GAMBARAN UMUM
Bab II| 1
A. Geografis dan Administrasi Wilayah
Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara pada posisi terletak antara 1057’
LU - 3000’ LU dan 127017’ BT - 129008’ BT. Adapun batas wilayahnya meliputi:
Sebelah Utara : Kabupaten Pulau Morotai dan Samudera Pasifik
Sebelah Selatan : Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera
Barat
Sebelah Timur : Kabupaten Pulau Morotai dan Kecamatan Wasilei
Kabupaten Halmahera Timur
Sebelah Barat : Kabupaten Halmahera Barat
Luas wilayah Kabupaten Halmahera Utara berdasarkan UU No.53
Tahun 2008 tentang Pembentukan Daerah adalah 22.507,32 Km2, dengan
luas daratan berdasarkan peta GIS 3.537,17 Km2 atau 15,71% dari luas
wilayah, dan luas lautan 18.970,15 Km2 atau 84,29% dari luas wilayah.
Wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Utara terdiri atas 17 kecamatan
dengan ibukota kabupatennya berkedudukan di Kecamatan Tobelo. Wilayah
Kabupaten Halmahera Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 1 Nama-nama Kecamatan dan luasannya di Kabupaten Halmahera Utara
NO KECAMATAN LUAS (HA) LUAS (KM2) %
1 Galela 9,578.93 95.79 2.7
2 Galela Barat 10,910.14 109.10 3.1
3 Galela Selatan 11,199.22 111.99 3.2
4 Galela Utara 27,116.70 271.17 7.7
5 Kao 16,282.40 162.82 4.6
6 Kao Barat 67,841.86 678.42 19.2
7 Kao Teluk 19,381.88 193.82 5.5
8 Kao Utara 19,719.73 197.20 5.6
9 Loloda Kepulauan 5,459.10 54.59 1.5
10 Loloda Utara 28,939.20 289.39 8.2
11 Malifut 35,980.42 359.80 10.2
12 Tobelo 12,604.60 126.05 3.6
13 Tobelo Barat 40,567.61 405.68 11.5
14 Tobelo Selatan 13,608.15 136.08 3.8
15 Tobelo Tengah 11,226.18 112.26 3.2
16 Tobelo Timur 7,751.86 77.52 2.2
17 Tobelo Utara 15,182.44 151.82 4.3
Danau Duma 366.48 3.66 0.1
Jumlah 353,717 3,537.17 100
Sumber: Bappeda Tahun 2017
Bab II| 2
B. Ketinggian dan Kemiringan Lahan
Berdasarkan kondisi eksisting lereng yang ada di wilayah Kabupaten
Halmahera Utara didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng 0–8%. Di
sebagian wilayah pegunungan Kecamatan Loloda Utara dan Galela Utara
adalah wilayah yang memiliki lahan dengan kemiringan 26 – 40% dan daerah
dengan kemiringan lereng curam yaitu >40% tersebar sebagian kecil berada
di Galela, Tobelo Utara, Tobelo dan Tobelo Tengah pada wilayah pegunungan
Karianga, Dukono dan Mamuya. Sedangkan berdasarkan ketinggian dapat
dilihat dari ketinggian tanah dari permukaan laut (Dpl), sebagian wilayah
Kabupaten Halmahera Utara dengan kondisi datar, landai dan curam. Adapun
pembagian klasifikasi kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel berikut.
C. Klimatologi
Kabupaten Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan yang beriklim
laut tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan November sampai
dengan bulan April bertiup angin barat yang membawa hujan di pantai utara, pada
bulan Mei sampai bulan Oktober terjadi perubahan angin selatan yang kering.
Sebagaimana data dari Stasiun Meteorologi Gamar Malamo Galela tahun 2016
sebagai berikut:
1. Data curah hujan pada bulan Maret merupakan bulan dengan curah hujan
terendah di tahun 2016 yaitu 33,2 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Desember dengan curah hujan yaitu 401,1 mm. Jumlah hari hujan
terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret dengan 10 hari hujan dan hari
Bab II| 3
hujan terbanyakpada bulan Mei dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari
hujan.
2. Kelembaban nisbi (humidity) terendah terjadi pada bulan Maret dengan rata-rata
kelembaban udara yaitu 84. Sebaliknya, kelembaban nisbi tertinggi terjadi pada
bulan Desember yaitu 90 di tahun 2016.
3. Rata-rata suhu udara terendah tahun 2016 terjadi pada bulan Juli yaitu 24,4°C
dan rata-rata suhu udara tertinggi terjadi pada bulan April dan Mei sebesar
27,2°C.
Bab II| 4
Gambar 2. 1 Peta Curah Hujan Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab II| 5
D. Hidrologi
Kabupaten Halmahera Utara memiliki 6 Danau yaitu: Danau Duma, Danau
Makete, Danau Kapupu, Talaga Biru, Talaga Paca dan Talaga Lina serta memiliki
51 Daerah Aliran Sungai.
Selain itu terdapat juga Cekungan Air Tanah (CAT) pada daerah aliran air
tanah atau Ground Water Basin, yaitu adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Cekungan Air
Tanah (CAT) di Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari:
1. CAT lintas kabupaten yaitu CAT Ibu dan CAT Jailolo – Sidangoli.
2. CAT dalam kabupaten yaitu CAT Kao, CAT Tobelo dan CAT Galela.
Bab II| 6
Gambar 2. 2 Peta Cekungan Air Tanah (CAT)
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab II| 7
E. Geologi
Stratigrafi Halmahera Utara masuk dalam formasi dan satuan yang telah
dipetakan tersebar di Mandala Halmahera Timur, Mandala Halmahera Barat dan
Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter.
Formasi Bacan (Tomb)
Terdapat batuan gunungapi berupa lava , breksi, dan tufa dengan sisipan
konglomerat dan batupasir. Breksi gunun gapi, kelabu kehijauan dan coklat,
umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava
bersusunan andesit hornblende dan andesi t piroksen, berwarna kelabu
kehijauandan coklat. Tufa, kuning kecoklatan da n hijau, getas. Batupasir,
kuning kecoklatan, kompak, sebagian gampinga n. Konglomerat, kelabu
kehijauan dan coklat, kompak, mengandung barik kuarsa, komponennya basal,
batugamping, rijang, batupasir. Tebal Formasi ± 220 meter berumur Oligosen –
Miosen Bawah.
Formasi Kayasa (Qpk)
Formasi ini berumur Pliosen berupa batu an gunung api terdiri dari breksi,
lava dan tufa. Breksi, kelabu tua, kompak, bersusunan basal dengan masadasar
pasir banyak mengandung piroksen. Lava bersifat basal, kelabu tua, setempat
berkekar melapis. Tufa, putih kekuningan, kompak, berbutir sedang sampai
kasar, setempat mengandung batuapung.
Formasi Weda (Tmpw)
Terdapat batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan
batugamping. Batupasir kelabu sampai coklat muda, kompak, berbutir halus
sampai kasar. Napal putih, kelabu kehijauan dan coklat, getas. Tufa, putih dan
kuning, getas, berbutir halus sampai kasar, dan berlapis bagus. Konglomerat,
kelabu dan coklat, kompak, berkomponen andesit piroksen. Tebal Formasi ±
300 meter berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen. Diendapkan dalam
lingkungan neritik-batial.
Batugamping terumbu (Ql)
Batugamping koral dan breksi batugamping. Batugamping koral, putih dan
coklat, sebagian kompak, bagian yang paling bawah mengandung konglomerat
Bab II| 8
berkomponen batuan ultrabasa, gabro, dan diorit. Breksi batugamping, coklat
dan sebagain padat. Tebal satuan batuan ± 150 meter.
Bab II| 9
Satuan Tufa (Qht)
Terdapat tufa batuapung berwarna putih da n kuning, getas, berbutir halus
sampai kasar setempat berlapis baik.
Aluvium dan Endapan pantai (Qa)
Terdapat lempung, lanau, pasir dan krikil; terdapat di lembah sungai yang
besar, di beberapa daerah di sepanjang pantai.
Formasi Togawa; Batupasir tufaan, berselingan dengan konglomerat.
1. Latosol, dengan bahan induk berupa Tuff Vulkan, Latosol Vulkanik dan
Latosol Gunung, dengan potensi terdapat pada tanaman perkebunan serta
kebun campuran berbagai tanaman (keras dan tanaman semusim). Jenis
tanah ini tersebar di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Tobelo, Tobelo
Selatan, Kao dan Maifut
2. Alluvial, dengan bahan induk berupa Aluvial Pantai dan Lembah, dengan
potensi Aluvial Pantai biasanya terdapat di wilayah pantai yang subur, dan
ditanami oleh masyarakat dengan tanaman kelapa dan kebun campuran.
Aluvial Lembah terdapat di pedalaman dan biasanya ditanami tanaman
pangan (sawah) dan sayuran. Sebaran jenis tanah ini terdapat hampir di
semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Utara
3. Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang memiliki
tekstur lempung seperti vertisol, dengan potensi memiliki kadar lempung
yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga
kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Jenis tanah ini terdapat di
kecamatan Loloda Utara.
4. Mediteran, merupakan tanah ordo alfisol, dengan potensi Alfisol banyak
terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah akumulasi
lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan
menampung banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur
lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya
lambat. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Dataran Loloda dan Galela
Bab I I | 10
5. Regosol, merupakan tanah yang termasuk ordo entisol, dengan potensi
dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang
juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Jenis tanah ini terdapat di
Kecamatan Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut.
Bab I I | 11
Gambar 2. 4 Peta Jenis Tanah Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab I I | 12
G. Potensi Bencana Alam
Terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Halmahera Utara – Provinsi Maluku Utara, maka Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 35 berbunyi
“penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana sebagaimana dimaksud dalam situasi tidak terjadi bencana serta
dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana”, meliputi:
1. Perencanaan penanggulangan bencana,
2. Pengurangan resiko bencana,
3. Pencegahan terjadinya bencana,
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan,
5. Persyaratan analisis resiko bencana,
6. Pelaksanaan dan pencegahan rencana tata ruang,
7. Pendidikan dan pelatihan,
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
Oleh karena itu, penataan ruang memegang posisi sangat strategis di
dalam menata wilayah gempa sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 9:
“wewenang pemerintah daerah dalam menyelenggarakan penanggulangan
bencana”, meliputi:
1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras
dengan kebijakan pembangunan daerah.
2. Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur
kebijakan penanggulangan bencana.
3. Pelaksanaan kebijakan kerjasama dalam penanggulangan bencana dengan
Provinsi dan/atau Kabupaten/ Kota lain.
4. Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber
ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya.
5. Perumusan kebijakan pencegahan pengusahaan dan pengurasan
sumberdaya alam pada wilayahnya.
6. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala Provinsi maupun Kabupaten/ Kota.
Bab I I | 13
Permasalahan kebencanaan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara sejak
awal telah diindikasikan sebagai faktor pembatas di dalam pengembangan
wilayah dan rencana alokasi pemanfaatan lahan, serta pembatasan
penggunaan lahan saat ini. Demikian sehingga kawasan-kawasan yang
mempunyai daya dukung rendah ini perlu dipetakan secara baik untuk dapat
dihindari penggunaan dan eksploitasi sumberdaya alamnya, agar tidak
memacu terjadinya bencana yang disebabkan oleh gejala alam maupun aktivitas
manusia didalamnya.
Berdasarkan Pengkajian bahaya yang dilakukan di Kabupaten Halmahera
Utara berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan referensi pedoman lainnya dari
kementerian/lembaga terkait di tingkat nasional. Berdasarkan pedoman
tersebut, pengkajian bahaya seluruh potensi bencana di Kabupaten Halmahera
Utara menghasilkan peta bahaya dan luasan bahaya terpapar. Hasil kajian
bahaya untuk tiap bencana yang berpotensi di Kabupaten Halmahera Utara
dapat dilihat pada tabel berikut.
Bab I I | 14
Gambar 2. 5 Peta Risiko Bencana Banjir
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab I I | 15
Gambar 2. 6 Peta Risiko Bencana Gempa Bumi
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab I I | 16
Gambar 2. 7 Peta Risiko Bencana Gunung Api
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab I I | 17
Gambar 2. 8 Peta Risiko Bencana Tsunami
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
Bab I I | 18
H. Penggunaan Lahan Eksisting
Bab I I | 19
Tabel 2. 6 Sebaran Luasan Tutupan Lahan di Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara.
Bab II-20
Bab I I | 20
2.2 Sarana Dan Prasarana
2.2.1 Air Limbah
Kondisi eksisting penanganan air limbah di Kabupaten Halmahera utara
adalah sebagai berikut:
1. Air limbah dari dapur, kamar mandi dan cuci (grey water) dibuang ke
saluran drainase terdekat atau parit, ke sungai atau ke laut, ke
pekarangan rumah dengan tanpa sumur resapan dan ada juga dibuang ke
sumur resapan
2. Air limbah dari WC/ kloset dibuang ke tangki septik dengan konstruksi
sebagian ada yang sudah kedap air, dan sebagian besar konstruksi tidak
standard (tidak kedap air) sehingga air buangan meresap ke dalam tanah
dan berpotensi mencemari air tanah.
3. Sebagian masyarakat juga masih ada yang Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) ke sungai, pekarangan rumah, ke laut atau ke hutan. Hal ini masih
harus dilakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat dalam
mencapai target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses
sanitasi diakhir tahun 2019 sesuai dengan amanat RPJMN 2015 2019,
yang juga mengacu pada SDGs tujuan nomor 6.
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan sistem setempat (on site)
dan terpusat (off site). Pengolahan setempat (onsite) adalah pengolahan air
limbah yang dilakukan ditempat / lokasi bangunan penghasil limbah contoh
septictank individu. Pengolahan ini cocok diterapkan untuk daerah dengan
kepadatan penduduk rendah.
Pengolahan air limbah terpusat adalah suatu sistem pengolahan air
limbah dengan menggunakan jaringan perpipaan sistem gravitasi untuk
menampung dan mengalirkan air limbah ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Pengolahan ini cocok diterapkan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi dengan memperhatikan daya dukung lahan.
Bab I I | 21
Gambar 2. 9 Contoh Skema Pengolahan air limbah sistem setempat (on site).
Gambar 2. 10 Contoh skema pengolahan air limbah secara terpusat (off site)
Bab I I | 22
Gambar 2. 11 Skenario Pengelolaan Air Limbah
2.2.2 Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Halmahera Utara masih
terbatas pada kumpul, angkut dan buang. Belum ada pemilahan mulai dari
sumber sampah, pemilahan sampah di lakukan di TPA.
Bab I I | 23
(dua ) kali sehari. Jenis sampah umumnya merupakan sampah rumah tangga
atau sampah sejenis sampah rumah tangga.
Bab I I | 24
Petugas Drainase : 7 Orang
Bengkel & Operator : 23 Orang
Mandor : 10 Orang
3. TPS 105 unit
4. TPA open dumping 1 unit di Kali Pitu
5. Persentase cakupan layanan persampahan:
Persentase cakupan area pelayanan sebesar 1.33%, dengan jalur
pengangkutan meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tobelo, Tobelo
Utara dan Tobelo Tengah
Persentase jumlah sampah yang tertangani sebesar 41.30%
6. Jumlah timbulan sampah;
Bab I I | 25
Gambar 2. 14 Komposisi Sampah Total dari Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten
Halmahera Utara.
Sumber:Dinas Lingkungan Hidup Kab. Halmahera Utara, 2017
Gambar 2. 15 TPA sistem Open dumping di Kali Pitu dan Sampah plastik dan logam
terpilah
TPA Kali Pitu rencanya akan di tutup digantikan dengan TPA di Desa
Gosoma, yang sedang dibangun, sistem pengolahan dengan controlled landfill,
Bab I I | 26
dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air limbah Leachate. Dilokasi TPA juga
sudah dibangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Gambar 2. 16 TPA Sistem Controlled Landfill di Desa Gosoma, IPAL Leachate dari TPA
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2012 – 2032
2.2.3 Drainase
Drainase perkotaan adalah drainase mikro yang meliputi saluran primer,
sekunder dan tersier. Pembangunan dan pemeliharaan drainase mikro ini
dimaksudkan untuk mengurangi titik genangan pada kawasan perumahan dan
permukiman ketika terjadi hujan. Berdasarkan Master Plan drainase khusus
untuk daerah perkotaan, kebutuhan saluran drainase adalah 124,83 km.
Sampai tahun 2016, telah dibangun sepanjang 25,60 km atau sebesar 20,51
% dari total kebutuhan, sehingga saluran drainase yang masih perlu dibangun
adalah 99,25 km.
Bab I I | 27
kegiatan operasi dan pemeliharaan di samping rendahnya keterlibatan petani
dan stakehoders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Selain itu kondisi
debit sungai yang airnya digunakan untuk kebutuhan irigasi fluktuatif antara
musim hujan dan musim kemarau. Daerah irigasi di Kabupaten Halmahera
Utara dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini:
Tabel 2. 8 Daerah Irigasi Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2017
Bab I I | 28
c. PDAM Unit IKK Kao, melayani 5 (lima) desa di Kecamatan Kao, yaitu Desa
Kao, Desa Daru, Desa Kuntum Mekar, Desa Tabanoma, Desa Bori.
d. PDAM Unit IKK Tobelo Selatan, melayani 1 (satu) desa di Kecamatan Tobelo
Selatan, yaitu Desa Kupa-Kupa.NO.
