Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Penjelasan Umum

4.1.1. Nama Dan Lokasi Pekerjaan

Nama Pekerjaan adalah Perbaikan pekerjaan dan peningkatan struktur dermaga A


di Pelabuhan Panjang.
Struktur Dermaga A eksisting terdiri dari 4 segmen dengan panjang total
170 m dan lebar 24,35 m. Pekerjaan perbaikan ini dilakukan dengan cara
membobok seluruh struktur atas eksisting dan melakukan pembangunan struktur
dermaga yang baru. Elevasi lantai Dermaga a yang baru adalah +2,6 m LWS.
Pada pekerjaan ini akan dilakukan penambahan pelebaran 4,375 m dari arah
faceline lama dan bagian trestle ditutup seluruhnya. Jalur Rel CRANE pada
Dermaga a akan dibangun sepanjang 212 m. CRANE tersebut memiliki rel span
sepanjang 10,5 m.
Saat ini rencana Dermaga adalah dermaga eksisting dengan kedalaman -10
m LWS. Secara prinsip telah tersedia jalan akses yang memadai disekitar lokasi
proyek.
Pekerjaan berlokasi di dalam areal PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Cabang Panjang yang merupakan Pengembang Pelabuhan Panjang.
53

Gambar 4.1 Denah Dermaga Eksisting


54

Gambar 4.2Denah Dermaga Rencana


55

4.1.2. Lingkup Pekerjaan

1. Umum

Lingkup Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor (secara garis


besarnya) adalah sebagai berikut :
1) Pekerjaan Umum
2) Pekerjaan Bongkaran dan Galian
(1) Pekerjaan Bobokan Beton
(2) Pekerjaan Bongkar Fender Eksisting
(3) Pekerjaan Bongkar Bolder Eksisting
(4) Pekerjaan Bongkar Trotoar
(5) Pekerjaan Galian Tanah
3) Pekerjaan Tiang Pancang Beton
4) Pekerjaan King Pile & Soldier Pile
(1) Pengadaan Tiang Pancang
(2) Pengadaan & Pemasangan joint type clutch (Tipe C-T)
(3) Transport ke lokasi dan Positioning
(4) Pemancangan
(5) Pemotongan
(6) Pelindung Korosi Tiang
- Coating Tiang Pancang Baja (Glass Flake 600 micron)
- Cathodic Protection, Alumunium Anode
5) Pekerjaan Pemasangan Pipa Drainase
6) Pekerjaan Perkerasan Samping Saluran
7) Pekerjaan Fasilitas Dermaga
(1) Pekerjaan Bolder
(2) Pekerjaan Fender
2. Informasi Tentang Dermaga A

Dermaga A merupakan konstruksi beton bertulang yang dilaksanakan


dengan sistem deck on pile, yaitu konstruksi lantai platform di atas balok
56

memanjang dan melintang yang ditumpu oleh pondasi tiang pancang, dimana
antara balok – balok dan tiang pancang dihubungkan dengan poer (pile cup).

