ANALISIS
PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS
PERIKANAN
5.1.1. Topografi
Tabel 5.1. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha)
Klasifikasi (m dpl) Jumlah Luas
No Kecamatan Wilayah
400-500 500-750 750-1000 1000-1500 1500-3000 (ha)
1. Parakan - 103 1.208 2.375 1.510 5.196
2. Bulu - 818 1.915 1.824 923 5.480
3. Temanggung 2.055 7.079 502 210 286 10.132
4. Tembarak 533 1.548 852 890 477 4.300
5. Pringsurat 66 4.610 1.052 - - 5.728
6. Kaloran - 3.522 2.433 237 - 6.192
7. Kandangan 618 7.768 1.529 - - 9.915
8. Kedu - 3.633 330 - - 3.963
9. Jumo 977 4.095 2.138 - - 7.210
10. Ngadirejo - - 2.612 1.979 1.012 5.603
11. Candiroto 4.219 2.935 3.504 470 613 11.741
12. Tretep - 83 2.004 3.461 1.608 70156
Jumlah 8.468 36.194 20.079 11.446 6.429 82.616
Sumber : Temanggung Dalam Angka 2010
1) Punggung Bukit sangat curam di atas vulkan Basa yang mempunyai kemiringan lereng 41-60%
dengan relief berkisar 51 300 m.
2) Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan lereng 16-25% relief 51-300m.
3) Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan lereng 16 25% dengan
relief 2 50 m.
4) Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41- 60% dengan relief > 300m.
5) Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
lereng 16 25 % Relief 11 50 m.
6) Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan
lereng 16 25 % Relief 11 50 m.
7) Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan relief 26 40 % relief 51
300m.
8) Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir dan batuan lumpur
mempunyai kemiringan lereng >60% dengan relief >300m
9) Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat dengan kemiringan lereng
9-15 % dan relief 2 10 m.
Bentuk Kabupaten Temanggung secara makro merupakan cekungan atau depresi, artinya
rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk pegunungan, bukit atau
gunung. Oleh karena itu, geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku, yaitu
sedimen dari piroklastik gunung api Sindoro-Sumbing dan sekitarnya. Piroklastik ini
ukurannya bervariasi antara blek, gragal, kerikil, pasir debu, dan lempung sebagai akibat
dari muntahan materi piroklastik gunung api yang mengendap kemudian membentuk
daerah alluvial atau sedimen sehingga terjadi berlapis, dan butiran besar terletak di bawah.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 3
Lapisan atas mudah sekai dipengaruhi oleh tenaga eksogen dan mampu menyerap atau
menahan air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibedakan menjadi dataran
rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah dibentuk oleh sedimen atau alluvial, sedang
dataran tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan yang keadaannya bergelombang.
5.1.3. Hidrologi
Gambar 5.1. Daerah Aliran Sungai dan arah aliran sungai (Sumber gambar: draft RTRW
2011-2031)
1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran
Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri.
2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial mata
air, terurama di bagian Barat (sekitar lereng Gunung Sindoro dan Sumbing serta
Ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung,
Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat).
Berdasarkan hasil data survei tahun 2008, wilayah Kabupaten Temanggung memiliki
sumber mata air yang cukup banyak. Masing masing mata air tersebut tersebar di
seluruh kecamatan.
Secara umum, jenis tanah di Kabupaten Temanggung, dan sebarannya adalah sebagai
berikut:
Gambar 5.3. Irigasi dan Bendung di Kabupaten Temanggung ( sumber: draft RTRW
2011-2031)
Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung adalah untuk sawah seluas 20.634 ha dan
bukan sawah seluas 66.431 ha. Sawah sendiri terbagi menjadi sawah irigasi seluas 19.693
ha dan sawah tadah hujan seluas 941 ha, bangunan seluas 9.274 ha, tegalan/huma seluas
Tabel 5.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan (Ha) di Kabupaten Temanggung
Tahun 2009
Sedangkan jenis sawah berdasarkan jenis pengairannya dapat dibedakan menjadi sawah
dengan irigasi teknis, setengah teknis, pengariran sederhana dari PU, pengariran sederhana
non PU dan sawah tadah hujan (Tabel 5.3).
Lahan sawah merupakan salah satu potensi untuk pengembanganan budidaya ikan
menggunakan sistem mina padi, tanpa harus merubah dan mengganggu peruntukan lahan
lain, khususnya sawah yang menggunakan irigasi teknis dan semi teknis. Pada kondisi
geografi yang bergelombang seperti Kabupaten Temanggung, serta ketersediaan sumber
air yang masih cukup melimpah, lahan sawah dengan irigasi sederhana juga masih
memungkinkan untuk pengembangan budidaya ikan sistem mina padi.
Penggunaan lahan bukan sawah didominasi oleh lahan yang digunakan untuk perkebunan
dan lahan untuk bangunan (Tabel 5.4). Sedangkan penggunaan lahan untuk empang atau
kolam sangat kecil, yakni hanya sekitar 31 Ha.
Hutan Perkebunan
Lahan Untuk Tegal/ Kolam/
Kecamatan Negara/ Negara/ Lainnya Jumlah
Bangunan Huma Empang
Rakyat Swasta
Parakan 313 473 1 135 16 62 1.000
Kledung 138 2.124 - 680 - 32 2.974
Bansari 134 826 - 647 27 1 1.635
Bulu 372 2.095 3 411 - 59 2.940
Temanggung 847 315 7 14 9 257 1.449
Tlogomulyo 239 1.615 1 190 - 54 2.099
Tembarak 290 906 2 640 62 32 1.932
Selopampang 214 561 3 115 29 17 939
Kranggan 797 2.490 - - 697 352 4.336
Pringsurat 1.177 1.770 - 590 1.375 176 5.088
Kaloran 689 2.560 - 22 1.590 95 4.956
Kandangan 994 1.528 - 727 2.629 442 6.320
Kedu 492 446 12 50 230 76 1.306
Ngadirejo 313 1.270 - 2.174 14 55 3.826
Jumo 365 125 - 325 791 48 1.654
Gemawang 451 1.763 - 1.544 2.190 120 6.068
Bejen 509 1.653 - 3.547 439 58 6.206
Tretep 188 2.204 - 887 - 29 3.308
Wonoboyo 305 1.425 2 1.111 718 35 3.596
Jumlah 9.274 28.093 31 16.117 10.816 2.100 66.431
Sumber : Badan Pusat Statisitik Kabupaten Temanggung
Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.
Secara umum struktur kota digunakan untuk mengetahui sistem perkotaan pada wilayah
yang lebih luas (kabupaten). Struktur kota dapat dilihat dari perkembangan suatu daerah
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal digunakan untuk
mengetahui hubungan fungsional antar kota, dan faktor internal digunakan untuk
Sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRW, sistem permukiman perdesaan
dikembangkan sebagai pusat kegiatan kawasan perdesaan atau hinterland. Dengan
demikian, dalam konteks Jawa Tengah pengembangan sistem permukiman perdesaan dapat
diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:
Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung adalah perdesaan, sehingga wajib untuk
membuat perencanaan perdesaan. Daerah perdesaan merupakan penghasil sumberdaya.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermukim pada wilayah perdesaan. Jadi
membangun perdesaan merupakan membangun masyarakat pada umumnya. Pembangunan
perdesaan umumnya dipengaruhi faktor fisik. Rencana kawasan pedesaan meliputi
kawasan:
Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Temanggung seperti tertuang dalam draft
RTRW tahun 2011-2031 dibedakan atas ruang-ruang yang berfungsi sebagai kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
1) Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta
nilai sejarah dan budaya.
Kawasan Lindung meliputi (1) Kawasan Hutan Lindung (2) kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, (3) kawasan perlindungan setempat, (4)
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya (5) kawasan rawan bencana alam
dan (6) kawasan lindung geologi.
