Anda di halaman 1dari 67

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO

NOMOR : 42 TAHUN 2014


TANGGAL : 20 Nopember 2014

PEDOMAN PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN

BERBASIS GEOGRAFIS WILAYAH TAHUN 2015-2019

BAB 1

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PROBOLINGGO

1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi

Visi Kabupaten Probolinggo adalah “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo


yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak
Mulia”. Misi Kabupaten Probolinggo:
1. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing
daerah, Pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan, Optimalisasi
pengelolaan sumber daya berkelanjutan
2. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan kualitas
pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik dan bersih.
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
propinsi Jawa Timur. Secara geografis berada pada posisi 7040’ s./d. 8010’
Lintang Selatan dan 112050’ s./d. 113030’ Bujur Timur, dengan luas wilayah
1.696,16 km2 (169.616,65 Ha), termasuk didalamnya kawasan Pulau
Giliketapang dengan luas wilayah 0,6 km2. Kabupaten Probolinggo terletak di
lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur, yakni Pegunungan
Tengger, Gunung Lamongan dan Gunung Argopuro. Selain itu terdapat gunung
lainnya yaitu Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro
Lawang Malang, dan Batujajar.
Letak geografis daerah berbatasan dengan:
 Utara : Selat Madura
 Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 1


 Barat : Kabupaten Pasuruan
 Selatan : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang

Terdapat 25 sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo


dengan sungai terpanjang adalah Sungai Rondoningo dengan panjang 95,2
kilometer. Sedangkan sungai terpendek adalah Ranu Bujel dengan panjang 2
kilometer. Wilayah Kabupaten Probolinggo terletak pada ketinggian 0-2500 m
diatas permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 27’C – 30’C. Pada
ketinggian 750-2500 m diatas permukaan laut, cocok untuk jenis sayur-sayuran
dan pada ketinggian 150-750 m diatas permukaan laut, yang membujur dari
barat ke timur di bagian selatan yang berada di kaki gunung Argopuro, sangat
cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan seperti, durian alpukat, dan buah
lainnya, contoh di Kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil.

Gambar 1.1
Presentase Luas Wilayah Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan Penggunaannya

Sumber: Diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Probolinggo masih merupakan hutan


dengan luasan sebesar 321.771 ha atau 63,50 persen dari keseluruhan wilayah.
Peruntukan lahan perkebunan dan pertanian seluas 97.932 ha atau 19,33
persen, dan untuk kawasan pemukiman sebesar 6.748 ha atau 1,33 persen.
Sedangkan sisanya seluas 80.245 ha atau 15,84 persen digunakan untuk
pertambangan, perairan darat, padang rumput, dan tanah terbuka.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 2


Unit pemerintahan di Kabupaten Probolinggo terdiri dari 24 kecamatan,
330 desa/kelurahan, 1.380 dusun, 1.642 RW dan 5.964 RT. Berdasarkan
komposisi jumlah desa, maka Kecamatan Paiton memiliki jumlah desa
terbanyak yaitu 20 desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa
paling sedikit adalah kecamatan Kahuripan yaitu 7 (tujuh) Desa.
Secara topografi Kabupaten Probolinggo terdiri dari dataran rendah pada
bagian utara, lereng gunung pada bagian dataran menengah dan dataran tinggi
pada bagian selatan. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah, sehingga terdapat perbedaan pola penggunaan tanah di
masing-masing daerah. Bentuk permukaan daratan Kabupaten Probolinggo
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Jenis, yaitu :
1. Dataran rendah dan pesisir, yaitu daerah dengan ketinggian 0-100 M diatas
permukaan laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai
dari barat kearah timur kemudian membujur ke Selatan.
2. Dataran menengah dan perbukitan, yaitu daerah dengan ketinggian 100 –
1.000 M diatas permukaan laut, daerah ini terletak di wilayah dataran
menengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegununggan Tengger
serta pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
3. Dataran tinggi/Pegunungan, yaitu daerah dengan ketinggian diatas 1.000
M dari permukaan air laut. Daerah pegunungan ini terletak di sebelah barat
daya yaitu sekitar Pegunungan disebelah Tenggara di sekitar Pegununggan
Argopuro.
Kabupaten Probolinggo terdiri dari 7 kecamatan dataran tinggi, 10
kecamatan dataran menengah dan 7 kecamatan dataran rendah dan pesisir.
Hal ini dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

Table. 1.1
Ketinggian Altitude (MDPL)
No Kecamatan 0 – 25m 25 – 100m 100–500m 500–1000m >1000m Total

1 Sukapura - - 208,34 1.666,70 8.333,49 10.208,53

2 Sumber - - 150,62 3.898,15 10.139,36 14.188,13

3 Kuripan - 137,27 4.324,01 1,870,30 343,18 6.674,76

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 3


4 Pakuniran - 2.340,84 6.011,70 2.234,39 798,07 11.385,00

5 Tiris - - 7.013,17 9.101,22 452,30 16.566,69

6 Krucil - - 3.039,40 7.497,18 9.716,08 20.252,66

7 Gading - 2.569,81 6.450,75 2.989,38 2.674,70 14.684,64

8 Lumbang - 340,08 7.298,58 1.632,34 - 9.271,00

9 Bantaran - 2.948,98 1.263,85 - - 4.212,83

10 Leces - 2.439,20 1.241,77 - - 3.680,97

11 Tegalsiwalan 357,18 2.073,48 1.742,90 - - 4.173,56

12 Maron 743,78 3.311,01 1.084,48 - - 5.139,27

13 Banyuanyar 93.25 2.859,91 1.616,47 - - 4.569,63

14 Krejengan 2.268,22 1.174,62 - - - 3.442,84

15 Wonomerto - 2.721,65 1.845,19 - - 4.566,84

16 Besuk 572,49 2.564,75 366,39 - - 3.503,63

17 Kotaanyar 93,25 2.548,28 1.616,47 - - 4.258,00

18 Paiton 4.535,35 792,59 - - - 5.327,94

19 Kraksaan 3.739,11 40,64 - - - 3.779,75

20 Pajarakan 1.920,91 213,44 - - - 2.134,35

21 Gending 3.598,98 62,50 - - - 3.661,48

22 Dringu 2.943,71 169,83 - - - 3.113,54

23 Sumberasih 1.367,65 1.657,76 - - - 3.025,41

24 Tongas 1.761,64 3.764,73 2.268,83 - - 7.795,20

TOTAL 23.995,52 34.731,92 47.542,92 30.889,66 32.457,18 169,616,65

Sumber : BPN, Kabupaten Probolinggo dalam Angka 2014

1.2 Kondisi Demografi

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Jumlah


penduduk yang besar, disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang baik
akan mendorong peningkatan pembangunan. Sebaliknya jika jumlah penduduk
yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah, akan
menghambat kemajuan pembangunan. Kabupaten Probolinggo adalah salah
satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki memiliki jumlah penduduk yang

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 4


cukup banyak, dengan rata-rata peningkatan pertumbuhan penduduknya
pertahun sekitar 100 ribu jiwa. Hasil sensus pada tahun 2010 jumlah penduduk
Kabupaten mencapai 1.096.244 jiwa yang terdiri dari 5534.986 jiwa laki-laki
dan 561.258 jiwa perempuan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar
1,10%, dengan tingkat kepadatan 646 km2. Sedangkan menurut hasil registrasi
penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo tercatat
sebanyak 1.230.319 jiwa, yang terdiri dari 606.013 jiwa laki-laki dan 624.306
jiwa perempuan.
Tabel 1.2, menunjukkan perbandingan jumlah penduduk per kecamatan
berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 dan hasil registrasi penduduk
tahun 2012. Jumlah penduduk di klasifikasikan berdasarkan lokasi kecamatan
yaitu kecamatan yang terletak di dataran tinggi, tengah dan dataran
rendah/pesisir.
Jika dilihat secara sosial budaya, sebagian besar masyarakat Kabupaten
Probolinggo berasal dari budaya agraris yang mengandalkan mata pecaharian
sebagai nelayan dan petani, hal tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan
penduduk lebih banyak kearah dataran rendah/pesisir. Tetapi jika dilihat
pergeseran jumlah penduduk, dimana peringkat kedua adalah jumlah penduduk
dataran rendah, secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan pergeseran
masyarakat agraris ke masyarakat urbanisasi.
Ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, maka daerah dataran
rendah/pesisir adalah daerah yang paling padat. Luas daerah dataran
rendah/pesisir adalah 28.837,67 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak
416.530 jiwa. Kecamatan terpadat di daerah dataran rendah/pesisir adalah
Kecamatan Kraksaan dengan luas daerah 3.779,75 km2 dengan jumlah
penduduk 72.051 Jiwa. Daerah tengah adalah daerah terpadat kedua di
Kabupaten Probolinggo, dengan total luas daerah 46.818,57 km2 dengan
jumlah penduduk 489.111 jiwa. Kecamatan terpadat di dataran menengah
adalah Kecamatan Sumberasih, dengan luas 3.025,41 km2 dan jumlah
penduduk 66.504 jiwa. Sedangkan daerah dataran tinggi, merupakan daerah
yang paling luas di Kabupaten Probolinggo yaitu 93.960,41 km2, tetapi jumlah
penduduknya tidak terlalu padat yaitu 324.678 jiwa.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 5


Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Probolinggo Berdasarkan Hasil Registrasi Tahun
2012 dan Sensus Tahun 2010
Luas Daerah Hasil registrasi Hasil Sensus
No Kecamatan
(Km2) 2012 2010
Wilayah Dataran Tinggi
1 Gading 14.684,64 56.069 48.113
2 Tiris 16.566,69 78.024 63.404
3 Kuripan 6.674,76 31.963 29.254
4 Krucil 20.252,66 63.151 52.368
5 Sukapura 10.208,53 21.136 19.571
6 Pakuniran 11.385,00 47.167 42.244
7 Sumber 14.188,13 27.168 26.138
Wilayah Dataran Menengah
8 Wonomerto 4.566,84 48.827 38.569
9 Bantaran 4.212,83 45.721 40.641
10 Leces 3.680,97 62.417 54.703
11 Tegalsiwalan 4.173,56 37.966 36.221
12 Maron 5.139,27 69.164 61.864
13 Banyuanyar 4.569,63 58.868 52.206
14 Krejengan 3.442,84 42.456 38.036
15 Lumbang 9.271,00 32.916 31.015
16 Besuk 3.503,63 51.628 45.658
17 Kotaanyar 4.258,00 39.148 35.131
Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir
18 Sumberasih 3.025,41 66.504 59.479
19 Tongas 7.795,20 70.784 63.623
20 Dringu 3.113,54 56.484 50.737
21 Gending 3.661,48 44.219 39.098
22 Paiton 5.327,94 70.975 68.914
23 Pajarakan 2.134,35 35.513 33.667
24 Kraksaan 3.779,75 72.051 65.590
Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Jumlah keluarga di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Probolinggo


berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3
di bawah ini. Berdasarkan Tabel 1.3, secara rata-rata jumlah keluarga
terbanyak berada di daerah dataran rendah/pesisir yaitu sekitar 14.371
keluarga, selanjutnya daerah terbanyak kedua adalah daerah tengah dengan
jumlah keluarga 12.614 keluarga. Sedangkan jumlah keluarga yang terendah
adalah daerah dataran tinggi, sekitar 10.898 keluarga. Untuk daerah tengah

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 6


jumlah keluarga terbanyak berada Kecamatan Kraksaan, hal tersebut
disebabkan Kecamatan Kraksaan merupakan pusat kota bagi Kabupaten
Probolinggo, sehingga mendorong penduduk untuk tinggal di daerah tersebut.

Tabel 1.3
Jumlah Keluarga Kabupaten Probolinggo Per Kecamatan Tahun 2012
Jumlah Pra Sejahtera
No Kecamatan
Keluarga Sejatera I II III III Plus
Wilayah Dataran Tinggi
1 Gading 17.144 5.740 4.318 4.726 2.054 306
2 Tiris 19.796 6.878 6.691 4.379 1.587 261
3 Kuripan 8.695 3.265 2.604 1.306 1.500 20
4 Krucil 14.574 7.292 4.319 2.279 651 33
5 Sukapura 6.273 876 1.111 1.900 2.377 9
6 Pakuniran 14.480 9.718 2.571 1.461 617 113
7 Sumber 8.361 2.327 4.553 1.170 292 19
Wilayah Dataran Menengah
8 Wonomerto 11.524 1.499 3.308 3.270 3.416 31
9 Bantaran 13.416 3.765 2.933 2.870 3.810 38
10 Leces 16.061 2.279 3.547 6.919 2.795 521
11 Tegalsiwalan 11.461 2.965 2.936 3.780 1.562 218
12 Maron 20.118 8.291 3.489 2.241 5.724 373
13 Banyuanyar 16.830 4.223 4.913 4.533 2.446 715
14 Krejengan 13.355 3.964 3.244 4.215 1.666 266
15 Lumbang 10.627 2.210 2.754 4.164 1.247 252
16 Besuk 15.572 8.895 2.862 2.135 1.615 65
17 Kotaanyar 12.328 7.453 2.518 1.275 928 154
Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir
18 Sumberasih 18.066 3.347 4.953 2.413 7.031 322
19 Tongas 19.662 4.780 8.904 4.489 1.268 221
20 Dringu 15.200 2.104 2.584 3.472 6.238 802
21 Gending 11.683 2.859 2.217 1.981 3.847 779
22 Paiton 19.552 9.187 4.647 3.729 1.829 160
23 Pajarakan 9.788 3.360 2.774 1.987 1.372 295
24 Kraksaan 21.697 5.046 5.526 4.947 5.290 888
Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Sebagai pusat kota, kegiatan perekonomian banyak berputar di daerah


tersebut, dapat dipahami jika pertumbuhan penduduk daerah tersebut lebih
cepat daripada daerah lainnya, karena daya tarik secara ekonomi sangat tinggi.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 7


Ditinjau dari Tabel 1.3, Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga
terkecil adalah daerah Sukapura, yaitu 6.273 atau sekitar 1,8 persen dari
seluruh jumlah keluarga di Kabupaten Probolinggo. Kecamatan Sukapura
merupakan daerah dataran tinggi yang terletak di lereng Gunung Bromo.
Sukapura merupakan daerah yang sering kali dilintasi untuk menuju Taman
nasional Bromo Tengger. Sebagai kecamatan terakhir sebelum mencapai
Gunung Bromo, maka daya tarik daerah tersebut sebagai tempat pemukiman
lebih kecil di bandingkan dengan daerah dataran rendah/pesisir atau daerah
tengah, yang lebih menguntungkan secara ekonomi misalnya ketersediaan
sarana transportasi, telekomunikasi dan sarana publik lainnya.
Dari data diatas menunjukkan jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak
berada di daerah Pakuniran (wilayah tinggi), sebanyak 9.718 keluarga atau
8,65 persen dari total jumlah keluarga pra sejahtera di Kabupaten Probolinggo.
Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga pra sejahtera 2 terkecil
adalah Kecamatan Sukapura (wilayah dataran tinggi), yaitu 876 keluarga atau
0,78 persen dari jumlah keluarga pra sejahtera secara keseluruhan.
Keluarga yang digolongkan dalam pra-sejahtera adalah keluarga yang
belum dapat memenuhi kebutuhan minimal: sandang, pangan, papan,
kesehatan dan pendidikan, yaitu keluarga yang tidak dapat memenuhi minimal
satu ketentuan berikut:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih,
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja
atau sekolah dan bepergian,
3. Rumah yang ditempati keluarga memiliki atap, lantai dan dinding yang baik,
4. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan,
5. Bila pasangan usia subur ingin ber-KB, pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi, dan
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga tersebut bersekolah.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 8


1.3 Kondisi Sosial

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan


manusia serta menjadi dasar bagi pembangunan dibidang lainnya. Manusia
yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered
development. Berdasarkan hal itu, maka kesehatan harus mendapat prioritas
dalam program-progam pembangunan pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Tetapi penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab
dari sektor kesehatan saja, tetapi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun
fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan
yang baik.

