Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat
di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.
Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi pemancangan harus
menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik
hammer dengan berat 3 – 7 ton.
Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai tanah keras jika
pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2 cm.
ASTRA CIKAMPEK DAWUAN
I SURVEI LOKASI
Survei lokasi untuk memastikan kondisi dilapangan yang menyangkut dengan persiapan dan
pelaksanaan pekerjaan pemancangan, yang dimulai dari :
II PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan di mulai dari :
Dalam pemancangan tiang pancang harus diketahui penurunan terakhir (Final Settlement).
Hasil tersebut untuk mengetahui daya dukung tiang – tiang pancang sesuai dengan loadnya. Pada
akhirnya pemancangan dibuat diagram penurunan terakhir (Calendring).
Diagram penurunan ini menggambarkan besarnya penurunan yang terjadi pada sepuluh kali
pukulan terakhir.
Berikut ini cara sederhana untuk menghitung kebutuhan pondasi tiang pancang dan
penampang tiang pancang yang akan digunakan :
Misalnya didapat brosure produk tiang pancang segitiga ukuran 25/25. Jika daya dukung setiap
tiangnya mencapai 2 ton maka berapakah jumlah tiang dalam setiap kolomnya?
Denah bangunan dibagi-bagi di antara kolom-kolom untuk mengetahui berat yang harus dipikul
setiap pondasi. Dapat juga semua luas denah bangunan dijumlahkan kemudian dibagi ke dalam
beberapa titik pondasi dalam setiap kolomnya. Cara kedua ini memiliki kelemahan karena beban
di pinggir kolom tentu saja berbeda dengan beban di tengah.
Selanjutnya total volume beton dikalikan dengan berat jenis beton, volume lantai dikalikan berat
jenis lantai, demikian seterusnya untuk tembok, kayu, genteng, dan sebagainya. Hasilnya
dijumlahkan sehingga diperoleh berat = X ton.
Selain itu juga dihitung jumlah beban hidup untuk jenis bangunan tersebut. Misalnya beban
rumah tinggal 200 Kg/m2. Sehingga diperoleh 200 kg dikalikan dengan seluruh luas lantai,
misalnya Y ton.
Jumlah semua beban tersebut yaitu : X ton + Y ton. Misalnya, hasil penjumlahannya 48 ton.
Dengan demikian kebutuhan tiang pancang adalah 48 ton : 25 ton atau sekitar dua buah tiang
pancang pada satu titik kolom. Jadi jumlah tiang pancang untuk bangunan tersebut adalah hasil
perkalian antara jumlah kolom dengan dua titik pancang.
Hasil tersebut hanya untuk sebuah tiang pancang yang ukurannya 6 meter setiap batangnya.
Bila kedalaman tanah keras adalah 9 meter, maka diperlukan dua buah tiang pancang per
titiknya.
Hitungan sederhana tersebut mengabaikan daya dukung tanah hasil laboratorium dan daya lekat
tanah si sepanjang tiang pancang. Bila hal tersebut dihitung, jumlah tiang pancang tentu akan
berkurang. Bahkan cara perhitungannya tidak sesederhana hitungan di atas.
Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah dan
tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan adalah:
Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile). Tiang pancang ini
digunkan untuk menopang beban yang besar pada bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk
ukuran 50x50 dapat menopang beban sampai 500 ton.
Keuntungan:
Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat ketat, hasilnya lebih dapat
diandalkan.
Pelaksanaan pemancangan relative cepat, terutama untuk tiang baja. Walaupun lapisan antara
cukup keras, lapisan tersebut masih dapat ditembus sehingga pemancangan ke lapisan tanah
keras masih dapat dilakukan.
Persediaannya culup banyak di pabrik sehingga mudah diperoleh, kecuali jika diperlukan tiang
dengan ukuran khusus.
Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah.
Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang pancang sehingga
pekerjaankonstruksinya mudah diawasi.
Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung beban vertical.
Kerugian :
Karena pekerjaan pemasangannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah
yang berpenduduk padat akan menimbulkan masalah di sekitarnya.
Untuk tiang yang panjang, diperlukan persiapan penyambungan dengan menggunakan
pengelasan (untuk tiang pancang beton yang bagian atas atau bawahnya berkepala baja). Bila
pekerjaan penyambungan tidak baik, akibatnya sangat merugikan.
