Tabel. 2.1
Luas Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
LUAS II-1
KABUPATEN/KOTA IBUKOTA KEC DESA KEL WILAYAH
(Km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Nias Gido 10 170 0 1.842,51
02. Mandailing Natal Panyabungan 23 377 27 6.134,00
03. Tapanuli Selatan Sipirok 14 211 37 6.030,47
04. Tapanuli Tengah Pandan 20 159 56 2.188,00
05. Tapanuli Utara Tarutung 15 241 11 3.791,64
06. Toba Samosir Balige 16 231 13 2.328,89
07. Labuhanbatu Rantau Prapat 9 75 23 2.156,02
08. Asahan Kisaran 25 177 27 3.702,21
09. Simalungun Pamatang Raya 32 386 27 4.369,00
10. Dairi Sidikalang 15 161 8 1.927,80
11. Karo Kabanjahe 17 259 10 2.127,00
12. Deli Serdang Lubuk Pakam 22 380 14 2.241,68
13. Langkat Stabat 23 240 37 6.262,00
14. Nias Selatan Teluk Dalam 35 459 2 1.825,20
15. Humbang Hasundutan Dolok Sanggul 10 153 1 2.335,33
16. Pakpak Bharat Salak 8 52 0 1.218,30
17. Samosir Pangururan 9 128 6 2.069,05
18. Serdang Bedagai Sei Rampah 17 237 6 1.900,22
19. Batu Bara Limapuluh 12 141 10 922,20
20. Padang Lawas Utara Gunung Tua 12 386 2 3.918,05
II-1
21. Padang Lawas Sibuhuan 12 303 1 3,892,74
22. Labuhanbatu Selatan Kota Pinang 5 52 2 3.596,00
23. Labuhanbatu Utara Aek Kanopan 8 82 8 3.570,98
24. Nias Utara Lotu 11 112 1 1.202,78
25. Nias Barat Lahomi 8 105 0 473,73
26. Sibolga Sibolga 4 0 17 41,31
27. Tanjungbalai Tanjungbalai 6 0 31 107,83
28. Pematangsiantar Pematangsiantar 8 0 53 55,66
29. Tebing Tinggi Tebingtinggi 5 0 35 31,00
30. Medan Medan 21 0 151 265,00
31. Binjai Binjai 5 0 37 59,19
32. Padangsidimpuan Padangsidimpuan 6 42 37 114,66
33. Gunungsitoli Gunungsitoli 6 98 3 280,78
SUMATERA UTARA 450 5417 693 72.981,23
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2020
Sumber : Perda No.2 Tahun 2017 tentang RTRW Provsu Tahun 2017-2037
II-2
• Sebelah Timur : Selat Malaka
b. Kondisi/Kawasan
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi
dalam 4 kelompok kawasan yaitu Pantai Barat, Pantai Timur, Dataran
Tinggi dan Kepulauan Nias. Wilayah timur relatif datar, bagian tengah
bergelombang dan berbukit sedangkan bagian barat merupakan
dataran bergelombang. Terdapat Danau Toba yang luasnya mencapai
112.920 ha atau 1,57 persen dari total luas wilayah Sumut. Kabupaten
yang memiliki ketinggian paling tinggi di atas permukaan laut adalah
Kab. Toba yakni sekitar 900-2.000 meter di atas permukaan laut
(MDPL).
3. Topografi
a. Kemiringan Lahan
Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah
dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur
ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12
persen seluas 47.810 Km2, antara 12 – 40 persen seluas 6.305 Km2 dan
diatas 40 persen seluas 17.719 Km2, sedangkan luas Wilayah Danau
Toba 1.129,20 Hektar (Ha) atau 1,57 persen
b. Ketinggian Lahan
Ketinggian lahan di Provinsi Sumatera Utara bervariasi mulai dari 0 –
2.200 m dpl. Terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan II-3
keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan
bagian Barat merupakan dataran bergelombang
4. Geologi
a. Struktur dan Karakteristik
wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki struktur dan batuan yang
kompleks dan telah beberapa kali mengalami tumbukan dari proses
tektonik karena posisinya terletak pada pertemuan lempeng Euroasia di
sebelah Timur dan lempeng Australia di sebelah Barat. Hal ini
menyebabkan terbentuknya rangkaian jalur patahan, rekahan dan
pelipatan disertai kegiatan vulkanik. Jalur patahan tersebut melewati
jalur Sumatera Utara mulai dari segmen Alas-Karo dan sepanjang
kurang lebih 390 km merupakan sumber bencana alam geologi berupa
II-3
pusat-pusat gempa di darat, tsunami dan pemicu terjadinya letusan
gunung berapi dan tanah longsor. Jalur patahan (subduction) di Pantai
Barat sepanjang kurang lebih 250 km merupakan pusat-pusat gempa di
dasar laut.
b. Potensi
Kondisi struktur geologi yang kompleks yang dicirikan oleh bentuk
bentang alam perbukitan, terlipat dengan patahan selain merupakan
jalur gempa juga potensial menimbulkan tanah longsor terhadap sekitar
40-50 persen dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.
5. Hidrologi
a. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Provinsi Sumatera Utara terbagi atas 71 DAS yang terdiri dari 20
DAS yang masuk dalam Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS
Wampu Sei Ular, dan 51 DAS yang masuk SWP DAS Asahan Barumun
dan 3 (tiga) DAS lintas provinsi. Berdasarkan kriteria DAS
dikelompokkan kepada DAS Prioritas I (DAS yang dipulihkan daya
dukungnya) dan DAS Prioritas II (DAS yang dipertahankan daya
dukungnya).
Kondisi DAS di Sumatera Utara sudah sangat mendesak untuk
ditangani. Kerusakan bukan hanya terjadi di bagian hilir DAS tetapi
juga di bagian hulu DAS yang merupakan daerah penyangga. Di bagian
hulu dan tengah DAS sering kali terjadi alih fungsi lahan, dimana lahan
yang seharusnya kawasan hutan dialih fungsikan menjadi kawasan II-4
perkebunan dan kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini yang
mengakibatkan run-off tinggi sehingga menimbulkan bencana longsor di
bagian hulu dan banjir di bagian tengah dan hilir DAS.
Perilaku disebagian wilayah pengelolaan DAS banyak yang
menyimpang, yang seharusnya dikonservasi agar dapat melindungi tata
air dan mencegah erosi, malah banyak dijadikan lahan budidaya.
Parahnya lagi, praktek budidaya yang dilakukan justru semakin
memicu meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah, sehingga
memperbesar potensi banjir dan mempercepat kehilangan kesuburan
tanah.
Praktek pembakaran hutan dan lahan masih menjadi kebiasaan.
Hal ini mengurangi kapasitas hutan dan lahan dalam menyerap air ke
dalam tanah, hilangnya keanekaragaman hayati. Pada akhirnya,
II-4
praktek ini merugikan secara ekonomi dan ekologi bagi kehidupan kita
dan alam sekitar. Sebagian hutan dalam kawasan lindung sekalipun,
banyak yang dirambah. Pada hulu DAS yang masih dapat
dipertahankan dengan baik, air jernih dan bersih terus mengalir
sepanjang tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan daerah di
bawahnya.
Beralih ke bagian tengah suatu DAS yang umum dijadikan areal
budidaya, masih sangat banyak kita temukan praktek budidaya yang
tidak memperhatikan aspek konservasi tanah dan air. Salah satunya
adalah keberadaan sempadan sungai. Keppres 32 tahun 1990 telah
mengamatkan, misalnya pada pasal 16 menyatakan sempadan sungai
(a) sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50
meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman, dan
(b) untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15
meter.
Banyak areal budidaya, seperti kebun, persawahan dan
permukiman yang berbatasan langsung dengan sungai tidak memiliki
jalur hijau sebagai sabuk pengaman. Hal ini memicu erosi tebing sungai
dan juga erosi tanah dari kegiatan budidaya langsung masuk ke sungai,
sehingga sungai semakin cepat dangkal.
Selain itu, banyak lahan-lahan resapan air yang diberi izin untuk
dijadikan kawasan permukiman, sehingga menjadi langganan banjir
setiap tahun. Pada bagian hilir DAS, umumnya berupa kawasan II-5
permukiman atau perkotaan. Banyak kota yang tidak tertata dengan
baik, termasuk tanpa mempertimbangkan resiko banjir. Rasio daerah
terbangun dengan daerah terbuka hijau banyak diabaikan. Banyak
halaman yang justru malah dibeton. Hal ini sangat mengurangi
kapasitas tanah dalam meresapkan air hujan.
II-5
NO WILAYAH SUNGAI KETERANGAN
1. Alas – Singkil Lintas Provinsi
2. Batang Natal-Batang Batahan Lintas Provinsi
3. Rokan Lintas Provinsi
4. Belawan – Ular – Padang Strategis Nasional
5. Toba – Asahan Strategis Nasional
6. Batang Angkola -Batang Gadis Lintas Kab/Kota
7. Wampu – Besitang Lintas Kab/Kota
8. Bah Bolon Lintas Kab/Kota
9. Barumun – Kualuh Lintas Kab/Kota
10. Pulau Nias Lintas Kab/Kota
11. Sibundong - Batang Toru Lintas Kab/Kota
Sumber : Badan Wilayah Sungai Sumatera Utara Tahun 2020
Badan air berupa danau meliputi Danau Siais di Kabupaten
Tapanuli Selatan dan Danau Balimbing di Kabupaten Padang Lawas
Utara, Danau Pandan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Danau Lau
Kawar di Kabupaten Karo dan yang terbesar yaitu Danau Toba yang
terletak di dataran tinggi di wilayah tengah meliputi 7 (tujuh)
Kabupaten seluas 112.986,15 ha. Di Pulau Samosir Kabupaten Samosir
terdapat dua danau yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang.
Danau dengan debit air cukup besar potensial bagi pengembangan
sistem pengairan dan peyediaan air baku dan danau yang memiliki air
terjun yang potensial sebagai sumber energi. Juga terdapat potensi air
tanah dimana empat diantaranya dari cekungan air bawah permukaan
berada pada lintas provinsi.
Di Provinsi Sumatera Utara terdapat lahan rawa dengan luas
baku 1.012.005 Ha yang letaknya tersebar di Pantai Timur dan Pantai
Barat. Dari luas tersebut, yang dapat dimanfaatkan/dikembangkan
II-6
untuk lahan pertanian dan pertambakan mencapai 325.710 ha (32,18
%) namun dalam pengembangannya harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
untuk dapat dijadikan areal pertanian. Lahan rawa yang potensial
untuk pertanian seluas 189.426 ha, dan yang sudah mempunyai tata
air jaringan rawa (sudah fungsional) seluas 34.923 ha (3,45 %).
c. Debit
Beberapa sungai utama di Propinsi Sumatera Utara memiliki debit air
rata-rata yang cukup besar seperti Sungai Wampu, Sungai Ular, Sungai
Barumun, Sungai Silau, Sungai Asahan yang dapat dimanfaatkan
untuk sumber air irigasi dan bahan baku air bersih dan air minum
untuk keperluan rumah tangga dan industri, selain sebagai sumber
II-6
pembangkit tenaga listrik (PLTA). Namun disisi lain dapat menimbulkan
ancaman bahaya banjir dimusim penghujan, akibat mulai
terdegradasinya lahan pada daerah hulu.
Selain itu terdapat badan air yaitu danau dengan debit air cukup besar
yang potensial bagi sistem pengairan dan memiliki air terjun yang
potensial sebagai sumber energi.
Oleh karena itu kebutuhan air untuk keperluan domestik, industri dan
pertanian perlu dijaga sekaligus mendukung kebutuhan energi
masyarakat yang potensial dikembangkan dari melimpahnya air di
sungai-sungai yang ada di Sumatera Utara. Demikian juga untuk
menjaga investasi di bidang energi perlu dilakukan upaya konservasi air
dengan menjaga tutupan hutan yang menjadi daerah tangkapan air
DAS yang dimanfaatkan.
6. Klimatologi
Provinsi Sumatera Utara termasuk daerah beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Dikutip dari Sumatera
Utara Dalam Angka Tahun 2020 berdasarkan Pengamatan Unsur Iklim di
Stasiun Pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat berdasarkan pengamatan Balai
Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Suhu/Temperature
minimum sebesar 22,2-23,2,8 derajat celsius sementara suhu maksimum:
34,8-33,2 derajat celsius atau rata-rata sebesar 27,4-26,7,
kelembaban/humidity minimum sebesar 43-53 persen dan kelembaban II-7
maksimum 98 persen atau rata-rata sebesar 86.9 persen. Kecepatan angin
maksimum berkisar 13-23 meter per detik, sementara rata-rata tekanan
udara berkisar antara 1005,0-1007,1 mb, jumlah curah hujan 208-319
milimeter dengan jumlah hari hujan 12-24 hari dan penyinaran matahari
sebesar 2,70-4,51 persen
7. Penggunaan Lahan
a. Kawasan Budi Daya
Berdasarkan data dari Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2014 yang
bersumber dari Badan Informasi Geospasial, penggunaan lahan
Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh kegiatan perkebunan seluas
2.946.512 Ha atau sekitar 41 persen dan hutan seluas 2.381.013 Ha
atau sekitar 33 persen. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian
II-7
terbesar berada di wilayah Pantai Timur, yaitu meliputi areal seluas 57
persen dari luas areal pertanian Sumatera Utara. Sebagian besar lahan
hutan berada di wilayah Pantai Barat, yaitu seluas 69 persen dari luas
hutan di Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan pertanian mendominasi
wilayah Pantai Timur, sedangkan wilayah Pantai Barat didominasi oleh
kegiatan pertanian dan hutan. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan non
pertanian, seperti : industri, transportasi dan pertambangan tidak
terlalu besar mengubah pemanfaatan ruang yang ada.
b. Kawasan Lindung
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara
Jo Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
1076/MENLHK–PKTL/KUH/PLA.2/3/2017 tanggal 13 Maret 2017
tentang Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera
Utara s/d Tahun 2016, disebutkan bahwa luas kawasan hutan di
wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah ± 3.010.160,89 Ha atau ±
41,25% dari total luas wilayah daratan Provinsi Sumatera Utara.
Kawasan Hutan tersebut dengan fungsi Hutan Konservasi seluas ±
424.476,01 Ha; Hutan Lindung seluas ± 1.197.174,58 Ha; Hutan
Produksi Terbatas seluas ± 634.521,04 Ha, Hutan Produksi Tetap
seluas ± 675.345,69 dan Hutan Produksi Konversi seluas ± 78.643,58
Ha.
II-8
Tapanuli Utara dan Toba Samosir. Komoditas Jagung akan diprioritaskan di
Kota Binjai, Kabupaten Dairi, Karo, Pakpak Bharat, Labuhan Batu Selatan
dan Tapanuli Selatan. Untuk komoditas Kedelai, lokasi prioritas
pengembangan Kawasan di Kabupaten Padang Lawas, Tapanuli Selatan dan
Tapanuli Utara. Sedangkan untuk ubi kayu prioritas pengembangan Kawasan
berada di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai.
Untuk komoditas tanaman hortikultura, Cabai akan diprioritaskan
pengembangan kawasannya di Kabupaten Deli Serdang, Karo, Simalungun,
Batu Bara, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Untuk komoditas Bawang
merqah akan dikembangkan pada Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai,
Asahan, Batu Bara, Kota Tebing Tinggi, Labuhanbatu Utara, Samosir,
Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat. Komoditas bawang putih, Provinsi
Sumatera Utara akan memprioritaskan pengembangan kawasannya di
Kabupaten Simalungun, Dairi, Samosir, Humbang Hasundutan, Pakpak
Bharat, Karo, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Toba Samosir dan Tapanuli
Selatan. Kabupaten Karo dan Simalungun merupakan kawasan pertanian
untuk prioritas komoditas jeruk, sedangkan pisang akan diprioritaskan di
Kabupaten Deli Serdang dan Langkat
2. Perkebunan
3. Peternakan
Berdasarkan data hasil analisis di semua Kabupaten/Kota di Sumatera
Utara diperoleh bahwa wilayah potensial bagi pengembangan sapi, untuk sapi
II-9
potong di Sumatera Utara berturut-turut adalah di Kab. Langkat, Kab.
Labuhan Batu Utara, Kab. Asahan, dan Kab. Simalungun, Kab. Batu Bara,
Kab. Deli Serdang dan Kab. Serdang Bedagai, sedangkan untuk sapi perah
berada di daerah Kab. Karo. Pengembangan kerbau potensial dilakukan di
Kabupaten Samosir, Kab. Toba Samosir. dan Kab. Padang Lawas, Dairi,
humbang Hasundutan. Sedangkan ternak kuda direkomendasikan dilakukan
di Kabupaten Samosir dan Kab. Humbang Hasundutan. Ternak kecil seperti
kambing potensial diarahkan pemeliharaannya di Kab. Langkat, Kab. Serdang
Bedagai, Kab. Labuhan Batu Utara, dan Kab. Asahan. Domba potensi
dikembangkan di Kabupaten Langkat, Kab. Labuhan Batu Utara, dan Kab.
Serdang Bedagai.
Pengembangan ternak unggas seperti ayam buras potensi dikembangkan
Kab. Mandailing Natal, Kab. Dairi, Kab. Serdang Bedagai, dan Kab. Pakpak
Bharat. Adapun ayam pedaging potensi dikembangkan di Kabupaten Serdang
Bedagai, Asahan, Langkat, Deli Serdang dan Kota Binjai. Kemudian, ayam
petelur potensi dikembangkan di Binjai, Asahan, Deli Serdang, Langkat, dan
Serdang Bedagai. Adapun ternak itik potensi dikembangkan di Toba Samosir,
Mandiling Natal, Dairi, Nias, dan Serdang Bedagai.
4. Perikanan
Potensi perikanan laut Selat Malaka (Pantai Timur) sebesar 276.030 ton
pertahun dan sudah dimanfaatkan sekitar 90,75 persen, sedangkan potensi
Samudera Hindia atau Pantai Barat sebesar 1.076.960 ton per tahun dan
baru dimanfaatkan 8,79 persen. Potensi Pantai Barat ini perlu dikembangkan II-10
mengingat tingkat pemanfaatannya masih rendah. Pengembangan perikanan
laut wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan pulau terluar, dengan luas laut
Sumatera Utara 110.000 km², panjang pantai 1.300 km (Pantai Timur 545 km
dan Pantai Barat 375 km serta Pulau Nias 380 km), Jumlah pulau sebanyak
213 sangat berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini seiring dengan
bertambahnya penduduk Indonesia dan dunia sehingga akan meningkatkan
permintaan terhadap kelautan dan perikanan, ditambah dengan menurunnya
kemampuan produksi perikanan tangkap dunia.
Provinsi Sumatera Utara juga mempunyai potensi Sumber Daya Ikan (SDI)
yang meliputi perikanan tangkap dan budidaya perikanan, baik di perairan
laut maupun perairan darat dan perairan umum seperti sungai, danau,
tambak. Di kawasan Pantai Barat, antara lain Kabupaten Mandailing Natal,
Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Tapanuli Tengah, Nias
II-10
dan Nias Selatan, Kota Sibolga, Kota Padangsidimpuan, hasilnya mencapai
1.076.960 ton/tahun dengan potensi jenis ikan unggulan di laut pesisir
seperti tuna, tongkol, cakalang, kerapu, kakap, kembung, tenggiri, teri dan
ikan hias (tingkat pemanfaatan baru sekitar 8,79 persen). Budidaya kelautan
antara lain adalah teripang, rumput laut serta potensi terumbu karang.
Potensi Sumber Daya Ikan (SDI) di Kawasan Pantai Timur yang meliputi
Kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan,
Asahan, Tanjung Balai, Batubara, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Serdang
Bedagai, Langkat dan Kota Medan, mencapai 276.030 ton/tahun dengan
potensi jenis ikan unggulan di laut pesisir seperti, tuna, tongkol, cakalang,
kerapu, kakap, kembung, tenggiri, baronang, japuh, biji nangka, senangin,
teri dan pari (tingkat pemanfaatan baru sekitar 90,75 persen). Sementara
potensi Sumber Daya Ikan (SDI) di bagian tengah yang meliputi Kabupaten
Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Pakpak Bharat, Karo, Simalungun,
Samosir, Humbang Hasundutan, Kota Pematangsiantar, Tebing Tinggi dan
Binjai memiliki potensi jenis ikan unggulan seperti ikan mas, nila, mujair,
gurame, lele dumbo dan udang galah.
5. Pariwisata
Sumatera Utara juga memiliki berbagai tempat pariwisata yang patut
dikunjungi para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Berdasarkan jenis wisata yang dapat dikembangkan di Sumatera Utara
antara lain; wisata alam, wisata kebudayaan, dan wisata minat khusus.
1. Wisata Alam II-11
Wisata alam merupakan jenis wisata yang mengandalkan daya tarik
keindahan bentukan alam, dapat berupa pantai, laut, danau, pegunungan,
flora, fauna, dan lain sebagainya. Provinsi Sumatera Utara memiliki
banyak objek wisata alam yang menjadi andalan dalam menarik
wisatawan, diantaranya, yaitu:
1) Kawasan Danau Toba, dimana Danau Toba adalah sebuah danau
vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer.
Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau
Samosir dan sekeliling pantai kawasan Danau Toba terdapat pantai
tepi danau dan pemukiman tradisional yang beragam termasukpantai
Haranggaol Kabupaten Karo, serta arahan kedepan Kawasan Danau
Toba sebagai Taman Bumi (Geopark) yang direncanakan titik pusatnya
di Kecamatan Sianjur mula-mula Kabupaten Samosir;
II-11
2) Pemandian air panas Pangururan, Pusuk Buhit, Danau Sidihoni,
Tomok, Tuktuk, Aek Sipitudai, Kebun Raya Simanindo, Taman Bumi di
Kecamatan Sianjur Mula-mula di Kabupaten Samosir;
3) Berastagi, air terjun Sipiso-piso, pemandian air panas Rajaberne,
Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan, Kawasan Wisata Alam di
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo;
4) Paroppo di Kabupaten Dairi;
5) Pegunungan di Kabupaten Pakpak Bharat;
6) Parapat, Haranggaol, Salbe, Silau Ulu, Nagori Sibaganding
Kecamatan Girsang, Nagori Sinar Naga Mariah Kecamatan Pamatang
Silimakuta, Dolok Simarsolpah Kecamatan Raya Kahean, Dataran
Tinggi Simarjarunjung-Tanjung Unta di Kecamatan Dolok Pardamean,
dan Air Panas Tinggi Raja di Kecamatan Purba di Kabupaten
Simalungun;
7) Tangga Seribu, Air Terjun, Desa Sipinsur Paranginan di
Kabupaten Humbang Hasundutan;
8) Ajibata, Agrowisata Rohani di Desa Lumban Rang Kecamatan
Lumban Julu, Dolok Tolong, Balige, Silintong di Kabupaten Toba
Samosir;
9) Air Panas Sipoholon, Muara, Hutan Rakyat Bukit Barisan di
Kabupaten Tapanuli Utara;
10) Danau Siombak Kota Medan;
11) Pantai Klang, Pantai Cermin, Pulau Berhala di Kabupaten Serdang
Bedagai; II-12
12) Pantai Perupuk, Pantai Sejarah di Kabupaten Batubara;
13) Sibolangit, Pulau Siba Kecamatan Hamparan Perak di Kabupaten Deli
Serdang;
14) Bahorok, Bukit Lawang di Kabupaten Langkat;
15) Lagundri, Sorake, Pantai Moale, Pulau Pulau Batu di Kabupaten Nias
Selatan;
16) Air Panas Bombo Aukhu, Pantai Bozihona dan Kawasan Onolimbu di
Kabupaten Nias;
17) Pulau Asu dan Kepulauan Hinako, di Kabupaten Nias Barat;
18) Air Terjun dan Pantai Lahewa di Kabupaten Nias Utara;
19) Pulau Mursala, Pulau Pandan, Pulau Poncan di Kabupaten Tapanuli
Tengah;
20) Pantai Natal, Mandailing Natal;
II-12
21) Danau Siais di Kabupaten Tapanuli Selatan;
Selain itu Sumatera Utara juga memiliki potensi yang cukup besar
disektor ekowisata. Beberapa kawasan ekowisata yang berada di
Sumatera Utara antara lain :
a. Kawasan Ekowisata Tangkahan
Tangkahan terletak diantara dua desa yaitu Namo Sialang dan Sei
Serdang yang juga berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser
yang terletak di Kabupaten Langkat. Selain panorama alam yang dapat
dinikmati, di kawasan ekowisata Tangkahan juga terdapat tempat
rehabilitasi satwa langka orangutan sumatera serta konservasi Gajah.
Selain itu juga terdapat kawasan Bahorok, sekitar 75.7 km dari Medan
atau 3 (tiga) jam dengan mobil. Tempat yang terkenal dengan arus
sungai yang deras dan jernih yang sangat cocok untuk penikmat
olahraga arung jeram.
b. Kawasan Ekowisata Karo.
Kabupaten Karo terletak sekitar 77 Km dari Kota Medan, atau 3,5 jam
dengan mobil. Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten dengan
cuaca terdingin di Indonesia dengan suhu 16-17 derajat Celcius. Selain
itu, Kabupaten Karo merupakan salah satu tujuan wisata yang cukup
terkenal di luar negeri, terbukti dengan wisatawan asing yang datang
ke kabupaten ini. Banyak tujuan wisata dapat dikunjungi di wilayah
ini, yaitu wisata Agro Berastagi, Tongging, Gundaling Peak, Danau Lau
Kawar, Mata Air Panas alami Lau Sidebuk, dan banyak lainnya.
II-13
2. Wisata Kebudayaan
Merupakan jenis wisata dengan daya tarik budaya, dapat berupa
peninggalan jaman dahulu, berupa bangunan dan kawasan permukiman
yang masih memelihara tradisi. Di wilayah Sumatera Utara terdapat
beberapa objek wisata budaya diantaranya:
1) Istana kerajaan dan rumah kediaman Istana Maimun, Mesjid Raya,
Mesjid Osmani, Kawasan Kesawan, Kediaman Chong A Fie, Rumah
Dinas Walikota dan Gedung Pusat AVROS/BKS PPS, situs bersejarah
kota Cina di Kota Medan;
2) Stasiun Kereta Api Binjai;
3) Kawasan situs bersejarah religi Islam di Barus, Kabupaten Tapanuli
Tengah;
4) Kawasan situs bersejarah kota Rantang di Kabupaten Deli Serdang;
II-13
5) Istana Kota Pinang di Kabupaten Labuhanbatu Selatan;
6) Peninggalan Sultan Labuhan di Kabupaten Labuhanbatu Utara;
7) Peninggalan situs candi/Biara di Kabupaten Padanglawas,
Padanglawas Utara dan Mandailing Natal;
8) Situs Benteng Portugis, Gua Jepang dan Gua Portugis di Kabupaten
Mandailing Natal;
9) Bangunan Cagar Budaya di Kota Sibolga;
10) Makam Raja Simalungun Pematang Purba, Situs Batu Gajah di
Kabupaten Simalungun;
11) Makam Nommensen di Kabupaten Tapanuli Utara;
12) Makam Sisingamangaraja XII, Rumah Bolon di Kabupaten Toba
Samosir;
13) Istana Sisimangaraja di Bakkara, Tempat Gugurnya Sisingamangaraja
XII Desa Sionom Hudon di Kabupaten Humbang Hasundutan;
14) Batu Hogon, Makam Sidabutar Tomok, Makam Sialagan Ambarita,
Rumah Tradisonil Simanindo, Perkampungan Tua Suku Batak Harian
Boho di Kabupaten Samosir;
15) Situs Batu Sumbang, Batu Mejan di Kabupaten Dairi;
16) Rumah Tradisionil di Kabupaten Phakpak Barat;
17) Pemukiman Tradisional Desa Lingga, Desa Dokan, Peceren,
Perkampungan Tradisionil di Kabupaten Karo;
18) Istana Lima Laras, Meriam Kuno di Kabupaten Batubara;
19) Situs Istana Kota Galuh di Kabupaten Serdang Bedagai;
20) Gua Kemang di Kabupaten Deli Serdang; II-14
21) Mesjid Azizi, Rumah Peninggalan Sultan Siak, Situs Komplek Istana
Sultan Aziz di Kabupaten Langkat;
22) Makam bersejarah Nias di Desa Ono Namolo I Lot dan Peninggalan
Megalit di Kota Gunungsitoli;
23) Peninggalan Megalit Kecamatan Gomo, Kampung Tradisionil
Bawomatoluwo, Silima Ewali Majingo di Kabupaten Nias Selatan;
24) Peninggalan Megalit Kecamatan Idanogawo, Gido dan Sogae’adu di
Kabupaten Nias;
25) Peninggalan Megalit dan Rumah Adat Tradisional Kecamatan
Mandrehe dan Lahomi di Kabupaten Nias Barat.
II-14
Wisata minat khusus merupakan wisata dengan daya tarik aktivitas
tertentu seperti wisata kuliner, pendidikan, belanja, konvensi dan lain
sebagainya. Di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang dapat dikategorikan
wisata minat khusus antara lain:
1) Museum dan Kebun Binatang di Kota Medan dan Kota
Pematangsiantar;
2) Arung Jeram di Sei Asahan - Tobasa dan Sei Binge, Sei Wampu di
Langkat;
3) Olahraga Air di Sorake, Lagundri, Sigolong Golong, Teluk Dalam,
Wisata menyelam di Perairan Pulau-pulau Batu di Nias Selatan
4) Olahraga Air di Pulau Asu, Nias Barat
5) Olahraga Paralayang di Sitopsi;
6) Wisata Rohani di Salib Kasih di Kabupaten Tapanuli Utara;
7) Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi;
8) Kawasan Rekreasi Pantai di Kecamatan Pantai Cermin di Kabupaten
Serdang Bedagai;
9) Rekreasi Pegunungan dan Taman Hiburan di Sibolangit, Kabupaten
Deli Serdang;
10) Museum pusaka Nias di Kota Gunungsitoli;
11) Museum sejarah Batak di Balige di Kabupaten Toba Samosir
II-15
1) Medan dan sekitarnya;
2) Pantai Timur Sumatera Utara dan sekitarnya;
3) Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Wilayah Sumatera
Utara;
4) Binjai, Namu Sira Sira dan sekitarnya;
5) Tanah Karo dan sekitarnya;
6) Dairi dan sekitarnya;
7) Serdang Bedagai, Simalungun, dan sekitarnya;
8) Tapanuli Utara, Samosir, Tobasa, Humbang Hasundutan, Asahan dan
sekitarnya;
9) Rantau Prapat, Kota Pinang, Gunung TUa dan sekitarnya;
10) Sibolga dan sekitarnya;
11) Kepulauan Nias dan sekitarnya;
12) Batang Toru dan sekitarnya.
II-16
II-16
Sarulla Kabupaten Tapanuli Utara terbukti sebesar 135 MW; dan Desa
Namorailangit Kabupaten Tapanuli Utara terbukti sebesar 210 MW.
Potensi panas bumi dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel. 2.3
Sebaran Potensi Panas Bumi
RE
RES
(Mwe Ins
(Mwe)
No Lapangan Kabupaten )
(MW
Sp Hp Ps Pb Pv
)
1 Beras Tepu Karo - - - - - -
LauDebuk-Debuk
2 Karo - 70 131 - 30 2
Sibayak
3 Marike Karo 25 - - - - -
22
4 Dolok Merawan Simalungun - - - - -
5
22
5 Pusuk Buhit D. Toba Samosir - - - - -
5
22
6 Simbolon Samosir Samosir - - - - -
5
13
7 Sarulla Tap. Utara - 100 200 - -
5
21
8 Namorailangit Tap. Utara - - - - -
0
10
9 Sibuhuan Padang Lawas - - - - -
0
S. Merapi –
10 Madina - - 420 - - -
Sampuraga
22
11 Sampuraga Madina - - - - -
5
12 Roburan Madina - - 320 - - -
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara
Keterangan:Sp:Speculative,Hp:Hipothetical,Ps:Possible/terduga,Pb:Probable/mungkin, II-17
Pv:Proven/terbukti,Re:Reserve/cadangan,Res:Resources/sumberdaya,
Ins:Installed/terinstal
II-17
Kabupaten Labuhan Batu. Adapun rincian sebaran potensi dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel. 2.4
Sebaran Potensi Tambang Gambut
N Koordinat Cadangan
Lokasi Status
o (LU, BT) (m³)
Desa Nagasaribu
2o14’0,4” Eksplorasi
1Kecamatan Lintongnihuta 13.191.086
98o52’04” Lanjutan
Kabupaten Humbang hasundutan
Desa Simangarunsang
2o16’12” Eksplorasi
2 Kecamatan Doloksanggul 20.666.444
98o44’00” Lanjutan
Kabupaten Humbang Hasundutan
Desa Panaitengah Eksplorasi
370.000.00
3 Kecamatan Bilah Hilir Pendahulua
0
Kabupaten Labuhan Batu n
Desa Buluhtelang, Penyelidikan
03o52’57,4"
4 Kecamatan Padangtualang Pendahulua 6.000.000
98 20’0,9"
o
Kabupaten Langkat n
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, 2009
Tabel. 2.5
Sebaran Potensi Tambang Batubara
Cadangan
No Lokasi Status
(ton)
Desa Rantau Panjang Penyelidikan
1
Kec. Lingga Bayu Kab. Mandailingnatal Pendahuluan
Desa Pulaupadang Penyelidikan
2
Kec. Lingga Bayu Kab.Mandailingnatal Pendahuluan
II-18
Desa Pargarutan,
Eksplorasi
3 Kec. Angkola Timur, 1.000.000
Pendahuluan
Kab. Tapanuli Selatan
Desa Ampolu
Penyelidikan
4 Kec. Angkola Timur,
Pendahuluan
Kab.Tapanuli Selatan
Desa Jonggoljae Penyelidikan
5
Kec. Arse Kab.Tapanuli Selatan Pendahuluan
Kec. Sibolga Penyelidikan
6 -
Kab. Tapanuli Tengah Pendahuluan
Desa Hudopa Nauli Penyelidikan
7
Kec. Kolang Kab.Tapanuli Tengah Pendahuluan
Desa Laudamak Penyelidikan
8 100.000
Kec. Bahorok Kab. Langkat Pendahuluan
Desa Tangkahan Penyelidikan
9 150.000
Kec. Batangserangan Kab.Langkat Pendahuluan
Kec. Besitang Penyelidikan
10
Kab. Langkat Pendahuluan
Kec. Seilepan Penyelidikan
11
Kab. Langkat Pendahuluan
Desa Tanjungberingin Penyelidikan
12 1.000.000
Kec. Kualuhhulu Kab. Labuhan Batu Pendahuluan
13 Desa Hilimbowo Kare Eksplorasi 19.200.000
II-18
Cadangan
No Lokasi Status
(ton)
Kec. Alasa Kab Nias Pendahuluan
Desa Nazalou Alo’oa, Penyelidikan
14 1.000.000
Kec. Gunung Sitoli, Kota Gunung Sitoli Pendahuluan
Desa Onozitoli Sifaoro’ase Penyelidikan
15 1.000.000
Kec. Gunung Sitoli, Kota Gunung Sitoli Pendahuluan
Sumber: Perda No. 2 Tahun 2017 tentang RTRW Provinsi Sumatera Utara 2017-2037
II-19
No Bahan Galian Sebaran Lokasi
Sebelah barat Pulau Nias, Kabupaten Nias
6 Besi Aeksorik, Aekhorsik, Siayu, Kecamatan Kota nopan Kab
Mandailing Natal
Batanggadis, Kecamatan Kotanopan Kabupaten
7 Bismutih Mandailing Natal
Pulau Samosir, Kabupaten Samosir
Batangnatal, Kecamatan Batang natal Kabupaten
8 Kromium Mandailing Natal
Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailingnatal
Desa Pagargunung, Kecamatan Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal
Desa Sinunukan, Desa Muarasoma, Kec Batang natal
Kab. Mandailing Natal
Desa Sikarakara, Kecamatan Natal Kab. Mandailingnatal
Desa Sikarakara, Kecamatan Natal Kab. Mandailingnatal
Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan
Desa Sikuikkuik, Kec Padangsidimpuan Barat, Kab
Tapanuli Selatan
9 Emas Gunungmeriah, Kecamatan Gunungmeriah Kabupaten
Deliserdang
Desa Sopokomil, Kecamatan Silimapunggapungga
Kabupaten Dairi
Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan Desa
Toralaulu
Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan
Dolok Pinapan, Kecamatan Onanganjang Kabupaten
Humbang Hasundutan
Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat
II-20
No Bahan Galian Sebaran Lokasi
Batangnatal Kab Mandailing Natal
Hutabargotjulu, Aeksorik, Pagargunung, Patahajang,
Malilir, Bukit Pionggu, Gunungmarisi Kecamatan
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
Desa Parombunan, Kecamatan Sibolga Kabupaten
Tapanuli Tengah
Desa Simangambat, Kecamatan Saipardolokhole Kab
Tapanuli Selatan
Desa Sopokomil, Kecamatan Silimapunggapungga
Kabupaten Dairi
Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan
Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias
Batanggadis, Batanglobung, Aekhorsik Kec Batangnatal
Kab Mandailing Natal
Desa Pagargunung, Patahajang, Gunungmarisi Bukit
Pionggu, Kecamatan Kotanopan Kabupaten
20 Timbal Mandailingnatal
Aekhabil, Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah
Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara
Desa Sopokomil, Kecamatan
SilimapunggapunggaKabupaten Dairi
Kecamatan SosaKabupaten Tapanuli Selatan
Aekhabil Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah
21 Wolfram Desa hatapang Kecamatan Na IX-X Kabupaten
Labuhanbatu
Sumber: Perda No. 2 Tahun 2017 tentang RTRW Provinsi Sumatera Utara 2017-2037
Bahan tambang mineral bukan logam dan batuan terdiri dari 28 jenis yang
tersebar pada Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Bahan
galian tersebut adalah bentonit, batu gamping/batu kapur, zeolit, dolomit,
marmer, travertin, diatomea, trass, andesit, granit, felspar, kaolin, batu
mulia, batu apung, perlit, kalsit, kuarsa, phospat, pasir kuarsa, kuarsit,
grafit, mika, oker, talk, serpentinit, lempung, pasir dan batu (sirtu), pasir
laut, arahan lokasi kegiatan pertambangan tersebar di seluruh kabupaten. II-21
II-21
Kawasan rawan bencana di Provinsi Sumatera Utara dibagi kedalam
beberapa kawasan, yaitu kawasan kawasan rawan massa gerakan
tanah/tanah longsor, kawasan rawan zona patahan aktif, kawasan rawan
gelombang pasang air laut/abrasi/tsunami, kawasan rawan banjir/banjir
bandang, kawasan rawan angin puting beliung, kawasan rawan kebakaran
hutan, dan kawasan rawan letusan gunung berapi. Wilayah Sumatera Utara
merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap terjadinya
longsor (gerakan tanah), gelombang pasang (tsunami), banjir dan peristiwa
gempa.
II-22
Perubahan Vegetasi & Aktifitas Manusia
Penebangan hutan, alih fungsi lahan pembukaan lahan hutan untuk
jalan, permukiman dan infrastruktur lainnya turut memicu terjadinya
gerakan tanah.
d. Banjir/Banjir Bandang
Peristiwa banjir merupakan bencana alam yang juga sering terjadi di
wilayah Sumatera Utara yang beriklim tropis, terutama pada wilayah
dengan kemiringan lereng landai atau dataran. Kawasan rawan
banjir/banjir bandang terletak di sepanjang Pantai Timur yang dilalui oleh
jalur lintas timur Sumatera.
II-23
f. Kebakaran Hutan
Selain peristiwa bencana alam, di Provinsi Sumatera Utara juga memiliki
kawasan rawan bencana kebakaran hutan antara lain kawasan yang
berada di sekitar Danau Toba.
Tipe A, yaitu gunung yang pernah tercatat meledak paling tidak sekali
sejak tahun 1600. Gunung api tipe ini paling rentan meletus. Gunung
api di Provinsi Sumatera Utara yang termasuk kedalam tipe ini ialah
Gunung Sorik Merapi di Kabupaten Mandailing Natal dan Gunung
Sinabung di Kabupaten Karo.
Tipe B, yaitu gunung api aktif yang tercatat tidak pernah meletus sejak
tahun 1600. Sumatera Utara memiliki 3 (tiga) gunung api jenis ini,
yaitu Gunung Sibayak di Kabupaten Karo;Gunung Pusuk Buhit di
Kabupaten Samosir; dan Gunung Sibual-buali di Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Tipe C, yaitu gunung yang tidak pernah tercatat meletus. Namun
melihat tanda-tanda di sekitar gunung itu, diyakini gunung itu adalah II-24
gunung api. Gunung di Sumatera Utara yang termasuk kedalam tipe ini
ialah Gunung Dolok Martimbang/Namoralangit/Hela toba di Kabupaten
Tapanuli Utara.
II-24
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020), laju
pertumbuhan penduduk Sumatera Utara sebesar 1,28 persen per tahun.
Terdapat percepatan Laju Pertumbuhan Penduduk sebesar 0.06 persen poin
jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2000-
2020 yang sebesar 1,22. Perkembangan Jumlah dan Laju Penduduk
bedasarkan Sensus Penduduk tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Tabel. 2.7
Jumlah Penduduk Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota
II-25
II-25
dan Jenis Kelamin, 2020 (jiwa)
II-26
Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat
sejak tahun 1990. Pada tahun 1990 proporsi penduduk usia produktif
adalah sebesar 54,94 persen dari total populasi dan meningkat
menjadi 69.79 peren di tahun 2020. Perbedaan yang tajam antara
persentase penduduk usia produktif dan non prodktif (0-14 tahun dan
65 tahun ke atas) terlihat lebih tajam di tahun 2020. Hal ini
mencerminkan bahwa Sumatera Utara masih berada dalam masa
bonus demografi karena sebesar 69,79 persen penduduknya masih
berada di usia produktif
II-27
Sumber : Sensus Penduduk 2020
Grafik.2.4
Persentase Penduduk Lansia
II-28
3. Distribusi / Pesebaran Penduduk
Sebaran Penduduk Sumatera Utara masih terkonsentrasi di Kota Medan.
Meskipun luas geografisnya hanya sebesar 0.36 persen wilayah Sumatera
Utara. Namun Kota Medan di huni oleh 2,44 juta penduduk atau 16,46
persen penduduk Sumatera Utara. Sebaran penduduk terbesar kedua
terdapat di Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah penduduk sebanyak
1,93 juta orang atau sebesar 13,05 persen. Sementara Kabupaten Langkat,
Simalungun dan Asahan mempunyai sebaran masing-masing sebesar 6,96
persen, 6,69 persen dan 5,20 persen. Adapun Kabupaten/Kota lainnya
masing-masing dibawah 5 persen
II-29
Tabel. 2.9
Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Sumatera Utara
No
Kawasan Strategis Nasional
.
II-29
Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sumatera Utara (Pulau
1
Berhala)
2 Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro)
3 Kawasan Danau Toba dan sekitarnya
Sumber : PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang revisi PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
II-30
sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei,
seluas 2.002,77 ha yang terletak di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten
Simalungun. KEK Sei Mangkei tersebut direncanakan menjadi salah satu
Kawasan Strategis Nasional. KEK Sei Mangkei ini diharapkan dapat
mempercepat pembangunan perekonomian daerah yang akan berimplikasi
terhadap dinamika pembangunan di kawasan sekitarnya, seperti peningkatan
kegiatan ekonomi, perubahan tata guna lahan, kebutuhan SDM/tenaga kerja,
maupun kebutuhan dukungan sarana dan prasarana pendukung yang
mengarah pada terbentuknya konsep kota baru disekitar KEK Sei Mangkei.
