Anda di halaman 1dari 7

1.

Beban Hidup

Beban hidup merupakan semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang
dapat berpindah,serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut, termasuk beban akibat air hujan pada atap. Beban hidup merupakan semua beban tidak
tetap, kecuali beban angin, beban gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh
selisih suhu, pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, dan pengaruh-pengaruh khusus
lainnya. Meskipun dapat berpindahpindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-
lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan matematis dan menurut
kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan secara pasti
beban hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban
hidup bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu faktor pengali pada beban hidup
lebih besar jika dibandingkan dengan faktor pengali pada beban mati.

Beban hidup selalu berubah-ubah dan sulit diperkirakan. Perubahan tersebut terjadi
sepanjang waktu, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Schueler, 2010). Beban hidup
atap merupakan beban yang diakibatkan pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan
material. Selain itu juga beban selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh benda bergerak,
seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak berhubungan dengan penghunian (SNI
1727:2013 pasal 4.1).
Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi, sebagai contoh seseorang
dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat berpindah-pindah, dapat berdiri dalam satu
kelompok. Beban pengguna (occupancy loads) atau beban hidup. Yang termasuk kedalam beban
pengguna adalah berat manusia, perabot, material yang disimpan, dan sebagainya. Beban salju juga
termasuk kedalam beban hidup. Semua beban hidup mempunyai karakteristik dapat pindah atau
bergerak. Secara khas beban ini bekerja vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat berarah
horizontal.
Beban Hidup pada lantai gedung, sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan
kegunaan dan juga dinding pemisah ringan (q > 100 kg/m'). Beban berat dari lemari arsip, alat dan
mesin harus ditentukan tersendiri. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian
dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah dan/ atau beban akibat air hujan pada atap. (SNI 03-2847-2002, Pasal 3.8)
Penerapan beban hidup dilakukan ke seluruh lantai yang ada berdasarkan pada fungsinya.
Berikut Tabel beban hidup pada lantai gedung menurut SNI 03-1727-1989 tentang Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumahdan Gedung
Tabel 1. Beban hidup pada lantai gedung
Beban Hidup Pada Lantai Gedung
No. Beban Hidup Kg/m2
1. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200
Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting
2. 125
yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel,
3. 250
asrama dan rumah sakit.
4. Lantai ruang olah raga 400
5. Lantai ruang dansa 500
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain
6. dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang 400
pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk
7. 500
penonton yang berdiri.
8. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300
9. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g. 500
10. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250
Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
11. buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan 400
terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
Lantai gedung parkir bertingkat :
12. - untuk lantai bawah 800
- untuk lantai tingkat lainnya 400
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan
13. terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan 300
minimum
* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