Data sumber air, kapasitas sumber dan kapasitas produksi air minum
Kabupaten Halmahera Utara Tahun2018, dibagi dalam 3 (tiga) klaster sebagai
berikut:
Tabel 2. 9 Pusat Pelayanan Operasi PDAM Menurut Jenis Sumber Air, Kapasitas
Sumber Air, Kapasitas Produksi dan Kapasitas Idle Di Kabupaten
Halmahera Utara.
KAPASITAS
KAPASITAS KAPASITAS
NO. PUSAT OPERASI PDAM JENIS SUMBER AIR SUMBER AIR
PRODUKSI L/D IDLE L/D
L/D
I PDAM TOBELO (PDAM INDUK)
a. pusat operasi I PDAM Tobelo
- sumur 1 Sumur dangkal 25 22 11
- sumur 2 Sumur dangkal 3 2.5 0.5
- sumur 3 Sumur dalam 30 25 17.5
pusat operas II PDAM Tobelo
- sumur 1 Sumur dalam 50 40 38.5
- sumur 2 Sumur dalam 50 40 41
- sumur 3 Sumur dalam 50 40 47
- sumur 4 Sumur dalam 40 40 37
- sumur 5 Sumur dalam 40 40 35
- sumur 6 Sumur dalam 100 80 88.5
- sumur 7 Sumur dalam 100 80 90.5
- sumur 8 Sumur dalam 100 80 88.5
- sumur 9 Sumur dalam 100 80 90.5
b. Danau Paca Tobelo Selatan IPA 500 50 420
c. Pusat operasi III PDAM Kali pitu Sumur dalam 6 5 4
d. Pusat operasi IV PDAM Sadada Sumur dalam 15 10 12
e. Unit pelayanan PO Desa Ruko Sumur dalam 6.5 5 3
f. Unit pelayanan Desa Togoliua Permukaan 35 25 32.9
JUMLAH 1250.5 664.5 1057.4
II PDAM UNIT IKK Kao
a. pusat operasi IKK
- sumur 1 Sumur dalam 18 15 3
- sumur 2 Sumur dalam 15 10 5
b. unit pelayanan Desa Daru
- sumur 1 Sumur dalam
- sumur 2 Sumur dalam 6 5 1
c. unit pelayanan PO Desa Bori Sumur dalam 5 3.5 1.5
d. unit pelayanan PO Kuntum Mekar Sumur dalam 6 4.5 1.5
e. unit pelayanan PO Tabanoma Sumur dalam 4.5 3.5 1
Bab I I | 29
KAPASITAS
KAPASITAS KAPASITAS
NO. PUSAT OPERASI PDAM JENIS SUMBER AIR SUMBER AIR
PRODUKSI L/D IDLE L/D
L/D
f. unit pelayanan PO Malifut IPA 100 20 90
g. unit pelayanan PO Pidiwang Sumur dalam 30 25 20
JUMLAH 184.5 86.5 123
III PDAM UNIT IKK GALELA
a. Sungai IRA Galela IPA 100 20 90
b. Sungai Fram Tujuh Galela Air baku 100 20 90
c. Pusat operasi Pune
- Sumur 1 Sumur dalam 20 15 13.5
d. unit pelayanan PO Igobula Sumur dalam 5 4 2
e. unit pelayanan PO Dokulamo Sumur dalam 5 4 2
f. unit pelayanan PO Soakonora Sumur dangkal 7.5 5 4.2
JUMLAH 237.5 68 201.7
Sumber: PDAM Halmahera Utara Tahun 2018
2.2.6 Kesehatan
1). Jumlah Sarana Kesehatan
Pada Tahun 2017 jumlah Rumah Sakit Umum di Kabupaten Halmahera
Utara sebanyak 3 (tiga) rumah sakit umum. Jumlah puskesmas yang
merupakan UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara sebanyak 19
Puskesmas, yang dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: Puskesmas
Perawatan sebanyak 8 puskesmas dan Puskesmas non Perawatan sebanyak
11 puskesmas dan belum ada puskesmas yang terakreditasi sampai Tahun
2016. Selain itu terdapat 45 pustu yang tersebar di wilayah Kabupaten
Halmahera Utara dan 44 Poskesdes. Rasio puskesmas terhadap penduduk
adalah 1 : 10352, artinya setiap puskesmas melayani 10.000 - 11.000
penduduk.
Bab I I | 30
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan antara lain diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan merupakan suatu investasi
jangka panjang dalam kaitannya untuk mendukung kualitas sumber daya
manusia dan pembangunan ekonomi yang kompetitif, serta peningkatan
kesejahteraan sosial yang pada akhirnya merupakan salah satu upaya dalam
rangka penanggulangan kemiskinan.
Tabel 2. 10 Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Tahun 2017.
Bab I I | 31
3). Kinerja Pelayanan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan antara lain diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan merupakan suatu investasi
jangka panjang dalam kaitannya untuk mendukung kualitas sumber daya
manusia dan pembangunan ekonomi yang kompetitif, serta peningkatan
kesejahteraan sosial yang pada akhirnya merupakan salah satu upaya dalam
rangka penanggulangan kemiskinan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai Kabupaten
Halmahera Utara dapat dilihat dari capaian indikator kinerja bidang kesehatan
tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 sebagaimana tabel 2.15, berikut:
Bab I I | 32
ditahun 2014. Pada tahun 2017 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
di Kabupaten Halmahera Utara sudah kembali naik mencapai 95 %.
Perkembangan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di Kabupaten Halmahera Utara berada
pada posisi fluktuatif. Jika pada tahun 2013 cakupan pelayanan mencapai 77,82
%, pada tahun 2014 – 2017 mengalami penurunan menjadi 65%.
Perkembangan cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization
(UCI) di Kabupaten Halmahera Utara selama periode 2013 - 2016 telah
mencapai 81,8 %. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
adalah desa/kelurahan dimana > 80 % dari jumlah bayi yang ada di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu
satu tahun.
Kinerja cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan di Kabupaten
Halmahera Utara sudah mencapai tingkat yang optimal, dimana dari periode
2013 hingga 2017 telah mencapai 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa kasus
balita gizi buruk sudah tertangani seluruhnya.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBCBTA di Kabupaten
Halmahera Utara belum optimal dilakukan karena cakupan penemuan selama
periode 2013 - 2016 cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC baru mencapai 80 %.
Kinerja cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
selama 4 tahun terakhir (2013 - 2016) baru mencapai 53,37 %. Ini
mengindikasikan bahwa jumlah masyarakat miskin yang dijamin dalam jaminan
pelayanan kesehatan berjumlah 87.194 jiwa dan yang telah mengakses
pelayanan kesehatan di tahun 2015 hanya sebanyak 31.880 orang atau 36,56
%.
Perkembangan cakupan kunjungan bayi selama lima tahun kenaikan
setiap tahunnya. Cakupan kunjungan bayi di tahun 2013 telah mencapai 79 %,
dan mengalami kenaikan secara terus menerus sampai dengan tahun 2017
mencapai 99 %. Untuk cakupan puskesmas di Kabupaten Halmahera Utara
selama periode 2013 - 2017 sudah di atas 100 %. Ini berarti bahwa jumlah
puskesmas di suatu kecamatan ada yang lebih dari 1 puskesmas.
Bab I I | 33
Terkait capaian indikator SPM di urusan kesehatan, diketahui bahwa
tahun 2013 sudah banyak yang tercapai, bahkan melebihi dari target yang telah
ditentukan. Hanya terdapat beberapa indikator kinerja saja yang capaiannya
masih di bawah target. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di
Kabupaten Halmahera Utara sudah cukup baik. Dari total 24 indikator SPM
Bidang Kesehatan, sebanyak 21 indikator (87,5 %) sudah tercapai (bahkan
beberapa indikator melebihi target) dan hanya sebanyak 3 indikator (12,5 %)
saja yang belum mencapai target. Indikator SPM yang belum tercapai di
antaranya cakupan pelayanan anak balita dan cakupan peserta KB aktif.
Bab I I | 34
Kondisi Sdm Tahun
No Jenis Ketenagaan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Spesialis Radiologi 0 0 0 1 0 0
Spesialis Patologi Klinik 0 0 0 0 0 1
Jumlah 0 0 1 1 1 2
Tenaga Spesialis Lainnya
Spesialis Mata 1 1 1 1 1 1
Spesialis THT 0 0 0 1 0 0
Spesialis Saraf 0 0 0 0 0 0
Spesialis Gigi dan Mulut 0 0 1 0 0 0
Spesialis Kulit dan Kelamin 0 0 0 1 1 0
Jumlah 1 1 2 3 2 1
2 TENAGA KEPERAWATAN
Perawat 108 120 141 169 169 169
Bidan 36 35 46 52 54 54
Perawat Gigi 3 3 2 2 1 1
Jumlah 147 158 189 223 224 224
3 TENAGA KEFARMASIAN
Apoteker 4 5 3 5 5 5
Asisten Apoteker 1 1 0 0 1 1
S1 Farmasi 5 4 3 3 5 5
Jumlah 10 10 6 8 11 11
4 TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT
Administrator Kesehatan 0 0 0 0 0 1
Entomolog Kesehatan 0 0 0 0 0 0
Epidemiolog 0 0 0 0 0 0
Penyuluh Kesehatan 0 0 0 0 0 0
Kesehatan lain 0 0 0 1 4 4
Sanitarian 3 3 4 4 5 5
Jumlah 3 3 4 5 9 10
5 TENAGA GIZI
Dietisen 0 0 0 0 0 0
Nutrisionis 8 8 9 9 9 9
Jumlah 8 8 9 9 9 9
6 TENAGA KETEKNISAN MEDIS
Radiografer 1 1 1 1 3 3
Teknisi Elektromedis 0 0 0 0 2 3
Analis Kesehatan 2 3 2 2 8 8
Teknisi Transfusi Darah 0 0 0 0 0 0
Perekam Medik 1 1 1 1 1 1
Jumlah 4 5 4 4 14 15
7 TENAGA KETERAPIAN MEDIS
Fisioterapis 3 3 3 4 4 4
Okupasi Terapis 0 0 0 0 0 0
Therapi Wicara 0 0 0 0 0 0
Jumlah 3 3 3 4 4 4
8 TENAGA KESEHATAN LAINNYA
Magister Manajemen Kesehatan 1 2 1 0 0 0
Magister Administrasi Rumah Sakit 0 0 1 1 1 1
Jumlah 1 2 2 1 1 1
Magister Manajemen Kesehatan 1 2 1 0 0 0
9 TENAGA NON KESEHATAN 60 61 68 73 69 69
Jumlah 60 61 68 73 69 69
Jumlah Total 253 267 306 350 365 370
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Utara,Tahun 2017
Bab I I | 35
perawat, perawat gigi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, dan
tenaga keterapian medis.
1. Sarana Peribadatan
Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Halmahera Utara untuk mesjid
dan gereja dari sisi jumlahnya terlihat sudah mencukupi hingga 20 tahun
kedepan sesuai dengan jumlah penduduk. Jumlah mesjid sebanyak 122
mesjid sedangkan gereja sebanyak 326 gereja.
Bab I I | 36
Di kabupaten Halmahera Utara terdapat rencana pengembangan untuk
jembatan sejumlah 99 unit, dimana saat ini sudah 79 unit jembatan yang telah
terbangun dengan panjang total jembatan sebesar 1.265,41 meter, dan masih
ada 20 unit jembatan yang belum dibangun. Adapun untuk sebaran nama
jembatan, ruas, dimensi dan tipe jembatan dapat dilihat pada tabel 2.15.
Bab I I | 37
Tabel 2. 15 Kondisi Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Halmahera Utara
Panjang Tiap Jenis Permukaan ( % )
Panjang
Lebar Aspal/ Tanah/
No. No. Ruas Nama Ruas Jalan Kecamatan Yang Dilalui Ruas Perkerasan Telford/
Penetrasi Belum
Beton Kerikil
Macadam Tembus
( Km ) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 601 - 00 Malifut - Sp. Ngoali Malifut - Kao Barat 15.400 4.50 7.267 4.418 3.715
2 602 - 00 SPBU Malifut - Gayok Malifut 1.798 4.00 1.798
3 603 - 00 Dimdim - Sasur Kao 3.463 5.00 3.463
4 604 - 00 Kao - Dimdim Kao 5.070 4.50 4.615 0.455
5 605 - 00 Sp. Biang - Popon Kao 10.855 4.50 10.855
6 606 - 00 Pediwang - Tonuo Kao Utara 2.948 4.00 2.948
7 607 - 00 Wateto - Warudu - Dowongimaiti Kao Utara 11.700 4.50 11.700
8 608 - 00 Pitago - Takimo Kao Barat 7.633 5.00 7.633
9 609 - 00 Sohukum - Soasangaji Jaya Kao Barat 4.788 4.50 4.788
10 610 - 00 Somaetek - Tuguis Kao Barat 1.500 4.50 1.500
11 611 - 00 Kusuri - Tolabit Tobelo Barat - Kao Barat 22.895 5.00 22.895
12 612 - 00 Kusuri - Wangongira Tobelo Barat 13.813 5.00 13.813
13 613 - 00 Kusuri - Trans Suka Maju Tobelo Barat 6.251 4.50 1.776 4.475
14 614 - 00 Birinoa - Birinoa Dalam Tobelo Barat 1.295 4.50 1.295
15 615 - 00 Togoliua - Gamsungi II Tobelo Barat 6.203 4.00 5.933 0.270
16 616 - 00 Gamsungi II - Gonga Tobelo Barat - Tobelo Timur 8.555 4.50 3.638 4.917
17 617 - 00 Gamsungi II - Warudu Tobelo Barat - Kao Utara 2.300 5.00 2.300
18 618 - 00 Sp. Tobe - Katana Tobelo Timur 12.570 5.00 12.570
19 619 - 00 Lina Ino - Kali Pitu Tobelo Tengah 2.693 4.50 2.522 0.171
20 620 - 00 Jl. Jiko Leleani Tobelo Tengah - Tobelo - Tobelo Utara 11.900 20.50 1.938 5.410 4.552
21 621 - 00 Jl. Kawasan Pemerintahan Tobelo 6.074 12.00 5.309 0.131 0.634
22 622 - 00 Seki - Gotalamo Galela Selatan - Galela Barat 3.830 4.50 3.830
23 623 - 00 Simau - Ngidiho Galela - Galela Barat 6.876 4.50 6.876
24 624 - 00 Ngajam - Apulea Loloda Utara 19.500 6.00 19.500
25 625 - 00 Dama - Salube - Cera Loloda Utara 8.777 5.00 8.777
26 626 - 00 Sp. Dama - Dowonggila Loloda Utara 1.600 5.00 1.600
27 401 - 01 Taolas - Baromadehe Kao Teluk 1.443 4.50 1.443
28 401 - 02 Dumdum - Dumdum Pantai Kao Teluk 1.634 4.50 1.515 0.119
29 402 - 01 Wangeotak - Tahane Malifut 2.751 4.50 2.751
30 402 - 02 Bobawa - Ngofakiaha Malifut 2.722 4.50 1.200 1.122 0.400
31 402 - 03 Tagono - Talapao Malifut 0.515 4.50 0.515
32 402 - 04 Jl. Samsuma Malifut 0.800 4.50 0.800
33 402 - 05 Jl. Terpadu Malifut 0.900 5.00 0.900
34 403 - 01 Sp. Goruang - Pasar Kao Kao 1.292 4.00 1.292
35 403 - 02 Jati - Kao Kao 1.526 4.50 1.526
Bab I I | 38
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
36 403 - 03 Waringin Lamo - Sumber Agung Kao 1.349 4.00 1.349
37 403 - 04 Gamlaha - Sumber Agung Kao Utara - Kao 8.950 4.50 8.950
38 403 - 05 Lofra - Goruang Kao 1.223 4.00 1.223
39 404 - 01 Sp. Puskesmas Daru - Pasar Daru Kao Utara 1.780 4.50 0.527 1.253
40 404 - 02 Sp. Doro - Boulamo Kao Utara 2.642 4.50 2.642
41 404 - 03 Sp. Warudu - Gulo Kao Utara 5.830 4.50 4.900 0.930
42 405 - 01 Sp. Kupa-Kupa - Depot Pertamina Tobelo Selatan 1.917 5.00 1.600 0.317
43 405 - 02 Tomahalu - Efi-Efi Tobelo Selatan 1.140 4.00 0.098 1.042
44 405 - 03 Sp. Talaga Paca - Talaga Paca Tobelo Selatan 1.966 4.50 1.966
45 406 - 01 Wosia - Lina Ino Tobelo Tengah 2.285 4.50 2.285
