25
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Wonosari
26
Tabel 3.1 Luas Wilayah Tiap Desa dan Kelurahan
di Kecamatan Wonosari Tahun 2015
3.2 Geologi
Daerah penelitian menurut Peta Geologi lembar Surakarta skala 1 : 100.000
mempunyai dua macam batuan yaitu Breksi dan Batuan Tuff. Batuan breksi
berukuran butir besar dari 2 mm, dengan frakmen yang menyudut, umumnya terdiri
dari frakmen batuan (hasil rombakan), dalam masa dasar yang lebih halus atau
tersemenkan. Bahan penyususn juga dapat berupa bahan dan proses Vulkanisme
27
(Breksi Vulkanik). Batuan Tuff berasal dari bahan abu dari letusan gunung berapi
yang tersemenkan (sedimen). Batuan ini tersebar diseluruh daerah penilitian.
3.3 Geomorfologi
Menurut panekeok (1949) Fisiografis Pulau Jawa terletak pada jalur
geosinklinal dengan orogenetik muda dengan vulkanisme kuat sehingga Pulau
Jawa berbentuk panjang dan sempit. Oleh karena itu pulau Jawa mempunyai zone-
zone yang terdiri dari tiga Zone memanjang di Jawa Tengah, Zone-Zone ini
menjadi kurang jelas bahkan di ujung Jawa Barat kurang lebih menjadi satu.
Adapun ketiga zone tersebut antara lain :
a. Zone selatan : zone ini merupakan pegunungan plato, miring ke arah selatan.
b. Zone tengah : zone ini untuk Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan suatu
depresi yang terdapat gunung-gunung berapi yang tinggi, di Jawa Tengah
ditempati rangkaian gunung api dan pegunungan.
c. Zone timur : zone ini merupakan rangkaian perbukitan selatan dan
pegunungan lipatan yang diselingi oleh beberapa gunung berapi.
28
3.4 Iklim
Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam satu periode tertentu.
Parameter iklim yang berkaitan dalam penelitian ini adalah curah hujan dan
temperature. Data klimatologi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
curah hujan dari tahun 2006-2016 seperti pada tabel 3.2.
3.4.1 Curah Hujan
Periode hujan umumnya mulai dari Oktober dan berakhir sekitar April
sampai dengan Mei, Periode kering mulai dari Mei sampai dengan September.
Bulan-bulan tertentu terjadi hujan dengan intensitas tinggi umumnya terjadi pada
bulan Januari dan Febuari. Penentuan bulan kering dan bulan basah berdasarkan
kriteria yang dibuat oleh Mohr dinyatakan bulan kering bila curah hujan dalam satu
bulan kurang dari 60 mm, bulan basah apabila hujan dalam satu bulan berkisar
antara 60 mm hingga 100 mm. Data curah hujan diambil dari Dinas Pertanian dan
Dinas Pekerja Umum Bidang Sumberdaya Air Kabupaten Klaten selama 10 tahun
yaitu antara tahun 2006-2016. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2006-2016
diperoleh keterangan bahwa rata-rata curah hujan sekitar 2142.9 mm. Rerata curah
hujan bulanan dan tahunan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2006-2016
Tahun Rata-Rata
Bulan Jumlah
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (mm)
Januari 511 149 149 149 422 438 472 497 512 704 244 4.247 427.7
Februari 570 215 215 215 0 296 452 430 461 194 422 3.470 247
M aret 189 291 291 291 395 421 546 145 466 381 381 3.797 279.7
April 164 385 385 385 0 221 350 295 377 248 320 3.130 313
M ei 0 0 0 0 216 229 184 108 214 103 120 1.174 117.4
Juni 0 0 0 0 2 95 0 15 0 117 14 243 23.4
Juli 0 0 0 0 0 42 0 0 0 0 0 42 42
Agustus 0 0 0 0 0 111 0 0 0 0 0 111 11.1
September 0 0 0 0 0 317 0 0 0 0 0 317 31.7
Oktober 0 77 77 77 41 285 182 24 82 18 0 863 86.3
November 0 141 141 141 114 310 230 24 130 97 72 1.400 140
Desember 494 690 690 690 0 356 271 271 201 287 286 4.236 423.6
Jumlah 21.429 2142.9
BB 5 7 7 7 4 11 8 6 8 8 7 78 7.8
BK 7 5 5 5 8 1 4 6 4 4 5 54 5.4
Sumber : Dinas Pertanian dan Dinas PU Bid. Sumberdaya Air Kabupaten Klaten Tahun 2006-2016
29
Tipe curah hujan daerah penelitian ini jika didasarkan pada sistem Schmidt
dan Ferguson yang didasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering yaitu
apabila curah hujan kurang dari 60 mm dan rata-rata bulan basah apabila curah
hujan lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus berikut :
Jumlah Bulan Kering Rata−rata
Q= × 100%
Jumlah Bulan Basah Rata−rata
Rata-rata jumlah bulan kering adalah 5,4 dan rata-rata jumlah bulan basah
adalah 7,8. Selanjutnya untuk mengetahui tipe iklim daerah penelitian dapat
ditentukan berdasarkan nilai Quotient (Q). sehingga menurut perhitungan Schmidt
dan Ferguson daerah penelitian mempunyai nilai Q = 125,4 %, dengan tipe hujan
E atau agak kering. Untuk penentuan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson
disajikan pada gambar 3.2.
