnya menghasilkan air dan gas tidak berbahaya seperti CO2.

1.2 Rumusan Masalah

- Apa yang dimaksud bioremediasi?

- Apa yang dimaksud detritus organik?

- Apa saja manfaat bioremediasi detritus organik?

- Bagaimana metode bioremediasi detritus organik?

- Bagaimana aplikasi bioremediasi detritus organik di bidang perikanan?


1.3 Tujuan

- Menjelaskan pengertian bioremediasi

- Menjelaskan pengertian detritus organik

- Menjelaskan manfaat bioremediasi detritus organik

- Menjelaskan metode bioremediasi detritus organik

- Menjelaskan aplikasi bioremediasi detritus organik di bidang perikanan


II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioremediasi

Bioremediasi merupakan proses yang melibatkan penggunaan organisme

hidup, terutama mikroorganisme, untuk mendegradasi atau mendetoksifikasi

limbah berbahaya menjadi zat yang tidak berbahaya seperti karbon dioksida, air

dan biomassa sel. Dalam teknik ini, kemampuan biodegradatif mikroorganisme

dimanfaatkan untuk menghilangkan atau mendetoksifikasi polutan lingkungan.

Bioremediasi dapat terjadi dengan sendirinya melalui atenuasi alami (bioremediasi

intrinsik), tetapi dalam banyak kasus dapat memakan waktu beberapa tahun.

berbagai strategi bioremediasi telah dikembangkan untuk meningkatkan

metabolisme mikroba kontaminan beberapa aspek (Alegbeleye, et al., 2017)

Menurut Nisak, et al. (2013), bioremediasi merupakan pengembangan dari

bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam

mengendalikan pencemaran. Salah satu organisme yang dapat digunakan untuk

bioremediasi adalah mikroalga jenis Nannochloropsis sp. Mikroalga ini dapat

dimanfaatkan untuk mengadsorpsi ion-ion logam. Kemampuannya digunakan

sebagai biosorben karena memiliki toleransi yang tinggi terhadap logam berat dan

tidak memiliki proteksi khusus untuk masuknya logam berat ke dalam sel.

2.3 Manfaat Bioremediasi

Bioremediasi dapat mengurangi polutan tingkat tinggi hingga ke tingkat

yang tidak dapat terdeteksi, tidak toksik atau dapat diterima dalam batas yang

ditetapkan. Proses bioremidiasi akan meningkatkan laju degradasi mikroba alami

dari kontaminan melalui penambahan mikroorganisme asli (bakteri atau jamur).


Bioremediasi telah berkembang juga pada pengolahan air limbah yang

mengandung senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi. Umumnya

dihubungkan dengan kegiatan industri, antara lain logam-logam berat, petroleum

hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida dan

herbisida maupun nutrisi dalam air seperti nitrogen dan fosfat pada perairan

tergenang. Keunggulan mikroba termasuk diantaranya bakteri, jamur, dan

protozoa dalam pengolahan air limbah dan peranannya dalam menjaga

keseimbangan ekologis perairan sudah banyak dielaborasi. Metode tersebut

cenderung lebih menguntungkan dibandingan dengan menggunakan senyawa

kimia (Priade, 2012).

2.4 Pengertian Detritus Organik

Anggota genus Bacillus, seperti Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis,

Bacillus cereus, Bacillus coagulans, dan genus Phenibacillus, seperti

Phenibacillus polymyxa, adalah contoh bakteri yang cocok untuk bioremediasi

detritus organik. Namun, habitat alami adalah sedimen. Setiap kali Bacillus dalam

jumlah yang cukup, mereka dapat membuat dampak. Mereka bersaing dengan

flora bakteri yang secara alami ada untuk bahan organik yang tersedia, seperti

pakan yang larut atau berlebih dan kotoran udang. Sebagai bagian dari bio-

augmentasi, Bacillus dapat diproduksi, dicampur dengan tanah liat dan disiarkan

untuk disimpan di dasar kolam. Lactobacillus juga digunakan bersama dengan

Bacillus untuk memecah detritus organik. Bakteri ini menghasilkan berbagai enzim

yang memecah protein dan pati menjadi molekul kecil, yang diambil sebagai

sumber energi oleh organisme lain. Penghapusan senyawa organik besar

mengurangi kekeruhan air (Amin et al ., 2013).