46 406 - 02 Kusu-Kusu - Sadada Tobelo Tengah 0.985 4.50 0.985
47 406 - 03 Lina Ino - Sabutil Tobelo Tengah 1.714 4.50 1.195 0.519
48 406 - 04 SMP Wosia - Tanjung Niara Tobelo Tengah 1.062 4.50 1.062
49 406 - 05 SPBU Wosia - SMP Wosia Tobelo Tengah 1.101 4.00 1.101
50 406 - 06 Sp. Pitu - Pantai Carlen Tobelo Tengah 0.592 4.00 0.592
51 406 - 07 Sp. Payahe - Pasar Wosia Tobelo Tengah 1.173 4.50 1.173
52 406 - 08 Upa - Kali Upa Tobelo Tengah 0.510 4.00 0.510
53 406 - 09 Jl. F. Lemonsui Tobelo Tengah 0.641 4.50 0.641
54 407 - 01 Jl. O. Sasingan Tobelo 0.564 5.00 0.564
55 407 - 02 Jl. Korneles Moot Tobelo 0.559 4.50 0.559
56 407 - 03 Jl. WKO Tobelo 0.566 5.50 0.566
57 407 - 04 Jl. Tugu Nusantara Tobelo 2.642 4.50 2.642
58 407 - 05 Jl. TPI Tobelo 0.600 5.00 0.600
59 407 - 06 Jl. R. Tuhehai Tobelo 1.576 5.00 1.576
60 407 - 07 Jl. PLTD Tobelo 0.483 4.50 0.483
61 407 - 08 Jl. SMK Nusantara Tobelo 0.656 4.00 0.445 0.211
62 407 - 09 Jl. Garuda Tobelo 0.797 6.00 0.797
63 407 - 10 Kampung Igo - Kubur Cina Tobelo 1.228 4.50 1.228
64 407 - 11 Jl. Sengkanaung Tobelo 0.477 4.50 0.477
65 407 - 12 Jl. PDAM Tobelo 1.164 5.00 1.164
66 407 - 13 Jl. Puskesmas Tobelo 0.486 4.50 0.486
67 407 - 14 Jl. Front Camp Tobelo 0.362 5.00 0.362
68 407 - 15 Jl. KH. Ahmad Dahlan Tobelo 0.572 4.00 0.572
69 407 - 16 Jl. Kuburan Cina Tobelo 1.800 5.00 1.800
70 407 - 17 Jl. Pangety Tobelo 0.918 4.50 0.918
71 407 - 18 Jl. Kejaksaan Tobelo 0.345 4.00 0.345
72 407 - 19 Jl. Djumati Lamali Tobelo 1.206 4.00 1.206
73 407 - 20 Jl. Sultan Hasannudin Tobelo 0.544 4.00 0.544
74 407 - 21 Jl. Huboto Tobelo 0.379 4.00 0.379
75 407 - 22 Jl. Lobiua Tobelo 0.448 5.00 0.448
76 407 - 23 Jl. Karianga Tobelo 0.489 6.00 0.489
77 407 - 24 Jl. AR Nada Tobelo 0.439 4.00 0.439
78 407 - 25 Jl. Halu Tobelo 0.447 6.00 0.447
79 407 - 26 Jl. Dukono Tobelo 2.452 4.00 2.452
Bab I I | 39
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
80 407 - 27 Jl. TT. Marhaban Tobelo 0.390 6.50 0.390
81 407 - 28 Jl. Bhayangkara Tobelo 1.906 7.50 1.906
82 407 - 29 Jl. Prajurit Tobelo 0.369 4.50 0.369
83 407 - 30 Jl. Lina Tobelo 0.928 5.00 0.928
84 407 - 31 Jl. Bethesda Tobelo 0.295 4.00 0.295
85 407 - 32 Jl. Z. Duan Tobelo 0.391 6.00 0.391
86 407 - 33 Jl. Gonzalo Velozo Tobelo 0.396 4.00 0.396
87 407 - 34 Kamp. Baru - Gura Tobelo 1.010 4.00 1.010
88 407 - 35 Kamp. Baru - RSUD Tobelo 1.359 4.50 1.359
89 407 - 36 Jl. Tanjung Pilawang Tobelo 0.524 4.00 0.524
90 407 - 37 Jl. MKCM Tobelo 1.610 4.50 1.610
91 407 - 38 Jl. AMD Tobelo 0.540 4.50 0.540
92 407 - 39 Jl. Pertanian Tobelo 0.363 4.50 0.363
93 407 - 40 Jl. Bunga Jago Tobelo 1.245 5.00 1.245
94 407 - 41 Jl. Pasar Buaele Tobelo 0.202 4.50 0.202
95 407 - 42 Wari - Wari Ino Tobelo 1.020 3.50 1.020
96 408 - 00 Gorua Selatan - Popilo Tobelo Utara 1.691 4.00 1.691
97 409 - 01 Jl. Ake Sahu Galela 0.480 4.00 0.480
98 409 - 02 Jl. Pelabuhan Soasio Galela 0.357 4.00 0.357
99 409 - 03 Pune - Towara Galela 0.922 4.50 0.922
100 409 - 04 Jl. Mangga Dua Galela 0.262 5.00 0.262
101 409 - 05 Jl. Yasin Gamsungi Galela 0.229 5.00 0.229
102 409 - 06 Jl. Lahamajojo Galela 0.346 4.00 0.346
103 409 - 07 Jl. Siswa Galela 0.322 4.00 0.322
104 409 - 08 Jl. Barataku Galela 0.758 4.00 0.758
105 410 - 01 Jl. Soadamai Galela Selatan 2.115 4.00 2.115
106 410 - 02 Jl. Pemerintahan Galela Selatan 0.272 4.00 0.272
107 410 - 03 Ori - Bale Galela Selatan 1.240 4.00 1.240
108 410 - 04 Jl. Pemerintahan II Galela Selatan 0.616 4.00 0.616
109 411 - 01 Samuda - Dokulamo Galela Barat 1.348 3.50 1.348
110 411 - 02 Jl. Sapoli Galela Barat 3.350 4.00 3.350
111 411 - 03 Dokulamo - Duma Galela Barat 0.789 4.00 0.789
112 411 - 04 Jl. Van Dijken Galela Barat 0.627 4.00 0.627
Bab I I | 40
Tabel 2. 16 Kondisi Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Halmahera Utara
Panjang Tiap Kondisi
Panjang
Lebar
No. No. Ruas Nama Ruas Jalan Kecamatan Yang Dilalui Ruas Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
( Km ) (m) % Km % Km % Km % Km
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 601 - 00 Malifut - Sp. Ngoali Malifut - Kao Barat 15.400 4.50 14.006 2.157 58.071 8.943 27.922 4.300
2 602 - 00 SPBU Malifut - Gayok Malifut 1.798 4.00 100.000 1.798
3 603 - 00 Dimdim - Sasur Kao 3.463 5.00 22.033 0.763 77.967 2.700
4 604 - 00 Kao - Dimdim Kao 5.070 4.50 90.730 4.600 7.298 0.370 1.972 0.100
5 605 - 00 Sp. Biang - Popon Kao 10.855 4.50 42.296 4.591 53.098 5.764 4.606 0.500
6 606 - 00 Pediwang - Tonuo Kao Utara 2.948 4.00 100.000 2.948
7 607 - 00 Wateto - Warudu - Dowongimaiti Kao Utara 11.700 4.50 91.453 10.700 8.547 1.000
8 608 - 00 Pitago - Takimo Kao Barat 7.633 5.00 46.286 3.533 53.714 4.100
9 609 - 00 Sohukum - Soasangaji Jaya Kao Barat 4.788 4.50 100.000 4.788
10 610 - 00 Somaetek - Tuguis Kao Barat 1.500 4.50 46.667 0.700 53.333 0.800
11 611 - 00 Kusuri - Tolabit Tobelo Barat - Kao Barat 22.895 5.00 100.000 22.895
12 612 - 00 Kusuri - Wangongira Tobelo Barat 13.813 5.00 26.193 3.618 73.807 10.195
13 613 - 00 Kusuri - Trans Suka Maju Tobelo Barat 6.251 4.50 28.412 1.776 66.789 4.175 4.799 0.300
14 614 - 00 Birinoa - Birinoa Dalam Tobelo Barat 1.295 4.50 30.502 0.395 61.776 0.800 7.722 0.100
15 615 - 00 Togoliua - Gamsungi II Tobelo Barat 6.203 4.00 77.882 4.831 22.118 1.372
16 616 - 00 Gamsungi II - Gonga Tobelo Barat - Tobelo Timur 8.555 4.50 42.525 3.638 57.475 4.917
17 617 - 00 Gamsungi II - Warudu Tobelo Barat - Kao Utara 2.300 5.00 100.000 2.300
18 618 - 00 Sp. Tobe - Katana Tobelo Timur 12.570 5.00 80.111 10.070 8.751 1.100 11.138 1.400
19 619 - 00 Lina Ino - Kali Pitu Tobelo Tengah 2.693 4.50 93.650 2.522 6.350 0.171
20 620 - 00 Jl. Jiko Leleani Tobelo Tengah - Tobelo - Tobelo Utara 11.900 20.50 16.286 1.938 36.134 4.300 13.126 1.562 34.454 4.100
21 621 - 00 Jl. Kawasan Pemerintahan Tobelo 6.074 12.00 87.405 5.309 12.595 0.765
22 622 - 00 Seki - Gotalamo Galela Selatan - Galela Barat 3.830 4.50 55.091 2.110 44.909 1.720
23 623 - 00 Simau - Ngidiho Galela - Galela Barat 6.876 4.50 76.774 5.279 23.226 1.597
24 624 - 00 Ngajam - Apulea Loloda Utara 19.500 6.00 100.000 19.500
25 625 - 00 Dama - Salube - Cera Loloda Utara 8.777 5.00 100.000 8.777
26 626 - 00 Sp. Dama - Dowonggila Loloda Utara 1.600 5.00 100.000 1.600
27 401 - 01 Taolas - Baromadehe Kao Teluk 1.443 4.50 100.000 1.443
28 401 - 02 Dumdum - Dumdum Pantai Kao Teluk 1.634 4.50 92.717 1.515 7.283 0.119
29 402 - 01 Wangeotak - Tahane Malifut 2.751 4.50 87.241 2.400 10.905 0.300 1.854 0.051
30 402 - 02 Bobawa - Ngofakiaha Malifut 2.722 4.50 44.085 1.200 33.872 0.922 22.043 0.600
31 402 - 03 Tagono - Talapao Malifut 0.515 4.50 100.000 0.515
32 402 - 04 Jl. Samsuma Malifut 0.800 4.50 25.000 0.200 37.500 0.300 37.500 0.300
33 402 - 05 Jl. Terpadu Malifut 0.900 5.00 100.000 0.900
34 403 - 01 Sp. Goruang - Pasar Kao Kao 1.292 4.00 100.000 1.292
35 403 - 02 Jati - Kao Kao 1.526 4.50 100.000 1.526
Bab I I | 41
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
36 403 - 03 Waringin Lamo - Sumber Agung Kao 1.349 4.00 100.000 1.349
37 403 - 04 Gamlaha - Sumber Agung Kao Utara - Kao 8.950 4.50 91.061 8.150 7.821 0.700 1.117 0.100
38 403 - 05 Lofra - Goruang Kao 1.223 4.00 100.000 1.223
39 404 - 01 Sp. Puskesmas Daru - Pasar Daru Kao Utara 1.780 4.50 26.966 0.480 67.416 1.200 5.618 0.100
40 404 - 02 Sp. Doro - Boulamo Kao Utara 2.642 4.50 100.000 2.642
41 404 - 03 Sp. Warudu - Gulo Kao Utara 5.830 4.50 84.048 4.900 15.952 0.930
42 405 - 01 Sp. Kupa-Kupa - Depot Pertamina Tobelo Selatan 1.917 5.00 83.464 1.600 16.536 0.317
43 405 - 02 Tomahalu - Efi-Efi Tobelo Selatan 1.140 4.00 8.596 0.098 91.404 1.042
44 405 - 03 Sp. Talaga Paca - Talaga Paca Tobelo Selatan 1.966 4.50 100.000 1.966
45 406 - 01 Wosia - Lina Ino Tobelo Tengah 2.285 4.50 100.000 2.285
46 406 - 02 Kusu-Kusu - Sadada Tobelo Tengah 0.985 4.50 100.000 0.985
47 406 - 03 Lina Ino - Sabutil Tobelo Tengah 1.714 4.50 69.720 1.195 30.280 0.519
48 406 - 04 SMP Wosia - Tanjung Niara Tobelo Tengah 1.062 4.50 100.000 1.062
49 406 - 05 SPBU Wosia - SMP Wosia Tobelo Tengah 1.101 4.00 100.000 1.101
50 406 - 06 Sp. Pitu - Pantai Carlen Tobelo Tengah 0.592 4.00 100.000 0.592
51 406 - 07 Sp. Payahe - Pasar Wosia Tobelo Tengah 1.173 4.50 100.000 1.173
52 406 - 08 Upa - Kali Upa Tobelo Tengah 0.510 4.00 100.000 0.510
53 406 - 09 Jl. F. Lemonsui Tobelo Tengah 0.641 4.50 100.000 0.641
54 407 - 01 Jl. O. Sasingan Tobelo 0.564 5.00 100.000 0.564
55 407 - 02 Jl. Korneles Moot Tobelo 0.559 4.50 100.000 0.559
56 407 - 03 Jl. WKO Tobelo 0.566 5.50 100.000 0.566
57 407 - 04 Jl. Tugu Nusantara Tobelo 2.642 4.50 100.000 2.642
58 407 - 05 Jl. TPI Tobelo 0.600 5.00 100.000 0.600
59 407 - 06 Jl. R. Tuhehai Tobelo 1.576 5.00 100.000 1.576
60 407 - 07 Jl. PLTD Tobelo 0.483 4.50 79.296 0.383 20.704 0.100
61 407 - 08 Jl. SMK Nusantara Tobelo 0.656 4.00 67.835 0.445 32.165 0.211
62 407 - 09 Jl. Garuda Tobelo 0.797 6.00 75.282 0.600 24.718 0.197
63 407 - 10 Kampung Igo - Kubur Cina Tobelo 1.228 4.50 100.000 1.228
64 407 - 11 Jl. Sengkanaung Tobelo 0.477 4.50 100.000 0.477
65 407 - 12 Jl. PDAM Tobelo 1.164 5.00 100.000 1.164
66 407 - 13 Jl. Puskesmas Tobelo 0.486 4.50 100.000 0.486
67 407 - 14 Jl. Front Camp Tobelo 0.362 5.00 100.000 0.362
68 407 - 15 Jl. KH. Ahmad Dahlan Tobelo 0.572 4.00 100.000 0.572
69 407 - 16 Jl. Kuburan Cina Tobelo 1.800 5.00 100.000 1.800
70 407 - 17 Jl. Pangety Tobelo 0.918 4.50 100.000 0.918
71 407 - 18 Jl. Kejaksaan Tobelo 0.345 4.00 100.000 0.345
72 407 - 19 Jl. Djumati Lamali Tobelo 1.206 4.00 91.708 1.106 8.292 0.100
73 407 - 20 Jl. Sultan Hasannudin Tobelo 0.544 4.00 100.000 0.544
74 407 - 21 Jl. Huboto Tobelo 0.379 4.00 100.000 0.379
75 407 - 22 Jl. Lobiua Tobelo 0.448 5.00 100.000 0.448
76 407 - 23 Jl. Karianga Tobelo 0.489 6.00 38.650 0.189 61.350 0.300
77 407 - 24 Jl. AR Nada Tobelo 0.439 4.00 100.000 0.439
78 407 - 25 Jl. Halu Tobelo 0.447 6.00 100.000 0.447
79 407 - 26 Jl. Dukono Tobelo 2.452 4.00 100.000 2.452
Bab I I | 42
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
80 407 - 27 Jl. TT. Marhaban Tobelo 0.390 6.50 100.000 0.390
81 407 - 28 Jl. Bhayangkara Tobelo 1.906 7.50 100.000 1.906
82 407 - 29 Jl. Prajurit Tobelo 0.369 4.50 100.000 0.369
83 407 - 30 Jl. Lina Tobelo 0.928 5.00 24.569 0.228 75.431 0.700
84 407 - 31 Jl. Bethesda Tobelo 0.295 4.00 100.000 0.295
85 407 - 32 Jl. Z. Duan Tobelo 0.391 6.00 100.000 0.391
86 407 - 33 Jl. Gonzalo Velozo Tobelo 0.396 4.00 100.000 0.396
87 407 - 34 Kamp. Baru - Gura Tobelo 1.010 4.00 70.297 0.710 29.703 0.300
88 407 - 35 Kamp. Baru - RSUD Tobelo 1.359 4.50 100.000 1.359
89 407 - 36 Jl. Tanjung Pilawang Tobelo 0.524 4.00 100.000 0.524
90 407 - 37 Jl. MKCM Tobelo 1.610 4.50 100.000 1.610
91 407 - 38 Jl. AMD Tobelo 0.540 4.50 100.000 0.540
92 407 - 39 Jl. Pertanian Tobelo 0.363 4.50 100.000 0.363
93 407 - 40 Jl. Bunga Jago Tobelo 1.245 5.00 100.000 1.245
94 407 - 41 Jl. Pasar Buaele Tobelo 0.202 4.50 100.000 0.202
95 407 - 42 Wari - Wari Ino Tobelo 1.020 3.50 9.314 0.095 90.686 0.925
96 408 - 00 Gorua Selatan - Popilo Tobelo Utara 1.691 4.00 100.000 1.691
97 409 - 01 Jl. Ake Sahu Galela 0.480 4.00 33.125 0.159 66.875 0.321
98 409 - 02 Jl. Pelabuhan Soasio Galela 0.357 4.00 100.000 0.357
99 409 - 03 Pune - Towara Galela 0.922 4.50 100.000 0.922
100 409 - 04 Jl. Mangga Dua Galela 0.262 5.00 100.000 0.262
101 409 - 05 Jl. Yasin Gamsungi Galela 0.229 5.00 100.000 0.229
102 409 - 06 Jl. Lahamajojo Galela 0.346 4.00 100.000 0.346
103 409 - 07 Jl. Siswa Galela 0.322 4.00 100.000 0.322
104 409 - 08 Jl. Barataku Galela 0.758 4.00 100.000 0.758
105 410 - 01 Jl. Soadamai Galela Selatan 2.115 4.00 100.000 2.115
106 410 - 02 Jl. Pemerintahan Galela Selatan 0.272 4.00 100.000 0.272
107 410 - 03 Ori - Bale Galela Selatan 1.240 4.00 24.194 0.300 75.806 0.940
108 410 - 04 Jl. Pemerintahan II Galela Selatan 0.616 4.00 100.000 0.616
109 411 - 01 Samuda - Dokulamo Galela Barat 1.348 3.50 81.602 1.100 18.398 0.248
110 411 - 02 Jl. Sapoli Galela Barat 3.350 4.00 94.030 3.150 5.970 0.200
111 411 - 03 Dokulamo - Duma Galela Barat 0.789 4.00 100.000 0.789
112 411 - 04 Jl. Van Dijken Galela Barat 0.627 4.00 100.000 0.627
A. Total Panjang Jalan (Km) 301.20 146.710 92.174 38.617 23.700
B. Presentase Jalan (%) 100.00 48.71 30.60 12.82 7.87
Sumber: Dinas PUPR Bidang Bina Marga Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2021
Bab I I | 43
Tabel 2. 17 Sebaran Nama Jembatan, Ruas, Dimensi dan Tipe Jembatan di Kabupaten Halmahera Utara.