Bila pekerjaan pemancangan tidak dilaksanakan dengan baik, kepala tiang cepat hancur.
Sebaiknya pada saat dipukul dengan palu besi, kepala tiang dilapisi denga kayu.
Bila pemancangan tidak dapat dihentikan pada kedalaman yang telah ditentukan, diperlukan
perbaikan khusus.
Karena tempat penampungan di lapangan dalam banyak hal mutlak diperlukan maka harus
disediakan tempat yang cukup luas.
Tiang-tiang beton berdiameter besar sangat berat, sehingga sulit diangkut atau dipasang.
Karena itu diperlukan mesinpemancang yang besar.
Untuk tiang-tiang pipa baja, diperlukan tiang yang tahan korosi.
Keuntungan:
Karena pada saat melaksanakan pekerjaan hanya terjadi getaran dan keriuhan yang sangat
kecil maka pondasi ini cocok untuk pekerjaan pada daerah yang padat penduduknya.
Karena tanpa sambungan, dapat dibuat tiang yang lurus dengan diameter besar dan lebih
panjang.
Diameter tiang ini biasanya lebih besar daripada tiang pracetak atau pabrikan.
Daya dukung sstiap tiang lebih besar sehingga beton tumpuan (Pile cap) dapat dibuat lebih kecil.
Selain cara pemboran di dalam arah berlawanan dengan putaran jam, tanah galian dapat
diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah pada lapisan antara atau pada tanah pendukung
pondasi dapat langsung diketahui.
Pengaruh jelek terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil.
Kerugian :
Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air dn kualitas tiang yang sudah
selesai lebih rendah dari tiang-tiang pracetak atau pabrikan. Disamping itu, pemeriksaan kualitas
hanya dapat dilakukan secara tidak langsung.
Ketika beton dituangkan, dikawatirkan adukan beton akan bercampur dengan reruntuhan tanah.
Oleh karena itu, beton harus segera dituangkan dengan seksama setelah penggalian tanah
dilakukan.
Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi, terkadang
tiang pendukung kurang sempurna karena ada lumpur yang tertimbun di dasar.
Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton, maka untuk pekerjaan yang
kecil dapat mengakibatkan biaya tinggi.
Karena pada cara pemasangan tiang yang diputar berlawanan arah jarum jam menggunakan air
maka lapangan akan menjadi kotor. Untuk setiap cara perlu dipikirkan cara menangani tanah
yang telah dibor atau digali.
Mengapa harus Pondasi Tiang Pancang ?
Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti
jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga, bangunan
mesin-mesin berat, dll. Dimana semuanya merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan
menerima beban yang relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya
bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga
pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang
bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk
dipergunakan.
Dikarenakan begitu pentingnya peranan dari pondasi tiang pancang tersebut, maka jika
pembuatannya dibandingkan dengan pembuatan pondasi lain, pondasi tiang pancang ini
mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Biaya pembuatannya kemungkinan besar (dengan melihat letak lokasi dan lainnya), lebih murah
bila dikonversikan dengan kekuatan yang dapat dihasilkan.
2. Pelaksanaannya lebih mudah.
3. Di Indonesia, peralatan yang digunakan tidak sulit untuk didapatkan.
4. Para pekerja di Indonesia sudah cukup terampil untuk melaksanakan bangunan yang
mempergunakan pondasi tiang pancang.
5. Waktu pelaksanaannya relatif lebih cepat.
Secara umum pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah dasar dibawah
bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul
berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki daya
dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan diatasnya terletak pada posisi
yang sangat dalam. Dari alasan itulah maka dalam mendesain Pondasi tiang pancang mutlak
diperlukan informasi mengenai :
1. Data tanah dimana bangunan akan didirikan.
2. Daya dukung dari tiang pancang itu sendiri (baik single pile ataupun group pile).
3. Analisa negative skin friction (karena mengakibatkan beban tambahan).
Gaya geser negatif (negative skin friction) adalah suatu gaya yang bekerja pada sisi tiang
pancang dimana gaya tersebut justru bekerja kearah bawah sehingga malah memberikan
penambahan beban secara vertikal selain beban luar yang bekerja. Negative skin
friction berbeda dengan Positif skin friction, karena positif skin friction justru membantu
memberikan gaya dukung pada tiang dalam melawan beban luar/vertikal yang bekerja dengan
cara memberikan perlawanan geser disisi-sisi tiang, dengan arah kerja yang berlawanan dari
arah gaya luar yang bekerja ataupun gaya dari negative skin friction tersebut.
