Anda di halaman 1dari 45

BAB V

ANALISIS
PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS
PERIKANAN

Analisis Pengembangan Kawasan V- 1


BAB 5
Pengembangan Kawasan

5.1. KONDISI FISIK

5.1.1. Topografi

Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola topografi


wilayah secara umum mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, di
bagian Selatan dan Barat, dibatasi oleh 2 buah gunung yaitu Gunung Sumbung (3.340 m
dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m dpl). Di bagian Utara dibatasi oleh sebuah perbukitan
yang membujur dari Timur Laut kearah Tenggara. Berdasarkan topografi semacam itu,
wilayah Kabupaten Temanggung memililki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari
ketinggian dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten berada pada ketinggian
500 m -1000 m (24,3 %). Luasan areal ini merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan
Sumbing yang terhampar dari sisi Selatan, Barat sampai dengan Utara. Karakteristik
topografi terkait dengan ketinggian tempat. Wilayah Kabupaten Temanggung terbagi
kedalam 5 kelas ketinggian yaitu 400-500 meter dpl, 500-750 meter dpl, 750-1000 meter
dpl, 1000-1500 meter dpl, dan 1500-3000 meter dpl.

Tabel 5.1. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha)
Klasifikasi (m dpl) Jumlah Luas
No Kecamatan Wilayah
400-500 500-750 750-1000 1000-1500 1500-3000 (ha)
1. Parakan - 103 1.208 2.375 1.510 5.196
2. Bulu - 818 1.915 1.824 923 5.480
3. Temanggung 2.055 7.079 502 210 286 10.132
4. Tembarak 533 1.548 852 890 477 4.300
5. Pringsurat 66 4.610 1.052 - - 5.728
6. Kaloran - 3.522 2.433 237 - 6.192
7. Kandangan 618 7.768 1.529 - - 9.915
8. Kedu - 3.633 330 - - 3.963
9. Jumo 977 4.095 2.138 - - 7.210
10. Ngadirejo - - 2.612 1.979 1.012 5.603
11. Candiroto 4.219 2.935 3.504 470 613 11.741
12. Tretep - 83 2.004 3.461 1.608 70156
Jumlah 8.468 36.194 20.079 11.446 6.429 82.616
Sumber : Temanggung Dalam Angka 2010

Analisis Pengembangan Kawasan V- 2


Sedangkan untuk kemiringan lahan, dibedakan menjadi 4 kelas kemiringan yaitu datar (0-
2%) dengan luas 968 ha (1,17%), bergelombang (2-15%) dengan luas 32.492 ha (39,31%),
curam (15-40%) dengan luas 31.232 ha (37,88%) dan kemiringan sangat curam (>40%)
dengan luas 17.983 ha (21,64%).

Dijelaskan dalam RTRW bahwa wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya


bergelombang - terjal dan sebagian kecil datar landai. Identifikasi bentuk lahan di wilayah
Kabupaten Temanggung dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan) daerah bentuk lahan yaitu:

1) Punggung Bukit sangat curam di atas vulkan Basa yang mempunyai kemiringan lereng 41-60%
dengan relief berkisar 51 300 m.

2) Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan lereng 16-25% relief 51-300m.

3) Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan lereng 16 25% dengan
relief 2 50 m.

4) Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41- 60% dengan relief > 300m.

5) Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
lereng 16 25 % Relief 11 50 m.

6) Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
lereng 16 25 % Relief 11 50 m.

7) Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan relief 26 40 % relief 51
300m.

8) Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir dan batuan lumpur
mempunyai kemiringan lereng >60% dengan relief >300m

9) Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat dengan kemiringan lereng
9-15 % dan relief 2 10 m.

5.1.2. Struktur Geologi

Bentuk Kabupaten Temanggung secara makro merupakan cekungan atau depresi, artinya
rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk pegunungan, bukit atau
gunung. Oleh karena itu, geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku, yaitu
sedimen dari piroklastik gunung api Sindoro-Sumbing dan sekitarnya. Piroklastik ini
ukurannya bervariasi antara blek, gragal, kerikil, pasir debu, dan lempung sebagai akibat
dari muntahan materi piroklastik gunung api yang mengendap kemudian membentuk
daerah alluvial atau sedimen sehingga terjadi berlapis, dan butiran besar terletak di bawah.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 3
Lapisan atas mudah sekai dipengaruhi oleh tenaga eksogen dan mampu menyerap atau
menahan air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibedakan menjadi dataran
rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah dibentuk oleh sedimen atau alluvial, sedang
dataran tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan yang keadaannya bergelombang.

5.1.3. Hidrologi

Berdasarkan RTRW 2011-2031 dijelaskan tentang kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten


Temanggung yang diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai
(SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali
Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2
SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo.

Gambar 5.1. Daerah Aliran Sungai dan arah aliran sungai (Sumber gambar: draft RTRW
2011-2031)

Analisis Pengembangan Kawasan V- 4


Dijelaskan lebih lanjut bahwa kondisi hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi
batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan
penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun
struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi
batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan
pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat
diidentifikasi ada cekungan cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah
satunya adanya tumpukan guguran lava jenis air tanah potensial yaitu Cekungan
Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang-Temanggung mendapat imbuhan yang
cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan
Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan membentuk
sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Sumber air yang ada di
wilayah Kabupaten Temanggung meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber
air dangkal atau mata air. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai berikut
(RTRW 2011-2031):

1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran
Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri.

2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial mata
air, terurama di bagian Barat (sekitar lereng Gunung Sindoro dan Sumbing serta
Ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung,
Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat).
Berdasarkan hasil data survei tahun 2008, wilayah Kabupaten Temanggung memiliki
sumber mata air yang cukup banyak. Masing masing mata air tersebut tersebar di
seluruh kecamatan.

5.1.4. Jenis Tanah

Secara umum, jenis tanah di Kabupaten Temanggung, dan sebarannya adalah sebagai
berikut:

1) Latosal Coklat seluas 26.563,47 ha (32,13%) membentang di tengah-tengah wilayah


Kabupaten Temanggung dari arah Barat laut ke Tenggara;

Analisis Pengembangan Kawasan V- 5


2) Latosal Coklat-kemerahan seluas 7.879,93 ha (9.53%) membentang di bagian Timur ke
Tenggara;

3) Latosal Merah-kekuningan seluas 29.209,08 ha (35,33%) membentang di bagian Timur


dan Barat;

4) Regosol seluas 16.873,97 ha (20,14%) membentang sebagian di sekitar Sungai Progo


dan lereng-lereng terjal;

5) Andosol seluas 2.149,55 ha (2,60%) membentang di aluvial antar bukit.

Gambar 5.3. Irigasi dan Bendung di Kabupaten Temanggung ( sumber: draft RTRW
2011-2031)

5.1.5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung adalah untuk sawah seluas 20.634 ha dan
bukan sawah seluas 66.431 ha. Sawah sendiri terbagi menjadi sawah irigasi seluas 19.693
ha dan sawah tadah hujan seluas 941 ha, bangunan seluas 9.274 ha, tegalan/huma seluas

Analisis Pengembangan Kawasan V- 6


28.093 ha, kolam/empang seluas 31 ha, hutan Negara/rakyat seluas 16.117 ha, perkebunan
Negara /swasta seluas 10.816 ha dan untuk lahan lainnya seluas 2.100 ha.

Tabel 5.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan (Ha) di Kabupaten Temanggung
Tahun 2009

Kecamatan Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah Prosentase


Parakan 1.223 1.000 2.223 2,55
Kledung 247 2.974 3.221 3,70
Bansari 619 1.635 2.254 2,59
Bulu 1.364 2.940 4.304 4,94
Temanggung 1.890 1.449 3.339 3,84
Tlogomulyo 385 2.099 2.484 2,85
Tembarak 752 1.932 2.684 3,08
Selopampang 790 939 1.729 1,99
Kranggan 1.425 4.336 5.761 6,62
Pringsurat 639 5.088 5.727 6,58
Kaloran 1.436 4.956 6.392 7,34
Kandangan 1.516 6.320 7.836 9,00
Kedu 2.190 1.306 3.496 4,02
Ngadirejo 1.505 3.826 5.331 6,12
Jumo 1.279 1.654 2.932 3,37
Gemawang 643 6.068 6.711 7,71
Candiroto 1.195 4.799 5.994 6,88
Bejen 678 6.206 6.884 7,91
Tretep 57 3.308 3.365 3,86
Wonoboyo 802 3.596 4.398 5,05
Jumlah 20.634 66.431 87.065 100,00
Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung

Sedangkan jenis sawah berdasarkan jenis pengairannya dapat dibedakan menjadi sawah
dengan irigasi teknis, setengah teknis, pengariran sederhana dari PU, pengariran sederhana
non PU dan sawah tadah hujan (Tabel 5.3).

Lahan sawah merupakan salah satu potensi untuk pengembanganan budidaya ikan
menggunakan sistem mina padi, tanpa harus merubah dan mengganggu peruntukan lahan
lain, khususnya sawah yang menggunakan irigasi teknis dan semi teknis. Pada kondisi
geografi yang bergelombang seperti Kabupaten Temanggung, serta ketersediaan sumber
air yang masih cukup melimpah, lahan sawah dengan irigasi sederhana juga masih
memungkinkan untuk pengembangan budidaya ikan sistem mina padi.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 7


Tabel 5.3. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan per Kecamatan (Ha) di
Kabupaten Temanggung Tahun 2009

Pengairan Pengairan Pengairan


Pengairan Tadah
Kecamatan Setengah Sederhana Sederhana Jumlah
Teknis Hujan
Teknis PU Non PU
Parakan 417 637 75 91 3 1.223
Kledung - 17 100 130 - 247
Bansari - 396 113 - 110 619
Bulu 170 588 546 - 60 1.364
Temanggung 684 530 164 511 1 1.890
Tlogomulyo - 268 103 14 - 385
Tembarak 292 302 93 65 - 752
Selopampang 372 301 - 96 21 790
Kranggan 512 142 80 682 9 1.425
Pringsurat 284 111 37 63 144 639
Kaloran 197 889 277 - 73 1.436
Kandangan 188 232 346 532 218 1.516
Kedu 1.162 931 59 36 2 2.190
Ngadirejo 164 966 375 - - 1.505
Jumo 199 861 190 - 28 1.278
Gemawang - 198 248 73 124 643
Candiroto - 965 24 178 28 1.195
Bejen - - 30 533 115 678
Tretep - 47 - 10 - 57
Wonoboyo - 157 129 511 5 802
Jumlah 4.641 8.538 2.989 3.525 941 20.634
Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung

Penggunaan lahan bukan sawah didominasi oleh lahan yang digunakan untuk perkebunan
dan lahan untuk bangunan (Tabel 5.4). Sedangkan penggunaan lahan untuk empang atau
kolam sangat kecil, yakni hanya sekitar 31 Ha.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 8


Tabel 5.4. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Kecamatan (Ha) dan Jenisnya
di Kabupaten Temanggung Tahun 2009

Hutan Perkebunan
Lahan Untuk Tegal/ Kolam/
Kecamatan Negara/ Negara/ Lainnya Jumlah
Bangunan Huma Empang
Rakyat Swasta
Parakan 313 473 1 135 16 62 1.000
Kledung 138 2.124 - 680 - 32 2.974
Bansari 134 826 - 647 27 1 1.635
Bulu 372 2.095 3 411 - 59 2.940
Temanggung 847 315 7 14 9 257 1.449
Tlogomulyo 239 1.615 1 190 - 54 2.099
Tembarak 290 906 2 640 62 32 1.932
Selopampang 214 561 3 115 29 17 939
Kranggan 797 2.490 - - 697 352 4.336
Pringsurat 1.177 1.770 - 590 1.375 176 5.088
Kaloran 689 2.560 - 22 1.590 95 4.956
Kandangan 994 1.528 - 727 2.629 442 6.320
Kedu 492 446 12 50 230 76 1.306
Ngadirejo 313 1.270 - 2.174 14 55 3.826
Jumo 365 125 - 325 791 48 1.654
Gemawang 451 1.763 - 1.544 2.190 120 6.068
Bejen 509 1.653 - 3.547 439 58 6.206
Tretep 188 2.204 - 887 - 29 3.308
Wonoboyo 305 1.425 2 1.111 718 35 3.596
Jumlah 9.274 28.093 31 16.117 10.816 2.100 66.431
Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung

5.2. STRUKTUR RUANG

Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem


pusat permukiman perdesaan, sistem pusat permukiman perkotaan serta sistem prasarana
wilayah. Struktur ruang merupakan suatu sistem yang menggambarkan karakter
pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat-pusat pelayanan serta hierarki pusat yang
terkait dengan pola transportasi dan sistem prasarana wilayah lainnya dalam ruang wilayah
daerah. Dalam kontek pengembangan kawasan perikanan (minapolitan) maka harus
menserasikan dengan arahan pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam RTRW.

5.2.1. Rencana Sistem Perkotaan Perikanan

Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 9


Kawasan perkotaan sebagaimana dijelaskan dalam draft RTRW 2011-2031, merupakan
wilayah yang mempunyai kegiatan utama dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Kabupaten Temanggung secara alamiah mempunyai
beberapa wilayah sebagai pusat-pusat pertumbuhan dimana masing-masing memiliki
tingkat pelayanan tersendiri yang didukung dengan keberadaan kawasan hinterland.
Perbedaan tingkat pelayanan tersebut dilihat dari aspek jumlah penduduk, ketersediaan
fasilitas, aktifitas ekonomi, serta aspek lainnya.

Gambar 5.3. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten


Temanggung (Sumber Gambar: Draft RTRW Kab. Temanggung tahun 2011-
2031)

Secara umum struktur kota digunakan untuk mengetahui sistem perkotaan pada wilayah
yang lebih luas (kabupaten). Struktur kota dapat dilihat dari perkembangan suatu daerah
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal digunakan untuk
mengetahui hubungan fungsional antar kota, dan faktor internal digunakan untuk

Analisis Pengembangan Kawasan V- 10


mengetahui struktur keruangan kota itu sendiri. Hal ini berguna untuk mengintegrasikan
kota dalam wilayah yang lebih luas.

Pola perkembangan kota lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan penduduk,


perkembangan prasarana, kondisi relief, dan aksesibilitas yang mempengaruhi pergerakan
barang atau orang. Untuk daerah yang landai dengan aksesibilitas tinggi seperti Pringsurat,
Kranggan, Temanggung, Kedu, Parakan cepat berkembang.Rencana sistem perkotaan
Kabupaten Temanggung berdasarkan Draft RTRW Kab. Temanggung 2011-2031 sebagai
berikut:

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Temanggung meliputi kawasan perkotaan


Temanggung dan Parakan. PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat
perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan-
kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. Untuk mendukung fungsi tersebut
maka fasilitas yang harus ada adalah fasilitas pelayanan umum serta perdagangan dan
jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang
memadai. Kota PKL direncanakan memiliki skala pelayanan satu wilayah kabupaten.
Jenis fasilitas dan prasarana yang dilokasikan di kawasan perkotaan ini dirancang
untuk memiliki pelayanan Kabupaten.

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Kabupaten Temanggung adalah kawasan


Ngadirejo dan Kranggan. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) merupakan kawasan
perkotaan yang dalam jangka waktu tertentu akan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan
Lokal (PKL).

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Temanggung adalah kawasan


Perkotaan Pringsurat, Kedu, Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, Selopampang,
Bejen, Jumo, Tlogomulyo, Tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan
Tretep. Kawasan Perkotaan yang akan dikembangkan menjadi PPK adalah kota-kota
ibukota kecamatan yang memiliki skala kecamatan dan beberapa desa. Kota-kota ini
merupakan pusat pemerintahan, aktifitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat
lokal (kecamatan).

Analisis Pengembangan Kawasan V- 11


5.2.2. Rencana Sistem Pedesaan

Permukiman perdesaan pada dasarnya dapat dianalogikan dengan terminologi wilayah


belakang (hinterland) pada konsep pusat-wilayah belakang (center-hinterland). Pusat
adalah kawasan perkotaan yang dicirikan oleh dominasi kegiatan non-pertanian, baik
dalam aktivitas ekonomi maupun sosial. Sedangkan hinterland adalah kawasan di luar
kawasan perkotaan. Kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan tersebut, tentunya
adalah kawasan perdesaan, di mana kegiatan pertanian sangat dominan.

Sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRW, sistem permukiman perdesaan
dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesaan atau hinterland. Dengan
demikian, dalam konteks Jawa Tengah pengembangan sistem permukiman perdesaan dapat
diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:

a. Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah


belakang, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara perdesaan
dan perkotaan.

b. Permukiman perdesaan diarahkan sebagai media transformasi fungsi perkotaan kepada


kawasan perdesaan.

c. Permukiman perdesaan menjadi pusat distribusi dan koleksi (pengumpulan)


sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung adalah perdesaan, sehingga wajib untuk
membuat perencanaan perdesaan. Daerah perdesaan merupakan penghasil sumberdaya.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermukim pada wilayah perdesaan. Jadi
membangun perdesaan merupakan membangun masyarakat pada umumnya. Pembangunan
perdesaan umumnya dipengaruhi faktor fisik. Rencana kawasan pedesaan meliputi
kawasan:

a. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi kawasan Perdesaan Kebumen di


Kecamatan Pringsurat, Desa Kebonsari di Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di
Kecamatan Kranggan dan Desa Malebo di Kecamatan Kandangan. PPL adalah Desa
dengan dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa.
PPL berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. Fasilitas
yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan

Analisis Pengembangan Kawasan V- 12


maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Jenis fasilitas dan prasarana yang
dilokasikan di kawasan pusat pelayanan lingkungan ini dirancang untuk memiliki
skala pelayanan beberapa desa atau satu wilayah kecamatan.

b. Kawasan Agropolitan meliputi Kecamatan Kledung, Pringsurat, Gemawang dan


Selopampang

5.3. POLA PEMANFAATAN RUANG

Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Temanggung seperti tertuang dalam draft
RTRW tahun 2011-2031 dibedakan atas ruang-ruang yang berfungsi sebagai kawasan
lindung dan kawasan budidaya.