Data-data teknis konstruksi perkuatan Dermaga yang akan dibangun adalah


sebagai berikut :
1) Dermaga
Panjang : 212 m
Lebar : Penambahan Lebar 2,9 m dari faceline lama ke
faceline baru sehingga lebar menjadi 29,75 m.
2) Bollard : Horn Bollard, kapasitas = 75 T
3) Elevasi lantai dermaga : +2,6 m LWS (Low Water String).
4) Draft : -10 m LWS (Low Water String).
5) Ukuran kapal rencana : 10000 DWT (Dead Weight Tonnage)
6) Sarana tumbukan (fender) : tipe V 600 H 1500 L
7) Spane Crane : 10,5 m
8) Pelat Dermaga : tebal = 40 cm; mutu fc’ = 35 MPa
9) Balok Depan : 200/200; mutu fc’ = 35 Mpa
Penebalan dinding beton 15 cm untuk
pemasangan angkur fender.
10) Balok Rel Crane : 80/140; mutu fc’ = 35 MPa
11) Balok Memanjang Baru : 80/120; mutu fc’ = 35 MPa
12) Balok Melintang Baru : 80/120; mutu fc’ = 35 Mpa
13) Balok Lisplank : 40/100; mutu fc’ = 35 Mpa
14) Balok Anak : 40/80; mutu fc’ = 35 Mpa
15) Dekker : lebar = 40 cm; tinggi = 60 cm; tebal = 25 cm;
tebal tutup = 30 cm; mutu fc’ = 35 Mpa
16) Bius Beton : diameter 30 cm
17) Tiang Pancang : diameter terluas 600 mm; tebal dinding 100
mm; mutu K-450
18) Pondasi Tiang Lampu : 90 x 90 x 120; mutu fc’ = 35 Mpa
57

4.2. Pekerjaan Tiang Pancang

4.2.1. Data Teknis Tiang Pancang

Tiang pancang yang akan digunakan sebagai pondasi dermaga adalah tiang
pancang baja yang dupancang rapat sehingga berfungsi sebagai King Pile dan
Soldier Pile/ Stell Pipe Sheet Pile (SPSP). Tiang pancang baja harus mempunyai
mutu sesuai standar ASTM A252 grade 2 atau setara dengan sistem “weldable
structural steels” dengan tegangan leleh minimal 240 Mpa dan diproduksi dengan
bentuk las spiral atau memanjang dengan menggunakan mesin las otomatis
dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Diameter luar = 812 mm
2. Tebal = 14 mm
3. Panjang = King Pile 24 m
Soldier Pile 16 m
4. Momen inersia = 279466,815 cm4
5. Area Of Section = 350,98 cm2
6. Steel Grade = 240 mpa
7. Elasticity Modulus = 210000.0 mpa
8. Detail C C-T :
Profil C : Bottom = 11 m; Middle = 11 m
Profil T : Bottom = 11 m; Middle = 11 m

Perusahaan yang memproduksi tiang pancang pipa beton spun pile beton

prategang adalah PT. Wijaya Karya Beton.

Pengadaan tiang pancang didatangkan dari bogor dengan menggunakan


transportasi darat.
Keunggulan tiang pancang bulat ini adalah :

1. Memiliki berat lebih ringan di bandingkan tiang kotak


- Angkutan lebih murah
58

- Alat pancang lebih ringan


2. Penurunan dari angkutan lebih mudah
3. Mudah pemasangan dilapangan karna memiliki arah yang sama (bulat)

Gambar 4.3 Transportasi Darat Tiang Pancang

Gambar 4.4 Cara Penurunan Tiang Pancang


59

Gambar 4.5 Detail Tiang Pancang Dia. 600 mm

4.2.2. Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang

1. Umum
Pekerjaan pemancangan tiang pancang ini dilakukan di darat, dan
penambahan pemancangan tiang pancang baru dimaksudkan untuk menambah
kekuatan struktur dermaga tersebut.

2. Peralatan Pancang
Alat pancang yang disyaratkan adalah palu pancang diesel hammer
kapasitas 4,5 ton dan crane dengan kapasitas angkut minimal 30 ton. Alat
pancang dan kelengkapannya yang akan digunakan harus disetujui oleh Pemberi
Tugas / Pengawas Lapangan.
Alat pancang harus dilengkapi dengan pembimbing (leader), bak (trestle),
dan alat-alat penumpu. Alat pancang harus mampu memancang tiang pancang
hingga kedalaman rencana.
60

Gambar 4.6 Crane pancang

3. Pemancangan Tiang Pancang Beton


Selama pemancangan tiang pancang harus dilindungi dengan topi tiang (pile
cap) dan bantalan (cushion block) yang didesain sesuai standar pabrik.