Sasaran utama pengaturan dan penataan kawasan lindung untuk menjaga, memelihara, dan
meningkatkan fungsi lindung atas tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah
dan budaya bangsa, mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem
dan keunikan alam, serta menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam dan
buatan untuk memajukan kebudayaan nasional.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan hutan
lindung sepenuhnya diperuntukkan bagi konservasi hidrologis. Kawasan lain di luar
kawasan hutan dimungkinkan sebagai kawasan lindung asalkan memenuhi kriteria yang
dimaksud. Luasan kawasan hutan lindung sebesar 3.282 (tiga ribu dua ratus delapan
puluh dua) hektar. Persebaran kawasan lindung pada 10 kecamatan yang sebagian besar
berada pada lereng Gunung Sumbing dan Sindoro yaitu:
a. Kecamatan Tretep;
b. Kecamatan Wonoboyo;
c. Kecamatan Candiroto;
d. Kecamatan Ngadirejo;
e. Kecamatan Bansari;
f. Kecamatan Kledung;
g. Kecamatan Bulu;
h. Kecamatan Tlogomulyo;
i. Kecamatan Tembarak; dan
j. Kecamatan Selopampang.
b. Arahan Pengelolaan
Pengelolaan kawasan hutan lindung tidak diarahkan untuk pemanfaatan budidaya. Arahan
tersebut meliputi :
1) Kegiatan yang ada di kawasan hutan lindung yang tidak menjamin fungsi lindung,
secara bertahap dikembalikan pada fungsi utama kawasan.
Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga
kelestarian ketersediaan air bagi daerah bawahannya. Berdasarkan kriteria yang ada,
seluruh wilayah Kabupaten Temanggung termasuk kawasan resapan air, namun demikian
terdapat tiga kawasan yang perlu dijaga kelestariannya yaitu kawasan Sindoro dan
Sumbing yang kondisinya relatif kritis serta cekungan Kledung. Kawasan resapan air di
Kabupaten Temanggung memililki luas kurang lebih 22.215 (dua puluh dua ribu dua ratus
lima belas) hektar
b. Arahan
1. Kegiatan atau hal-hal yang bersifat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah
diminimalkan, bahkan ditiadakan;
2. Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan;
Kawasan resapan air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata, termasuk didalamnya
adalah minawisata.
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan
sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir sungai dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 15
Sempadan sungai direncakan meliputi: Sungai Progo beserta anak sungainya; Sungai
Logung beserta anak sungainya; Sungai Lutut beserta anak sungainya; dan Sungai Putih
beserta anak sungainya;
b. Arahan Pengelolaan
2) Dilarang melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan
intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan;
3) Diperbolehkan bagi kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkankan pada
kawasan sempadan sungai;
Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan,
erosi, dan sedimentasi. Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan
memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut :
1) Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih
diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna
mencegah terjadinya longsor;
3) Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;
7) Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi
sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi
sungai.
Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut:
4) perikanan;
6) penambangan bahan galian (dengan batasan tertentu, dalam arti kegiatan yang
dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air
sungai);
Penentuan Garis Sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari sisi atau tepi saluran
yang tidak bertanggul atau kaki tanggul sebelah luar saluran / bangunan irigasi atau
pembuangan dengan jarak. Sempadan saluran irigasi meliputi 579 (lima ratus tujuh puluh
sembilan) Daerah Irigasi yang terdapat di Kabupaten Temanggung.
Kawasan lindung sekitar mata air merupakan kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan
perlindungan kawasan adalah mempertahankan dan melestarikan sumber mata air dari
berkurangnya kualitas dan kuantitas debit air.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 17
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air memiliki kriteria sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 m di sekitar mata air. Pada wilayah Temanggung terdapat 141 sumber
mata air yang tersebar di 20 kecamatan.