2.4 Metode Bioremediasi Organik Detritus

Menurut Riandi, et al. (2017), polimer plastik merupakan limbah yang dapat

melepaskan berbagai senyawa kimia toksik apabila bereaksi dengan komponen

biotik maupun abiotik di lingkungan, seperti senyawa Bisphenol A, dioktil ptalat

(DOP), vynil khlorida, akri lonitril, meta crylonitril venylidine chloride serta

shyrene , dimana tergolong senyawa kimia yang bersifat karsinogenik. Berbagai

upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan permasalah sampah

plastik tersebut, baik secara fisik, kimiawis maupun biologis. Dari ketiga metode

tersebut telah terbukti bahwa metode biologis lebih efektif, efisien dan ramah

lingkungan. Metode biologis yang sedang dikembangkan adalah dengan

menggunakan mikroorganisme alami yang memiliki kemampuan mendegradasi

polimer atau sering dikenal sebagai bioremediasi. Bakteri yang mampu

mendegradasi polimer plastik salah satunya berasala dari genus Pseudomonas

dan Ochrobactrum.

Proses isolasi awal bakteri menggunakan metode platting method dengan

cara sampel tanah dan sampah plastic yang telah diperoleh dari lokasi TPA dan

hutan mangrove, diambil sebanyak 10 Gram dan disuspensikan ke dalam botol

yang telah diisi dengan 90 mL larutan salin 0,85%, kemudian suspensi disimpan

pada inkubator sheaker dengan suhu 37ºC selama 30 menit. Setelah proses

inkubasi, suspensi kemudian diencerkan dengan metode serial dilution hingga

mendapatkan tingkat pengenceran 10-6. Suspensi yang telah diencerkan

kemudian dipipet sebanyak 0,1 mL pada masing-masing suspensi yang berbeda

dan dituang dalam cawan Petri steril, lalu masing-masing dituangkan media King’s

B Agar yang telah ditambahkan 2% Polyethylene Glycol (PEG) untuk menguji

kemampuan tumbuh isolat dalam lingkungan yang mengandung bahan dasar

plastik. Kemudian cawan Petri yang mengandung suspensi diinkubasi secara


aerob dalam incubator dengan suhu 37ºC selama 48 jam. Isolat bakteri yang telah

berumur 48 jam kemudian dimurnikan dengan menggunakan metode streak for

single colonies dan diidentifikasi biokimia untuk mengetahui genus awal dari isolat

bakteri. Metode isolasi biokimia meliputi uji katalase, uji produksi gas (oksidase),

uji motilitas, uji produksi Indol dan Hidrogen Sulfida (H2S), uji pewarnaan Gram

serta uji fermentasi laktosa.

Menurut Utari, et al.(2015), melalui penelitiannya tentang identifikasi dan

uji potensi bakteri yang berperan pada pengolahan air limbah yang mengandung

Rhodamin B dalam biosistem tanaman, bakteri juga diisolasi dengan metode

platting method (metode pengenceran). Sebanyak 10 gram tanah ditimbang dan

dilakukan pengenceran (serial dilution method) hingga faktor pengenceran 10-8.

Sampel ditanam secara pour plate pada media NA (Nutrient agar) pada

pengenceran 10-5- 10-8. Koloni yang mempunyai ciri makroskopis yang berbeda

selanjutnya dimurnikan dengan cara streak for single colony. Ciri makroskopis

bakteri yang diamati adalah warna, bentuk dan tekstur permukaan koloni bakteri.

Karakter mikroskopis koloni bakteri dengan pewarnaan Gram dan bentuk sel

bakteri di bawah mikroskop. Media cair yang mengandung Rhodamin B dan nutrisi

untuk pertumbuhan bakteri disiapkan sebanyak 30 ml dalam setiap botol dengan

konsentrasi Rhodamin B 20 ppm yang diambil dari larutan baku 100 ppm.

Kemudian 1ml suspensi bakteri yang telah diinkubasi selama 24 jam pada media

Nutrient Broth pada suhu 37ºC ditanam pada media cair selama 7 hari. Sementara

untuk konsorsium bakteri enam isolate bakteri masing-masing dimasukkan dengan

volume 1,67 µl. Selanjutnya hasil perombakan diambil untuk disentrifuge 2000 rpm

selama 20 menit. Diukur konsentrasi Rhodamin-B pada media cair pada hari ke 7

dengan menggunakan spektrofotometer UV vis dengan panjang gelombang


maksimum 553,60 nm. Hasil uji biokimia pada 5 isolat bakteri menunjukkan bakteri

Pseudomonas sp. reaksi positif terhadap uji CIT.