(a) (b)
Gambar 4.7 (a). pile cup, (b). bantalan
Selama pemancangan, tiang-tiang harus diamati secara teliti dengan
menggunakan alat ukur theodolit terhadap kemungkinan berputar dan miring
melewati batas toleransi. Pengamatan ini di lakukan dengan menggunaan 2
theodolit yaitu mengamati posisi pile dari sisi melintang dan memanjang. Jika
batas-batas toleransi alignment tiang pancang terlampaui maka posisi tiang harus
diperbaiki lebih dulu sebelum pemancangan dilanjutkan.
61

Jika selama pemancangan kepala tiang rusak, dalamnya pemancangan


kurang atau lebih dari panjang rencana, Kontraktor harus segera menghentikan
pemancangan dan memberitahukan kepada Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan
dan meminta petunjuk selanjutnya untuk penyelesaiannya.
Semua tiang harus dipancang dengan dihadiri oleh Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh dipindahkan
dari kepala tiang tanpa persetujuan Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
Bila suatu tiang pecah atau terbelah pada saat pemancangan atau menjadi
rusak atau keluar dari posisi melebihi batas-batas yang diijnkan, maka tiang
tersebut harus dicabut pada saat itu juga dan diganti dengan tiang yang baik atau
bila tidak rusak, dipancang kembali dalam toleransi posisi yang tersebut pada
buku spesifikasi ini.
Bila tidak mungkin untuk memancang kembali tiang itu pada posisi aslinya,
maka harus dipancang sedekat mungkin ke posisi itu, atau bila tidak mungkin
dengan ijin Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan Kontraktor harus memancang
tiang tambahan.
Pemancangan dihentikan apabila :
1) Telah mencapai final set (S) yang disyaratkan (ditentukan kemudian melalui
pile test), dan atau
2) Telah mencapai elevasi rencana pancang yaitu 44 m.

4. Penyambungan Tiang Pancang


Penggunaan modul tiang pancang penyambungan dan sistem
penyambungan tiang pancang harus diajukan oleh Kontrktor kepada Pemberi
Tugas/ Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.
62

Sistem penyambungan tiang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik


pembuat tiang, dan konstruksi sambungan harus diperhatikan sesuai gambar
rencana.
Apabila akibat pemancangan tiang untuk mendapatkan daya dukung yang
disyaratkan, ujung atas tiang terletak di bawah elevasi rencana, maka Kontraktor
harus melakukan penyambungan atau langkah lain, diantaranya dengan
memperbesar poer/ pile cap atas ketetapan/ petunjuk Pemberi Tugas/ Pengawas
Lapangan.
Untuk menjamin kualitas pengelasan dilakukan pengetesan dye penetrate,
jumlah titik pengetesan minimal 10% dari jumlah sambungan. Sambungan-
sambungan yang dipilih untuk dilaksanakan tes tersebut ditentukan oleh Pemberi
Tugas/ Pengawas Lapangan.
Dye Penetrant (penetran cair) merupakan inspeksi pada cacat yang
menggunakan prinsip kapilaritas pada cairan. Prinsip kerjanya adalah dengan
menetrasi cacat terbuka pada permukaan benda. Uji Tak Rusak dengan
menggunakan cairan penetran dapat digunakan pada benda ferro dan non ferro,
konduktor dan non konduktor, magnetik dan non magnetik, serta semua bahan
alloy dan plastik. Kelemahan pengujian tak rusak dengan metode ini adalah
pendeteksian cacat hanya bisa dilakukan pada permukaan benda uji.