Kawasan budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan
atau diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan
budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah:
Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor
kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci
juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan
tertentu. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai kegiatan
pembangunan.
b. Arahan Pengelolaan
3) Pertanian lahan basah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
4) Pengaturan debit air irigasi sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air;
Merupakan Kawasan pertanian lahan kering yang kawasan yang fungsi utamanya
diperuntukkan tidak hanya kegiatan pertanian diluar/selain sawah karena didukung oleh
kondisi dan topografi tanah yang memadai dan sumber utama pengairannya berasal dari air
hujan. Lahan bukan irigasi memiliki luas luas kurang lebih 940 (sembilan ratus empat
puluh) hektar
b. Arahan Pengelolaan
Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dengan luas 20.630 (dua puluh ribu enam ratus tiga puluh) hektar. Untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan kering supaya dapat lebih maju dilakukan
dengan:
2) Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi;
4) Penggunaan teknologi tepat guna dan memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah
lingkungan serta melakukan kerjasama dengan pihak investor luar.
Kawasan budidaya hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan
dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpangsari.
Kesesuaian lahan kawasan pertanian hortikultura adalah dataran rendah dan dataran tinggi,
dengan bentuk lahan datar sampal berbukit, dan tersedia sumber air yang cukup.
Pada Kabupaten Temanggung, kawasan pertanian holtikultura dengan luas kurang lebih
28.093 (dua puluh delapan ribu sembilan puluh tiga) hektar meliputi Kecamatan Parakan,
Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari, Kecamatan Bulu, Kecamatan Temanggung,
Analisis Pengembangan Kawasan V- 20
Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Selopampang, Kecamatan
Kranggan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kandangan, Kecamatan
Kedu, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo, Kecamatan Gemawang, Kecamatan
Candiroto, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo.
2. Arahan Pengelolaan
2) Mengembangkan jenis tanaman hortikultura yang memiliki prospek pasar lokal dan
regional.
Kawasan perkebunan ini memliki luas kurang lebih 10.816 (sepuluh ribu delapan ratus
enam belas) hektar berupa:
1) Perkebunan yang diusahakan perusahaan dengan luas kurang lebih 783 (tujuh ratus
belapan puluh tiga) hektar yang berada di Kecamatan Bejen, Kecamatan Kandangan
dan Kecamatan Pringsurat.
2) Perkebunan rakyat terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 10.033
(sepuluh ribu tiga luluh tiga) hektar.
2. Arahan
a. Mempertahankan dan mengembangkan jenis tanaman tahunan yang sudah ada serta
mengintroduksi jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan prospek pasar
yang baik.
Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan
peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah
untuk memanfaatkan lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan
produksi peternakan seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.
2. Arahan Pengelolaan
1. Mengutamakan komoditas ternak yang bernilai ekonomis tinggi dan pemasaran yang
luas;
2. Usaha peternakan yang sudah ada dan berkembang serta berada di luar kawasan
peternakan dan tidak memenuhi persyaratan lokasi bagi jenis ternak tertentu serta
menimbulkan dampak bagi masyarakat, secara bertahap diusahakan pemindahannya
ke tempat yang memenuhi syarat;
5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak seperti
pembuatan industri pengolahan hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.
Pada draft RTRW dijelaskan rencana alokasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya,
dimana salah satu kegiatan didalamnya adalah untuk kegiatan perikanan. Kawasan
budidaya didefinisikan sebagai bagian wilayah yang secara langsung digunakan atau
diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengelolaan kawasan budidaya
bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk
menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan
sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah:
Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas perhitungan skor
kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga, secara lebih rinci
juga dilakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuaian fungsi kegiatan
Kawasan perikanan dikembangkan di daerah yang tersedia pasokan air secara kontinyu
yaitu daerah yang tersedia banyak mata air, dan kondisi tanah yang sesuai. Kawasan
perikanan ini diperuntukkan untuk menampung kegiatan perikanan kolam pada hamparan
dengan luasan minimum 10 hektar. Kawasan perikanan yang menampung kegiatan
perikanan kolam hanya dimungkinkan bila tersedia cukup air. Arahan RTRW untuk lokasi
kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Temanggung direncanakan, meliputi:
1. Kecamatan Wonoboyo;
2. Kecamatan Parakan;
3. Kecamatan Temanggung;
4. Kecamatan Tlogomulyo;
5. Kecamatan Candiroto;
6. Kecamatan Tembarak;
7. Kecamatan Selopampang;
8. Kecamatan Kedu; dan
9. Kecamatan Bulu.
Kawasan sentra perikanan (Minapolitan) terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra
produksi perikanan yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh
batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala
ekonomi kawasan yang ada.
Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra
perikanan. Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan
ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing , berbasis kerakyatan, berkelanjutan
dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu
kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota
(urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis.
Analisis Pengembangan Kawasan V- 24
Adapun kriteria umum dalam perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya
(minapolitan) adalah:
1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang sesuai
untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup serta mencegah kerusakannya;
2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang untuk dialih fungsikan;
3. Kegiatan perikanan skala besar, baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi
intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian Amdal sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku;
4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga
kerja setempat;
5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan dan
RTRW.
Kriteria pengembangan kawasan perikanan budidaya antara lain adalah:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah;
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi
sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya;
3. Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan)
maupun ke belakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah
pendukung;
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi
secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.
5. Memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha.
Berdasarkan draft RTRW sebagaimana telah dijelaskan di depan, ada 9 kecamatan yang
diarahkan untuk menjadi kawasan minapolitan, yaitu Kecamatan Wonoboyo, Candiroto,
Parakan, Temanggung, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Kedu, dan Bulu.
Dibandingkan dengan kecamatan lain yang direncanakan sebagai kawasan minapolitan,
Kecamatan Parakan memiliki berbagai keunggulan, antara lain:
1) Terdapat pasar ikan modern Dangkel, meskipun saat sekarang belum berfungsi.
2) Terdapat pasar ikan tradisional
Karangsari-
Galih Adip Rochani,
Mina Barokah Parakan 19-Mar-10 6 5 V V V M. Asyari
Rakasiwi S.Ag,
Kauman
Kp. Sidorejo
dan Tejosari - Ikan Hias (KOI, MASKOKI, Untung
Mina Papilon 12-Mar-11 3 7 Danang Nurcholis
Parakan Cupang dll Sugiharto
Kauman
Parakan
14 -
Wetan
Chakiem
Catgawen- Erma
15 Caturanom Mimi Mintuna 03-Mei-10 6 9 V V V Isrofi Harmoko H
Caruranom Setyowati
CH
Catgawen-
Mina Makmur 3 10 V V V H. Nursalim Toni Jumar
Caruranom
16 Tegalroso -
Jumlah 15 POKDAKAN 58 94 -
- - -
Pada draft RTRW dijelaskan bahwa sistem j`aringan terbagi menjadi sistem jaringan jalan
dan sistem perangkutan, baik barang maupun orang. Sistem jaringan jalan dilihat dari kelas
jalan dan kualitas jalan, disamping kuantitas (ukuran) dari jalan yang dibutuhkan. Untuk
sistem perangkut menganalisa sistem angkutan orang dan angkutan barang dari moda
angkutan. Wilayah Kabupaten Temanggung dilewati oleh jaringan jalan provinsi yaitu
yang menghubungkan antara Magelang-Temanggung-Wonosobo. Jalur jalan tersebut
merupakan wadah pola pergerakan transportasi regional antar kabupaten. Rencana
pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi meliputi rencana sistem jaringan
jalan, rencana sistem jaringan pelayanan angkutan umum dan rencna sarana pelayanan
umum.
Rencana sarana pelayanan umum dimaksud untuk meningkatkan kualitas sarana sebagai
pendukung aktivitas pelayanan umum yang berada di Kabupaten Temannggung. Rencana
ini meliputi:
Sistem jaringan listrik sebagai salah satu sumber energi bagi penerangan, industri maupun
perdagangan dan lain-lain, telah sepenuhnya memberikan pelayanan diseluruh wilayah
Kabupaten Temanggung. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi ini
direncanakan sesuai dengan kebutuhan perkembangan yang ada.
Kebutuhan listrik untuk perencanaan dapat dihitung dengan kriteria untuk pertimbangan
perkembangan meliputi:
a) Daerah perkotaan jumlah kepala keluarga harus terpenuhi 100% atau seluruhnya.
b) Skala prioritas pengembangan jaringan listrik sesuai dengan urgenitas pengembangan
jaringan listrik yang dikaitkan dengan radius pelayanan dan pengembangannya.
c) Untuk kebutuhan daya listrik, baik rumah tangga, komersial serta sosial dan komersial
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing.
Berdasarkan atas perhitungan, dapat diidentifikasi kebutuhan listrik untuk kebutuhan tahun
2031 adalah:
1) pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) melalui Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran
- Kecamatan Kranggan.
Kebutuhan tenaga listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri,
pemerintahan, pelayanan, perdagangan dan sosial serta penerangan jalan. Untuk itu
direncakan pengembangan gardu induk distribusi dan/atau pembangkit listrik yang
meliputi kawasan:
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Kebutuhan Sambungan Telepon
2011 2031 SST Telepon Umum Jumlah
1 Parakan 50.376 60.863 609 122 730
2 Kledung 26.560 32.089 321 64 385
3 Bansari 22.912 27.681 277 55 332
4 Bulu 44.439 53.690 537 107 644
5 Temanggung 80.671 97.464 975 195 1.170
6 Tlogomulyo 21.224 25.642 256 51 308
7 Tembarak 28.579 34.528 345 69 414
8 Selopampang 18.427 22.263 223 45 267
9 Kranggan 43.778 52.891 529 106 635
10 Pringsurat 46.548 56.238 562 112 675
11 Kaloran 43.806 52.925 529 106 635
12 Kandangan 47.874 57.839 578 116 694
13 Kedu 52.958 63.982 640 128 768
14 Ngadirejo 54.432 65.763 658 132 789
15 Jumo 28.201 34.072 341 68 409
16 Gemawang 29.983 36.225 362 72 435
17 Candiroto 32.264 38.980 390 78 468
18 Bejen 20.356 24.593 246 49 295
Jumlah
No Kecamatan Penduduk Kebutuhan Sambungan Telepon
2011 2031 SST Telepon Umum Jumlah
19 Tretep 19.716 23.820 238 48 286
20 Wonoboyo 24.291 29.347 293 59 352
Jumlah 737.394 890.894 8.909 1.782 10.691
Sumber: RTRW, 2011- 2031
Pada akhir-akhir ini sarana telekomunikasi sudah berkembang dengan pesat, bahkan
pemerintah melalui PT Telkom sudah menyerahkan sarana ini pada pihak swasta. Pihak
swasta telah mengembangkan teknologi telekomunikasi dengan media seluler atau telepon
tanpa kabel. Pihak PT Telkom sudah menyerahkan pada anak perusahaan Swasta PT
Telkomsel, dan beberapa perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang telekomunikasi
ini seperti Fren, Pro XL, Esia, PT.Indosat. Pesatnya perkembangan teknologi ini melalui
sistem pra bayar maupun pasca bayar, dimana pelanggan dapat membuka dan menjadi
pelanggan telepon baru tanpa harus melalui birokrasi dan tergantung jaringan kabel telepon
yang ada, maka pemerintah sangat sulit mengontrol, jumlah maupun arus telekomunikasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berupa pengontrolan sarana telepon seluler ini yang
biasanya mempergunakan fasilitas pemancar ulang (Re Peater), dimana tiap perusahaan
saling berlomba untuk membangun pemancar sebanyak mungkin dengan harapan dapat
1) operasi dan pemeliharaan daerah aliran sungai Progo dan daerah aliran sungai Bodri
sesuai dengan kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah;
dan
2) pengendalian tutupan di kawasan tangkapan air sungai-sungai di wilayah sungai Progo
Opak Serang.
