6
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Administratif pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun
2017, terdiri dari 33 pemerintahan Kabupaten/Kota yang terbagi menjadi
8
7
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
15 BATUBARA 0-50m
16 SERDANG B 0-500m
17 SAMOSIR 904-2.157m
18 PAKPAK BHARAT 700-1.500m
19 HUMBANG HASUNDUTAN 330-500m
20 NIAS SELATAN 0-800m
21 LANGKAT 0-1.200m
22 DELI SERDANG 0-500m
23 KARO 120-1.420m
24 DAIRI 400-1.600m
25 SIMALUNGUN 0-369m
26 ASAHAN 0-1.000m
27 LABUHAN BATU 0-700m
28 TOBA SAMOSIR 900-2.200m
29 TAPANULI UTARA 150-1.700m
30 KABUPATEN TAPANULI TENGAH 0-1.266m
31 TAPANULI SELATAN 0-1.915m
32 MANDAILING NATAL 0-1.000m
33 NIAS 0-800m
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2018.
8
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
7 Labuhan Batu 2.156,02 2,95
8 Asahan 3.702,21 5,07
9 Simalungun 4.369,00 5,99
10 Dairi 1.927,80 2,64
11 Karo 2.127,00 2,91
12 Deli Serdang 2.241,68 3,07
13 Langkat 6.262,00 8,58
14 Nias Selatan 1.825,20 2,50
15 Humbang 2.335,33 3,20
Hasundutan
16 Pakpak Bharat 1.218,30 1,67
17 Samosir 2.069,05 2,84
18 Serdang Begadai 1.900,22 2,60
19 Batu Bara 922,20 1,26
20 Padang Lawas Utara 3.918,05 5,37
21 Padang Lawas 3.892,74 5,33
22 Labuhan Batu Selatan 3.596,00 4,93
23 Labuhan Batu Utara 3.570,98 4,89
24 Nias Utara 1.202,78 1,65
25 Nias Barat 473,73 0,65
26 Sibolga 41,31 0,06
27 Tanjung Balai 107,83 0,15
28 Pematang Siantar 55,66 0,08
29 Tebing Tinggi 31,00 0,04
30 Medan 265,00 0,36
31 Binjai 59,19 0,08
32 Padang Sidempuan 114,66 0,16
33 Gunung Sitoli 280,78 0,38
Sumatera Utara 72.981,23 100,00
9
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2018.
2.2 Kependudukan
10
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2018 (Profil Dinkes Provinsi
Sumatera Utara)
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2018 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara)
11
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Pada Gambar 2.2, berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk paling
banyak di Provinsi Sumatera Utara terdapat di Kota Medan dengan jumlah
penduduk sebesar 2.264.145 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling
sedikit terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat dengan jumlah penduduk
sebesar 48.119 jiwa.
2.2.1 Pendidikan
12
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Berikut ini akan
digambarkan APM di Provinsi Sumatera Utara tahun 2018.
13
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2018 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara)
2.2.2 Agama
14
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sesuai dengan falsafah negara, kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan
dan ditingkatkan untuk membina kehidupan masyarakat dan mengatasi
berbagai masalah sosial budaya yang mungkin menghambat kemajuan
pembangunan bangsa. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara, sarana
ibadah umat beragama mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun
2016, terdapat sebanyak 10.818 unit mesjid, 6.235 unit langgar/musollah,
Gereja Protestan 12.401 unit, Gereja Katolik 2.138 unit, Kuil 82 unit,
Wihara 353 unit dan Klenteng 83 unit.
2.2.3 Ketenagakerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2018 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara)
15
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini mengindikasikan besarnya
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah dan
menunjukkan besaran relatif suplai tenaga kerja yang tersedia untuk
produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2018 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara)
16
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
konstruksi, transportasi, air minum, bangunan, angkutan, komunikasi serta
sektor keuangan.
17
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
bila ≥8 m2/kapita (tidak padat) dan tidak memenuhi syarat bila
<8m2/kapita (padat) .
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2018
18
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
yang tentunya juga akan berdampak positif terhadap peningkatan status
kesehatan masyarakat.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2018 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara)
19
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Tabel 2.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat
Pembuangan Tinja berdasarkan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Tahun 2018
20
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
pemerintah/swasta atau perorangan, antara lain pasar rakyat, sekolah,
fasyankes, terminal, bandara, stasiun, pelabuhan, bioskop, hotel dan tempat
umum lainnya. TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan
fasilitas umum minimal sarana pendidikan dan pasar rakyat yang memenuhi
syarat kesehatan.
21
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan terendah ada di
Kabupaten Nias Utara (4,64%), Kabupaten Asahan (7,86%), dan Kabupaten
Tapanuli Selatan (20,84%).
22
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Governmental Organization), maka pendekatan CLTS selanjutnya
dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat) pilar perubahan perilaku
lainnya yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
selanjutnya Pemerintah menetapkan STBM menjadi kebijakan nasional
pada tahun 2008.