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO.
NO NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJANG LEBAR JUMLAH BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI KET
JEMBATAN
(M) (M) BENTANG TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 001 Ake Km. 8 Malifut - Sp. Ngoali 15.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
2 002 Ake Km.15 Malifut - Sp. Ngoali 20.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
3 003 Ake Malifut I Malifut - Sp. Ngoali 12.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
4 004 Ake Malifut II Malifut - Sp. Ngoali 9.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
5 005 Ake Malifut III Malifut - Sp. Ngoali 19.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
6 006 Ake Malifut IV Malifut - Sp. Ngoali 13.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
7 007 Ake Malifut V Malifut - Sp. Ngoali 20.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
8 008 Ake Dim-Dim 1 Dimdim - Sasur 10.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
9 009 Ake Dim-Dim 2 Dimdim - Sasur 8.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
10 010 Ake Biang Sp. Biang - Popon 15.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
11 011 Ake Biang I Sp. Biang - Popon 6.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
12 012 Ake Biang II Sp. Biang - Popon 4.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
13 013 Ake Biang III Sp. Biang - Popon 4.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
14 014 Ake Todihingi Sp. Biang - Popon 20.00 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
15 015 Ake Todihingi I Sp. Biang - Popon 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
16 016 Ake Todihingi II Sp. Biang - Popon 5.00 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
17 017 Ake Tunuo Pediwang - Tonuo 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
18 018 Ake Wateto Wateto - Warudu - Dowongimaiti 8.00 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
19 019 Ake Wokuti Wateto - Warudu - Dowongimaiti 7.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
20 020 Ake Tunuo Wateto - Warudu - Dowongimaiti 20.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
21 021 Ake Tomi II Pitago - Takimo 13.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
22 022 Ake Toboulamo I Pitago - Takimo 18.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
23 023 Ake Toboulamo II Pitago - Takimo 15.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
24 024 Ake Toboulamo III Pitago - Takimo 3.00 6.0 1.0 Beton B Box Culvert B - - Beton B
25 025 Ake Toboulamo IV Pitago - Takimo 6.00 6.0 1.0 Beton B Box Culvert B - - Beton B
26 026 Ake Toboulamo V Pitago - Takimo 8.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
27 027 Ake Toboulamo VI Pitago - Takimo 8.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
28 028 Ake Mekarsari I Pitago - Takimo 8.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
29 029 Ake Mekarsari II Pitago - Takimo 25.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
30 030 Ake Takimo Pitago - Takimo 8.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
31 031 Ake Leleseng II Soahukum - Sangaji Jaya 6.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
32 032 Ake Kusuri II Kusuri - Tolabit 12.00 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
33 033 Ake Dudumu I Kusuri - Tolabit 12.80 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
34 034 Ake Page Kusuri - Tolabit 7.90 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
35 035 Ake Bao Kusuri - Tolabit 22.80 6.0 1.0 Beton RR Pilar Beton RR S RR Beton RR
36 036 Ake Keke Kusuri - Tolabit 12.80 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B TP B Beton B
37 037 Ake Humuliti Kusuri - Tolabit 10.60 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
Bab I I | 44
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO.
NO NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJANG LEBAR JUMLAH BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI KET
JEMBATAN
(M) (M) BENTANG TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
38 038 Ake Politunga Kusuri - Tolabit 15.60 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
39 039 Ake Ngokutu Kusuri - Tolabit 8.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
40 040 Ake Jela-Jela Kusuri - Tolabit 35.60 4.0 1.0 RBA RR Pilar Beton RR TP RR Kayu RB
41 041 Ake Ari Guhu Kusuri - Tolabit 10.10 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
42 042 Ake Togosi Kusuri - Tolabit 21.90 6.0 1.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
43 043 Ake Nina Tero Kusuri - Tolabit 10.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
44 044 Ake Tomi Kusuri - Tolabit 10.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
45 045 Ake Dahailio Kusuri - Tolabit 11.10 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
46 046 Ake Dagahuli Kusuri - Tolabit 12.27 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
47 047 Ake Dowowor Kusuri - Tolabit 10.40 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
48 048 Ake Lepa-Lepa Kusuri - Tolabit 8.60 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
49 049 Ake Pitago (Wai Lamo) Kusuri - Tolabit 50.54 4.0 1.0 RBA RR Pilar Beton RR TP RR Kayu RB
50 050 Ake Soahukum Kusuri - Tolabit 25.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
51 051 Ake Tolabit Besar Kusuri - Tolabit 30.30 4.0 1.0 RBA RR Pilar Beton RR TP RR Kayu RR
52 052 Ake Tolabit II Kusuri - Tolabit 8.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
53 053 Ake Rabana Kusuri - Tolabit 5.85 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
54 054 Ake Tolabit Kusuri - Tolabit 5.67 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
55 055 Ake Wangongira Kusuri - Wangongira 15.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
56 056 Ake Molulu I Kusuri - Wangongira 20.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
57 057 Ake Molulu II Kusuri - Wangongira 20.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
58 058 Ake Trans Sukamaju Kusuri - Trans Suka Maju 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
59 059 Ake Trans Sukamaju II Kusuri - Trans Suka Maju 10.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
60 060 Ake Trans Sukamaju III Kusuri - Trans Suka Maju 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
61 061 Ake Trans Sukamaju IV Kusuri - Trans Suka Maju 6.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
62 062 Ake Trans Sukamaju V Kusuri - Trans Suka Maju 6.00 5.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
63 063 Ake Trans Sukamaju VI Kusuri - Trans Suka Maju 5.00 4.5 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
64 064 Ake Birinoa Birinoa - Birinoa Dalam 10.80 4.5 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
65 065 Ake Paca (Pakate) Sp. Tobe - Katana 20.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
66 066 Ake Yaro I Sp. Tobe - Katana 17.90 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
67 067 Ake Yaro II Sp. Tobe - Katana 6.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
68 068 Ake Loale Sp. Tobe - Katana 13.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
69 069 Ake Tutuyao Sp. Tobe - Katana 12.68 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
70 070 Ake Mawea Sp. Tobe - Katana 5.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
71 071 Ake Mawea I Sp. Tobe - Katana 25.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
72 072 Ake Mawea II Sp. Tobe - Katana 9.70 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
73 073 Ake Hateraa Sp. Tobe - Katana 10.80 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
74 074 Ake Katana Sp. Tobe - Katana 69.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
75 075 Ake Upa Jiko Leleani 10.00 9.0 2.0 Beton B Pilar Beton B S B Beton B
76 076 Ake Humu Jiko Leleani 6.90 9.0 2.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
Bab I I | 45
DIMENSI TIPE / KONDISI
NO.
NO NAMA JEMBATAN NAMA RUAS PANJANG LEBAR JUMLAH BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH FONDASI LANTAI KET
JEMBATAN
(M) (M) BENTANG TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
77 077 Ake WKO Jiko Leleani 20.00 9.0 2.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
78 078 Ake Wiwo Jiko Leleani 6.90 9.0 2.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
79 079 Ake Wari I Jiko Leleani 20.00 9.0 2.0 Beton B Pilar Beton B TP B Beton B
80 080 Ake Popilo II Jiko Leleani 10.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
81 081 Ake Wangeotak I Wangeotak - Tahane 6.20 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
82 082 Ake Wangeotak II Wangeotak - Tahane 8.40 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
83 083 Ake Tahane Wangeotak - Tahane 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
84 084 Ake Terpadu Jl. Terpadu 5.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
85 085 Ake Sumber Agung I Waringin Lamo - Sumber Agung 11.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
86 086 Ake Sumber Agung II Waringin Lamo - Sumber Agung 10.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
87 087 Ake HTI I Gamlaha - Sumber Agung 20.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
88 088 Ake HTI II Gamlaha - Sumber Agung 10.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
89 089 Ake Sumber Agung III Gamlaha - Sumber Agung 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
90 090 Ake Kupa-Kupa II Sp. Kupa-Kupa - Depot Pertamina 12.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
91 091 Ake Paca Sp. Talaga Paca - Talaga Paca 11.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
92 092 Ake WKO II Wosia - Lina Ino 18.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B TP B Beton B
93 093 Ake WKO I Sp. Payahe - Pasar Wosia 30.00 4.7 1.0 RBA B Abutmen B PB B Kayu B
94 094 Ake Rawajaya II Jl. SMK Nusantara 9.00 5.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
95 095 Ake Garuda Jl. Garuda 5.00 - - - - - - - - - - Belum Ada
96 096 Ake Seratus Jl. Djumati Lamali 5.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
97 097 Ake Momulati Jl. Lina 8.00 8.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
98 098 Ake Kampung Baru Jl. Kampung Baru - Gura 4.70 5.2 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
99 099 Ake Togawa Besi Jl. Soadamai 10.00 6.0 1.0 Beton B Abutmen B PB B Beton B
Total Panjang Jembatan 1,265.41 Meter Belum Terbangun 20
Sumber: Dinas PUPR Bidang Bina Marga Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2018
Keterangan:
Bab I I | 46
Jenis angkutan darat yang tersedia di Kabupaten Halmahera yaitu
angkutan antar kota dalam bentuk minibus, angkutan kota berupa bentor, becak
dan mikro, serta angkutan perdesaan dalam bentuk mikro. Berikut adalah
rekapitulasi trayek angkutan penumpang umum di Kabupaten Halmahera Utara.
1 Minibus 25
2 Mikro (angkutan antar 12
desa)
Sumber: Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Halmahera Utara 2017
Bab I I | 47
B. Prasarana Transportasi Udara
Adapun jenis pesawat yang digunakan adalah ATR 72-600 dengan rute
penerbangan Kao – Manado dan Galela – Manado, dengan kapasitas tempat
duduk 40 – 50 tempat duduk. Berikut disampaikan jumlah penumpang menurut
bandar udara dan frekuensi penerbangannya.
Bab I I | 48
2.2.8 Listrik
Bab I I | 49
(PLTD Malifut), Soahukum – Leleseng – Sangaji Jaya (PLTD Malifut), Soamaetek
– Tugis – Paserba (PLTD Malifut), dan Pitago – Tuboulamo (PLTD Malifut).
Tabel 2. 23 Jaringan Listrik yang belum Terpasang di Kabupaten Halmahera Utara Tahun
2010.
No Jaringan Keterangan
1 Jaringan Tegangan Menengah ( HUTM 107,5Kms )
Tutumaleleo - Apulea ( 85,5kms ) PLTD Tobelo
Tolabit - Pitago ( 10,9 kms ) PLTD Malifut
Wateto - Warudu ( 11,1kms ) PLTD Malifut
2 Jaringan Listrik Tegangan Rendah ( HUTR 97,9 kms )
Bironoa luar - Birinoa Dalam ( 2,5 Kms ) PLTD Tobelo
Mawea - katana ( 2,5 Kms ) PLTD Tobelo
Torawat - sidomulyo PLTD Malifut
Soahukum - Leleseng - sangaji jaya PLTD Malifut
Soamaetek - Tugis - Parseba PLTD Malifut
Pitago - Tuboulamo PLTD Malifut
25 Desa GN dan 21 Desa Genset ( 92 Kms ) Tersebar
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Halmahera Utara, 2018.
Bab I I | 50
Sedangkan ketersediaan sumber daya listrik yang ada terdiri dari
Pembangkit Tenaga Listrik PLTD Tobelo 7,8 MW, PLTD Malifut 1,2 MW, PLTD
Sofifi 0,1 MW, PLTD Kawasan Pemerintah 1,5 MW, PLTS (7 unit) 0,5 MW, genset
(13 unit) 8,13 MW. Jadi keseluruhan ketersediaan sumber daya listrik sebesar
19,23 MW.
Dari besarnya kebutuhan yang lebih besar dari ketersediaan yang ada
diatas, maka diperkirakan terjadi defisit daya listrik sebesar 9,74 MW. Secara
garis besar kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jumlah 28,97 MW
No Sumber Daya Listrik Tersedia
1 Pembangkit Tenaga Listrik ( PLTD )
PLTD Tobelo 7,8 MW
PLTD Malifut 1,2MW
PLTD Sofifi ( yang disalurkan ke Halut ) 0,1 MW
PLTD Kawasan Pemerintahan 1,5MW
2 PLTS ( 7 unit ) 0,5 MW
3 Genset ( 13 Unit ) 8,13 MW
Jumlah 19,23 MW
Selisih ( Defisit Energi Listrik Tahun 2010 ) 9,74 MW
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Halmahera Utara, 2018.
Bab I I | 51
2. Feeder Kota (dalam Kota); 3. Feeder Selatan (Wosia sampai Upa); 4. Feeder
Polres (dari Pelabuhan TPI sampai Rusunawa Polres); 5. Feeder Togoli (dari Upa
sampai Kao) dan tambahan suplai dari Pusat Listrik Malifut (dari Kao sampai Kao
Teluk); 6. Feeder Utara (dari Wari sampai Loloda Utara). Enam feeder ini belum
menggunakan gardu induk, tetapi direncanakan akan dibangun gardu induk.
Single Line Diagram Rayon Tobelo feeder tersebut disajikan pada gambar
dibawah ini.
MESIN PLN
P. BUPATI A3CS 70 mm 4,1 KMS
MESIN SEWA
AGREKO
A3C 70 mm 700 M
LBS GOLDEN
Bab I I | 52
Gambar 2. 20 Single Line Diagram Feeder Kota.
Sumber : PT PLN, Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, Rayon Tobelo, 2017.
Bab I I | 53
A3C 70 mm 6,5 KMS
MESIN PLN
P. SELATAN LBS WOSIA
MESIN SEWA
AGREKO
A3C 70 mm 3 KMS
Bab I I | 54
A3C 70 mm 13,5 KMS
LBS UPA
MESIN SEWA
AGREKO
A3C 70 mm 14 KMS
LBS MAKARTI
A3C 70 mm 8,5 KMS
LBS HERO
Bab I I | 55
MESIN SEWA WESA
MESIN PLN
P. UTARA A3C 120 mm 9 KMS A3C 120 DAN 35 mm 11,5 KMS
MESIN SEWA
AGREKO
A3C 70 mm 12 KMS
Bab I I | 56
2.2.9 Telepon
Bab I I | 57
ekonomi bisa berasal dari daerah tersebut dan atau dari luar daerah
tersebut.Besaran nilai PDRB diperoleh melalui pengukuran nilai tambah yang
berasal dari berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu daerah. Nilai PDRB dapat
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Nilai yang dihasilkan tersebut
sangat tergantung pada potensi sumber daya dan faktor produksi.
Tabel 2. 25 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 17 Sektor ADHB (dalam juta Rp)
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2017
1 Pertanian, Kehutanan, Perikanan 800,838.69 1,162,645.90
2 Pertambangan dan Penggalian 1,044,565.30 1,493,692.40
3 Industri Pengolahan 134,334.50 184,109.70
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,225.00 3,928.00
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
5
Ulang 2,537.30 4,458.90
6 Konstruksi 169,171.20 292,922.00
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
7
Sepeda Motor 360,983.90 619,446.40
8 Transportasi dan Pergudangan 63,416.60 111,675.60
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,336.69 13,860.20
10 Informasi dan Komunikasi 83,538.80 125,211.00
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 46,045.41 71,362.70
12 Real Estate 1,969.60 3,242.80
13 Jasa Perusahaan 3,508.20 5,022.80
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
14
Sosial Wajib 412,994.70 617,099.80
15 Jasa Pendidikan 90,527.20 141,100.50
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 50,581.40 78,488.70
17 Jasa Lainnya 13,616.50 21,083.20
Produk Domestik Regional Bruto 3,288,190.99 4,949,350.60
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.
Bab I I | 58
2013 2017
1.600.000,00
1.400.000,00
1.200.000,00
1.000.000,00
800.000,00
600.000,00
400.000,00
200.000,00
Jika dilihat dalam kelompok sektor primer, sekunder, dan tersier, yang
terbesar adalah sektor primer, yakni Rp 2,31 trilliun, kemudian sektor tersier
Rp 1,68 trilliun, dan sektor sekunder Rp 454 milyar. Kelompok sektor primer
merupakan kegiatan yang langsung mengeksploitasi dari alam, terdiri dari
sektor 1 – 2. Kelompok sektor sekunder merupakan kegiatan yang mengolah
bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi, terdiri dari sektor 3 –
6. Kelompok sektor tersier merupakan sektor kegiatan jasa, terdiri dari sektor
Bab I I | 59
7 – 17. Pengelompokan sektor primer, sekunder dan tersier ini disajikan pada
table dan gambar dibawah ini.
Tabel 2. 26 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 3 Sektor ADHB (dalam juta Rp)
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2016
1 Primer 2,313,450.80
1,854,794.70
2 Sekunder
307,268.00 454,326.30
3 Tersier 1,683,767.90
1,136,204.60
Produk Domestik Regional Bruto 4,451,545.00
3,298,267.30
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2017, BPS.
5.000.000,00
4.500.000,00
4.000.000,00
3.500.000,00
3.000.000,00
2.500.000,00 2013
2.000.000,00 2016
1.500.000,00
1.000.000,00
500.000,00
-
Primer Sekunder Tersier PDRB
Jika dilihat dalam kelompok sektor primer, sekunder, dan tersier, yang
terbesar adalah sektor primer, yakni Rp 2,66 trilliun, kemudian sektor tersier
Rp 1,81 trilliun, dan sektor sekunder Rp 485 milyar. Kelompok sektor primer
merupakan kegiatan yang langsung mengeksploitasi dari alam, terdiri dari
sektor 1 – 2. Kelompok sektor sekunder merupakan kegiatan yang mengolah
bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi, terdiri dari sektor 3 –
6. Kelompok sektor tersier merupakan sektor kegiatan jasa, terdiri dari sektor
7 – 17. Pengelompokan sektor primer, sekunder dan tersier ini disajikan pada
tabel dan gambar dibawah ini.
Bab I I | 60
Tabel 2. 27 PDRB Kabupaten Halmahera Utara Klasifikasi 3 Sektor ADHB (dalam juta Rp).
Tahun
No Lapangan Usaha
2013 2017
1 Primer
1,845,403.99 2,656,338.30
2 Sekunder
307,268.00 485,418.60
3 Tersier
1,135,519.00 1,807,593.70
Produk Domestik Regional Bruto
3,288,190.99 4,949,350.60
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.
Juta Rp
3.000.000,00
2.500.000,00
2.000.000,00
1.500.000,00 2013
2017
1.000.000,00
500.000,00
-
Sektor
Primer Sekunder Tersier
Bab I I | 61
Kabupaten
Halmahera
Utara;
4.949.350,60 ;
15%
Kabupaten/
Kota Lainnya;
27.323.220,90 ;
85%
Bab I I | 62
melakukan kegitan perekonomian di daerahnya sendiri. Namun sistem ekonomi
semacam itu dalam era globalisasi adalah suatu hal yang tidak
mungkin.Bahkan negara seperti Cina dan Rusia yang dulu terkenal sangat
tertutup dengan sistem sosialis yang dianutnya kini sudah sangat aktif dalam
perdagangan internasional.Walaupun sistem perekonomian sudah demikian
terbuka, PDRB perkapita masih dapat dijadikan sebagai indikator dalam
mengukur tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Sekali lagi, walaupun masih bersifat sangat kasar, nilai PDRB perkapita
dapat digunakan untuk melihat pendapatan dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Angka atau besaran yang dihasilkan akan menunjukkan besarnya
rata rata nilai tambah yang dihasilkan oleh masing masing penduduk dalam
suatu wilayah pada kurun waktu tertentu sebagai hasil dari kegiatan produksi.
Bab I I | 63
30.000.000,00
25.000.000,00
20.000.000,00
15.000.000,00
10.000.000,00
-
ADHB
2013
2017
2.3.3 Kebudayaan
Budaya masyarakat Kabupaten Halmahera Utara sangat dipengaruhi
oleh karakter masyarakat yang terdiri dari Suku asli yang mendiami
Halmahera Utara atau Hoana yaitu: Hoana Modole, Hoana Pagu, Hoana
Boeng, Hoana Towiliko, Hoana Lina, Hoana Huboto, Hoana Mumulati, Hoana
Gura, suku Loloda dan Hoana Morodina. Masing-masing kelompok
etnis/suku/hoana tersebut memiliki bahasa daerah, tradisi, dan norma-norma
kemasyarakatan.
Seiring perkembangan zaman, ada beberapa suku pendatang yang
sudah sejak lama masuk dan mendiami Halmahera Utara di antaranya;
Tobaru, Suku Sangir, Ternate, Tidore, Makian, Ambon, Kei, Timor, Manado,
Minahasa, Bugis, Makasar, Buton, Jawa, Padang, Batak, Dayak, dan Sunda.
Dilihat dari unsur budaya bahasa, maka Kabupaten Halmahera Utara
memiliki tujuh bahasa daerah yaitu; Bahasa Tobelo, Bahasa Galela, Bahasa
Loloda, Bahasa Tobaru, Bahasa Modole, bahasa Towiliko, dan Bahasa Pagu.
Namun Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan dan
dimengerti dengan baik oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Halmahera
Utara.
Agama yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Halmahera Utara
adalah Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu. Seni Budaya
Bab I I | 64
di Kabupaten Halmahera Utara cukup berkembang yang tersebar di
masyarakat luas. Hal ini dikembangkan melalui program menggali,
menginventarisasi keunggulan, dan keragaman seni budaya yang dikemas
dalam pelaksanaan festival seni budaya berskala nasional.
Kabupaten Halmahera Utara memiliki keunikan seni dan budaya
daerah yang perlu dilestarikan antara lain tarian Cakalele, tarian Tide-Tide,
tarian Denge-Denge, Gomatere, dan Lehe-Lehe. Di samping itu seni
tradisional yang dimiliki antara lain: pertunjukan tradisional Tokuwela,
upacara adat Hibua Lamo, dan seni tradisional Bobaso. Kebudayaan dalam
bentuk musik antara lain: musik Yangere, Bambu Hitadi, dan musik bambu
Tiup, sebagaiman tergabung dalam grup seni budaya, disertai dengan
gedung kesenian dan rumah adat dapat dilihat dalam tabel 2.2.16
Tabel 2. 29 Perkembangan Seni, Budaya Tahun 2012 - 2016 Kabupaten Halmahera Utara.
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah grup kesenian 12 12 12 12 12
2. Jumlah gedung kesenian 4 4 4 4 5
3. Jumlah Rumah Adat 2 2 2 2 2
Sumber: Kabupaten Halmahera Utara Dalam Angka Tahun 2018, BPS.
Bab I I | 65
c) Isu strategis; dan
d) Kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan
nasional;
2. Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
3. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
4. Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan
dicapai selama kurun waktu perencanaan. Tujuan ini akan menjadi dasar
penyusunan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah, yang
selanjutnya akan diwujudkan dalam alokasi ruang pada Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). Secara umum, penyelenggaraan penataan ruang
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, melalui upaya:
a. Terwujudnya keharmonisan lingkungan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
dan
c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Atas dasar pertimbangan potensiyang dimiliki, permasalahan,
tantangan dan peluang serta prospek pengembangan wilayah, maka tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara 20 tahun kedepan,
yaitu:
Bab I I | 66
2.4.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Halmahera Utara
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna
mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Utara dalam
kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan
yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai :
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten;
2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah
kabupaten;
3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
kabupaten;dan
4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :
1. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Karakteristik wilayah kabupaten;
3. Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan
penataan ruang wilayah provinsi;
2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan;
3. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten,
maka rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara adalah
sebagai berikut:
Bab I I | 67
1. Peningkatan peran dan fungsi perkotaan dan perkampungan sebagai pusat
permukiman, pelayanan sosial, dan pelayanan pemerintah secara
berimbang dan berhirarki
2. Peningkatan sistem sarana dan prasarana wilayah ke seluruh wilayah
kabupaten berbasis eko-konstruksi
3. Pengembangan pertanian, kehutanan dan pariwisata sebagai sektor
unggulan kabupaten dengan mengedepankan prinsip kelestarian
lingkungan
4. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup
5. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan
6. Pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan cepat tumbuh secara
terintegrasi dan harmonis untuk menciptakan pemerataan perkembangan
antarkawasan
7. Pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu untuk melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana alam
8. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
Bab I I | 68
Pengembangan sektor perikanan.
Pengembangan kawasan pertanian.
Pengembangan kawasan peruntukan industri
Pengembangan kawasan pariwisata
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan
Penetapan kawasan konservasi budaya dan sejarah
Bab I I | 69
b. Mengakomodasi dan memantapkan sistem permukiman perkotaan dan
perdesaan sebagai representasi keberadaan masyarakat;
c. Mengembangkan keterkaitan antar kecamatan dan antar pusat
permukiman secara fungsional, melalui pengembangan fungsi kecamatan
dan pusat-pusat permukiman; dan
d. Mengembangkan pusat-pusat permukiman dan Perdesaan yang terisolasi
melalui peningkatan aksesibilitas dan penyediaan fasilitas kebutuhan dasar
sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat lokal.
2. Strategi Peningkatan sistem sarana dan prasarana wilayah ke seluruh wilayah
kabupaten berbasis eko-konstruksi terdiri atas:
Bab I I | 70
c. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perikanan, pertanian
dan perkebunan secara lestari;
d. Meningkatkan sarana produksi perikanan, pertanian dan pekerbunan,
serta pembinaan nelayan dan petani;
e. Meningkatkan usaha pengembangan peternakan secara terintegrasi
dengan sektor perikanan dan pertanian;
f. Meningkatkan kepariwisataan kabupaten dengan mengedepankan
ekowisata disertai dengan peningkatan prasarana dan sarana pendukung,
pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang
lebih agresif dan efektif; dan
g. Melestarikan sekaligus mempromosikan wisata budaya lokal
4. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a. Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung;
b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah;
c. Membatasi kegiatan di sekitar kawasan lindung yang dapat memberikan
dampak terhadap penurunan fungsi lindung kawasan; dan
d. Memelihara nilai pemanfaatan dari kawasan lindung yang ada.
5. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan terdiri atas:
a. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan secara bijaksana dan
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan
b. Memantapkan kegiatan permukiman yang terintegrasi di pusat-pusat
kegiatan wilayah;
c. Mewujudkan kawasan budidaya yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung serta mampu menjaga keseimbangan ekosistem
wilayahnya; dan
d. Mengendalikan kegiatan sektor pertambangan.
Bab I I | 71
6. Strategi pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan cepat tumbuh
secara terintegrasi dan harmonis untuk menciptakan pemerataan
perkembangan antar kawasan terdiri atas:
a. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan
tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;
b. Menetapkan kawasan strategis kabupaten bagi kawasan tertinggal dan
kawasan cepat tumbuh serta mengembangkannya secara harmonis; dan
c. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
7. Strategi pengembangan sistem mitigasi bencana terpadu untuk melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana alam terdiri atas:
a. Mengidentifikasi kawasan Risiko bencana berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan berdasarkan norma, peraturan, standar, dan ketentuan;
b. Menetapkan rencana pengelolaan kawasan Risiko bencana alam sebagai
sebuah acuan yang harus digunakan dalam pemanfaatan ruang pada
kawasan Risiko bencana; dan
c. Memberikan sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
semua stakeholder menyangkut kebencanaan dari mulai tindakan
pencegahan, tindakan pada saat bencana terjadi, dan tindakan setelah
bencana terjadi.
8. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Negara terdiri atas:
Bab I I | 72
Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan (Pusat Kegiatan)
di wilayah Kabupaten Halmahera Utara diarahkan untuk meningkatkan
pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut
pemenuhan kebutuhan masyarakat termasuk dalam penyediaan sarana dan
prasarana utama penunjang yang pengadaannya dikelola secara terpadu.
Penerapan kebijaksanaan setiap sistem kegiatan pembangunan berbeda-beda
tergantung dari kebutuhan tiap-tiap wilayah.
Bab I I | 73
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang berada di wilayah kabupaten,
merupakan PPK yang akan dipromosikan menjadi PKL dalam 5 tahun
mendatang,
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
2. Rencana Sistem Perdesaan
Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk:
Bab I I | 74
Gambar 2. 30 Peta Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 75
2.6 Rencana Jaringan Transportasi
2.6.1 Rencana Jaringan Jalan
Rencana jaringan jalan meliputi:
Bab I I | 76
2.6.2 Rencana Pengembangan Terminal
Rencana Jaringan prasarana lalu lintas
Bab I I | 77
Gambar 2. 31 Peta Rencana Jaringan Transportasi Kabupaten Halmahera Utara.
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 78
2.6.3 Rencana Pengembangan Transportasi Udara
Rencana pengembangan transportasi udara meliputi:
2. Peningkatan fasilitas pelayanan bandar udara khusus yaitu Bandar udara Kobok
di Kecamatan Kao Teluk.
2.6.4 Rencana Pengembangan Transportasi Laut
Rencana pengembangan transportasi laut meliputi:
Bab I I | 79
a. Terminal khusus Perusahan KSO Galela di Kecamatan Galela;
b. Terminal khusus Tanjung Barnabas di Kecamatan Malifut;
c. Terminal khusus Pertamina di Kecamatan Tobelo Selatan;
d. Terminal khusus Perusahaan NICO di Kecamatan Tobelo Selatan; dan
e. Terminal khusus PPI di Kecamatan Tobelo Tengah.
f. Terminal Khusus Industri Gulo di Kecamatan Kao Utara.
g. Terminal Khusus Pertambangan Momojiu di Kecamatan Loloda Utara.
Bab I I | 80
disebabkan bahan-bahan isolasi plastik yang terus berkembang maka selalu saja ada
tambahan jenis-jenis kabel baru.
Bab I I | 81
Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga disediakan satu feeder
khusus tanpa beban (feeder expres). Sistem jaringan distribusi primer tipe ini adalah
sistem dimana daya listrik disalurkan dari gardu induk atau sumber daya melalui
gardu-gardu distribusi yang berakhir pada gardu refleksi atau disebut juga sebagai
gardu switching.
A. Rencana Pengembangan Sistem Kelistrikan Kabupaten Halmahera Utara
Bab I I | 82
4,8 MW tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 5,2 MW tahun 2008, dan sekarang
ini pada tahun 2010 meningkat menjadi 8 MW Peningkatan konsumsi energi dan
beban puncak di Kabupaten Halmahera Utara terjadi karena pada saat itu terjadi
pemekaran kabupaten dan juga situasi masyarakat yang sudah stabil. Kekurangan
pasokan listrik saat ini harus diantisipasi, karena kebutuhan energi merupakan salah
satu syarat penting untuk meningkatkan investasi.
Suplai tenaga listrik di Kabupaten Halmahera Utara masih dalam kondisi kritis
dan banyak kekurangan sekarang ini. Untuk itu perlu adanya upaya dari pemerintah
Kabupaten Halmahera Utara dalam mencarikan pemikiran dan solusi menghadapi
krisis listrik saat ini. Belum lagi masih ada sekitar 10 persen dari desa-desa yang
belum ada jaringan listrik meminta pelayanan listrik serta peningkatan layanan listrik
dari 12 jam menjadi 24 jam di sebagian besar desa di luar Tobelo dan sekitarnya.
Perhitungan rencana pengembangan energi listrik perlu dilakukan untuk
memperkirakan kebutuhan listrik dalam jangka kurun waktu 20 tahun ke depan
dengan memperhatikan klaster pertumbuhan wilayah di Kabupaten Halmahera Utara.
Orde I adalah sebagai pusat pengembangan Central Business District (CBD) dan
pusat pemerintahan kabupaten serta daerah perkotaan yang cenderung sangat besar
kebutuhan energi listriknya. Orde II adalah wilayah hinterland yang akan menjadi
daerah pengembangan industri berat dan sedang jadi kebutuhan energi listrik lebih
Bab I I | 83
kearah industri dan permukiman. Orde III dipertahankan sebagai daerah rural yang
akan lebih mengutamakan pembangunan pariwisata dan pertambangan serta
sebagai pintu terdepan wilayah utara.
Bab I I | 84
Tabel 2. 31 Rencana Pembangunan dan Penambahan Pembangkit Listrik di
Kabupaten Halmahera Utara.
Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.
Rencana
gardu
sisipan
Leleoto
U
Gardu Mawea 100 kva
50 kva
Bab I I | 85
2. DESA GAMSUNGI GD. KBP 1
1. DESA GURA Trafo 3 Phasa
U BUAELE
48 M 50 M 50 M 50 M 50 M
100 kVA
RENC GARDU
RENC GARDU Trafo 3 Phasa
Trafo 3 Phasa 160 kVA
160 kVA GD. KUD
Trafo 3 Phasa
200 kVA
GD. TPI 1
Trafo 3 Phasa
3. DESA WOSIA 160 kVA 4. DESA MAMUYA
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa
100 kVA
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa
160 kVA
GD. Mamuya 2
Trafo 3 Phasa
50 kVA
Gambar 2. 33 Rencana Penambahan Gardu di Desa Gura Buaele, Gamsungi, Wosia, dan Mamuya
Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.
Pos
Rencana
gardu
U
POM MKCM 2
40 M 40 M 40 M
40 M 40 M
Kantor
BNPB
Bab I I | 86
DS BRINOA
DS TOBE
GEREJA TOBE
GARDU BRINOA
50 M
DS TOGOLIUA
U
Trafo 1 Phasa 16
kVA 50 M
50 M
50 M
50 M
50 M
SD TOBE 50 M
MUSHALAH
50 M TOGOLI
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa 50 50 M
kVA
50 M RENC GARDU
RENC GARDU
Trafo 3 Phasa 50
Trafo 3 Phasa 50 50 M
kVA
kVA
50 M
Bab I I | 87
Rencana
gardu
Gardu sisipan
Mawea
Mawea
50 kva 100 kva
U
Rencana
U
gardu
sisipan Paca
100 kva
Gardu Paca
50 kva
Bab I I | 88
Rencana
Gardu Yaro
16 kva
gardu sisipan
Yaro 100 kva
Gardu Yaro
25 kva U
Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Ternate, Rayon Tobelo, 2018.
50 M
50 M
50 M
50 M
50 M
60 M
50 M
MESJID
TABOBO
GD. TABOBO
50 M
50 M
50 M SD
TABOBO
50 M
50 M
Bab I I | 89
50 M 50 M 50 M
50 M PASAR
SOMA
50 M
50 M
TERMINAL
50 M MALIFUT
50 M
Rencana Gardu
Trafo 3 Phasa 50 kVA
50 M
50 M
50 M
50 M
U
50 M
50 M
50 M
50 M
50 M
50 M
50 M
GEREJA
WANGEOTAK
KETERANGAN GAMBAR NO. GBR : DI SURVEY OLEH : STAF DIST
GAMBAR SITUASI
Tiang Besi 11 Meter PENAMABAHAN JTM DAN DIGAMBAR OLEH : SUPV. OPDIST
JTM Yang Sudah Ada TRAFO DI DESA WANGEOTAK DISETUJUI : MANAJER RTG
Rencana SUTM AAACS DIKETAHUI : ASMAN DIST
Rencana Topan Tarik/Tekan PT PLN (Persero)
Rencana Tiang besi 12 Meter LOKASI : DESA WANGEOTAK WILAYAH MALUKU & MALUKU UTARA
MALIFUT HALUT
AREA SOFIFI KP MALIFUT
Sumber : PT PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Area Sofifi, KP Malifut, 2018.
GRD GORUA 1
40 40 40 40 4 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
LORONG WARI INO
PADAMARA
Bab I I | 90
U 50
45
40
KTR RAYON PLN 45 DESA WOSIA
TOBELO
45 LORONG PLN
50 50 GRD TPI 4
JALAN RAYA WOSIA
45
SD INPRES 50
50
WOSIA
50
50
Bab I I | 91
Besarnya energi gelombang laut yang dihasilkan dan lamanya angin yang
bertiup secara kontinyu selama tenggang waktu yang lama di wilayah
perairan/pesisir Kabupaten Halmahera Utara, merupakan aset utama sumber energi
potensial pembangkit tenaga listrik, selain energi yang dihasilkan oleh arus pasang-
surut. Pengembangan sistem energi alternatif di Kabupaten Halmahera Utara
direncanakan sebagai berikut :
Bab I I | 92
peternakan, greenhouse, kolam air hangat, industri keramik dan geowisata.
Disamping itu pemanfaatan energi geothermal sebagai energi alternative sangat
menunjang penghematan penggunaan bahan bakar (BBM), meningkatkan devisa /
pendapatan daerah dan mengurangi polusi hidrokarbon serta mengoptimalkan
sumber energi yang bersifat renewable/sustainable.
Bab I I | 93
Gambar 2. 44 Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 94
2.8 Rencana Sistem Jaringan Air Bersih
Rencana Pengembangan Sistem Air Minum, Adapun pusat-pusat
pertumbuhan yang perlu mendapat layanan jaringan di wilayah Halmahera Utara
dapat dikategorikan sebagai berikut:
Bab I I | 95
10. Optimalisasi dan pengembangan sumber air permukaan Wawongira dan
pengembangan pipa jaringan distribusi untuk melayani Kecamatan Tobelo Barat.
11. Pengembangan cakupan layanan non perpipaan untuk melayani kecamatan Kao
Barat.
Bab I I | 96
b. Pengembangan dan peningkatan jaringan telepon umum: Seluruh Desa.
c. Pembangunan Tower Bersama sebagai BTS: Seluruh Desa.
Bab I I | 97
Gambar 2. 45 Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 98
Gambar 2. 46 Peta Rencana Jaringan Air Minum
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 99
Gambar 2. 47 Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 100
Gambar 2. 48 Peta Rencana Jaringan Drainase
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Bab I I | 101
2.13 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Utara
2.13.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah
kabupaten.
Bab I I | 102
a) Kawasan lindung yang terdiri atas:
kawasan hutan lindung;
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi: kawasan resapan air;
kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasansekitar mata air, serta kawasan
lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya;
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:kawasan
suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa
dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai
berhutan bakau, tamannasional dan taman nasional laut, taman hutan raya,
taman wisataalam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan
ilmupengetahuan;
kawasan Risiko bencana alam, meliputi: kawasan Risiko tanah longsor,
kawasan Risiko gelombang pasang dan kawasan Risiko banjir;
kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi,kawasan Risiko
bencana alam geologi, dan kawasan yangmemberikan perlindungan terhadap
air tanah; dan
kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, tamanburu, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsiansatwa, terumbu karang, dan
kawasan koridor bagi jenis satwa ataubiota laut yang dilindungi.
b) Kawasan budidaya yang terdiri atas:
Bab I I | 103
kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
perikanan tangkap, budi daya perikanan, danpengolahan ikan;
kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panasbumi, serta air tanah di
kawasan pertambangan;
kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi : kawasan peruntukan industri
besar, industri sedang, dan industri rumahtangga;
kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisatabuatan;
kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasanperuntukan:
permukiman perkotaan dan peruntukan permukimanperdesaan. sebagai kawasan
budi daya maka permukimandiarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-
masingpermukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya
dipegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;dan
kawasan peruntukan lainnya.
Kriteria dan analisis Kawasan Lindung dan Budidaya yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
2. Mengacu pada SK Kemenhut No.302 tahun 2013 tentang status kawasan hutan
Bab I I | 104
3. Kawasan Resapan Air (Catchment Area); Kawasan dengan curah hujan rata-rata
lebih dari 1000 mm/tahun; Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran
minimal 1/16 mm; Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan
lebih dari 1 m/hari; Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap
permukaan tahan setempat; Kelerengan kurang dari 15%; Kedudukan muka air
tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam.
4. Analisis Kawasan Lindung Geologi, yang terdiri dari a) Kawasan Cagar Alam
Geologi dan Kawasan Kars (Pengertian : Kawasan Kars merupakan bentang alam
yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan proses yang berlangsung lama
dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah tentu kawasan kars
menjadi objek eksplorasi dan eksploitasi manusia), b) Kawasan Risiko bencana
alam geologi, yang terdiri dari Kawasan Risiko letusan gunung api (Kawasan
dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh langsung
dan tidak langsung, dengan tingkat keRisiko an yang berbeda; Kawasan di
sekitar kawah atau kaldera; dan/atau Kawasan berupa lembah yang dapat
menjadi daerah terlanda awan panas, aliran lahar, lava, lontaran atau guguran
bau pijar dan/atau aliran gas beracun), dan Kawasan Risiko gempa bumi
tektonik (Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi
dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI); Kawasan
yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak; Kawasan yang dilalui oleh
patahan aktif daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan
(magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter; Kawasan dengan batuan dasar
berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan
lapuk; Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor).
Bab I I | 105
tanggul di dalam kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri
sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang tidak bertanggul diluar
kawasan perkotaan, Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang
mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m, Sekurang-kurangnya 15 m
dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m - 20 m,
Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dr 20 m, Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk
sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur
hijau. c) Kawasan sekitar waduk dan danau/situ (Daratan sepanjang tepian
waduk dan situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
waduk dan situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah
darat) d) Kawasan sekitar mata air (Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya
200 m di sekitar mata air). e) RTH Kota (Lahan dengan luas paling sedikit 2.500
meter persegi; Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari
bentuk satu hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan).
6. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi : a) Kawasan
cagar alam (Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas
tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga
cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau
ekosistemnya; Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia), b) Kawasan suaka margasatwa (Kawasan yang
ditunjuk merupakan tempat hidup & perkembangan dari suatu jenis satwa yang
perlu dilakukan upaya konservasi, Memiliki keanekaragaman dan/atau keunikan
satwa, Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan).
c) Kawasan pantai Mangrove (Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke
arah darat). d) Taman wisata alam (Kawasan darat dan/atau perairan yang
ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan
serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun
buatan; Memenuhi kebutuhan rekreasi dan/atau olah raga serta mudah
Bab I I | 106
dijangkau). e) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (Benda buatan
manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok,
atau bagianbagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50
tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurangkurangnya 50 tahun
serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan; Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar
budaya).
7. Kawasan usulan hutan lindung; Kawasan yang tidak berfungsi lindung, namun
berdasarkan kriteria teknis digolongkan ke dalam kawasan lindung.
Tabel 2. 32 Luas Kawasan Lindung Menurut Setiap Kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara
Kawasan Lindung
Kawasan
Kecamatan Hutan Sempadan Sempadan Sempadan Tubuh
Ekosistem
Lindung Danau Pantai Sungai Air
Mangrove
Danau - - 0 - - 360
Galela 2,365 138 4 139 21 70
Galela Barat 2,299 - 66 - 11 135
Galela Selatan 6,931 - 34 - - 10
Galela Utara 4,557 27 - 442 18 73
Kao - 347 - 200 28 44
Bab I I | 107
Kawasan Lindung
Kawasan
Kecamatan Hutan Sempadan Sempadan Sempadan Tubuh
Ekosistem
Lindung Danau Pantai Sungai Air
Mangrove
Kao Barat 16,096 - - - 8 49
Kao Teluk 5,893 139 - 380 39 60
Kao Utara 55 - - 309 42 37
Loloda Kepulauan 733 32 - 80 - -
Loloda Utara 3,183 - - 579 64 101
Malifut 7,430 357 - 140 90 211
Tobelo 9,095 1 - 78 - -
Tobelo Barat 6,378 - - - 21 86
Tobelo Selatan 870 - 10 127 32 524
Tobelo Tengah 6,759 - - 68 - 56
Tobelo Timur 333 5 - 234 49 36
Tobelo Utara 10,519 - - 178 10 18
Jumlah 83,495 1,085 114 3,173 435 1,870
% 23.6 0.3 0.0 0.9 0.1 0.5
Sumber: Revisi RTRW Kab. Halmahera Utara Tahun 2012-2032
Kawasan hutan lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
Bab I I | 108
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta
memelihara kesuburan tanah.
Kriteria kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memenuhi salah satu atau
lebih dari kriteria di bawah ini:
1. Kawasan dengan lereng lapangan, jenis tanah dan curah hujan yang memiliki
nilai skor 175 atau lebih.
2. Kawasan dengan lereng lapangan 40% atau lebih.
3. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut atau
lebih.
Pokok-pokok pengelolaan kawasan hutan lindung yang akan dilakukan di
Kabupaten Halmahera Utara adalah sebagai berikut:
1. Penetapan larangan melakukan berbagai usaha dan atau kegiatan kecuali usaha
dan atau kegiatan yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah
bentang alam dan ekosistem alami.
2. Pengaturan berbagai usaha dan atau kegiatan yang tetap dapat
mempertahankan fungsi lindung.
3. Mengembalikan luasan kawasan lindung akibat terjadinya alih fungsi.
4. Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung.
5. Rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk kriteria kawasan lindung
dengan melakukan penanaman tanaman keras yang dapat digunakan untuk
perlindungan dan dapat diambil hasil hutan non kayunya.
6. Melakukan program pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam
upaya pelestarian kawasan lindung.
7. Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
Bab I I | 109
digunakan sebagai kawasan terbangun ataupun kegiatan diluar upaya pelestarian
alam.
Sempadan pantai berfungsi sebagai pengatur iklim, sumber plasma nutfah dan
benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut. Kriteria sempadan
pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai
dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Pengelolaan Sempadan
Pantai diarahkan pada kegiatan yang mendukung pelestarian dan mencegah
kerusakan lingkungan pantai. Demikian pula di wilayah pantai arahan
pembangunan fisik diperlakukan pula terhadap ketentuan Undang-Undang Tsunami
terutama untuk penetapan pembangunan fisik bangunan gedung/ lokasi kegiatan
masyarakat mengambil jarak aman sesuai kajian studi pada lokasi yang
bersangkutan.
Bab I I | 110
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kriteria
sempadan sungai adalah:
1. Untuk sungai tak bertanggul, sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan
sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai dihitung dari tepi sungai
waktu ditetapkan
2. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul
3. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki Penetapan
garis sempadan sungai tak bertanggunl di dalam kawasan perkotaan
4. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan, ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan.
5. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20
(dua puluh)meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
6. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)
meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
7. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan
berfungsi sebagai,jalur hijau.
8. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.
9. Sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima
puluh) meter dari tepi permukaan air tertinggi .
Bab I I | 111
kegiatan penanaman pada hutan mangrove yang terdapat di kecamatan Galela,
Galela Utara, Kao, Kao Teluk, Loloda Kepulauan, Malifut, Tobelo, dan Tobelo Timur,
dengan luas sekitar kurang lebih 1.085 Ha.
2.13.4 Kawasan Risiko Bencana
Kawasan Risiko bencana alam, menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa Risiko bencana adalah
kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu. Salah satu faktor terjadinya bencana dikarenakan lingkungan. Oleh karena
itu, kondisi daerah Risiko bencana harus dikenali dan dibuat rencana tata ruang
daerah Risiko bencana. Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13
Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), disebutkan
bahwa kawasan bencana alam dibedakan menjadi kawasan Risiko banjir, Risiko
gerakan tanah dan Risiko gelombang pasang/ abrasi.
Kriteria kawasan Risiko bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi
sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan
tanah longsor. Perlindungan terhadap kawasan Risiko bencana alam dilakukan
untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh
alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Arahan pengelolaan
kawasan Risiko bencana adalah:
1. Meningkatkan fungsi kawasan resapan air, sungai dan danau/ waduk sebagai
pengendali banjir serta mengembangkan sistem drainase yang dapat mereduksi
banjir dan genangan.
2. Pemanfaatan lahan tidur dengan menanam tanaman yang mampu mengikat dan
meresapkan air serta mampu mencegah erosi dan longsor.
3. Pada kawasan pesisir dilakukan penghijauan dengan penanaman tanaman yang
tahan terhadap salinitas air laut dan mempunyai kemampuan mengikat air yang
Bab I I | 112
tinggi seperti bakau dan nipah untuk mencegah terjadinya banjir serta meredam
bencana tsunami.
4. Tidak membangun bangunan sebagai areal permukiman, fasilitas pertanian,
pariwisata, perdagangan dan peruntukan bangunan lainnya pada kawasan yang
keRisiko an bencananya tinggi.
5. Pembangunan pada kawasan Risiko bencana dengan memperhatikan keamanan
bangunan.
6. Melindungi kawasan Risiko bencana dengan pelestarian lingkungan alami dan
pengadaan bangunan untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya
bencana jika diperlukan, seperti pemecah gelombang, tanggul sungai, dan lain-
lain.
7. Mitigasi bencana melalui pengaturan pembangunan dan pembangunan
infrastruktur untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya bencana serta
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan mengenai
kebencanaan.
8. Apabila terjadi bencana, segera dilakukan upaya tanggap darurat dan
penanggulangan bencana yang meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
9. Meningkatkan kualitas sarana prasarana yang menghubungkan daerah Risiko
bencana dengan pusat pelayanan kesehatan terpadu terdekat atau
mempermudah akses jalur penanganan mitigasi ke wilayah kabupaten dan/atau
kota sekitar.
Bab I I | 113
2. Kawasan Risiko Abrasi
Kawasan Risiko abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga
gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga
erosi pantai. Beberapa daerah yang Risiko terhadap Risiko abrasi antara lain
Kecamatan Tobelo, Tobelo Utara, Tobelo Timur, Tobelo Selatan, Galela, Galela
Utara, Kao, Kao Teluk, Kao Utara, Malifut, Loloda Kepulauan dan Loloda Utara.
Bab I I | 114
pesisir pantai sampai dengan sekitar 10 km menuju daratan. Oleh karena itu
diperlukan area untuk tempat evakuasi sementara yang berada diketinggian
tertentu seperti di lapangan, atau gedung serba guna. Adapun daerah yang Risiko
akan terjadinya tsunami antara lain Kecamatan Galela, Galela Utara, Kao, Kao
Teluk, Kao Utara, Loloda Kepulauan, Loloda Utara, Malifut, Tobelo, Tobelo Selatan,
Tobelo Tengah, Tobelo Timur, dan Tobelo Utara.
Bab I I | 115
2.14.2 Kawasan Budidaya Pertanian
1. Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang berfungsi sebagai
tempat pengusahaan tanaman padi atau tanaman pangan lainnya guna
menghasilkan bahan pangan, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk dijual.
Adapun potensi pertanian tanaman pangan yang dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara adalah:
1. Padi sawah di wilayah Kabupaten Halmahera Utara relatif sudah cukup
berkembang dilihat dari luas lahan sawah yang ada relatif cukup luas. Lahan
sawah dapat dikembangkan di wilayah Kecamatan Kao dan Kecamatan Kao
Barat.
2. Untuk komoditas tanaman pangan lainnya, yakni : Jagung, Ubi Kayu dan Ubi
Jalar dapat dikembangkan di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara.
Luas kawasan pertanian tanaman pangan (Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar
dan Kacang Tanah) di wilayah Kabupaten Halmahera Utara mencapai 20.169
hektar.
Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang
bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara, terdiri atas Sayur-sayuran (Cabai dan Tomat) dan
Buah-buahan (Pisang, Jeruk Siam, Rambutan dan Mangga).
Adapun potensi pertanian hortikultura yang dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Utara adalah :
1. Sayur-sayuran (Cabai dan Tomat) dapat dikembangkan di seluruh wilayah
Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
2. Buah-buahan (Pisang, Jeruk Siam, Rambutan dan Mangga) dapat dikembangkan
di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
Bab I I | 116
Rencana pengembangan untuk tanaman hortikultura ini diarahkan pada
tanaman yang pada akhirnya nanti dapat dijadikan sebagai bahan baku industri
pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Dimana sistem budidayanya dapat
dilakukan dengan sistem tumpangsari dengan tanaman buah-buahan dan/ atau
tanaman perkebunan dengan jarak tanam tertentu.