5.3.1. Kawasan Lindung

Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan-kawasan yang


berfungsi lindung, dengan sasaran untuk :

1) Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta
nilai sejarah dan budaya.

2) Mempertahankan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan, satwa, tipe ekosistem,


dan keunikan alam.

Kawasan Lindung meliputi (1) Kawasan Hutan Lindung (2) kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, (3) kawasan perlindungan setempat, (4)
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya (5) kawasan rawan bencana alam
dan (6) kawasan lindung geologi.

Sasaran utama pengaturan dan penataan kawasan lindung untuk menjaga, memelihara, dan
meningkatkan fungsi lindung atas tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah
dan budaya bangsa, mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem
dan keunikan alam, serta menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam dan
buatan untuk memajukan kebudayaan nasional.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 13


5.3.1.1.Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

1. Kawasan Hutan Lindung

a. Potensi dan Manfaat

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan hutan
lindung sepenuhnya diperuntukkan bagi konservasi hidrologis. Kawasan lain di luar
kawasan hutan dimungkinkan sebagai kawasan lindung asalkan memenuhi kriteria yang
dimaksud. Luasan kawasan hutan lindung sebesar 3.282 (tiga ribu dua ratus delapan
puluh dua) hektar. Persebaran kawasan lindung pada 10 kecamatan yang sebagian besar
berada pada lereng Gunung Sumbing dan Sindoro yaitu:

a. Kecamatan Tretep;
b. Kecamatan Wonoboyo;
c. Kecamatan Candiroto;
d. Kecamatan Ngadirejo;
e. Kecamatan Bansari;
f. Kecamatan Kledung;
g. Kecamatan Bulu;
h. Kecamatan Tlogomulyo;
i. Kecamatan Tembarak; dan
j. Kecamatan Selopampang.

b. Arahan Pengelolaan

Pengelolaan kawasan hutan lindung tidak diarahkan untuk pemanfaatan budidaya. Arahan
tersebut meliputi :

1) Kegiatan yang ada di kawasan hutan lindung yang tidak menjamin fungsi lindung,
secara bertahap dikembalikan pada fungsi utama kawasan.

2) Kegiatan perindustrian, kegiatan penambangan golongan C, dan atau kegiatan lain


yang bersifat membuka lahan/hutan tidak diperkenankan.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 14


2. Kawasan Resapan Air

a. Potensi dan Manfaat

Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga
kelestarian ketersediaan air bagi daerah bawahannya. Berdasarkan kriteria yang ada,
seluruh wilayah Kabupaten Temanggung termasuk kawasan resapan air, namun demikian
terdapat tiga kawasan yang perlu dijaga kelestariannya yaitu kawasan Sindoro dan
Sumbing yang kondisinya relatif kritis serta cekungan Kledung. Kawasan resapan air di
Kabupaten Temanggung memililki luas kurang lebih 22.215 (dua puluh dua ribu dua ratus
lima belas) hektar

b. Arahan

Arahan pengelolaan Kawasan Resapan Air meliputi:

1. Kegiatan atau hal-hal yang bersifat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah
diminimalkan, bahkan ditiadakan;

2. Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan;

3. Kegiatan yang diperbolehkan dilaksanakan di kawasan resapan air adalah pertanian


tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang disertai tindakan konservasi; dan

Kawasan resapan air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata, termasuk didalamnya
adalah minawisata.

5.3.1.2.Kawasan Perlindungan Setempat

1. Sempadan Sungai Dan Saluran Irigasi

a. Potensi dan Manfaat

Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan
sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir sungai dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 15
Sempadan sungai direncakan meliputi: Sungai Progo beserta anak sungainya; Sungai
Logung beserta anak sungainya; Sungai Lutut beserta anak sungainya; dan Sungai Putih
beserta anak sungainya;

b. Arahan Pengelolaan

Guna memberikan perlindungan sungai dengan optimal maka arahan pemanfaatan


kawasan sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut :

1) Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai;

2) Dilarang melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan
intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan;

3) Diperbolehkan bagi kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkankan pada
kawasan sempadan sungai;

4) Diperbolehkan bagi kegiatan yang tidak memanfaatkan lahan secara luas;

5) Diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat fungsi perlindungan


kawasan sempadan sungai dan tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa
mendatang.

Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan,
erosi, dan sedimentasi. Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan
memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut :

1) Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih
diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna
mencegah terjadinya longsor;

2) Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, ramburambu


pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran;

3) Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;

4) Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum;

Analisis Pengembangan Kawasan V- 16


5) Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air;

6) Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak


merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga,
rekreasi, parkir dan lain-lain);

7) Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi
sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi
sungai.

Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut:

1) prasarana angkutan air;

2) sarana kegiatan pariwisata;

3) olah raga air;

4) perikanan;

5) pembangkit listrik tenaga air (jika memungkinkan);

6) penambangan bahan galian (dengan batasan tertentu, dalam arti kegiatan yang
dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air
sungai);

7) Kegiatan budaya dan keagamaan.

Penentuan Garis Sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari sisi atau tepi saluran
yang tidak bertanggul atau kaki tanggul sebelah luar saluran / bangunan irigasi atau
pembuangan dengan jarak. Sempadan saluran irigasi meliputi 579 (lima ratus tujuh puluh
sembilan) Daerah Irigasi yang terdapat di Kabupaten Temanggung.

5.3.1.3.Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan lindung sekitar mata air merupakan kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan
perlindungan kawasan adalah mempertahankan dan melestarikan sumber mata air dari
berkurangnya kualitas dan kuantitas debit air.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 17
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air memiliki kriteria sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 m di sekitar mata air. Pada wilayah Temanggung terdapat 141 sumber
mata air yang tersebar di 20 kecamatan.

5.4. KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan
atau diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan
budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah:

1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan


masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

2) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang


yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan
keuntungan terbesar pada masyarakat.

Alokasi pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan


memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal
maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian, kesesuaian dan
kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi
nilai manfaat di masa yang akan datang dengan memberikan perlindungan terhadap
kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan
potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat
ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara
optimal.

Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor
kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci
juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan
tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan
pembangunan.

5.4.1. Kawasan Tanaman Pangan

Analisis Pengembangan Kawasan V- 18


Kawasan tanaman pangan terbagi menjadi kawasan pertanian lahan berirrigasi dan
kawasan pertanian tidak berirrigasi.

1. Kawasan Pertanian Lahan Beririgasi

a. Potensi dan Manfaat

Merupakan kawasan pertanian lahan basah/beririgasi merupakan kawasan pertanian yang


tersedia air secara terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi
dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan
produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air.

Lahan beririgasi di Kabupaten Temanggung mempunyai luas kurang lebih 19.693


(sembilan belas ribu enam ratus sembilan puluh tiga) hektar yang berada diseluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Temanggung.

b. Arahan Pengelolaan

Arahan pengelolaan Kawasan Pertanian Lahan Basah adalah :

1) Kawasan pertanian lahan basah (sawah) diarahkan untuk budidaya tanaman


pangan;

2) Mempertahankan lahan basah (sawah) yang beririgasi teknis untuk mendukung


program ketahanan pangan nasional;

3) Pertanian lahan basah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

4) Pengaturan debit air irigasi sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air;

5) Pengelolaan pertanian lahan basah harus memperhatikan kaidah pelestarian dan


ramah lingkungan;

6) Pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi; dan

7) Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 8 % (delapan persen), perlu


memperhatikan pengelolaan teknis budidaya padi sawah.

2. Kawasan Pertanian Lahan Bukan Irigasi

Analisis Pengembangan Kawasan V- 19


a. Potensi dan Manfaat

Merupakan Kawasan pertanian lahan kering yang kawasan yang fungsi utamanya
diperuntukkan tidak hanya kegiatan pertanian diluar/selain sawah karena didukung oleh
kondisi dan topografi tanah yang memadai dan sumber utama pengairannya berasal dari air
hujan. Lahan bukan irigasi memiliki luas luas kurang lebih 940 (sembilan ratus empat
puluh) hektar

b. Arahan Pengelolaan

Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dengan luas 20.630 (dua puluh ribu enam ratus tiga puluh) hektar. Untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan kering supaya dapat lebih maju dilakukan
dengan:

1) Peningkatan pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai;

2) Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi;

3) Penambahan sarana dan prasarana pendukung pengolahan hasil-hasil pertanian; dan

4) Penggunaan teknologi tepat guna dan memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah
lingkungan serta melakukan kerjasama dengan pihak investor luar.

5) Kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan


terbangun, sebagai cadangan lahan dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan
rencana rinci tata ruang;

5.4.2. Kawasan Pertanian Hortikultura

1. Potensi dan Manfaat

Kawasan budidaya hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan
dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpangsari.
Kesesuaian lahan kawasan pertanian hortikultura adalah dataran rendah dan dataran tinggi,
dengan bentuk lahan datar sampal berbukit, dan tersedia sumber air yang cukup.

Pada Kabupaten Temanggung, kawasan pertanian holtikultura dengan luas kurang lebih
28.093 (dua puluh delapan ribu sembilan puluh tiga) hektar meliputi Kecamatan Parakan,
Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari, Kecamatan Bulu, Kecamatan Temanggung,
Analisis Pengembangan Kawasan V- 20
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Selopampang, Kecamatan
Kranggan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kandangan, Kecamatan
Kedu, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Candiroto, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo.

2. Arahan Pengelolaan

1) Penetapan komoditas tanaman hortikultura dengan mempertimbangkan kesesuaian


lahan, konservasi tanah dan air, serta mempertimbangkan aspek sosial ekonomi
masyarakat; dan

2) Mengembangkan jenis tanaman hortikultura yang memiliki prospek pasar lokal dan
regional.

5.4.3. Kawasan Perkebunan

1. Potensi dan Manfaat

Kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan/areal/bidang tanah yang diusahakan untuk


tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya
bukan dengan cara menebang pohon.

Kawasan perkebunan ini memliki luas kurang lebih 10.816 (sepuluh ribu delapan ratus
enam belas) hektar berupa:
1) Perkebunan yang diusahakan perusahaan dengan luas kurang lebih 783 (tujuh ratus
belapan puluh tiga) hektar yang berada di Kecamatan Bejen, Kecamatan Kandangan
dan Kecamatan Pringsurat.
2) Perkebunan rakyat terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 10.033
(sepuluh ribu tiga luluh tiga) hektar.

2. Arahan

a. Mempertahankan dan mengembangkan jenis tanaman tahunan yang sudah ada serta
mengintroduksi jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek pasar
yang baik.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 21


b. Perlu dilakukan pola tanam dan pola tata tanam yang baik dengan memperhatikan
asas konservasi tanah dan air kawasan budidaya tanaman tahunan ini.

5.4.4. Kawasan Peruntukan Peternakan

1. Potensi dan Manfaat

Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan
peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah
untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan
produksi peternakan seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.

Kawasan peternakan dikembangkan di daerah yang selama ini sudah berkembang


peternakan dan memiliki sumberdaya yang mendukung yaitu sumber pakan yang
mencukupi. Kawasan peternakan di Kabupaten Temanggung terdiri atas budidaya ternak
besar, budidaya ternak kecil, aneka ternak dan budidaya ternak unggas. Anaeka ternak
disini berupa ternak kelinci dan puyuh. Lokasi peternakan diarahkan pada lahan pertanian
bukan irigasi, kawasan pertanian tanaman holtikultura dan kawasan perkebunan yang ada
di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.

2. Arahan Pengelolaan

Arahan pengelolaan kawasan peternakan meliputi :

1. Mengutamakan komoditas ternak yang bernilai ekonomis tinggi dan pemasaran yang
luas;

2. Usaha peternakan yang sudah ada dan berkembang serta berada di luar kawasan
peternakan dan tidak memenuhi persyaratan lokasi bagi jenis ternak tertentu serta
menimbulkan dampak bagi masyarakat, secara bertahap diusahakan pemindahannya
ke tempat yang memenuhi syarat;

3. Kegiatan peternakan masyarakat yang merupakan bagian dari budaya ekonomi


masyarakat perdesaan dapat menyatu di kawasan permukiman perdesaan;

4. penyediaan lahan untuk kawasan penggembalaan umum terletak di wilayah padat


ternak yang fungsinya meliputi penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alami,

Analisis Pengembangan Kawasan V- 22


seleksi, kastrasi dan pelayanan inseminasi buatan, tempat pelayanan kesehatan hewan
dan/atau tempat obyek penelitian pengembangan peternakan dan kesehatan ternak; dan

5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak seperti
pembuatan industri pengolahan hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.

5.4.5. Budidaya Perikanan

Pada draft RTRW dijelaskan rencana alokasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya,
dimana salah satu kegiatan didalamnya adalah untuk kegiatan perikanan. Kawasan
budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan atau
diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan budidaya
bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah:

1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan


masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

2) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang


yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan
keuntungan terbesar pada masyarakat.

Alokasi pemanfaatan ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan


memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal
maka alokasi pemanfaatan ruang memperhatikan asas kelestarian kesesuaian dan
kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi
nilai manfaat di masa yang akan datang dengan memberikan perlindungan terhadap
kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan
potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat
ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara
optimal.

Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor
kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci
juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan

Analisis Pengembangan Kawasan V- 23


tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan
pembangunan.

Kawasan perikanan dikembangkan di daerah yang tersedia pasokan air secara kontinyu
yaitu daerah yang tersedia banyak mata air, dan kondisi tanah yang sesuai. Kawasan
perikanan ini diperuntukkan untuk menampung kegiatan perikanan kolam pada hamparan
dengan luasan minimum 10 hektar. Kawasan perikanan yang menampung kegiatan
perikanan kolam hanya dimungkinkan bila tersedia cukup air. Arahan RTRW untuk lokasi
kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Temanggung direncanakan, meliputi:
1. Kecamatan Wonoboyo;
2. Kecamatan Parakan;
3. Kecamatan Temanggung;
4. Kecamatan Tlogomulyo;
5. Kecamatan Candiroto;
6. Kecamatan Tembarak;
7. Kecamatan Selopampang;
8. Kecamatan Kedu; dan
9. Kecamatan Bulu.

5.4.6. Rencana Kawasan Minapolitan

Kawasan sentra perikanan (Minapolitan) terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra
produksi perikanan yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh
batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala
ekonomi kawasan yang ada.
Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra
perikanan. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan
ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing , berbasis kerakyatan, berkelanjutan
dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu
kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota
(urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 24
Adapun kriteria umum dalam perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya
(minapolitan) adalah:
1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang sesuai
untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup serta mencegah kerusakannya;
2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang untuk dialih fungsikan;
3. Kegiatan perikanan skala besar, baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi
intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian Amdal sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku;
4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga
kerja setempat;
5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan dan
RTRW.
Kriteria pengembangan kawasan perikanan budidaya antara lain adalah:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah;
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi
sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya;
3. Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan)
maupun ke belakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah
pendukung;
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi
secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.
5. Memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha.
Berdasarkan draft RTRW sebagaimana telah dijelaskan di depan, ada 9 kecamatan yang
diarahkan untuk menjadi kawasan minapolitan, yaitu Kecamatan Wonoboyo, Candiroto,
Parakan, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Bulu.
Dibandingkan dengan kecamatan lain yang direncanakan sebagai kawasan minapolitan,
Kecamatan Parakan memiliki berbagai keunggulan, antara lain:
1) Terdapat pasar ikan modern Dangkel, meskipun saat sekarang belum berfungsi.
2) Terdapat pasar ikan tradisional

Analisis Pengembangan Kawasan V- 25


3) Banyak terdapat kelompok pembudidaya ikan, kelompok pengolah dan pemasar,
serta kelompok petani (Tabel 5.5).
4) Kecamatan Parakan memiliki luas lahan kolam paling luas kedua setelah
Kecamatan Temanggung,
5) Kecamatan Parakan memiliki luas lahan mina padi kedua setelah Kecamatan Bulu.
6) Kecamatan Parakan memiliki posisi sangat strategis, karena berada di
persimpangan jalan kolektor primer.
7) Kecamatan Parakan memiliki sumber mata air paling banyak
8) Pada draft RTRW 2011-2031, Kecamatan Parakan direncanakan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) bersama dengan Kecamatan Temanggung.
9) Kecamatan Parakan memiliki sumber mata air paling banyak (34 mata air), dibaning
kecamatan lain, seperti Kecamatan Bulu (31 mata air), dan Kedu (17 mata air), sehingga
perlu dimaksimalkan dalam operasionalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air
domestik maupun air untuk keperluan irigasi dan perikanan.
Berdasarkan kriteria tersebut maka kawasan yang diuusulkan menjadi Kawasan
Minapolitan di Kabupaten Temanggung adalah Kecamatan Parakan.
Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai
dengan arah kebijakan ekonomi nasional, yaitu:
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang berkeadilan;
2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan
eknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompetensi produk
unggulan di setiap daerah;
3. Memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerjasama secara
efektif, efisien dan berdaya saing;

Analisis Pengembangan Kawasan V- 26


Tabel 5.5. Data Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar)
TANGGA JUMLAH KELOMPOK DAN ANGGOTA
NAMA PENGURUS
L BERDASARKAN
POKDAKAN/POKLAHSAR
N NAMA NAMA PEMBEN JENIS USAHA
ALAMAT POKDAKAN
O DESA POKDAKAN TUKAN
CAM
Penguru Angg NILA MAS LELE Ketua Sekretaris Bendahara
P
s .
1 2 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14 15 16
Mina Karya Agus Sulawal Awid Umar
1 Nglondong Nglondong 28-Jul-10 6 9 V
Abadi S Darmuji Rosyid
Kroyo -
Mina Falaah 3 7 V V Jumali Sunardi
Nglondong
Campursala 04-Agust- Abdur Anis Ahmad
2 Campursalam Mina Manfaat 7 8 V
m 10 Rochman Mustofa Qodar
Mina Baabus Campursala
3 V V Bunyamin Karwan
Salam m
Mina Berkah Muhtadin, Zaini
3 Wanutengah Wanutengah 20-Jul-08 8 10 V V Widiyanto
Sejahtera S.Ag Arifin
13-Agust- Budi
4 Traji Mina Aji Traji 7 11 V V V Sariyanto Nur Ariadi
10 Arifin
Kripi
Hemi
Kripik Kripik k Hemie
Cempaka Rasa Traji 14-Mar-11 3 3 Kurnia Rusmiyati
Nila lele Bawa Fitriyasari
Dewi
l
5 Bagusan - Bagusan
6 Mandisari Wijoyo Syawal Mandisari 3 9 V V V Drs. Khoeron Imam S Musawir
Nurul Huda, Agus
Kerajaan Mina Mandisari 28-Jul-10 5 9 V V V Tafsir
S.Ag Imanafi
7 Watukumpul - Watukumpul
Mina Sumber
8 Depokharjo Depokharjo 3 5 Slamet Riyadi
Rezeki

Analisis Pengembangan Kawasan V- 27


Tabel 5.5. Lanjutan .........

JUMLAH KELOMPOK DAN ANGGOTA


TANGGAL NAMA PENGURUS
BERDASARKAN
POKDAKAN/POKLAHSAR
NO NAMA NAMA ALAMAT PEMBEN JENIS USAHA
POKDAKAN
DESA POKDAKAN TUKAN
NILA MAS LELE CAMP Ketua Sekretaris Bendahara
Pengurus Angg.
Hari Prasetyo Arif Budi
9 Dangkel Sari Ulam Dangkel 02-Mei-08 4 13 V V Musta'in
Wibowo Kurniawan
Abon Kripik Uswatun Ria
Clarias Dangkel 18-Apr-11 3 3 Eni Suharti
Lele Lele Khasanah Nurmayanti
10 Ringinanom - Ringinanom
11 Glapansari - Glapansari
Mina Margo
12 Sunggingsari Sunggingsari 01-Apr-11 3 7 V Sugiyanto
Makmur
Parakan Mina Mukti Jetis- Parakan M. Amin
13 3 10 V V V Jastihari Wangkono
Kauman Bambu Runcing Kauman Priyanto

Karangsari-
Galih Adip Rochani,
Mina Barokah Parakan 19-Mar-10 6 5 V V V M. Asyari
Rakasiwi S.Ag,
Kauman

Kp. Sidorejo
dan Tejosari - Ikan Hias (KOI, MASKOKI, Untung
Mina Papilon 12-Mar-11 3 7 Danang Nurcholis
Parakan Cupang dll Sugiharto
Kauman
Parakan
14 -
Wetan
Chakiem
Catgawen- Erma
15 Caturanom Mimi Mintuna 03-Mei-10 6 9 V V V Isrofi Harmoko H
Caruranom Setyowati
CH
Catgawen-
Mina Makmur 3 10 V V V H. Nursalim Toni Jumar
Caruranom
16 Tegalroso -
Jumlah 15 POKDAKAN 58 94 -
- - -

Analisis Pengembangan Kawasan V- 28


4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya
perikanan budidaya dan budaya lokal;
Sebagai Kawasan Minapolitan, Kecamatan Parakan akan didukung oleh sentra-sentra
produksi perikanan yang akan dikembangkan di Kecamatan Wonoboyo, Candiroto,
Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Kecamatan Bulu.
Kecamatan Wonoboyo, Candiroto dan Temanggung diarahkan sebagai sentra produksi
Lele. Kecamatan Kedu dan Bulu diarahkan sebagai sentra produksi ikan Karper/Emas, dan
Kecamatan Tlogomulyo, Tembarak dan Selopampang diarahkan sebagai sentra budidaya
Nila.

Gambar 5.4. Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Pengembangan Perikanan Kabupaten


Temanggung

Analisis Pengembangan Kawasan V- 29


Arahan tersebut didasarkan atas hasil observasi yang menunjukkan adanya kecenderungan
masyarakat rentang komoditas yang banyak dibudidayakan. Bagi usaha budidaya yang saat
sekarang telah berlangsung dan berbeda dengan arahan jenis ikan yang direkomendasikan
tetap diperbolehkan, namun bagi pembudidaya baru diarahkan untuk membudiyakan jenis
ikan sesuai dengan jenis ikan pada masing-masing kawasan. Pembuatan kluster
berdasarkan jenis ikan yang dibudidayakan tersebut dimaksudkan agar lebih
mempermudah dalam pengelolaan kawasan.

5.5. INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN

5.5.1. Sistem Transportasi

Pada draft RTRW dijelaskan bahwa sistem j`aringan terbagi menjadi sistem jaringan jalan
dan sistem perangkutan, baik barang maupun orang. Sistem jaringan jalan dilihat dari kelas
jalan dan kualitas jalan, disamping kuantitas (ukuran) dari jalan yang dibutuhkan. Untuk
sistem perangkut menganalisa sistem angkutan orang dan angkutan barang dari moda
angkutan. Wilayah Kabupaten Temanggung dilewati oleh jaringan jalan provinsi yaitu
yang menghubungkan antara Magelang-Temanggung-Wonosobo. Jalur jalan tersebut
merupakan wadah pola pergerakan transportasi regional antar kabupaten. Rencana
pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi meliputi rencana sistem jaringan
jalan, rencana sistem jaringan pelayanan angkutan umum dan rencna sarana pelayanan
umum.

5.5.1.1. Rencana Sistem Jaringan Jalan

Sasaran pembangunan sistem transportasi Kabupaten Temanggung sebagai berikut :

a. Menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang memadai dengan


mengembangkan sistem jaringan jalan yang baik dan menyediakan sarana angkutan
umum untuk membuka wilayah terisolir dan merangsang pertumbuhan pada wilayah-
wilayah tertentu yang saat ini pertumbuhannya masih sangat rendah.
b. Memadukan sistem jaringan jalan dalam wilayah Kabupaten Temanggung dengan
wilayah sekitarnya agar sistem transportasi dapat berfungsi secara optimal dalam
melayani kegiatan lokal dan wilayah sekitarnya.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 39


c. Mengembangkan keterpaduan intra dan antar moda yang sejalan dengan kebijakan
spasial dan daya dukung lingkungan serta mampu menjawab pertumbuhan kebutuhan.
d. Mengembangkan manajemen transportasi dalam rangka mencapai efisiensi dan kualitas
pelayanan yang lebih tinggi melalui kebijakan seperti:
1) Penataan trayek angkutan umum sesuai dengan hirarki trayek dikaitkan dengan
karakteristik permintaan angkutan dan karakteristik jalan.
2) Penataan arus lalu-lintas pada pusat-pusat kegiatan seperti Parakan, Ngadirejo, dan
Temanggung, seperti pengaturan fasilitas parkir, pedestrian/pejalan kaki, pedagang
kaki lima, dan arus lalu-lintas.
3) Mempertahankan tingkat pelayanan jalan melalui pengawasan dan pengendalian
terhadap setiap pembangunan yang dapat menimbulkan gangguan lalu-lintas pada
pusat-pusat kegiatan seperti Parakan, Temanggung, dan Ngadirejo.

Rencana pembangunan sistem transportasi di Kabupaten Temanggung antara lain:

1) Rencana jaringan jalan arteri primer


Rencana jaringan arteri primer, peningkatan ruas jalan Secang Pringsurat; dan
peningkatan ruas jalan Pringsurat batas Kedu Timur/Semarang Barat (Pringsurat-
Bawen);
2) Rencana jalan kolektor primer
a) jalan kolektor primer yang berstatus jalan nasional meliputi:
(1) ruas jalan batas Kabupaten Wonosobo Parakan;
(2) ruas jalan Parakan - Pertigaan Bulu berupa Jalan Diponegoro;
(3) ruas jalan pertigaan Bulu Kedu;
(4) ruas jalan Kedu - batas Kota Temanggung meliputi :
Jalan Hayam Wuruk;
Jalan Gajahmada; dan
Jalan Diponegoro.
(5) ruas jalan batas Kota Temanggung Kranggan meliputi :
Jln. S. Parman; dan
Jln. Sudirman.
(6) peningkatan ruas jalan Kranggan - Secang.
b) jalan kolektor primer yang berstatus jalan provinsi meliputi:

Analisis Pengembangan Kawasan V- 31


jalan Temanggung Kaloran Batas Kabupaten Semarang;
jalan Pringsurat Kranggan;
jalan Temanggung Pertigaan Bulu - Parakan; dan
jalan Parakan Ngadirejo Patean.
3) Rencana jalan lokal primer
peningkatan jalan Kaloran Kandangan;
peningkatan jalan Kandangan Jumo;
peningkatan jalan Jumo Ngadirejo;
peningkatan jalan Wonoboyo Ngadirejo;
peningkatan jalan Tretep Candiroto;
peningkatan jalan Tretep Wonoboyo;
peningkatan jalan Kedu Kandangan;
peningkatan jalan Gemawang Jumo;
peningkatan jalan Selopampang Kranggan;
peningkatan jalan Selopampang Tembarak Temanggung;
peningkatan jalan Tlogomulyo Temanggung;
peningkatan jalan Bansari Parakan; dan
peningkatan jalan Bansari Ngadirejo;
Dengan peningkatan jalan lokal primer tersebut akan semakin memperlancar arus
transportasi barang dan orang dari dan ke kawasan sentra produksi dan minapolitan.
Dengan demikian akan terbentuk keterkaitan antara Minapolitan sebagai pusat
perkotaan perikanan dengan Desa Perikanan (sentra produksi) sebagai hinterland.
4) Rencana jalan lingkungan dan jalan sekunder berupa peningkatan dan pengembangan
sistem jalan lingkungan dan jalan sekunder di seluruh wilayah Kabupaten. Jalan
lingkungan dan jalan sekunder di kawasan Minapolitan, yakni di Kecamatan Parakan,
khususnya di desa-desa dengan aktivitas perikanan budidaya tinggi perlu mendapat
prioritas.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 32


5.5.1.2. Rencana Jaringan Pelayanan Angkutan Umum

Rencana pelayanan jaringan angkutan umum merupakan peningkatan rute pelayanan


umum agar tercipta jaringan pelayanan angkutan umum yang baik dan terencana, rencana
ini meliputi:

a. Peningkatan rute pelayanan angkutan perdesaan meliputi :


Temanggung Kranggan - Secang;
Selopampang Tambarak - Kranggan;
Temanggung Kaloran - Sumowono;
Temanggung Kedu - Kandangan;
Gumawang Jumo Ngadirejo Parakan;
Bejen Candoroto Gngadirejo - Parakan;
Parakan Kledung - Wonosobo;
Bansari Parakan;
Kandangan Kedu - Temanggung; dan
Tlogomulyo - Temanggung.
b. Peningkatan rute pelayanan angkutan perkotaan meliputi :
kawasan perkotaan Temanggung; dan
kawasan perkotaan Parakan.

5.5.1.3. Rencana Sarana Pelayanan Umum

Rencana sarana pelayanan umum dimaksud untuk meningkatkan kualitas sarana sebagai
pendukung aktivitas pelayanan umum yang berada di Kabupaten Temannggung. Rencana
ini meliputi:

1) Rencana Terminal Penumpang

Peningkatan terminal Tipe A di Kawasan Perkotaan Temanggung

Peningkatan dan pengembangan terminal Tipe C meliputi: Kawasan Perkotaan


Parakan; Kawasan Perkotaan Ngadirejo; Kawasan Perkotaan Kranggan; Kawasan
Perkotaan Pringsurat Kawasan Perkotaan Kedu; Kawasan Perkotaan Kandangan;
Kawasan Perkotaan Kledung; Kawasan Perkotaan Bulu; Kawasan Perkotaan
Candiroto; Kawasan Perkotaan Selopampang; Kawasan Perkotaan Bejen; Kawasan

Analisis Pengembangan Kawasan V- 33


Perkotaan Jumo;Kawasan Perkotaan Tlogomulyo; Kawasan Perkotaan Tembarak
Kawasan Perkotaan Kaloran; Kawasan Perkotaan Gemawang; Kawasan Perkotaan
Wonoboyo; Kawasan Perkotaan Bansari; Kawasan Perkotaan Tretep.

2) Rencana terminal barang yang direncanakan berada di Kecamatan Pringsurat;


Kecamatan Selopampang; Kecamatan Temanggung; Kecamatan Kranggan; Kecamatan
Candiroto; Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Parakan untuk mendukung kegiatan
akses keluar masuknya barang ke Kabupaten Temanggung.

5.5.2. Infrastruktur Dasar Wilayah

5.5.2.1.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi

Sistem jaringan listrik sebagai salah satu sumber energi bagi penerangan, industri maupun
perdagangan dan lain-lain, telah sepenuhnya memberikan pelayanan diseluruh wilayah
Kabupaten Temanggung. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi ini
direncanakan sesuai dengan kebutuhan perkembangan yang ada.

1. Kebutuhan Pelayanan Prasarana Listrik

Kebutuhan listrik untuk perencanaan dapat dihitung dengan kriteria untuk pertimbangan
perkembangan meliputi:
a) Daerah perkotaan jumlah kepala keluarga harus terpenuhi 100% atau seluruhnya.
b) Skala prioritas pengembangan jaringan listrik sesuai dengan urgenitas pengembangan
jaringan listrik yang dikaitkan dengan radius pelayanan dan pengembangannya.
c) Untuk kebutuhan daya listrik, baik rumah tangga, komersial serta sosial dan komersial
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing.
Berdasarkan atas perhitungan, dapat diidentifikasi kebutuhan listrik untuk kebutuhan tahun
2031 adalah:

a) Kebutuhan listrik untuk rumah tangga (domestik) di Kabuaten Temanggung mencapai


80.180.501 watt.

b) Kebutuhan penerangan jalan mencapai 8.018.050 watt.

c) Kebutuhan sosial dan komersial mencapai 16.036.100 watt.

d) Sehingga kebutuhan total untuk tahun 2031 mencapai 104.234.651 watt.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 34


Kebutuhan ini selain menjadi tanggungjawab PLN, juga diupayakan untuk dapat dipenuhi
konsumen sendiri secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai. Untuk
memenuhi kebutuhan jaringan listrik tersebut secara umum dapat dilakukan dengan
menambahkan jaringan dan daya, baik pada daerah baru yang terjangkau dan juga untuk
daerah yang sudah ada jaringan. Sedangkan untuk daerah yang belum terjangkau karena
hambatan alam dan terisolir baik karena berbukit maupun karena adanya hutan yang cukup
luas dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna (alternatif) dalam
penyediaan energi antara lain dapat dilakukan dengan mengembangkan listrik tenaga surya
atau listrik tenaga air (micro hydro), atau listrik tenaga angin.

2. Rencana Pengembangan Transmisi Tenaga Listrik

Arah pengembangan energi listrik di Kabupaten Temanggung untuk peningkatan kapasitas


layanan sambungan ke rumah tangga. Prioritas rencana lebih diorientasikan pada
pengembangan sistem jaringan listrik yang masih belum merata ke seluruh wilayah
Kabupaten Temanggung. Pemerataan ini meliputi sistem jaringan yang belum menjangkau
pada seluruh wilayah maupun pembagian daya listrik yang harus dipenuhi. Rencana
pengembangan transmisi tenaga listrik meliputi:

1) pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) melalui Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Kranggan.

2) Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) di seluruh


kecamatan.

3. Rencana Pengembangan Gardu Induk Distribusi Dan/Atau Pembangkit Listrik

Kebutuhan tenaga listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri,
pemerintahan, pelayanan, perdagangan dan sosial serta penerangan jalan. Untuk itu
direncakan pengembangan gardu induk distribusi dan/atau pembangkit listrik yang
meliputi kawasan:

1) peningkatan dan pengembangan gardu induk listrik meliputi Kawasan Perkotaan


Temanggung; Kawasan Perkotaan Parakan; dan Kawasan Perkotaan Pringsurat.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 35


2) peningkatan dan pengembangan pembangkit listrik berupa pengembangan Listrik
Tenaga Mikrohidro, dan/atau Minihidro di seluruh Kecamatan (terutama untuk daerah
yang belum terjangkau karena hambatan alam dan terisolir, baik karena berbukit
maupun karena adanya hutan yang cukup luas)

3) Pengembangan energi biogas di lokasi yang memiliki potensi limbah organik.

5.5.2.2.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

1. Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon

Rencana penentuan kebutuhan sambungan telepon, standar yang digunakan adalah 1


satuan sambungan telepon (SST) untuk 100 penduduk dan kebutuhan sambungan telepon
umum adalah 1 satuan sambungan telepon umum untuk 500 penduduk. Selengkapnya
mengenai rencana kebutuhan prasarana telekomunikasi/telepon yang diproyeksikan untuk
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.6. Rencana Penyediaan Sambungan Telepon Tahun 2031

Jumlah
No Kecamatan Penduduk Kebutuhan Sambungan Telepon
2011 2031 SST Telepon Umum Jumlah
1 Parakan 50.376 60.863 609 122 730
2 Kledung 26.560 32.089 321 64 385
3 Bansari 22.912 27.681 277 55 332
4 Bulu 44.439 53.690 537 107 644
5 Temanggung 80.671 97.464 975 195 1.170
6 Tlogomulyo 21.224 25.642 256 51 308
7 Tembarak 28.579 34.528 345 69 414
8 Selopampang 18.427 22.263 223 45 267
9 Kranggan 43.778 52.891 529 106 635
10 Pringsurat 46.548 56.238 562 112 675
11 Kaloran 43.806 52.925 529 106 635
12 Kandangan 47.874 57.839 578 116 694
13 Kedu 52.958 63.982 640 128 768
14 Ngadirejo 54.432 65.763 658 132 789
15 Jumo 28.201 34.072 341 68 409
16 Gemawang 29.983 36.225 362 72 435
17 Candiroto 32.264 38.980 390 78 468
18 Bejen 20.356 24.593 246 49 295

Analisis Pengembangan Kawasan V- 36


Tabel 5.6.Lanjutan ...................