23
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Gambar 2.7 menunjukkan bahwa ada 4 kabupaten/kota yang seluruh
desa/kelurahannya sudah melaksanakan STBM, yaitu Binjai, Nias Barat,
Pakpak barat dan Langkat. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan persentase
desa/kelurahannya yang sudah melaksanakan STBM paling sedikit adalah
Mandailing Natal (2,46%), Medan (7,9%) dan Nias Utara (11,4%).
24
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2.6.1 Mortalitas (Angka Kematian)
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, baik penyakit
maupun sebab lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan survei dan penelitian. Berikut ini diuraikan angka
kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian di Sumatera
Utara dalam beberapa kurun waktu hingga akhir tahun 2018 (Profil Dinkes
Prov. Sumut, 2018).
25
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
angka ini belum menggambarkan yang sebenarnya karena sumber data baru
dari fasilitas kesehatan milik pemerintah, sedangkan yang swasta belum
semua menyampaikan laporannya. Penyebab kematian balita (12-59 bln)
adalah demam (21 kasus), lain-lain (56 kasus), diare (15 kasus), pneumonia
(4 kasus).
26
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Gambar 2.8 Jumlah Kematian Ibu Per Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
27
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan
pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana.
28
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2.6.3 Morbiditas (Angka Kesakitan)
A. Penyakit-penyakit Menular
1) Tuberculosis
29
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Gambar 2.10 Jumlah Kasus Tuberkulosis Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
30
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Gambar 2.11 Angka Notifikasi Semua Kasus Tuberkulosis Per 100.000
Penduduk Tahun 2015-2018
31
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Pencapaian per Kabupaten/Kota, 3 (tiga) tertinggi adalah Kota Sibolga
sebesar 602/100.000, Kota Medan sebesar 326/100.000 dan Kota Padang
Sidimpuan sebesar 290/100.000). Sedangkan 3 (tiga) Kabupaten/Kota
terendah adalah Kabupaten Nias Utara sebesar 19/100.000, Kabupaten
Nias Selatan sebesar 55/100.000 dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan
sebesar 56/100.000 .
32
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
peningkatan keberhasilan pengobatan yaitu sebesar 2,58%, tetapi mulai
tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 terus terjadi penurunan keberhasilan
pengobatan pasien tuberkulosis.
2) HIV/AIDS
Pada tahun 2018 dilaporkan jumlah kasus baru HIV positif sebanyak
1.498 kasus, menurun dibanding jumlah kasus baru yang ditemukan pada
tahun 2017. Di sisi lain, jumlah kasus AIDS cenderung berfluktuasi.
Rendahnya jumlah kasus AIDS dapat disebabkan rendahnya jumlah kasus
yang dilaporkan oleh kabupaten/kota. Secara kumulatif, jumlah kasus AIDS
sampai dengan tahun 2018 sebanyak 688 kasus.
Gambar 2.14 Proporsi Kasus Baru HIV Positif dan AIDS Menurut
Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
33
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Gambar 2.15 Jumlah Kasus Baru HIV Positif &AIDS Menurut
Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
Grafik 2.16 Persentase Kasus Hiv Positif Dan Aids Menurut Faktor
Risiko di Sumatera Utara Tahun 2018
34
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Pada grafik di atas terlihat bahwa dari seluruh kasus HIV tidak
diketahui faktor risiko (8%). Faktor risiko tertinggi yaitu LSL sebesar 42%
(505 kasus), Pasangan Risti 21% dan Pelanggan PS sebesar 19%.
Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) akibat AIDS dari
tahun ke tahun cenderung menurun seperti terlihat pada Gambar 2. berikut
ini.
Pada tahun 2018, CFR AIDS di Provinsi Sumatera Utara untuk laki-
laki diketahui sebanyak 962 orang dan perempuan sebanyak 280 orang,
mengalami peningkatan dibanding tahun 2017, yaitu 41 orang laki-laki dan
10 orang perempuan.
3) Pneumonia
35
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Gambar 2.18 Perkiraan Persentase Kasus Pneumonia pada Balita
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
4) Hepatitis
36
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
adalah yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B dan C. Hasil RISKESDAS
tahun 2018 memperlihatkan proporsi pengidap Hepatitis sebesar 0,3%,
menurut jenis kelamin (laki-laki 0,43%) dan perempuan 0,31%), menurut
lokasi tempat tinggal (perkotaan 0,43% dan pedesaan 0,30%).
5) Diare
37
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
6) Kusta
38
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
39
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
7) Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
b) Campak
Penyakit campak, dikenal juga sebagai Morbili atau Measles,
disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan
dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet
(ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak
menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang
pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
40
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
41
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Dilihat dari gambar diatas dari mulai tahun 2015 sampai tahun 2018
kasus suspek campak cenderung menurun drastis dari tahun 2015
terdapat 819 kasus, tahun 2016 terdapat 661 kasus, tahun 2017
terdapat 591 kasus sedangkan tahun 2018 terdapat 243 kasus.
c) Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit difteri pada
umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Jumlah kasus difteri
pada tahun 2018 sebanyak 12 kasus dengan jumlah kasus meninggal
sebanyak 2 kasus, sehingga CFR difteri Sumatera Utara pada 2018
yaitu sebesar 16,7%. Dari jumlah tersebut, kasus tertinggi terjadi di
Kota Medan dengan 4 kasus dan Deli Serdang yaitu sebanyak 2
kasus.