Tabel 1.4
Jumlah Bayi lahir, Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) dan Bergizi Buruk di
Kabupaten Probolinggo
Tahun Bayi Lahir BBLR Gizi Buruk
2010 18445 615 48
2011 18613 714 63
2012 18502 973 77
Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Dalam mencapai Milinieum Development Goals (MDGs) telah


dicantumkan beberapa aspek kesehatan yaitu Menurunkan angka kematian
anak, Meningkatkan kesehatan ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, malaria dan
penyakit menular lainnya. Berdasarkan tujuan MDGs tersebut, maka kesehatan
ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian khusus. Di Kabupaten Probolinggo
angka kelahiran bayi cenderung menurun, tetapi angka bayi lahir dengan berat
badan rendah serta bayi bergizi buruk terus meningkat.
Berdasarkan tabel diatas jumlah bayi dengan berat badan rendah di
Kabupaten Probolinggo selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010
sampai dengan 2012 cenderung meningkat. Persentase bayi dengan berat
badan rendah terhadap bayi lahir pada tahun 2010 sebesar 3,33 persen,
meningkat pada tahun 2011 menjadi 3,83 persen dan 5,26 persen pada tahun

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 9


2012. Persentase jumlah bayi gizi buruk terhadap kelahiran bayi pertahunnya
cenderung meningkat. Pada tahun 2010 persentase bayi gizi buruk terhadap
kelahiran bayi sekitar 0,26 persen, meningkat menjadi 0,34 persen pada tahun
2011 dan persentasenya kembali meningkat tahun 2012 menjadi 0,42 persen.
Gizi merupakan Faktor penting untuk meningkatkan kesehatan bayi atau
balita. bayi atau balita yang mengalami gizi kurang atau buruk dapat
berdampak pada kematian. Gizi buruk merupakan suatu keadaan kurang gizi
tingkat berat yang dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dari makanan sehari-hari, dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Selain terhadap bayi dan balita, asupan gizi juga diperlukan bagi ibu hamil.
Ketercukupan gizi bagi ibu hamil diharapkan dapat mengurangi berbagai
macam resiko selama kehamilan sampai dengan proses melahirkan. Disamping
itu, dengan jumlah gizi yang cukup maka potensi kelahiran bayi dengan berat
badan lahir rendah akan berkurang. Jumlah gizi buruk dan ibu hamil dengan
kurang energi kronis (KEK) pada tingkat kecamatan cukup beragam.
Berdasarkan Tabel 1.5, jumlah bayi dengan gizi buruk terbanyak pada
tahun 2012 ada di Kecamatan Pakuniran dengan 14 anak, sedangkan peringkat
kedua adalah Kecamatan Gading dan Kecamatan Banyuanyar sebanyak 8 anak.
Untuk jumlah ibu hamil yang kekurangan energi kronis, terbanyak berada di
Kecamatan Gading berjumlah 183 orang. Terbanyak kedua berada di
Kecamatan Maron 165 orang. Berdasarkan pada data tersebut, maka
Kecamatan Gading perlu mendapatkan perhatian khusus, karena di kecamatan
tersebut banyak ditemukan kasus bayi kurang gizi dan ibu hamil dengan
kekurangan energi kronis dibandingkan kecamatan lainnya.
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat
dari tingkat pendidikan penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut perlu
ditunjang ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik
dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan data tahun 2005, jumlah
TK sebanyak 96 buah, jumlah SD sebanyak 206 buah, jumlah SMP sebanyak 25
buah, jumlah SMU sebanyak 12 buah, dan SMK sebanyak 6 buah. Selain itu
terdapat 4 buah SMP terbuka dengan tenaga guru sebanyak 59 orang.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 10


Tabel 1.5
Jumlah bayi Gizi Buruk dan Jumlah Ibu Hamil Dengan Kurang
Energi Kronis per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo
No Kecamatan Gizi Buruk KEK
Dataran Tinggi
1 Gading 8 183
2 Tiris - 30
3 Kuripan - 27
4 Krucil 3
5 Sukapura 1 4
6 Pakuniran 14 70
7 Sumber 7
Wilayah Dataran Menengah
8 Wonomerto 2 59
9 Bantaran 6 42
10 Leces 3 52
11 Tegalsiwalan - 8
12 Maron 6 165
13 Banyuanyar 8 52
14 Krejengan 2 41
15 Lumbang 2 6
16 Besuk 4 35
17 Kotaanyar - 67
Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir
18 Sumberasih 3 60
19 Tongas 5 74
20 Dringu 5 40
21 Gending 3 24
22 Paiton - 81
23 Pajarakan 1 52
24 Kraksaan 1 85
Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Jumlah tenaga pendidik/guru untuk TK sebanyak 330 orang guru, SD


sebanyak 1.320 orang, SMP sebanyak 431 orang guru, SMU sebanyak 213
orang guru, dan SMK sebanyak 120 orang guru. Jumlah murid SD merupakan
jumlah murid yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah murid pada
jenjang pendidikan lainnya. Pada tingkat SD jumlah murid sebanyak 28.514
siswa, pada tingkat SMP jumlah murid sebanyak 6.804 siswa, tingkat SMU dan
SMK masing-masing sebanyak 2.290 dan 6.804 siswa.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 11


Gambar 1.2
Jumlah Sekolah dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan

1400

1200

1000
TK
800 SD
SMP
600
SMU
400 SMK

200

0
Jumlah sekolah Jumlah Guru

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Jumlah siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan


penurunan dibandingkan jenjang pendidikan dibawahnya, hal ini menunjukkan
kemungkinan adanya siswa yang mengalami putus sekolah. Resiko putus
sekolah paling besar pada jenjang pendidikan SD, hal ini terlihat dari penurunan
jumlah siswa yang cukup signifikan siswa SD dari 28.514 menjadi 6.804 pada
tingkat SMP.
Rasio jumlah siswa tehadap guru, masing-masing memiliki tingkatan
yang berbeda-beda. Rasio terbesar dari jumlah siswa dan guru terdapat pada
jenjang pendidikan SD yaitu sebesar 21,60 persen atau seorang guru memiliki
22 siswa, disusul jejang pendidikan SMP dengan rasio siswa dan guru sebesar
15,79 persen. Sedangkan rasio siswa dan guru yang paling kecil pada tingkat
pendidikan SMK yaitu sebesar 10,82 persen.
Disamping itu terdapat sarana pendidikan yang dikelola oleh Departemen
Agama, yaitu terdapat 6 (enam) Raudatul Athfal/Bustanul Athfal, 1 (satu)
Madrasah Diniyah, 9 (sembilan) Madrasah Ibtidaiyah, 21 (duapuluh satu)
Madrasah Tsanawiyah, dan 8 (delapan) Madrasah Aliyah yang tersebar di
seluruh Kabupaten Probolinggo.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 12


Gambar 1.3
Rasio Siswa dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan

10.82 14.82
TK
SD
13.71
SMP
SMU
SMK

21.60
15.79

Sumber: diolah , Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Pada bidang kesehatan menitikberatkan pada pelayanan kesehatan yang


merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Ketersediaan sarana
dan prasarana kesehatan menjadi aspek penting dalam upayan peningkatan
pelayanan kesehatan tersebut. Selain terdapat 1 (satu) RSUD Amanah Husada,
di Kabupaten Probolinggo terdapat 8 (delapan) buah Puskesmas, 45 (empat
puluh lima) buah Puskesmas Pembantu, 2 (dua) Balai Pengobatan.
Disamping penyediaan sarana kesehatan, perlu ditunjang tenaga medis
yang memadai. Di Kabupaten Probolinggo terdapat 26 dokter umum, 8 orang
dokter gigi, dan seorang dokter spesialis. Sedangkan tenaga penunjang
kesehatan lain, yaitu 149 perawat, 71 bidan, dan 208 dukun bayi. Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan mencatat bahwa keluhan yang paling tinggi adalah
infeksi pada saluran pernafasan atau ISPA, yaitu sebanyak 24,36 persen dari
seluruh keluhan kesehatan di Kabupaten Probolinggo.

1.4 Keadaan Ekonomi


Struktur perekonomian dapat diartikan sebagai distribusi dari
masingmasing komponen yang membentuk ekonomi suatu wilayah dan
disajikan dalam bentuk persentase. Perubahan struktur perekonomian terjadi

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 13


karena perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi akibat pembangunan
ekonomi yang dilakukan oleh suatu wilayah. Faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan struktur suatu daerah adalah:
1. Perubahan permintaan domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara
peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat.
2. Perubahan penggunaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
3. Penemuan material-material baru untuk produksi.
Struktur perekonomian suatu wilayah dapat diketahui dengan
mengklasifikasikan sektor ekonomi dalam tiga sektor, yaitu:
1. Sektor Primer (Agriculture),
Kegiatan ekonomi yang membudidayakan sumber daya alam secara
langsung tanpa ada proses pengelolahan yaitu meliputi kegiatan pertanian
dan pertambangan.
2. Sektor Sekunder (Manufacture),
Kegiatan ekonomi yang mengelolah sumber daya alam menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi yang meliputi industri pengolahan, listrik, gas
dan air bersih dan bangunan.
3. Sektor Tersier (Service),
Kegiatan ekonomi yang menghasilkan jasa yang meliputi perdagangan,
hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan,
jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
Karakteristik dari struktur perekonomian di Kabupaten Probolinggo, yaitu
terdapat dua sektor yang dominan yaitu sektor primer dan tersier.
Pembangunan. pada sektor pertanian diarahkan pada upaya peningkatan mutu,
produksi dan pemasaran hasil pertanian serta mengembangkan usaha tani
terpadu guna memantapkan swasembada pangan, memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat, meningkatkan komoditi-komoditi ekspor, komoditi bahan-bahan
industri dalam negeri, meningkatkan taraf hidup petani, mendorong perluasan
dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta mendorong
peran serta swasta untuk mengembangkan potensi pertanian.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 14


Struktur perekonomian di Kabupaten Probolinggo telah bergeser dari
sektor pertanian ke sektor perdagangan dan industri penggolahan. Walaupun
demikian, sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dalam
pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena selain untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat, sektor pertanian merupakan penyedia bahan
baku untuk keperluan sektor perdagangan dan sektor industri. Oleh sebab itu
pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian karena
diharapkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat dan akan memacu
pertumbuhan ekonomi daerah.
Banyak pihak yang memberikan penilaian bahwa selain terdapat potensi
atau prospek yang besar pada industri pertanian di Kabupaten Probolinggo,
namun kendala yang dihadapi juga tidak sedikit. Sumberdaya yang siap
digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Probolinggo
cukup melimpah, tetapi pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa
pekerjaan sebagai petani, atau bekerja di sektor pertanian merupakan profesi
yang dianggap kuno atau tidak modern. Seharusnya pandangan tersebut bisa di
ubah dan dihilangkan, terutama untuk generasi muda. Justru menjadi petani
adalah kebanggaan.
Peran pemerintah masih kurang optimal dalam memberi kemudahan bila
pemodal yang berniat untuk mengembangkan dan membangun industri
pertanian di Kabupaten Probolinggo, karena bagaimanapun juga petani adalah
sektor penting yang punya peran besar untuk memajukan pembangunan di
Kabupaten Probolinggo. Secara tidak langsung kita bisa memenuhi kebutuhan
beras dalam wilayah sendiri ataupun bisa mendistribusikan kasil pertanian ke
luar daerah sekitar Probolinggo. Menjadi daerah mandiri akan membantu
Pemerintah Daerah untuk tidak mengimpor beras dari Negara lain, dana untuk
impor beras bisa dialokasikan ke kebutuhan yang lebih mendesak. Misalnya
untuk pendidikan anak-anak jalanan ataupun untuk pengobatan masyarakat
miskin. Distribusi persentase sektoral terhadap produk domestic regional bruto
(PDRB) Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 15


Tabel 1.6
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto
Atas Harga Konstan 2000
No Sektor 2010 2011 2012
1 Pertanian 35,09 33,77 32,49
2 Pertambangan dan penggalian 1,27 1,22 1,18
3 Industri pengolahan 17,98 18,01 18,10
4 Listrik, gas dan air bersih 0,75 0,75 0,75
5 Konstruksi 1,63 1,64 1,67
6 Perdagangan, hotel dan restoran 23,72 24,57 25,44
7 Pengangkutan dan komunikasi 6,70 7,11 7,40
8 Keuangan, persewaan dan jasa financial 4,79 4,90 5,01
9 Jasa- jasa 8,07 8,02 7,96
Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor


unggulan bagi Kabupaten Probolinggo, meskipun distribusinya semakin lama
semakin menurun. Pada tahun 2010 distribusi sektor pertanian terhadap PDRB
sebesar 35,09 persen, turun menjadi 33,77 persen pada tahun 2011 dan pada
tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 32,49 persen. Selain sektor
pertanian, sektor yang memberikan kontribusi terbanyak ke dua pada PDRB
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor tersebut
semakin lama semakin meningkat, pada tahun 2010 persentase sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB sebesar 23,72 persen,
meningkat menjadi 24,57 persen pada tahun 2011 dan pada tahun kembali
meningkat sebesar 25,44 persen. Sektor perdangangan, hotel dan restoran
dapat berkembang pesat di Kabupaten Probolinggo, karena dampak
pertumbuhan pariwisata dan Probolinggo merupakan jalur penghubung antara
jalur utara dan selatan menuju ujung Timur pulau Jawa atau menuju Bali.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah keseluruhan


nilai tambah yang timbul akibat terjadinya aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah. Oleh karena itu, besaran PDRB dalam periode tertentu sering
digunakan sebagai indikator di dalam menilai kinerja pelaku ekonomi di suatu
wilayah, terutama yang berkaitan dengan kemampuan suatu daerah dalam
mengelola sumber daya yang ada. Gambar 1.4 dibawah ini menunjukkan
perkembangan PDRB Kabupaten Probolinggo dari tahun 2005 s./d. 2012.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 16


Gambar 1.4
Perkembangan Produk Domestik Bruto Kabupaten Probolinggo dalam Harga
Konstan Tahun 2005 -2012

8000000
7000000 2005
6000000 2006

5000000 2007
2008
4000000
2009
3000000
2010
2000000
2011
1000000
2012
0
PDRB

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo secara umum


ditentukan oleh faktor-faktor lokal seperti sumber daya manusia, teknologi,
permodalan dan kewirausahaan. Sering adanya berbagai kebijakan moneter
dan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan berbagai kebijakan
pembangunan daerah yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif
bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Probolinggo. Secara
keseluruhan dari tahun ke tahun PDRB Kabupaten Probolinggo selalu
meningkat. Pada tahun 2005 PDRB Probolinggo Rp 5.126.680,92 Juta
meningkat menjadi Rp 5.418.554,86 pada tahun 2006. Tujuh tahun kemudian
pada tahun 2012 PDRB Kabupaten probolinggo meningkat sebanyak Rp
2.223.510,69 juta menjadi Rp 7.642.065,55 juta dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata pertahun sebesar 5,57 persen.

1.5 Kondisi Pertanian

Sebagai Kabupaten yang berbasis agraris, maka sektor pertanian adalah


sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pertanian merupakan sektor
andalan, bagi Kabupaten Probolinggo terutama pada subsektor tanaman bahan

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 17


makanan seperti jagung, padi, bawang merah, mangga, dan anggur. Selain
subsektor tanaman bahan makanan, subsektor kehutanan juga memiliki
keunggulan kompetitif. Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu dan
pemburuan.
Produksi padi di Kabupaten Probolinggo selalu meningkat setiap
tahunnya, meskipun telah terjadi pergeseran struktur perekonomian dan
berkurangnya jumlah lahan pertanian. Pada tahun 2010 jumlah produksi padi
sebanyak 304.890 Ton, pada tahun 2011 meningkat menjadi 308.371 ton dan
kembali meningkat menjadi 316.423 ton pada tahun 2012.
Mangga merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Probolinggo.
Produksi mangga dalam tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun
2010 produksi mangga sebesar 30.383,63 ton, meningkat menjadi 75.714,65
ton, tetapi pada tahun 2012 terjadi penurunan produksi mangga yang cukup
banyak, sehingga jumlah produksi hanya mencapai 53.949,95 ton. Tabel di
bawah ini menunjukkan jumlah produksi padi dan mangga per kecamatan di
Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013.
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa semua kecamatan di
Kabupaten Probolinggo menanam padi dan mangga. Kecamatan yang
menghasilkan produksi padi terbanyak adalah Kecamatan Gading, yaitu
sebanyak 36.901 ton. Tetapi meskipun Kecamatan Gading merupakan
penghasil padi terbanyak, tetapi produkstivitasnya rendah. Produkvitas tertinggi
berada pada Kecamatan Paiton yang mencapai 69,96 kwintal /hektar,
sedangkan Kecamatan Gading hanya 52,93/hektar.
Tabel 1.7
Jumlah Produksi Padi dan Mangga Per Kecamatan Kabupaten Probolinggo
Pada Tahun 2013
No Kecamatan Prod Padi (Ton) Mangga (Ton)

Dataran Tinggi
1 Gading 36.901 5.335
2 Tiris 12.687 49
3 Kuripan 3.932 2.300
4 Krucil 8.898 47
5 Sukapura 238 50
6 Pakuniran 13.137 17.419
7 Sumber 121 322

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 18


Wilayah Dataran Menengah
8 Wonomerto 4.978 2.099
9 Bantaran 4.910 1.588
10 Leces 6.465 2.830
11 Tegalsiwalan 7.324 2.006
12 Maron 24.510 790
13 Banyuanyar 16.443 3.943
14 Krejengan 31.869 737
15 Lumbang 12.918 6.207
16 Besuk 31.695 1.095
17 Kotaanyar 10.679 375
Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir
18 Sumberasih 9.320 393
19 Tongas 18.177 2.705
20 Dringu 2.554 1.280
21 Gending 8.399 492
22 Paiton 16.992 1.540
23 Pajarakan 14.313 160
24 Kraksaan 18.965 189
Sumber: Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Tabel 1.7 diatas juga menunjukkan kecamatan yang menghasilkan


mangga terbanyak. Produksi mangga terbanyak dihasilkan oleh Kecamatan
Pakuniran, yaitu sebanyak 17.419 ton dengan jumlah tanaman mangga yang
menghasilkan sebanyak 225.750 pohon. Tetapi produktivitas tertinggi dicapai
oleh Kecamatan Maron dengan hasil 171,15 kg/pohon.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 19


BAB 2
KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN PROBOLINGGO

A. Karakteristik Wilayah Miskin


Berdasarkan data pendataan program perlindungan social (PPLS) tahun
2011 jumlah rumah tangga miskin (RTM) di Kabupaten Probolinggo sebanyak
175.447 yang tersebar di 24 kecamatan, sedangkan jumlah individu meliputi
567.064 jiwa. Hasil registrasi pendataan penduduk tahun 2012, jumlah
penduduk Kabupaten Probolinggo sebanyak 1.230.319 jiwa, dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 346.263 rumah tangga. Berdasarkan data tersebut,
menunjukkan bahwa rasio jumlah kemiskinan di Kabupaten Probolinggo hampir
mendekati 50 persen. Untuk jumlah penduduk rasio kemiskinan sebesar 46,09
persen, sedangkan rasio jumlah rumah tangga sebesar 50,67 persen. Sebaran
penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar di Kabupaten
Probolinggo terletak pada Kecamatan Tiris dengan jumlah penduduk sebesar
78.024 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Kecamatan
Sukapura dengan penduduk sebesar 21.136 jiwa. Sementara jumlah rumah
tangga terbesar adalah Kecamatan Kraksaan dengan 21.697 rumah tangga,
dan Kecamatan Sukapura dengan jumlah rumah tangga sebesar 6.273.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jumlah keluarga di Kecamatan
Kraksaan lebih kecil dibandingkan jumlah keluarga di Kecamatan Tiris.
Berdasar data PPLS 2011, kecamatan dengan jumlah penduduk miskin
paling besar adalah Kecamatan Tiris dengan jumlah penduduk miskin sebesar
41.201 jiwa (12.690 rumah tangga miskin). Sedangkan kecamatan dengan
jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan Sukapura dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 7.577 jiwa (2.291 rumah tangga miskin).

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 20


Tabel 2.1
Sebaran Penduduk dan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Probolinggo
Menurut Kecamatan
Jumlah
Jumlah Jumlah RT
Kel. Kecamatan Pddk Jumlah RT
Penduduk Miskin
Miskin
Dataran Tinggi
1 Gading 56.069 28.431 17.144 8.805
2 Tiris 78.024 41.201 19.796 12.690
3 Kuripan 31.963 21.048 8.695 5.810
4 Krucil 63.151 35.753 14.574 10.193
5 Sukapura 21.136 7.577 6.273 2.291
6 Pakuniran 47.167 22.398 14.480 7.156
7 Sumber 27.168 14.645 8.361 4.436
Wilayah Dataran Menengah
8 Wonomerto 48.827 17.101 11.524 5.579
9 Bantaran 45.721 22.729 13.416 6.020
10 Leces 62.417 25.076 16.061 6.676
11 Tegalsiwalan 37.966 16.942 11.461 5.044
12 Maron 69.164 34.582 20.118 11.331
13 Banyuanyar 58.868 27.139 16.830 8.865
14 Krejengan 42.456 21.905 13.355 6.922
15 Lumbang 32.916 20.491 10.627 5.873
16 Besuk 51.628 25.765 15.572 8.670
17 Kotaanyar 39.148 21.320 12.328 7.366
Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir
18 Sumberasih 66.504 28.063 18.066 8.443
19 Tongas 70.784 34.166 19.662 10.795
20 Dringu 56.484 18.774 15.200 5.540
21 Gending 44.219 17.823 11.683 5.800
22 Paiton 70.975 24.383 19.552 8.910
23 Pajarakan 35.513 13.887 9.788 4.495
24 Kraksaan 72.051 25.865 21.697 7.737
Jumlah 1.230.319 567.064 346.263 175.447
Sumber: diolah, Data BPS 2013 dan PPLS 2011.

Berdasarkan rasio antara jumlah penduduk miskin terhadap jumlah


penduduk keseluruhan, kecamatan dengan dengan rasio jumlah penduduk
miskin terbesar adalah Kecamatan Kuripan dengan rasio 65,85 persen.
Sedangkan rasio rumah tangga miskin terbesar adalah Kecamatan Krucil
dengan rasio sebesar 69,94 persen. Kedua kecamatan tersebut (Kecamatan
Kuripan dan Krucil) berada pada wilayah dataran tinggi di Kabupaten
Probolinggo.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 21


112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

PASURUAN
Sel at Madu r a
7°45'00"

7°45'00"
Paiton

Sumber Asih Kraksaan


KAB. PASURUAN Tongas
KOTA
PROBOLINGGO Pajarakan
Kota Anyar

Gending
Dringu Besuk
Krejengan
7°50'00"

7°50'00"
Wonomerto Pakuniran KAB. SITUBOND
Maron
Lumbang
Banyu Anyar
Gading

Bantaran
Tegal Siwalan
Leces

Kuripan
7°55'00"

7°55'00"
Sukapura

Tiris Krucil
Sumber
KAB. LUMAJANG

ANG
8°00'00"

8°00'00"
KAB. JEMBER

KETERANGAN:
PETA N
Rasio Rumah Tangga Miskin 35.66 - 42.51
SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN Rasio Rumah Tangga Miskin 42.52 - 49.37
KABUPATEN PROBOLINGGO Rasio Rumah Tangga Miskin 49.38 - 56.22
8°5'00"

8°5'00"
Rasio Rumah Tangga Miskin 56.23 - 63.08
Rasio Rumah Tangga Miskin 63.09 - 69.94 4 0 4 Miles

112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 21


bila dilihat dari rasio penduduk miskin pada masing-masing kelompok
wilayah, berdasarkan data PPLS 2011 memiliki rasio yang berbeda-beda. Untuk
wilayah dataran tinggi, rasio rata-rata jumlah penduduk miskin sebesar 52,68
persen, untuk dataran menengah sebesar 47,65 persen, dan wilayah dataran
rendah/pesisir sebesar 39,12 persen. Sedangkan rasio rata-rata jumlah rumah
tangga miskin, untuk wilayah dataran tinggi sebesar 57,52 persen, dataran
menengah 51,20 persen, dan wilayah rendah/pesisir sebesar 44,72 persen.

Gambar 2.1
Rasio Jumlah Penduduk Miskin dan Jumlah Rumah Tangga Miskin
Berdasarkan Kelompok Wilayah

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan gambar tersebut, wilayah dataran tinggi memiliki rasio rata-


rata penduduk miskin lebih besar dibandingkan dengan dataran menengah dan
dataran rendah/pesisir. Sedangkan dataran menengah, memiliki rasio penduduk
miskin yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah dataran rendah/pesisir,
atau wilayah dataran rendah/pesisir memiliki rasio jumlah penduduk miskin
paling kecil.
Bagian Dataran Tinggi, yang merupakan rasio dengan jumlah penduduk
miskin rata-rata paling tinggi memiliki variasi yang berbeda-beda. Kecamatan
paling tinggi rasio penduduk miskin adalah Kecamatan Kuripan dengan rasio
sebesar 65,85 persen, sedangkan rasio terkecil pada Kecamatan Sukapura

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 22


dengan rasio sebesar 35,85 persen. Kecamatan Sukapura juga merupakan
kecamatan pada bagian dataran tinggi dengan rasio jumlah RT miskin paling
kecil, yaitu sebesar 36,52 persen. Kecamatan dengan rasio jumlah RT miskin
paling besar adalah Kecamatan Krucil dengan rasio sebesar 69,94 persen atau
hampir 70 persen.
Tabel 2.2
Rasio Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Miskin
di Kabupaten Probolinggo Menurut Kecamatan
Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rumah
Kel. Kecamatan
Penduduk Miskin Tangga Miskin
Dataran Tinggi
1 Gading 50.71 51.36
2 Tiris 52.81 64.10
3 Kuripan 65.85 66.82
4 Krucil 56.62 69.94
5 Sukapura 35.85 36.52
6 Pakuniran 47.49 49.42
7 Sumber 53.91 53.06
Rata-rata 52.68 57.52
Wilayah Dataran Menengah
8 Wonomerto 35.02 48.41
9 Bantaran 49.71 44.87
10 Leces 40.17 41.57
11 Tegalsiwalan 44.62 44.01
12 Maron 50.00 56.32
13 Banyuanyar 46.10 52.67
14 Krejengan 51.59 51.83
15 Lumbang 62.25 55.26
16 Besuk 49.91 55.68
17 Kotaanyar 54.46 59.75
Rata-rata 47.65 51.20
Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir
18 Sumberasih 42.20 46.73
19 Tongas 48.27 54.90
20 Dringu 33.24 36.45
21 Gending 40.31 49.64
22 Paiton 34.35 45.57
23 Pajarakan 39.10 45.92
24 Kraksaan 35.90 35.66
Rata-rata 39.12 44.72
Rata-rata Total 46.48 51.14
Sumber: diolah, Data BPS 2013 dan PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 23


112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

PASURUAN
Sel at Madu r a
7°45'00"

