Anda di halaman 1dari 41

II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Tidore Kepulauan

3.1.1. Letak Geografis, Luas Wilayah dan Batas Wilayah Administrasi

Kota Tidore Kepulauan sebagai daerah otonom yang dimekarkan dari Kabupaten
Halmahera Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang pemekaran
wilayah yang diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003.

Secara geografis, letak wilayah Kota Tidore Kepulauan berada pada batas astronomis 0-
20 Lintang Utara dan pada posisi 127- 127,45 Bagian Timur. Kota

Tidore Kepulauan memiliki total luas wilayah 13.862,86 Km2 dengan daratan

9.116,36 Km2 dan batas wilayah sebagai berikut :

-Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternatedan


Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera barat.

-Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan, Kabupaten


Halmahera Timur dan Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera
Tengah
-Sebelah Selatan Berbatasan dengan Gane Barat Kabupaten Halmahera Selatan
dan Kecamatan pulau Moti Kota ternate.

-Sebelah Barat Berbatasan dengan Laut Maluku.

Secara administratif, kota Tidore Kepulauan terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 72
desa/kelurahan seperti yang diuraikan berikut ini :

1. Kecamatan Tidore; Jumlah desa/kelurahan 11 dengan ibukota Gamtufkange, dan luas


daerah 212,15 Km2.

2. Kecamatan Tidore Selatan; Jumlah desa/kelurahan 8 dengan ibukota Gurabati, dan luas
daerah 249,32 Km2.

3. Kecamatan Tidore Utara; Jumlah desa/kelurahan 12 dengan ibukota Rum, dan luas
daerah 221,33 Km2.
4. Kecamatan Tidore Timur; Jumlah desa/kelurahan 4, dengan ibukota Tosa dan luas
daerah 199,92 Km2.

5. Kecamatan Oba; jumlah desa/kelurahan 9 dengan ibukota Payahe, dan luas daerah
2.373,63 Km2.

6. Kecamatan Oba Selatan; Jumlah desa/kelurahan 7, dengan ibukota Lifofa, dan luas
daerah 2.210,92 Km2.

7. Kecamatan Oba Utara; jumlah desa/kelurahan 9 dengan ibukota Sofifi, dan luas
daerah 1.155,91 Km2.

8. Kecamatan Oba Tengah; jumlah desa/kelurahan 12, dengan ibukota Akelamo dan
luas daerah 2.493,17 Km2.

Tabel 3.1 Jumlah Kelurahan dan Desa di Kota Tidore Kepulauan

Kecamatan Tidore Kecamatan Tidore Kecamatan Tidore


Kecamatan Tidore Selatan Utara Timur

Kel. Seli Desa Marekofo Desa Maitara Kel. Mafututu

Kel. Soadara Desa Maregam Desa Maitara Selatan Kel. Tosa

Kel. Topo Kel. Tongowai Kel. Rum Kel. Dowora

Kel. Topo Tiga Kel. Gurabati Kel. Rum Balibunga Kel. Kalaodi

Kel. Soasio Kel. Tomalou Kel. Sirongo Folaraha

Kel. Gamtufkange Kel. Tuguiha Kel. Gubukusuma

Kel. Folarora Kel. Dokiri Kel. Bobo

Kel. Gurabunga Kel. Toloa Kel. Mareku

Kel. Indonesiana Kel. Afa Afa

Kel. Tomagoba Kel. Ome

Kel. Goto Kel. Fobaharu

Kel. Jaya

Kecamata Oba
Utara Kecamatan Oba Tengah Kecamatan Oba Kecamatan Oba Selatan

Desa Somahode Desa Lola Desa Kususinopa Desa Lifofa

Desa Akekolano Kel. Akelamo Kel. Payahe Desa Wama

Desa Oba Desa Togeme Desa Toseho Desa Nuku

Kel. Sofifi Desa Akegurai Desa Gitaraja Desa Tagalaya

Kel. Guraping Desa Akesai Desa Woda Desa Maidi

Desa Kaiyasa Desa Aketobololo Desa Kosa Desa Selamalofo


Desa Garojou Desa Akedotiou Desa Koli Desa Hager

Desa Kusu Desa Aketobatu Desa Bale

Desa Ampera Desa Tadupi Desa Tului Talagamori

Desa Bukit Durian

Desa Galala

Desa Balbar

Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka (Kerjasama BPS dan BAPPEDA)
3.1.2 Geomorfologi

Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat di bagi manjadi 2 bentukan utama
yaitu pada daerah Pulau Tidore dan Pulau Halmahera. Pulau Tidore memiliki satuan bentukan
asal gunungapi. Satuan ini memiliki kelerengan bervariasi mulai dari 2 % hingga lebih dari 40%,
hal ini sesuai dengan jenis bentukan asal Satuan vulkanik.

Selatan Utara

Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Pulau Tidore Menunjukkan Satuan Dataran Vulkanik(Pada
daerah pesisir), Satuan Lereng Vulkanik (Pada bagian lereng), Puncak Gunungapi (Kerucut
vulkanik) dan Perbukitan Vulkanik Denudasional Pada Bagian Utara Sumber: Survey
Lapangan, 2009

Bagian ke dua wilayah Kota Tidore yang berada pada Pulau Halmahera memiliki
karakteristik yang berbeda dengan Pulau Tidore. Satuan geomorfologi ini antara lain adalah
dataran alluvial, perbukitan denudasional, perbukitan denudasional ultramafik, Plato dan
Monoklin.

Utara Selatan
Gambar 2.2 Morfologi Wilayah Kota Tidore Kepulauan yang Berada pada Pulau Halmahera
Terdiri Dari Dataran( Daerah pesisir) dan Satuan Perbukitan Terdenudasi pada Daerah Timur
Sumber: Survey Lapangan, 2009

3.1.3 Kondisi geologi

3.1.3.1 Satuan Batuan

Sejarah pembentukan batuan di Kota Tidore Kepulauan adalah di mulai pada


Oligosen yaitu dengan diendapkannya Batuan Gunungapi Formasi Bacan. Formasi ini
terdiri dari batuan gunungapi berupa lava, breksi dan tufa dengan sisipan batupasir dan
konglomerat.

Gambar 2.3 Singkapan Batas Satuan Breksi Dengan Lava


yang Menunjukkan Adanya Stuktur Aliran di Daerah
Mareku Sumber: Survey Lapangan, 2009

Beberapa singkapan tampak jelas kontak antara batupasir dan konglomerat,


kontak ini menunjukkan adanya bidang erosi.
Gambar 2.4 Singkapan Kontak Antara Batupasir dan Konglomerat Tampak Konglomerat
Menggerus Satuan Batupasir. Lokasi Sekitar Balisosa Sumber: Survey Lapangan, 2009

Satuan batuan Gunungapi muda sering juga disebut sebagai satuan batuan
gunungapi Holosen. merupakan endapan dari gunungapi Kiematubu. Terdiri dari breksi
gunungapi, Lava, tufa dan abu vulkanik. Breksi gunungapi terdiri dari andesit piroksen,
kelabu tua, kompak ukuran butir daro 3 hingga 100cm, Batu apung; putih kecoklatan,
ringan, amidaloidal, getas.

Gambar 2.5 Singkapan Batuan

Sumber: Survey Lapangan, 2009


3.1.3.2 Struktur Geologi

Struktur geologi daerah Kota TIdore Kepulauan yang berkembang adalah sesar.
Sesar banyak dijumpai di daerah Pulau Halmahera. Sesar ini berkembang Barat Laut -
Tenggara dan Timur Laut Barat Daya. Jenis sesar agak sulit di identifikasi di lapangan,
bidang sesar yang dijumpai di lapangan berupa zona hancuran, pada zona ini di jumpai
filit dan tampak mineral pengisi rekahan.