Luas kawasan pertanian tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan) di
wilayah Kabupaten Halmahera Utara mencapai 1.762,30 hektar.
Bab I I | 117
Tanaman strip rumput merupakan teknik konservasi dengan cara membiarkan
sebagian tanah pada barisan/ strip sejajar kontur (di antara tanaman perkebunan)
ditumbuhi rumput secara alami selebar 20-30 cm.
3. Sistem multistrata;
Sistem multistrata merupakan konservasi tanah dengan cara penanaman
tanaman buah-buahan, kayu-kayuan, dan/ atau tanaman legum multiguna
(multipurpose leguminous) di antara tanaman perkebunan (tanaman utama),
sehingga tercipta komunitas tanaman dengan berbagai strata tajuk. Dengan kondisi
yang demikian, hanya sebagian kecil saja air hujan yang langsung menerpa
permukaan tanah.
4. Kawasan Peternakan
Bab I I | 118
2.14.3 Kawasan Industri
Kegiatan industri yang dilakukan oleh masyarakat akan dapat mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi
terhadap pendapatan dan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.
Industri yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara
adalah industri yang memanfaatkan hasil pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan) sebagai bahan bakunya, dalam hal ini adalah
agroindustri dan Industri Pertambangan. Wilayah Kabupaten Halmahera Utara
dapat mengembangkan Kawasan Agroindustri di seluruh wilayah Kecamatan yang
ada disesuaikan dengan komoditas potensial di setiap kecamatan Sektor industri
yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah industri
pangan (makanan dan minuman) dengan skala usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Industri pengolahan makanan dan minuman yang dapat dikembangkan
antara lain : pengolahan tepung dan keripik (ubi kayu, ubi jalar, pisang), aneka
olahan (cabe, tomat, mangga, kelapa, pala, kakao, cengkeh dan daging).
Pengembangan ekonomi wilayah bertujuan untuk mengembalikan tingkat
pertumbuhan dan pemerataan yang memadai serta tercapainya pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Tujuan tersebut hanya dapat dicapai
dengan pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin daya dukung lingkungan
dan pelestarian alam. Sejauh ini sumberdaya alam dikelola dengan tidak terkendali
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan serta mengganggu kelestarian alam
yang akhirnya mengurangi daya dukung dalam melaksanakan pembangunan yang
berkelanjutan.
Sektor industri dan perdagangan merupakan salah satu sektor penting dalam
perekonomian suatu wilayah, sebab sektor ini tidak hanya berfungsi sebagai
penggerak roda perekonomian, akan tetapi mampu menjadi sumber penghidupan
dan pembangunan masyarakat, dimana strategi industri yang dikembangkan tidak
terbatas hanya memperhatikan aspek-aspek ekonomi melainkan harus
mempersoalkan apakah industri tersebut menciptakan impor bahan baku, barang
modal dan impor jasa lanjutan. Hal ini perlu diperhatikan agar pengembangan
Bab I I | 119
industri tidak menimbulkan masalah ketergantungan pada sumber daya dari luar
daerah.
Oleh karena itu maka pengembangan dan pemberdayaan industri kecil dan
menengah di Kabupaten Halmahera Utara harus mampu meningkatkan daya saing
dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Sehingga dalam
pengembangan industri kecil dan menengah harus melakukan pembenahan diri
dengan berorientasi pada pengkajian peluang dan tantangan yang berbasis
teknologi agar mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi (enginee of economic
growth) bagi perekonomian masyarakat dan daerah.
Bab I I | 120
Perairan Pulau Raha-Pulau Koyobata-Tobelo Tengah, Perairan Tanjung Wosia-
Tobelo Tengah, Perairan Pulau Tulang-Tobelo, Perairan Pulau Tuputupu-Tobelo
Tengah, Perairan Pulau Tagalaya-Tobelo, Perairan Pulau Kakara-Tobelo, Perairan
Loloda Kepulauan di Kabupaten Halmahera Utara;
2. Perikanan Budidaya
Bab I I | 121
3. Pengolahan Hasil Perikanan
Kawasan Pengolahan Perikanan harus didukung oleh keberadaan nelayan
sebagai penghasil bahan baku, dan ketersediaan sarana dan prasarana terutama
listrik, air bersih, dan transportasi (jalan dan pelabuhan). Rencana kawasan
pengolahan perikanan diarahkan pada kawasan pesisir yang potensial. Kawasan ini
merupakan kawasan yang diarahkan menjadi kawasan minapolitan. Sesuai dengan
program Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara maka kawasan peruntukan
pengolahan perikanan diarahkan pada kawasan minapolitan yang terletak pada
kawasan pesisir.
Bab I I | 122
Konsep pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat,
menurut Wearing (2001), sukses atau keberhasilan kegiatan budaya dan pariwisata
sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal.
Karena itu pemberdayaan masyarakat lokal perlu didasarkan pada:
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya
dan tradisi lokal
b. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan
secara merata pada penduduk lokal.
c. Berorientasi pada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah dengan
daya serap tenaga besar dan berorientasi pada teknologi tepat guna
d. Mengembangkan semangat kompetisi sekaligus kooperatif
e. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi
budaya dengan dampak seminimal mungkin.
Konsep pengembangan pariwisata yang berpihak pada masyarakat miskin,
konsep ini dipandang sangat efektif dalam penerapan atau implementasinya untuk
mendorong pengentasan kemiskinan, karena:
a. Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan lintas sektor dan
lintas skala usaha. Dengan berkembangnya kegiatan pariwisata akan
menggerakkan berlapis-lapis mata rantai usaha yang terkait didalamnya
sehingga akan menciptakan efek ekonomi multi ganda yang akan memberikan
nilai manfaat ekonomi yang sangat berarti bagi semua pihak yang terkait dalam
mata rantai usaha kepariwisataan tersebut.
b. Daya tarik sektor pariwisata membentang sampai di daerah terpencil, yang
notabene sangat penting karena orang yang sangat miskin hidup dan tinggal
didaerah terpencil.
c. Adanya kesempatan untuk mendukung aktifitas tradisional seperti agrikultur
dan kerajinan tangan melalui pariwisata
d. Fakta bahwa pariwisata merupakan industry yang membutuhkan tenaga kerja
yang banyak, dimana bisa menyediakan pekerjaan bagi wanita dan remaja
Bab I I | 123
e. Dengan mengesamoingkan faktor ekonomi, pariwisata bisa memberikan
keuntungan non-material seperti memberikan rasa bangga pada budaya lokal.
Konsep keterpaduan pengembangan lintas sektor dalam kerangka kerja
pariwisata tanpa batas, sektor pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki
keterkaitan dan melibatkan banyak sektor, meliputi sektor kehutanan, sektor
kelautan, pertanian dan perkebunan, industri dan perdagangan, telekomunikasi,
perhubungan, lingkungan, kebudayaan, pendidikan, imigrasi dan hubungan luar
negeri.
Adapun konsep pendekatan pengembangan destinasi wisata di Halmahera
Utara adalah sebagai berikut:
Bab I I | 124
Namun demikian segala hal yang dilakukan dalam rangka pengembangan
destinasi wisata di Kabupaten Halmahera Utara harus dilakukan secara integrasi
dengan instansi-instansi terkait, seperti yang tertera di gambar berikut:
Amenitas
/Fasilitas
Wisata
Masyarakat Fasum
Pendukung
Bab I I | 125
Kao dan Loloda. Hal ini memerlukan strategi agar dalam pengembangan ODTW
tersebut dapat memberikan dampak manfaat bagi ODTW yang lainnya, sehingga
konsep pengembangan ODTW di destinasi wisata harus memiliki keterkaitan
dengan destinasi yang lain, seperti ilustrasi pada table dibawah ini:
Tabel 2. 35 Konsep Pengembangan Destinasi Wisata Terintergasi.
Tingkat Konsep Ilustari Tema
Destinasi Pariwisata Skala Wilayah =
keterpaduan sietemik dari destinasi-
destinasi pariwisata yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administratif
I Multi Tema
yang saling sinergi membentuk daya
tarik kolektif dan daya saing
kepariwisataan yang lebih kuat.
Bab I I | 126
snokeling serta underwater activity lainnya, yang tentu saja harus memperhatikan
daya dukung dan daya tampun dari kawasan tersebut. Untuk mengetahui besaran
total rata-rata dari masing-masing item penilaian per wilayah disajikan pada tabel
berikut:
1. Untuk wilayah Tobelo dan Galela bisa dijadikan kawasan destinasi wisata
yang berkonsep mass responsible tourism. Artinya adalah wilayah tersebut
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan
secara beramai-ramai dengan bermacam aktivitasnya seperti aktivitas olah raga,
aktivitas permainan pasir pantai, kuliner, event, dan gathering.
2. Untuk wilayah Loloda bisa dijadikan destinasi wisata yang berkonsep special
interest. Artinya wilayah tersebut dijadikan sebagai daerah tujuan wisata bagi
wisatawan yang ingin menikmati wisata kekhususan seperti diving, snorkeling,
underwater ecotourism, underwater fotograph dan lain sebagainya. Tentu saja
pada wilayah tersebut harus memiliki dan mengendepankan keunikan dan
keontetikan yang dapat menarik para wisatawan
3. Untuk wilayah Kota bisa dijadikan destinasi yang mengedepankan potensi
wisata sejarah dan budaya hal ini dikarenakan pada wilayah Kao banyak
terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah yang dapat dijadikan potensi
wisata sejarah dan budaya.
Bab I I | 127
2.14.6 Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman mendapatkan prioritas
dalam menentukan penggunaan lahan. Pengembangan kawasan permukiman
dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan menepis
kecenderungan pemanfaatan lahan yang hanya memusat pada kantong-kantong
permukiman yang telah ada. Akibatnya, wilayah perdesaan sulit berkembang
karena jauh dari jangkauan sarana.
Kriteria fisik yang dibutuhkan untuk pembangunan kawasan peruntukan
permukiman adalah:
Pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman harus sesuai dengan daya
dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat
dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang
sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup
Kawasan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana
tranportasi umum
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan permukiman harus didukung oleh
ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan
jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan
drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama)
Bab I I | 128
Perkembangan permukiman perkotaan tetap dibatasi dengan ketentuan KDB,
KLB, dan garis sempadan bangunan yang berlaku di Kabupaten Halmahera
Utara.
Melengkapi kawasan-kawasan yang tumbuh menjadi kawasan perkotaan baru
dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Pengaturan izin lokasi untuk pengembang perumahan diarahkan ke kawasan
yang mulai tumbuh dengan penanganan yang agregatif Kawasan permukiman
perkotaan lokasinya tersebar di ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan di
wilayah Kabupaten Halmahera Utara.
2. Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan dengan fungsi utama pertanian
dengan karakteristik kegiatan yang sentralistik, tradisi dan budaya yang kental
berciri pedesaan. Sebagai pengembangan fungsi permukiman perdesaan maka
dikembangkan kawasan permukiman yang mampu menghubungkan kawasan
permukiman dengan pusat pelayanan lokal atau regional di sekitarnya.
Pengaturan permukiman perdesaan yang kondusif dilakukan dengan pengaturan
sebagai berikut:
Pengembangan kawasan permukiman diarahkan membentuk cluster/
pengelompokan terutama pada simpul-simpul kegiatan;
Hubungan pusat-pusat kegiatan (perkotaan) dengan kantong-kantong
permukiman pedesaan tetap terjalin;
Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung kegiatan
pengolahan pertanian, baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun
pariwisata.
Kawasan perdesaan di Kabupaten Halmahera Utara tersebar di hampir seluruh
wilayah kecamatan.
3. Kawasan Permukiman Wilayah Pesisir
Permukiman di wilayah pesisir selatan Halmahera Utara memiliki karakteristik
dan masalah yang berbeda, namun secara umum permasalahan permukiman
berupa permukiman kumuh dan keterbatasan sarana prasarana dasar permukiman.
Bab I I | 129
Secara mendasar, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
permukiman di wilayah pesisir meliputi :
1. Prinsip pengembangan;
2. Pemilihan lokasi;
3. Kualitas lingkungan;
4. Aksesibilitas;
5. Kepadatan penduduk;
6. Dominasi kegiatan.
Prinsip pengembangan permukiman pesisir mengacu pada prinsip
keberlanjutan, harmonis, faktor hukum dan peraturan, daya dukung lingkungan,
kondisi eksisting dan profil demografi, kondisi fisik lingkungan, kebutuhan,
pelayanan sosial, kepuasan penghuni, supply demand, visi masa depan, isu
strategis, konsultasi publik, monitoring dan review program.
Wilayah pesisir yang dapat dikembangkan sebagai lokasi permukiman antara lain :
1. Wilayah pantai terbuka
Tipe permukiman yang dapat dikembangkan adalah permukiman kepadatan
rendah, menengah dan tinggi, mengacu pada kriteria kesesuaian lahan. Contoh
wilayah ini antara lain pada pantai berpasir dengan kemiringan landai.
2. Wilayah pantai tertutup
Batasan pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada aspek lokasi,
mitigasi bencana, serta dukungan adanya sistem jaringan transportasi serta
diselaraskan dengan rencana pengembangan lainnya. Contoh wilayah ini antara lain
teluk, laguna, estuari, dan lain-lain.
Proses penentuan kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah berdasarkan :
Kriteria pemilihan lokasi mencakup kriteria fisik-ekologis, kriteria kebijakan, dan
kriteria sosial budaya.
Kriteria perencanaan kawasan permukiman di wilayah pesisir mengacu pada
kriteria perencanaan tapak kawasan dan pertimbangan masalah lingkungan,
mencakup analisis makro dan mikro iklim, analisis daerah Risiko banjir dan
pasang surut, perencanaan drainase, analisis persediaan air di kawasan,
Bab I I | 130
perbandingan tapak kawasan, analisis dampak lingkungan dan data penunjang
rencana tapak permukiman.
Pengembangan kawasan permukiman nelayan di kawasan pesisir Halmahera Utara
diarahkan sebagai berikut :
1. Dilaksanakan melalui pengembangan kawasan permukiman yang dilengkapi
sarana dan prasarana dasar serta berada di luar kawasan kerusakan pesisir dan
Risiko bencana pesisir; dan
2. Dilaksanakan melalui penataan kawasan permukiman berbasis mitigasi
bencana, serta peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar
permukiman yang terintegrasi.
Kawasan permukiman perdesaan tersebar di desa-desa yang ada di wilayah
kabupaten.
Bab I I | 131
Gambar 2. 50 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Halmahera Utara.
Sumber: Revisi RTRW Kab.Halmahera Utara Tahun 2012-2032.
Bab I I | 132
2.14.7 Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten
yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau
lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan
fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana
tata ruang kawasan strategis.
Kawasan strategis kabupaten berfungsi:
1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;
3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di
dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
kabupaten; dan
5. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan;
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan
pada kawasan yang akan ditetapkan;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:
Bab I I | 133
1) Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang
memiliki kekhususan;
2) Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah
provinsi yang ada di wilayah kabupaten;
3) Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi,
namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;
4) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang
memiliki:
a) Potensi ekonomi cepat tumbuh;
b) Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
c) Potensi ekspor;
d) Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e) Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan;
g) Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi; atau
h) Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di
dalam wilayah kabupaten;
5) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan:
a. Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
b. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
c. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d. Tempat perlindungan peninggalan budaya;
Bab I I | 134
e. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;
atau
f. Tempat yang memiliki potensi keRisiko an terhadap konflik sosial.
6) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:
a. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air
yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
d. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
e. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup;
f. Kawasan Risiko bencana alam; atau
g. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
7) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembangunan wilayah kabupaten;
8) Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi
dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang; dan
9) Mengikuti ketentuan pemetaan kawasan strategis kabupaten sebagai berikut:
a) Deliniasi kawasan strategis harus dipetakan pada satu lembar kertas yang
menggambarkan wilayah kabupaten secara keseluruhan;
b) Pada peta kawasan strategis kabupaten juga harus digambarkan deliniasi
kawasan strategis nasional dan/atau provinsi yang berada di dalam
wilayah kabupaten bersangkutan;
c) Pada bagian legenda peta harus dijelaskan bidang apa yang menjadi
pusat perhatian setiap deliniasi kawasan strategis kabupaten; dan
Bab I I | 135
d) Penggambaran peta kawasan strategis kabupaten harus mengikuti
peraturan perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata ruang.
Sebaran kawasan strategis nasional dan provinsi yang berada dalam wilayah
kabupaten, serta kawasan strategis kabupaten perlu digambarkan dalam peta
kawasan strategis dengan skala peta minimal 1:50.000. Penentuan batasan fisik
kawasan strategis kabupaten pada RTRW kabupaten lebih bersifat indikatif.
Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah
sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kabupaten. Kawasan strategis
yang ada di kabupaten memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan
provinsi. Penetapan kawasan strategis kabupaten didasarkan pada kesepakatan
para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan. Adapun Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) meliputi:
1. Kawasan pelestarian cagar budaya antara lain Rumah Adat Hibua Lamo, Desa
Wisata Kakara, Makam Yasin Gamsungi, Kapaseti, Meriam Pune, Makam Syech
Mansyur, Bunker dan Meriam Kao, Makam Pejuang Bingkas, Bangka Kapal
Tosimaru, Desa Budaya Tobo-tobo, Makam Hendrik Van Dijken, Rumah
Tradisional Bangsaha, Makam Fransciscus X, Tapak Kaki Tona Malangi, Cagar
Budaya Bawah Permukaan/ Peninggalan PD II di Kao Teluk, dan Situs
Peninggalan Jepang di Pulau Meti
2. Kawasan atraksi wisata budaya di setiap kecamatan
Bab I I | 136
c. Kawasan Strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi:
1. Kawasan Pesisir Pulau Loloda Kepulauan, Tobelo Utara, Tobelo, Tobelo
Tengah, Tobelo Selatan, Tobelo Timur, dan Kao Utara
2. Kawasan Pesisir Mangroove di Galela, Galela Utara, Kao, Kao Teluk, Loloda
Kepulauan, Malifut, Tobelo, dan Tobelo Timur
d. Kawasan Strategis untuk kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup:
1. Kawasan tempat perlindungan keanekaragaman hayati
2. Kawasan lindung
3. Kawasan Risiko bencana alam (gempa bumi, tsunami, banjir, longsor,
gunungapi)
4. Daya tarik wisata alam
e. Kawasan Strategis untuk kepentingan Pertahanan Dan Keamanan:
Kawasan pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga (Filipina)
di Kecamatan Loloda Kepulauan.
Bab I I | 137
Gambar 2. 51 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Halmahera Utara
Sumber: Revisi tentang RTRW Kab.Halmahera Utara Tahun 2012-2032.
Bab I I | 138
2.15 Kependudukan
2.15.1 Jumlah Penduduk
Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari 17 Kecamatan dan 196 Kelurahan/
Desa, pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk sebanyak 187.104 jiwa dengan sex
ratio 105, yang berarti bahwa perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan adalah
105 laki-laki berbanding 100 perempuan. Sex ratio tertinggi ada di Kao Barat yaitu
111, Sex ratio terendah yaitu 101 ada di Galela, Loloda Kepulauan, Tobelo Tengah dan
Tobelo Utara. Penduduk terbanyak ada di ibukota kabupaten, yaitu Tobelo sebanyak
34.882 jiwa (18,64%). Sedangkan penduduk paling sedikit ada di Kecamatan Kao
Teluk sebanyak 4.080 jiwa (2,18%).
Bab I I | 139
Penduduk 2017 Rasio
No Kecamatan Jenis
Laki-Laki Perempuan Jumlah %
Kelamin
11 Malifut 6,452 6,160 12,612 6.74 105
12 Tobelo 17,827 17,055 34,882 18.64 105
13 Tobelo Barat 2,559 2,436 4,995 2.67 105
14 Tobelo Selatan 7,638 7,389 15,027 8.03 103
15 Tobelo Tengah 7,384 7,343 14,727 7.87 101
16 Tobelo Timur 3,774 3,428 7,202 3.85 110
17 Tobelo Utara 5,679 5,648 11,327 6.05 101
Jumlah 95,634 91,470 187,104 100.00 105
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara, Tahun 2018
Keterangan:
17 1
16 6% 5% 2
4% 6%
3
15 5%
8% 4
4%
14 5
8% 5%
6
13 5%
3%
7
8 2%
12 6%
19% 9
10 4%
11 5%
7%
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara, Tahun 2018
Keterangan:
1 Galela 10 Loloda Utara 5 Kao 14 Tobelo Selatan
2 Galela Barat 11 Malifut 6 Kao Barat 15 Tobelo Tengah
3 Galela Selatan 12 Tobelo 7 Kao Teluk 16 Tobelo Timur
4 Galela Utara 13 Tobelo Barat 8 Kao Utara 17 Tobelo Utara
9 Loloda Kepulauan
Gambar 2. 52 Sebaran penduduk Kabupaten Halmahera Utara.
Bab I I | 140
2.15.2 Kepadatan Penduduk
Berdasarkan perhitungan dari Geographic Information System (GIS) maka luas
wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah 3.533,50 Km² atau 353.350,42 Ha yang
terdiri dari 17 kecamatan dengan luas bervariasi. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Kao Barat dengan luas wilayah 678,42 km², sedangkan kecamatan dengan
luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Loloda Kepulauan seluas 54,59 km². Jika
dilihat dari kepadatan penduduknya maka kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten
Halmahera Utara adalah 56 jiwa per km², kecamatan terpadat adalah Kecamatan
Tobelo dengan tingkat kepadatan penduduk 259 jiwa per km², sedangkan kecamatan
dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Kao Barat dengan tingkat
kepadatan 14 jiwa per km², dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Keterangan:
Bab I I | 141
Sebaran penduduk dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Halmahera Utara,
terlihat bahwa yang terbanyak ada di di Kecamatan Tobelo sebanyak 32.668 jiwa atau
sekitar 17%, sedangkan yang paling sedikit ada di Kecamatan Tobelo Barat sebanyak
6.078 jiwa atau sekutar 3%. Sementara itu kecamatan lainnya sebaran penduduknya
bervariasi antara 5% - 11% dari total jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Utara.
Bab I I | 142
Tabel 2. 40 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Menurut Jenis
Pendapatan, 2017–2020
Bab I I | 143
Tabel 2. 42 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Menurut Jenis
Belanja, 2017–2020.
Jenis Pendapatan
2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (2) (3)
1.4 Belanja Hibah 27 313 313,50 15 460 345,00 18 856 205,00 60 255 925,50
1.5 Belanja Bantuan Sosial 2 660 827,90 2 488 500,00 1 832 000,00 1 136 965,00
2.3 Belanja Modal 207 201 275,56 192 567 606,58 207 863 305,51 128 226 094,47
Jumlah 1 042 942 179,30 1 051 774 598,76 1 025 852 362,64 784 735 133,81
Sumber: Badan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Halmahera Utara
Kawasan Hutan Produksi terbagi atas hutan produksi terbatas, hutan produksi
tetap dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan yang diperuntukkan bagi
hutan produksi terbatas, dimana eksploitasi hanya melalui tebang pilih dan tanam.
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap, dimana eksploitasi melalui
tebang pilih atau tebang habis dan tanam, Kawasan hutan yang bilamana diperlukan
dapat dialihfungsikan. Kawasan hutan produksi terbatas dengan luas area 69.720,76
ha, hutan produksi seluas 22.194,53 ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi
seluas 78.842,23 ha dengan wilayahnya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Halmahera Utara.
Bab I I | 144
2. Kawasan Pertanian
Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Halmahera Utara merupakan
penggunaan lahan kedua terbesar setelah penggunaan hutan. Lahan pertanian
tersebut ditanami dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman perkebunan,
tanaman pangan, dan tanaman hortikultura. Tanaman perkebunan yang diusahakan
terdiri dari kelapa, cengkeh, coklat, pala, kopi, vanili. Di antara tanaman perkebunan
ini, kelapa merupakan tanaman yang memiliki luas area tanam terbesar yaitu 49.320
ha yang tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Utara disusul
tanaman pala, kakao, cengkeh, sagu, aren dan kopi. Untuk tanaman pangan yang
diusahakan di kabupaten ini, jagung merupakan tanaman pangan dengan luas tanam
terbesar yaitu 20.225 ha, disusul tanaman padi sawah, padi ladang, ubi kayu dan ubi
jalar. Di samping tanaman, di Kabupaten Halmahera Utara dapat juga dijumpai
berbagai jenis ternak seperti sapi, kambing, babi, ayam, dan itik. Dilihat dari
populasinya, ayam merupakan ternak yang terbesar jumlahnya dan terdiri dari ayam
buras, ayam ras pedaging, serta ayam ras petelur.
3. Kawasan Perikanan
Potensi perairan Kabupaten Halmahera Utara sangat besar, dimana mempunyai
potensi sumber daya ikan (standing stock) sebesar + 148.473,8 ton/tahun (termasuk
wilayah ZEEI di Kabupaten Halmahera Utara), dengan potensi tersebut yang dapat
dimanfaatkan (Maximum Sustainable Yield/MSY) sebesar 81.610,6 ton/tahun, dimana
untuk jenis ikan pelagis diperkirakan sebesar 48.964,4 ton/tahun dan ikan demersal
sebesar 32.664,2 ton/tahun. Secara umum berdasarkan hasil survey lapangan
menunjukkan bahwa sentra perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Utara dapat
dikelompokkan dalam beberapa wilayah sebagai sentra kegiatan perikanan. Adapun
sentra-sentra tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok besar yang
terdiri dari beberapa kecamatan dan gugusan pulau-pulau kecil yang terintegrasi
dalam suatu kawasan penangkapan ikan dan pendaratan hasil tangkapan. Kelompok-
kelompok tersebut yaitu :
a) Wilayah Kecamatan Loloda Kepulauan dan Loloda Utara
b) Wilayah Kecamatan Galela
Bab I I | 145
c) Wilayah Kecamatan Tobelo
d) Wilayah Kecamatan Kao
e) Wilayah Kecamatan Malifut
f) Tobelo Selatan
g) Tobelo
h) Tobelo Timur
Bab I I | 146
No. Kategori Objek Dan
Daya Tarik Luas/ Tinggi Lokasi
Wisata
4. Pantai Carlen Pitu Panjang ± 2 km2 Desa Pitu
5. Pantai Tanjung Kakara Panjang ± 1,5 km2 Desa Kakara
6. Pantai Kumo Panjang ± 1 km2 Desa Kumo
7. Pantai Tosimaru Sosol Panjang ± 1 km2 Desa Ngofagita
8. Pantai Tanjung Pilawang. Panjang ± 6 km2 Desa Gura
Panjang ± 1,5 km2
9. Pantai Luari Desa Luari
10. Pantai Ruko Panjang ± 6 km2 Desa Luari
11. Pantai Teluk Sumola Panjang ± 5 km2 Desa Pune
12. Pantai Log Pon Panjang ± 6 km2 Desa Pune
13. Pantai Posi-Posi Panjang ± 6 km2 Desa Posi-Posi
14. Pantai Dorume Panjang ± 6 km2 Desa Darume
15. Pantai Pitu Panjang ± 2 km2 Desa Pitu
16. Pantai Susupa Panjang ± 3 km2 Desa Supu
17. Pantai Salube Panjang ± 1 km2 Desa Salube
A.2. Pulau
1. Pulau Bobale Luas ± 13 ha Desa Bobale
2. Pulau Meti Luas ± 11 ha Desa Meti
3. Pulau Pasir Putih Timbul Luas ± 1 ha Desa Meti
4. Pulau Magaliho Luas ± 8 ha Desa Meti
5. Pulau Takou Luas ± 2 ha Desa Paca
6. Pulau Rango-Rango Luas ± 0,5 ha Desa Mawea
7. Pulau Koyobata Luas ± 5 ha Desa Upa
8. Pulau Tabalingo Luas ± 0,3 ha Desa Gamhoku
9. Pulau Kolorae1 Luas ± 2 ha Desa Pitu-Upa
10. Pulau Kolorae 2 Luas ± 4 ha Desa Pitu-Upa
11. Pulau Bobi Luas ± 1 ha Desa Pitu-Upa
12. Pulau Raha Luas ± 5 ha Desa Pitu-Upa
13. Pulau Tolonuo Luas ± 14 ha Desa Tolonuo
14. Pulau Tulang Luas ± 0,3 ha Desa Rawajaya
15. Pulau Kumo Luas ± 6 ha Desa Kumo
16. Pulau Kakara Besar Luas ± 9 ha Desa Kakara
17. Puau Kakara Kecil Luas ± 5 ha Desa Kakara
18. Pulau Tagalaya Luas ± 12 ha Desa Tagalaya
19. Pulau Pawole Luas ± 5 ha Desa Tagalaya
20. Pulau Tupu-Tupu Luas ± 1 ha Desa Tagalaya
21. Puau Rorangene Luas ± 6 ha Desa Tolonuo
22. Pulau Mede Luas ± 7 ha Desa Mede
23. Pulau Popilo Luas ± 6 ha Desa Popilo
II 24. Pulau Kapa-Kapa Luas ± 1 ha Desa Kapa-Kapa
25. Pulau Tobo-Tobo Luas ± 14 ha Desa Tobo-Tobo
26. Pulau Sedeng Luas ± 4 ha Desa Dama
27. Pulau Dagasuli Luas ± 14 ha Desa Dagasuli
28. Pulau Padosa Luas ± 2 ha Desa Fitako
29. Pulau Lima Luas ± 1 ha Desa Cera
30. Tanjung Bongo Luas ± 11 ha Desa Pune
B. Wisata Tirta
B.1. Talaga (Danau)
1.Talaga Lina Luas ± 8 ha Desa Kai-Pitago
2. Talaga Paca Luas ± 11 ha Desa Talaga
Bab I I | 147
No. Kategori Objek Dan
Daya Tarik Luas/ Tinggi Lokasi
Wisata
3. Talaga Ruko Luas ± 1 ha Desa Ruko
4. Talaga Ruko Tengah Luas ± 0,5 ha Desa Ruko
5. Talaga Ruko Utara Luas ± 0,7 ha Desa Ruko
6. Talaga Biru Luas ± 1 ha Desa Pune
7. Talaga Iven Luas ± 1 ha Desa Pune
8. Talaga Tengah Luas ± 1 ha Desa Pune
9. Talaga Lopon Luas ± 1 ha Desa Pune
10. Talaga Nau Maosi Luas ± 1 ha Desa Pune
11. Talaga Duma Luas ± 30 ha Desa Duma
12. Talaga Makete Luas ± 10 ha Dea Makete
13. Talaga Kapupu Luas ± 9 ha Desa Ngidiho
14. Talaga Kojarati Luas ± 2 ha Desa Makete
B2. Air Terjun
1. Air Terjun Jembatan Batu Tinggi ± 25 m Desa Ruko
2. Air Terjun Kokuguru Tinggi ± 10 m Desa Mede
3. Air Terjun Kontener Tinggi ± 4m Desa Mede
4. Air Terjun Batu Meja Tinggi ± 4m Desa Mede
5. Air Terjun Sapoli Tinggi ± 14 m Desa Samuda
6. Air Terjun Ira Tinggi ± 7m Desa Samuda
7. Air Terjun Namomatape Tinggi ± 8m Desa Samuda
8. Air Terjun Posi-Posi Tinggi ± 20 m Desa Posi-Posi
9. Air Terjun Cera Tinggi ± 25 m Desa Cera
10. Air Terjun Salube Tinggi ± 20 m Desa Cera
11. Air Terjun Kupa- Kupa - Desa Kupa- Kupa
B.3. Air Panas
1. Air Panas Akesahu 2 Titik Desa Akesahu
2. Air Terjun Panas Batu Desa Tolabit
Tinggi ± 2,5 m
Togurati
3. Air Panas Soahukum 3 Titik Desa Soahukum
4. Air Panas Mamuya 1 Titik Desa Mamuya
B.4. Under Water Vulcano Kedalaman ± 15 m
Under Water Vulcano Lisawa Desa Pune
C. Wisata Alam Luas (± 2 ha)
III C.1. Gunung/Bukit
1. Gunung Berapi Dukono Desa Mede, Ruko
2. Gunung Tarakani Desa Suasio
3. Bukit Doa Dukono Lamo Desa Gamsungi
C.2. Habitat Burung
1. Burung Mamua Desa Toweka
2. Burung Maleo Tersebar di hutan
3. Burung Nuri Tersebar di hutan
4. Burung Bidadari Tersebar di
D. Rumah Adat hutan
1. Rumah Adat Hibua Lamo Luas ± 400 m2 Desa Gamsungi
IV 2. Rumah Adat Hibua Lamo Luas ± 100 m2 Desa Toliwang
V E. Peninggalan PD II
E.1 Meriam
1. Meriam Pune Luas ± 24 m2 Desa Pune
2. Meriam Gonga Luas ± 4 m2 Desa Gamsungi
3. Meriam Kao Luas ± 24 m2 Desa Kusu
Bab I I | 148
No. Kategori Objek Dan
Daya Tarik Luas/ Tinggi Lokasi
Wisata
E.2. Bunker
1. Bunker Bobale Luas ± 22 m2 Desa Bobale
2. Bunker Kao Luas ± 24 m2 Desa Kao
E.3. Goa
1. Goa Popon Panjang ± 5 km2 Desa Popon
2. Goa Todagi Panjang ± 6 km2 Desa Samuda
3. Goa Toguti Panjang ± 100 m2 Desa Samuda
4. Goa Takasi Panjang ± 5 m2 Desa Samuda
5. Goa Lubang Tiga Panjang ± 10 m2 Desa Samuda
6. Goa Jepang Panjang ± 150 m2 Desa Igobula
E.4. Bangkai Kapal/ Pesawat
1. Bangkai Kapal Tosimaru Panjang ± 75 m Desa Sosol
2. Bangkai Kapal Kaiyawiyamaru Panjang ± 100 m Desa Kao
3. Bangkai Kapal Haiyawiyamaru Panjang ± 100 m Desa Kao
4. Bangkai Pesawat (Bawah Panjang ± 30 m Desa Meti
Laut)
E.5. Lapangan Terbang
Panjang ± 1.200m
1. Gamarmalamo Desa Dokulamo
2. Kuabang Panjang ±2.000m Desa Kao
3. Kobok (NHM) Panjang ± 700 m Desa Dum-Dum
F. Situs Peradaban
1. Situs Abad XV (Simon Vas/Franciscus 1 Buah Kuburan Mamuya
Xaverius)
2. Situs Abad XV (Fondasi Hibua Lamo Luas ± 100 m2 Talaga Lina
Tua)
3. Situs Abad XVI (Syek 1 Buah Kuburan Desa Popon
Almansur)
4. Situs Abad XVIII (Van 1 Buah Kuburan Desa Duma
Djiken)
5. Situs Kuburan Tua Gunung Rencana Survei Seki, Galsel
Tarakani
Sumber: Dinas Pariwisata Halmahera Utara,Tahun 2017
Bab I I | 149
Gambar 2. 53. Objek Wisata di Kabupaten Halmahera Utara
Bab I I | 150