Dilihat dari Gambar diatas dari mulai tahun 2015 sampai tahun 2018
kasus Difetri cenderung meningkat secara drastis. Tahun 2015
terdapat 0 kasus, tahun 2016 terdapat 4 kasus, tahun 2017 terdapat 5
kasus sedangkan tahun 2018 terdapat 12 kasus.
42
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
d) Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Program Imunisasi Nasional
telah melaksanakan kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yaitu
berupa pemberian vaksin polio pada anak < 5 tahun selama tiga tahun
berturut-turut. Pada tahun 2018 non polio AFP rate sebesar
1.7/100.000 populasi anak <15 tahun yang berarti sudah mencapai
standar minimal penemuan. Pencapaian AFP Rate angka ini
mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2017 adalah 2.20/100.000,
tahun 2016 adalah 2.11/100.000 anak berusia < 15 tahun hingga
secara umum telah memenuhi indikator global, tahun 2015 yaitu
2,2/100.000. Sementara tahun 2014 yaitu 1,26/100.000 , tahun 2013
yaitu 2,34/100.000 dan tahun 2012 sebesar 2,36/100.000.
43
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018
2) Chikungunya
44
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya
demam chik yaitu rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat
dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat
perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Selama
tahun 2018 tidak terjadi kasus demam chikungunya di Provinsi Sumatera
Utara.
3) Filariasis
45
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
kasus dan perempuan 91 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2017 yaitu
151 kasus yang terdiri dari laki-laki 85 kasus dan perempuan 47 kasus.
Program Eliminasi Filariasis bertujuan untuk menurunkan angka
mikrofilaria menjadi kurang dari 1% di setiap kabupaten/kota sehingga
filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada
tahun 2020.
4) Malaria
46
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018
5) Rabies
47
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber : Bidang P2P Dinkes Prov.Sumatera Utara Tahun 2018
48
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Balita yang mengalami KEP dapat diukur berdasarkan 3 pengukuran
yaitu Tinggi Badan (TB)/Umur disebut juga balita pendek (stunting),
Berat Badan (BB)/Tinggi Badan (TB) disebut juga balita kurus (wasting)
dan BB/Umur disebut juga kurang berat badan (underweight). Berikut ini
disajikan data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Poltekkes
RI Medan Jurusan Gizi pada tahun 2018 tentang kondisi gizi balita di
Provinsi Sumatera Utara.
Gambar 2..29
Prevalensi Status Gizi (BB/U) Pada Bayi Dibawah Dua Tahun (Baduta) dan Bayi
Bawah LimaTahun (Balita) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
49
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber: Riset KesehatanDasar 2018
dan gizi buruk di Sumatera Utara masih termasuk dalam kategori medium
ini.
50
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Medan 2018
51
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
b. Balita Pendek/Stunting (TB/U)
52
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Hasil riskesdas menunjukkan bahwa baduta sangat kurus di
Provinsi Sumatera Utara tahun 2018 sebesar 6,31% dan kurus sebesar
8,3%. Sedangkan pada tahun yang sama prevalensi balita sangat kurus
sebesar 4,57% bila dibandingkan dengan hasil riskesdas 2013 (sebesar
7,5%), mengalami penurunan sebesar 2,93%. Berikut ini akan
disajikan hasil Riskesdas 2018 di Provinsi Sumatera Utara terkait
prevalensi sangat kurus dan kurus pada baduta dan balita (BB/TB).
Gambar 2.32 Prevalensi Status Gizi (BB/TB) Pada Baduta
dan Balita Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
53
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Pada tahun 2018, Angka Provinsi Sumatera Utara, prevalensi
BB/TB sangat kurus dan kurus pada balita masih 12,05 persen. Hal ini
berarti bahwa masalah kekurusan di provinsi Sumatera Utara masuk
dalam kategori masalah kesehatan masyarakat yang serius. Diketahui
kabupaten/kota yang paling tinggi balita kurus secara berturut-turut
adalah Nias Selatan (23,56%), Padang Lawas (19,76%) dan Tapanuli
Tengah (10,97%) dimana sesuai standard WHO maka ketiga
kabupaten ini termasuk kategori serius (10% - 14,9%). Sedangkan
kabupaten/kota tiga terendah dengan balita kurusnya adalah Tanjung
Balai (0,40%), Medan (0,46%) dan Mandailing Natal (0,47%). Ada 2
kabupaten yang tidak melaporkan/tidak punya data yaitu Asahan dan
Gunung Sitoli.
54
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2018
55
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
pada gambar cakupan pemberian Vitamin A pada balita usia 6-59 bulan
menurut kabupaten/kota dibawah ini.
Gambar 2.34 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita Usia 6 – 59
Bulan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun
2018
56
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI