Anda di halaman 1dari 19

BAB III

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

3.1 Letak, Luas Dan Batas Daerah Penelitian


Kecamatan Wonosari secara Geografis berdasarkan Peta Topografi
lembar Klaten, Boyolali skala 1 : 150.000 yang di terbitkan oleh Ditop TNI AD
tahun 1991 terletak antara 70 35’ 25’’ LS – 70 39’ 44,5’’ LS dan 1100 41’ 42,4’’
BT – 1100 47’ 25,8’’ BT dengan luas wilayah 3114,8 Ha. Secara Administratif
Kecamatan Wonosari terletak di wilayah Kabupaten Klaten yang berjarak 30
km dari pusat Kota Klaten.
Secara Fisiografis Kecamatan Wonosari yang merupakan bagian dari
dataran Kaki Gunung Api Merapi dengan Morfologi Datar.
Secara Administrasi Kecamatan Wonosari berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan
Grogol.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juwiring.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.
Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 18 desa dan memilki kelurahan
pada masing-masing desa di Kecamatan Wonosari dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut ini :

25
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Wonosari

26
Tabel 3.1 Luas Wilayah Tiap Desa dan Kelurahan
di Kecamatan Wonosari Tahun 2015

No Desa Luas (Km2 )


1 Wadung Getas 1.27
2 Boto 1.575
3 Bulan 1.84
4 Ngreden 2.143
5 Jelobo 2.32
6 Gunting 1.835
7 Sidowarno 2.776
8 Bener 1.581
9 Kingkang 2.173
10 Teloyo 1.82
11 Pandanan 1.89
12 Lumbung Kerep 1.79
13 Bentangan 1.52
14 Duwet 1.774
15 Sekaran 1.3
16 Sukorejo 1.02
17 Tegalgondo 1.241
18 Bolali 1.28
Jumlah 31.148
Sumber :BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2017

Berdasarkan tabel 3.1, di atas dapat di ketahui Desa Sidowarno merupakan


desa dari 18 desa di Kecamatan Wonosari yang memiliki luas wilayah paling luas
sebesar 2.776 km2 . sehingga Penggunaan lahan di Desa Sidowarno digunakan
untuk lahan pertanian, sedangkan yang memiliki luas wilayah paling kecil sebesar
1.27 km2 adalah Desa Wadung getas.

3.2 Geologi
Daerah penelitian menurut Peta Geologi lembar Surakarta skala 1 : 100.000
mempunyai dua macam batuan yaitu Breksi dan Batuan Tuff. Batuan breksi
berukuran butir besar dari 2 mm, dengan frakmen yang menyudut, umumnya terdiri
dari frakmen batuan (hasil rombakan), dalam masa dasar yang lebih halus atau
tersemenkan. Bahan penyususn juga dapat berupa bahan dan proses Vulkanisme

27
(Breksi Vulkanik). Batuan Tuff berasal dari bahan abu dari letusan gunung berapi
yang tersemenkan (sedimen). Batuan ini tersebar diseluruh daerah penilitian.

3.3 Geomorfologi
Menurut panekeok (1949) Fisiografis Pulau Jawa terletak pada jalur
geosinklinal dengan orogenetik muda dengan vulkanisme kuat sehingga Pulau
Jawa berbentuk panjang dan sempit. Oleh karena itu pulau Jawa mempunyai zone-
zone yang terdiri dari tiga Zone memanjang di Jawa Tengah, Zone-Zone ini
menjadi kurang jelas bahkan di ujung Jawa Barat kurang lebih menjadi satu.
Adapun ketiga zone tersebut antara lain :
a. Zone selatan : zone ini merupakan pegunungan plato, miring ke arah selatan.
b. Zone tengah : zone ini untuk Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan suatu
depresi yang terdapat gunung-gunung berapi yang tinggi, di Jawa Tengah
ditempati rangkaian gunung api dan pegunungan.
c. Zone timur : zone ini merupakan rangkaian perbukitan selatan dan
pegunungan lipatan yang diselingi oleh beberapa gunung berapi.

Berdasarkan pembagian Zone-Zone Fisiografis di Jawa oleh (Panekeok


1949), maka Kecamatan Wonosari terletak pada zone tengah pulau Jawa,
merupakan suatu yang tertutup oleh seri gunung-gunung berapi yang tinggi. Salah
satu gunung berapi tersebut adalah Gunung Merapi. Pada zone ini terdapat gerakan
orogenetik pertengahan Miosen muda yang tersebar selama beberapa waktu pada
pertengahan Plestosen, aktivitas tektonik-tektonik terjadi dengan turunnya zone
selatan dan diikuti terbaurnya zone tengah sepanjang patahan besar yang
menggambarkan eskarpmen besar yang masih dapat kita lihat sampai sekarang.
Bentuk lahan daerah penelitian merupakan dataran alluvial dan perbukitan
denudasional dengan proses geomorfologi berupa pengendapan, pelapukan, dan
erosi meliputi erosi lembar, alur, dan parit.

28
3.4 Iklim
Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam satu periode tertentu.
Parameter iklim yang berkaitan dalam penelitian ini adalah curah hujan dan
temperature. Data klimatologi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
curah hujan dari tahun 2006-2016 seperti pada tabel 3.2.
3.4.1 Curah Hujan
Periode hujan umumnya mulai dari Oktober dan berakhir sekitar April
sampai dengan Mei, Periode kering mulai dari Mei sampai dengan September.
Bulan-bulan tertentu terjadi hujan dengan intensitas tinggi umumnya terjadi pada
bulan Januari dan Febuari. Penentuan bulan kering dan bulan basah berdasarkan
kriteria yang dibuat oleh Mohr dinyatakan bulan kering bila curah hujan dalam satu
bulan kurang dari 60 mm, bulan basah apabila hujan dalam satu bulan berkisar
antara 60 mm hingga 100 mm. Data curah hujan diambil dari Dinas Pertanian dan
Dinas Pekerja Umum Bidang Sumberdaya Air Kabupaten Klaten selama 10 tahun
yaitu antara tahun 2006-2016. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2006-2016
diperoleh keterangan bahwa rata-rata curah hujan sekitar 2142.9 mm. Rerata curah
hujan bulanan dan tahunan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2006-2016

Tahun Rata-Rata
Bulan Jumlah
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (mm)
Januari 511 149 149 149 422 438 472 497 512 704 244 4.247 427.7
Februari 570 215 215 215 0 296 452 430 461 194 422 3.470 247
M aret 189 291 291 291 395 421 546 145 466 381 381 3.797 279.7
April 164 385 385 385 0 221 350 295 377 248 320 3.130 313
M ei 0 0 0 0 216 229 184 108 214 103 120 1.174 117.4
Juni 0 0 0 0 2 95 0 15 0 117 14 243 23.4
Juli 0 0 0 0 0 42 0 0 0 0 0 42 42
Agustus 0 0 0 0 0 111 0 0 0 0 0 111 11.1
September 0 0 0 0 0 317 0 0 0 0 0 317 31.7
Oktober 0 77 77 77 41 285 182 24 82 18 0 863 86.3
November 0 141 141 141 114 310 230 24 130 97 72 1.400 140
Desember 494 690 690 690 0 356 271 271 201 287 286 4.236 423.6
Jumlah 21.429 2142.9
BB 5 7 7 7 4 11 8 6 8 8 7 78 7.8
BK 7 5 5 5 8 1 4 6 4 4 5 54 5.4
Sumber : Dinas Pertanian dan Dinas PU Bid. Sumberdaya Air Kabupaten Klaten Tahun 2006-2016

29
Tipe curah hujan daerah penelitian ini jika didasarkan pada sistem Schmidt
dan Ferguson yang didasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering yaitu
apabila curah hujan kurang dari 60 mm dan rata-rata bulan basah apabila curah
hujan lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus berikut :
Jumlah Bulan Kering Rata−rata
Q= × 100%
Jumlah Bulan Basah Rata−rata