7°45'00"
Paiton

Kraksaan
Tongas Sumber Asih
KAB. PASURUAN
KOTA
PROBOLINGGO Pajarakan
Kota Anyar

Gending
Dringu Besuk
Krejengan
7°50'00"

7°50'00"
Wonomerto Pakuniran KAB. SITUBOND
Maron
Lumbang
Banyu Anyar
Gading

Bantaran
Tegal Siwalan
Leces

Kuripan
7°55'00"

7°55'00"
Sukapura

Tiris Krucil

Sumber
KAB. LUMAJANG

ANG
8°00'00"

8°00'00"
KAB. JEMBER

KETERANGAN:
PETA Rasio Rumah Tangga Miskin 35.66 N
SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN Rasio Rumah Tangga Miskin 36.45
Rasio Rumah Tangga Miskin 45.57
BLOK WILAYAH PESISIR
8°5'00"

Rasio Rumah Tangga Miskin 45.92

8°5'00"
KABUPATEN PROBOLINGGO Rasio Rumah Tangga Miskin 46.73
Rasio Rumah Tangga Miskin 49.64 4 0 4 Miles
Rasio Rumah Tangga Miskin 54.90

112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 24


112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

PASURUAN
Sel at Madu r a
7°45'00"

7°45'00"
Paiton

Sumber Asih Kraksaan


KAB. PASURUAN Tongas
KOTA
PROBOLINGGO Pajarakan
Kota Anyar

Gending
Dringu Besuk
Krejengan
7°50'00"

7°50'00"
Wonomerto Pakuniran KAB. SITUBOND
Maron
Lumbang
Banyu Anyar
Gading

Bantaran
Tegal Siwalan
Leces

Kuripan
7°55'00"

7°55'00"
Sukapura

Tiris Krucil
Sumber
KAB. LUMAJANG

ANG
8°00'00"

8°00'00"
KAB. JEMBER

PETA KETERANGAN:
N
Rasio Rumah Tangga Miskin 41.57 Rasio Rumah Tangga Miskin 51.83
SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN Rasio Rumah Tangga Miskin 44.01 Rasio Rumah Tangga Miskin 52.67
BLOK BAGIAN TENGAH Rasio Rumah Tangga Miskin 44.87 Rasio Rumah Tangga Miskin 55.68
8°5'00"

8°5'00"
KABUPATEN PROBOLINGGO Rasio Rumah Tangga Miskin 48.41 Rasio Rumah Tangga Miskin 56.32
Rasio Rumah Tangga Miskin 49.42 Rasio Rumah Tangga Miskin 59.75 4 0 4 Miles

112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 25


112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

PASURUAN
Sel at Madu r a
7°45'00"

7°45'00"
Paiton

Kraksaan
Tongas Sumber Asih
KAB. PASURUAN
KOTA
PROBOLINGGO Pajarakan
Kota Anyar

Gending
Dringu Besuk
Krejengan
7°50'00"

7°50'00"
Wonomerto Pakuniran KAB. SITUBOND
Maron
Lumbang
Banyu Anyar
Gading

Bantaran
Tegal Siwalan
Leces

Kuripan
7°55'00"

7°55'00"
Sukapura

Tiris Krucil
Sumber
KAB. LUMAJANG

ANG
8°00'00"

8°00'00"
KAB. JEMBER

KETERANGAN:
PETA Rasio Rumah Tangga Miskin 36.52 N
SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN Rasio Rumah Tangga Miskin 51.36
Rasio Rumah Tangga Miskin 53.06
BLOK DATARAN TINGGI
8°5'00"

Rasio Rumah Tangga Miskin 55.26

8°5'00"
KABUPATEN PROBOLINGGO Rasio Rumah Tangga Miskin 64.10
Rasio Rumah Tangga Miskin 66.82 4 0 4 Miles
Rasio Rumah Tangga Miskin 69.94

112°56'00" 113°3'00" 113°10'00" 113°17'00" 113°24'00" 113°31'00" 113°38'00"

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 26


Dataran menengah, yang merupakan rasio dengan jumlah penduduk
miskin rata-rata menengah memiliki variasi yang berbeda-beda. Kecamatan
paling tinggi rasio penduduk miskin adalah Kecamatan Kotaanyar dengan rasio
sebesar 54,46 persen, sedangkan rasio terkecil pada Kecamatan Wonomerto
dengan rasio sebesar 35,02 persen. Kecamatan Leces merupakan kecamatan
pada bagian dataran tinggi dengan rasio jumlah RT miskin paling kecil, yaitu
sebesar 41,57 persen. Kecamatan dengan rasio jumlah RT miskin paling besar
adalah Kecamatan Besuk dengan rasio sebesar 59,75 persen atau hampir 60
persen.
Bagian Dataran rendah/pesisir, yang merupakan rasio dengan jumlah
penduduk miskin rata-rata paling kecil memiliki variasi yang berbeda-beda.
Kecamatan paling tinggi rasio penduduk miskin adalah Kecamatan Tongas
dengan rasio sebesar 48,27 persen, sedangkan rasio terkecil pada Kecamatan
Dringu dengan rasio sebesar 33,24 persen. Kecamatan Kraksaan merupakan
kecamatan pada bagian dataran tinggi dengan rasio jumlah RT miskin paling
kecil, yaitu sebesar 35,66 persen. Kecamatan dengan rasio jumlah RT miskin
paling besar adalah Kecamatan Tongas (yang juga merupakan kecamatan
dengan rasio jumlah penduduk miskin paling besar) dengan rasio sebesar 54,90
persen atau hampir 55 persen.

B. Karakteristik Rumah Tangga Miskin


Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Probolinggo sebanyak
175.447 yang tersebar di 24 kecamatan berdasarkan data PPLS 2011.
Karakteristik pertama tentang RTM adalah status kesejahteraan yang
merupakan kondisi tingkat kesejahteraan RTM, yang dibagi 3 (tiga) kategori;
(a) RTM dengan kondisi kesejahteraan sampai antara 11 - 20% terendah, (b)
RTM dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah, dan (c) RTM
dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 21 - 30% terendah. Berdasarkan
kategori tersebut maka dapat dilihat sebaran jumlah RTM pada masing-masing
bagian wilayah dan kecamatan.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 27


Tabel 2.3
Jumlah Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan
di Kabupaten Probolinggo Menurut Kecamatan
No Kecamatan Gol 1 Gol 2 Gol 3 Total
1 Gading 3,784 2,549 2,472 8,805
2 Tiris 4,855 3,899 3,936 12,690
3 Kuripan 2,559 1,664 1,587 5,810
4 Krucil 5,284 2,944 1,965 10,193
5 Sukapura 806 761 724 2,291
6 Pakuniran 3,444 2,106 1,606 7,156
7 Sumber 1,670 1,389 1,377 4,436
Dataran Tinggi 22,402 15,312 13,667 51,381
8 Wonomerto 1,860 ,862 1,857 5,579
9 Bantaran 1,629 1,873 2,518 6,020
10 Leces 1,571 1,964 3,141 6,676
11 Tegalsiwalan 1,706 1,569 1,769 5,044
12 Maron 4,543 3,631 3,157 11,331
13 Banyuanyar 3,393 2,825 2,647 8,865
14 Krejengan 2,955 1,950 2,017 6,922
15 Lumbang 1,896 1,807 2,170 5,873
16 Besuk 3,178 2,710 2,782 8,670
17 Kotaanyar 4,401 1,748 1,217 7,366
Wilayah Dataran Menengah 27,132 20,077 23,275 72,346
18 Sumberasih 2,841 2,655 2,947 8,443
19 Tongas 4,001 3,385 3,409 10,795
20 Dringu 1,709 1,762 2,069 5,540
21 Gending 2,149 1,872 1,779 5,800
22 Paiton 3,783 2,833 2,294 8,910
23 Pajarakan 1,537 1,370 1,588 4,495
24 Kraksaan 2,930 2,354 2,453 7,737
Wil. Dataran Rendah & Pesisir 18,950 16,231 16,539 51,720
Total 68,484 53,482 53,481 175,447
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pada wilayah dataran tinggi, jumlah penduduk golongan 1 paling besar


adalah Kecamatan Krucil dengan jumlah RTM sebesar 5.284 rumah tangga.
Untuk golongan 2 terbesar pada Kecamatan Tiris, dengan jumlah RTM
sebanyak 3.899 rumah tangga. Sedangkan untuk kategori 3 jumlah RTM
terbesar juga pada Kecamatan Tiris dengan jumlah RTM sebanyak 3.936.
Pada dataran menengah, jumlah penduduk baik golongan 1, golongan 2
dan golongan 3 paling besar adalah Kecamatan Maron dengan jumlah RTM
masing-masing sebesar 4.543 rumah tangga, 3.631 rumah tangga, dan 3.157
rumah tangga.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 28


Pada wilayah dataran rendah/pesisir, jumlah penduduk baik golongan 1,
golongan 2 dan golongan 3 paling besar adalah Kecamatan Tongas dengan
jumlah RTM masing-masing sebesar 4.001 rumah tangga, 3.335 rumah tangga,
dan 3.409 rumah tangga.
Sementara untuk rasio jumlah RTM berdasarkan kategori tingkat
kesejahteraan sebaran pada masing-masing bagian wilayah dan kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 2.4. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa
prosentase kelompok 1 di wilayah dataran tinggi lebih besar dibandingkan
dengan kedua kelompok wilayah lainnya.

Tabel 2.4
Rasio Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan
di Kabupaten Probolinggo Menurut Kecamatan
No Kecamatan Gol 1 Gol 2 Gol 3
1 Gading 42.98 28.95 28.07
2 Tiris 38.26 30.72 31.02
3 Kuripan 44.04 28.64 27.31
4 Krucil 51.84 28.88 19.28
5 Sukapura 35.18 33.22 31.60
6 Pakuniran 48.13 29.43 22.44
7 Sumber 37.65 31.31 31.04
Dataran Tinggi 52.58 30.16 27.25
8 Wonomerto 33.34 33.38 33.29
9 Bantaran 27.06 31.11 41.83
10 Leces 23.53 29.42 47.05
11 Tegalsiwalan 33.82 31.11 35.07
12 Maron 40.09 32.04 27.86
13 Banyuanyar 38.27 31.87 29.86
14 Krejengan 42.69 28.17 29.14
15 Lumbang 32.28 30.77 36.95
16 Besuk 36.66 31.26 32.09
17 Kotaanyar 59.75 23.73 16.52
Wilayah Dataran Menengah 36.75 30.28 32.96
18 Sumberasih 33.65 31.45 34.90
19 Tongas 37.06 31.36 31.58
20 Dringu 30.85 31.81 37.35
21 Gending 37.05 32.28 30.67
22 Paiton 42.46 31.80 25.75
23 Pajarakan 34.19 30.48 35.33
24 Kraksaan 37.87 30.43 31.70
Wilayah Dataran Rendah & Pesisir 36.16 31.37 32.47
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 29


Wilayah dataran tinggi, rasio kelompok pendapatan golongan 1 sebesar
52,58 persen, disusul rasio kelompok pendapatan golongan 2 sebesar 30,16
persen, dan kelompok pendapatan golongan 3 sebesar 27,25 persen. Untuk
wilayah tersebut kecamatan dengan rasio kelompok pendapatan golongan 1
paling tinggi adalah Kecamatan Krucil dengan rasio sebesar 51,84 persen.
Wilayah dataran menengah, rasio kelompok pendapatan golongan 1
sebesar 36,75 persen, disusul rasio kelompok pendapatan golongan 3 sebesar
32,96 persen, dan kemudian kelompok pendapatan golongan 2 sebesar 30,28
persen. Untuk wilayah tersebut kecamatan dengan rasio kelompok pendapatan
golongan 1 paling tinggi adalah Kecamatan Kotaanyar dengan rasio sebesar
59,75 persen.
Wilayah dataran rendah/pesisir, rasio kelompok pendapatan golongan 1
sebesar 36,16 persen, disusul rasio kelompok pendapatan golongan 3 sebesar
32,47 persen, dan kemudian kelompok pendapatan golongan 2 sebesar 31,37
persen. Untuk wilayah tersebut kecamatan dengan rasio kelompok pendapatan
golongan 1 paling tinggi adalah Kecamatan Paiton dengan rasio sebesar 42,46
persen.
Berdasarkan jenis kelamin kepala RTM, secara umum laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan. Kondisi tersebut berlaku untuk ketiga
bagian wilayah baik, dataran tinggi, dataran menengah, maupun wilayah
rendah/pesisir dengan prosentase yang berbeda-beda. Untuk dataran tinggi
prosentase laki-laki jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan, yaitu
dengan rasio sebesar 84,68 %. Disusul kelompok dataran menengah dengan
prosentase sebesar 81 %, dan dataran rendah/pesisir rasio sebesar 78,94 %.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka wilayah dataran rendah/pesisir
memiliki prosentase kepala RTM perempuan lebih besar dibandingkan kedua
wilayah lainnya. Untuk wilayah dataran rendah/pesisir prosentase kepala RTM
perempuan paling besar adalah Kecamatan Paiton dengan rasio sebesar 27,15
persen. Sedangkan untuk wilayah dataran tinggi, rasio kepala RTM perempuan
terbesar pada Kecamatan Gading dengan rasio sebesar 19,81 persen, dan
dataran menengah di Kecamatan Maron dengan prosentase sebesar 21,47 %.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 30


Tabel 2.5
Jumlah dan Rasio Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jenis Kelamin Kepala
Keluarga di Kabupaten Probolinggo Menurut Kecamatan
Jumlah RTM Rasio RTM
No Kecamatan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 Gading 7,061 1,744 80.19 19.81
2 Tiris 10,923 1,767 86.08 13.92
3 Kuripan 5,041 769 86.76 13.24
4 Krucil 8,956 1,237 87.86 12.14
5 Sukapura 1,928 363 84.16 15.84
6 Pakuniran 5,856 1,300 81.83 18.17
7 Sumber 3,812 624 85.93 14.07
Dataran Tinggi 42,935 7,163 84.68 15.31
8 Wonomerto 4,293 1,286 76.95 23.05
9 Bantaran 5,060 960 84.05 15.95
10 Leces 5,659 1,017 84.77 15.23
11 Tegalsiwalan 4,147 897 82.22 17.78
12 Maron 8,898 2,433 78.53 21.47
13 Banyuanyar 6,978 1,887 78.71 21.29
14 Krejengan 5,584 1,338 80.67 19.33
15 Pakuniran 5,856 1,300 81.83 18.17
16 Besuk 6,945 1,725 80.10 19.90
17 Kotaanyar 6,057 1,309 82.23 17.77
Wilayah Dataran Menengah 59,477 14,152 81.00 18.99
18 Sumberasih 6,934 1,509 82.13 17.87
19 Tongas 8,669 2,126 80.31 19.69
20 Dringu 4,562 978 82.35 17.65
21 Gending 4,557 1,243 78.57 21.43
22 Paiton 6,491 2,419 72.85 27.15
23 Pajarakan 3,391 1,104 75.44 24.56
24 Kraksaan 6,265 1,472 80.97 19.03
Wil. Dataran Rendah & Pesisir 40,869 10,851 78.94 21.05
Total 143,281 32,166 81.54 18.45
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan usia kepala keluarga pada masing-masing wilayah memiliki


karakteristik yang berbeda. Untuk dataran tinggi, porsi usia kepala keluarga
kelompok umur dibawah 45 tahun paling besar dibandingkan dengan kedua
kelompok wilayah lainnya, dengan rasio sebesar 46,14 persen. Sementara
untuk dataran menengah porsi paling besar pada kelompok usia antara 45 s./d.
65 tahun dengan rasio sebesar 44,58 persen. Untuk kelompok usia diatas 65
tahun porsi terbesar pada kelompok wilayah dataran rendah/pesisir, dengan
rasio sebesar 15,74 persen.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 31


Perbedaan kondisi tersebut hendaknya mendapat perhatian dalam upaya
penanggulangan kemiskinan, karena masing-masing kelompok wilayah memiliki
yang berbeda-beda. Artinya kebijakan yang akan dilakukan lebih
memperhatikan perbedaan karakteristik masyarakat miskin pada masing-
masing wilayah di Kabupaten Probolinggo.

Gambar 2.2
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Usia Kepala Keluarga pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan data kelompok usia, kecamatan dengan rasio kelompok usia


kurang dari 45 tahun terbesar adalah Kecamatan Krucil dengan porsi sebesar
51,07 persen. Untuk Kelompok usian antara 45 s./d. 65 tahun rasio terbesar
pada Kecamatan Sukapura, dengan porsi sebesar 47,93 persen. Sedangkan
kelompok usia diatas 65 tahun, porsi terbesar pada Kecamatan Pajarakan
dengan rasio sebesar 20,60 persen.
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembentukan pola pikir dan
logika berpikir. Kondisi tingkat pendidikan kepala RTM umumnya berada pada
jenjang sekolah dasar (SD) ke bawah. Berdasarkan data PPLS 2011 kondisi
tingkat pendidikan RTM Kabupaten Probolinggo sebesar 92,29 persen berada
pada level dibawah sekolah menengah pertama (SD dan tidak tamat SD).

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 32


Tabel 2.6
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga pada Masing-
masing Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo
Dataran Dataran Wilayah
No Lapangan Usaha Kabupaten
Tinggi menengah Pesisir
1 Tidak Tamat SD 31.57 26.74 24.19 27.37
2 SD 64.39 64.88 65.50 64.92
3 SMP 3.06 6.29 7.38 5.69
4 SMA 0.88 1.94 2.82 1.90
5 Diploma/Sarjana 0.10 0.14 0.11 0.12
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan kelompok wilayah, jumlah RTM menurut jenjang pendidikan


memilki karakteristik yang berbeda. Untuk level pendidikan tidak tamat SD porsi
terbesar pada kelompok wilayah dataran tinggi, dengan rasio sebesar 31,57
persen. Sedangkan pada level pendidikan tamat SD porsi terbesar pada
kelompok wilayah dataran rendah/pesisir, dengan rasio sebesar 65,50 persen.
Sedangkan untuk level pendidikan SMP keatas porsi terbesar pada kelompok
wilayah dataran rendah/pesisir, dengan rasio sebesar 7,38 persen.
Berdasakan lapangan usaha kepala RTM, secara keseluruhan porsi
terbesar pada sektor pertanian dengan rasio sebesar 70,45 persen. Kemudian
disusul sektor perdagangan, hotel, dan rumah makan (8,91 persen), sektor
konstruksi/bangunan (7,83 persen), dan jasa-jasa lainnya (5,41persen).

Tabel 2.7
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Lapangan Usaha Kepala Keluarga pada
Masing-masing Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo
Dataran Dataran Wilayah
No Lapangan Usaha Kabupaten
Tinggi menengah Pesisir
1 Pertanian 80.41 70.34 60.59 70.45
2 Pertambang & Penggalian 0.43 0.71 1.24 0.78
3 Industri Pengolahan 2.01 2.69 2.89 2.55
4 Listrik, Gas, dan Air Minum 0.04 0.30 0.18 0.19
5 Konstruksi 5.34 7.46 10.89 7.83
6 Perdag, Hotel, & Restoran 6.17 9.74 10.45 8.91
7 Pengangkut & Komunikasi 1.82 3.23 6.63 3.80
8 Keuang, Persw & Js Persh 0.03 0.08 0.11 0.07
9 Jasa-jasa Lainnya 3.74 5.46 7.03 5.41
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 33


Karakteristik RTM berdasarkan lapangan usaha, memiliki perbedaan
diantara kelompok wilayah. Untuk kelompok dataran tinggi rasio terbesar pada
sektor pertanian dibandingkan dengan kedua kelompok wilayah lainnya, dengan
rasio sebesar 80,41 persen. Sedangkan untuk kelompok wilayah dataran
menengah pada sektor perdagangan, hotel, dan rumah makan, dan sektor
konstruksi atau bangunan dengan rasio masing-masing sebesar 7,46 persen
dan 9,74 persen. Sementara untuk kelompok dataran rendah/pesisir pada
sektor industri pengolahan dengan rasio sebesar 2,89 persen.
Berdasarkan status kepemilikan tempat tinggal, masing-masing
kelompok wilayah memiliki tendesi yang sama yaitu merupakan hak milik,
namun dengan variasi rasio yang berbeda-beda. Untuk bagian dataran tinggi,
porsi status tempat tinggal yang merupakan hak miliki memiliki rasio yang
paling besar dibandingkan dengan kedua wilayah lainnya. Sedangkan wilayah
dataran rendah/pesisir merupakan kelompok wilayah dengan porsi yang paling
kecil. Secara detail dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 2.3
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Status Tempat Tinggal pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 34


Berdasarkan kondisi tempat tinggal, sebagian besar memiliki jenis atap
beton atau genteng dimana pada kelompok wilayah masing-masing memiliki
rasio yang hampir sama, rata-rata diatas 90 persen. Untuk jenis atas seng atau
asbes porsi terbesar ada di dataran tinggi dengan rasio sebesar 6,61 persen.
Secara detail jumlah RTM berdasarkan jenis atap rumah tinggal dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 2.8
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Jenis Atap Terluas pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo
Dataran Dataran Wilayah
No Jenis Atap Kabupaten
Tinggi menengah Pesisir
1 Beton/Genteng 93.16 98.85 98.64 97.18
2 Seng/Asbes 6.61 0.91 1.20 2.61
3 Sirap/Ijuk 0.15 0.13 0.14 0.14
4 Lainnya 0.09 0.11 0.01 0.08
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Untuk jenis dinding rumah tinggal secara keseluruhan pada kondisi


dinding dari tembok dengan porsi 50,64 persen, disusul dinding dari bambu
atau gedek sebesar 27,28 persen, dan kemudian kayu sebesar 14,72 persen.
Namun pada masing-masing bagian wilayah memiliki karakteristik yang
berbeda, jumlah RTM berdasarkan jenis dinding tempat tinggal.

Gambar 2.4
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Jenis Dinding Terluas pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 35


Untuk dataran rendah/pesisir, jenis dinding tembok dan bambu memiliki
rasio terbesar. Kedua jenis dinding tersebut memiliki porsi sebesar 57,69
persen, dan 31,45 persen. Sedangkan dataran tinggi, jenis dinding dengan rasio
terbesar dibandingkan dengan kedua kelompok wilayah adalah dinding kayu
dengan rasio sebesar 23,84 persen. daridata tersebut menunjukkan bahwa
kelompok wilayah dataran rendah/pesisir memiliki rasio jumlah RTM berdinding
bambu paling besar dibandingkan dengan kedua kelompok lainnya. Disusul
bagian dataran menengah dengan porsi sebesar 28,11 persen. Artinya kedua
kelompok wilayah tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih dalam hal
menyediaan rumah sehat.
Berdasarkan jenis lantai, hampir 60 persen rumah tinggal RTM berlantai
tanah. Hal menunjukkan bahwa, rata-rata jenis lantai rumah tinggal RTM
adalah tanah. Adapun porsi masing-masing kelompok wilayah, memiliki rasio
yang hampir sama. Sejalan dengan kondisi dinding dan lantai rumah tinggal,
maka hendaknya mendapatkan perhatian yang serius, dalam upaya
menyediaan rumah sehat bagi rumah tangga miskin. Secara detail kondisi jenis
lantai pada masing-masing kelompok wilayah sebagaimana tabel berikut:

Gambar 2.5
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Jenis Lantai pada Masing-masing Bagian
Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 36


Air merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan, untuk itu air
utamanya air minum menjadi kebutuhan fital dalam kehidupan. Oleh karena itu
kondisi air minum merupakan suatu hal yang merti diperhatikan. Pada RTM di
Kabupaten Probolinggo, kondisi sumber air minum memiliki rasio yang berbeda-
beda. Untuk wilayah dataran rendah/pesisir sebagian besar merupakan sumber
air minum yang terlindungi dengan porsi 93,20 persen.
Hal serupa juga terjadi pada wilayah dataran menengah, walaupun
dengan porsi yang berbeda. Untuk dataran menengah, sumber air minum
dalam ledeng memiliki porsi paling besar, dibandingkan dengan kedua
kelompok wilayah lainnya. Pada bagian tersebut, sumber air minum ledeng
dengan porsi sebesar 11,80 persen. Artinya dataran menengah merupakan
wilayah yang mendapatkan pelayanan paling besar dari PDAM. Sementara
untuk wilayah dataran tinggi, sumber air minum terbesar berasal dari air yang
tidak terlindungi. Secara detail rasio jumlah RTM berdasarkan sumber air
minum pada masing-masing kelompok wilayah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.9
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Sumber Air Minum pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo
Dataran Dataran Wilayah
No Jenis Atap Kabupaten
Tinggi menengah Pesisir
1 Air Kemasan 0.05 0.10 0.96 0.30
2 Air Ledeng 6.15 11.80 2.09 7.79
3 Air Terlindung 45.58 75.66 93.20 71.39
4 Air Tidak Terlindung 48.23 12.45 3.74 20.52
Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan sumber penerangan tempat tinggal RTM, masing-masing


kelompok wilayah memiliki tendesi yang sama yaitu listrik PLN, namun dengan
variasi rasio yang berbeda-beda. Untuk bagian wilayah dataran rendah/pesisir,
porsi sumber penerangan dari listrik PLN memiliki rasio yang paling besar
dibandingkan dengan kedua wilayah lainnya. Sedangkan wilayah dataran tinggi
merupakan kelompok wilayah dengan porsi yang paling kecil. Secara detail
sumber penerangan tempat tinggal RTM pada masing-masing kelompok
wilayah dapat dilihat pada tabel berikut:

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 37


Gambar 2.6
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Sumber Penerangan pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Sarana MCK merupakan salah satu syarat terwujudnya rumah tinggal


yang sehat. Untuk itu, keberadaan sarana tersebut menjadi hal penting dalam
upaya menciptakan rumah sehat. Secara keseluruhan keberadaan fasilitas BAB
(buang air besar) pada RTM tidak ada, artinya sebagian besar RTM tidak
memiliki sarana/fasiltas BAB (66,88 persen). Kemudian disusul dengan, fasilitas
bersama dengan rasio sebesar 23,19 persen. Sedangkan RTM yang memiliki
fasilitas BAB sendiri hanya 9,93 persen.
Sedangkan kondisi, masing-masing kelompok wilayah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Wilayah dataran rendah/pesisir merupakan
wilayah dengan rasio RTM yang tidak memiliki fasilitas BAB paling besar,
dengan porsi sebesar 84,92 persen. Sedangkan untuk fasilitas BAB bersama,
wilayah dataran tinggi merupakan wilayah yang memiliki rasio terbesar dengan
porsi 37,69 persen. Wilayah tersebut, juga merupakan wilayah dengan rasio
terkecil rasio RTM yang tidak memiliki fasilitas BAB. Selain itu, wilayah dataran
tinggi juga merupakan wilayah dengan rasio RTM terbesar yang memiliki sarana
BAB sendiri.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 38


Gambar 2.7
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Fasilitas Buang Air Besar pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan jumlah anggota keluarga, secara keseluruha sebagian besar


memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 5 orang. Kondisi tersebut hampir
sama untuk semua kelompok wilayah, baik dataran tinggi, dataran menengah,
dan wilayah dataran rendah/pesisir. Secara lengkap rincian jumlah anggota
RTM pada masing-masing kelompok wilayah dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 2.8
Rasio Jumlah RTM Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga pada Masing-masing
Bagian Wilayah di Kabupaten Probolinggo

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 39


BAB. 3

KERANGKA KONSEP

A. Ciri-ciri Kemiskinan

Dari hasil diskusi, pendalaman data, dan pemahaman karakteristik


kemiskinan maka disimpulkan ciri-ciri kemiskinan di Kabupaten Probolinggo
adalah:
 Sumber keuangan rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan tetap dan
sumber pendapatan tidak tentu. Indikator tersebut didasarkan
pandangan masyarakat bahwa pekerjaan tetap memberikan
pendapatan yang stabil sehingga mudah dalam memenuhi kebutuhan
seluruh anggota rumah tangga. Namun meskipun tidak mempunyai
pekerjaan tetap tetapi mempunyai sumber pendapatan tetap
dikategorikan tidak miskin.
 Komposisi pengeluaran pangan dan non pangan digunakan sebagai
indikator dalam menentukan rumah tangga miskin karena pada
rumah tangga miskin hampir seluruh pengeluarannya terkonsentrasi
untuk pembelian pangan. Oleh karena itu, rumah tangga yang
sebagian besar pengeluarannya untuk pangan, dapat dikategorikan
sebagai rumah tangga miskin. Hal ini didukung oleh Engel (pakar
ekonomi internasional dari Swedia) yang dirumuskan dalam hukum
Engel (Engel Law) yang menyebutkan bahwa presentase pengeluaran
rumah tangga untuk pangan akan menurun seiring dengan
meningkatnya pendapatan rumah tangga tersebut. Dengan kata lain
apabila rumah tangga yang porsi pengeluarannya untuk pangan
sangat besar, berarti rumah tangga tersebut adalah rumah tangga
miskin.
 Terdapatnya anak-anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan
sekolahnya menunjukkan bahwa mereka termasuk kategori miskin,
karena orang tuanya tidak mampu membiayai mereka. Kemiskinan

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 40


sangat berhubungan dengan sumber-sumber keuangan untuk
membiayai hidupnya. Oleh karena itu dalam mengkategorikan
penduduk miskin yang lebih dipentingkan adalah sumber pendapatan
dibanding dengan pekerjaannya.
 Keterjangkauan fasilitas kesehatan juga merupakan indikator tingkat
mutu hidup rumah tangga. Bagi rumah tangga mampu, untuk
perawatan kesehatannya akan memilih fasilitas kesehatan yang lebih
baik, sedangkan untuk rumah tangga miskin akan memilih fasilitas
kesehatan yang paling murah dan bahkan seringkali terpaksa tidak
dapat membiayai perawatan kesehatannya.
 Sarana kehidupan rumah tangga miskin dapat didekteksi lewat
sumber air bersih dan sarana tempat buang air besar yang dimiliki.
Rumah tangga miskin pada umumnya tidak mempunyai instalasi air
bersih yang dapat menjamin penyediaan air bersih secara
berkesinambungan (khusus wilayah perkotaan).

B. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang
atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidup sampai
suatu taraf yang dianggap manusiawi. Ukuran taraf hidup yang manusiawi
adalah sebuah istilah yang masih sangat abstrak, karena hal ini sangat
berkaitan dengan sudut pandang masyarakat. Tetapi secara sederhana
kemiskinan diartikan sebagai kemampuan penghasilan seseorang untuk
membiayai kebutuhan hidup dasar mereka. Hal yang menarik untuk
direnungkan adalah mengapa penghasilan mereka tidak menyukupi untuk
untuk kebutuhan minimal.
Awalnya upaya lebih banyak diarahkan untuk meningkatkan penghasilan
masyarakat miskin melalui berbagai program ekonomi. Hal tersebut tidak dapat
disangkal akan meningkatkan penghasilan masyarakat miskin tetapi tidak serta
merta menyelesaikan persoalan kemiskinan. Dari hasil pemahaman tersebut
dapat digambarkan hubungan sebab-akibat kemiskinan sebagai berikut :

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 41


Gambar 3.1
Hubungan sebab akibat kemiskinan Kabupaten Probolinggo

EKONOMI ASSET BUDAYA & KEBIJAKAN


PSIKOLOGI
Peluang Ketrampilan
kurang Kurang Kondisi Sarana Ekonomi
Biaya operasional
tinggi
Kondisi Infrastruktur
Pekerjaan tak
Pendidikan Pola pikir Wawasan kurang
tetap
rendah

Kemalasan
Penghasilan Tak mampu
tidak mengolah bahan
Kurangnya motivasi Akses informasi
mencukupi
etos kerja kurang
MISKIN
Penghasilan
tergantung faktor
Bounded
alam Kurangnya fasilitasi
Rasionality

Biaya hidup tinggi Kebutuhan hidup


Infrastruktur kurang
mahal
Air Bersih
Keb. kesehatan

Tak ada modal Ketiadaan Lembaga Keuangan


Pekerjaan /Usaha
tak berkembang Pengelolaan

Pola Konsumtif
Ketidakberdayaan akses pasar

Pasar dikuasai pengusaha dan


pemilik modal

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 43


Kemiskinan adalah sebuah kondisi kekurangan yang dialami oleh
seseorang atau suatu keluarga. Berdasarkan gambar tersebut maka telah
diidentifikasi akar permasalahan kemiskinan, yaitu :
1. Dimensi Ekonomi
Diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkan mata
pencaharian yang mapan dan memberikan penghasilan yang layak untuk
menunjang hidupnya secara berkesinambungan. Pandangan ini banyak
digunakan oleh berbagai pihak untuk menetapkan garis kemiskinan.
 Keterbatasan kesempatan kerja dan usaha
Seseorang itu miskin karena menganggur, sehingga tidak memperoleh
penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh waktu, baik dalam ukuran hari,
minggu, bulan atau tahun. Hal kedua ini sering disebut sebagai gelaja
setengah menganggur (disguised unemployment). Apabila orang yang
bersangkutan memperoleh pekerjaan dengan upah atau gaji yang memadai,
maka orang tersebut akan terbebas dari kemiskinan. Orang yang memiliki
kesempatan berusaha, akan memiliki sesuatu yang dapat dijadikan sumber
pendapatan untuk digunakan memenuhi kebutuhan primer hidupnya.
 Produktivitas kerja rendah
Produktifitas kerja yang rendah menyebabkan pengembangan ekonomi tidak
dinamis dan pertumbuhan ekonomi menjadi rendah. Hal ini berdampak pada
rendahnya pengembangan investasi baru yang berakibat lambatnya
penciptaan lapangan kerja baru. Dengan tiadanya penambahan lapangan
kerja baru menimbulkan semakin banyak pengangguran yang akan
menambah jumlah penduduk miskin.

2. Dimensi Asset
Dirumuskan sebagai ketidakmampuan seseorang yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat penguasaan seseorang terhadap modal dasar dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya (basic human needs), seperti :
 Keterbatasan akses terhadap faktor produksi
Kesuksesan seseorang dalam mengembangkan usaha ekonominya
bergantung dari kemampuannya dalam mengakses faktor-faktor produksi.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 44


Keterbatasan seseorang dalam mengakses faktor produksi seperti modal,
peralatan, bahan baku, teknologi serta faktor produksi lainnya
menyebabkannya tidak dapat mengembangbn usaha sebagai sumber
pendapatannya, tidak adanya sumber pendapatan mengakibatkan
kemiskinan.
 Kurangnya akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan
Keterbatasan Pemerintah dalam menyediakan layanan pendidikan dan
kesehatan menyebabkan masyarakat miskin tidak mendapatkan pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Hal ini berakibat rendahnya
kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat miskin sehingga tidak
memiliki ketrampilan dalam mengatasi permasalahan hidupnya.
 Keterbatasan akses sarana prasarana perhubungan
Keterbatasan Pemerintah dalam menyediakan layanan prasarana jalan yang
memadai mengakibatkan munculnya biaya tinggi. Baik biaya kebutuhan
pokok, maupun kebutuhan biaya usaha.

3. Dimensi Budaya dan Psikologi


Kompleksitas masalah kependudukan merupakan akar permasalahan
yang sangat berpengaruh terhadap sulitnya pengembangan ekonomi di
Kabupaten Probolinggo. Fenomena masalah kependudukan dan kemiskinan
diterjemahkan sebagai terinternalisasikannya budaya kemiskinan baik di tingkat
komunitas, maupun individu.
 Ketidakberdayaan masyarakat miskin
Permasalahan di tingkat individu, terlihat seperti antara lain sifat tidak
percaya diri, rendah diri, kurang mau berpikir jangka panjang oleh sebab
kegagalan-kegagalan yang sering dihadapinya, fatalisme, apatis, tidak
berdaya, ketergantungan yang tinggi.
 Kurangnya posisi tawar
Persoalan Kemiskinan di tingkat komunitas dicirikan dengan kurang
terintegrasinya penduduk miskin dalam lembaga-lembaga formal
masyarakat, berakibat: rendahnya tingkat kemampuan berpartisipasi secara
aktif dalam pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidupnya,
Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 45

Akhi
Sehingga Ketidakberdayaan masyarakat miskin ini tercermin dari tidak
dimilikinya posisi tawar terhadap pihak lain dalam persoalan ekonomii selalu
menjadi sapi perahan bagi pemilik modal. Selain itu masyarakat miskin
berada pada posisi yang tidak menguntungkan bila berhadapam dengan
pengambil kebijakan ataupun elite dalam berpartisipasi dan tidak dapat
mempengaruhi kebijakan pemerintah agar berpihak kepada mereka.

4. Dimensi Kebijakan
 Belum terintegrasinya berbagai program penanggulangan kemiskinan
Pada prinsipnya lembaga yang hendak melaksanakan secara langsung di
lapangan berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang ada adalah
masing-masing lembaga yang memiliki program yang ada. Kelemahannya
berbagai dinas belum melakukan koordinasi untuk menyelesaikan masalah
kemiskinan secara terpadu. Sebagai langkah maju atas pola pelaksanaan
selama ini, hendaknya masing-masing lembaga tersebut dalam melakukan
kegiatannya berada dalam jalur koordinasi di tingkat kabupaten. Sehingga
dibutuhkan suatu lembaga dengan fungsi sebagai lembaga yang
mengkoordinir berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Probolinggo dapat berjalan dengan baik.
 Kelemahan penyelengaraan perlindungan sosial
Dalam penyelenggaraan perlindungan sosial masih tumpang tindih dan
belum dikoordinasikan dengan baik dalam pelaksanaannya. Para pengelola
program masih belum sepenuhnya memanfaatkan data penduduk miskin
sebagai acuan dalam menetapkan sasaran atau target programnya.
 Ketiadaan kesinambungan program pengembangan ekonomi masyarakat
Sejumlah program pembinaan dan bantuan bagi pengembangan kegiatan
ekonomi masyarakat telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Probolinggo. Pada umumnya program pembinaan dan bantuan tersebut
bersifat parsial dan fragmentatif. Akibatnya, beberapa upaya pembinaan
kandas pada kondisi yang tidak jelas hasilnya. Pengucuran kredit bagi
usaha kecil-menengah sering berakhir pada ketidakjelasan pencapaian
sasaran. Upaya pengembangan kegiatan produksi potensial di Kabupaten
Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 46

Akhi
Probolinggo juga acapkali menghadapi persoalan kesinambungan
pemasaran. Seringkali sebagian besar dari nilai tambah dari produk
dinikmati oleh pelaku antara dalam rangkaian jual-beli dan hanya sebagian
kecil yang dinikmati oleh kelompok masyarakat pelaku produksi. Keadaan
ini menciptakan situasi yang tidak kondusif bagi tumbuhnya rangsangan
untuk pengembangan produksi. Dengan demikian, yang dibutuhkan adalah
suatu pendampingan yang komprehensif bagi masyarakat sehingga
spektrum pembinaan dapat bersifat menyeluruh dari mulai pembinaan
kecakapan produksi, kemampuan manajerial usaha produksi, proteksi
terhadap intervensi yang tidak adil dari pihak ketiga, dan jaminan
kesinambungan pemasaran. Inisiatif upaya pembinaan yang
berkesinambungan ini menghendaki suatu konsep program pembinaan
yang konsisten dan berkelanjutan dari pihak Pemerintah Kabupaten.
Program pembinaan hendaknya tidak terfragmentasi dalam beberapa paket
program yang terpisah, dan tidak ada/kurangnya keterkaitan antar waktu
pelaksanaan program.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 47

Akhi
BAB 4
AGENDA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

A. Membangun Moralitas Menanggulangi Kemiskinan


Ada kalangan yang berpendapat bahwa program penanggulangan
kemiskinan lebih sebagai tindakan yang semata-mata didasarkan atas
kebaikan hati seseorang, oleh karena itu bagi masyarakat atau negara
untuk mengatur penanggulangan kemiskinan atas dasar hukum dan
melaksanakan atas dasar kewajiban. Program seperti ini, apabila ada
adalah program yang sangat lemah baik dilihat dari segi moral ataupun
dilihat dari segi efektivitasnya.
Aspek moralitas dalam penanggulangan kemiskinan tampak dalam
analogi di bawah ini. Andaikan ada seorang yang cacat fisik. Sehingga
yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk hidup
layak karena pasar tenaga kerja membatasi ruang geraknya, kecuali jika
ia menjual produk intelektual. Apabila masyarakat memiliki kewajiban
untuk ikut memecahkan permasalahan tersebut atau masalah yang analog
sama. Apakah mereka sudah semestinya miskin karena mereka tidak
mampu.
Aspek moralitas tidak hanya diperlukan dari sesama anggota
masyarakat, namun juga harus dimiliki oleh pelaku kebijakan. Aspek yang
sangat dibutuhkan dalam percepatan penanggulangan kemiskinan adalah
kebijakan yang yang menghasilkan program penanggulangan kemiskinan
yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di masyarakat

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 48

Akhi
Gambar 4.1
Model Penanggulangan Kemiskinan yang Efektif

PENYEBAB

KEBIJAKAN YG TIDAK MEMBUKA


AKSES BAGI KAUM MISKIN
(KURANG PARTISIPASI)

KEBIJAKAN YANG TIDAK

INSTUTUSI YG KURANG

ORANG ORANG YG
KURANG PEDULI
EKONOMI YANG TIDAK MEMIHAK
KEMISKINAN

MEMIHAK
(TAK ADA AKSES KESEMPATAN)

PEDULI
ASSET YANG TIDAK MEMADAI
(TAK ADA AKSES PENINGKATAN
SUMBER DAYA)

MARGINALISASI, INTERNALISASI,
BUDAYA MISKIN

Menjamin tersedianya
orang yang peduli dan
Tersedianya institusi:

Stakeholder yg peduli
Pemerintah, &
KEMISKINAN

TERSUSUNNYA KEBIJAKAN, DAN PROGRAM


berkurang

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN YANG

iklas
SESUAI DENGAN KONDISI RIIL MASYARAKAT dan
POTENSI WILAYAH

PENYELESAIAN

Negara dan masyarakat tentu saja tidak diharapkan untuk dapat


mengatasi setiap bentuk kemiskinan di luar batas-batas yang dapat
dikerjakan. Akan tetapi adalah suatu kewajiban bagi masyarakat untuk
mengatasi kemiskinan yang merupakan bagian darinya. Apakah kemiskinan
tersebut harus diatasi atas dasar kewajiban orang per orang atau harus
diatasi oleh masyarakat secara keseluruhan. Apakah kewajiban mengatasi
kemiskinan bervariasi menurut sesuatu, kondisi atau situasi dari orang
perorang, ataukah setiap orang mempunyai kewajiban yang sama tanpa
pandang atribut yang melekat padanya. Jawaban atas hal itu menentukan
kebijakan yang diambil dan akan menentukan perfoma yang dicapai.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 49

Akhi
Dari analisis Faktor-faktor penyebab, maka jika dianalisa lebih lanjut
akan ditemukan beberapa penyebab pokok dalam penanggulangan
kemiskinan. Hal ini penting untuk menjadi dasar model penanggulangan
kemiskinan yang efektif. Berdasarkan model penanggulangan kemiskinan
yang efektif di atas maka perlu dan penting untuk dilakukan upaya intervensi
baik pada tataran pelaku, kelembagaan, paket kebijakan, model pengaturan
dan sistem evaluasinya sehingga aktifitas penanganan baik pada tingkat
regulasi, pelaku dan prakteknya dapat berjalan secara sinergis. Secara
sistematis bentuk intervensi yang dapat dilakukan dirinci pada tabel berikut.