a. Beban hidup pada lantai gedung


Beban hidup pada lantai gedung sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan keguanaan
lantai ruang yang bersangkuatn dan juga dinding-dinding pemisah rinagn dengan berat tidak lebih
dari 100 kg/m2. Beban-beban berat, misalnya yang disebabkan oleh lemari-lemari arsip dan
perpustakaan seta oleh alat-alat, mesin-mesin dan barang- barang lain tertentu yang sangat berat,
harus ditentukan tersendiri. Beban hidup yang ditentukan dalam pasal ini tidak perlu dikalikan
dengan suatu koefisien kejut. Lantai-lantai gedung yang dapat diharapkan akan dipakai untuk
berbagai-bagai tujuan, harus direncanakan terhadap beban hidup terberat yang mungkin dapat
terjadi.
b. Beban hidup pada atap gedung
Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung (canopy) yang dapat
dicapai dan dibebani oleh orang, harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar. Beban
hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani oleh orang, harus
diambil yang paling menentukan di antara dua macam beban berikut:
a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan sebesar (40– 0,8 α) kg/m 2,
di mana α adalah sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan ketentuan bahwa beban tersebut
tidak perlu diambil lebih besar dari 20 kg/m2 dan tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya
adalah lebih besar dari 500.
b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan
peralatannya sebesar minimum 100 kg.
c. Pada balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding atau
penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya beban hidup
terpusan sebesar minimum 200 kg.
d. Beban hidup pada atap gedung tinggi yang dilengkapi dengan landasan helikopter (helipad)
harus diambil sebesar minumum 200 kg/m2 di luar daerah landasan, sedangkan pada daerah
landasannya harus diambil beban yang berasal dari helicopter sewaktu mendarat dan
mengangkasa dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
c. Beban hidup oleh Keran
1. Bentuk bagan dan besarnya beban rencana serta sifat-sifat lain dari keran harus ditentukan
sesuai dengan jenis keran yang bersangkutan berdasarkan ketentuan- ketentuan dari pabrik
pembuatnya atau yang diisyaratkan oleh instansi berwenang yang bersangkutan.
2. Pedoman ini hanya memberikan ketentuan-ketentuan mengenai keran jalan, yang terdiri dari
keran induk (kereta keran) dan keran angkat yang berjalan di atas keran induk di arah
melintang. Ketentuan-ketentuan tersebut harus dianggap sebagai persyaratan minimum.
Apabila karena hal-hal tertentu dalam perencanaan keran dan struktur gedungnya secara
keseluruhan terjadi keadaan-keadaan pembebanan yang lain dari pada menurut peraturan ini,
maka beban rencana harus ditentukan tersendiri yang disetujui oleh instansi berwenang yang
bersangkutan.
3. Beban keran yang membebani struktur pemikulnya terdiri dari berat sendiri keran ditambah
dengan berat muatan yang diangkatnya, dalam kedudukan keran induk dan keran angkat yang
paling menentukan bagi struktur yang ditinjau. Sebagai beban rencana harus diambil beban
keran tersebut denan mengalikannya dengan suatu koefisien kejut yang ditentukan menurut
rumus berikut:
Ψ= (1 + k1 k2 v) ≥ 1,15
dimana:
Ψ = koefisien kejut yang nilainya tidak boleh diambil kurang dari 1,15.
V = kecepatan angkat ksimum dalam m/det pada pengankatan muatan maksimum dalam
kedudukan keran induk dan keran angkat yang paling menentukan bagi struktur yang
ditinjau, dan nilainya tidak perlu diambil lebih dari 1,00 m/det.
k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk, yang untuk keran induk
dengan struktur rangka, pada umumnya nilainya dapat diambil sebesar 0,6.
k2 = koefisien yang bergantung pada sifat-sifat mesin angkat dari keran angkatnya, dan dapat
diambil sebagai berikut :
- Pada mesin listrik biasa atau mesin-mesin lain dengan sifat-sifat yang sejenis k2 = 1,0
- Pada mesin sangkar asinkron dan mesin termis dengan kopling k2 = 1,3.
- Pada mesin dengan pembatas percepatan otomatis:
+ Dengan alat cengkeram k2 = 0,75
+ Dengan alat kait k2 = 0,50
d. Beban hidup horizontal
Beban hidup horizontal yang dapat terjadi oleh desakan sejumlah besar manusia yang bergerak
pada gedung-gedung tertentu, harus ditinjau bekerja pada struktur pemikulnya dalam dua arah yang
saling tegak lurus, sebesar suatu persentase dari beban hidup vertikal. Pedoman ini bergantung pada
jenis struktur dan penggunaan gedung. misalnya pada panggung-panggung penonton, persentase
tersebut diambil 5 sampai 10 persen.
e. Reduksi beban hidup
1. Peluang untuk tercapainya suatu persentase tertentu dari beban hidup yang membebani striktur
pemikul suatu gedung selama umur gedung tersebut, bergantung pula pada penggunaan
gedung itu dan untuk apa beban hidup tersebut ditinjau. Berhubung peluang untuk terjadinya
beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara
serempak selalma umur gedung tersebut adalah sangat kecil, beban hidup tersebut dapat
dianggap tidak efektif sepenuhnya, sehingga beban hidup terbahi rata yang ditentukan.
2. Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari system struktur pemikul beban dari
suatu gedung, maka untuk memperhitungkan peluang terjadinya nilai-nilai beban hidup yang
berubah. Pedoman ini dapat dikalikan dengan koefisien reduksi yang nilainya bergantung pada
penggunaan gedung yang ditinjau.