Rata-rata jumlah bulan kering adalah 5,4 dan rata-rata jumlah bulan basah
adalah 7,8. Selanjutnya untuk mengetahui tipe iklim daerah penelitian dapat
ditentukan berdasarkan nilai Quotient (Q). sehingga menurut perhitungan Schmidt
dan Ferguson daerah penelitian mempunyai nilai Q = 125,4 %, dengan tipe hujan
E atau agak kering. Untuk penentuan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson
disajikan pada gambar 3.2.
Jumlah Bulan Kering Rata−rata 5,4
Q = × 100% = 7,8 × 100 % = 69,22
Jumlah Bulan Basah Rata−rata

Gambar 3.2 Tipe Iklim Menurut Schmidt & Ferguson


di Kecamatan Wonosari
12 H
= Tipe Iklim Daerah Penelitian
11 700%

10 G
300%
9
F
8 167%
Jumlah Bulan Kering

7 E
100%
6
5,4 D Q = 69,22 %
5
60%
4 Q= C
125, 33,3%
3
4% B
2 14,3%
1 A
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 7,8 8 9 10 11 12
Jumlah Bulan Basah

30
Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Ferguson membagi tipe curah
hujan digolongkan pada perbandingan antara rata-rata bulan basah dan bulan kering
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Tipe Iklim Berdasarkan Besar Kecilnya Nilai Q
Menurut Schmidt dan Ferguson

Tipe Nilai Q (%) Tipe Hujan


A 0 ≤ Q < 14,3 Sangat Basah
B 14,3 ≤ Q < 33,3 Basah
C 33,3 ≤ Q < 60 Agak Basah
D 60 ≤ Q < 100 Sedang
E 100 ≤ Q < 167 Agak Kering
F 167 ≤ Q < 300 Kering
G 300 ≤ Q < 700 Sangat Kering
H Q ≤ 700 Luar Biasa Kering
Sumber : Schmidt dan Ferguson

Berdasarkan data yang di peroleh dari data dinas PU kabupaten klaten


dengan kurun waktu 10 tahun memiliki rata-rata bulan kering yang mencapai 5,4
mm dan pada bulan kering mencapai 7,8 mm. maka dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Schmidt dan Ferguson Kecamatan Wonosari memiliki tipe
Iklim sedang dimana data curah hujan menujukkan angka 69.22% pertahun.

3.4.2 Temperatur
Ketinggian tempat daerah penelitian berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi
Indonesia skala 1:25.000 adalah 100 mdpal hingga 120 mdpal. Untuk mendapatkan
temperature rata-rata tahunan daerah penelitian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Schmidt dan Ferguson (Yuli Priyana,
1998) sebagai berikut :
T = 32,3 – 0,6 (H)
Dimana :
T = Temperatur rata-rata tahunan
H = tinggi tempat yang dinyatakan dalam ratusan meter

31
Temperatur rata-rata tahunan pada daerah atau tempat terendah dapat
dihitung sebagai berikut :
T100 = 32,3 – 0,6 (100/100)o C
= 32,3 – 0,6o C = 31,7o C
Sedangkan temperature rata-rata tahunan pada daerah tertinggi adalah
sebagai berikut :
T120 = 32,3 – 0,6 (120/100)o C
= 32,3 – 3o C = 29,3o C
Perhitungan diatas maka temperature rata-rata tahunan di daerah penelitian
berkisar anatara 29,3o C sampai dengan 31,7o C.

3.5 Tanah
Tanah sebagai bagian dari tubuh alam tiga dimensi merupakan salah satu
bentang alam (Landscape) dimana merupakan lapisan bumi yang terbentuk akibat
atau hasil dari proses pelapukan secara alami maupun disengaja oleh manusia.
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan
bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat-sifat sebagai akibat
dari pengaruh Iklim dan jasad hidup terhadap batuan induk dalam relief tertentu
selama jangka waktu tertentu (Isa Darmawijaya, 1980 dalam skripsi Evendi
Akhmad, 2009). Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Faktor Iklim, Topografi, Organisme, Batuan Induk, dan serta waktu).
Berdasarkan Peta jenis tanah Kabupaten Klaten skala 1 : 50.000, maka jenis
tanah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Tanah Regosol dan Grumosol
Kelabu.
1. Tanah Regosol
Tanah jenis regosol adalah jenis tanah yang masih muda belum mengalami
deferensiasi horison, tekstur pasir, stuktur berbutir tunggal, konsistensi lepas
berasl dari bahan induk materil vulkanis piroklastik.Permeabilitas sedang

32
sampai cepat, serta peka terhadap erosi. Penyebaran tanah regosol di daerah
penelitian terdapat di Desa Wadunggetas, Boto, Bulan, Ngreden, Jelobo,
Gunting, Bener, Kingkang, Teloyo, Pandanan, Lumbungkerep, Bentangan,
Duwet, Sekaran, Sukorejo, Tegalgondo Dan Bolali.
2. Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan
Tanah Aluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami
banjir, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada diferensiasi
horison. Endapan aluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh
iklim, di Desa Sidowarno memiliki tanah yang bersifat alluvial kelabu lahan
daerah sekitar merupakan lahan banjir Sungai Bengawan Solo Purba.
(Hardjowigeno.2003)
3.6 Hidrologi
Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi kondisi air permukaan yang
dijelaskan pada kondisi fisik sungai dan kondisi air tanahnya.
3.6.1 Kondisi Fisik Sungai
Di daerah penelitian terdapat sungai bengawan solo dan sungai irigasi yang
berasal dari umbul cokro tulung. Ditinjau dari keberadaan kedua sungai memiliki
konsistensi yang sama besar untuk irigasi pertanian, pada musim kemarau
keduanya masih mengalirkan air, meskipun dengan debit yang tidak sebesar
dibandingkan musim penghujan. Hulu sungai berawal di umbul cokro tulung dan
Hilir akhir sungai berada di sungai bengawan solo.
3.6.2 Kondisi Air Tanah
Kondisi air tanah ditentukan oleh keadaan topografi, struktur batuan, sifat
kelolosan material, keterdapatan air dalam pori-pori dan kemampuan dalam
mengikat air pada daerah datar air tanah dijumpai pada kedalaman 5 – 8 meter pada
musim kemarau kedalaman air tanah bisa mencapai 9 meter.Dengan kedalaman air
tanah yang hanya berkisar 5–8 meter tersebut maka penduduk sangat mudah
mendapatkan air tanah.

33
3.7 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan alternative kegiatan usaha atau pemanfaatan
lahan. Pemanfaatan lahan umumnya dilakukan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup atau keperluan tertentu. Penggunaan lahan sering mencerminkan
secara keseluruhan kemampuan dari tanah dan iklim suatu daerah. Populasi
wilayah yang padat, pola penggunaan lahan biasanya merupakan fungsi dari
tekanan penduduk atau ketersediaan air. Pada daerah penelitian terdapat empat
penggunaan lahan yaitu : Sawah, Tegalan, dan Bangunan/Pemukiman dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan lahan di Kecamatan
Wonosari sampai akhir tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)


1 Bangunan/Pemukiman 716 22.99
2 Tegalan 14.3 0.46
3 Sawah 2223.5 71.39
4 Lainnya 161 5.17
Jumlah 3114.8 100
Sumber : BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2016
Berikut penjelasan luas masing-masing wilayah berdasarkan penggunaan lahan
Kecamatan Wonosari Kaputaten Klaten tahun 2016 sebagai berikut ;
1. Bangunan/Pemukiman
Hampir sebagian besar daerah penelitian banyak dijumpai pemukiman
penduduk. Pola persebaran pemukiman pada daerah penelitian adalah
menyebar. Pada umumnya penyebaran lahan permukiman ini mengikuti jalur
jalan sebagai tempat yang dianggap oleh penduduk sebagai tempat yang
memiliki aksesibilitas strategis, daerah subur, dan produktif. Luas pemukiman
716 Ha atau 22,99 % dari luas daerah penelitian.
2. Tegalan
Lahan yang digunakan untuk tegalan penyebarannya tidak merata pada
penelitian. Penggunaan lahan tegalan yang cukup luas terdapat bentuk lahan,

34
yaitu tepatnya pada Desa Ngreden dan Desa Tegalgondo luas lahan yang
tertinggi. Luas Penggunaan lahan tegalan sekitar 14,3 Ha atau 0,46 % dari luas
penelitian. Jenis tanaman yang ada di lahan tegalan pada daerah penelitian
sangat bervariasi seperti Jagung, Timun, Ketela Pohon, Kacang Tanah, dan
Kedelai.
3. Sawah
Penggunaan Lahan Sawah adalah Penggunaan Lahan Pertanian yang
memerlukan keadaan tertentu. Pada daerah yang beririgasi baik (terhubung
dengan sumber air) lahan dapat di fungsikan sebagai sawah, namun di daerah
penelitian pada musim kemarau saluran irigasi menjadi tidak berfungsi dengan
baik, Dikarenakan semakin minimnya air dari irigasi yang masuk ke daerah
penelitian. Dilihat irigasi yang menggunakan sistem tadah hujan tertinggi di
Desa Sidowarno mencapai 2,5 ha. Sawah merupakan penggunaan lahan yang
secara periodik di tanami padi sawah dengan luas area sekitar 2223,5 Ha atau
71.39% dari luas daerah penelitian. Data diatas sebagian besar wilayah di
Kecamatan wonosari adalah area persawahan dengan luas wilayah yang hampir
71,39%, Bahwa mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai
petani.
4. Lain-lain
Penggunaan lahan ini yaitu berupa lahan kosong. Luas penggunaan lahan ini
sekitar 161Ha atau 5,17% Luas daerah penelitian. Menujukkan bahwa di
Kecamatan Wonosari masih terdapat lahan kosong yang belum diolah sesuai
dengan apa yang diperuntungkan seperti area pertanian dan permukiman dll.

3.8 Kependudukan
Kependudukan daerah penelitian sangat memegang peranan penting
sebagai faktor yang mempengaruhi atau sebaliknya dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan wilayah yang ditempati.

35
3.8.1 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Wonosari pada Tahun 2012, sebanyak
62801 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 32.895 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 29.915 jiwa, sedangkan pada Tahun 2016 sebanyak 58473
jiwa dengan jumlah penduduk Penduduk Laki-Laki sebanyak 28.784jiwa dan
Penduduk Perempuan sebanyak 29.689jiwa.
Tren laju pertumbuhan penduduk di masing-masing daerah dapat
menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat dalam kurun waktu 5–10
tahun (Mantra, 2003). Berikut adalah distribusi jumlah pertumbuhan penduduk
dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016

Jumlah Penduduk Laju


(Jiwa) Pertumbuhan
No Desa
Tahun Tahun
(%)
2012 2016
1 Wadung Getas 4361 5121 3.2
2 Boto 3029 2023 -8
3 Bulan 3232 3448 1.29
4 Ngreden 2974 4729 9.2
5 Jelobo 4563 4056 -2.3
6 Gunting 3941 3218 -4
7 Sidowarno 4403 2623 -10.3
8 Bener 2227 2896 5.2
9 Kingkang 5239 2642 -13.8
10 Teloyo 4614 4012 -2.7
11 Pandanan 3158 3457 1.8
12 Lumbung Kerep 3455 2226 -8.7
13 Bentangan 3368 1621 -14.6
14 Duwet 4027 1814 -15.9
15 Sekaran 2013 3153 8.9
16 Sukorejo 1821 4067 16
17 Tegalgondo 3883 2901 5.83
18 Bolali 2493 4466 11.6
Jumlah 62801 58473 -0.96
Sumber : BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2010 dan 2015