Jumlah Bulan Kering Rata−rata 5,4
Q = × 100% = 7,8 × 100 % = 69,22
Jumlah Bulan Basah Rata−rata
10 G
300%
9
F
8 167%
Jumlah Bulan Kering
7 E
100%
6
5,4 D Q = 69,22 %
5
60%
4 Q= C
125, 33,3%
3
4% B
2 14,3%
1 A
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 7,8 8 9 10 11 12
Jumlah Bulan Basah
30
Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Ferguson membagi tipe curah
hujan digolongkan pada perbandingan antara rata-rata bulan basah dan bulan kering
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Tipe Iklim Berdasarkan Besar Kecilnya Nilai Q
Menurut Schmidt dan Ferguson
3.4.2 Temperatur
Ketinggian tempat daerah penelitian berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi
Indonesia skala 1:25.000 adalah 100 mdpal hingga 120 mdpal. Untuk mendapatkan
temperature rata-rata tahunan daerah penelitian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Schmidt dan Ferguson (Yuli Priyana,
1998) sebagai berikut :
T = 32,3 – 0,6 (H)
Dimana :
T = Temperatur rata-rata tahunan
H = tinggi tempat yang dinyatakan dalam ratusan meter
31
Temperatur rata-rata tahunan pada daerah atau tempat terendah dapat
dihitung sebagai berikut :
T100 = 32,3 – 0,6 (100/100)o C
= 32,3 – 0,6o C = 31,7o C
Sedangkan temperature rata-rata tahunan pada daerah tertinggi adalah
sebagai berikut :
T120 = 32,3 – 0,6 (120/100)o C
= 32,3 – 3o C = 29,3o C
Perhitungan diatas maka temperature rata-rata tahunan di daerah penelitian
berkisar anatara 29,3o C sampai dengan 31,7o C.
3.5 Tanah
Tanah sebagai bagian dari tubuh alam tiga dimensi merupakan salah satu
bentang alam (Landscape) dimana merupakan lapisan bumi yang terbentuk akibat
atau hasil dari proses pelapukan secara alami maupun disengaja oleh manusia.
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan
bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat-sifat sebagai akibat
dari pengaruh Iklim dan jasad hidup terhadap batuan induk dalam relief tertentu
selama jangka waktu tertentu (Isa Darmawijaya, 1980 dalam skripsi Evendi
Akhmad, 2009). Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Faktor Iklim, Topografi, Organisme, Batuan Induk, dan serta waktu).
Berdasarkan Peta jenis tanah Kabupaten Klaten skala 1 : 50.000, maka jenis
tanah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Tanah Regosol dan Grumosol
Kelabu.
1. Tanah Regosol
Tanah jenis regosol adalah jenis tanah yang masih muda belum mengalami
deferensiasi horison, tekstur pasir, stuktur berbutir tunggal, konsistensi lepas
berasl dari bahan induk materil vulkanis piroklastik.Permeabilitas sedang
32
sampai cepat, serta peka terhadap erosi. Penyebaran tanah regosol di daerah
penelitian terdapat di Desa Wadunggetas, Boto, Bulan, Ngreden, Jelobo,
Gunting, Bener, Kingkang, Teloyo, Pandanan, Lumbungkerep, Bentangan,
Duwet, Sekaran, Sukorejo, Tegalgondo Dan Bolali.
2. Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan
Tanah Aluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami
banjir, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada diferensiasi
horison. Endapan aluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh
iklim, di Desa Sidowarno memiliki tanah yang bersifat alluvial kelabu lahan
daerah sekitar merupakan lahan banjir Sungai Bengawan Solo Purba.
(Hardjowigeno.2003)
3.6 Hidrologi
Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi kondisi air permukaan yang
dijelaskan pada kondisi fisik sungai dan kondisi air tanahnya.
3.6.1 Kondisi Fisik Sungai
Di daerah penelitian terdapat sungai bengawan solo dan sungai irigasi yang
berasal dari umbul cokro tulung. Ditinjau dari keberadaan kedua sungai memiliki
konsistensi yang sama besar untuk irigasi pertanian, pada musim kemarau
keduanya masih mengalirkan air, meskipun dengan debit yang tidak sebesar
dibandingkan musim penghujan. Hulu sungai berawal di umbul cokro tulung dan
Hilir akhir sungai berada di sungai bengawan solo.
3.6.2 Kondisi Air Tanah
Kondisi air tanah ditentukan oleh keadaan topografi, struktur batuan, sifat
kelolosan material, keterdapatan air dalam pori-pori dan kemampuan dalam
mengikat air pada daerah datar air tanah dijumpai pada kedalaman 5 – 8 meter pada
musim kemarau kedalaman air tanah bisa mencapai 9 meter.Dengan kedalaman air
tanah yang hanya berkisar 5–8 meter tersebut maka penduduk sangat mudah
mendapatkan air tanah.
33
3.7 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan alternative kegiatan usaha atau pemanfaatan
lahan. Pemanfaatan lahan umumnya dilakukan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup atau keperluan tertentu. Penggunaan lahan sering mencerminkan
secara keseluruhan kemampuan dari tanah dan iklim suatu daerah. Populasi
wilayah yang padat, pola penggunaan lahan biasanya merupakan fungsi dari
tekanan penduduk atau ketersediaan air. Pada daerah penelitian terdapat empat
penggunaan lahan yaitu : Sawah, Tegalan, dan Bangunan/Pemukiman dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan lahan di Kecamatan
Wonosari sampai akhir tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Wonosari Tahun 2016
34
yaitu tepatnya pada Desa Ngreden dan Desa Tegalgondo luas lahan yang
tertinggi. Luas Penggunaan lahan tegalan sekitar 14,3 Ha atau 0,46 % dari luas
penelitian. Jenis tanaman yang ada di lahan tegalan pada daerah penelitian
sangat bervariasi seperti Jagung, Timun, Ketela Pohon, Kacang Tanah, dan
Kedelai.
3. Sawah
Penggunaan Lahan Sawah adalah Penggunaan Lahan Pertanian yang
memerlukan keadaan tertentu. Pada daerah yang beririgasi baik (terhubung
dengan sumber air) lahan dapat di fungsikan sebagai sawah, namun di daerah
penelitian pada musim kemarau saluran irigasi menjadi tidak berfungsi dengan
baik, Dikarenakan semakin minimnya air dari irigasi yang masuk ke daerah
penelitian. Dilihat irigasi yang menggunakan sistem tadah hujan tertinggi di
Desa Sidowarno mencapai 2,5 ha. Sawah merupakan penggunaan lahan yang
secara periodik di tanami padi sawah dengan luas area sekitar 2223,5 Ha atau
71.39% dari luas daerah penelitian. Data diatas sebagian besar wilayah di
Kecamatan wonosari adalah area persawahan dengan luas wilayah yang hampir
71,39%, Bahwa mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai
petani.
4. Lain-lain
Penggunaan lahan ini yaitu berupa lahan kosong. Luas penggunaan lahan ini
sekitar 161Ha atau 5,17% Luas daerah penelitian. Menujukkan bahwa di
Kecamatan Wonosari masih terdapat lahan kosong yang belum diolah sesuai
dengan apa yang diperuntungkan seperti area pertanian dan permukiman dll.
3.8 Kependudukan
Kependudukan daerah penelitian sangat memegang peranan penting
sebagai faktor yang mempengaruhi atau sebaliknya dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan wilayah yang ditempati.
35
3.8.1 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Wonosari pada Tahun 2012, sebanyak
62801 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 32.895 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 29.915 jiwa, sedangkan pada Tahun 2016 sebanyak 58473
jiwa dengan jumlah penduduk Penduduk Laki-Laki sebanyak 28.784jiwa dan
Penduduk Perempuan sebanyak 29.689jiwa.