Peningkatan pengelolaan wilayah sungai ini bertujuan untuk menjaga kelestarian dan
fungsi sungai agar tetap optimal penggunaan untuk Kabupaten Temanggung dan
sekitarnya.
Rencana pengembangan sistem pengairan untuk memenuhi kebutuhan air baku domestik,
air baku industri dan air baku untuk pertanian irigasi. Secara umum kebutuhan air
digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga, irigasi pertanian, industri dan
Analisis Pengembangan Kawasan V- 38
keperluan umum atau lainnya. Keberadaan mata air yang cukup banyak terdapat di
Kecamatan Parakan (34 mata air), Bulu (31 mata air), Kedu (17 mata air), Ngadirejo (16
mata air) perlu dimaksimalkan dalam operasionalnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
air domestik maupun air untuk keperluan industri dan irigasi.
Sumber air yang digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga dengan
memanfaatkan air tanah dangkal dan dalam yang berasal melalui sumur, mata air, atau
jaringan pipa PDAM. Arahan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air baku
domestik adalah dengan menambah kapasitas layanan kebutuhan air bersih, peningkatan
pelayanan distribusi dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.
Kegiatan pertanian memerlukan sumber air sebagai kebutuhan pokok, tanpa air lahan
pertanian tidak akan berproduksi secara maksimal. Jaringan irigasi di Kabupaten
Temanggung meliputi irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Sumber
air untuk irigasi memanfaatkan air permukaan (sungai), air tanah dan tadah hujan. Lahan
pertanian yang membutuhkan irigasi mencakup lahan seluas 20.642 ha. Oleh karena
jaringan irigasi tersebut selain melayani lahan persawahan di wilayahnya Kabupaten
Temanggung juga melayani lahan persawahan di Kabupaten dan Kota Magelang, untuk itu
keberadaan jaringan irigasi tersebut harus dipertahankan.
Untuk hal di atas maka Rencana Pengembangan sistem prasarana air baku dan irigasi
direncanakan meliputi:
Peningkatan pemanfaatan air tanah dilakukan erat hubungannya sebagai Supply air bersih
untuk kebutuhan Kabupaten Temanggung dan sebagai aturan untuk pemanfaatan air tanah
yang ada di Kabupaten Temanggung. Adapun rencana peningkatan pemanfaatan air tanah
meliputi:
b. Pemanfaatan secara optimal sumber mata air untuk air minum, air bersih, dan air untuk
irigasi; dan
Idealnya di setiap tempat yang menjadi konsentrasi kegiatan penduduk di setiap wilayah
kecamatan memiliki TPS. Ditinjau dari kebutuhan TPA, idealnya setiap wilayah yang
menjadi konsentrasi penduduk dibuatkan TPA, sehingga minimal di Kabupaten
Temanggung memiliki 3 TPA, yaitu di Kecamatan Temanggung, Kecamatan Parakan, dan
Kecamatan Kedu.
Sampah merupakan kendala yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas suatu daerah
baik di perkotaan maupun di perdesaan. Oleh sebab itu pengelolaannya perlu dilaksanakan
secara terencana. Empat wilayah kecamatan yang kepadatannya menduduki ranking
urutan satu sampai empat tertinggi, yaitu Kecamatan Temanggung, Parakan, Kedu dan
Pringsurat perlu perencanaan pengelolaan sampah. Kecamatan Pringsurat menjadi wilayah
perhatian karena direncanakan untuk masa yang akan datang diperuntukkan menjadi
daerah kawasan khusus industri.
a. Rencana lokasi tempat pemrosesan akhir dengan cara peningkatan tempat pemrosesan
akhir di Kecamatan Kranggan; pengembangan tempat pemrosesan akhir di Kecamatan
Kedu; dan pengembangan tempat pemrosesan akhir di Kecamatan Parakan dengan
proses rencana sistem pengelolaan tempat pemrosesan akhir dilakukan dengan
sanitary landfill
c. Rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga dengan cara berupa peningkatan
partisipasi setiap rumah tangga.