Kawasan Strategis Provinsi yang termuat didalam Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 – 2037, yakni antara
lain:
1. Kawasan agropolitan dataran tinggi Bukit Barisan;
2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Simalungun – Batubara –
Asahan;
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Labuhanbatu dan sekitarnya;
4. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Pantai Barat dan sekitarnya;
5. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Kepulauan Nias;
6. Kawasan situs dan bangunan bersejarah di kawasan perkotaan
Mebidangro;
7. Kawasan religi dan situs candi/Biara di Kabupaten Padanglawas dan
Padanglawas Utara; II-31
8. Kawasan Tradisional Bawomataluo Kabupaten Nias Selatan dan
sekitarnya;
9. Kawasan religi dan situs bersejarah di Barus Kabupaten Tapanuli Tengah;
10. Kawasan religi dan situs bersejarah suku Batak di Pusuk Buhit;
11. Kawasan Ekosistem Leuser dan Bahorok;
12. Kawasan Konservasi Hutan Batang Toru;
13. Kawasan Konservasi Taman Nasional Batang Gadis Kabupaten Mandailing
Natal; dan
14. Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sinabung dan Sibayak.
Tabel. 2.10
Kawasan Strategis Sumtera Utara
II-31
No Kawasan Strategis Nilai/Aspek Strategis
II-32
2.1.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari fokus kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, fokus kesejahteraan sosial, serta fokus seni budaya dan
olahraga.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2018 tumbuh
sebesar 5,18 persen, kondisi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
capaian nasional pada periode yang sama yaitu sebesar 5,17 persen. Pada
tahun 2019, pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,22
persen masih tetap berada diatas pertumbuhan Nasional yang tercatat sebesar
5,02 persen. Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Nasional turun sebesar
3,49 persen dan Sumatera Utara turun sebesar 2.6 persen
Ekonomi Nasonal triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 persen (y-on-y). Dari sisi
produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami
kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 16,70 persen. Darisisi pengeluaran,
Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan
terdalam sebesar 10,82 persen. Sementara itu Ekonomi Sumatera Utara
II-33
triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 mengalami kontraksi sebesar 2,60
persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan
Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 17,87
persen. Dari sisi Pengeluaran, Ekspor Barang dan Jasa merupakan komponen
dengan kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 14,36 persen.
Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara
dengan Nasional sejak Tahun 2016 s.d 2020 dapat dilihat pada grafik berikut:
II-33
5.2 5.17
5.07 5.02
3.49
2.6
Sumut Nasional
Sumber : BRS BPS Sumut, 2020 dan BRS BPS Indonesia 2020
Grafik.2.7
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara dan Nasional Tahun
2016 s.d. 2020
II-34
II-34
Nilai PDRB ADHB Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tahun 2018 meningkat
menjadi Rp 741,192 Triliun jika dibandingkan Tahun 2017 yang tercatat
sebesar Rp 684,069 Triliun. Pada Tahun 2019 PDRB ADHB Provinsi
Sumatera Utara tercatat sebesar Rp 801,73 Triliun.
Nilai PDRB ADHK Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tahun 2018 meningkat
menjadi Rp 512,75 Triliun jika dibandingkan Tahun 2017 yang tercatat
sebesar Rp 487,53 Triliun. Pada Tahun 2019 PDRB ADHB Provinsi
Sumatera Utara tercatat sebesar Rp 539,52 Triliun. Nilai PDRB ADHB dan
ADHK Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2019 dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel. 2.11
PDRB Provinsi Sumatera Utara 2017-2019
Harga Berlaku Harga Konstan
No Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah)
2017 2018 2019 2017 2018 2019
1 Pertanian, Kehutanan, 146.366,3 155.071,9 164.165,7 121.300,04 127.202,6 133.726,0
dan Perikanan 7 7 0 4 2
2 Pertambangan dan 8.870,35 9.560,43 10.173,17 6.436,60 6.792,01 7.099,76
Penggalian
3 Industri Pengolahan 138.823,7 148.462,2 152.202,5 92.777,25 96.174,60 97.362,09
8 4 3
4 Pengadaan Listrik dan 788,34 840,58 908,22 677,08 694,58 729.78
Gas
5 Pengadaan Air, 766,84 754,74 796,71 475,82 489,60 516.23
Pengelolaan Sampah
Limbah dan Daur Ulang
6 Kontruksi 92.589,58 102.921,3 113,76 61.175,99 64.507,11 69.212,03
7
7 Perdagangan Besar dan 122.584,6 134.349,8 151.967,0 85.440,69 90.652,79 96.936,19
Eceran, Reparasi Mobil 3 4 9
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan 34.277,08 37.043,61 10.334,89 22.961,90 24.372,50 25.786,49
Pergudangan II-35
9 Penyediaan Akomodasi 16.330,13 17.636,58 19.386,71 11.282,16 12.131,73 13.209,12
dan Makan Minum
10 Informasi dan 13.582,77 15.154,95 17.139,58 12.933,95 14.024,31 15.375,55
Komunikasi
11 Jasa Keuangan dan 21.729,04 22.643,28 23.344,41 14.601,55 14.854,35 15.138,89
Asuransi
12 Real Estate 33.387,32 37.338,15 40.939,91 20.637,93 21.740,02 22.792,55
13 Jasa Perusahaan 7.089,63 7.649,068 8.671,78 4.368,69 4.678,85 4.953,49
14 Administrasi 24.023,93 26.707,39 30.011,84 15.463,27 16.409,75 17.746,91
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 12.443,05 13.527,65 14.767,59 9.802,14 10.418,74 10.924,94
16 Jasa Kesehatan dan 6.453,79 7.273,25 8.155,27 4.699,93 4.977,04 5.207,26
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 3.962,86 4.257,54 4.733,54 2.496,24 2.644,91 2.810,24
II-35
Ekonomi Sumatera Utara pada triwulan III-2020 terhadap triwulan III-201 (y-on-y) terjadi
kontraksi pada semua komponen. Kontraksi tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 14,36 persen; Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT)
sebesar 5,76 persen; dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,50
persen. Sementara Komponen Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang dalam
PDRB mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 23,78 persen.
Tabel. 2.12
PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2016-2020
No Komponen 2016 2017 2018 2019 2020( TW-III)
1 Pengeluaran Konsumsi 364 057 391,98 104 726 445,26
Rumah Tangga
2 Pengeluaran Konsumsi 6 058 240,70 1 856 484,03
LNPRT
3 Pengeluaran Konsumsi 51 838 128 ,31 13 539 751,22
Pemerintah
4 Pembentukan Modal Tetap 213 362 357 ,91 62 299 567,41
Bruto
5 Perubahan Inventori - 4 065 336,43
6 Ekspor Barang dan Jasa 260 910 862,87 67 528 011,29
7 Dikurangi Impor Barang 219 646 429,69 49 419 739,62
dan Jasa
PDRB 204 595 856,02
Tabel. 2.13
PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta II-36
Rupiah) Tahun 2016-2020
II-36
Dari sisi pengeluaran, Pada Tahun 2019 pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 9,95 persen diikuti
Komponen PMTB sebesar 8,59 persen; dan Komponen PK-RT sebesar 4,38
persen. Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Pengeluaran ADHK 2010
(persen) Tahun 2017-2019 dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel. 2.14
Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Pengeluaran ADHK 2010 (persen)
Tahun 2017 – 2019
No Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019
5 Perubahan Inventori - - -
6 Ekspor Barang & Jasa 7,06 5,46 -1,33
7 Dikurangi Impor Barang & Jasa 6,80 8,47 2,32
Tabel. 2.15
Distribusi menurut Pengeluaran ADHB (persen) Tahun 2017 - 2019
No Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 53,18 53,53 53,72
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,88 0,94 0,96
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,57 7,39 6,77
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 31,16 31,76 31,41
5 Perubahan Inventori 1,18 1,45 1,42
6 Ekspor Barang & Jasa 38,11 36,67 32,8
7 Dikurangi Impor Barang & Jasa 32,08 31,73 27,07
II-37
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 2020
e. PDRB Perkapita
- PDRB ADHK
Riau 70,740
Nasional 40,749
Jambi 40,052
Lampung 27,742
Aceh 24,014
Bengkulu 22,498
Grafik.2.9
Perbandingan PDRB Perkapita ADHK Provinsi Se-Pulau Sumatera
dan Nasional Tahun 2019
II-38
PDRB Perkapita ADHB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 meningkat
menjadi sebesar Rp 55,05 Juta dibandingkan dengan Tahun 2018 yang
tercatat sebesar Rp 51,46 Juta. Kondisi ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan PDRB Perkapita ADHB Nasional yang tercatat sebesar Rp. 59,1
Juta pada Tahun 2019.
120 56.00
51.90
100
80
56
6048
40
20
0
2017 2018 2019
Riau 110,827
Jambi 58,365
Nasional 56,602
Lampung 39,864
Bengkulu 33,827
Aceh 29,522
II-39
Grafik.2.11
PDRB Perkapita ADHB Provinsi Se-Pulau Sumatera dan Nasional
Tahun 2019*
II-40
Kepulauan Bangka Belitung 1,214,930
Riau 1,051,459
Bengkulu 959,780
Jambi 947,478
Nasional 852,105
Aceh 837,906
Lampung 815,725
0
0
0
0
00
00
00
00
00
00
00
Sumber : BPS Indonesia, 2019
0,
0,
0,
0,
0,
0,
0,
00
20
20
40
60
80
40
*) Angka Sementara
1,
1,
1,
Grafik.2.13
Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Provinsi se-Pulau Sumatera dan
Nasional Tahun 2019*
3. Laju Inflasi
7
6.34
6
4
3.61
3.02 3.13
2.72
3
3.2
2 2.33
1.96
1 1.23
0
2016 2017 2018 2019 2020
Pada Desember 2020, seluruh kota IHK di Sumatera Utara inflasi, yaitu
II-41
Sibolga sebesar 1,32 persen; Pematangsiantar sebesar 1,47 persen; Medan
sebesar 0,65 persen; Padangsidimpuan sebesar 1,00 persen; dan Gunung
Sitoli sebesar 1,87 persen. Dengan demikian, gabungan 5 kota IHK di
Sumatera Utara pada Desember 2020 inflasi 0,75 persen
Bulan Desember 2020, Medan tercatat inflasi 0,65 persen atau terjadi
peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,48 pada November 2020
menjadi 104,15 pada Desember 2020. Inflasi terjadi karena adanya
peningkatan harga yang ditunjukkan, yaitu kelompok makanan, minuman,
dan tembakau sebesar 2,00 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar
0,12 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah
tangga sebesar 0,03 persen; kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,07 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan
jasa lainnya sebesar 0,38 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami
penurunan indeks yaitu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan
pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,05 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,03 persen; dan kelompok transportasi sebesar 0,19 persen. Tiga
kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks, yaitu kelompok
informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya; dan kelompok pendidikan.
Inflasi Desember 2020 menyebabkan inflasi tahun kalender Desember
2020 (Desember 2020 terhadap Desember 2019) dan inflasi tahun ke tahun
(Desember 2020 terhadap Desember 2019) masing-masing kota sebagai
berikut: Sibolga inflasi 2,42 persen; Pematangsiantar inflasi 2,78 persen;
Medan inflasi 1,76 persen; Padangsidimpuan inflasi 3,27 persen; dan Gunung II-42
Sitoli inflasi 5,32 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender dan inflasi
tahun ke tahun gabungan 5 kota IHK di Sumatera Utara sebesar 1,96 persen.
Tabel. 2.16
Inflasi 5 Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016-2020
No Kota 2016 2017 2018 2019 2020
1 Medan 4,76 3.10 1,00 2,43 1,76
2 Pematangsiantar 6,60 3.18 2,15 1,54 2,78
3 Sibolga 7,39 3.08 2,86 2,58 2,42
4 Padangsidimpuan 4,28 3.82 2,22 2,15 3,27
5 Kota Gunung Sitoli - - - - 5,32
Gabungan 5 Kota IHK di 6,34 3,24 1,23 2,33 1,96
Sumatera Utara
Sumber: Berita Resmi Statistik BPS Sumatera Utara, 2020
II-42
Inflasi Pulau Sumatera dapat dilihat dari Dari 24 kota IHK di Pulau
Sumatera, seluruh kota tercatat inflasi. Inflasi tertinggi di Gunung Sitoli
sebesar 1,87 persen dengan IHK sebesar 107,85 dan terendah di Bengkulu
sebesar 0,14 persen dengan IHK sebesar 104,33
Tabel. 2.17
Perbandingan IHK dan Inflasi/Deflasi Kota-Kota di Pulau Sumatera
4. Indeks Gini
Pada Maret 2020, (tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang
diukur dengan) Gini Ratio Sumatera Utara tercatat sebesar 0,316. Terjadi
sedikit peningkatan sebesar 0,001 poin jika dibandingkan September 2019
yang sebesar 0,315. Peningkatan Gini Rasio ini berarti terjadi kenaikan
II-43
tingkat ketimpangan pengeluaran sementara Pada Maret 2020, tingkat
ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio
adalah sebesar 0,381. Angka ini meningkat 0,001 poin jika dibandingkan
dengan Gini Ratio September 2019 yang sebesar 0,382 dan menurun 0,001
poin dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2019 yang sebesar 0,381.
0.34
0.31 0.31 0.32 0.32
II-43
Sumber : BRS BPS, Maret 2020
Grafik.2.1
Perkembangan Gini Ratio Provinsi Sumatera Utara 2016-2020
Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2020 tercatat sebesar 0,338
sedikit meningkat dibanding Gini Ratio September 2019 yang sebesar 0,337.
Demikian juga Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2020 tercatat
sebesar 0,255 meningkat dibanding Gini Ratio September 2019 yang sebesar
0,262.
Pada Maret 2020, distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen
terbawah adalah sebesar 21,53 persen. Artinya pengeluaran penduduk masih
berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Jika dirinci menurut
wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 19,99 persen dan di
daerah perdesaan angkanya tercatat sebesar 24,63 yang artinya keduanya
juga berada pada kategori ketimpangan rendah
II-44
Grafik.2.2
Perkembangan Gini Ratio Perdesaan dan Perkotaan Provinsi Sumatera
Utara 2016-2020
II-44
rata-rata capainnya masih di bawah Nasional, Gini Ratio tertingi wolayah
Sumatera ada di Kabupaten Sumatera Selatan dan terendah ada di Kepualan
Bangka Belitung. Perbandingan capaian Gini Rasio Provinsi se Pulau
Sumatera dapat dilihat pada grafik berikut
0.38
0.34 0.34 0.33 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.31
0.26
II-45
Sumber : BPS Sumatera Utara, 2020
Tabel. 2.19
Jumlah dan persentase Penduduk Miskin menurut daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 – 2020
Perkotaan
September 2016 9.69
Perdesaan
September 2016 10.86
Perkotaan + Desa
September 2016 1.453 10.27
II-46
perdesaan sebesar Rp.484.717,- per kapita per bulan. Dibandingkan dengan
September 2019, garis kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2020 naik
2,61 persen yaitu dari Rp. 490.120,- perkapita per bulan menjadi
Rp.502.904,- perkapita per bulan. Garis kemiskinan di perkotaan naik 2,31
persen, yaitu dari Rp. 506.538,- perkapita per bulan menjadi Rp.518.218,-
perkapita per bulan. Sedangkan garis kemiskinan di perdesaan naik 3,01
persen dari Rp. 470.545,- perkapita per bulan menjadi Rp.484717,- perkapita
per bulan. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang
terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan
Makanan (GKBM), sebagaimana terlihat pada Tabel 3 bahwa peranan
komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi
bukan makanan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada Maret 2020
sebesar 74,92 persen
Tabel. 2.20
Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2016 – 2020
Daerah/Tahun Makanan Bukan Makanan Total
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Desa
II-47
tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan yang menyangkut
kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan
keparahan dari kemiskinan.
Pada periode September 2019 – Maret 2020, secara umum Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
menunjukkan sedikit peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 1,480
meningkat menjadi 1,513. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik
dari 0,372 menjadi 0,388 pada periode yang sama. Kenaikan nilai kedua
indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan (semakin dalam) dan
tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin meningkat
Tabel. 2.21
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Tahun 2016 – 2020
II-48
Tabel. 2.22
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota se
Sumatera Utara, 2020
Jumlah Penduduk Persentase Penduduk Miskin
No Kab/Kota
Miskin (ribu org) (Persen)
1 Nias 23,12 16,60
2 Mandailing Natal 41,31 9,18
3 Tapanuli Selatan 23,96 8,47
4 Tapanuli Tengah 47,19 12,38
5 Tapanuli Utara 28,41 9,37
6 Toba Samosir 16,05 8,71
7 Labuhan Batu 42,17 8,44
8 Asahan 66,32 9,04
9 Simalungun 73,64 8,46
10 Dairi 22,93 8,04
11 Karo 36,57 8,70
12 Deli Serdang 86,26 3,88
13 Langkat 101,87 9,73
14 Nias Selatan 53,88 16,74
15 Humbang Hasundutan 17,92 9,36
16 Pakpak Bharat 4,59 9,28
17 Samosir 15,80 12,48
18 Serdang Bedagai 49,18 7,97
19 Batu Bara 49,78 11,88
20 Padang Lawas Utara 26,79 9,70
21 Padang Lawas 23,87 8,37
22 Labuhan Batu Selatan 28,63 8,34
23 Labuhan Batu Utara 34,86 9,53
24 Nias Utara 34,75 25,07
25 Nias Barat 22,33 25,69
26 Kota Sibolga 10,49 11,95
27 Kota Tanjung Balai 23,54 13,33 II-49
28 Kota Pematang Siantar 21,23 8,27
29 Kota Tebing Tinggi 16,32 9,85
30 Kota Medan 183,54 8,01
31 Kota Binjai 15,91 5,71
32 Kota Padangsidimpuan 16,56 7,40
33 Kota Gunungsitoli 23,54 16,41
Sumber : Statistik Indonesia 2020
II-49
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,73 persen pada Februari
2020, menurun jika dibandingkan dengan TPT Agustus 2019 yang sebesar
5,41 persen
Tabel. 2.23
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Wilayah Setara (Pulau
Sumatera)
Jumlah Penduduk Persentase Penduduk
Provinsi
Miskin (ribu)* Miskin (%)*
Aceh 814,91 14,99
Sumatera Utara 1,283,29 8,75
Sumatera Barat 344,23 6,28
Riau 483,39 6,82
Jambi 277,80 7,58
Sumatera Selatan 1,081,58 12,66
Bengkulu 302,58 15,03
Lampung 1,049,32 12,34
Kep Bangka Belitug 68,39 4,53
Kep Riau 131,97 5,92
Sumber : BPS Indonesia, Juli 2020
*) data Maret 2020
II-50
Pembangunan manusia di Sumatera Utara terus mengalami kemajuan.
Pada tahun 2020, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara
mencapai 71,77. Angka ini meningkat sebesar 0,03 poin atau tumbuh sebesar
0,04 persen dibandingkan tahun 2019. Jika dibandingkan dengan Nasional
walapun terjadi peningkatan Pandemi COVID-19 membawa pengaruh
terhadap pembangunan manusia di Indonesia. Hal ini terlihat dari
perlambatan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2020
dibanding tahun-tahun sebelumnya. IPM Indonesia tahun 2020 adalah
sebesar 71,94 atau tumbuh 0,03 persen (meningkat 0,02 poin) dibandingkan
capaian tahun sebelumnya. Perkembangan capaian IPM Nasional dan Provinsi
Sumatera Utara dapat dilihat sebagai berikut :
71.92 71.94
71.74 71.77
71.39
71.18
70.81
70.57
70.18
70
II-51
untuk menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma I. Angka ini
meningkat 0,03 tahun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,95
tahun. Selain itu, rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas
juga masih meningkat 0,14 tahun, dari 8,34 tahun pada tahun 2019 menjadi
8,48 tahun pada tahun 2020. • Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada
tahun 2020 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,47 tahun, lebih
lama 0,13 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun
sebelumnya
Peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap
komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-
masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel. 2.24
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Komponen, 2016-2020
Komponen Satuan 2016 2017 2018 2019 2020
Umur Harapan Hidup Saat Tahun 68,33 68,37 68,61 68,95 69,10
Lahir (UHH)
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 13,00 13,10 13,14 13,15 13,23
Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 9,12 9,25 9,34 9,45 9,54
Pengeluaran Perkapita Rp 9.744 10.036 10.391 10.649 10.420
IPM % 70,00 70,57 71,18 71,74 71,77
Pertumbuhan IPM % 0,71 0,81 0,86 0,79 0,04
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Sumatera Utara 2020
II-52
kondisi pandemi covid-19 yang terjadi di tahun 2020, mengakibatkan
penurunan pada pengeluaran per kapita masyarakat Sumatera Utara hingga
sebesar 10,42 juta rupiah per tahun
Peningkatan IPM di tingkat Provinsi Sumatera Utara juga tercermin
pada level kabupaten/kota. Selama periode 2019 hingga 2020, IPM di seluruh
kabupaten/kota mengalami peningkatan. Pada periode ini, tercatat tiga
kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu
Kabupaten Padang Lawas Utara (0,81 persen), Kabupaten Nias Utara (0,61
persen), dan Kabupaten Nias Barat (0,61 persen). Kemajuan pembangunan
manusia di ketiga kabupaten tersebut terutama didorong oleh perbaikan
dimensi Pendidikan.
