Kota Tidore Kepulauan sebagai daerah otonom yang dimekarkan dari Kabupaten
Halmahera Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran
wilayah yang diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003.
Secara geografis, letak wilayah Kota Tidore Kepulauan berada pada batas astronomis 0-
20 Lintang Utara dan pada posisi 127- 127,45 Bagian Timur. Kota
Tidore Kepulauan memiliki total luas wilayah 13.862,86 Km2 dengan daratan
Secara administratif, kota Tidore Kepulauan terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 72
desa/kelurahan seperti yang diuraikan berikut ini :
2. Kecamatan Tidore Selatan; Jumlah desa/kelurahan 8 dengan ibukota Gurabati, dan luas
daerah 249,32 Km2.
3. Kecamatan Tidore Utara; Jumlah desa/kelurahan 12 dengan ibukota Rum, dan luas
daerah 221,33 Km2.
4. Kecamatan Tidore Timur; Jumlah desa/kelurahan 4, dengan ibukota Tosa dan luas
daerah 199,92 Km2.
5. Kecamatan Oba; jumlah desa/kelurahan 9 dengan ibukota Payahe, dan luas daerah
2.373,63 Km2.
6. Kecamatan Oba Selatan; Jumlah desa/kelurahan 7, dengan ibukota Lifofa, dan luas
daerah 2.210,92 Km2.
7. Kecamatan Oba Utara; jumlah desa/kelurahan 9 dengan ibukota Sofifi, dan luas
daerah 1.155,91 Km2.
8. Kecamatan Oba Tengah; jumlah desa/kelurahan 12, dengan ibukota Akelamo dan
luas daerah 2.493,17 Km2.
Kel. Topo Tiga Kel. Gurabati Kel. Rum Balibunga Kel. Kalaodi
Kel. Jaya
Kecamata Oba
Utara Kecamatan Oba Tengah Kecamatan Oba Kecamatan Oba Selatan
Desa Galala
Desa Balbar
Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka (Kerjasama BPS dan BAPPEDA)
3.1.2 Geomorfologi
Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat di bagi manjadi 2 bentukan utama
yaitu pada daerah Pulau Tidore dan Pulau Halmahera. Pulau Tidore memiliki satuan bentukan
asal gunungapi. Satuan ini memiliki kelerengan bervariasi mulai dari 2 % hingga lebih dari 40%,
hal ini sesuai dengan jenis bentukan asal Satuan vulkanik.
Selatan Utara
Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Pulau Tidore Menunjukkan Satuan Dataran Vulkanik(Pada
daerah pesisir), Satuan Lereng Vulkanik (Pada bagian lereng), Puncak Gunungapi (Kerucut
vulkanik) dan Perbukitan Vulkanik Denudasional Pada Bagian Utara Sumber: Survey
Lapangan, 2009
Bagian ke dua wilayah Kota Tidore yang berada pada Pulau Halmahera memiliki
karakteristik yang berbeda dengan Pulau Tidore. Satuan geomorfologi ini antara lain adalah
dataran alluvial, perbukitan denudasional, perbukitan denudasional ultramafik, Plato dan
Monoklin.
Utara Selatan
Gambar 2.2 Morfologi Wilayah Kota Tidore Kepulauan yang Berada pada Pulau Halmahera
Terdiri Dari Dataran( Daerah pesisir) dan Satuan Perbukitan Terdenudasi pada Daerah Timur
Sumber: Survey Lapangan, 2009
Satuan batuan Gunungapi muda sering juga disebut sebagai satuan batuan
gunungapi Holosen. merupakan endapan dari gunungapi Kiematubu. Terdiri dari breksi
gunungapi, Lava, tufa dan abu vulkanik. Breksi gunungapi terdiri dari andesit piroksen,
kelabu tua, kompak ukuran butir daro 3 hingga 100cm, Batu apung; putih kecoklatan,
ringan, amidaloidal, getas.
Struktur geologi daerah Kota TIdore Kepulauan yang berkembang adalah sesar.
Sesar banyak dijumpai di daerah Pulau Halmahera. Sesar ini berkembang Barat Laut -
Tenggara dan Timur Laut Barat Daya. Jenis sesar agak sulit di identifikasi di lapangan,
bidang sesar yang dijumpai di lapangan berupa zona hancuran, pada zona ini di jumpai
filit dan tampak mineral pengisi rekahan.
Kemiringan lapisan secara umum adalah ke arah barat, akan tetapi beberapa
tempat dijumpai kemiringan ke arah utara (N268 O E/ 30O). Besar kemiringan batuan
berkisar antara 10 O hingga 30 O.
Gambar 2.7 Singkapan Batupasir dengan Kedudukan Batuan N268 O E/ 30Opada Perselingan
Struktur sesar merupakan daerah yang rawan terjadi gerakan tanah. Kejadian
gerakan tanah ini terutama pada saat hujan turun dan juga jika terjadi gempa.