Sumber air yang digunakan untuk keperluan domestik rumah tangga dengan
memanfaatkan air tanah dangkal dan dalam yang berasal melalui sumur, mata air, atau
jaringan pipa PDAM. Arahan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan air baku
domestik adalah dengan menambah kapasitas layanan kebutuhan air bersih, peningkatan
pelayanan distribusi dengan meningkatkan sumber daya manusia dan pola kinerja PDAM.
Rencana peningkatan sistem jaringan air bersih dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
dengan sistem perpipaan untuk daerah yang cukup mudah terlayani dan non perpipaan
untuk wilayah yang sulit dilayani dengan cara membuat terminal tangki air bersih.
Rencana tersebut meliputi:
(b) Menurunkan tingkat kehilangan air, khususnya kehilangan air yang disebabkan
oleh adanya pipa distribusi yang rusak dan adanya meter pelanggan yang tidak
secara rutin diganti atau diperbaiki.
(c) Menambah kapasitas produksi, yang hingga saat ini hampir seluruh kapasitas
produksi terpasang sudah termanfaatkan untuk melayani pelanggan yang ada.
(d) Melakukan penyesuaian tarif air minum sudah merupakan keharusan yang akan
dilakukan, meningkatknya biaya operasional seiring adanya inflasi tidak dapat
dihindari. Strategi harga ini juga bertujuan agar PDAM dapat secara rutin
meningkatkan kesejahteraan pegawai yang dimiliki.
Mata Air Serancah dengan kapasitas 10 L/det, untuk menambah pasokan air
IKK Jumo
Mata Air Bebengan dengan kapasitas 25 L/det, untuk menambah pasokan air
IKK Kaloran
Mata Air Tuk Bening 2, dengan kapasitas 10 L/det, untuk menambah pasokan
air IKK Pringsurat
(b) Peningkatan kapasitas reservoir distribusi dari kapastitas total 2.105 m3 menjadi
4.455 m3 Penambahan perpipaan transmisi dan jaringan distribusi
(c) Penambahan sambungan baru sejumlah 9.774 unit Penggantian meter tua dan rusak
sejumlah 19.000 unit.
(b) Rehabilitasi sumur air tanah dangkal untuk daerah yang diprioritaskan berdasarkan
hasil perhitungan konsultan.
Rencana kebutuhan air bersih masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan aktivitas penduduk. Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan standar
pemenuhan yaitu untuk kebutuhan domestik sebesar 60lt/hari/orang, kebutuhan jasa dan
pelayanan umum sebesar 30% dari kebutuhan domestik dengan tingkat kebocoran sebesar
20%.
b) Kebutuhan air bersih untuk pemenuhan jasa dan pelayanan umum sebesar 16.036.100 lt.
c) Tingkat kebocoran air bersih sebesar 10.690.733 lt, sehingga jumlah keseluruhan
kebutuhan air bersih Kabupaten Temanggung sebesar 80.180.501 lt.
Pelayanan jaringan air limbah melayani air limbah yang dihasilkan oleh domestik,
perdagangan industri dan fasilitas sosial yang berada di kawasan perkotaan dan pedesaan.
Perencanaan sistem jaringan air limbah ini bertujuang untuk pengelolaan air limbah
domestik dan industri agar lebih teratur dan tidak mencemari lingkungan. Perencanaan
sistem jaringan air limbah di Kabupaten Temanggung meliputi:
b. Pengembangan instalasi pengolahan limbah tinja dan limbah rumah tangga perkotaan;
dan
Bagi penduduk yang terbiasa membuang air limbahnya ke saluran drainase atau sungai,
harus ditiadakan secara perlahan dengan memberikan penyuluhan terus menerus mengenai
adanya bibit penyakit yang dapat ditularkan melalui air sehingga membahayakan kesehatan
masyarakat. Disamping itu melalui penyuluhan diharapkan penduduk yang belum memiliki
tangki septik atau cubluk dapat membangunnya untuk melengkapi jamban yang telah ada.
2) Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan
nasional, provinsi, dan Kabupaten;