3. Pada perencanaan system struktur penahan beban horizontal dari suatu gedung, beban hidup
pada gedung itu ikut menentukan besarnya beban gempa yang harus dipikul oleh sistem
struktur tersebut. Dalam hal ini, untuk memperhitungkan peluang terjadinya beban hidup
yang berubah-ubah, maka untuk menentukan beban gempa , beban hidup terbagi rata yang
ditentukan dalam Pasal 2.1.2. Pedoman ini dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi
yang nilainya bergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau.

4. Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertikal seperti kolom-kolom dan dinding-dinding


serta fondasinya yang memikul beberapa lantai tingkat, beban hidup yang bekerja pada
masing-masing lantai tingkat tersebut mempunyai peranan penting dalam menentukan
kekuatan. Dalam hal ini, untuk memperhitungkan peluang terjadinya beban hidup yang
berubah-ubah, maka untuk perhitungan gaya normal (gaya aksial) di dalam unsur-unsur
struktur vertikal seperti kolom-kolom dan dinding- dinding serta beban pada fondasinya,
jumlah kumulatif beban hidup terbagi rata yang ditentukan dalam Pasal 2.1.2 SNI 03-1727-
1989. Pedoman ini yang bekerja pada lantai-lantai tingkat yang dipikulnya, dapat dikalikan
dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya bergantung pada jumlah lantai yang dipikul.

5. Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertical seperti kolom-kolom dan dinding-dinding


serta fondasinya yang memikul lantai tingkat seperti yang disebut dalam ayat (4) SNI 03-
1727-1989., beban hidup penuh tanpa dikalikan dengan koefisien reduksi tetap harus ditinjau
pada:

a. Lantai gudang, ruang arsip, perpustakaan dan ruang-ruang penyimpanan lain sejenis;

b. Lantau ruang yang memikul beban berat tertentu yang bersifat tetap, seperti alat-alat
dan mesin-mesin.

6. Pada perencanaan fondasi pengaruh beban hidup pada laintai yang menumpu di atas tananh
harus turut ditinjau. Dalam hal ini, beban hidup pada lantai tersebut sehubungan dengan yang
ditentukan dalam ayat (4) SNI 03-1727-1989 harus tetap diambil penuh tanpa dikalikan
dengan suatu koefisien reduksi.

Tabel 2. Koefisien reduksi beban hidup


Koefisien reduksi beban hidup
Untuk
perencanaan Untuk
balok induk peninjau
Penggunaan gedung dan an
port gempa
al
PERUMAHAN/PENGHUNIAN:
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75
PENDIDIKAN:
Sekolah, ruang kuliah 0,90
PERTEMUAN UMUM:
Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang
0,90
pagelaran
KANTOR:
Kantor, bank 0,60
PERDAGANGAN:
Toko, toserba, pasar 0,80
PENYIMPANAN:
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80
INDUSTRI:
Pabrik, bengkel 1,00
TEMPAT KENDARAAN:
Garasi, gedung parkir 0,90
GANG DAN TANGGA:
-Perumahan/Perhunian 0,75
-Pendidikan, kantor 0,75
-Pertemuan umum, perdagangan penyimpanan,
industri, tempat kendaraan 0,90

Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983


Tabel 3. Koefisien reduksi beban hidup kumulatif
Koefisien reduksi yang dikalikan
Jumlah lantai yang dipikul
kepada beban hidup kumulatif
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
8 dan lebih 0,4
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
Daftar Pustaka

Feri. 2010. Peraturan Pembebanan Indonesia Diakses dari :


http://feri82.blogspot.com/2010/10/peraturan-pembebanan-indonesia-untuk.html

pada 31 Oktober 2020

[BSN]. Badan Satndarisasi Nasional. 2013. Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan
Gedung dan Struktur lain. SNI 1727-2013

[BSN]. Badan Standarisasi Nasional. 2013. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk


Rumah dan Gedung. SNI 03-1727-1989

Anda mungkin juga menyukai