Anda di halaman 1dari 13

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMANCANGAN

Pekerjaan Pancang :
1. Mobilisasi Alat
2. Pengadaan Spun Pile D 50 cm (K-600) & Square Pile 20x20 (K-500)
3. Handling Spun Pile dia 50 cm dan Square Pile 20x20
4. Penentuann titik pancang
5. Pemancangan Spun Pile dia 50 cm dan Square Pile 20x20
6. Penyambungan Las Tiang Pancang
7. Loading Test (PDA)

Peralatan
1. Theodolit
2. Stopwatch
3. Alat pancang diesel hammer 2 unit
4. Alat las 2 unit
5. Meteran 2 unit
6. Peralatan K3

Material
7. Tiang pancang Spun Pile D 50 cm (K-600) & Square Pile 20x20 (K-500)
8. Pelat sambung baja
9. Kawat las

Tenaga Kerja
10. 2 orang Pelaksana
11. 12 pekerja
12. 2 orang operator alat pancang
13. 2 orang surveyor

1. Mobilisasi Alat

Meminta izin kepada Pemilik Proyek dan atau konsultan pengawas sebelum melaksanakan
pekerjaan. Setelah pekerjaan pengukuran, penyiapan barak kerja / Direksi keet dan papan nama
kegiatan, selanjutnya Kontraktor melakukan mobilisasi alat pancang. Untuk mobilisasi alat
pancang dilakukan melalui darat untuk mencapai proyek. untuk alat transportasi menggunakan
trailer maupun boogy.
2. Pengadaan Spun Pile D-50 & Square Pile 20x20

Meminta izin kepada Pemilik Proyek dan atau konsultan pengawas sebelum melaksanakan
pekerjaan. Untuk pekerjaan pondasi pancang menggunakan Spun Pile D-50 K600 dan Square Pile
20x20 K500 ( sesuai gambar detail). Kontraktor mendatangkan dari pabrikan, sesuai petunjuk
Pemilik Proyek. Material Pancang didatangkan dari luar pulau menggunakan kapal hingga ke
pelabuhan terdekat dengan proyek dengan estimasi pengadaan 30 hari.
Kemudian material pancang diangkut ke lokasi proyek melalui darat dengan menggunakan trailer
atau boogy.
3. Handling Tiang Pancang

Meminta izin kepada Pemilik Proyek dan atau konsultan pengawas sebelum melaksanakan
pekerjaan. Handling Spun Pile dilaksanakan untuk mengangkat dan mem-posisikan spun pile yang
akan dipancang. Handling Spun Pile menggunakan Crane.

Penurunan dan penumpukan


1. Penurunan tiang pancang dari trailer harus menggunakan service crane.
2. Posisi wire rope harus pada posisi marking lifting.
3. Pemasangan sackle harus kuat (semua drat masuk).

4. Urutan pembongkaran harus memperhitungkan keseimbangan distribusi beban pada


trailer.
5. Pada saat pile diangkat, posisi pekerja tidak boleh menghalangi pandangan operator
trailer dan pada posisi berlawanan dengan arah penurunan pile, serta tidak boleh pada
arah yang berpotensi penggulingan pile.
6. Tumpukan tiang pancang diletakkan sedekat mungkin dengan titik pancang untuk
menghindari resiko patah akibat terlalu banyak pemindahan.
7. Tiang ditumpuk di lapangan datar dan padat.
8. Penumpukan tiang maksimal 3 lapis dengan ganjal kayu (5/10) pada jarak 20% dari
panjang bentang yang diukur dari setiap ujung.
9. Tiang pancang disusun seperti piramida, dan penyimpanan dikelompokan sesuai dengan
type, diameter, dimensi yang sama.

Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan yaitu di sebelah
Utara Proyek Overpass di bagi di kedua sisi jalan Tambang dengan luas area masing-masing
25x90m.
Penyimpanan Tiang Pancang

Lokasi penumpukan tiang juga harus mempertimbangkan faktor cuaca terhadap kondisi tiang
pancang, terutama hujan. Apabila tiang terpapar langsung dengan hujan akan berdampak langsung,
bukan pada material tiang betonnya, tetapi pada kondisi plat sambung (bevel) pada ujung badan
tiang pancang, misalnya akan menimbulkan korosi. Untuk mengatasinya bisa dengan menutup
tiang pancang dengan terpal. Sebelum digunakan, fisik material tiang pancang harus diperiksa
kembali :
1. Tidak ada yang retak, cacat dan pecah.
2. Plat sambung pada ujung badan tiang pancang tetap utuh dan dalam kondisi bagus.
Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi,
dengan toleransi sebagai berikut :
4. Penampang tiang pancang tidak boleh kurang atau tidak lebih dari 6 mm dari penampang
tiang pancang desain.
5. Setiap sisi tiang pancang tidak boleh melengkung lebih dari 6 mm tiap 3 m.
4. Penentuann titik pancang

1. Penentuan titik pancang dilakukan oleh tim surveyor sesuai dengan denah titik pancang
yang sudah ditentukan.

2. Titik pancang diberi tanda menggunakan patok kayu yang dibenamkan minimal 20 cm
kedalam tanah.
3. Akurasi titik pancang harus dijaga dari pergeseran akibat hantaman tiang atau trailer.
4. Tiang pancang diberi tanda setiap 50 cm dan diberi angka setiap 100 cm.

5. Pemancangan Tiang Pancang

Meminta izin kepada Pemilik Proyek dan atau konsultan pengawas sebelum melaksanakan
pekerjaan.
Proses Pemancangan
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titikpancang
yang telah ditentukan.
b. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
c. Tiang didirikan disamping “driving lead” dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah
dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang “backstay‟ sambal diperiksa
dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul -betul vertikal.
f. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan “center gate” pada dasar
“driving lead” agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan,terutama untuk tiang
batang pertama.

g. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontinyu ke atas
helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
h. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang berikutnya bila level
kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan
belum tercapai.
i. melaksanakan kalendering pada saat hampir mendekati top pile yang disyaratkan, Final Set 3
cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data bore log.
j. Pemancangan tiang dapat dihentikan (selesai) bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan
tanah keras/final set yang ditentukan.
k. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang ditentukan sesuai shop drawing
6. Penyambungan Las Tiang Pancang

Meminta izin kepada Pemilik Proyek dan atau konsultan pengawas sebelum melaksanakan
pekerjaan.
Proses penyambungan tiang :
Setelah tiang pancang yang pertama terbenam, untuk menyambung pada tiang yang kedua
sebaiknya menyisakan tiang pancang di atas permukaan tanah sepanjang 30 cm untuk
memudahkan pengelasan tiang.
Selanjutnya sama dengan langkah 1 dan 2 yaitu pengangkatan tiang pancang dan
penyesuaian pada titik yang akan dipancangkan, sebagai tambahan, jika posisi tiang
pancang kurang pas dengan tiang yang akan disambungkan, maka pekerja memukul
tumpuan tiang dengan palu besar sampai berada pada posisi sambungan.
Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan padabatang
pertama.
Ujung bawah tiang didudukkan di atas kepala tiang yang pertama sedemikian sehinggasisi-
sisi pelat sambung kedua tiang telah berimpit dan menempel menjadi satu.
Penyambungan dilakukan dengan pengelasan penuh di sekeliling pertemuan kedua pelat
ujung.
Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. selesai penyambungan,
pemancangandapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama.
Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
Setelah sesuai maka sambungan tiang dibersihkan dari lumpur yang melekat untuk
memudahkan proses pengelasan. Selanjutnya sambungan tiang pancang dilas oleh tukang
las, dengan cara pengelasan pada kepala tiang secara melingkar keseluruhan agar
sambungan kuat.
7. Loading Test (PDA)

a). Umum

Test dengan beban statis merupakan metode terbaik dan juga merupakan yang termahal untuk
menentukan daya dukung suatu tiang. Pembebanan secara static yang merupakan uji skala penuh
dilakukan dengan memberikan beban yang lebih besar dari beban rencana seperti yang telah
dijelaskan diatas. Metode Static Load Test (SLT) ini memerlukan banyak waktu (time consuming).
Test dengan beban dinamis atau Dynamic Load Test (DLT) adalah metode lain yang lebih
ekonomis dan efisien. Test pembebanan tiang secara dinamis ini menggunakan peralatan FPDS
(Foundation Pile Diagnostic System) berikut software PDA (Pile Driving Analyis) tertentu
misalnya PDI dari USA, TNO dari Belanda, CEBTP dari Perancis dan PID dari Swedia).
Dengan menggunakan system ini, beban diberikan secara dinamik pada kepala tiang dengan
menggunakan hammer pemancang. Dengan memberikan blow (pukulan) dari hammer pemancang,
signal acceleration (percepatan) dan strain (regangan) dari tiang dicatat dan direkam oleh
computer. Dari dua signal tersebut dapat diperoleh signal velocity-time dan force-time dan
kemudian tahanan pemancangan dinamis (dynamic driving resistance) dapat ditentukan.