Tabel 4.3
Bentuk-Bentuk Intervensi terhadap Penanggulangan Kemiskinan
Beberapa Bentuk Intervensi
No Tataran Kemungkinan Intervensi
Membangun kesadaran kritis dan memulihkan kemampuan
1 Pelaku
manusia untuk menjadi pelaku moral.
Membangun kelembagaan masyarakat warga (civil society
organization).
2 Kelembagaan
Membangun kelembagaan antara yang mampu menjembatani
antara sektor formal dan informal.
Menetapkan program penangulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja sebagai prioritas strategi pembangunan, serta
mengembangkan kebijakan usaha dan memberikan peluang yang
adil terhadap sektor formal dan informal.
Pengembangan kebijakan yang memulihkan posisi masyarakat
miskin dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan
3 Kebijakan
sebagai pelaku kunci menentukan sejarahnya sendiri.
Pengembangan kebijakan untuk meningkatkan Kapasitas dan
kualitas Sumber Daya Manusia.
Penyediaan pelayanan publik yang lebih akomodatif terhadap
kepentingan masyarakat miskin (kesehatan, pendidikan,
transportasi, pelayanan prasarana, dsb).
Pengembangan berbagai peraturan yang menjamin kehidupan
dan penghidupan masyarakat miskin, termasuk jaminan untuk
bekerja dan bermukim.
4 Pengaturan Penyederhanaan sistem perizinan dan penguatan hak-hak
masyarakat miskin atas tanah dan lokasi usaha.
Pengembangan peraturan yang secara sistemik menjamin
kegiatan usaha informal termasuk industri rumah tangga.
Pemutakhiran pemetaan masyarakat miskin.
Pengembangan indikator keberhasilan penangulangan
kemiskinan.
5 Evaluasi
Pengembangan indikator partisipasi masyarakat banyak
utamanya yang miskin dalam proses pengambilan keputusan
publik.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 50

Akhi
B. Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten
Probolinggo
Upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Probolinggo
dilakukan melalui 2 (dua) strategi utama yaitu :

Agenda 1 : Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas agar


masyarakat miskin dapat memiliki kemampuan pengelolaan,
memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil
yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya
maupun politik

Agenda 2 : Mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan


dasar seperti akses ke pendidikan, kesehatan dan infrastruktur
yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi

Strategi utama tersebut diatas dijabarkan ke dalam 5 (lima) kebijakan,


agar dalam penerapannya melibatkan seluruh stakeholder baik pemerintah,
sektor swasta dan masyarakat. Adapun kebijakan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Perluasan kesempatan kerja dan usaha: yaitu pemerintah, swasta dan
masyarakat menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
bagi masyarakat miskin
2. Pemberdayaan masyarakat miskin, yaitu pemerintah, swasta dan
masyarakat memberdayakan masyarakat miskin agar dapat memperoleh
kembali hak-hak ekonomi, sosial dan politiknya, mengontrol keputusan
yang menyangkut kepentingannya, menyalurkan aspirasinya dan juga
agar mampu secara mandiri mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi
3. Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM, yaitu pemerintah, swasta dan
masyarakat meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat miskin
agar mampu bekerja dan berusaha secara lebih produktif dalam
memperjuangkan kepentingannya.
4. Peningkatan perlindungan sosial: pemerintah melalui kebijakan publik
mengajak sektor swasta dan masyarakat memberikan perlindungan dan

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 51

Akhi
rasa aman bagi masyarakat miskin (fakir miskin, orang jompo, anak
terlantar, cacat) clan kelompok masyarakat miskin yang disebabkan oleh
bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi clan konflik sosial.
5. Peningkatan kualitas lingkungan: Pemerintah bersama sektor swasta dan
masyarakat meningkatkan kualitas lingkungan dengan menjaga kesehatan
lingkungan ataupun perbaikan sarana clan prasarana dasar perumahan
dan permukiman yang mendukung peningkatan kegiatan usaha ekonomi
masyarakat miskin.
Secara lebih jelas keterkaitan antar strategi dan kebijakan
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Probolinggo tampak pada rincian
berikut :
Agenda I “Peningkatan Pendapatan”
Dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, salah satunya adalah
melalui agenda pembangunan yang difokuskan pada peningkatan pendapatan:
melalui peningkatan produktifitas agar masyarakat miskin dapat memiliki
kemampuan pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dalam bidang ekonomi, social, politik. arah
kebijakan yang ditetapkan dan program serta kegiatan pokok yang akan
dioperasionalkan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengimplementasikan kebijakan perluasan kesempatan kerja dan
usaha, maka perlu diterjemahkan dalam beberapa program kerja :
a. Peningkatan kualitas dan ketrampilan masyarakat, agar mempunyai
kesempatan kerja yang lebih luas
b. Meningkatkan kemampuan berusaha mandiri, dengan memanfaatkan
potensi dan kemampuan masyarakat
c. Mengembangkan system pendukung usaha
d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap lembaga penyedia modal

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 52

Akhi
Tabel 4.4
Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

STRATEGI KEBIJAKAN

Meningkatnya pendapatan : Perluasan Kesempatan


melalui peningkatan produktifitas Kerja & Usaha
agar masyarakat miskin dapat
AGENDA I

memiliki kemampuan pengelolaan, Pemberdayaan


memperoleh peluang dan Masyarakat Miskin
perlindungan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik (dalam bidang Peningkatan Kapasitas &
ekonomi, sosial, politik) Kualitas SDM

Mengurangi pengeluaran melalui


pengurangan beban kebutuhan Perlindungan Sosial
AGENDA II

dasar seperti akses pendidikan,


kesehatan, dan infrastruktur untuk
Peningkatan Kualitas
mempermudah dan mendukung
Lingkungan
kegiatan social ekonomi

2. Untuk mengimplementasikan kebijakan pemberdayaan masyarakat, maka


perlu diterjemahkan dalam beberapa program kerja :
a. Peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat miskin melalui upaya
penciptaan kegiatan ekonomi.
b. Revitalisasi Pembangunan pertanian, untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat petani
c. Mendorong kesetaraan gender dalam pemberdayaan perempuan

3. Untuk mengimplementasikan Kebijakan peningkatan kapasitas dan


kualitas SDM, maka perlu diterjemahkan dalam beberapa program kerja :
a. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat : Prasekolah, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
b. Peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan
c. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 53

Akhi
d. Peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasa penyakit menular.
Secara lebih sistematis uraian di atas dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.5
Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan
”Peningkatan Pendapatan”

Peningkatan Kualitas dan Produktifitas


Perluasan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif
Kesempatan Kerja & Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
Usaha Peningkatan akses masyarakat thd Lembaga penyedia
Modal

Peningkatan Ekonomi Masyarakat Miskin


Revitalisasi Pembangunan Pertanian
Pemberdayaan
Revitalasasi Pembangunan kelautan dan Perikanan
Masyarakat Miskin
Kesetaraan jender dan Pemberdayaan Perempuan
Peningkatan Kapasitas Lembaga dan Organisasi Lokal

Peningkatan Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat


Kapasitas & Kualitas Peningkatan Gizi Masyarakat
SDM Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menular

Berbagai program tersebut diatas dalam mendukung agenda


”peningkatan pendapatan” perlu di terjemahkan dalam berbagai alternatif
kegiatan yang harus dilakukan terutama dalam jangka waktu menengah ini.
Berbagai kegiatan yang harus dilakukan di masing masing program tersebut
antara lain :
a. Program Peningkatan kualitas dan Produktifitas
Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, keahlian dan
kompetensi SDM sehingga dapat memenuhi persyaratan berbagai lapangan
kerja yang tersedia. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam
mewujudkan program tersebut adalah : (1) Pengembangan program
pelatihan yang berbasis kompetensi, (2) Melaksanakan pelatihan
peningkatan produktifitas tenaga kerja agar meningkatkan produktifitas
kerjanya sehingga dapat melestarikan usaha yang dilaksanakan

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 54

Akhi
b. Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif
Program ini bertujuan untuk memberdayaan ekonomi masyarakat miskin
melalui perkuatan permodalan clan manajemen usaha produktif.
Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam mewujudkan program
tersebut adalah : (1) peningkatan akses masyarakat miskin terhadap
kebutuhan modal, (2) Penyediaan kebutuhan fasilitas produksi, serta (3)
Pengembangan wawasan kewirausahaan
c. Program Pengembangan system pendukung bagi Usaha
Program ini bertujuan untuk memberdayaan ekonomi masyarakat miskin
melalui penyediaan dukungan penciptaan iklim berusaha yang baik.
Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam mewujudkan program
tersebut adalah : (1) mendorong terbentuknya wadah organisasi
bersama diantara usaha mikro dalam meningkatkan posisi tawar dan
efisiensi usaha. (2) Pengembangan pasar, (3) Pengembangan kemitraan
ekonomi lokal
d. Program Pengembangan Potensi Wilayah
Program ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atas dasar
potensi wilayah yang berhasil ditumbuhkembangkan.
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan untuk mendukung
program ini adalah: (1) pengembangan kluster ekonomi berbasis potensi
alam dan lingkungan wilayah dengan mengembangkan produk unggulan
yang spesifik dan kompetitif, (2) dan mengembangkan badan usaha di
wilayah yang mampu memberikan pelayanan kebutuhan masyarakat, dan
menjadi pusat pengembangan ekonomi masyarakat, (3) pengembangan
program pengentasan kemiskinan yang berbasis pada karakteristik potensi
wilayah.
e. Program Peningkatan Ekonomi Masyarakat Miskin
Program ini bertujuan untuk membangun dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat dan meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan
kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah : (1)
updating warga miskin, (2) penyuluhan dan pelatihan ketrampilan usaha

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 55

Akhi
bagi masyarakat, (3) Penyediaan sarana dan prasarana untuk peningkatan
dan pengembangan kegiatan ekonomi.
f. Program Revitalisasi Pembangunan Pertanian
Program ini bertujuan untuk membangun dan meningkatkan
kesejahteraan petani dalam mengoptimalkan pendapatan mereka
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah : (1) Penyediaan bibit bagi
keluarga miskin (2) Pengembangan Pola Kemitraan usaha yang
memanfaatkan lahan masyarakat (3) Bantuan Ternak
g. Program Kesetaraan Gender dan pemberdayaan Perempuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kedudukan dan peranan
perempuan dalam pelaksanaan pembangunan, yang dimulai dari kehidupan
keluarga dan lingkunganb Masyarakat
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan untuk mendukung program
tersebut adalah: (1) Peningkatan kualitasa SDM perempuan untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan (2) Pemberdayaan Organisasi dan
penguatan kelembagaan guna meningkatkan partisipasinya dalam
pembangunan dan aktivitas produltif perempuan
h. Program Revitalisasi Pembangunan Perikanan dan Kelautan
Program ini bertujuan untuk membangun dan meningkatkan
kesejahteraan nelayan dan masyarakat pantai dalam mengoptimalkan
pendapatan mereka
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah: (1) pengembangan dan
budidaya, (2) Peningkatan dan penyediaan sarana prasarana
penangkapan
i. Optimalisasi Peran Sarjana Motivator dlm Peningkatan Kapasitas
Masyarakat
Program ini bertujuan untuk mengembangkan peran motivator untuk
melakukan fasilitasi bagi masyarakat dengan tujuan untuk
memberdayakan mayarakat. (1) Pelatihan penguatan dalam rangka
Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat (2) Pengembangan Konsep
Perencanaan Pembangunan Partisipatif.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 56

Akhi
k. Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Masyarakat
Program ini bertujuan untuk memantapkan pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan guna pelaksanaan meningkatkan efektivitas dan program
efisiensi pembangunan lainnya. Kegiatan-kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan untuk mendukung program tersebut adalah: (1) kerjasama
dengan lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan dalam analisis kebijakan, pengembangan model dan fasilitasi
program pengentasan kemiskinan. pemerintah sebagai pelaksanaan, (2).
pemantapan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan
(3) Pembangunan Unit Pengelola Kegiatan penanggulangan kemiskinan
dalam pengelolaan program dan pengelolaan usaha simpan pinjam dan
sektor riil, (4) Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan dalam mengelola
program penanggulangan kemiskinan. Serta peningkatan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi
pembangunan
l. Program Peningkatan Kualitas pendidikan masyarakat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat,
melalui peningkatan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan yang
bermutu, baik di jalur formal (sekolah), atau pendidikan luar sekolah.
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan untuk mendukung
program tersebut adalah: (1) pemberian bantuan sarana prasarana serta
biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu, (2) Perbaikan sarana prasarana
pendidikan, (3) Peningkatan kualitas tenaga pendidik (4) Peningkatan mutu
pelaksanaan kejar paket A,B,C
m. Program Peningkatan Gizi Masyarakat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi
dan balita. Kegiatan-kegiatan pokok dalam program ini antara lain adalah:
(1) Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan tentang
gizi

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 57

Akhi
(2) Peningkatan dan pengembangan sarana prasarana Pos pelayanan
terpadu
(3). Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan melalui peningkatan
pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan.