2.5 Aplikasi Bioremediasi Detritus Organik di Bidang Perikanan


Menurut Raja, et al. (2014), akuakultur menghasilkan tingginya akumulasi

limbah, yang terdiri dari sisa metabolisme dimana dapat merusakan kualitas air

perairan, organik terlarut, dan bahan tersuspensi dimana yang mengandung rantai

karbon dan banyak tersedia untuk mikroba dan gangga. Bioremediasi yang baik

harus mengandung mikroba yang mampu membersihkan limbah karbon dari air.

Aplikasi bioremediasi dalam budidaya yaitu probiotik. Bakteri pada probiotik yaitu

genus Bacillus seperti Bacillus subtilis, B. licheniformes, B. cereus, B. coagulans

and species Phenibacillus polymyxa dimana sangat baik untuk menjadi

bioremediasi perairan. Lactobacillus sp. juga digunakan bersama dengan Bacillus

sp. untuk memecah detritus organik. Bakteri ini menghasilkan berbagai enzim

yang memecah protein dan pati menjadi kecil Molekul, yang kemudian diambil

sebagai energi sumber oleh organisme lain.

Menurut Musyoka (2016), Bioremediasi merupakan penanganan terhadap

penyakit akuatik oleh beberapa kelompok bakteri yang sangat menguntungkan.

Bakteri ini digunakan sebagai probiotik untuk meningkatkan kesehatan hewan

akuatik yang dibudidayakan. Bakteri baik ini menghasilkan antibiotik, siderofor,

bakteriosin, hidrogen peroksida, asam organik dan enzim. seperti lisozim dan

protease, yang mungkin memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik bakteri

patogen. Mereka juga mengubah pH lingkungan sekitar sehingga menghambat

proliferasi patogen.
III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Musykoka, S. N. 2016. Concept of microbial bioremediation in aquaculture wastes;


Review. International Journal of Advamce Scientific and Technical
Research. 5(6) : 1-10.

Raja, S., K. P. B. Dinesh and K. Kesavan. 2014. Bioremediation by using of


microbes and algae with special reference to Coastline Environment.
International Journal of Bioscience and Nanosciences. 1(6): 130-140.

Amin, A., A. T. R. Naik, M. Azhar and H. nayak 2013. Bioremediation of different


waste waters. Contonental J. Fisgheries ang Aquatic Science. 7(2) : 7-17.

Wijayanti, T, dan D.E.G.Lestari.2017. Bioremediasi Limbah Tercemar Kadmium


(Cd) Pada Perairan Di Kabupaten Pasuruan Menggunakan Bakteri Indigen
Secara Ex-Situ. Jurnal Pena Sains.4(2):114-123.

Puspitasari, D,J, dan Khaerudin.2016. Kajian Bioremediasi Pada Tanah Tercemar


Pestisida. KOVALEN.2(3):98-106.

Hasyimuddin., M.N.Djide, dan M.F.Samawi.2016. Isolasi Bakteri Pendegradasi


Minyak Solar Dari Perairan Teluk Pare-Pare.BIOGENESIS.4(1):41-46.

Utari, S,A,S,S, L., I.B.G.Darmayasa, dan I.W.B.Suyasa.2015. Isolasi, Identifikasi


Dan Uji Potensi Bakteri Yang Berperan Pada Pengolahan Air Limbah Yang
Mengandung Rhodamin B Dalam Biosistem Tanaman. JURNAL
SIMBIOSIS.3(1):3012-312.

Riandi, M. I., R. Kawuri dan S. K. Sudirga. 2017. Potensi bakteri Pseudomonas sp.
an Ochrobactrum sp. yang di isolasi dari berbagai sampel tanah dalam
mendegradasi limbah polimer plastik berbahan dasar High Density
Polyethylene (HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE). Jurnal
Simbiosis. 2:58-63.

Priade, B. 2012. Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya


pengendalian pencemaran air. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10(1): 38-48.

Anda mungkin juga menyukai