Gambar 4.8 Proses Dye Penetrant


63

Gambar 4.9 Hasil dye penetrant


Penyambungan tiang pancang menggunakan las listrik dan kawat las
berukuran 3,5 mm. Penyambungan ini dilakukan 3 kali sehingga mencapai
kedalaman 44 m dan mempunyai 2 tahap penyambungan, yaitu penyambungan
darat dan penyambungan laut, penyambungan darat ini yaitu penyambungan
bottom tiang pancang yang di lakukan di darat, dan penyambungan laut di
lakukan setelah tiang pancang berada di laut (dititik posisi pancangnya).
Satu kali penyambungan dapat menghabisakan waktu dari 60-90 menit, dan
dapat menghabiskan kawat las 1-1,5 kotak atau 5-7,5 kg, ketidak pastian ini
diakibatkan dari jarak antara tiang yang akan disambung ini ada yang renggang
dan ada yang rapat.

(a) (b)
Gambar 4.10 (a). Pengelasan Tiang Pancang di Darat, dan (b). Pengelasan
Tiang Pancang di Laut

5. Driving Records (Catatan Pemancangan)


Untuk mengetahui besarnya penurunan tiang, harus dibuat catatan-catatan
untuk maksud ini, pada seluruh panjang tiang, diberi tanda-tanda dengan cat pada
setiap jarak 50 cm, kecuali pada penetrasi 3 m terakhir, pada setiap jarak 10 cm.
64

Dari catatan yang didapat harus dibuat grafik dan diserahkan kepada
Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan. Catatan seperti di atas harus dibuat untuk
semua tiang pancang.

Gambar 4.11 Catatan Pemancangan

Sebelum mencapai Top pile dilakukan kalendering untuk mengetahui daya


dukung tanah secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses
pemukulan alat pancang.
Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana. Alat
yang disediakan cukup spidol, kertas milimeter block, selotip, dan kayu pengarah
spidol agar selalu pada posisinya. Alat tersebut biasanya juga telah disediakan
oleh subkon pancang. Dan pelaksanannya pun merupakan bagian dari kontrak
pemancangan. Pelaksanaanya dilakukan pada saat 3 x10 pukulan terakhir.

Tahapan pelaksanaanya yaitu :


1. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer.
2. Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan
selotip.
3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan
ujung spidol pada kertas millimeter.
4. Menjalankan pemukulan.
5. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta
menghitung jumlah pukulan.
6. Setelah 3 x 10 pukulan kertas millimeter diambil.
7. Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus.
8. Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer
biasanya kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
65

9. Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor,


pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya
dukungnya.

Gambar 4.12 Hasil Kalendering

6. Toleransi Pada Tiang Pancang


Tiang-tiang harus dipancang dengan cara yang tepat dan toleransi deviasi
kepala tiang terhadap elevasi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1) Untuk kepala tiang, deviasi maksimum yang diijinkan untuk sumbu tiang
adalah 5 cm pada semua arah.
2) Deviasi maksimum yang diijinkan untuk top level dari tiang terpancang adalah
5 cm.
3) Toleransi kelurusan vertikal, dibatasi maksimum 1 : 200, tetapi dalam segala
hal tidak boleh lebih besar dari 5 cm.

Apabila toleransi di atas terlampaui maka Kontraktor harus melakukan


penyambungan atau langkah lain, diantaranya dengan memperbesar poer/ pile cap
atas ketetapan/ petunjuk Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan tanpa adanya
tambahan biaya.

7. Dynamic Loading Test Menggunakan Pile Driving Analizer (PDA)

1) Umum
66

Dynamic Loading Test dilaksanakan dengan memasang strain Tranducers


dan accelerameter di bagian atas tiang pancang, kemudian hasilnya dianalisa
dengan Pile Dynamic Analyzer (PDA).

Gambar 4.13 Strain Tranducers dan Accelerameter

PDA dilaksanakan terhadap sejumlah tiang pancang sesuai Bill of Quantity


dan lokasi tiang pancang yang akan ditest ditentukan oleh Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan.

PDA adalah sebuah komputer yang dapat mengolah data yang diperoleh
dari tes dinamis terhadap suatu tiang pancang. Dari test dinamis tersebut diatas,
dapat ditentukan bermacam-macam besaran yang terjadi pada tiang, antara lain ;
daya dukung ultimit, integritas tiang, gaya maksimum yang terjadi pada tiang,
energi yang di transfer.

Pelaksanaan test PDA ini cukup singkat, hanya membutuhkan waktu ± 30


menit saja untuk 1 titik tiang pancang. Dimulai dari awal saat pengeboran,
pemasangan strain transducer, accelerometer, sampai terhubung pada komputer
PDA, hingga pemancangan untuk mendapatkan data tiang.

Sebelum pelaksanaan PDA, sebaiknya minta pada pihak aplikator PDA untuk :
1. Melakukan presentasi, dan
67

2. Menyerahkan bukti kalibrasi alat.

Hal ini dilakukan untuk menjamin kemampuan penguasaan personil pihak


aplikator dan kebenaran data yang dihasilkan oleh alat PDA tersebut.
Pelaksanaannya cukup mudah dan cepat the strain transducer dan
accelerometer, ditempelkan (dengan cara di bor terlebih dahulu) pada minimal 2x
diamater tiang uji dari kepala tiang, dan 2 x diameter dari dasar tanah. Hal ini
untuk mengamankan alat transducer dan accelerometer saja.
Jika kepala tiang pecah saat dilakukan PDA, maka posisi letak alat
pembaca data tadi tetap aman. Demikian juga jika saat pemancangan terjadi
penurunan tiang, maka posisi alat baca terhadap dasar tanah juga tetap aman.
Karena menurut pihak aplikator PDA, harga alat transducer dan accelerometer ini
sangat mahal.
Regangan dalam tiang dan penurunan relative antara tiang dengan element
tanah disekitar tiang akan menghasilkan gelombang akibat reaksi dari element
tanah sekitar tiang. Dari pengolahan data-data tersebut diatas dengan
menggunakan Case Method, dapat ditentukan bermacam-macam besaran yang
terjadi pada tiang antara lain daya dukung ultimit, integritas tiang, gaya
maksimum yang terjadi pada tiang energi yang di transfer dan sebagainya.
Untuk selanjutnya hasil PDA akan dianalisa dengan menggunakan
CAPWAP. Dalam analisis ini, engineer membuat pemodelan dari tanah dan tiang
dalam bentuk kurva dan harus matching dengan kurva yang dihasilkan oleh PDA.
Jika kurva matching, engineer akan dengan mudah menganalisa karakteristik
tiang, tanah dan interaksinya. CAPWAP juga dapat memperkirakan distribusi dari
daya dukung friksi dan ujung end bearing.

Tujuan Pengujian dengan PDA Test adalah menguji daya dukung statis pondasi
tiang (baik tiang bor, tiang pancang, atau jenis tiang lainnya) tunggal sehingga
dapat dievaluasi terhadap daya dukung rencana. Alat yang digunakan terdiri dari
alat penguji: PDA, sepasang Accelerometer, sepasang Strain Transducer, Kabel
utama, Kabel penghubung, Adaptor. Dan Alat Pendukung (untuk Tiang Bor):
68

Massa Hammer, dengan berat sesuai dengan beban ultimete rencana dari tiang,
Alat penjatuh hammer (dapat digunakan crane atau sejenisnya).

Standar prosedur pengujian dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian


ASTM (American Standard Testing & Materials) D4945-96. Prinsip kerja, bila
massa hammer dijatuhkan ke kepala tiang akan membangkitkan gelombang
tegangan yang kemudian menjalar sepanjang badan tiang. Gerakan material akibat
perambatan gelombang tegangan yaitu percepatan partikelnya, yang bila
diintegrasikan terhadap waktu akan menjadi kecepatan partikel (V) yang secara
profesional dapat dikonversi menjadi gaya (F). Fungsi alat PDA merekam data (F)
dan (V) dalam fungsi waktu, menganalisanya, menampilkannya dalam grafik,
serta dengan metode Case-Goble menghitung daya dukung statis tiang serta
output turunnan lainnya.