36
Tabel 3.5 Menunjukkan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan
Wonosari pada tahun 2012 dan 2016 mengalami penurunan sebesar -0,97 %. Ada
beberapa desa yang mengalami penurunan pertumbuhan penduduk yang tinggi,
yaitu Desa Wadung Getas dan Desa Bolali. dimana Desa Duwet tingkat
Pertumbuhan Penduduk yang teredah sebesar -15,9% angka tersebut diperoleh dari
jumlah penduduk yang mengalami penurunan tiap tahunnya, hal ini di sebabkan
semakin sedikitnya permukiman dan banyaknya angka kelahiran bayi yang sedikit
dan angka kematian bayi yang banyak sehingga dapat mempegaruhi angka
pertumbuhan penduduk setiap tahunya. Dan Desa Bentangan mengalami
penurunan penduduk yang mencapai -14,34%, hal ini dikeranakan kurangnnya
fasilitas kesehatan sehingga angka kematian bayi yang tinggi sehingga dapat
mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk di Kecamatan Wonosari, namun
migrasi keluar juga mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk.
Tabel 3.6 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
di Kecamatan Wonosari Tahun 2012 dan 2016
Kepadatan
No Desa Luas (Km2 )
Tahun 2012 Tahun 2016
1 Wadung Getas 1.27 3434 4032
2 Boto 1.575 1917 1280
3 Bulan 1.84 1757 1874
4 Ngreden 2.143 1390 2210
5 Jelobo 2.32 1967 1748
6 Gunting 1.835 2154 1758
7 Sidowarno 2.776 1584 944
8 Bener 1.581 1409 1833
9 Kingkang 2.173 2414 1218
10 Teloyo 1.82 2535 2204
11 Pandanan 1.89 1671 1829
12 Lumbung Kerep 1.79 1930 1244
13 Bentangan 1.52 2230 1074
14 Duwet 1.774 2275 1025
15 Sekaran 1.3 1537 2407
16 Sukorejo 1.02 1785 3987
17 Tegalgondo 1.241 3131 2340
18 Bolali 1.28 1948 3489
Sumber ; BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2012 dan 2016

37
Jumlah Kepadatan Penduduk di Kecamatan Wonosari di sajikan dalam
tabel 3.6, Dari tabel tersebut berarti bahwa semakin luas wilayah tidak dapat
diketahui tinggi jumlah penduduknya dan setiap wilayah memiliki jumlah
penduduk yang berbeda dan tidak berdasarkan luas wilayah. Sebagai contoh dilihat
dari masing-masing desa yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Desa
Sidowarno sebesar 2.776 km2 dengan jumlah Kepadatan Penduduk tahun 2012
sebesar 1.584 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk tahun 2016 sebesar 944 jiwa,
sedangkan desa dengan jumlah kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Desa
wadung getas sebesar 1.27 km2 dengan jumlah kepadatan penduduk tahun 2012
sebesar 3.434 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk tahun 2016 sebesar 4.032 jiwa.
Menurut Sukamto, 1981 (dalam skripsi Ratna Kartikawati, 2014). Klasifikasi
kepadatan penduduk menjadi tiga golongan yaitu :
1. Kepadatan Penduduk tinggi > 1.000 jiwa/km2
2. Kepadatan Penduduk sedang 500 – 1.000 jiwa/km2
3. Kepadatan Penduduk rendah < 300 jiwa/km2
Berdasarkan klasifikasi di atas Kecamatan Wonosari ternyata Kepadatan
Penduduk tergolong sedang pada tahun 2016 yaitu kurang dari 1000 yaitu 944
jiwa/km2 .

3.8.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Komposisi Penduduk adalah pengelompokkan penduduk menurut
karakteristik-karakteristik yang sama (Said Rusli, 1983 dalam Mantra, 2003).
Bermacam-macam komposisi penduduk dibuat salah satunya adalah komposisi
Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin.
Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin merupakan
Variabel terpenting dalam Demografi. Komposisi Penduduk berdasarkan umur
dapat di jadikan acuan untuk mengetahui seberapa jumlah penduduk yang produktif
dan penduduk non produktif yang dapat di gunakan untuk menghitung angka beban

38
ketergantungan (Dependency Ratio) serta Sex Ratio. Komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin di Kecamatan Wonosari dapat di lihat pada tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.7 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Wonosari Tahun 2016

Kelompok Jenis Kelamin Jumlah


No Umur Laki-laki Perempuan
Jiwa %
(Tahun) (Jiwa) (Jiwa)
1 0–4 2335 2186 4521 7.73
2 5–9 2297 2162 4459 7.63
3 10 – 14 2136 1995 4131 7.06
4 15 – 19 2426 2169 4595 7.86
5 20 – 24 2217 2136 4353 7.44
6 25 – 29 2117 2126 4243 7.26
7 30 – 34 2121 2166 4287 7.33
8 35 – 39 2140 2220 4360 7.46
9 40 – 44 2118 2304 4422 7.56
10 45 – 49 1893 2174 4067 6.96
11 50 – 54 1728 1857 3585 6.13
12 55 – 59 1478 1707 3185 5.45
13 60 – 64 1285 1364 2649 4.53
14 65 + 2493 3123 5616 9.60
Jumlah 28784 29689 58473 100.00
Sumber : BPS, Kecamatan Wonosari Dalam Angka Tahun 2016
Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk yang tidak aktif secara ekonomi dengan jumlah penduduk yang
aktif secara ekonomi dapat dinyatakan kedalam bentuk prosentase. Dengan
Mengetahui Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur, agar dapat mengetahui
struktur penduduk pada suatu wilayah, sehingga angka beban ketergantugan
penduduk dapat diketahui.
Penduduk di Kecamatan Wonosari menurut umur/usia di kelompokkan
menjadi dua yaitu produktif antara 15 – 64 tahun sebanyak 39.746 jiwa. serta usia
non produktif dimana usia kurang dari 15 dan penduduk berusia lebih dari 64 tahun
sebanyak 18.727 jiwa.

39
Perhitungan beban ketergantungan (DR) di Kecamatan Wonosari adalah
sebagai berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 <15+𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 >64
DR = × 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 15 −64
18.727
= 39.746 × 100%

= 0.4711 × 100%
= 47,11 % = 47 %
Hasil dari perhitungan beban ketergantungan Kecamatan Wonosari
memiliki nilai 47%, artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47
penduduk usia tidak produktif. Menurut JF Ismail, 1981 (dalam Skripsi Feri
Arditia, 2013). Dependency Ratio dapat di klasifikaskan menjadi tiga, yaitu :
< 60 % = dependency ratio rendah
60 – 90 % = dependency ratio sedang
> 90 % = Idependency ratio tinggi

Dari ketiga tren tersebut Kecamatan Wonosari termasuk dalam Dependency


Ratio masuk dalam kelas rendah. Dimana komposisi penduduk dapat digunakan
untuk menghitung Sex Ratio Laki-Laki dan Perempuan sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐿𝑎𝑘𝑖 −𝑙𝑎𝑘𝑖
SR = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
28784
= 29.689 × 100%

= 0,9695× 100%
= 96,95 = 97 %
Perhitungan di atas diketahui Sex Ratio sebesar 97%, Bahwa setiap 100
penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.

3.8.3 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan diukur dari jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas
menurut status tamat sekolah. Tamat sekolah dapat di definisikan sebagai telah
selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu jenjang sekolah

40
sampai akhir dengan mendapatkan Tanda Tamat Belajar atau Ijazah, baik dari
Sekolah Negeri atau pun Swasta. Dengan demikian tingkat pendidikan berdasarkan
pada sukses tidaknya Pendidikan/Sekolah. Adapun jumlah penduduk berdasarkan
tingkat Pendidikan dapat di lihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut :
Tabel 3.8 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) (%)


1 Tidak Tamat SD 7.45 23,6
2 Tamat SD 8.698 27,6
3 Tamat SLTP 6.536 20,7
4 Tamat SLTA 7.16 22,7
5 Tamat Perguruan Tinggi 1.637 5,1
Jumlah 31.481 100
Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang
paling banyak adalah yang mempunyai tingkat pendidikan SD yaitu 8.698 atau
27,6%. Menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa tahun 1973, tingkat
pendidikan penduduk pada suatu daerah dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Rendah, jika penduduk yang tamat SD ke atas jumlahnya < 50%
2. Sedang, jika penduduk yang tamat SD ke atas jumlahnya 60–90%
3. Tinggi, jika penduduk yang tamat SD ke atas jumlahnya > 90%
Klasifikasi tersebut maka tingkat pendidikan penduduk di daerah penelitian
sebagai berikut :
𝑇𝑎𝑚𝑎 𝑡 𝑆𝐷 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠
Tingkat Pendidikan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ × 100 %
24.031
= 31.481 × 100 %

