Beban Hidup
Beban hidup merupakan semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang
dapat berpindah,serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut, termasuk beban akibat air hujan pada atap. Beban hidup merupakan semua beban tidak
tetap, kecuali beban angin, beban gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh
selisih suhu, pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut, dan pengaruh-pengaruh khusus
lainnya. Meskipun dapat berpindahpindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-
lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan matematis dan menurut
kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan secara pasti
beban hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban
hidup bervariasi, tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu faktor pengali pada beban hidup
lebih besar jika dibandingkan dengan faktor pengali pada beban mati.
Beban hidup selalu berubah-ubah dan sulit diperkirakan. Perubahan tersebut terjadi
sepanjang waktu, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Schueler, 2010). Beban hidup
atap merupakan beban yang diakibatkan pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan
material. Selain itu juga beban selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh benda bergerak,
seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak berhubungan dengan penghunian (SNI
1727:2013 pasal 4.1).
Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi, sebagai contoh seseorang
dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat berpindah-pindah, dapat berdiri dalam satu
kelompok. Beban pengguna (occupancy loads) atau beban hidup. Yang termasuk kedalam beban
pengguna adalah berat manusia, perabot, material yang disimpan, dan sebagainya. Beban salju juga
termasuk kedalam beban hidup. Semua beban hidup mempunyai karakteristik dapat pindah atau
bergerak. Secara khas beban ini bekerja vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat berarah
horizontal.
Beban Hidup pada lantai gedung, sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan
kegunaan dan juga dinding pemisah ringan (q > 100 kg/m'). Beban berat dari lemari arsip, alat dan
mesin harus ditentukan tersendiri. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian
dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah dan/ atau beban akibat air hujan pada atap. (SNI 03-2847-2002, Pasal 3.8)
Penerapan beban hidup dilakukan ke seluruh lantai yang ada berdasarkan pada fungsinya.
Berikut Tabel beban hidup pada lantai gedung menurut SNI 03-1727-1989 tentang Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumahdan Gedung
Tabel 1. Beban hidup pada lantai gedung
Beban Hidup Pada Lantai Gedung
No. Beban Hidup Kg/m2
1. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200
Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting
2. 125
yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel,
3. 250
asrama dan rumah sakit.
4. Lantai ruang olah raga 400
5. Lantai ruang dansa 500
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain
6. dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang 400
pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk
7. 500
penonton yang berdiri.
8. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300
9. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g. 500
10. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250
Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
11. buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan 400
terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
Lantai gedung parkir bertingkat :
12. - untuk lantai bawah 800
- untuk lantai tingkat lainnya 400
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan
13. terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan 300
minimum
* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
3. Pada perencanaan system struktur penahan beban horizontal dari suatu gedung, beban hidup
pada gedung itu ikut menentukan besarnya beban gempa yang harus dipikul oleh sistem
struktur tersebut. Dalam hal ini, untuk memperhitungkan peluang terjadinya beban hidup
yang berubah-ubah, maka untuk menentukan beban gempa , beban hidup terbagi rata yang
ditentukan dalam Pasal 2.1.2. Pedoman ini dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi
yang nilainya bergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau.
a. Lantai gudang, ruang arsip, perpustakaan dan ruang-ruang penyimpanan lain sejenis;
b. Lantau ruang yang memikul beban berat tertentu yang bersifat tetap, seperti alat-alat
dan mesin-mesin.
6. Pada perencanaan fondasi pengaruh beban hidup pada laintai yang menumpu di atas tananh
harus turut ditinjau. Dalam hal ini, beban hidup pada lantai tersebut sehubungan dengan yang
ditentukan dalam ayat (4) SNI 03-1727-1989 harus tetap diambil penuh tanpa dikalikan
dengan suatu koefisien reduksi.
[BSN]. Badan Satndarisasi Nasional. 2013. Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan
Gedung dan Struktur lain. SNI 1727-2013