Tren laju pertumbuhan penduduk di masing-masing daerah dapat
menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat dalam kurun waktu 5–10
tahun (Mantra, 2003). Berikut adalah distribusi jumlah pertumbuhan penduduk
dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016
36
Tabel 3.5 Menunjukkan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan
Wonosari pada tahun 2012 dan 2016 mengalami penurunan sebesar -0,97 %. Ada
beberapa desa yang mengalami penurunan pertumbuhan penduduk yang tinggi,
yaitu Desa Wadung Getas dan Desa Bolali. dimana Desa Duwet tingkat
Pertumbuhan Penduduk yang teredah sebesar -15,9% angka tersebut diperoleh dari
jumlah penduduk yang mengalami penurunan tiap tahunnya, hal ini di sebabkan
semakin sedikitnya permukiman dan banyaknya angka kelahiran bayi yang sedikit
dan angka kematian bayi yang banyak sehingga dapat mempegaruhi angka
pertumbuhan penduduk setiap tahunya. Dan Desa Bentangan mengalami
penurunan penduduk yang mencapai -14,34%, hal ini dikeranakan kurangnnya
fasilitas kesehatan sehingga angka kematian bayi yang tinggi sehingga dapat
mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk di Kecamatan Wonosari, namun
migrasi keluar juga mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk.
Tabel 3.6 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016
Kepadatan
No Desa Luas (Km2 )
Tahun 2012 Tahun 2016
1 Wadung Getas 1.27 3434 4032
2 Boto 1.575 1917 1280
3 Bulan 1.84 1757 1874
4 Ngreden 2.143 1390 2210
5 Jelobo 2.32 1967 1748
6 Gunting 1.835 2154 1758
7 Sidowarno 2.776 1584 944
8 Bener 1.581 1409 1833
9 Kingkang 2.173 2414 1218
10 Teloyo 1.82 2535 2204
11 Pandanan 1.89 1671 1829
12 Lumbung Kerep 1.79 1930 1244
13 Bentangan 1.52 2230 1074
14 Duwet 1.774 2275 1025
15 Sekaran 1.3 1537 2407
16 Sukorejo 1.02 1785 3987
17 Tegalgondo 1.241 3131 2340
18 Bolali 1.28 1948 3489
Sumber ; BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2012 dan 2016
37
Jumlah Kepadatan Penduduk di Kecamatan Wonosari di sajikan dalam
tabel 3.6, Dari tabel tersebut berarti bahwa semakin luas wilayah tidak dapat
diketahui tinggi jumlah penduduknya dan setiap wilayah memiliki jumlah
penduduk yang berbeda dan tidak berdasarkan luas wilayah. Sebagai contoh dilihat
dari masing-masing desa yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Desa
Sidowarno sebesar 2.776 km2 dengan jumlah Kepadatan Penduduk tahun 2012
sebesar 1.584 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk tahun 2016 sebesar 944 jiwa,
sedangkan desa dengan jumlah kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Desa
wadung getas sebesar 1.27 km2 dengan jumlah kepadatan penduduk tahun 2012
sebesar 3.434 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk tahun 2016 sebesar 4.032 jiwa.
Menurut Sukamto, 1981 (dalam skripsi Ratna Kartikawati, 2014). Klasifikasi
kepadatan penduduk menjadi tiga golongan yaitu :
1. Kepadatan Penduduk tinggi > 1.000 jiwa/km2
2. Kepadatan Penduduk sedang 500 – 1.000 jiwa/km2
3. Kepadatan Penduduk rendah < 300 jiwa/km2
Berdasarkan klasifikasi di atas Kecamatan Wonosari ternyata Kepadatan
Penduduk tergolong sedang pada tahun 2016 yaitu kurang dari 1000 yaitu 944
jiwa/km2 .
38
ketergantungan (Dependency Ratio) serta Sex Ratio. Komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin di Kecamatan Wonosari dapat di lihat pada tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.7 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Wonosari Tahun 2016
39
Perhitungan beban ketergantungan (DR) di Kecamatan Wonosari adalah
sebagai berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 <15+𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 >64
DR = × 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 15 −64
18.727
= 39.746 × 100%
= 0.4711 × 100%
= 47,11 % = 47 %
Hasil dari perhitungan beban ketergantungan Kecamatan Wonosari
memiliki nilai 47%, artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47
penduduk usia tidak produktif. Menurut JF Ismail, 1981 (dalam Skripsi Feri
Arditia, 2013). Dependency Ratio dapat di klasifikaskan menjadi tiga, yaitu :
< 60 % = dependency ratio rendah
60 – 90 % = dependency ratio sedang
> 90 % = Idependency ratio tinggi
= 0,9695× 100%
= 96,95 = 97 %
Perhitungan di atas diketahui Sex Ratio sebesar 97%, Bahwa setiap 100
penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.
40
sampai akhir dengan mendapatkan Tanda Tamat Belajar atau Ijazah, baik dari
Sekolah Negeri atau pun Swasta. Dengan demikian tingkat pendidikan berdasarkan
pada sukses tidaknya Pendidikan/Sekolah. Adapun jumlah penduduk berdasarkan
tingkat Pendidikan dapat di lihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut :
Tabel 3.8 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
di Kecamatan Wonosari Tahun 2016
= 76,3 %
Jadi berdasarkan data tersebut tingkat pendidikan penduduk di daerah
penelitian termasuk dalam kelas sedang. Sehingga angka akan buta huruf di
Kecamatan Wonosari pada tahun 2012 dan tahun 2016 mengalami peningkatan
yang sangat pesat yang mencapai 76,3%.
41
3.8.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk yang ada di daerah penelitian sangat
bervariasi. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan
gambaran mengenai pola perekonomian wilayah dan secara umum dapat
menggambarkan berbagai jenis kegiatan perekonomian penduduk. Berdasarkan
data yang ada mata pencaharian di daerah penelitian antara lain petani/penggarap,
buruh tani, buruh industry, pengusaha industry, buruh bangunan, pedagang,
pengakutan, PNS/ABRI, dan pensiunan PNS/ABRI. Adapun jumlah penduduk
menurut mata pencaharian dapat di lihat pada Tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Jumlah
No Jenis Mata Pencaharian (%)
(Jiwa)
1 PNS/ABRI 5609 23.62
2 Swasta 5013 21.11
3 Pedagang 2169 9.13
4 Petani 4509 18.99
5 Pertukangan 1684 7.09
6 Buruh Tani 3925 16.53
7 Pensiun 668 2.81
8 Pemulung 39 0.16
9 Jasa 129 0.54
Jumlah 23745 100.00
Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Berdasarkan data di atas bahwa jumlah penduduk yang bekerja jadi
Pegawai PNS/ABRI yang ada di daerah penelitian mempunyai jumlah terbanyak,
yaitu sebesar 5.609 jiwa atau 0,24%, hal ini berarti di daerah penelitian merupakan
daerah yang mengalami perkembangan baik dalam Fasilitas Sosial maupun
Ekonomi di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Sedangkan jumlah penduduk
yang bekerja di sektor jasa yang ada di daerah penelitian mempunyai jumlah
sedikit, yaitu sebesar 129 jiwa atau 1,00%, hal ini berarti bahwa kebanyakan
42
penduduk lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan
menggunakan jasa pengakutan.
3.9 Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat dan perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun daerah
yang lainnya. Transportasi juga dapat membantu masyarakat untuk melakukan
mobilitas, Karena dengan adanya transportasi yang baik maka jarak antara daerah
satu ke daerah lain akan menjadi dekat. Berikut sarana transportasi yang di miliki
penduduk di Kecamatan Wonosari dapat di lihat dalam tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10 Sarana Transportasi di Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Jumlah
No Jenis Transportasi (%)
(Buah)
1 Sepeda 5.583 32.93
2 Sepeda Motor 10.792 63.66
3 Becak 91 0.54
4 Mobil Pribadi 408 2.41
5 Bus Umum 3 0.02
6 Truk 58 0.34
7 Delman/ Dokar 2 0.01
8 Gerobak Sapi 15 0.09
Jumlah 16.952 100
Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Data di atas menunjukkan bahwa alat transportasi yang paling banyak
dimiliki penduduk adalah sepeda Motor sebanyak 10.792 buah atau 63,66%.
Tingginya prosentase pemakaian transportasi berupa Sepeda Motor karena
mengingat bahwa sarana transportasi ini yang Dapat di jangkau dari segi harganya
oleh semua penduduk dan dapat digunakan oleh semua warga masyarakat untuk
kepentigan sehar- hari baik keperluan kerja, sekolah dan lain-lain.
43