b). Peralatan dan Persiapan


Bahan-bahan dan hal-hal yang harus dipersiapkan adalah :
· Siapkan peralatan DLT dengan mengisi cek list dan lakukan test peralatan dengan
menggunakan test box
· Siapkan file input data dengan memperhatikan form yang sudah diisi dan data
kalibrasi sensor-sensor
· Record pemancangan untuk tiang yang akan ditest (kalendering)
· Blowrecord untuk tiang yang ditest (Blowcount)
· Data soil investigasi dapat berupa SONDIR, atau SPT dan data BORING
· Gambar desain jembatan
· Tiang yang akan ditest dipilih salah satu tiang dari kelompok tiang dan dapat tiang
dengan kondisi kalendering yang besar atau tiang yang jauh dari titik berat
kelompok tiang (pilar atau abutment)
· Tiang yang akan ditest harus dibiarkan beberapa hari (2-7 hari) agar tegangan air
tanah (pore pressure) kembali pada kondisi sebelum pemancangan (setting)
· Tiang yang akan ditest minimal 2 meter harus muncul dari permukaan tanah asli
atau air yang ada saat pengujian
· Tersedia Power Supply untuk computer dan bor listrik minimum 1000VA
· Tersedia hammer dengan kapasitas yang sama dengan yang digunakan pada saat
pemancangan

c). Pelaksanaan Test DLT I Lapangan


· Tiang yang akan ditest dilubangi (dibor) untuk meletakan sensor dan sensor harus
dipasang pada tiang yang akan ditest secara simetris
· Pasang sensor dan hubungan kabel-kabel pada signal conditioning dan perangkat
komputer yang dioperasikan dengan paket software DLT atau PDA tertentu
· Cek kelurusan hammer dengan tiang pancang
· Monitoring signal dari hammer blow
· Cek signal velocity dan force dengan memperhatikan hammer centricity (sekitar
100%) dan kedua signal force channel 3 dan channel 4 harus tekan (positif)
· Jika telah memenuhi persyaratan teknis lakukan monitoring untuk kurang lebih 15
pukulan
· Jika belum memenuhi persyaratan cek kembali kelurusan hammer dengan tiang dan
lanjutkan langkah selanjutnya Pilih signal yang mewakili untuk digunakan pada
signal matching.
d). Signal matching

Tiang yang ditest dipasang transducer strain dan acceleration, pengukuran strain
dilakukan pada saat adanya tumbukan hammer dan bersamaan itu juga pergerakan
tiang dicatat sebagai acceleration. Data test dari setiap hammer blow atau dari blow
hammer tertentu dicatat untuk dianalisa lebih lanjut. Suatu hal yang mendasar dari
tiang yang ditest secara dynamic bahwa tahanan (soil resistance) pada pergerakan
tiang dianggap sebagai baik statik (elasto-plastic) dan dynamic (damped).
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengevaluasi static resistance pada
waktu test, tetapi hal ini sangat tergantung pada asumsi soil damping resistance dan
biasanya hanya digunakan bilamana soil damping resistance sudah dievaluasi dan
divalidasi dengan menggunakan cara lain seperti static load testing suatu tiang.
Umumnya dianjurkan dari data yang didapatkan dari dynamic load test diikuti
dengan analisa yang teliti yang mana biasanya dilakukan jauh dari lokasi tiang yang
ditest (biasanya dilakukan di kantor). Analisa tersebut didasarkan pada ”wave
equation philosopy” dan menggunakan program komputer dalam uraian ini diambil
sebagai contoh adalah TNOWAVE dengan pilihan SIGNAL MATCHING. Analisa
teliti ini memberikan hasil yang lebih detail dibandingkan dengan yang didapat
langsung dari lokasi. Cara ini dapat menentukan daya dukung tiang dan
karakteristik deformasi tiang seketika akibat beban statik.

Anda mungkin juga menyukai