Tabel. 2.25
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara Menurut
Kabupaten/Kota, 2020
Kabupaten/Kota IPM Pertumbuhan IPM
II-53
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Sumatera Utara 2020
Selain itu jika dilihat perkembangan IPM dengan wilayah yang setara
(Pulau Sumatera) maka Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera
Utara berada pada urutan ke-5 (Lima) setelah Aceh, Sumatera Barat, Riau
dan Kepulauan Riau. Sedangkan IPM tertinggi ada di Provinsi Kepulauan Riau
sebesar 75,59 persen dan terendah ada di Provinsi Lampung sebesar 69,69,
capaian Komponen IPM dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 2.26
Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Setara (Pulau Sumatera)
Tahun 2020
KOMPONEN IPM
II-54
91.2
91.07
91.1
90.96 90.99
91
90.82
90.9
90.8
90.82
90.7
90.6 90.71
90.65 90.66
90.5
90.4
2016 2017 2018 2019 2020
Grafik.2.16
Perkembangan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Sumatera Utara
2016-2020
Bila melihat pada masing – masing variabel pendukung IPG yaitu Usia
Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata – rata Lama Sekolah dan
Pengeluaran per Kapita maka trend dari tahun 2017 – 2019 memperlihatkan
kesenjangan yang paling menonjol adalah pada variabel Pengeluaran per
Kapita, dimana pengeluaran per kapita untuk penduduk perempuan jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk laki – laki dengan kesenjangan
rata – rata sebesar 50 persen. Sedangkan untuk variabel rata rata lama
sekolah, kesenjangan tidak terlalu terliat (kecil) dengan rata rata sebesar 0,6
tahun. Beda halnya dengan varibel angka harapan lama sekolah, usia
harapan lama sekolah penduduk perempuan di Sumatera Utara lebih besar
dari usia harapan lama sekolah penduduk laki – laki dengan rata – rata
sebesar 0,4 tahun, begitu juga dengan variabel angka harapan hidup, II-55
memperlihatkan harapan hidup perempuan Sumatera Utara lebih besar dari
harapan hidup penduduk laki-laki dengan rata – rata sebesar 3,9 tahun,
sebagaimana tabel berikut:
Tabel. 2.27
Perkembangan Variabel Pendukung Indeks PembangunanGender (IPG)
Sumatera Utara 2016-2020
Harapan Lama Rata-rata Lama Pengeluaran Per
Usia Harapan Hidup
Sekolah Sekolah Kapita (dalam ribu
Tahun (Tahun)
(Tahun) (Tahun) rupiah)
L P L P L P L P
2016 66,48 70,29 12,67 13,34 9,48 8,78 14.153 7.772
2017 66,49 70,29 12,92 13,35 9,55 8,96 14.552 7.915
2018 66,73 70,52 16,96 13,37 9,61 9,08 15.124 8.138
2019 67,07 70,92 12,97 13,40 9,76 9,17 15.471 8.315
2020
II-55
Jika dilihat dari Perkembangan Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Kabupaten/Kota maka IPG tertinggi ada di Kabupaten Pakpak Bharat
kemudian Toba Samosir, angka ini lebh tinggi dari capaian Provnsi Sumatera
Utara sebesar 90,71 pada tahun 2019. Sementara capaian terendah ada di
Kabupaten Nias Utara yaitu sebesar 79,02 persen. Perkembangan capaian IPG
kabupaten/Kota dapat dilihat sebagai berikut :
9 9 .0 5
9 8 .1 4
9 8 .0 4
9 7 .7 7
9 7 .5 9
9 7 .5 3
9 6 .5 4
9 6 .3 1
9 5 .4 6
9 4 .7 8
9 4 .0 2
9 3 .6 2
9 3 .5 5
9 0 .7 1
9 3 .0 3
9 7 .1
9 1 .3 3
9 1 .3 1
9 1 .2 3
9 1 .2 2
9 1 .0 5
9 0 .0 3
8 9 .5 2
8 9 .5 1
8 9 .2 5
8 8 .7 9
8 7 .6 3
8 7 .5 9
8 7 .4 3
8 6 .2 6
9 0 .6
8 5 .6 4
8 2 .9 3
7 9 .0 2
Sumber : BPS Indoneisa, Februari 2020
Grafik.2.17
Perkembangan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten/Kota
94.09 II-56
93.1
92.4
91.84
91.19
90.71 90.39
89
88.44 88.43
K E P . B A N G K A B E L IT U N G
SU M A TE R A SE LA TA N
SU M A TE RA B A RA T
SU M A TE RA U TA RA
K E P U L A U A N R IA U
B E N G K U LU
LA M PU N G
JA M B I
ACEH
R IA U
Grafik.2.18
Perkembangan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Wilayah Sumatera
II-56
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang
mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup
partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta
penguasaan sumber daya ekonomi.
Perkembangan capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Provinsi
Sumatera Utara tahun 2017 hingga 2019 memperlihatkan adanya penurunan
dimana hingga tahun 2019 capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Sumatera Utara sebesar 67,76 poin, namun bila melihat perbandingan antara
capaian IDG Provinsi Sumatera Utara dan Nasional, maka capaian IDG
Sumatera Utara masih berada di bawah capaian Nasional dari tahun 2016 –
2019, sebagaimana grafik berikut:
72.56
72.1
71.74
71.39
71.29
69.07 69.29
67.76
Grafik.2.19
Perkembangan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Sumatera Utara
Bila melihat pada masing – masing variabel pendukung IDG yaitu II-57
Keterlibatan Perempuan di Parlemen, Perempuan sbg Tenaga Manajer,
Profesional, Administrasi, Teknisi, dan Sumbangan Perempuan dalam
Pendapatan Kerja maka trend dari tahun 2016 – 2020 memperlihatkan belum
adanya perkembangan yang cukup baik dan masih rendahnya peran
perempuan dalam sektor publik, terutama untuk Keterlibatan Perempuan di
Parlemen sebagai satu indikator affirmative sebagaimana tabel berikut :
Tabel. 2.28
Perkembangan Variabel Pendukung Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Sumatera Utara 2017-2019
Sumbangan Perempuan sebagai Keterlibatan
Tahun Pendapatan Perempuan Tenaga Profesional Perempuan di
(Persen) (Persen) Parlemen (Persen)
2016 36,01 52,59 15
2017 36,03 52,46 15
2018 36,03 54,51 17,17
2019 36,15 54.16 13.00
II-57
2020
74.45
69.78 69.23 69.17 67.76 65.97
63.31
59.09
52.96
Grafik.2.21
Perkembangan Indeks Permberdayaan Gender (IDG) Kabupaten/Kota
II-58
5) Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah
Selama periode 2010 hingga 2020, Harapan lama sekolah secara rata-
rata tumbuh sebesar 1,14 persen per tahun. Meningkatnya harapan lama
sekolah menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang
bersekolah. Pada tahun 2020, harapan lama sekolah di Sumatera Utara telah
mencapai 13,23 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki
peluang untuk menamatkan pendidikan hingga Diploma 1. Sementara itu,
Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Sumatera Utara
tumbuh 1,15 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2020.
Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun
kualitas manusia Sumatera Utara yang lebih baik. Pada tahun 2020, rata-rata
lama sekolah penduduk Sumatera Utara usia 25 tahun ke atas mencapai 9,54
tahun, atau telah menamatkan pendidikan hingga sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP).
Jika dilihat dari capaian Nasional Harapan Lama Sekolah (HLS)
penduduk usia 7 tahun dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25
tahun ke atas ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010
hingga 2020, HLS Indonesia telah meningkat 1,69 tahun, sementara RLS
meningkat 1,02 tahun. Di tengah pandemi COVID-19 yang masih
berlangsung, HLS tahun 2020 masih tumbuh 0,23 persen, melambat
dibandingkan pertumbuhan selama tahun2011–2019, sedangkan RLS
tumbuh1,68 persen, melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 2,08 persen II-59
Tabel. 2.29
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Sumatera Utara dan Nasional, 2016-2020
Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Tahun
Nasional Sumatera Utara Nasional Sumatera Utara
2016 12.72 13.00 7.95 9.12
2017 12.85 13.10 8.10 9.25
2018 12.91 13.14 8.17 9.34
2019 12.91 13.15 8.34 9.45
2020 12.98 13.23 8.48 9.54
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Indonesia dan Sumatera Utara 2020
II-59
Kota Medan sebesar 11,39 disusul Kota Pematang Siantar sebesar 11,16 dan
Kota Padang Sidempuan yaitu 11,00.
Tabel. 2.30
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Kabupaten/Kota sesumatera Utara, 2020
Harapan Lama Sekolah
Kab/Kota Rata-Rata Lama Sekolah
(HLS)
II-60
14.31 14.02
13.23 13.2 13.61
12.98 12.65 12.87
12.45 12.05 HLS
10.12
9.33 9.54 9.14
8.99 8.84
8.55 8.24 8.05 8.06
RLS
Aceh Sumatera Sumatera Riau Jambi Sumatera Bengkulu Lampung Kep. Kepulauan
Utara Barat Selatan Bangka Riau
Belitung
Grafik.2.22
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Wilayah
Setara (Pulau Sumatera) Tahun 2020
II-61
71.34 71.47
71.06 71.2
70.9
69.10
68.95
68.61
68.33 68.37
71.27
71.22
71.4
70.87
70.08
69.93
69.75
69.46
69.43
69.27
69.01
68.96
68.74
68.71
68.68
68.63
68.8
68.26
69
67.17
67.15
67.09
66.96
65.74
64.91
63.27
II-62
62.6
II-62
80
71.6 71.16 70.65 70.64 69.96 69.93 69.88 69.47 69.35 69.1
70
60
50
40
30
20
10
0
Riau Jambi Lampung Bangka Kepulauan Aceh Sumatera Sumatera Bengkulu Sumatera
Belitung Riau Selatan Barat Utara
7) Kondisi Ketenagakerjaan
Penduduk usia kerja merupakan semua orang yang berumur 15 tahun
ke atas. Pada usia ini, mereka memiliki potensi untuk masuk ke angkatan
kerja dan pasar kerja. Penduduk usia kerja mengalami kenaikan dari 10,532
juta orang pada Agustus 2019 menjadi 10,703 juta orang pada Agustus 2020.
Penduduk usia kerja mengalami tren yang cenderung meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk di Sumatera Utara. Sebagian besar
penduduk usia kerja yaitu 68,67 persen atau 7,35 juta orang merupakan
angkatan kerja, terdiri dari 6,842 juta orang penduduk bekerja dan 508 ribu
orang pengangguran.
Tabel. 2.31
Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja 2016-2020
Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus II-63
Status Keadaan 2016 2017 2018 2019 2020
Ketenagakerjaan (ribu (ribu (ribu (ribu (ribu
orang) orang) orang) orang) orang)
Penduduk Usia Kerja 9.642 9.789 10.356 10.532 10.703
Angkatan Kerja 6.636 6.743 7.453 7.411 7.350
Bekerja 5.991 6.336 7.039 7.012 6.842
Bukan Angkatan Kerja 3.279 3.046 2.903 3.121 3.353
Persen Persen Persen Persen Persen
Tingkat Pengangguran
5.84 5.60 5,55 5,39 6,91
Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi
65.99 68.88 71,97 70,37 68,67
Angkatan Kerja (TPAK)
Sumber : Berita Resmi Statistik Sumatra Utara 2020
II-63
penurunan penduduk usia kerja yang aktif di pasar kerja baik menjadi
penduduk bekerja maupun sebagai penganggur. Berdasarkan jenis kelamin,
terdapat persamaan pola TPAK Agustus 2020 dengan tahun sebelumnya,
dimana TPAK laki-laki dan perempuan mengalam penurunan . Pada Agustus
2020, TPAK perempuan turun sebesar 0,65 persen poin. Sedangkan TPAK
laki-laki juga turun sebesar 2,78 persen poin
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh lapangan
usaha di pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan
tenaga kerja. TPT juga merefleksikan kemampuan ekonomi pasar kerja yang
belum bisa menciptakan pekerjaan bagi mereka yang ingin bekerja tapi tidak
mendapatkannya. TPT hasil Sakernas Agustus 2020 adalah sebesar 6,91
persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 7 orang
penganggur. Berbeda dengan pola sebelumnya dimana TPT menunjukkan
tren yang menurun, pada Agustus 2020 ini, nilai TPT mengalami peningkatan
yang cukup besar yaitu sebesar 1,52 persen poin dibandingkan dengan
Agustus 2019 . sementara di tingkat nasional Tingkat pengangguran terbuka
(TPT) Agustus 2020 sebesar 7,07 persen, meningkat 1,84 persen poin
dibandingkan dengan Agustus 2019, capaian TPT Provinsi Sumatera Utara
dan Nasional dapat dilihat sebagai berikut :
7.07
6.91
5.84 5.6 5.55 5.39
Grafik.2.26
Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi Sumatera Utara dengan Nasional 2016-2020
II-64
Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 0.84 dan Kabupaten Samosir
sebesar 1.2 persen. Capaian Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota
dapat dilihat dibawah ini.
11.5
10.74
9.98
9.5
8.67
7.54
7.45
7.24
8
7.02
6.97
6.82
6.48
6.5
6.05
5.94
5.54
4.58
4.9
4.54
4.42
4.15
4.11
3.49
3.11
2.94
2.5
1.93
1.83
1.75
1.71
1.2
0.84
Grafik.2.27
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota (persen)
10.34
10
8
6.91 6.88
6.59 6.32
6 5.51
II-65
5.25 5.13
4.67
4.07
4
0
Kepulauan Sumatera Sumatera Aceh Riau Sumatera Bangka Jambi Lampung Bengkulu
Riau Utara Barat Selatan Belitung
Grafik.2.28
Perbandingan TPT Provinsi Se-Pulau Sumatera 2020
II-65
Presiden adalah pada tangal 2 Maret 2020. Selanjutnya, Covid-19 dinyatakan
sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 16 Maret 2020. Sejak Covid-19
dinyatakan sebagai pandemi, Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB)sampai dengan Mei 2020. Namun setelah itu, perlahan-
lahan kegiatan ekonomi dan sosial mulai dibuka kembali pada Juni 2020.
Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 tersebut dikelompokkan
menjadi empat komponen yaitu a) Penganggur; b) Bukan angkatan kerja yang
pernah berhenti bekerja pada Februari-Agustus 2020; c) Penduduk yang
bekerja dengan statussementara tidak bekerja; dan d) Penduduk bekerja yang
mengalami pengurangan jam kerja. Kondisi c) dan d) merupakan dampak
pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh mereka yang saat ini masih bekerja,
sedangkan kondisi a) dan b) merupakan dampak pandemi Covid-19 bagi
mereka yang berhentibekerja. dari penduduk usia kerja yang mencapai
10,703 juta, terdapat 1,23 juta orang yang terdampak Covid-19 atau 11,51
persen. Secara total, jumlah lakilaki yang terdampak Covid-19 lebih besar
dibandingkan perempuan. Penduduk usia kerja yang terdampak di perkotaan
sebesar 14,24 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan,
yakni 7,98 persen, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 2.32
Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
dan Daerah Tempat Tinggal, Agustus 2020
II-66
II-66
Tabel. 2.33
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga 2016-2020
Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Dinas Pemuda Olahraga Prov. Sumut,
data diolah 2019
II-67
Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah Sederajat Provinsi Sumatera Utara
mengalami peningkatan pada tahun 2020 sebesar 97.8 persen.
Untuk terus meningkatkan capaian APM dan APK Sekolah Menengah
Sederajat, maka dibutuhkan peningkatan pada aksesibilitas sarana dan
prasarana Pendidikan, infrastruktur, rasio jumlah guru berkualifikasi dan
bersertifikasi, serta distribusi pemerataan guru. Rasio Ketersedian sekolah,
guru dan Kondisi Bangunan juga menjadi tolak ukur dalam peningkatan
mutu Pendidikan di Provinsi Sumatera Utara
Selain itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. SPM Bidang Pendidikan yang
merupakan urusan wajib Pemerintah Provinsi meliputi Pendidikan Menengah
dan Pendidikan Khusus. Selanjutnya di dalam Permendagri Nomor 100 Tahun
2018 disebutkan target capaian untuk SPM bidang urusan harus mencapai
100 persen. Capaian indikator pendidikan yang meliputi pemenuhan SPM
Pendidikan antara lain sebagai berikut :
Tabel. 2.35
Capaian SPM Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase Guru SMA berkualifikasi Akademik NA 90,2 96,43 97.0 97
S1/D4
Persentase Guru SMK berkualifikasi Akademik NA 91.9 92.7 94.2 94,72
S1/D4
Persentase Guru SMA bersertifikasi NA 51.7 51.7 53.2 54,7
Persentase Guru SMK bersertifikasi NA 33.9 38.2 39.9 43
Persentase Guru SLB bersertifikasi NA 43.4 43.4 44.4 NA
II-68
Sumber : Dinas Pendidikan Provsu, 2020
2. KESEHATAN
a. Dinas Kesehatan
Kondisi kesehatan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari capaian
indikator utama pembangunan kesehatan sebagai berikut:
Tabel. 2.36
Indikator Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2016-2020
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1.000 NA 3,52 2,84 2,61 NA
Kelahiran Hidup
Angka Kematian Ibu (AKI) Per 100.000 NA 59,36 60,80 66,76 NA
Kelahiran Hidup
Angka Kesakitan (Morbiditas) NA 11,17 11,07 11,97 11.97
Prevalensi Stunting (Pendek dan sangat NA N/A 32,50 30,7 NA
Pendek) pada Anak dibawah 5 Tahun
Sumber : Dinas Kesehatan Provsu, 2020
II-68
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan Angka Kematian
Bayi per seribu Kelahiran Hidup terus mengalami penurunan hinga 2019
sudah mencapai 2.61 per seribu Kelahiran Hidup. Penurunan AKB
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :
1. Peningkatan cakupan akreditasi puskesmas dan rumah sakit
2. Meningkatnya pemahanan, keterampilan dan kemampuan tenaga
kesehatan di fasyankes melalui pembinaan, bimbingan teknis dan
pelatihan pelatihan yang telah dilaksanakan seperti penanganan kasus
kegawatdaruratan bayi baru lahir di kab/kota sudah semakin baik setelah
dilakukan Pelatihan Gadar Maternal Neonatal
3. Kecukupan gizi yang semakin baik
4. Pelayanan kesehatan terhadap bayi semakin berkualitas
Sementara itu, AKI di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 per 100.000
KH sebesar 66,76, meningkat dibandingkan dengan capaian AKI tahun 2018
sebesar 60,80 per 100.000 KH. Kenaikan AKI ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Semakin giatnya upaya untuk mensosialisasikan dan
mengimplementasikan pencatatan pelaporan kematian ibu secara online
melalui aplikasi MDN (Maternal Death Notification), dimana seluruh
fasilitas kesehatan yang ada di Sumut baik dari Puskesmas maupun
Rumah Sakit dapat langsung melaporkan kematian ibu secara online
sehingga sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu dan anak di
II-69
Sumut sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota semakin banyak melakukan upaya
untuk mencari data kematian yang sebenarnya terjadi dengan
mengikutsertakan stakeholder terkait.
3. Kemampuan bidan mendeteksi kasus resiko tinggi dan kepatuhan
melakukan rujukan secara terencana ke Rumah Sakit masih harus
ditingkatkan.
4. Sistem dan alur rujukan kasus gawat darurat maternal neonatal masih
harus diatur lebih lanjut serta semua fasyankes juga harus patuh
5. Tenaga kesehatan terlatih kemampuan kegawatdaruratan maternal
neoanatal masih kurang
II-69
Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit di
dalam populasi, baik fatal maupun non-fatal. Angka Kesakitan (Morbiditas)
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 sebesar 11,97%, meningkat
dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebesar 11,07%. Peningkatan
Angka Kesakitan disebabkan oleh meningkatnya faktor resiko kesakitan pada
masyarakat berupa kerentanan penyakit yang meliputi :
1. Kerentanan Individu (susceptibility)tian BA
2. Kerentanan Lingkungan
3. Kerentanan perilaku penyebab timbulnya kesakitan
Peningkatan status gizi masyarakat (termasuk di dalamnya penurunan
prevalensi balita pendek/stunting) menjadi salah satu prioritas pembangunan
nasional. Upaya yang dilakukan dalam rangka menurunkan balita stunting
meliputi intervensi gizi spesifik (yaitu mencegah dan mengurangi gangguan
secara langsung) serta intervensi gizi sensitif (yaitu upaya mencegah dan
mengurangi gangguan secara tidak langsung). Intervensi gizi spesifik
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi
sebesar 30 persen saja, sedangkan 70 persen lainnya merupakan kontribusi
intervensi gizi sensitif yang memerlukan keterlibatan berbagai sektor, seperti
ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, pendidikan, sosial,
penanggulangan kemiskinan, dan lainnya. Walaupun prevalensi stunting
masih menjadi permasalahan gizi masyarakat di Provinsi Sumatera Utara,
namun capaian Prevalensi Stunting (Pendek dan sangat Pendek) pada Anak
dibawah 5 Tahun di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 berdasarkan hasil
Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 adalah sebesar II-70
30,7%, menurun dibandingkan dengan capaian tahun 2018 hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) sebesar 32,4%.
Selain capaian Indikator diatas Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota wajib menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Kesehatan. SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu
Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak
diperoleh setiap Warga Negara secara minimal. SPM Kesehatan terdiri atas
SPM Kesehatan Daerah Provinsi dan SPM Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota. Di Provinsi Sumatera Utara Capaian SPM pada tahun 2019
menunjukkan capaian 100 persen, ini artinya bahwa Pemerintah Povinsi
Sumatera Utara telah bekerja secara maksimal untuk pemenuhan layanan
dasar kehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana provinsi dan Pelayanan kesehatan bagi
II-70
penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi, sebagaimana terlihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel. 2.37
Capaian SPM Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2020*
No. Jenis Indikator Target Jumlah Jumlah Capaian
Pelayanan Pencapian Pencapaian Orang Orang
Dasar SPM yang yang
Berhak Terlayani
Mendapat
Pelayanan
1. Pelayanan Jumlah Warga 100% 977.949 977.949 100%
kesehatan bagi Negara yang Orang Orang
penduduk terdampak krisis
terdampak kesehatan akibat
krisis bencana
kesehatan dan/atau
akibat bencana berpotensi
dan/atau bencana provinsi
berpotensi yang
bencana mendapatkan
provinsi layanan
kesehatan
2. Pelayanan Jumlah warga 100% 483.434 483.434 100%
kesehatan bagi negara pada Orang Orang
penduduk pada kondisi kejadian
kondisi luar biasa
kejadian luar provinsi yang
biasa provinsi mendapatkan
pelayanan
kesehatan
II-71
Jika dilihat dari capaian diatas terjadi penuruan Bed Occupancy
Rate (BOR) dari tahun 2019 ke tahun 2020, kecenderungan penurunan
pemanfaatan perawatan di Rumah Sakit Jiwa dikarenakan turunnya
Akreditasi Rumah Sakit Jiwa. Penurunan ini terjadi dikarenakan perubahan
standarisasi Rumah Sakit Jiwa yang merujuk kepada Peraturan yang baru,
salah satunya bahwa Rumah Sakit Jiwa mesti memliki sejumlah Sumber
Daya Manusia yang berkualitas dan profesional. Karena tidak tersedia
sejumlah Dokter yang Profesional di Rumah Sakit Jiwa, maka menyebabkan
Rumah Sakit Jiwa turun Akreditasinya. Dengan turunnya Akreditasi tersebut,
mengakibatkan aturan BPJS tidak menjadikan Rumah Sakit Jiwa sebagai
Rumah Sakit rujukan. Hal ini menjadi berkurang jumlah pasien yang
memanfaatkan fasilitas pelayanan Rumah Sakit Jiwa tersebut.
II-72
Tabel. 2.39
Capaian Indikator Rumah Sakit Haji Provinsi Sumatera Utara 2017-2019
2016
No Indikator 2017 2018 2019 2020
Capaian Rumah Sakit Haji Medan terhadap Bed Occupancy Rate (BOR)
pada tahun 2020 sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kebermanfaatan
Rumah Sakit Haji Medan ini sangat kurang. Sedangkan target Length Of Stay
(LOS) Rumah Sakit Haji pada tahun 2020 adalah 4 hari. LOS menurut DepKes
RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan
untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat dilakukan
sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Selain tu
capaian TOI juga menrun Ini menunjukkan bahwa sepinya penggunaan
tempat tidur sebagai salah satu fasilitas Rumah Sakit Haji Medan sebagai
pelayanan Kesehatan.
2. PEKERJAAN UMUM
Jalan, Jembatan dan Tenaga Kerja Kontruksi
Pada tahun 2020 berdasarkan hasil evaluasi Triwulan III kemantapan
II-73
jalan Provinsi menurun menjadi 82,10 persen, sementara persentase
jembatan dalam kondisi baik meingkat pada tahun 2010 sebesar 99,10
persen. Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi Klasifikasi Ahli meningkat ditahun
2020 sebesar 10,88 persen. Hal ini disebabkan adanya skema kerjasama yang
dilakukan dengan badan wilayah jasa konstruksi provinsi Aceh dan pihak
swasta sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga ahli konstruksi yang
mengikuti pelatihan dan pendidikan. capaian Jalan, Jembatan dan Tenaga
Kerja Kontruksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
II-73
Tabel. 2.40
Kondisi Jalan, Jembatan dan Tenaga Kerja Kontruksi Provinsi Sumatera
Utara 2016-2020
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Panjang Jaringan Jalan NA 84.31 81,17 82,19 82,10
Dalam Kondisi Mantap
Konektivitas
Kondisi konektivitas jalan menuju tempat wisata dan industri adalah sebagai
berikut :
a. KSPN Danau Toba
Terdapat Sembilan belas ruas Jalan Provinsi di 8 Kabupaten sepanjang
385,55 Km yang memiliki akses langsung ke Kawasan Strategis Pariwisata
Danau Toba.
Tabel. 2.41
Ruas Jalan Provinsi ke Kawasan Strategis Pariwisata Danau Toba
No Ruas Jalan Provinsi Panjang/Km Kabupaten/Kota
1 Situnggaling - Tongging - Batas Kab. Dairi 13,10 Karo
2 Simpang Raya - Sipintu Angin - 30,18 Simalungun
Pelabuhan Tiga Ras
3 Saran Padang - Seribu Dolok 20,80
4 Pematang Raya - Tiga Rungu 15,90
5 Sp. Lae Pondom - Silalahi 12,00 Dairi
6 Silalahi - Batas Kab. Karo 10,70
7 Tanjung Beringin - Plta Lau Renun - 17,00
Panggiringan
8 Sp. Jambu(Pakkpak Bharat) - Huta 11,00 Pak Pak Barat
Jungak II-74
9 Silangit - Sp.3 Muara - Muara - Bakkara 34,60 Tapanuli Utara
(Bts. Humbahas)
10 Sp. Sitanggor - Meat (Bts. Tobasa) 7,90
11 Sipahutar - Janji Maria (Bts. Tobasa) 18,00
12 Sibaksa - Bakkara - Batas Taput 18,45 Humbahas
13 Bakkara - Janji Raja (Batas Kab. Samosir) 6,79
14 Balige - Tarabunga - Meat (Batas Taput) 14,18 Toba Samosir
15 Silimbat - Parsoburan 40,00
16 Parsoburan - Bts. Lab. Batu Utara 40,50
17 Gonting - Janji Raja 42,58 Samosir
18 Simarmata - Sp. Sinapuran 13,87
19 Palipi - Parmonangan 18,00
Sumber : Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi Provsu, 2020
II-74
Tabel. 2.42
Ruas Jalan Provinsi ke Daerah Wisata Bahorok Bukit Lawang dan
Tangkahan
Kabupaten/
Pariwisata Alam Ruas Jalan Provinsi Panjang/Km
Kota
Bahorok, Bukit KUALA - SIMPANG MARIKE 20,00 Langkat
Lawang
Tangkahan SIMPANG 3 - NAMU 21,50
UNGGAS - TANGKAHAN
Sumber : Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi Provsu, 2020
c. Berastagi
Terdapat 2 (dua) ruas Jalan Provinsi di Kabupaten Karo sepanjang 36,30
Km yang menjadi akses langsung ke Berastagi.
Tabel. 2.43
Ruas Jalan Provinsi ke Berastagi
Pariwisata Ruas Jalan Provinsi Panjang/Km Kabupaten/Kot
Alam a
Berastagi SITUNGGALING - TONGGING - 13,10 Karo
BATAS KAB. DAIRI
SP. TONGKOH - SP. SINAMAN 23,20
Sumber : Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi Provsu, 2020
II-75
f. Kawasan Agropolitan
Terdapat 7 (tujuh) ruas Jalan Provinsi sepanjang 195,78 Km yeng menuju
langsung ke Kawasan Agropolitan di Sumatera Utara.
Tabel. 2.46
Ruas Jalan Provinsi ke ke Kawasan Agropolitan di Sumatera Utara
Nama Kawasan Akses/Jalan Panjang/Km
Merek Kab. Karo KABANJAHE - KUTA RAKYAT 21,50
Siborong-Borong Kab. Taput SIBORONG BORONG - SIPAHUTAR 23,00
Dolok Sanggul, Kabupaten DOLOK SANGGUL - ONAN 22,00
Humbang Hasundutan GANJANG
ONAN GANJANG - PAKKAT 25,40
Harian, Kabupaten Samosir GONTING - JANJI RAJA 42,58
Silimakuta, Kabupaten SARAN PADANG - SERIBU DOLOK 20,80
Simalungun
Sitinjo, Kabupaten Dairi SUMBUL PEGAGAN - TIGA BARU - 29,50
SUMBUL JAHE
Siempat Rube, Kabupaten SP. JAMBU(PAKKPA BHARAT) - 11,00
Pakpak Bharat HUTA JUNGAK
Sumber : Dinas Bina Marga dan Bina Kontruksi Provsu, 2020
II-76
untuk penyediaan air baku disebabkan kesulitan kabupaten/kota dalam
penyediaan lahan.
Capaian Indikator Irigasi dan Air Baru dapat dilihat sebagai berikur
Tabel. 2.47
Indikator Irigasi dan Air Baku 2016-2020
N Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
o
1 Cakupan Layanan Akses Air Minum NA NA NA 76,94 76,95
Layak
2 Cakupan Akses Minum Perpipaan (%) NA NA NA 32,26 32,26
3 .Cakupan Pelayanan Air Limbah NA NA NA 29.086 29086
Perpipaan (Sambungan Rumah/SR
4 Cakupan penduduk yang terlayani NA NA NA 255.000 254560
sistem jaringan drainase skala Kota
(KK) (kumulatif)
5 Layanan irigasi permukaan dalam NA 79,03 81,82 82,43 83,28
kondisi optimal (%)
6 Layanan irigasi rawa dalam kondisi NA 51,00 53,48 53,48 57,45
optimal (%)
7 Kapasitas daya tampung sumber Air NA NA NA 32.000 35.000
Baku dalam Bentuk
Waduk/Embung/Situ (M3)
Sumber : Dinas Dinas Sumber Daya Air, Ciptakarya dan Tataruang Provsu, 2020
4. PENATAAN RUANG
Pasca ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2
Tahun 2017, penyelenggaraan penataan ruang daerah di Provinsi Sumatera
Utara mulai memasuki tahapan pemanfataan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Sebagaimana dituangkan dalam RPJPD Provinsi
Sumatera Utara terkait sasaran bidang penataan ruang adalah terwujudnya
tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara yang serasi baik dengan RTRW
Kabupaten/Kota maupun dengan kepentingan pembangunan sektoral II-77
Provinsi Sumatera Utara bidang tata ruang diamanatkan untuk mewujudkan
keserasian rencana pembangunan dengan rencana tata ruang, sehingga
kemudian rencana tata ruang dijadikan sebagai acuan kebijakan spasial
lintas sektor.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang, kualitas
rencana tata ruang, dan efektivitas penerapan serta penegakan hukum dalam
perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
Capaian Indikator Penatan Ruang Provinsi Sumatera Utara tahun 2019
adalah sebagai berikut :
II-77
Tabel. 2.48
Capaian Indikator Penataan Ruang Provinsi Sumatera Utara 2016-2020
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase kesesuaian antara NA 82 70 70 50
rencana tata ruang wilayah dengan
implementasi pembangunan daerah
(%)
2. Persentase tersedianya informasi NA 60 73 50 55
mengenai rencana tata ruang (RTR)
wilayah Provinsi berserta rencana
rincinya melalui peta analog dan peta
digital (%)
Sumber : Dinas Dinas Sumber Daya Air, Ciptakarya dan Tataruang Provsu, 2020
II-78
Pengurangan luas Permukiman NA NA
2 218 311 88
Kumuh (Ha/tahun)
Cakupan Lingkungan Yang Sehat NA NA
3. Dan Aman yang Didukung Dengan NA 2.531 3.491
PSU (Unit)
Sumber : Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan BPS
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Rasio Rumah Layak huni Di
Provinsi Sumatera Utara meningkat hal ini disebabkan oleh peningkatan
jumlah rumah yang direhabilitasi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun
2019. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan rasio rumah layak huni
antara lain melakukan rehabilitasi rumah tidak layak huni dan pendataan
rehabilitasi rumah layak huni yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota, badan usaha dan pemerintah pusat. Rehabilitasi rumah
tidak layak huni melalui pembiayaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
tahun 2019 sebanyak 649 Unit melalui berbagai kegiatan yang direncanakan
di RKPD tahun 2019. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga melaksanakan rehabilitasi rumah
layak huni sebanyak 13.594 unit pada tahun 2019 di Provinsi Sumatera.
Dengan demikian, pada tahun 2019 ada sebanyak 14.243 unit penambahan
rumah layak huni di Provinsi Sumatera Utara (hasil dari upaya rehabilitasi
rumah layak huni oleh pemerintah daerah dan pusat).
Selain itu, penanganan kawasan kumuh di Provinsi Sumatera Utara
juga meningkatkan pencapaian rasio rumah layak huni. Target pengurangan
luas kawasan kumuh setiap tahun lebih kurang 135 Ha. Pada tahun 2019
kegiatan penanganan kawasan kumuh dilaksanakan di Medan Marelan, II-79
Medan Area, Medan Johor, Deli Serdang, Labuhan Batu, Langkat, Karo,
Gunung Sitoli, Batu Bara, Asahan dengan luas Area tertangani adalah 88 Ha
atau 65,17 % dari target 135 Ha. Pengurangan
Dalam rangka meningkatkan pencapaian rasio rumah layak huni ini
pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2019 juga mengalokasikan
anggaran untuk pembangunan prasarana sarana dan utilitas di perumahan
baru masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Beberapa perumahan yang
dilaksanakan pembangunan PSU tersebar di beberapa lokasi, Kab. Serdang
Bedagai (2 lokasi, Kab. Deli Serdang (34 lokasi, Kab. Simalungun (1 lokasi),
Kota Tanjung Balai (2 lokasi), Kab. Karo (1 lokasi) Kab. Tapanuli Tengah (3
lokasi). Pembangunan PSU tersebut telah membantu pembangunan sekitar
3.491 rumah MBR.
II-79
Dalam rangka pencapaian SPM penyediaan rumah bagi masyarakat
korban bencana, telah dilakukan melalui Program Pengembangan
Perumahan dalam rangka Pembangunan Rumah bagi Korban Bencana Banjir
Bandang di Kabupaten Mandailing Natal yang direlokasi, pada tahun 2019
telah dilakukan pembangunan sebanyak 26 Unit.
Tabel. 2.50
Capaian Indikator Satpol PP Provsu 2016-2020
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Cakupan Petugas Belum ada
Belum ada
1 Perlindungan Masyarakat pendataan 3.182 10.383 55.103
pendataan
(Linmas)
Tingkat Penyelesaian NA
2 Pelanggaran K3 (Ketertiban, 18 18 59 87,12
Ketentraman, Keindahan)
3 NA
Persentase Penegakan PERDA NA 33 59 26,67
.
Indeks Ketenteraman dan II-80
4
Ketertiban Masyarakat
Sumber : Satpol PP Provsu 2020
Tabel. 2.51
Capaian Indikator Kesatuan Bangsa dan Politik 2016-2020
N 2016
Indikator 2017 2018 2019 2020
o
1 Persentase LSM Aktif NA 100% 100% 100% NA
2 Persentase Partisipasi Pemilih NA Tidak ada Pesta 63 79.91% NA
Demokrasi
3 Persentase Pertambahan NA NA 160 155% (31) NA
Ormas
4 Peringkat Laporan Rencana NA 9 9 10 NA
Aksi Penanganan Konflik
sosial
II-80
5 Persentase Masyarakat yang NA NA 1753 161,5 % NA
menerima pemahaman (2100)
wawasan kebangsaan
Sumber : Bakesbangpol Provsu 2020
c. Penanggulangan Bencana
Pengurangan risiko bencana menjadi sangat penting karena : 1)
Bencana adalah masalah yang kompleks yaitu dari faktor lingkungan hingga
pembangunan; 2) Kesiapan secara konvensional perlu, namun belum lengkap
dan menyeluruh; 3) Pemaduan dan pengarustamaan pengurangan risiko
bencana dalam pengambilan keputusan dan kegiatan sehari-hari memberikan
kontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.
Indikator Kinerja Penanggulangan Bencana di Provinsi Sumatera Utara
dapat diliht sebagai berikut :
6. SOSIAL
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial merupakan urusan
wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Pasal
12 ayat 1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar salah satunya adalah bidang Sosial serta Permendagri 86 Tahun 2017
SPM menjadi salah satu acuan dalam penyusunan program, kegiatan, alokasi
dana indikatif dan sumber pendanaan daerah. Capaian Indikator Kinerja
Bidang Sosial sampai dengan tahun 2020 adalah sebagai berikut :
II-81
Tabel. 2.53
Indikator Kinerja Urusan Sosial
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Rehabilitasi Sosial Dasar NA 1.277 1.277 1.167 1.167
Penyandang Disabilitas Terlantar
di Dalam Panti
2 Rehabilittasi Sosial Dasar Anak NA 440 440 530 530
Terlantar dalam Panti
3 Rehabilitasi Sosial Dasar Lanjut NA 310 310 293 293
Usia Terlantar di Dalam Panti
4 Rehabilitasi Sosial Dasar Tuna NA 320 320 285 285
Sosial Khususnya Gelandangan
dan Pengemis didalam Panti
5 Perlindungan dan Jaminan Sosial NA 2.000 2.000 2.000 NA
pada Saat dan Setelah Tanggap
Darurat Bencana bagi Korban
Bencana Provinsi
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, 2020
II-82
Tabel. 2.54
Capaian Indikator Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara 2016-2020
terdapat 1,23 juta penduduk usia kerja di Sumut yang terdampak Covid-19
atau sebesar 11,51 persen dari total penduduk usia kerja di Sumut.
Penduduk yang terdampak dibagi menjadi empat komponen, yaitu penduduk
yang menjadi pengangguran karena Covid-19, bukan angkatan kerja (BAK)
karena Covid-19, sementara tidak bekerja karena Covid-19. Dan penduduk
yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19. Jumlah pekerja
yang menjadi penganguran karena Covid-19 berjumlah 107.000 orang.
Pekerja yang termasuk BAK karena Covid-19 sebanyak 39.000 orang. Pekerja
yang terpaksa tidak bekerja sementara berjumlah 64.000 orang. Persentase
terbesar ada di komponen pekerja dengan pengurangan jam kerja akibat
Covid-19 sebanyak 1,02 juta orang. Pengangguran karena Covid-19 adalah
penduduk usia kerja yang termasuk pengangguran dan memiliki pengalaman
berhenti bekerja karena Covid-19 pada periode Februari hingga Agustus 2020.
II-83
2. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & PERLINDUNGAN ANAK
II-84
hingga 2019 telah mencapai 73 persen, namun pada tahun 2020
berdasarkan data dari evaluasi TW.3 capaiannya menurun menjadi 50 persen,
hal ini banyak disebabkan OPD mengalami refocusing angaran, sehingga
beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan. Selain itu persentase layanan
terhadap Perempuaan dan Anak Korban Kekerasan hingga tahun 2020 terus
mengalamai penurunan.
Dalam mendukung perencanaan pembangunan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Provsu, mengeluarkan indikator terkait dengan
ketersediaan data gender dan anak yang up to date sejak tahun 2017 – 2019
dengan trend peningkatan setiap tahun, yang mana pada tahun 2019 telah
tersedia sebanyak 63 persen data terpilah, gender dan anak, namun pada
tahun 2020 Persentase Ketersediaan data, Informasi gender dan anak yang
up to date mengalami penurunan menjadi 30 persen.
3. PANGAN
II-85
produksi telur pada tahun 2019 mengalami Penurunan di Kota Binjai dan
Kabupaten Langkat sebesar 0,5 % dari tahun 2018. Hal ini dipengaruhi
karena banyaknya peternak skala kecil yang tidak mampu bersaing dengan
peternak skala besar sehingga banyak yang gulung tikar, disamping itu cuaca
yang tidak menentu juga menurunkan produktivitas ayam petelur di sejumlah
4. LINGKUNGAN HIDUP
Tabel. 2.58
Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
II-86
Cakupan Kepemilikan Kartu
1 Tanda Penduduk Elektronik NA 85,98% 87,76% 94% 97,23%
(KTP-El)
Persentase Kabupaten/Kota
4 yang sudah melaksanakan NA - 2 17 17
Kartu Identitas Anak (KIA)
Persentase PD Provsu yang
sudah melakukan Perjanjian
5 Kerjasama (PKS) NA 4 OPD 20 OPD 26 OPD NA
Pemanfaatan Database
Kependudukan
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provsu 2020
Tabel. 2.60
Indikator Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
II-87
8 Cakupan Anggota Bina Keluarga NA NA 56,88 72.70 NA
Balita (BKB) ber-KB
9 Cakupan Anggota Bina Keluarga NA NA 38,35% 71.40 NA
Lansia (BKL) ber-KB
10 Cakupan Anggota Bina Keluarga NA 2,9 50,20% 73.53 NA
Remaja (BKR) ber-KB
Sumber : Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
8. PERHUBUNGAN
Tabel. 2.61
Persentase Tersedianya Fasilitas Keselamatan
Lalu Lintas pada Jalan Provinsi 2016-2020
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Tersedianya Fasilitas NA 48,5 % 48,5 % 48,5 % 55
Keselamatan Lalu Lintas pada
Jalan Provinsi
II-88
Sumber : Dinas Perhubungan Provsu, 2020
II-88
Tabel. 2.62
Terminal Tipe B Yang Merupakan Kewenangan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 20
No Terminal Tipe B Kabupaten/Kota
1. Terminal Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
2. Terminal Kabanjahe Kabupaten Karo
3. Terminal Sosorsaba Parapat Kabupaten Simalungun
4. Terminal Perdagangan Kabupaten Simalungun
5. Terminal Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
6. Terminal Ikan Paus Binjai Kota Binjai
7. Terminal Bahorok/ Bukit Lawang Kabupaten Langkat
8. Terminal Tanjung Pura Kabupaten Langkat
9. Terminal Selesai Kabupaten Langkat
10. Terminal Pasar X/ Tanjung Beringin Kabupaten Langkat
11. Terminal Aek Kanopan Kabupaten Labuhanbatu Utara
12. Terminal Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
13. Terminal Gunungsitoli Kota Gunungsitoli
14. Terminal Pangururan Kabupaten Samosir
15. Terminal Sijambi Kota Tanjungbalai
Sumber : Dinas Perhubungan Provsu
Tabel. 2.63
Terminal Tipe B Yang Sudah Diserahkan ke Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2020
II-89
Tabel. 2.64
Indikator komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Utara
II-90
berbasis Elektronik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor
95 Tahun 2018.
Capaian Persentase Koperasi Aktif dan Jumlah Usaha Mikro dan Kecil
Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 2.65
Persentase Koperasi Aktif dan Jumlah Usaha Mikro dan Kecil
25,68
Persentase Koperasi
1 56.68 57,26 35,91 20,19
Aktif
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase koperasi aktif pada
tahun 2020 sebesar 20,1%, kondisi ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahu9n sebelumnya yaitu sebesar 35,91% pada tahun
2019. Kondisi ini diasumsikan disebabkan oleh masih lemahnya pengelolaan
koperasi baik dari segi permodalan maupun berlangsungnya usaha koperasi.
Usaha mikro kecil dan menengah pada tahun 2020 tercatat mengalami
penurunan. Jika pada tahun 2019 jumlah UMKM tercatat sebesar 2.860.248,
maka pada tahun 2020 jumlah UMKM tercatat sebanyak 2.145.788.
Permasalahan UMKM antara lain akses permodalan diharapkan akan dapat
II-91
diatasi dengan pembentukan Jamkrida begitupun UMKM digital dan
berorientasi ekspor diharapkan akan terus meningkatkan kinerja UMKM
Sumut.
II-91
Tabel. 2.66
Indikator Penanaman Modal
No 2016
Indikator 2017 2018 2019 2020
1 Jumlah Investor PMDN 145 187 309 525
594
(Proyek)
2 Jumlah Investor PMA (Proyek) 301 330 380 424 581
3 Jumlah Nilai Investasi PMDN 4,95 11,68 3,74 14,289
9,85
(Rp. Triliun)
4 Jumlah Nilai Investasi PMA 14,43 20,24 6,86 4,490
9,18
(RP. Triliun)
5 Rasio Daya Serap Tenaga NA 1.12 31,92 18.50
20,11
Kerja PMDN
6 Rasio Daya Serap Tenaga NA 5.79 10,69 10.93
10,0
Kerja PMA
7 Kenaikan/Penurunan Nilai 15.57 135,8 136 24.34
66
Realisasi Investasi (PMDN)
Sumber: DPM&P2TSP Provsu, 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 pertumbuhan
penanaman modal di Provinsi Sumatera Utara disinyalir berjalan dengan baik
ini dapat dilihat dari jumlah investor PMDN yang tumbuh sebesar 525 proyek
dengan nilai investasi sebesar Rp. 14.289 (dalam Triliun), dan investor PMA
sebesar 424 proyek yang nilai investasi sebesar Rp. 4.490 (dalam Triliun).