3.1.4 Iklim
Keadaan iklim di Kota Tidore Kepulauan tidak berbeda jauh dengan iklim di daerah-daerah
lainnya di pulau Halmahera dan sekitarnya yaitu beriklim tropis lembab, yang dipengaruhi
angin laut. Iklim daerah ini sangat di pengaruhi oleh laut Halmahera, laut Seram dan laut
Maluku.
3.1.5. Tanah
Lokasi
Satuan Peta
No Penyebaran Great Group Sub Ordo Ordo
Tanah (SPT
)
(kecamatan)
1 Tidore 79 Inceptisols Udepts Eutrudepts
Endoaquent
5 Oba 4 Entisols Aquents s
Haplohemist
Histosols Hemists s
Endoaquent
Entisols Aquents s
Endoaquent
6 Oba Selatan 4 Entisols Aquents s
Haplohemist
Histosols Hemists s
Endoaquent
Entisols Aquents s
79 Inceptisols Udepts Eutrudepts
Sumber : Peta Sumberdaya Tanah Lembar Ternate (NA 52) dan Ambon (MA 52) skala 1:
1.000.000 tahun 2000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.
Kemiringan Lereng
Kedalaman
Tekstur
Erosi tanah
Erosi merupakan pengikisan tanah permukaan oleh agensia air atau angin.
Erosi tanah yang terjadi di lahan-lahan wilayah Kota Tidore Kepulauan pada
permukaan tanah yang sudah tidak bervegetasi.
3.1.6 Curah Hujan
Curah hujan tertinggi terjadi bulan Juni dengan hari hujan 20 di susul bulan September
dan Februari pada tahun 2006 kemudian untuk curah hujan tertinggi pada tahun 2007 yaitu
pada bulan November dengan jumlah hari hujan 12 disusul bulan Juni dan Januari.
Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25oC sampai 26,6oC. Suhu udara rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Maret dan Juni. Kelembaban
relatif udara rata-rata bulanan berkisar antara 80% hingga 90%. Kelembaban rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Juli Lama penyinaran matahari rata-
rata bulanan berkisar antara 20% sampai 79%, dengan lama penyinaran tertinggi terjadi pada
bulan Agustus dan terendah pada bulan September. Kecepatan angin rata-rata berkisar antara
11 km/jam dan 25 km/jam. Kecapatan angin tertinggi terjadi pada bulan Februari, dan
terendah terjadi pada bulan November.
Rata-rata curah hujan dari stasiun yang ada di Kota Tidore Kepulauan adalah 24.55
mm/tahun. Bulan Basah terjadi rata-rata 6-7 bulan per-tahun dan Bulan Lembab terjadi hanya
3-4 bulan. Rata-rata jumlah hari hujan pada stasiun penakar curah hujan di Kota Tidore
Kepulauan adalah 7 hari. Alat pencatat hujan di BPP Kecamatan Oba Utara dalam kondisi
rusak.
Morh (1933) cit. Sutarno, (1998) membagi bulan basah dan bulan kering ke dalam tiga
golongan, yaitu :
Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan > 100 mm.
Bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan 60-100 mm.
Bulan kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan < 60 mm.
3.1.7 Hidrologi
Secara umum ketersediaan air bersih di Pulau Tidore mengalami kesulitan terutama pada
musim kemarau. Pada daerah pesisir yang tidak terlayani PDAM, air bersih didapatkan dari
sumur gali penduduk. Pada musim kemarau, sumur ini penurunan air dan kadang terasa agak
payau. Sumur ini dapat melayani 30 Kepala keluarga. Mereka menimba dan menggunakan
gerobak untuk mengangkut dari sumur ke rumah-rumah.
Gambar 2.9 Sumur Penduduk Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih
Pada daerah yang agak tinggi baik di Pulau Tidore maupun di Halmahera, pada
umumnya memanfaatkan mata air.
Gambar 2.10 (a)Mata Air di Desa Gurabunga Dengan Debit 0,3 l/dt. (b)Pada Musim Hujan
Bahan galian C adalah sumberdaya mineral yang utama di Kota Tidore Kepulauan.
Bahan galian tersebut adalah, pasir, kerikil, batu andesit, dan batuapung.
Gambar 2.11 Craser yang Berada di Tepi Sungai Oba
Gambar 2.12 Lokasi Tambang Batu Apung (Batu Tela di Dekat Desa Surumalau)
Panas Bumi
Sumber daya energi panas bumi yang potensial terdapat di Akesahu, Kecamatan
Tidore Timur.
Air terjun
Air terjun di Kota Tidore Kepulauan terdapat di air terjun Luku Celeng Kelurahan
Kalaodi Kecamatan Tidore Timur.