= 76,3 %
Jadi berdasarkan data tersebut tingkat pendidikan penduduk di daerah
penelitian termasuk dalam kelas sedang. Sehingga angka akan buta huruf di
Kecamatan Wonosari pada tahun 2012 dan tahun 2016 mengalami peningkatan
yang sangat pesat yang mencapai 76,3%.

41
3.8.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk yang ada di daerah penelitian sangat
bervariasi. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan
gambaran mengenai pola perekonomian wilayah dan secara umum dapat
menggambarkan berbagai jenis kegiatan perekonomian penduduk. Berdasarkan
data yang ada mata pencaharian di daerah penelitian antara lain petani/penggarap,
buruh tani, buruh industry, pengusaha industry, buruh bangunan, pedagang,
pengakutan, PNS/ABRI, dan pensiunan PNS/ABRI. Adapun jumlah penduduk
menurut mata pencaharian dapat di lihat pada Tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

Jumlah
No Jenis Mata Pencaharian (%)
(Jiwa)
1 PNS/ABRI 5609 23.62
2 Swasta 5013 21.11
3 Pedagang 2169 9.13
4 Petani 4509 18.99
5 Pertukangan 1684 7.09
6 Buruh Tani 3925 16.53
7 Pensiun 668 2.81
8 Pemulung 39 0.16
9 Jasa 129 0.54
Jumlah 23745 100.00
Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Berdasarkan data di atas bahwa jumlah penduduk yang bekerja jadi
Pegawai PNS/ABRI yang ada di daerah penelitian mempunyai jumlah terbanyak,
yaitu sebesar 5.609 jiwa atau 0,24%, hal ini berarti di daerah penelitian merupakan
daerah yang mengalami perkembangan baik dalam Fasilitas Sosial maupun
Ekonomi di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Sedangkan jumlah penduduk
yang bekerja di sektor jasa yang ada di daerah penelitian mempunyai jumlah
sedikit, yaitu sebesar 129 jiwa atau 1,00%, hal ini berarti bahwa kebanyakan

42
penduduk lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan
menggunakan jasa pengakutan.

3.9 Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat dan perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun daerah
yang lainnya. Transportasi juga dapat membantu masyarakat untuk melakukan
mobilitas, Karena dengan adanya transportasi yang baik maka jarak antara daerah
satu ke daerah lain akan menjadi dekat. Berikut sarana transportasi yang di miliki
penduduk di Kecamatan Wonosari dapat di lihat dalam tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10 Sarana Transportasi di Kecamatan Wonosari Tahun 2016

Jumlah
No Jenis Transportasi (%)
(Buah)
1 Sepeda 5.583 32.93
2 Sepeda Motor 10.792 63.66
3 Becak 91 0.54
4 Mobil Pribadi 408 2.41
5 Bus Umum 3 0.02
6 Truk 58 0.34
7 Delman/ Dokar 2 0.01
8 Gerobak Sapi 15 0.09
Jumlah 16.952 100
Sumber : Monografi Kecamatan Wonosari Tahun 2016
Data di atas menunjukkan bahwa alat transportasi yang paling banyak
dimiliki penduduk adalah sepeda Motor sebanyak 10.792 buah atau 63,66%.
Tingginya prosentase pemakaian transportasi berupa Sepeda Motor karena
mengingat bahwa sarana transportasi ini yang Dapat di jangkau dari segi harganya
oleh semua penduduk dan dapat digunakan oleh semua warga masyarakat untuk
kepentigan sehar- hari baik keperluan kerja, sekolah dan lain-lain.

43

Anda mungkin juga menyukai