Agenda II “Pengurangan Beban Kebutuhan Dasar”


Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, salah satunya
adalah melalui agenda pembangunan yang difokuskan pada: Mengurangi
pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung
kegiatan social ekonomi.
1. Untuk mengimplementasikan kebijakan perlindungan sosial, maka perlu
diterjemahkan dalam beberapa program kerja:
a. Pemantapan kebijakan penanggulangan kemiskinan dengan orientasi
peningkatan aksesibilitas penduduk miskin terhadap sumber daya
produktif dan ketersediaan pangan yang memadai dan bermutu;
b. Peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan
pendidikan dasar secara mudah, gratis dan bermutu;
c. Penajaman program pembangunan lintas sektor dan lintas pelaku dan
diarahkan pada daerah kantong-kantong komunitas miskin perkotaan;
2. Untuk mengimplementasikan kebijakan peningkatan kualitas lingkungan,
maka perlu diterjemahkan dalam beberapa program kerja
a. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap rumah layak huni,
sanitasi lingkungan yang sehat, dan air bersih;
b. Meningkatnya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan Sumber
daya Alam

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 58

Akhi
Tabel 4.6
Kebijakan dan Program Penangulangan Kemiskinan ”Pengurangan
Kebutuhan Beban Dasar”

Pemenuhan Pelayanan dasar dan Jaminan Sosial


Perlindungan Sosial Rehabilitas dan Penyantunan Tuna Sosial
Penyediaan Sarana Prasarana Layanan Sosial

Penyehatan Lingkungan
Perbaikan kualitas pemukiman dan Perumahan
Peningkatan Kualitas Perbaikan & Peningkatan Sarana Prasarana SD Air &
Lingkungan Irigasi
Perbaikan dan Peningkatan sarana prasarana
Perhubungan

Berbagai program tersebut diatas dalam mendukung agenda


”Pengurangan beban kebutuhan dasar” perlu di terjemahkan dalam berbagai
alternatif kegiatan yang harus dilakukan terutama dalam jangka waktu
menengah ini. Berbagai kegiatan yang harus dilakukan di masing masing
program tersebut antara lain :

1. Program pemenuhan pelayanan dasar dan jaminan sosial


Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesejahteraan sosial
keluarga miskin sehingga terhindar dari berbagai masalah kesejahteraan
sosial. Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah: (1) pencegahan dan
penaggulangan masalah pangan dengan jalan pemberian bantuan
pangan, (2) peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan dasar
secara gratis kepada penduduk miskin melalui asuransi kesehatan, (3)
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dasar bebas biaya bagi kelompok
masyarakat miskin dan memberikan bantuan pembiayaan bea siswa bagi
masyarakat miskin yang melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah
lanjutan.
2. Program rehabilitasi dan penyantunan tuna sosial
Program ini bertujuan untuk memperbaiki derajat kesejahteraan sosial
masyarakat tuna social sehingga mengurangi berbagai masalah
kesejahteraan sosial. Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah: (1)

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 59

Akhi
Pemberian fasilitas bagi lembaga lembaga social (panti asuhan, anak yatim)
(2) Penyediaan sarana prasarana Layanan Sosial
3. Program penyehatan lingkungan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang
lebih sehat sesuai dengan paradigma sehat. Kegiatan kegiatan pokok yang
dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah: (1)
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi (4) Pengembangan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
4. Program perbaikan kualitas pemukiman dan perumahan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemukiman dan
perumahan yang lebih sehat sesuai dengan paradigma sehat. Kegiatan
kegiatan pokok yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan program
tersebut adalah: (1) Peningkatan kualitas rumah layak huni, (2) Penataan
dan perbaikan lingkungan pemukiman
5. Program perbaikan dan peningkatan sarana prasarana perhubungan
Program ini bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan prasarana
transportasi dalam rangka memperlancar kegiatan sosial ekonomi
masyarakat. Kegiatan kegiatan pokok yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan program tersebut adalah: (1) membangun, dan merehabilitasi
jaringan perhubungan darat, (2) Optimalisasi fungsi prasarana
perhubungan.

Berbagai penjelasan yang telah diuraikan di atas, jika disusun secara sistematis
dengan memperhatikan keterkaitan antara kebijakan, program dan indikasi
kegiatan maka akan tampak jelas pada Tabel 4.7 dan 4.8 berikut.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 60

Akhi
Tabel 4.7
Agenda Peningkatan Pendapatan
AGENDA I

Meningkatnya pendapatan : melalui peningkatan produktifitas agar masyarakat


miskin dapat memiliki kemampuan pengelolaan, memperoleh peluang dan
perlindungan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
(dalam bidang ekonomi, social, politik)
Kebijakan Program Indikasi Kegiatan
Pengembangan program pelatihan yang
berbasis kompetensi,
Peningkatan Kualitas
Melaksanakan pelatihan peningkatan
dan Produktifitas
produktifitas tenaga kerja sehingga dapat
melestarikan usaha yang dilaksanakan
Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap
Pengembangan Usaha kebutuhan modal
Ekonomi Produktif Penyediaan kebutuhan fasilitas produksi
Pengembangan wawasan kewirausahaan
Mendorong terbentuknya wadah organisasi
bersama diantara usaha mikro dalam
meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha
Perluasan Pengembangan Sistem Pengembangan pasar
Kesempatan Pendukung Usaha Pengembangan kemitraan ekonomi lokal
Kerja & Usaha Peningkatan akses masyarakat thd Lembaga
penyedia Modal
Pengembangan kluster ekonomi berbasis
potensi alam dan lingkungan wilayah dengan
mengembangkan produk unggulan yang spesifik
dan kompetitif
Mengembangkan badan usaha di wilayah yang
Pengembangan Potensi mampu memberikan pelayanan kebutuhan
Wilayah masyarakat, dan menjadi pusat pengembangan
ekonomi masyarakat,
Pengembangan program pengentasan
kemiskinan yang berbasis pada karakteristik
potensi wilayah.

Up-dating warga miskin


Penyuluhan dan pelatihan ketrampilan usaha
Peningkatan Ekonomi bagi masyarakat
Masyarakat Miskin Penyediaan sarana dan prasarana untuk
peningkatan dan pengembangan kegiatan
ekonomi
Pemberdayaan
Penyediaan bibit bagi keluarga miskin
Masyarakat Revitalisasi
Pengembangan Pola Kemitraan usaha yang
Miskin Pembangunan Pertanian
memanfaatkan lahan masyarakat
dan Perkebunan
Bantuan Ternak
Revitalasasi Pengembangan dan budidaya
Pembangunan kelautan Peningkatan dan penyediaan sarana prasarana
dan Perikanan penangkapan
Optimalisasi Peran Pelatihan dalam rangka Pendampingan
Sarjana Motivator dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 61

Akhi
peningkatan Kapasitas Pengembangan Konsep Perencanaan
Pembangunan Partisipatif
Kerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan dalam analisis kebijakan,
pengembangan model dan fasilitasi program
pengentasan kemiskinan. pemerintah sebagai
pelaksanaan
Pemantapan kelembagaan masyarakat dalam
pengelolaan pembangunan
Pembangunan Unit Pengelota Kegiatan
penanggulangan kemiskinan dalam pengelolaan
Peningkatan Kapasitas
program dan pengelolaan usaha simpan pinjam
Lembaga dan Organisasi dan sektor riil,
Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan dalam rangka peningkatan
kapasitas kelembagaan dalam mengelola
program penanggulangan kemiskinan. Serta
peningkatan partisipasi masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
evaluasi pembangunan

Peningkatan kualitasa SDM perempuan untuk


mencapai kesetaraan dan keadilan
Kesetaraan jender dan
Pemberdayaan Organisasi dan penguatan
Pemberdayaan
kelembagaan guna meningkatkan
Perempuan
partisipasinya dalam pembangunan dan
aktivitas produltif perempuan
Pemberian bantuan sarana prasarana serta
biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu
Peningkatan kualitas Perbaikan sarana prasarana pendidikan
pendidikan masyarakat Peningkatan kualitas tenaga pendidik
Peningkatan mutu pelaksanaan kejar paket
Peningkatan A,B,C
Kapasitas &
Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan
Kualitas SDM
pengetahuan tentang gizi
Peningkatan dan pengembangan sarana
Peningkatan Gizi prasarana Pos pelayanan terpadu
Masyarakat
Pemberdayaan kmasyarakat dibidang kesehatan
melalui peningkatan pendidikan dan
pengetahuan tentang kesehatan

Adapun tabel yang menggambarkan agenda pengurangan pengeluaran


adalah sebagai berikut.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 62

Akhi
Tabel 4.8
Agenda Pengurangan Pengeluaran
AGENDA II

Mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti


akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung
kegiatan social ekonomi.

Kebijakan Program Indikasi Kegiatan


Pencegahan dan penaggulangan masalah
pangan dengan jalan pemberian bantuan
pangan
Peningkatan dan pengembangan pelayanan
kesehatan dasar secara gratis kepada
Pemenuhan Pelayanan
penduduk miskin melalui asuransi kesehatan
dasar dan Jaminan
Peningkatan mutu pelayanan pendidikan dasar
Sosial
Perlindungan bebas biaya bagi kelompok masyarakat miskin
Sosial dan memberikan bantuan pembiayaan bea
siswa bagi masyarakat miskin yang
melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah
lanjutan.
Pemberian fasilitas bagi lembaga lembaga social
Rehabilitas dan (panti asuhan, anak yatim)
Penyantunan Tuna
Sosial Penyediaan sarana prasarana Layanan Sosial

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi


Penyehatan Lingkungan Pengembangan upaya kesehatan berbasis
masyarakat
Peningkatan
Perbaikan kualitas Peningkatan kualitas rumah layak huni
Kualitas
pemukiman dan Penataan dan perbaikan lingkungan pemukiman
Lingkungan
Perumahan
Perbaikan dan Membangun, dan merehabilitasi jaringan
Peningkatan sarana perhubungan darat,
prasarana Perhubungan Optimalisasi fungsi prasarana perhubungan

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 63

Akhi
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan karakteristik antara dataran tinggi, dataran menengah,


dan wilayah dataran rendah/pesisir (rasio sebaran, tingkat kemiskinan, usia,
pendidikan, lapangan kerja, dll). Kecamatan yang perlu mendapatkan
prioritas (dalam artian perhatian yang serius dari Pemerintah Kabupaten
Probolinggo) yaitu: Kecamatan Krucil, Kuripan, dan Tiris. Ketiga kecamatan
tersebut merupakan kecamatan dengan porsi jumlah rumah tangga miskin
paling besar.
2. Terdapat 4 dimensi penyebab kemiskinan di Kabupaten Probolinggo
(dimensi ekonomi, dimensi aset, dimensi budaya dan psikologi, dan dimensi
kebijakan).
3. Terdapat 2 agenda pokok dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Probolinggo; (a) Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan
produktivitas agar masyarakat miskin dapat memiliki kemampuan
pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya
maupun politik, (b) Mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban
kebutuhan dasar seperti akses ke pendidikan, kesehatan dan infrastruktur
yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 64

Akhi
5.2 Rekomendasi

A. Rekomendasi Umum
1. Perlu koordinasi dan sinergitas yang baik diantara Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Probolinggo
dalam pengentasan kemiskinan.
2. Perlunya sistem data terpadu dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini
penting dilakukan untuk mengetahui :
a. Jumlah sasaran yang belum mendapat program pengentasan
kemiskinan
b. Jumlah sasaran yang mendapat program pengentasan kemiskinan,
c. Target keberhasilan program pengentasan kemiskinan,
d. Perkiraan kalkulasi anggaran program pengentasan kemiskinan,
e. Menghindari duplikasi sasaran program pengentasan kemiskinan,
f. Menghindari tumpang tindih program pengentasan kemiskinan yang
dilakukan SKPD.
3. Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks, sehingga dalam
penanganannya harus dilakukan dengan standar operasional prosedur
(SOP) agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan berdasar asas
efektifitas dan efisiensi.
4. Validitas data kemiskinan adalah mutlak dalam penanggulangan
kemiskinan. Diperlukan updating data berkala yang dilakukan oleh
tenaga profesional. Selain itu perlu data pembanding sebagai pendukung
data PPLS 2011, mengingat updating data PPLS baru akan dilaksanakan
2014 akhir atau bahkan Tahun 2015.
5. Diperlukan peningkatan kemampuan dan ketrampilan SDM aparatur
pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan melalui
pendidikan dan pelatihan.
6. Pemerintahan desa adalah ujung tombak dan radar untuk mengetahui
permasalahan di masyarakat. Untuk itu diperlukan kesadaran yang tinggi

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 65

Akhi
dari aparatur pemerintah desa untuk mendata potensi desa dan
permasalahan di desa dengan melibatkan pembinaan dari kecamatan.
7. Program Bantuan Tunai, program bantuan yang diperuntukkan bagi RTM
manula, cacat, dan gangguan fisik lainnya.
8. Program Tunjangan Harapan, program tunjangan bagi RTM yang hamil,
dan Balita.
9. Program Tunjangan Masa Depan, program tunjangan bagi RTM yang
memiliki anak sekolah.
10. Program Pemberdayaan;
 Program Pemberdayaan Plus, program pemberdayaan bagi RTM yang
pada usia kurang dari 45 tahun. Program tersebut selain program
pemberdayaan juga ditambah dengan pendidikan formal minimal
SMU dalam rangka merubah pola pikir RTM,
 Program Pemberdayaan masyarakat, program pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang langsung mnyentuh sektor riil.

B. Rekomendasi Khusus
Karena perbedaan rasio maka jumlah anggaran yang disalurkan disesuaikan
dengan besaran rasio RTM pada masing-masing wilayah
1. Wilayah Dataran Tinggi, alokasi anggaran wilayah ini seharusnya lebih
besar dibandingkan wilayah lain karena merupakan kantong kemiskinan,
program pengadaan air bersih, dan penerangan,
2. Wilayah Dataran menengah, program rumah sehat, dan pendidikan,
3. Wilayah Dataran rendah/pesisir, penekanan program lebih pada
diversifikasi lapangan usaha, program bedah rumah, dan perbaikan
sanitasi.

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 66

Akhi
BAB 6
PENUTUP

Pedoman Umum ini disusun sebagai landasan dan arah bagi


implementasi pengelolaan Program Pengentasan Kemiskinan, untuk
mewujudkan keterpaduan dan konsistensi melalui sinkronisasi dan
sinergisitas perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, serta monitoring dan
evaluasi.
Hal-hal yang lain belum diatur dalam Pedoman Umum ini, akan
dijabarkan lebih lanjut dalam Petunjuk Operasianal yang disusun oleh
masing–masing SKPD eksekutor RTM, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Pedoman Umum ini.
Pedoman Umum ini berlaku penuh sebagai landasan dan arah bagi
implementasi pengelolaan Program RTM 2015-2019. Untuk selanjutnya
ditindaklanjuti pada forom SKPD yang tergabung dalam Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah dalam rapat-rapat koordinasi sesuai
peraturan dan ketentuan yang ada.

BUPATI PROBOLINGGO

ttd

Hj. P. TANTRIANA SARI, SE

Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah 67

Akhi

Anda mungkin juga menyukai