PDA Test dilakukan setelah 7 hari waktu pemancangan, agar tanah


mempunyai waktu untuk kembali seperti semula. Sedangkan pada tiang bor
dilakukan setelah usia tiang bor mencapai 21 hari, agar waktu dipukul kepala
tiang tidak mudah pecah. Beton tiang bor bagian atas (top pile) dibobok dan
diratakan permukaannya sampai mencapai beton yang benar-benar keras atau
beton sesungguhnya yang tidak bercampur dengan lumpur. Hammer yang
digunakan adalah drop hammer, yang berat hammernya kurang lebih disesuaikan
dengan beban rencana. Tanah disekeliling tiang digali dengan lebar minimal 0,75
meter dengan kedalaman minimal 2 (dua) kali diameter tiang ditambah 0,75 meter
hal ini untuk menjaga keamanan sensor.

2) Pemancangan Tiang Percobaan


Kontraktor harus memberitahukan rencana pelaksanaan pengetesan tiang 1
(satu) minggu sebelum tanggal pelaksanaan pengetesan.
Test Pile harus ditempatkan dengan tepat pada lokasi yang ditetapkan oleh
Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan dan diletakkan pada posisi yang benar
selama pemancangan.
69

Pemancangan setiap tiang percobaan harus dilakukan terus menerus tanpa


terhenti sampai selesai, sampai kedalaman rencana. Palu pancang yang dipakai
harus sama dengan palu yang akan dipakai pada pemancangan semua tiang.
Pencatatan data-data pemancangan test pile harus dibuatdan harus sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Pemberi Tugas/ Pengawas
Lapangan atau oleh Sub-Kontraktor pelaksana PDA.
Hasil pengujian tiang pancang harus disampaikan kepada Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan dalam waktu 24 jam setelah pengujian selesai, kecuali
ditentukan oleh Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
Hasil – hasil tersebut harus mengikutsertakan data sebagai berikut :
1. Nomor referensi tiang pancang
2. Kedalaman ujung tiang pancang
3. Nomor referensi lubang bor penyelidikan tanah terdekat
4. Tanggal pemancangan tiang
5. Kedudukan akhir dari tiang pancang
6. Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan
7. Grafik beban – settlement
8. Grafik beban - waktu
9. Grafik settlement – waktu
10. Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang pancang
11. Settlement total pada ujung tiang pancang akibat beban kerja ( dari data
pengujian )
12. Settlement sisa pada ujung tiang pancang akibat beban kerja ( dari data
pengujian )
13. Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum ( dari data pengujian )
14. Faktor keamanan terhadap settlement sisa tertentu ( dari data pengujian )

3) Perlengkapan Test dan Cara Pelaksanaan Test


Untuk pembuatan welding working platform untuk menempelkan alat-alat
sensor PDA pada tiang yang sedang dipancang, pembongkaran lubang kecil pada
70

tiang untuk memasang strain tranducers dan accelerometer, gambarnya harus


disiapkan oleh Kontraktor atau Sub-Kontraktor dan di sampaikan kepada Pemberi
Tugas/ Pengawas Lapangan untuk memperoleh persetujuan.
Cara pelaksanaan test harus dijelaskan secara tertulis dilengkapi dengan
gambar-gambar yang diperlukan, dan harus diajukan kepada Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan untuk memperoleh persetujuan.
Bila dibutuhkan pekerjaan tes PDA dapat dilakukan pada tiang pancang
yang belum mencapai final set.

4) Pengukuran, Analisa Data dan Laporan


Dengan beban dinamis yang datang dari tumbukan palu selama
pemancangan, pada metode ini harus mampu mengukur secara otomatis strain dan
acceleration dari gelombang yang ditimbulkan melalui strain transducers dan
accelerometer, dan hasil pengukuran direkam oleh Pile Driving Analyzer (PDA)
dan disampaikan dalam disket atau langsung dianalisa di tempat yang
memberikan daya dukung tiang saat itu juga pada layar monitor.
Data yang disampaikan dalam disket segera dianalisa dengan komputer dan
harus dapat memberitahukan distribusi besaran tahanan tanah sepanjang tiang dan
respons tiang pancang.
Laporan yang berisi data, analisa dan kesimpulan hasil pengetesan tiang
pancang dengan PDA ini harus sudah diserahkan kepada Pemberi Tugas /
Pengawas Lapangan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah pelaksanaan
pengetesan.

5) Daya Dukung yang di Syaratkan


Adapun daya dukung ultimit tiang pancang hasil PDA test yang disyaratkan
adalah sebagai berikut :
a. Tiang Pancang Tegak : 288 Ton
b. Tiang Pancang Miring : 370,5 Ton

15. Pemotongan Ujung Tinag Pancang


71

Ujung tiang pancang beton sekurang-kurangnya tertanam 40 cm untuk tiang


pancang ke dalam kepala tiang (poer/ pile – cup), dan ujung atas tiang harus
dipotong pada elevasi yang sesuai dengan gambar rencana.
Ujung tiang pancang yang akan tertanam dalam poer harus dalam kondisi
baik. Bila ujung tiang rusak akibat pemancangan, bagian kepala tiang yang rusak
harus dipotong sehingga diperoleh ujung tiang pancang yang masih baik dengan
tetap memperhitungkan elevasi rencana.

16. Pengukuran Hasil Kerja

1) pengadaan tiang pancang


satuan untuk dasar pembayaran pengadaan tiang pancang adalah meter
panjang. Jumlah pekerjaan pengadaan yang akan dibayar adalah jumlah panjang
tiang lengkap dengan materialnya yang sesuai spesifikasi dan sesuai dengan
jadwal kedatangan bahan yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/ Pengawas
Lapangan. Jadwal tersebut harus mencerminkan rencana kedatangan bahan yang
rasional berdasarkan kebutuhan penggunaan untuk pelaksanaan pekerjaan. Tiang
yang datang di luar jadwal yang telah disetujui sejak awal oleh Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan tidak akan dibayarkan.
Tidak akan dilakukan pembayaran untung tiang-tiang yang rusak pada saat
pengangkutan atau pemancangan, dan harus diganti atas perintah Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan.

2) Pemancangan tiang pancang


Satuan pengukuran dan pembayaran hasil kerja untuk pemancangan tiang
pancang adalah meter panjang tiang yang dipancang diukur dari ujung bawah
tiang sampai dengan titik pemotongan akhir (cutting level).

17. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


72

Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang pada Proyek Perbaikan Berat


Dermaga B di Pelabuhan Panjang, terdapat perbedaan lama waktu antara rencana
pengerjaan dengan realisasi pelaksanaan pengerjaan di lapangan yaitu terjadi
keterlambatan yang seharusnya dalam time scedule pada pengerjaan Tiang
Pancang Dermaga B ini sudah mencapai 100% tetapi pada realisasi pengerjaan
dilapangan belum mencapai target.
Adapun alasan keterlambatan di karenakan :
1. Crane pancang sering rusak.
2. Kedatangan 1 fleet alat pancang terlambat.
3. Jarak posisi pemancangan sangat jauh dari dermaga eksisting ke arah laut,
sehingga menyulitkan dalam pemancangan.
4. Kondisi cuaca sekarang yang tidak menentu.

Dikarenakan terjadi keterlambatan tersebut maka adapun langkah-langkah yang


diambil kontraktor yaitu sebagai berikut :
1. Mendatangkan 2 fleet alat pancang lagi.
2. Dilakukan kerja lembur.
3. Diupayakan setiap fleet alat pancang dapat memancang 3 titik perhari.

Anda mungkin juga menyukai