Dua sumber daya energi tersebut saat ini berpotensi sebagai sumber energi
alternatif untuk kebutuhan energi listrik di Kota Tidore Kepulauan yang dapat
melayani seluruh Kota Tidore Kepulauan.
Kecamata
No n Ubi Kacang Kacang Kacang
Ubi-
Padi Jagung ubian
Kayu Tanah Kedelai Hijau
0.5
1 Tidore 7 8.00 0.52 0.33 0.33
Tidore 0.3
2 Selatan 3 4.00 1.60 0.33 0.33
Tidore 1.1
3 Utara 6 4.67 0.95 0.33 0.33
Tidore
4 Timur 0.00
0.9
5 Oba 0.91 4 0.67 1.00 0.90 2.23
1.3
6 Oba Utara 3 0.33 0.87 0.33
Oba
7 Selatan
Oba
8 Tengah 6.67 0.20
4.3
Jumlah 0.91 4 24.33 4.93 2.23 3.23
N Jenis
o Tanaman Tidore Tidore Tidore Oba Oba Oba
Tidore Oba Jumlah
Utar
Selatan Utara Timur a Selatan Tengah
Sayur-sayuran
0,
1 Bawang Merah 0,47 6 0,0 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 1,5
0,
2 Lombok 0,75 8 0,7 0,0 1,0 0,7 0,2 0,0 4,1
0,
3 Ketimun 0,33 3 0,3 0,0 0,9 0,6 0,0 0,0 2,5
1,
4 Terong 1,00 0 1,0 0,0 1,7 12,4 0,3 0,0 17,5
0,
5 Bayam 1,58 3 1,5 0,0 2,0 1,5 0,3 0,0 7,2
0,
6 Kangkung 3,17 3 2,2 0,0 3,6 2,8 0,2 0,0 12,3
1,
7 Kacang Panjang 0,33 0 0,9 000,0 1,0 0,7 0,3 0,0 4,2
Petsa 0,
8 i 0,93 3 0,3 0,0 0,7 0,7 0,0 0,0 3,0
0,
10 Labusiam 1,11 3 0,7 0,3 0,0 0,3 0,0 0,0 2,7
N Jenis
o Tanaman Tidore Tidore Tidore Oba Oba Oba
Tidore Oba Jumlah
Utar
Selatan Utara Timur a Selatan Tengah
Buah-buahan
11 Advokad 6,97 6,9 1,4 0,0 13,6 35,3 0,3 0,0 64,4
12 Jeruk 0,00 0,3 0,7 0,0 6,7 31,3 0,1 0,0 39,1
13 Mangga 154,44 205,0 1.334,0 0,3 17,0 249,6 0,0 0,0 1.960,4
14 Langsat 0,00 0,3 0,7 0,0 8,7 6,7 0,3 0,0 16,7
15 Durian 26,67 30,0 30,0 0,0 3,3 75,0 0,0 0,0 165,0
16 Pepaya 26,67 26,7 206,7 6,7 206,7 610,5 0,0 0,0 1.083,8
17 Nenas 0,00 5,3 5,7 0,0 11,0 6,1 5,0 0,0 33,1
18 Pisang 175,22 200,0 200,0 66,7 195,5 377,3 60,0 60,0 1.334,8
19 Nangka 30,00 6,7 28,3 0,0 57,5 300,0 6,7 0,0 429,2
20 Rambutan 8,00 0,0 11,3 2,7 29,2 61,3 0,0 0,0 112,5
Kota Tidore Kepulauan mempunyai lahan pertanian seluas 240, 72 Km2 dengan 8
Kecamatan. Pertanian yang paling menonjol yaitu ubi kayu untuk tanaman pangan
karena rata-rata semua daerah menghasilkan ubi kayu sedangkan untuk tanaman sayur
yang paling berkembang adalah terong dan mangga untuk buah-buahannya.
Huta
No n Hutan
. Kecamatan Hutan Hutan Hutan Luas
Suak Produks
a i Produks Konvers
Lindung i i Areal
Terbata
Alam s
Sumber : Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka 2006, 2007, 2008, 2009, BPS dan Hasil Analisis
3.1.12 Sumber Daya Perikanan
Wilayah Kota Tidore Kepulauan terdiri dari wilayah daratan (42,51%) dan lautan (57,49%).
Secara umum wilayah lautan Kota Tidore Kepulauan termasuk dalam Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) 6, yaitu WPP Laut Seram dan Teluk Tomini.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan pada WPP 6 masih rendah kecuali untuk kelompok
udang penaid yang sudah mencapai lebih tangkap (over fishing). Sub sektor perikanan di Kota
Tidore Kepulauan memegang peranan penting sebagai penyumbang PDRB tertinggi dalam
sektor pertanian.
Armada perikanan tangkap Kota Tidore Kepulauan sementara ini masih tergolong kecil,
sebab sebagian besar terdiri dari motor tempel (56,95%) dan perahu tanpa motor (32,67%)
dan hanya 6,56% saja yang merupakan kapal motor dengan ukuran <30GT dan semua kapal
motor hanya ada di Kecamatan Tidore Utara dan Tidore Selatan. Hasil tangkapan ikan nelayan
di Kota Tidore Kepulauan masih dapat ditingkatkan, yaitu dengan mengambil sumberdaya ikan
di WPP 6 (Laut Seram dan Teluk Tomini) yang diketahui masih rendah tingkat
pemanfaatannya. Namun demikian, untuk memanfaatkan potensi tersebut nelayan Kota
Tidore Kepulauan akan menghadapi kendala akibat minimnya jumlah armada penangkapan
ikan yang memadai.
(PTM) 382
Di Kota Tidore Kepulauan saat ini telah tersedia Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan telah
dilengkapi dengan berbagai sarana seperti cold storage, pabrik es, tangki BBM, bengkel,
workshop, sarana air bersih, gedung TPI dan sebagainya yang terletak di Soasio. Namun sarana
PPI yang telah dibangun tersebut sementara ini belum dimanfaatkan oleh para nelayan. Salah
satu kendala tampaknya belum terciptanya pasar yang kondusif dibanding dengan yang ada di
Ternate.
Peternakan di Kota Tidore Kepulauan sampai dengan tahun 2008 masih didominasi oleh
ternak unggas (70%) dan sedang ternak ruminansia yang terdiri dari sapi dan kambing hanya
sebanyak 30% (Gambar 2.18). Jenis ternak unggas dominan di Kota Tidore Kepulauan adalah
ayam bukan ras (buras) yang jumlahnya mencapai 60% dari populasi ternak yang ada.
Pemeliharaan ternak ayam buras tersebut umumnya dilakukan secara tradisional dan bersifat
sambilan atau belum dilakukan secara profesional. Pada Gambar 2.19 tampak bahwa populasi
ayam buras yang dipelihara tersebar di semua kecamatan, meskipun populasi tertinggi
terdapat di kecamatan Tidore dan Oba Selatan. Peternak ayam pedaging di Kota Tidore
Kepulauan hanya terdapat di Pulau Tidore saja sedang untuk ayam petelur di P. Tidore dan P.
Halmahera khususnya kecamatan Oba Utara (Gambar 2.19).
1% 5%
5%
4%
Sapi
Kambing
Ayam Petelur
Ayam Pedaging
25%
Ayam Buras
60%
Itik
Gambar 2.18 Jenis Hewan Ternak di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2008
Oba Selatan
Oba Tengah
Oba Utara
Itik
Oba
Ayam Buras
Ayam Pedaging
Tidore Selatan
Tidore Utara
Tidore
Jumlah (ekor)
Gambar 2.19 Jumlah Ternak Unggas di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2008
Kondisi kualitas air di perairan Kota Tidore Kepulauan umumnya baik untuk
kegiatan budidaya ikan. Sebagai contoh kualitas perairan di sekita P. Maitara yaitu
salinitas 30-32%o, kecerahan 110-130 cm, kecepatan arus 27-30 m/s, pasang surut 50-
170 cm, kedalaman 0,5-1,9 m, pH 6,5-7,5, dan oksigen terlarut 5-7,5 ppm (DKP, 2007).
Kondisi pantai Kota Tidore Kepulauan sebagian berpasir, terjal dan sebagian lagi
ditumbuhi mangrove khususnya di kawasan yang ada sumber air tawarnya (sungai).
Namun demikian sebagain lahan mangrove telah mulai dikonversi untuk menjadi lahan
tambak (seperti di Kayasa), perumahan dan juga untuk kebutuhan kayu bakar.
3.2 Kependudukan dan Sosial Budaya
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Tahun 2015 dan 2016
Gambar 2.27 Pie Chart Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Tahun 2008
Pada tahun 2008 kepadatan penduduk tertinggi dan terendah sudah bergeser
akibat dari pemekaran wilayah menjadi kecamatan baru. Kepadatan penduduk kasar
tahun 2008 tertinggi di Kecamatan Tidore sebesar 98 jiwa/Km2. Wilayah yang
mempunyai kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Oba Tengah ( 3
jiwa/Km2) sebagai pemekaran dari Kecamatan Oba Utara. Dari data tahun 2008
terlihat bahwa pulau Tidore lebih padat penduduknya dari pada wilayah Kota Tidore
Kepulauan yang berada di pulau Halmahera.
PENENTUAN TITIK GCP DAN ICP KAWASAN STRATEGIS EKONOMI L APORAN
WILAYAH SOFIFI, GITA DAN PAYAHE P ENDAHULUAN
II - 41