Negatif skin friction terjadi ketika lapisan tanah yang diperkirakan mengalami penurunan yang
cukup besar akibat proses konsolidasi, dimana akibat proses konsolidasi ini, tiang mengalami
gaya geser dorong kearah bawah yang bekerja pada sisi sisi tiang (karena terbebani). keadaan
ini disebut sebagai keadaan dimana tiang mengalami gaya geser negatif (negative skin friction).
Nah....jika jumlah gaya gaya sebagai akibat dari beban luar dan gaya geser negatif ini melebihi
gaya dukung tanah yang diizinkan, maka akan terjadilah penurunan tiang yang disertai dengan
penurunan tanah disekitarnya.
Keadaan ini bisa terjadi karena tanahnya yang lembek, pemancangan pondasi pada daerah
timbunan baru, atau akibat penurunan air tanah pada tanah yang lembek, dimana kondisi
tersebut memungkinkan terjadinya penurunan atau konsolidasi tanah yang cukup besar. Pondasi
tiang pancang hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga gaya luar yang bekerja pada
kepala tiang tidak melebihi gaya dukung tiang yang diizinkan. Adapun yang dimaksud dengan
gaya dukung tiang yang diizinkan adalah meliputi aspek gaya dukung tanah yang diizinkan,
tegangan pada bahan tiang perpindahan kepala tiang yang diizinkan, dan gaya- gaya lain
(seperti perbedaan tekanan tanah aktif dan pasif).
Perhitungan serta pengevaluasian tersebut tidak saja dilaksanakan terhadap tiang secara
individu (single pile) tetapi juga harus dilaksanakan terhadap tiang-tiang dalam kelompok (group
pile). Umumnya pondasi tiang pancang dapat ditinjau dari :
1. Jenis / bahan yang digunakan, meliputi : kayu, baja, beton, atau komposit (perpaduan dari
beberapa bahan).
2. Cara Penyaluran Beban.
Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah akibat dari
perlawanan tanah keras pada ujung tiang. Tiang yang dimasukan sampai lapisan tanah keras,
secara teoritis dianggap bahwa seluruh beban tiang dipindahkan kelapisan keras melalui ujung
tiang.
Anggapan tanah keras yang dimaksudkan disini sebetulnya relatif dan tergantung dari beberapa
faktor, antara lain seperti besar beban yang harus dipikul oleh tiang. Sehingga bisa saja ada
anggapan asalkan pada posisi dimana daya dukung tanahnya sudah mumpuni untuk
mengimbangi besarnya beban yang dipikul tiang, maka disitu diasumsikan letak tanah keras
berada. Anggapan ini tidak salah tapi juga tidak betul, namun supaya tidak terjadi perbedaan
yang tajam dalam perspektif anggapan, maka untuk dianggap sebagai lapisan tanah pendukung
yang baik, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut :
1. Lapisan non kohesif (pasir, kerikil) mempunyai harga standard penetration test (SPT), N > 35.
2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan bebas (Unconfined compression strength) qu
antara 3 s/d 4 kg/cm2 atau N > 15 s/d 20.
Dari hasil sondir dapat dipakai kira- kira harga perlawanan konis S ≥ 150 kg/cm2 untuk lapisan
non kohesif, dan S ≥ 70 kg/cm2 untuk lapisan kohesif.
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah dari gesekan antara sisi
tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan berarti perlawanan diujungnya kita anggap
melempem atau tidak ada, tapi pada kenyataannya tumpuan diujung ini juga memiliki andil
dalam memberikan sumbangan daya dukung walaupun itu kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya dari segi kemudahan, karena
pada umumnya tiang pancang berfungsi sebagai kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi)
dan end bearing pile (tumpuan ujung). Kecuali tiang pancang yang menembus tanah yang
sangat lembek sampai lapisan tanah dasar yang padat.