Tingginya pertumbuhan penanaman modal tersebut didorong oleh giatnya
pengembangan bangunan dan non-bangunan dari pihak pemerintah maupun
swasta.
Selain masalah penanaman modal, masalah perizinan juga tidak kalah
penting, Setiap tahunnya realisasi ijin yang diterbitkan melebihi target yang
telah ditetapkan. Pada Tahun 2018, setelah terbitnya PP nomor 24 Tahun
II-92
2018 pada 21 Juni 2018 mengenai Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik yaitu Online System Submission (OSS), dimana pelaku
usaha diberikan kemudahan dalam pengurusan ijin usaha secara elektronik
untuk mendapatkan NIB (Nomor Induk Berusaha), sehingga terjadi
penurunan dalam jumlah penerbitan ijin dan non ijin yang dilimpahkan
kepada DISPMPPTSP Provsu. Walaupun terjadi penurunan, tetapi realisasi
jumlah ijin dan non ijin yang diterbitkan DISPMPPTSP Provsu telah melebihi
target yang ditetapkan sekitar 200% untuk ijin dan 1500% untuk non ijin.
Dilihat dari data tersebut, sudah sepatutnya target jumlah ijin dan non ijin
yang diterbitkan untuk ditingkatkan agar tidak terjadi kesenjangan jumlah
yang signifikan. Capaian lama proses perizinan di Provinsi Sumatera utara
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
II-92
Tabel. 2.67
Lama Proses Perizinan Di Provinsi Sumatera Utara
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa persentase organisasi pemuda
II-93
yang aktif terus mengalami kenaikan di tiap tahunnya dimana pada tahun
2017 sebesar 55% dan pada tahun 2019 sebesar 62%. Kurangnya kaderisasi
didalam internal organisasi merupakan salah satu penyebab kurang
berkembangnya jumlah organisasi tersebut. Hal lain yang menjadi
penghambat yaitu kurangnya minat pemuda serta masih terbatasnya
kegiatan-kegiatan yang mendukung program kepemudaan untuk berperan
aktif dalam pembentukan karakter.
Wirausaha muda harus mempunyai sikap yang mandiri, inovatif, kreatif
dan berjiwa leadership, untuk dapat mendorong terciptanya lapangan kerja
dan membantu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi khususnya di Provinsi
Sumatera Utara. Yang perlu menjadi perhatian adalah mengubah pola pikir
pemuda untuk tidak takut berwirausaha dan bantuan permodalan yang
diberikan kepada mereka. Persentase wirausaha muda pada tahun 2017
II-93
sebesar 17% dan mengalami peningkatan di tahun 2019 menjadi 33%, dan
pada tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup jauh menjadi 2,36,
penurunan ini terjadi karena kondisi Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi
oleh Pandemi Covid dan refocusing anggaran, sehingga banya kegiatan yang
tidak bisa dilaksanakan karena keterbatasan anggaran
Pembinaan cabang olahraga dan pembinaan atlet muda di Provinsi
Sumatera Utara mengalami kenaikan pada tahun 2019. Untuk pembinaan
cabang olahraga sebesar 88% di tahun 2019 dan telah memenuhi target
RPJMD Tahun 2019, sedangkan pembinaan atlet muda sebesar 71 % di
tahun 2019 dan juga telah memenuhi target RPJMD Tahun 2019 sebelum
evaluasi. Namun pada tahun 2020 pembinaan atlit muda mengalami
penurunan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara siap untuk mendukung
pembinaan dari semua cabang olahraga dan pembinaan atlet muda yang ada
di Provinsi Sumatera Utara. Selain untuk mendapatkan bibit-bibit atlet muda
berprestasi untuk siap bersaing dikancah nasional maupun internasional,
tetapi juga persiapan Provinsi Sumatera Utara sebagai Tuan Rumah PON XXI
Tahun 2024. Namun pada tahun 2020 sebagian kegiatan tidak bisa
dilaksanakan karena kondisi pandemi dan Refocussing anggaran.
13. STATISTIK
II-94
Tabel. 2.69
Data Statistik sektoral yang terintegrasi
14. PERSANDIAN
Tabel. 2.70
Persentase Perangkat Daerah yang menerapkan Pengamanan Informasi
dan Persandian
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Perangkat Daerah Yang 10% 10% 10% 10% 10%
Memahami Persandian dan Keamanan
Informasi
Sumber : Diskominfo Provsu , 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa capaian indikator Persentase
Perangkat Daerah Yang Memahami persandian dan Keamanan Informasi
II-95
pada tahun 2019 telah sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu 10 %.
Capaian ini berasal dari jumlah Organisasi Perangkat Daerah yang telah
memahami dan menggunakan keamanan informasi sebanyak 5 (lima)
Organisasi Perangkat Daerah antaralain Dinas Kominfo Provsu, BPKAD,
Bappeda, BKD dan Inspektorat.
Indikator ini juga merupakan bagian yang penting dalam mendukung
penerapan kebijakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai tindaklanjut
atas Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018.
15. KEBUDAYAAN
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penyelenggaraan Festival Seni
dan Budaya di Provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan jumlah penyelenggaraan. Bahkan pada tahun 2019 ini jumlah
penyelenggaraam Festival Seni dan Budaya telah terlaksana sebanyak 55 kali,
melebihi yang ditargetkan dalam RPJMD sebelum perubahan untuk tahun
2019 yang berjumlah 21 kali. Namun sejak pandemi covid 19 dan refocussing
anggaran pada tahun 200 pelaksanaan hanya diselenggarakan sebanyak 6
kali.
Pelestarian Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya juga mengalami
peningkatan pada tahun 2019 jika dibandingkan tahun 2018. Jumlah Benda,
II-96
Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan pada tahun 2019 ini
antara lain : Markas Sisingamangaraja di Parlilitan Kabupaten Humbang
Hasundutan; Rumah adat Hutabolon di Kecamatan Simanindo Kabupaten
Samosir; Rumah adat Datuk Sei Besilam Kecamatan Besitang Kabupaten
Langkat; Situs Bau Basika di Kecamatan Balige kabupaten Toba Samosir; dan
Rumah Adat Istana Niat Limalaras Kabupaten Batubara. Namun kondisi pada
tahun 2020 mengalami penurunan.
16. PERPUSTAKAAN
17. KEARSIPAN
II-97
perseorangan. Capaian Indikator Kearsipan Provinsi Sumatera Utara dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel. 2.73
Indikator Kearsipan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase perangkat daerah yang
mengelola arsip secara baku di Sumatera Utara pada tahun 2019 sebesar
8.16 persen menurun tahun 2020 sebesar 6.12. Untuk tahun 2018 kondisi
persentase perangkat daerah yang mengelola arsip secara baku di Sumatera
Utara mencapai pada tahun 2020 mencapai 50 persen.
II-98
terjadi pada jumlah wisman yang datang melalui Pelabuhan Laut
Tanjungbalai Asahan dan Bandar Udara Silangit, masing-masing turun
sebesar 100,00 persen. Demikian pula jumlah wisman yang datang melalui
pintu masuk Bandar Udara Kualanamu turun sebesar 99,76 persen.
Sedangkan jumlah wisman yang datang melalui Bandar Udara Silangit jika
dibanding jumlah wisman di periode yang sama tahun 2019 tidak ada
perubahan.
Lama tinggal atau lama kunjungan wisatawan merupakan salah satu
faktor yang menentukan besar atau kecilnya pendapatan yang diterima suatu
daerah yang mengandalkan pendapatannya dari industri pariwisata. Semakin
lama seseorang wisatawan tinggal di suatu Daerah tujuan wisata, semakin
banyak uang yang akan dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut. Lama
iwan (length of Stay) di Provinsi Sumatera Utara tercatat 1,60 hari pada tahun
2020, dan Kontribusi sektor pariwista terhadap PDB sebesar 6.69 persen
pada tahun 2020.
Capain Indikator Pariwisata Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel. 2.74
Indikator Pariwisata
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
2. PERTANIAN
II-99
berikut :
Tabel. 2.75
Jumlah Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Utara
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Padi (ton
1 4.044.829.00 4.609.791,00 5.136.186,00 5.343.688 3,662,141.00
GKG)
Jagung (ton
2 pipilan 1.519.407.00 1.55.463,00 1.741.258,00 1.811.605 1,564,157.32
kering)
3 Kedele (ton) 5.0662.00 5.062,00 7.778,00 8.905 3,796.13
Sumber : Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura, 2020
Tabel. 2.76
Produktivitas Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Utara
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Tabel. 2.77
Produksi Tanaman Holtikultura
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 1. Bawang
17.313,00 18,851.00
Merah (ton)
II-100
2 2. Cabe
(ton) 145.751 136,679.00
3 3. Sayur-
sayuran 1.098.284 905,143.60
(ton)
4 4. Buah -
buahan 1142463 856,719.27
(ton)
Sumber : Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura, 2020
Tabel. 2.78
Produktivitas Tanaman Holtikultura
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 1. Bawang
7,87 8.79
Merah (ton)
2 2. Cabe
(ton) 9,49 11.31
Sumber : Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura, 2020
II-100
3. PERKEBUNAN
1 Persentase
peningkatan
produksi
tanaman
perkebunan
rakyat (PR)
(%/tahun)
2 Produksi
K. Sawit/TBS 6.621.409,42 6.729.162,09 6.860.095,45 7,151,006.12
(Ton)
Karet (Ton) 311.076,66 309.760,12 309.976,12 324,024.91
Kopi Arabika 58.155,09 63.233,94 64031 70,666.65
(Ton)
Kopi Robusta 8.484,72 8.835,09 8090 10,107.50
(Ton)
Kelapa (Ton) 96.256,55 97.033,44 98132 105,011.66
Kakao (Ton) 42.191,33 35.430,38 34.795,06 43,016.44
Komoditi 75.273,54 43,632.24
perkebunan
lainnya (ton)
2 Produktifitas
sektor
perkebunan
(kelapa sawit, II-101
karet, kopi,
kelapa, kakao
1. K. Sawit
17.927,16 16,430.00
(kg/Ha/tahun)
2. Karet
1.141,08 1,056.00
(kg/Ha/tahun)
3. Kopi Arabika
1.147,26 1,173.00
(kg/Ha/tahun)
3. Kopi
Robusta 773,27 804.00
(kg/Ha/tahun)
4. Kelapa
1.081,40 1,065.00
(kg/Ha/tahun)
5. Kakao
994,88 1,013.00
(kg/Ha/tahun)
6. Komoditi
perkebunan
II-101
lainnya
(kg/Ha/tahun)
3 Luas Areal
1. K. Sawit (Ha) 433034 438,581.59
2. Karet (Ha) 369.410,43 393,189.02
3. Kopi Arabika
76.953,42 74,195.38
(Ha)
3. Kopi
17.612,02 19,805.98
Robusta (Ha)
4. Kelapa (Ha) 109790 110,040.02
5. Kakao (Ha) 54.314,75 56,855.38
6. Komoditi
62.954 63,438.56
Lainnya (Ha)
4 Kontribusi
Sektor
21,52
Pertanian 20,48
(TW III 2020)
Terhadap PDRB
(%)
Sumber : Dinas Perkebunan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi perkebunan
rakyat untuk komoditi kelapa sawit, kopi arabika, kopi robusta dan kelapa
secara umum terus mengalami peningkatan kecuali komoditi karet dan kakao
yang mengalami penurunan pada tahun 2018. Hal ini lebih dipengaruhi oleh
menurunnya harga karet dunia yang menyebabkan menurunnya minat petani
untuk tetap mempertahankan tanamannya.
4. KEHUTANAN
2.3.2.3
II-102
Sektor Kehutanan Terhadap PDRB pada tahun 2020 sebesar 0.63 persen
mengalami penurunan dari tahun 2019 sebesar 0,84%. Adapun capaian
Indikator Kehutanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 2.80
Indikator Kehutanan
1 Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan Kritis (Ha) 276.756 276.586 276,336 276.336 275.861
2 Kerusakan Kawasan
Hutan (Ha) 66.500 61.500 56.500 60.500 59.895
3Kontribusi Sektor
Kehutanan Terhadap 0.87 0,83 0,84 0,84 0,63
PDRB (%)
Sumber : Dinas Kehutanan Provsu 2020
II-103
Dari tabel diatas dapat dilihat :
1. Bahwa kondisi tahun 2019 kapasitas mampu pembangkit sebesar 3.400
MW merupakan Kapasitas Mampu Pembangkit Tenaga Listrik PT. PLN
(persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara berdasarkan RUPTL PT. PLN
(persero) tahun 2019-2028 dengan Daya Listrik Terpasang 4.552,445 MW
(cos θ = 0,8).
Pada Tahun 2019 PT. PLN (persero) merencanakan pembangunan
pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 550 MW yang direncanakan
beroperasi pada tahun 2019 sehingga dapat menambah Kapasitas
Mampu Pembangkit di Wilayah Sumatera bagian Utara menjadi 3.950
MW.
2. Rasio Elektrifikasi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2019
direncanakan sebesar 99,90 %. Berdasarkan statistik PT. PLN Unit Induk
II-103
Wilayah Sumatera Utara, rasio elektrifikasi pada tahun 2018 sebesar
100,73 % jika pemperhatikan RE = Jumlah Pelanggan PLN/Jumlah
Rumah Tangga.
6. PERDAGANGAN
Ekspor Bersih NA
1
Perdagangan
4.581.889 3.992.692 2.906.757 2.495,79
Pertumbuhan Sektor
NA
2 Perdagangan terhadap 5.87 6,11 8,00 -3.76
PDRB ADHK
Sumber : Disperindag, TW 3 2020
7. PERINDUSTRIAN
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat Pada Tahun 2019 (Data
Sementara Nov 2019) Laju pertumbuhan Industri Terhadap PDRB ADHK adalah
sebesar 1,20 %, Kondisi ini menurun Jika dibandingkan dengan Tahun 2018
yang tercatat sebesar 3,66 %.
Untuk nilai Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang Pada Tahun 2019
II-104
(Data Sementara), Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan
Sedang Provinsi Sumatera Utara turun menjadi 1,26 persen jika
dibandingkan Tahun 2018 yang tercatat sebesar 4,01%. Untuk nilai
Pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil Provinsi
Sumatera Utara pada Tahun 2019 (Data Sementara) turun menjadi 6,45
persen jika dibandingkan Tahun 2018 yang tercatat sebesar 7,90%.
Laju pertumbuhan Industri Terhadap PDRB ADHK, Pertumbuhan Industri
Besar dan Sedang serta Pertumbuhan Industri Mikro Kecil mengalami
penurunan pada Tahun 2019 (Data Sementara) jika dibandingkan Tahun
2018. Kondisi tersebut diasumsikan terjadi karena :
1. Sarana dan Prasarana Produk IKM yang belum menggunakan technology
terbaru (up to date)
2. Masih rendahnya Daya Saing Produk IKM dibanding barang impor
3. Peningkatan Produktivitas dan Kompetensi SDM Industri masih belum
optimal
4. Promosi dan Pemasaran Produk IKM dan Industri yang belum optimal
II-105
meningkat 4.65 % bila dibandingkan dengan produksi perikanan tahun 2018.
Produksi perikanan tangkap tahun 2019 mencapai 523.361 ton (angka sangat
sementara) atau meningkat 4 % bila dibandingkan dengan produksi
perikanan tangkap tahun 2018 yang mencapai 503.232,20 ton. Kebijakan-
kebjakan yang telah dilaksanakan Pemerintah Sumatera Utara melalui Dinas
Kelautan dan Perikanan dalam mendukung pengembangan perikanan
tangkap berupa Asuransi nelayan diberikan kepada 10.000 nelayan pantai
barat dan pantai timur sebagai wujud perlindungan terhadap nelayan ketika
melaut. Selanjutnya bantuan alat penangkapan ikan kepada 17 Kab/kota
sebanyak 5.470 pcs. Adapun dampak kebijakan yang telah dilaksanakan
diatas yaitu peningkatan produksi perikanan tangkap Sumatera Utara tahun
2019.
Produksi perikanan budidaya pada tahun 2019 mencapai 258.459 ton
(angka sangat sementara) atau meningkat 5% bila dibandingkan capaian
produksi perikanan budidaya tahun 2018 sebesar 243.829,40.
Sumatera utara tahun 2019 adalah tersedianya dokumen RKPD setiap tahun
yang telah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan Dokumen
Perubahan RKPD yang juga ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Dalam rangka mewujudkan Tingkat Konsistensi Program RPJMD kedalam
RKPD Provsu sudah mencapai target RPJMD tahun 2019 hal ini disebabkan
karena Perencanan Provinsi Sumatera Utara sudah menggunakan Aplikasi e-
planning dimana program RPJMD dan RKPD sudah diinput kedalam aplikasi.
Sementara tingkat konsistensi Program RKPD kedalam penjabaran APBD
sudah sesuai, hal ini dilihat dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh bidang-
bidang Perencanaan melalui Berita Acara hasil verifikasi RKA dan DPA serta
kesesuaian dengan APBD dan RKPD. Sementara untuk tingkat pengendalian
Target capaian Pembangunan belum mencapai target tahun 2019, hal ini
II-106
dikarenakan belum maksimalnya pelaksanaan pengendalian terhadap
capaian pembangunan daerah. Capaian Indikator Kinerja Bappeda Provinsi
Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
Tabel. 2.85
Indikator Perencanaan Provsu
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
2. KEUANGAN
Tabel. 2.86
Indikator Keuangan Provsu
II-107
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP
2 Persentase SILPA Terhadap APBD 11,2 6.99 7,69 3.21 10,50
3 Persentase Belanja Pendidikan (20%) 24,36 24,65 22,60 24,74 12,20
4 Persentase Belanja Kesehatan (10%) 17,83 18,05 4,43 18,24 2,40
5 Perbandingan Antara Belanja Langsung 34,66 35:65 40:60
10:53
Dengan Belanja Tidak Langsung 22:78
(18,87)
6 Bagi Hasil Kabupaten/Kota Dan Desa NA 1.80 2.90 4.70 22,20
7 Penetapan APBD Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat
Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
Sumber : BPKAD Provsu
Selain itu dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa Perbandingan
Antara Belanja Langsung Dengan Belanja Tidak Langsung pada tahun 2019
sebesar 22:78, sementara bagi hasil Kabupaten/Kota dan Desa pada tahun
2019 sebesar 4.70 %, dan penetapan APBD selama ini telah tepat waktu.
Tabel. 2.88
Indikator Pengembangan Sumber Daya Manusia
II-108
1 Rata-rata Lama Pegawai 36 hari 36 hari 36 hari 36 hari 36 hari
Mendapatkan Pendidikan dan
Pelatihan
2 Persentase Pejabat ASN yang telah NA NA NA 17,49 19,24
mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Struktural
Sumber : BPSDM Provsu
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata lama pegawai mendapat
pendidikan dan pelatihan di Provinsi Sumatera Utara hingga dari tahun
2017, 2018 dan 2019 memiliki data yang sama yaitu 8 Jam Pelajaran (JP),
hal ini disebabkan oleh belum semua Pegawai Negeri Sipil di Provinsi
Sumatera Utara mendapatkan pendidikan dan pelatihan (diklat) Teknis,
Diklat Fungsional, Diklat Managerial, serta diklat-dilkat terkait lainnya.
- Kepegawaian Daerah
Capaian Indikator Kepegawaian Daerah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel. 2.89
Indikator Capaian Kegiatan Kepegawaian Daerah Provsu
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Dari tabel di atas dapat dilihat dari tahun 2018 untuk jumlah jabatan
pimpinan tinggi pada instasi pemerintah adalah 60 orang. Selanjutnya jumlah
jabatan administrasi pada instansi pemerintah pada 2017 hingga 2018
berjumlah sebanyak 398 orang. Jumlah jabatan pengawas pada instansi
pemerintah sebanyak 1.122 di tahun 2017 sampai tahun 2018. Jumlah
pemangku jabatan fungsonal tertentu pada Instansi Pemerintah di tahun
2017 sebesar 15.630. Tahun 2018 mengalami peningkatan signifikan
sebanyak 18.130 orang dan tahun 2019 juga meningkat sebanyak 216 orang
dari sebelumnya menjadi 18.346 orang.
II-109
Data persentase Implementasi Rencana Kelitbangan di Provinsi
Sumatera Utara, diharapkan setiap tahunnya mencapai 20 persen, dan
persentase pemanfaatan hasil kelitbangan juga diharapkan mencapai 20
persen. Sementara Persentase Perangkat Daerah yang difasilitasi dalam
penerapan inovasi daerah adalah perbandingan jumlah perangkat daerah
yang difasilitasi dibagi dengan total perangkat daerah ditargetkan pada tahun
2019 sebesar 15 persen dan Persentase Kebijakan Inovasi yang Diterapkan di
Daerah ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 50 persen
Perkembangan capaian Indikator Penelitian dan Pengembangan adalah
sebagai berikut :
Tabel. 2.90
Indikator Penelitian dan Pengembangan
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Persentase Implementasi 20 20 20 20 20
Rencana Kelitbaangan
2 Persentase Pemanfaatan Hasil 10 20 40 20%
Kelitbangan
3 Persentase Perangkat Daerah 15 61
Yang Difasilitasi Dalam
Penerapan Inovasi Derah
4 Persentase Kebijakan Inovasi 50 50
yang Diterapkan di Daerah
Sumber : Balitbang Provsu, 2020
6. BADAN PENGHUBUNG
7. PENGAWASAN
II-110
ditindaklanjuti dibagi dengan total jumlah total temuan, hingga 2018
Persentase Tindak Lanjut Temuan di Provinsi Sumatera Utara terus
meningkat menjadi 65 persenm sementara hasil penanganan Kasus Kasus
serta Pengaduan Masyarakat pada SKPD Provinsi dan Kab/Kota dan
Limpahan Instansi Tingkat Atas hingga 2018 mencapai 50 persen.
Perkembangan capaian Indikator Pengawasan adalah sebagai berikut :
Tabel. 2.92
Indikator Pengawasan
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Tabel. 2.93
Capaian Indikator Sekretariat Dewan
N
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
o
II-111
1 Tersedianya Rencana Kerja 10 10 10 10 10
Tahunan pada Setiap Alat-alat Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
Kelengkapan DPRD Provinsi Hasil Hasil Hasil Hasil Kerja
Kerja Kerja Kerja Kerja Tahunan
Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan
2 Tersusun dan Terintegrasinya 9 9 9 9 9
Program-program Kerja DPRD Program Program Program Program Program
Untuk Melaksanakan Fungsi
Pengawasan, Fungsi
Pembentukan Perda, dan
Fungsi Anggaran dalam
Dokumen Rencana Lima
Tahun (RPJM) Maupun
Dokumen Rencana Tahunan
(RKPD)
3 Terintegrasi Program-program 9 9 9 9 9
DPRD Untuk Melaksanakan Program Program Program Program Program
Fungsi Pengawas,
Pembentukan Perda, dan
Anggaran Kedalam Dokumen
Perencanaan dan Dokumen
Anggaran Setwan DPRD
2. SEKRETARIAT DAERAH
1) Biro Umum
Capaian tingkat kepuasan terhadap administrasi dan konsultasi belum
mencapai target, sementara tingkat konsultasi realisasi pendapatan asli
daerah dari pemanfaatan gedung dan mess pemerintah sudah mencapai
target RPJMD tahun 2019 sebesar 80 persen.
Tabel. 2.94
Capaian Indikator Biro Umum dan Perlengkapan
Sumber : Biro Umum
N
Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
o
1 Tingkat kepuasan terhadap layanan 300 325 NA 75
administrasi dan konsultasi (%) kali kali
II-112
2) Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah
Capaian Indikator Biro Pemerintahan dilihat dari Fasilitasi Penyelesaian
Konflik Pertanahan dimana pada tahun 2019 capaian ini sudah memenuhi
target RPJMD 2019 sebesar 50 persen, sementara Penyelesaian Batas
Daerah capaiannya belum memenuhi target RPJMD Provinsi Sumatera
Utara tahun 2019 dan memerlukan kerja keras dalam pencapaiannya.
Tabel. 2.95
Capaian Indikator Biro Pemerintahan
3) Biro Perekonomian
Tabel. 2.96
Capaian Indikator Biro Perekonomian
2.
Tabel. 2.97
Capaian Indikator Biro Sosial
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
5) Biro Organisasi
Capaian Indikator Kinerja Biro Organisasi dapat dilihat dari hasil Evalusi
SAKIP tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Kementerian PAN dan RB,
Provinsi Sumatera Utara memperoleh Nilai “B”, untuk terus meningkatkan
II-113
nilai SAKIP akan dilakukan reviu terhadap dokumen perencanaan dengan
memperhatikan berbagai kaidah dalam penyusunan perencanan kerja.
Tabel. 2.98
Capaian Indikator Biro Organisasi
No Indikator 2017 2018 2019 2020
Tabel. 2.99
Capaian Indikator Biro Humas dan Keprotokolan
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Perkembangan kemajuan
laporan realisasi fisik
1 70,65 88,58 78 51,24
pembangunan daerah setiap
OPD secara tepat waktu (%)
II-114
8) Biro Hukum
Capaian indikator biro hukum sudah mencapai target RPJMD tahun 2019,
walaupun pada tahun 2019 terjadi penurunan target dari 100 persen
menjadi 90 persen, namun capaian ini mendekati target RPJMD 100
persen pada tahun 2019.
Tabel. 2.101
Capaian Indkator Biro Hukum
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
II-115
rupiah/kapita/bulan pada tahun 2017. Jika dilihat dari trennya,
pertumbuhan rata-rata pengeluaran penduduk untuk konsumsi di Provinsi
Sumatera Utara dari tahun 2017 s.d. 2019 terus meningkat. ada tahun 2019
terjadi peningkatan pengeluaran sebesar 6,21 persen terhadap tahun 2018.
Begitu juga pada tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 10,10 persen
terhadap tahun 2017. Dengan demikian secara umum di Sumatera Utara,
pengeluaran penduduk untuk konsumsi juga meningkat. Perkembangan
rata-rata pengeluaran penduduk untuk konsumsi di Provinsi Sumatera Utara
adalah sebagai berikut :
Tabel. 2.103
rata-rata pengeluaran penduduk untuk konsumsi di Provinsi Sumatera
Utara (rupiah/kapita/bulan)
II-116
pengeluaran) jika dibandingkan kabupaten/kota yang memiliki persentase
konsumsi makanan lebih rendah.
Pada tahun 2019, pengeluaran untuk konsumsi makanan dan
minuman jadi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 29,61 persen dari total
pengeluaran rumah tangga untuk makanan. Penduduk yang tinggal di
perkotaan cenderung membelanjakan lebih banyak (33,36 persen) makanan
dan minuman jadi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perdesaan
(24,08 persen).
Tabel. 2.104
Nilai Tukar Petani dan Persentase Pengeluaran
Konsumsi Non Pangan Perkpita
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
1 Nilai Tukar Petani 101,56 99,39 97,98 98,08 115,21
II-117
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan, Dinas TPH, Dinas Perkebunan, Dinas
Kelautan Perikanan
NTP Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)
Pada Desember 2020, NTPP mengalami penurunan sebesar 1,45 persen.
Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,73 persen. Sedangkan Ib naik
sebesar 0,73 persen. Perubahan yang terjadi pada It karena indeks
kelompok padi turun sebesar 0,37 persen yaitu dari 99,74 menjadi 99,37
dan indeks kelompok palawija turun sebesar 1,90 persen yaitu dari 106,88
menjadi 104,85. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib terjadi karena
perubahan IKRT naik sebesar 0,92 persen dan indeks BPPBM naik sebesar
0,05 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH)
Pada Desember 2020, NTPH mengalami kenaikan sebesar 3,37 persen. Hal
ini terjadi karena It naik sebesar 3,89 persen dan Ib naik sebesar 0,51
persen. Perubahan yang terjadi pada It karena indeks kelompok sayur-
sayuran naik sebesar 4,73 persen yaitu dari 102,46 menjadi 107,31,
indeks kelompok buah-buahan sebesar 3,27 persen yaitu dari 96,34
menjadi 99,49. Sedangkan indeks kelompok tanaman obat turun sebesar
0,78 persen yaitu dari 118,52 menjadi 117,59. Di sisi lain, perubahan
kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar 0,75 persen.
c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) II-118
Pada Desember 2020, NTPR mengalami kenaikan sebesar 2,11 persen. Hal
ini terjadi karena It naik sebesar 2,83 persen dan Ib naik sebesar 0,71
persen. Perubahan yang terjadi pada It karena indeks kelompok tanaman
perkebunan rakyat naik sebesar 2,83 persen yaitu dari 141,36 menjadi
145,36. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena karena
perubahan IKRT naik sebesar 0,89 persen dan indeks BPPBM naik sebesar
0,01 persen
d. Subsektor Peternakan (NTPT)
Pada Desember 2020, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,35 persen. Hal
ini terjadi karena It naik sebesar 0,97 persen dan Ib naik sebesar 0,61
persen. Kenaikan yang terjadi pada It, karena kelompok, indeks kelompok
ternak kecil naik sebesar 1,45 persen, indeks kelompok unggas naik
sebesar 2,21 persen, dan indeks kelompok hasil ternak naik sebesar 2,85
II-118
persen. Sedangkan indeks kelompok ternak besar turun sebesar 0,19
persen. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT
naik sebesar 0,88 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,21 persen
e. Subsektor Perikanan (NTNP)
Pada Desember 2020, NTNP mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen. Hal
ini terjadi karena It naik sebesar 1,12 persen dan Ib naik sebesar 0,44
persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena perubahan indeks kelompok
penangkapan ikan secara rata-rata naik sebesar 1,08 persen dan indeks
kelompok budidaya ikan secara rata-rata naik sebesar 1,27 persen. Di sisi
lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar
0,79 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,02 persen.
II-119
Sumber : BPS Provsu
Tabel. 2.108
Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah di Provinsi Sumatera Utara
II-120
2 Angkatan Kerja (ribu orang) 7.453 7.411 7.350
II-121
Sumber : BRS BPS Provsu, Agustus 2020
Grafik.2.29
Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
II-122
Sumber : BRS BPS Provsu, Agustus 2020
Grafik.2.30
Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan, Agustus 2018-Agustus 2020
4. Rasio Ketergantungan
II-123
2.1.4.5 Indikator Lain yang mendukung Aspek Daya Saing
II-124
Perubahan angka Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sumatera Utara
dari tahun 2018 ke tahun 2019 dipengaruhi oleh tiga aspek demokrasi yakni
(1) Kebebasan Sipil yang turun 4,00 poin (dari 76,54 menjadi 72,54), (2) Hak-
Hak Politik turun 1,02 poin (dari 62,61 menjadi 61,59), dan (3) Lembaga-
Lembaga Demokrasi Naik 19,43 poin (dari 51,69 menjadi 71,12).
Perkembangan IDI Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
IDI
5
4.5
4.3
4.5
4
3.5
3.5
3
2.5
2.5
1.5
0.5
0
2016 2017 2018 2019
II-125
bersama bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Capaian Indeks Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara adalah
sebagai berikut :
Tabel. 2.112
Indeks Kerukunan Umat Beragama
No Indikator 2016 2017 2018 2019 2020
II-126
9 Kepulauan Bangka Belitung 162 Tinggi
10 Lampung 153 Tinggi
Sumber : BPBD Provsu
II-127
Kasus positif virus Corona atau Covid-19 di Indonesia terdeteksi pada
Maret 2020. Sejak hari itu, jumlah kasus positif Corona semakin bertambah
dari hari ke hari. Ada pasien yang meninggal dunia, banyak juga yang
dinyatakan negatif dan akhirnya sembuh. Jelang akhir Desember 2020,
Indonesia justru melaporkan angka kasus Covid-19 yang lebih tinggi dari
bulan-bulan sebelumnya. Hingga Senin (21/12/2020), Indonesia mencatat
132.895 kasus infeksi sepanjang Desember atau rata-rata 6.328 per hari.
Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka kesembuhan yang
dilaporkan selama Desember. Dalam periode yang sama, total 96.366 pasien
dinyatakan sembuh atau rata-rata 4.588 per hari. Secara total, pada tanggal
21 Desember 2020 Indonesia melaporkan 671.778 kasus positif Covid-19,
kasus kematina 20.085 orang dan 104.809 kasus aktif atau pasien yang
masih dalam perawatan. Sedangkan orang yang dinyatakan sembuh
sebanyak 546.884 orang
Sementara Di Provinsi Sumatera Utara Kasus Covid-19 pertama kali
terdeteksi pada bulan April 2020, sejak saat itu Provinsi Sumatera Upaya
terus melakukan upaya-upaya pencegahan kasus baru seperti membatasi
keluar rumah, wajib memakai masker dan menjaga jarak. Hingga saat ini.
Tingkat kesembuhan Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) telah melampaui
capaian nasional sebesar 81,87% dan terus membaik. Terhitung pada13
Desember 2020, angkanya sudah mencapai 83,71%, meningkat 0,37 poin
dibanding 83,34% pada pekan sebelumya. Jika dilihat perkembangan dari 33
kabupaten/kota di Sumatera Utara, ada 16 kabupaten/kota memiliki angka
kesembuhan di atas 80%. "Antara lain, Nias Utara, Nias Selatan, Gunungsitoli, II-128
Mandailing Natal, Nias Barat, Tapanuli Selatan, Batubara, Padangsidimpuan,
Simalungun, Padang Lawas, Medan, Sibolga, Humbang Hasundutan, Deli
Serdang, Tapanuli Tengah dan Pematang Siantar," (Satgas Covid-19 Sumut_14
Des 2020).
Akumulasi penderita Covid-19 di Sumut sejak awal pandemi hingga 14
Desember 2020 berjumlah 16.769 penderita yang telah dipastikan dari hasil
pemeriksaan swab PCR. Sebanyak 14.046 orang dinyatakan sembuh dan 644
penderita meninggal dunia. Sementara penderita Covid-19 aktif di Sumut
sebesar 2.079 orang. Dari angka penderita ini, 1.553 penderita melaksanakan
isolasi mandiri dan 526 penderita lainnya dirawat isolasi di rumah sakit.
Saat ini Satgas Optimalisasi Percepatan Penanganan Penyebaran Covid-
19 di kawasan Medan-Binjai - Deli Serdang (Mebidang) yang dibentuk Satgas
Penangan Covid -19 Sumut telah berakhir tugasnya. Satgas Mebidang
II-128
dibentuk untuk mengurangi penularan di kawasan Mebidang. Sebelum
dibentuk, kawasan Mebidang menyumbang lebih dari 70% angka penderita
Covid di Sumut.
Sesuai dengan hasil evaluasi percepatan penanganan Covid-19 di
kawasan Mebidang yang menunjukkan hasil membaik, maka terhitung sejak
tanggal 11 Desember 2020, dinyatakan berakhir. Selanjutnya penanganan
Covid-19 di kawasan Mebidang ditangani oleh bupati/wali kota sebagai ketua
Satgas Penanganan Covid-19 wilayah kabupaten/kota yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, untuk mengakhiri
pandemi Covid-19 Sumut, masyarakat agar selalu menerapkan 3M, yakni
menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan air dan
sabun.
II-129
Serdang.jalur LRT dan Monorel Mebidang dapat dilihat pada tabeldi
bawah ini :
Tabel. 2.114
Jalur LRT Dan Monorel Mebidang
II-130
Gambar 2. 3.
Konsep Pembangunan Sport Center
II-130
dimana sampah yang paling banyak ada di Kota Medan 2500 Ton/hari,
kemudian Deli Serdang 638 Ton/Hari, Kota Binjai 132,61 Ton/hari dan
Karo 557 Ton/hari, rencana Lokasi TPA ini di Desa Limau Mungkur STM
Hilir, Deli Serdang, konsep pembangunan adalah sebaai berikut :
Gambar 2. 4.
Konsep Pembangunan TPA MEBIDANGRO
II-131
Gambar 2. 5.
Rencana Pembangunan Monorel
2.1.7. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
II-131
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal, pengertian Standar Pelayanan Minimal adalah
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal. Pelayanan dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi
kebutuhan dasar warga negara.Pelaksanaan pelayanan dasar pada urusan
pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar berpedoman
pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Adapun jenis pelayanan
dasar yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, meliputi: SPM Bidang
Pendidikan, SPM Bidang Kesehatan, SPM Bidang Pekerjaan Umum, SPM
Bidang Perumahan Rakyat, SPM Bidang Ketenteraman, Ketertiban Umum,
dan Pelindungan Masyarakat, dan SPM Bidang Sosial.
Pelayanan Dasar dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan
urusan pemerintahan wajib yang diselenggarakan pemerintah daerah baik
pemerintah Provinsi maupun pemerintah daerah. Urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang selanjutnya menjadi jenis SPM
terdiri atas :
1. Pendidikan, dengan SPM sebagai berikut :
a. Pendidikan Menengah
b. Pendidikan Khusus
2. Kesehatan, dengan SPM sebagai berikut
a. Pelayanan Kesehatan bagi penduduk terdampak krisis Kesehatan
akibat bencana dan atau berpotensi bencana Provinsi
b. Pelayanan Kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa II-132
3. Pekerjaaan Umum dan Penataan Ruang, dengan SPM sebagai berikut
a. Pemenuhan kebutuhan air minum curah lintas Kabupaten/Kota
b. Penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domistik regional lintas
Kabupaten/Kota
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, dengan SPM sebagai
berikut
a. Penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi korban
bencana Provinsi
b. Fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat yang
terkena relokasi program pemerintah daerah Provinsi
5. Ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat, dengan
SPM sebagai berikut
a. Pelayanan Ketenteraman dan ketertiban umum Provinsi
II-132
6. Sosial, dengan SPM sebagai berikut
a. Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang Disabilitas Terlantar di Dalam
Panti
b. Rehabilittasi Sosial Dasar Anak Terlantar dalam Panti
c. Rehabilitasi Sosial Dasar Lanjut Usia Terlantar di Dalam Panti
d. Rehabilitasi Sosial Dasar Tuna Sosial Khususnya Gelandangan dan
Pengemis didalam Panti
e. Perlindungan dan Jaminan Sosial pada Saat dan Setelah Tanggap
Darurat Bencana bagi Korban Bencana Provinsi
Pemerintah Provinsi Sumatera telah menerapkan keenam SPM tersebut
sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel. 2.115
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
N Capaian
Jenis Pelayanan Dasar Indikator OPD
o 2020
SPM Pendidikan
1 Pendidikan Persentase Guru SMA 97 Dinas
menengah berkualifikasi Akademik S1/D4 Pendidikan
Persentase Guru SMK 94,72
berkualifikasi Akademik S1/D4
Persentase Guru SMA 54,7
bersertifikasi
Persentase Guru SMK 43
bersertifikasi
2 Pendidikan Persentase Guru SLB bersertifikasi 44.4
khusus (2019)
SPM Kesehatan
1 Pelayanan kesehatan bagi Jumlah Warga Negara yang 977.949 Dinas
penduduk terdampak krisis terdampak krisis kesehatan akibat Orang Kesehatan
kesehatan akibat bencana bencana dan/atau berpotensi (100%) II-133
dan/atau berpotensi bencana provinsi yang
bencana provinsi mendapatkan layanan kesehatan
2 Pelayanan kesehatan bagi Jumlah warga negara pada kondisi
penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi yang
kejadian luar biasa provinsi mendapatkan pelayanan
kesehatan
II-133
N Capaian
Jenis Pelayanan Dasar Indikator OPD
o 2020
Pemerintah Daerah provinsi
5 Pelayanan ketenteraman
dan ketertiban umum
provinsi.
SPM KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT
Pelayanan ketenteraman
dan ketertiban umum
provinsi.
SPM SOSIAL
Rehabilitasi sosial dasar Jumlah Rehabilitasi sosial dasar 1.167 Dinas
penyandang disabilitas penyandang disabilitas telantar di Sosial
telantar di dalam panti dalam panti
Rehabilitasi sosial dasar Jumlah Rehabilitasi sosial dasar 530
anak telantar di dalam anak telantar di dalam panti
panti
Rehabilitasi sosial dasar Jumlah Rehabilitasi sosial dasar 293
lanjut usia telantar di lanjut usia telantar di dalam panti
dalam panti
Rehabilitasi sosial dasar Jumlah Rehabilitasi sosial dasar 285
tuna sosial khususnya tuna sosial khususnya
gelandangan dan pengemis gelandangan dan pengemis di
di dalam panti dalam panti
Perlindungan dan jaminan Jumlah Perlindungan NA
sosial pada saat dan setelah dan jaminan sosial pada saat dan
tanggap darurat bencana setelah tanggap darurat
bagi korban bencana bencana bagi korban bencana
provinsi provinsi
II-134
Evaluasi terhadap hasil RKPD Provinsi Sumatera Utara tahun 2020
diperoleh dari evaluasi hasil Renja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera
Utara. Berdasarkan hasil Evaluasi Renja tahun 2020 diketahui jumlah
program program dari masing-masing perangkat daerah yang telah
dilaksanakan pada pada APBD Tahun 2020, berikut ini disajikan capaian
kinerja Program dan Kegiatan berdasarkan hasil evalusi Triwulan 4 dapat
dilihat pada tabel berikut :
II-134
Tabel. 2.116 Realisasi Program dan Kegiatan Hasil Evaluasi RKPD Tahun 2020 Provinsi Sumatera Utara
No Nama Perangkat Daerah Jumlah Program/Kegiatan RKPD Jumlah Program/Kegiatan APBD Jumlah Program /Kegiatan yang sudah dilaksanakan
2020 2020 sampai dengan TW 4 2020
Program Keg Anggaran Program Keg Anggaran Program % Keg % Anggaran %
1. Dinas Pendidikan 12 186 1.703.277.080.065 8
2. Dinas Kesehatan 16 195 240.302.561.516 11
3. Rumah Sakit Jiwa Daerah 9 44 25.206.557.743 5
4. Rumah Sakit Haji Medan 9 54 109.344.952.610 4
5. Dinas Bina Marga dan Bina 11 122 701.137.768.412
Kostruksi
6. Dinas Sumber Daya Air, 19 456 184.354.942.030
Cipta Karya dan Tataruang
7. Dinas Perumahan dan 8 49 94.194.133.248
Kawasan Permukiman
8. Badan Kesatuan Bangsa dan 9 62 14.924.536.178
Politik
9. Satuan Polisi Pamong Praja 7 40 40.428.712.533
10 Badan Penanggulangan 9 55 27.658.894.520
. Bencana Daerah
11 Dinas Sosial 7 38 44.161.602.542
.
12 Dinas Tenaga Kerja 8 69 23.475.932.186
.
13 Dinas Pemberdayaan 25.070.075.091
. Perempuan dan
Perlindungan Anak
14 Dinas Ketahanan Pangan
. dan Peternakan
15 Dinas Lingkungan Hidup
.
16 Dinas Kependudukan dan
. Pencatatan Sipil
17 Dinas Pemberdayaan
. Masyarakat dan Desa
18 Dinas Pengendalian
. Kependudukan dan Keluarga
Berencana Daerah
19 Dinas Perhubungan
.
20 Dinas Komunikasi dan
. Informatika
21 Dinas Koperasi dan Usaha
. Kecil Menengah
22 Dinas Penanaman Modal dan
. Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu
23 Dinas Pemuda dan Olah
. Raga
24 Dinas Kebudayaan dan
. Pariwisata
25 Dinas Perpustakaan dan
. Arsip
26 Dinas Kelautan dan
. Perikanan
27 Dinas Tanaman Pangan dan
. Holtikultura
28 Dinas Perkebunan
.
29 Dinas Kehutanan
.
30 Dinas Energi dan Sumber
. Daya Mineral
31 Dinas Perindustrian dan
. Perdagangan
32 Badan Perencanaan dan
. Pembangunan Daerah
33 Badan Pengelolaan Keuangan
. dan Aset Daerah
34 Badan Kepegawaian Daerah
.
35 Badan Pengembangan
. Sumberdaya Manusia
36 Badan Penelitian dan
. Pengembangan Daerah
37 Biro Umum dan
. Perlengkapan
38 Biro Pemerintahan Umum
.
39 Biro Bina Perekonomian
.
40 Biro Sosial dan
. Kesejahteraan
41 Biro Organisasi
.
42 Biro Otonomi Daerah dan 5 100 36 70,59 5.409.007.034 85,23
. Kerjasama
43 Biro Administrasi 5 100 30 88,24 6.185.842.948 91,30
. Pembangunan Dan
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
44 Biro Hukum 7 100 25 89,29 4.559.311.817 70,96
.
45 Biro Humas dan 7 100 34 100,00 12.032.490.321 91,00
. Keprotokolan
46 Sekretariat DPRD 8 88,89 38 88,37 178.486.667.137 71,41
.
47 Inspektorat Daerah Provinsi 6 100 75 97,40 32.838.369.280 93,11
.
48 Badan Pengelolaan Pajak dan 10 100 80 78,43 143.868.116.451 84,05
. Retribusi Daerah
49 Badan Penghubung Daerah 6 100 38 100 9.827.139.732 91,85
. Provinsi
Sumber: *) APBD Tahun 2019
**) Evaluasi Hasil Renja Tahun 2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa telaahan hasil evaluasi adalah sebagai
berikut :
2. Realisasi Program atau kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja
hasil atau keluaran yang direncanan
Realisasi Program dan Kegiatan yang dilaksanakan Perangkat Daerah
Provinsi Sumatra Utara telah memenuhi target kinerja hasil atau
keluaran yang direncanakan.
4. Realisasi program atau kegiatan yang melebihi target kinerja hasil atau
keluaran yang direncanan
Realisasi Program/Kegiatan yang melebihi target kinerja hasil/keluaran
yang direncanakan tidak ada karena capaian program dan kegiatan
sebagian Perangkat Daerah terlaksana 100%.
REALISASI
No SKPD PAGU BELANJA TIDAK % SISA
BELANJA LANGSUNG JUMLAH
LANGSUNG
1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel. 2.118
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
PROVINSI SUMATERA UTARA 2020
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR KINERJA SATUAN KET
2020 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2 KESEHATAN
2.1 Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1.000 Kelahiran
4,3 -
Hidup
2.2 Angka Kesakitan (Morbiditas) 10,99 11,97
2.3 Angka Kematian Ibu (AKI) Per 100.000 Kelahiran
75,1 -
Hidup
2.4 Prevalensi Stunting (Pendek dan sangat Pendek)
30,50 -
pada Anak dibawah 5 Tahun
8 SATPOL PP
Cakupan Petugas Perlindungan Masyarakat
16.226 55.103
(Linmas)
Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3
68 87,12
(Ketertiban, Ketentraman, Keindahan)
Persentase Penegakan PERDA 60 26,67
9 KESBANGPOL
Persentase LSM Aktif 100
Persentase Partisipasi Pemilih 64
Persentase Pertambahan Ormas 20
Peringkat Laporan Rencana Aksi Penanganan
9 -
Konflik sosial
Persentase Masyarakat yang menerima
100 -
pemahaman wawasan kebangsaan
10 BPBD
Pelayanan dan Kesiapsiagaan Terhadap
33 20
Bencana (Kab/Kota)
Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi
4 3
Korban Bencana
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana
2 -
(Kab/Kota)
Indeks Resiko Bencana 134,4 -
11 SOSIAL
Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang
1.167 100
Disabilitas Terlantar di Dalam Panti
Rehabilittasi Sosial Dasar Anak Terlantar
530 100
dalam Panti
Rehabilitasi Sosial Dasar Lanjut Usia Terlantar
293 34
di Dalam Panti
Rehabilitasi Sosial Dasar Tuna Sosial
Khususnya Gelandangan dan Pengemis 285 100
didalam Panti
Perlindungan dan Jaminan Sosial pada Saat
dan Setelah Tanggap Darurat Bencana bagi 2.000 -
Korban Bencana Provinsi
12 TENAGA KERJA
Rasio Penduduk yang bekerja (%) 5,47 93,09 -
Angka Kesempatan Kerja (jiwa) 6.683.245 6.966.127
Produktivitas Tenaga Kerja Bruto (juta
22,59 9,61
Rp./TK)
Angka Penganggur Terbuka (jiwa) 389.086 508.000
15 LINGKUNGAN HIDUP
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) (%) 68,70 -
Indeks Kualitas Air (%) 79,00 -
Indeks Kualitas Udara (%) 87,00 -
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (%) 47,26 -
16 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN
PENCATATAN SIPIL
Cakupan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk
87% 97,23%
Elektronik (KTP-El)
Cakupan Akte Anak Usia 0-18 Tahun 76% 78,69%
Cakupan Akte Perkawinan 37% - -
Persentase Kabupaten/Kota yang sudah
33 17
melaksanakan Kartu Identitas Anak (KIA)
Persentase PD Provsu yang sudah melakukan
Perjanjian Kerjasama (PKS) Pemanfaatan 65 -
Database Kependudukan
19 PERHUBUNGAN
Persentase Tersedianya Fasilitas Keselamatan
92 55
Lalu Lintas pada Jalan Provinsi (%)
24 DISKOMINFO
Data Statistik Sektoral 50% 69%
Persentase Perangkat Daerah Yang
Memahami Persandian dan Keamanan 25% 10%
Informasi
27 TPH
Produksi Tanaman Pangan
1. Padi (ton GKG) 5.498.796,4 3,662,141.0
5 0
2. Jagung (ton pipilan kering) 1.875.144,4 1,564,157.3
2 2
3. Kedele (ton) 9.528,38 3,796.13
Produktivitas Tanaman Pangan
1. Padi (ton/Ha) 5,23 5.37
2. Jagung (ton/Ha) 6,27 5.95
3. Kedele (ton/ha) 1,31 1.55
Produksi Tanaman Holtikultura
1. Bawang Merah (ton) 17.341,39 18,851.00
2. Cabe (ton) 173.886,74 136,679.00
3. Sayur-sayuran (ton) 1.008.483,4
905,143.60
1
4. Buah - buahan (ton) 1.193.212,9
856,719.27
8
Produktivitas Tanaman Holtikultura
1. Bawang Merah (ton) 7,99 8.79
2. Cabe (ton) 10,02 11.31
28 DINAS PERKEBUNAN
Persentase peningkatan produksi tanaman
3% -
perkebunan rakyat (PR) (%/tahun)
Produksi
1. K. Sawit (ton) 7.223.006,1 7,151,006.1
2 2
2. Karet (ton) 326.824,91 324,024.91
3. Kopi Arabika (ton) 67.666,65 70,666.65
3. Kopi Robusta (ton) 9.407,50 10,107.50
4. Kelapa (ton) 106.311,66 105,011.66
5. Kakao (ton) 42.146,44 43,016.44
6. Komoditi perkebunan lainnya (ton) 43.037,24 43,632.24
Produktifitas sektor perkebunan (kelapa
sawit, karet, kopi, kelapa, kakao)
1. K. Sawit (kg/Ha/tahun) 16.445,14 16,430.00
2. Karet (kg/Ha/tahun) 1.098,25 1,056.00
3. Kopi Arabika (kg/Ha/tahun) 1.181,83 1,173.00
3. Kopi Robusta (kg/Ha/tahun) 807,20 804.00
4. Kelapa (kg/Ha/tahun) 1.070,61 1,065.00
5. Kakao (kg/Ha/tahun) 1.030,00 1,013.00
6. Komoditi perkebunan lainnya
(kg/Ha/tahun)
Luas Areal
1. K. Sawit (Ha) 443.581,59 438,581.59
2. Karet (Ha) 393.189,02 393,189.02
3. Kopi Arabika (Ha) 74.495,38 74,195.38
3. Kopi Robusta (Ha) 19.805,98 19,805.98
4. Kelapa (Ha) 110.760,02 110,040.02
5. Kakao (Ha) 57.055,38 56,855.38
6. Komoditi Lainnya (Ha) 63.438,56 63,438.56
21,52
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
- (TW III
(%)
2020)
29 KEHUTANAN
Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Kritis (Ha) 276.226 275.861
Kerusakan Kawasan Hutan (Ha) 59.500 59.895
Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB
0,85 0,63
(%)
31 PERDAGANGAN
Ekspor Bersih Perdagangan 5.200,00 2.495,79
-3,76
Pertumbuhan Sektor Perdagangan terhadap
6,50 (TW III
PDRB ADHK
2020)
32 PERINDUSTRIAN
Laju Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap
3,29 -0,78
PDRB ADHK
Pertumbuhan Industri
- Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang 6,0 -5,11
- Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil 9,10 9,01
34 BAPPEDA
Tingkat Konsistensi Program RPJMD kedalam
100% 96,26%
RKPD
Tingkat Konsistensi Program RKPD kedalam
100% 95,15%
Penjabaran APBD
Tingkat Pengendalian Target Capaian
85% -
Pembangunan Daerah
35 BPKAD
Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan WTP WTP
Persentase SILPA Terhadap APBD 1,73 10,50
Persentase Belanja Pendidikan (20%) 25,35 12,20
Persentase Belanja Kesehatan (10%) 19,35 2,40
Perbandingan Antara Belanja Langsung 38:62 10:53
Dengan Belanja Tidak Langsung (61,29) (18,87)
Bagi Hasil Kabupaten/Kota Dan Desa 10,72 22,20
Tepat
Penetapan APBD Tepat Waktu
Waktu
36 BPSDM
Rata-rata Lama Pegawai Mendapatkan
36 hari 36 hari
Pendidikan dan Pelatihan
Persentase Pejabat ASN yang telah mengikuti
19,24 19,24
Pendidikan dan Pelatihan Struktural
37 BKD
Jabatan Pimpinan Tinggi Pada Instasi 87,50
45
Pemerintah %
Jabatan Administrasi Pada Instasi Pemerintah 399 - -
Jabatan Pengawas Pada Instasi Pemerintah 1.017 98,84
Pemangku Jabatan Fungsional Tertentu Pada
18.265 - -
Instasi Pemerintah
38 BALITBANG
Persentase Implementasi Rencana
20 20
Kelitbaangan
Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan 20% 20%
Penerapan SIDa:
Persentase Perangkat Daerah Yang Difasilitasi
20 61
Dalam Penerapan Inovasi Derah
Persentase Kebijakan Inovasi yang Diterapkan
50% 50%
di Daerah
39 INSPEKTORAT
Persentase Tindak Lanjut Temuan 76 78
Persentase Hasil Penanganan Kasus Kasus
serta Pengaduan Masyarakat pada SKPD
55 65
Provinsi dan Kab/Kota dan Limpahan Instansi
Tingkat Atas
40 BADAN PENGHUBUNG
Persentase hubungan antar lembaga 60% 62%
Indeks Kepuasan Masyarakat 60% 40%
41 BP2RD
Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi
20 20
Daerah
42 SEKRETARIAT DEWAN
10 Laporan
Tersedianya Rencana Kerja Tahunan pada
Hasil Kerja -
Setiap Alat-alat Kelengkapan DPRD Provinsi
Tahunan
Tersusun dan Terintegrasinya Program- 9 Program 9 Program
program Kerja DPRD Untuk Melaksanakan
Fungsi Pengawasan, Fungsi Pembentukan
Perda, dan Fungsi Anggaran dalam Dokumen
Rencana Lima Tahun (RPJM) Maupun
Dokumen Rencana Tahunan (RKPD)
Terintegrasi Program-program DPRD Untuk
Melaksanakan Fungsi Pengawas,
Pembentukan Perda, dan Anggaran Kedalam 9 Program 9 Program
Dokumen Perencanaan dan Dokumen
Anggaran Setwan DPRD
43 SEKRETARIAT DAERAH
BIRO ORGANISASI
Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap
layanan publik yang diselenggarakan B -
perangkat daerah
Biro Sosial
Indeks Kerukunan Umat Beragama 80 -
Biro Pemerintahan
Fasilitsi Penyelesaian Konflik Pertanahan 60% 51%
Penyelesaian Batas Daerah 15 28,48
Biro Hukum
Persentase Rancangan Produk Hukum
535 420
Provinsi yang telah dieksaminasi
Persentase Rancangan Produk Hukum daerah
Kab/Kota yang telah di Evaluasi dan 350 80
difasilitasi
Persentase jumlah penanganan perkara
25 perkara 20 perkara
hukum di pegadilan
2.2.3.Realisasi RPJMD
2.2.3.1. Realisasi Target capaian Kinerja Program Tahun 2020 terhadap
RPJMD
Tabel. 2.120
Realisasi Target capaian Kinerja Program Tahun 2020 terhadap RPJMD
Jumlah
Program / yang
Jumlah Jumlah
sudah
Nama Perangkat Daerah Program Program Persentase
No dilaksanakan
RPJMD APBD 2020
sampai dengan
TW 4 2020
Program Program Program %
1. Dinas Pendidikan 13 12 11 91,67
2. Dinas Kesehatan 16 16 16 100
3. Rumah Sakit Jiwa Daerah 9 9 9 100
4. Rumah Sakit Haji Medan 8 8 7 87,5
5. Dinas Bina Marga dan Bina 9 9 9 100
Kostruksi
6. Dinas Sumber Daya Air, Cipta 16 16 16 100
Karya dan Tataruang
7. Dinas Perumahan dan Kawasan 8 10 10 100
Permukiman
8. Badan Kesatuan Bangsa dan 9 9 9 100
Politik
9. Satuan Polisi Pamong Praja 7 7 7 100
10. Badan Penanggulangan Bencana 9 9 8 88,89
Daerah
11. Dinas Sosial 9 9 9 100
12. Dinas Tenaga Kerja 9 8 8 100
13. Dinas Pemberdayaan Perempuan 10 9 9 100
dan Perlindungan Anak
14. Dinas Ketahanan Pangan dan 7 7 7 100
Peternakan
15. Dinas Lingkungan Hidup 9 9 9 100
16. Dinas Kependudukan dan 11 11 11 100
Pencatatan Sipil
17. Dinas Pemberdayaan Masyarakat 10 10 10 100
dan Desa
18. Dinas Pengendalian 9 9 8 88,89
Kependudukan dan Keluarga
Berencana Daerah
19. Dinas Perhubungan 9 9 9 100
20. Dinas Komunikasi dan Informatika 8 8 8 100
21. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil 9 9 9 100
Menengah
22. Dinas Penanaman Modal dan 9 9 9 100
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu
23. Dinas Pemuda dan Olah Raga 11 11 11 100
Jumlah
Program / yang
Jumlah Jumlah
sudah
Nama Perangkat Daerah Program Program Persentase
No dilaksanakan
RPJMD APBD 2020
sampai dengan
TW 4 2020
Program Program Program %
24. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 11 11 11 100
25. Dinas Perpustakaan dan Arsip 8 8 8 100
26. Dinas Kelautan dan Perikanan 9 9 9 100
27. Dinas Tanaman Pangan dan 12 11 11 100
Holtikultura
28. Dinas Perkebunan 6 6 6 100
29. Dinas Kehutanan 12 11 11 100
30. Dinas Energi dan Sumber Daya 15 15 15 100
Mineral
31. Dinas Perindustrian dan 12 11 11 100
Perdagangan
32. Badan Perencanaan dan 10 9 7 77,78
Pembangunan Daerah
33. Badan Pengelolaan Keuangan dan 7 7 7 100
Aset Daerah
34. Badan Kepegawaian Daerah 7 7 7 100
35. Badan Pengembangan 6 6 6 100
Sumberdaya Manusia
36. Badan Penelitian dan 8 8 7 87,5
Pengembangan Daerah
37. Biro Umum dan Perlengkapan 8 8 7 87,5
38. Biro Pemerintahan Umum 7 7 7 100
39. Biro Bina Perekonomian 5 5 5 100
40. Biro Sosial dan Kesejahteraan 7 6 5 83,33
41. Biro Organisasi 5 5 4 80
42. Biro Otonomi Daerah dan 5 5 5 100
Kerjasama
43. Biro Administrasi Pembangunan 6 5 5 100
Dan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
44. Biro Hukum 7 7 7 100
45. Biro Humas dan Keprotokolan 9 7 7 100
46. Sekretariat DPRD 9 9 8 88,89
47. Inspektorat Daerah Provinsi 6 6 6 100
48. Badan Pengelolaan Pajak dan 10 10 10 100
Retribusi Daerah
49. Badan Penghubung Daerah 6 6 6 100
Provinsi
Sumber: *) APBD Tahun 2019
**) Evaluasi Hasil Renja Tahun 2019
Tabel. 2.122
Rekap Pokok Pokok Pikiran (Pokir) DPRD berdasarkan
Kewenangan Provinsi Sumatera Utara
1. Bidang Pendidikan
Permasalahan Pendidikan di Provinsi Sumatera Utara antara lain :
a. Belum meratanya distribusi guru dan akses pendidikan
b. Belum optimalnya link and match kurikulum pendidikan kejuruan
dengan kebutuhan dunia usaha/industri
c. Masih rendahnya tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan
menengah dan yang melanjutkan sekolah ke Pendidikan Tinggi
d. Kualitas SDM Tenaga Pendidik masih kurang khususnya guru SMK
dan SLB kualitas kompetensi bidang keahlian (latar belakang
pendidikan khusus)
e. Masih rendahnya penggunaan tekhnologi informasi ditingkat
Pendidikan menengah
2. Bidang Kesehatan
Permasalahan kesehatan yang masih ditemui di Provinsi Sumatera Utara
adalah meliputi:
b. Masih tingginya angka kesakitan (morbiditas)
c. Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi
d. Masalah gizi masyarakat
e. Fasilitas dan layanan Kesehatan masih kurang khususnya dalam
penanganan dampak penyakit menular
f. Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan kesehatan
g. Masih kurangnya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Bidang Pangan
Beberapahal yang menjadi permasalahan pangan antara lain :
a. Belum optimalnya pemerataan pemanfaatan hasil produksi pangan
b. Belum optimalnya nilai PPH (Pola Pangan Harapan)
c. Rendahnya pengawasan pangan yang beredar
d. Masih terjadinya fluktuasi harga komoditas pangan tertentu
e. Rendahnya kualitas SDM petani
f. Sistem pemasaran belum efisien dan berkeadilan (harga masih
ditentukan pedagang)
g. Minimnya jumlah penyuluh pertanian
8. Bidang Perhubungan
Permasalahan yang dihadapai terkait perhubungan adalah
a. Fasilitas kelengkapan keselamatan dan lalu lintas di kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Utara belum maksimal dan merata
b. Belum maksimalnya penyerahan asset terminal dan pelabuhan
regional yang merupakan kewenangan Provinsi
c. Belum memadainya fasilitas terminal penumpang dan pelabuhan
regional yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi
2. Bidang Pariwisata
Permasalahan bidang pariwisata di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai berikut :
a. Belum optimalnya branding strategi promosi pariwisata efektif yang
dapat menambah wisatawan mancanegara
b. Belum optimalnya akses dan konektivitas ke kawasan wisata
c. Masih lemahnya pengembangan ekonomi kreatif
d. Belum terciptanya SDM pariwisata yang terlatih, terampil dan ramah
baik di level pelaku pariwisata maupun masyarakay sekitar
e. Belum terciptanya peta jalan pariwisata dan ekraf yang menyeluruh
dan rinci serta dapat diakses secara digital
3. Bidang Pertanian
Permasalahan bidang pertanian di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai
a. Belum tercukupinya hasil ternak dalam negeri
b. Menurunnya kesuburan tanah (lahan) pertanian
c. Sistem perbenihan dan perbibitan nasional belum berjalan optimal;
d. Tingkat kehilangan hasil (losses) yang masih tinggi dan masih
rendahnya daya saing produk-produk pertanian terhadap produk
impor
e. Lemahnya kemampuan akses petani terhadap teknologi, informasi,
pasar dan permodalan serta perlindungan usaha tani
f. Kurangnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan
air serta Kondisi infrastruktur jalan ke sentra produksi belum
memadai
g. Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh
4. Bidang Kehutanan
Permasalahan bidang Kehutanan di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai berikut :
b) Masih kurangnya penanganan pelestarian hutan dan lahan kritis
c) Belum tuntasnya penataan batas Kawasan Hutan di Provinsi
Sumatera Utara
d) Tingginya Gangguan Terhadap Kawasan Hutan terutama perambahan,
perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi perkebunan,
pemukiman, dan lain-lain
e) Terbatasnya Tenaga Pengamanan Hutan, sarana prasarana dan dana
untuk perlindungan kawasan hutan
f) Belum optimalnya pengelolaan Perhutanan Sosial dan Kemitraan
g) Belum adanya Peraturan Daerah terkait pengelolaan hutan di Provinsi
Sumatera Utara
6. Bidang Perdagangan
Permasalahan perdagangan di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai
berikut :
a. Semakin menurunnya ekspor dan surplus neraca perdagangan
Sumatera Utara ke mitra dagang
b. Belum optimalnya pemanfaatan IT dalam informasi ekspor dan impor
di daerah-daerah
c. Belum terciptanya strategi kebijakan dan penentuan tujuan promosi
perdagangan yang efektif dan based on data
7. Bidang Perindustrian
Permasalahan bidang perindustrian adalah sebagai berikut :
a. Belum optimalnya pengembangan produk unggulan daerah yang
berbasis sentra IKM
b. Belum optimalnya link and match antara industri besar dan kecil
c. Masih rendahnya informasi berbasis digital di daerah terkait wirausaha
IKM
d. Belum optimalnya hilirisasi komoditas menjadi produk industri bernilai
tambah
2. Bidang Keuangan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan keuangan
daerah, yaitu
a. Belum optimalnya pemanfaatan potensi sumber Pendapatan Asli
Daerah
b. Masih lemahnya inventarisir dan pengawasan aset-aset yang dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
c. Belum optimalnya sistem pengelolaan keuangan dan aset berbasis IT
2. Sekretariat Dewan
a. Belum optimalnya layanan sekretariat dewan berbasis IT
Tabel. 2.123
Konsistensi antara Prioritas Pembangunan Daerah dengan Permasalahan
dan Isu Strategis pada RKPD 2022
PRIORITAS PROVSU PERMASALAHAN RKPD 2021 ISU STRATEGIS RKPD 2021