Jumlah
No Kecamatan Penduduk Kebutuhan Sambungan Telepon
2011 2031 SST Telepon Umum Jumlah
19 Tretep 19.716 23.820 238 48 286
20 Wonoboyo 24.291 29.347 293 59 352
Jumlah 737.394 890.894 8.909 1.782 10.691
Sumber: RTRW, 2011- 2031

Kebutuhan sambungan telepon di Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2031


sebanyak 10.691 sambungan dengan rincian 8.909 sambungan SST dan 1.782 sambungan
telepon umum.

2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telepon

Sarana telekomunikasi sangat dipengaruhi oleh tersedianya prasarana jaringan telepon


yang masih mempergunakan kabel. Sambungan telepon untuk kebutuhan pemerintahan,
industri, perdagangan dan jasa, perumahan dan pelayanan sosial. Arahan Pengembangan,
Peningkatan pelayanan untuk pemerintahan (sampai dengan ibukota kecamatan), untuk
industri, pariwisata, usaha perdagangan dan pelayanan sosial. Selain itu direncanakan
dengan pengembangan sistem prasarana jaringan kabel dan pembangunan rumah kabel
berada di seluruh kecamatan

Pada akhir-akhir ini sarana telekomunikasi sudah berkembang dengan pesat, bahkan
pemerintah melalui PT Telkom sudah menyerahkan sarana ini pada pihak swasta. Pihak
swasta telah mengembangkan teknologi telekomunikasi dengan media seluler atau telepon
tanpa kabel. Pihak PT Telkom sudah menyerahkan pada anak perusahaan Swasta PT
Telkomsel, dan beberapa perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang telekomunikasi
ini seperti Fren, Pro XL, Esia, PT.Indosat. Pesatnya perkembangan teknologi ini melalui
sistem pra bayar maupun pasca bayar, dimana pelanggan dapat membuka dan menjadi
pelanggan telepon baru tanpa harus melalui birokrasi dan tergantung jaringan kabel telepon
yang ada, maka pemerintah sangat sulit mengontrol, jumlah maupun arus telekomunikasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berupa pengontrolan sarana telepon seluler ini yang
biasanya mempergunakan fasilitas pemancar ulang (Re Peater), dimana tiap perusahaan
saling berlomba untuk membangun pemancar sebanyak mungkin dengan harapan dapat

Analisis Pengembangan Kawasan V- 37


menjangkau pelanggan sampai ke pelosok daerah. Pembangunan pemancar ulang (Re
Peater) ini perlu dikaji terhadap lingkungan dan keselamatan penerbangan, maupun
gangguan komunikasi lain seperti radio dan televisi.

Adapun perencanaan sambungan sistem jaringan nirkabel direncanakan sebagai berikut:

a. Pembangunan menara telekomunikasi sistem nirkabel di seluruh wilayah.

b. Pemerintah kabupaten mengarahkan penggunaan bersama menara telekomunikasi


untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang.

c. Penataan dan pengaturan lokasi pembangunan menara telekomunikasi akan diatur


lebih lanjut dalam Peraturan Daerah.

5.5.2.3.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air

Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air dilakukan melalui :

1. Peningkatan Pengelolaan Wilayah Sungai Strategis Nasional

Peningkatan pengelolaan wilayah sungai strategis nasional berupa peningkatan


pengelolaan wilayah sungai Progo Opak Serang berupa daerah aliran sungai (DAS) Progo
dan wilayah sungai Bodri Kuto berupa daerah aliran sungai Bodri. Pengelolaan daerah
aliran sungai Progo dan daerah aliran sungai Bodri meliputi:

1) operasi dan pemeliharaan daerah aliran sungai Progo dan daerah aliran sungai Bodri
sesuai dengan kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah;
dan
2) pengendalian tutupan di kawasan tangkapan air sungai-sungai di wilayah sungai Progo
Opak Serang.

Peningkatan pengelolaan wilayah sungai ini bertujuan untuk menjaga kelestarian dan
fungsi sungai agar tetap optimal penggunaan untuk Kabupaten Temanggung dan
sekitarnya.

2. Pengembangan Sistem Prasarana Air Baku Dan Irigasi

Rencana pengembangan sistem pengairan untuk memenuhi kebutuhan air baku domestik,
air baku industri dan air baku untuk pertanian irigasi. Secara umum kebutuhan air
digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga, irigasi pertanian, industri dan
Analisis Pengembangan Kawasan V- 38
keperluan umum atau lainnya. Keberadaan mata air yang cukup banyak terdapat di
Kecamatan Parakan (34 mata air), Bulu (31 mata air), Kedu (17 mata air), Ngadirejo (16
mata air) perlu dimaksimalkan dalam operasionalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
air domestik maupun air untuk keperluan industri dan irigasi.

Sumber air yang digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga dengan
memanfaatkan air tanah dangkal dan dalam yang berasal melalui sumur, mata air, atau
jaringan pipa PDAM. Arahan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air baku
domestik adalah dengan menambah kapasitas layanan kebutuhan air bersih, peningkatan
pelayanan distribusi dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.

Kegiatan pertanian memerlukan sumber air sebagai kebutuhan pokok, tanpa air lahan
pertanian tidak akan berproduksi secara maksimal. Jaringan irigasi di Kabupaten
Temanggung meliputi irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Sumber
air untuk irigasi memanfaatkan air permukaan (sungai), air tanah dan tadah hujan. Lahan
pertanian yang membutuhkan irigasi mencakup lahan seluas 20.642 ha. Oleh karena
jaringan irigasi tersebut selain melayani lahan persawahan di wilayahnya Kabupaten
Temanggung juga melayani lahan persawahan di Kabupaten dan Kota Magelang, untuk itu
keberadaan jaringan irigasi tersebut harus dipertahankan.

Untuk hal di atas maka Rencana Pengembangan sistem prasarana air baku dan irigasi
direncanakan meliputi:

a. Pengembangan sistem prasarana air baku dan irigasi meliputi:

1. Peningkatan koordinasi pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan


Pemerintah Kabupaten berupa daerah irigasi Progo Manggis Kalibening;

2. Peningkatatan koordinasi pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan


Pemerintah Provinsi meliputi:

1) daerah irigasi Soropadan;

2) daerah irigasi Catgawen I, II, III, IV; dan

3) daerah irigasi Galeh.

3. Peningkatan pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten


meliputi 579 (lima ratus tujuh puluh sembilan) daerah irigasi,

Analisis Pengembangan Kawasan V- 39


4. Melakukan pembangunan embung untuk keperluan irigasi air baku dan
pengendalian banjir di seluruh kecamatan.

b. Peningkatan pengelolaan daerah irigasi dengan cara pembangunan dan perbaikan


operasional prasarana jaringan irigasi di seluruh kecamatan.

3. Peningkatan Pengelolaan Air Tanah

Peningkatan pemanfaatan air tanah dilakukan erat hubungannya sebagai Supply air bersih
untuk kebutuhan Kabupaten Temanggung dan sebagai aturan untuk pemanfaatan air tanah
yang ada di Kabupaten Temanggung. Adapun rencana peningkatan pemanfaatan air tanah
meliputi:

a. Peningkatan prasarana air minum di kawasan perkotaan dan perdesaan;

b. Pemanfaatan secara optimal sumber mata air untuk air minum, air bersih, dan air untuk
irigasi; dan

c. Mengendalikan dengan ketat penggunaan air tanah dalam.

5.5.2.4.Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan bertujuan untuk mendukung kualitas


lingkungan yang lebih baik lagi. Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan ini
meliputi rencana jaringan persampahan, jaringan air minum, rencana sistem jaringan
pengelolaan air limbah dan rencana sistem jaringan drainase.

1. Rencana Jaringan Persampahan

Pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung dilakukan dengan dua sistem tradisional


yaitu dilakukan sendiri-sendiri dengan cara menimbun atau membakar maupun dengan
sistem pengelolaan yang dilakukan melalui lembaga yang terstruktur dengan cara
mengkoordinir sampah-sampah kemudian membuang ke tempat pembuangan akhir (TPA)
maupun ke tempat pembuangan sementara. Produksi sampah di Kabupaten Temanggung
sebesar terdiri dari sampah domestik (permukiman) dan sampah non domestik (pasar,
pertokoan, jalan, dan lain-lain).

Pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung sama dengan yang dilakukan pada


wilayah lain di Jawa Tengah, yaitu mempunyai masalah dalam penanganan sampah.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 40


Penanganan sampah diperlukan untuk tiga kecamatan yang mempunyai kepadatan
penduduk tinggi yakni Kecamatan Temanggung, Parakan, dan Kedu.

Di tingkat Kabupaten Temanggung Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan dengan cara


beberapa tahapan. Pengelolaan sampah tahap sementara, jangka menengah dan jangka
panjang. Masing-masing tahap dapat dilaksanakan dengan cara sistem setempat,
pengelolaan sistem terpusat dan pengelolaan terpusat.

Idealnya di setiap tempat yang menjadi konsentrasi kegiatan penduduk di setiap wilayah
kecamatan memiliki TPS. Ditinjau dari kebutuhan TPA, idealnya setiap wilayah yang
menjadi konsentrasi penduduk dibuatkan TPA, sehingga minimal di Kabupaten
Temanggung memiliki 3 TPA, yaitu di Kecamatan Temanggung, Kecamatan Parakan, dan
Kecamatan Kedu.

Sampah merupakan kendala yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas suatu daerah
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Oleh sebab itu pengelolaannya perlu dilaksanakan
secara terencana. Empat wilayah kecamatan yang kepadatannya menduduki ranking
urutan satu sampai empat tertinggi, yaitu Kecamatan Temanggung, Parakan, Kedu dan
Pringsurat perlu perencanaan pengelolaan sampah. Kecamatan Pringsurat menjadi wilayah
perhatian karena direncanakan untuk masa yang akan datang diperuntukkan menjadi
daerah kawasan khusus industri.

Rencana sistem persampahan di Kabupaten Temanggung meliputi perencanaan dengan


prinsip mengurangi (re-duce), menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-
cycle) meliputi:

a. Rencana lokasi tempat pemrosesan akhir dengan cara peningkatan tempat pemrosesan
akhir di Kecamatan Kranggan; pengembangan tempat pemrosesan akhir di Kecamatan
Kedu; dan pengembangan tempat pemrosesan akhir di Kecamatan Parakan dengan
proses rencana sistem pengelolaan tempat pemrosesan akhir dilakukan dengan
sanitary landfill

b. Rencana lokasi tempat penampungan sementara yang direncanakan tersebar diseluruh


kecamatan

c. Rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga dengan cara berupa peningkatan
partisipasi setiap rumah tangga.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 41


2. Rencana Sistem Jaringan Air Minum

Sumber air yang digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga dengan
memanfaatkan air tanah dangkal dan dalam yang berasal melalui sumur, mata air, atau
jaringan pipa PDAM. Arahan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air baku
domestik adalah dengan menambah kapasitas layanan kebutuhan air bersih, peningkatan
pelayanan distribusi dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.

Rencana peningkatan sistem jaringan air bersih dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
dengan sistem perpipaan untuk daerah yang cukup mudah terlayani dan non perpipaan
untuk wilayah yang sulit dilayani dengan cara membuat terminal tangki air bersih.
Rencana tersebut meliputi:

1) Sistem Jaringan Perpipaan

Sistem jaringan perpipaan dengan cara peningkatan dan pengembangan prasarana


jaringan perpipaan air minum diseluruh wilayah kabupaten. Strategi rencana
pengembangan jaringan perpipaan SPAM perkotaan adalah:

(a) Meningkatkan cakupan pelayanan, yaitu memanfaatkan peluang relatif tingginya


pendapatan masyarakat, khususnya di daerah perkotaan. Hal ini juga didukung
adanya Daftar Tunggu masyarakat yang ingin menyambung air PDAM.

(b) Menurunkan tingkat kehilangan air, khususnya kehilangan air yang disebabkan
oleh adanya pipa distribusi yang rusak dan adanya meter pelanggan yang tidak
secara rutin diganti atau diperbaiki.

(c) Menambah kapasitas produksi, yang hingga saat ini hampir seluruh kapasitas
produksi terpasang sudah termanfaatkan untuk melayani pelanggan yang ada.

(d) Melakukan penyesuaian tarif air minum sudah merupakan keharusan yang akan
dilakukan, meningkatknya biaya operasional seiring adanya inflasi tidak dapat
dihindari. Strategi harga ini juga bertujuan agar PDAM dapat secara rutin
meningkatkan kesejahteraan pegawai yang dimiliki.

(e) Melakukan penyelamatan lingkungan daerah tangkapan air, telah mengalami


kerusakan akibat tingginya penebangan liar

Analisis Pengembangan Kawasan V- 42


(f) Melakukan sosialisasi kondisi PDAM kepada seluruh stakeholder termasuk
masyarakat pelanggan dan non-pelanggan, melalui misalnya pendirian forum
komunikasi pelanggan.

Rencana pengembangan jaringan perpipaan di Kabupaten Temanggung sebagia


berikut:

(a) Peningkatan kapasitas produksi

Rencana pengembangan unit produksi direncanakan untuk menambah debit sumber


mata air baru seperti:

Mata Air Serancah dengan kapasitas 10 L/det, untuk menambah pasokan air
IKK Jumo

Mata Air Bebengan dengan kapasitas 25 L/det, untuk menambah pasokan air
IKK Kaloran

Mata Air Tuk Bening 2, dengan kapasitas 10 L/det, untuk menambah pasokan
air IKK Pringsurat

Peningkatan kapasitas penyadapan di Mata Air Pikatan yang memiliki kapasitas


90 L/det, dimana semula disadap 26 L/det ditingkatkan menjadi 51 L/det untuk
menambah pasokan air IKK Kranggan.

(b) Peningkatan kapasitas reservoir distribusi dari kapastitas total 2.105 m3 menjadi
4.455 m3 Penambahan perpipaan transmisi dan jaringan distribusi

Upaya peningkatan kapasitas produksi harus diikuti dengan penyesuaian kapasitas


perpipaan transmisi, penyesuaian kapasitas reservoir distribusi dan pengembangan
perpipaan distribusi

(c) Penambahan sambungan baru sejumlah 9.774 unit Penggantian meter tua dan rusak
sejumlah 19.000 unit.

2) Sistem Jaringan Non Perpipaan

Analisis Pengembangan Kawasan V- 43


Sistem jaringan non perpipaan dilakukan pada wilayah yang tidak terlayani jaringan
meliputi penggalian atau pengeboran air tanah dan pengeboran air tanah dalam secara
terbatas dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Strategi rencana pengembangan jaringan non perpipaan
SPAM perdesaan adalah:

(a) Peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan.

(b) Rehabilitasi sumur air tanah dangkal untuk daerah yang diprioritaskan berdasarkan
hasil perhitungan konsultan.

(c) Pembangunan dan atau rehabilitasi prasarana dan sarana sanitasi

3) Rencana Kebutuhan Air Bersih

Rencana kebutuhan air bersih masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan aktivitas penduduk. Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan standar
pemenuhan yaitu untuk kebutuhan domestik sebesar 60lt/hari/orang, kebutuhan jasa dan
pelayanan umum sebesar 30% dari kebutuhan domestik dengan tingkat kebocoran sebesar
20%.

Berdasarkan atas perhitungan dapat diidentifikasi kebutuhan air bersih di Kabupaten


Temanggung sampai tahun 2031 adalah:

a) Kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik sebesar 53.453.667 lt.

b) Kebutuhan air bersih untuk pemenuhan jasa dan pelayanan umum sebesar 16.036.100 lt.

c) Tingkat kebocoran air bersih sebesar 10.690.733 lt, sehingga jumlah keseluruhan
kebutuhan air bersih Kabupaten Temanggung sebesar 80.180.501 lt.

3. Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan Air Limbah

Pelayanan jaringan air limbah melayani air limbah yang dihasilkan oleh domestik,
perdagangan industri dan fasilitas sosial yang berada di kawasan perkotaan dan pedesaan.
Perencanaan sistem jaringan air limbah ini bertujuang untuk pengelolaan air limbah
domestik dan industri agar lebih teratur dan tidak mencemari lingkungan. Perencanaan
sistem jaringan air limbah di Kabupaten Temanggung meliputi:

Analisis Pengembangan Kawasan V- 44


a. Pengembangan instalasi pengolahan limbah industri di Kecamatan Pringsurat;
Kecamatan Temanggung; Kecamatan Kranggan; dan kawasan industri kecil dan/atau
mikro.

b. Pengembangan instalasi pengolahan limbah tinja dan limbah rumah tangga perkotaan;
dan

c. Pengembangan instalasi pengolahan limbah kotoran hewan dan rumah tangga


perdesaan

4. Rencana Sistem Jaringan Drainase

Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan pembangunan sistem drainase primer


sekunder dan tersier yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kabupaten,
dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada secara maksimal, baik
sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran sistem irigasi sebagai saluran pembuang
utama.

Bagi penduduk yang terbiasa membuang air limbahnya ke saluran drainase atau sungai,
harus ditiadakan secara perlahan dengan memberikan penyuluhan terus menerus mengenai
adanya bibit penyakit yang dapat ditularkan melalui air sehingga membahayakan kesehatan
masyarakat. Disamping itu melalui penyuluhan diharapkan penduduk yang belum memiliki
tangki septik atau cubluk dapat membangunnya untuk melengkapi jamban yang telah ada.

Rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Temanggung meliputi:

1) Pembangunan dan peningkatan saluran drainase perkotaan di Kabupaten pada


kawasan permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional;

2) Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan
nasional, provinsi, dan Kabupaten;

3) Normalisasi peningkatan saluran primer di Kawasan Perkotaan; dan

4) Normalisasi saluran sekunder di Kawasan Perkotaan.

Analisis Pengembangan Kawasan V- 45

Anda mungkin juga menyukai