Gambar 2.6 Singkapan Bidang Sesar yang Berupa Zona Hancuran

Sumber: Survey Lapangan, 2009

Kemiringan lapisan secara umum adalah ke arah barat, akan tetapi beberapa
tempat dijumpai kemiringan ke arah utara (N268 O E/ 30O). Besar kemiringan batuan
berkisar antara 10 O hingga 30 O.
Gambar 2.7 Singkapan Batupasir dengan Kedudukan Batuan N268 O E/ 30Opada Perselingan

Batupasir. Lokasi di Sekitar Payahe

Sumber: Survey Lapangan, 2009

Struktur sesar merupakan daerah yang rawan terjadi gerakan tanah. Kejadian
gerakan tanah ini terutama pada saat hujan turun dan juga jika terjadi gempa.

3.1.4 Iklim

Keadaan iklim di Kota Tidore Kepulauan tidak berbeda jauh dengan iklim di daerah-daerah
lainnya di pulau Halmahera dan sekitarnya yaitu beriklim tropis lembab, yang dipengaruhi
angin laut. Iklim daerah ini sangat di pengaruhi oleh laut Halmahera, laut Seram dan laut
Maluku.

3.1.5. Tanah

Tabel 3.2 Penyebaran Jenis Tanah Berdasarkan Klasifikasi


USDA

Lokasi
Satuan Peta
No Penyebaran Great Group Sub Ordo Ordo
Tanah (SPT
)
(kecamatan)
1 Tidore 79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

2 Tidore Utara 79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

3 Tidore Selatan 79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

4 Tidore Timur 79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

Endoaquent
5 Oba 4 Entisols Aquents s

Haplohemist
Histosols Hemists s

21 Inceptisols Udepts Dystrudepts

Endoaquent
Entisols Aquents s

79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

87 Ultisols Udults Hapludults

Inceptisols Udepts Dystrudepts

150 Andisols Udands Hapludands

Inceptisols Udepts Dystrudepts

Endoaquent
6 Oba Selatan 4 Entisols Aquents s

Haplohemist
Histosols Hemists s

21 Inceptisols Udepts Dystrudepts

Endoaquent
Entisols Aquents s
79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

87 Ultisols Udults Hapludults

Inceptisols Udepts Dystrudepts

No Penyebaran Great Group Sub Ordo Ordo


Tanah (SPT
(kecamatan) )

7 Oba Utara 19 Inceptisols Aquepts Endoaquepts

Inceptisols Fluvents Udifluvents

21 Inceptisols Udepts Dystrudepts

Entisols Aquents Endoaquents

39 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Alfisols Udalfs Hapludalfs

79 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Molisols Rendolls Haprendolls

87 Ultisols Udults Hapludults

Inceptisols Udepts Dystrudepts

150 Andisols Udands Hapludands

Inceptisols Udepts Dystrudepts

8 Oba Tengah 21 Inceptisols Udepts Dystrudepts

Entisols Aquents Endoaquents

39 Inceptisols Udepts Eutrudepts

Alfisols Udalfs Hapludalfs

79 Inceptisols Udepts Eutrudepts


Molisols Rendolls Haprendolls

87 Ultisols Udults Hapludults

Inceptisols Udepts Dystrudepts

150 Andisols Udands Hapludands

Inceptisols Udepts Dystrudepts

Sumber : Peta Sumberdaya Tanah Lembar Ternate (NA 52) dan Ambon (MA 52) skala 1:
1.000.000 tahun 2000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

3.1.5.1 Penggunaan Lahan


Tabel 3.3 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan di Kota Tidore Kepulauan

No Penggunaan Luas (Km2) %

1 Permukiman 486,86 5,34

2 Kebun Campuran 1.483,59 16,27

3 Perkebunan 23,31 0,26

4 Mangrove 82,78 0,91

5 Hutan 6.084,29 66,74

6 Tanah Terbuka 1,91 0,02

7 Persawahan 140,49 1,54

8 Tegalan 489,34 5,37

9 Semak Belukar 323,79 3,55

Jumlah 9.116,36 100,00

Sumber: Penghitungan Berdasar Citra Satelit


Berdasarkan Peta Jenis Penggunaan Lahan (2008) Kota Tidore Kepulauan
masih didominasi oleh hutan (66,74%). Kemudian Kebun campuran (16,27%) dan
ketiga adalah Tegalan (5,57%). Adapun pertanian adalah 1,54 % berupa sawah
dengan kondisi pemanfaatan lahan ini laju peralihan dari lahan hutan menjadi yang
lain dapat menjadikan kemungkinan terjadinya perubahan ekosistem yang paling
mendasar. Penggunaan lahan di Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat pada peta 2.3

3.1.5.2 Kemampuan Lahan

Kemiringan Lereng

Lahan di wilayah Kota Tidore Kepulauan yang didominasi oleh perbukitan


Tektonik mempunyai kemiringan lereng yang beragam dari landai sampai sangat
curam namun. Berikut ini tersaji tabel luas kemiringan lereng Kota Tidore
Kepulauan.

Tabel 3.4 Luas Kemiringan Lereng Kota Tidore Kepulauan


Persentase
Kemiringan luas
Luas (km2) Kelas
Lereng (%)

0-2 2855.01 28.55 Datar

2-15 1611.10 16.11 Landai

15-40 3517.17 35.17 Agak Curam

>40 1133.10 11.33 Sangat curam

Jumlah 9116.38 100

Sumber: SK Menteri Pertanian Nomer 837/KPTS/UM/11.1980

Kedalaman

Kota Tidore Kepulauan dengan kondisi iklim yang mendukung proses


pembantukan tanah menghasilkan tanah-tanah yang mempunyai jeluk dangkal
akibat dari kemiringan yang curam sehingga tanah mudah terkikis pada saat
terjadinya erosi.

Tekstur

Tanah-tanah di wilayah Kota Tidore Kepulauan banyak didominasi oleh


tekstur sedang sampai halus, ada beberapa lokasi yang bertekstur kasar sampai
agak kasar. Tekstur tanah berperan dalam menentukan sifat fisik dan kimia tanah.

Erosi tanah

Erosi merupakan pengikisan tanah permukaan oleh agensia air atau angin.
Erosi tanah yang terjadi di lahan-lahan wilayah Kota Tidore Kepulauan pada
permukaan tanah yang sudah tidak bervegetasi.
3.1.6 Curah Hujan

Curah hujan tertinggi terjadi bulan Juni dengan hari hujan 20 di susul bulan September
dan Februari pada tahun 2006 kemudian untuk curah hujan tertinggi pada tahun 2007 yaitu
pada bulan November dengan jumlah hari hujan 12 disusul bulan Juni dan Januari.

Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25oC sampai 26,6oC. Suhu udara rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Maret dan Juni. Kelembaban
relatif udara rata-rata bulanan berkisar antara 80% hingga 90%. Kelembaban rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Juli Lama penyinaran matahari rata-
rata bulanan berkisar antara 20% sampai 79%, dengan lama penyinaran tertinggi terjadi pada
bulan Agustus dan terendah pada bulan September. Kecepatan angin rata-rata berkisar antara
11 km/jam dan 25 km/jam. Kecapatan angin tertinggi terjadi pada bulan Februari, dan
terendah terjadi pada bulan November.

Rata-rata curah hujan dari stasiun yang ada di Kota Tidore Kepulauan adalah 24.55
mm/tahun. Bulan Basah terjadi rata-rata 6-7 bulan per-tahun dan Bulan Lembab terjadi hanya
3-4 bulan. Rata-rata jumlah hari hujan pada stasiun penakar curah hujan di Kota Tidore
Kepulauan adalah 7 hari. Alat pencatat hujan di BPP Kecamatan Oba Utara dalam kondisi
rusak.

Morh (1933) cit. Sutarno, (1998) membagi bulan basah dan bulan kering ke dalam tiga
golongan, yaitu :

Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan > 100 mm.

Bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan 60-100 mm.
Bulan kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan < 60 mm.

Gambar 2.8 Grafik Golongan Bulan Basah dan Kering

Sumber : Analisis Studio

3.1.7 Hidrologi

Secara umum ketersediaan air bersih di Pulau Tidore mengalami kesulitan terutama pada
musim kemarau. Pada daerah pesisir yang tidak terlayani PDAM, air bersih didapatkan dari
sumur gali penduduk. Pada musim kemarau, sumur ini penurunan air dan kadang terasa agak
payau. Sumur ini dapat melayani 30 Kepala keluarga. Mereka menimba dan menggunakan
gerobak untuk mengangkut dari sumur ke rumah-rumah.
Gambar 2.9 Sumur Penduduk Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih

Pada daerah yang agak tinggi baik di Pulau Tidore maupun di Halmahera, pada
umumnya memanfaatkan mata air.

Gambar 2.10 (a)Mata Air di Desa Gurabunga Dengan Debit 0,3 l/dt. (b)Pada Musim Hujan

Masyarakat Menampung Air Dalam Bak Penampungan


Pada musim penghujan umumnya masyarakat memanfaatkan air dengan menampung air
yang jatuh di genting dan mengalirkannya ke dalam bak penampung air.

Sungai sungai yang besar di Halmahera diantaranya adalah S.Kayasa, S.Akelamo,


S.Neweri, S.Sinofa, S.Tafaga, S.Lifofa.
3.1.8 Sumber Daya mineral

Bahan galian C adalah sumberdaya mineral yang utama di Kota Tidore Kepulauan.
Bahan galian tersebut adalah, pasir, kerikil, batu andesit, dan batuapung.
Gambar 2.11 Craser yang Berada di Tepi Sungai Oba

Gambar 2.12 Lokasi Tambang Batu Apung (Batu Tela di Dekat Desa Surumalau)

Sumber daya mineral di Kota Tidore Kepulauan:

Andesit terdapat di Desa Bobo, Kelurahan Dokiri dan Kelurahan Soadara


Batupasir terdapat di Desa Akelamo, Kecamatan Oba utara


Batuapung terdapat di Dusun Surumalau , Kecamatan Tidore


Tanah Liat terdapat di Desa Mare Kofo Kecamatan Tidore Selatan


Batu Pemban terdapat di Desa Akelamo, Lolo dan Payahe


Tembaga terdapat di Desa Payahe Kecamatan Oba.


Emas Terdapat di Desa Noramaake Kecamatan Oba Tengah


Gambar 2.13 Tambang Batupasir, dan Kerikil di Desa Gurabunga

3.1.9 Sumber Daya Energi

Panas Bumi

Sumber daya energi panas bumi yang potensial terdapat di Akesahu, Kecamatan
Tidore Timur.

Air terjun

Air terjun di Kota Tidore Kepulauan terdapat di air terjun Luku Celeng Kelurahan
Kalaodi Kecamatan Tidore Timur.

Dua sumber daya energi tersebut saat ini berpotensi sebagai sumber energi
alternatif untuk kebutuhan energi listrik di Kota Tidore Kepulauan yang dapat
melayani seluruh Kota Tidore Kepulauan.

3.1.10 Sumber Daya Pertanian

Sumberdaya pertanian meliputi tanaman pangan, tanaman sayur serta buah-


buahan.

Tabel 3.5 Tanaman Pangan

Rata-rata Produktivitas Pertanian 2006-2008 (Ton/Ha)

Kecamata
No n Ubi Kacang Kacang Kacang
Ubi-
Padi Jagung ubian
Kayu Tanah Kedelai Hijau

0.5
1 Tidore 7 8.00 0.52 0.33 0.33
Tidore 0.3
2 Selatan 3 4.00 1.60 0.33 0.33

Tidore 1.1
3 Utara 6 4.67 0.95 0.33 0.33

Tidore
4 Timur 0.00

0.9
5 Oba 0.91 4 0.67 1.00 0.90 2.23

1.3
6 Oba Utara 3 0.33 0.87 0.33

Oba
7 Selatan

Oba
8 Tengah 6.67 0.20

4.3
Jumlah 0.91 4 24.33 4.93 2.23 3.23

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tidore Kepulauan

Tabel 3.6 Tanaman Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan

Rata-Rata Produktivitas Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan 2006-2007


(Ton/Ha)

N Jenis
o Tanaman Tidore Tidore Tidore Oba Oba Oba
Tidore Oba Jumlah
Utar
Selatan Utara Timur a Selatan Tengah

Sayur-sayuran

0,
1 Bawang Merah 0,47 6 0,0 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 1,5

0,
2 Lombok 0,75 8 0,7 0,0 1,0 0,7 0,2 0,0 4,1

0,
3 Ketimun 0,33 3 0,3 0,0 0,9 0,6 0,0 0,0 2,5

1,
4 Terong 1,00 0 1,0 0,0 1,7 12,4 0,3 0,0 17,5

0,
5 Bayam 1,58 3 1,5 0,0 2,0 1,5 0,3 0,0 7,2

0,
6 Kangkung 3,17 3 2,2 0,0 3,6 2,8 0,2 0,0 12,3

1,
7 Kacang Panjang 0,33 0 0,9 000,0 1,0 0,7 0,3 0,0 4,2

Petsa 0,
8 i 0,93 3 0,3 0,0 0,7 0,7 0,0 0,0 3,0

9 Tomat 1,31 1,1 0,2 2,0 1,1 0,0 0,3 6,4


0,
3

0,
10 Labusiam 1,11 3 0,7 0,3 0,0 0,3 0,0 0,0 2,7

Rata-Rata Produktivitas Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan 2006-2007


(Ton/Ha)

N Jenis
o Tanaman Tidore Tidore Tidore Oba Oba Oba
Tidore Oba Jumlah
Utar
Selatan Utara Timur a Selatan Tengah

Buah-buahan

11 Advokad 6,97 6,9 1,4 0,0 13,6 35,3 0,3 0,0 64,4

12 Jeruk 0,00 0,3 0,7 0,0 6,7 31,3 0,1 0,0 39,1

13 Mangga 154,44 205,0 1.334,0 0,3 17,0 249,6 0,0 0,0 1.960,4

14 Langsat 0,00 0,3 0,7 0,0 8,7 6,7 0,3 0,0 16,7

15 Durian 26,67 30,0 30,0 0,0 3,3 75,0 0,0 0,0 165,0

16 Pepaya 26,67 26,7 206,7 6,7 206,7 610,5 0,0 0,0 1.083,8

17 Nenas 0,00 5,3 5,7 0,0 11,0 6,1 5,0 0,0 33,1

18 Pisang 175,22 200,0 200,0 66,7 195,5 377,3 60,0 60,0 1.334,8

19 Nangka 30,00 6,7 28,3 0,0 57,5 300,0 6,7 0,0 429,2

20 Rambutan 8,00 0,0 11,3 2,7 29,2 61,3 0,0 0,0 112,5

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tidore Kepulauan

Kota Tidore Kepulauan mempunyai lahan pertanian seluas 240, 72 Km2 dengan 8
Kecamatan. Pertanian yang paling menonjol yaitu ubi kayu untuk tanaman pangan
karena rata-rata semua daerah menghasilkan ubi kayu sedangkan untuk tanaman sayur
yang paling berkembang adalah terong dan mangga untuk buah-buahannya.

3.1.11 Sumberdaya Kehutanan

Sumberdaya hutan di wilayah Kota Tidore Kepulauan banyak yang merupakan


hutan lindung. Hutan lindung seluas 3.295,82 Km2, hutan produksi 121,77 Km2, hutan
konversi 1.627,62 Km2, hutan Produksi terbatas 1.039,08 Km2, dan tidak terdapat
hutan suaka alam. Hutan lindung yang paling luas terdapat dikecamatan Oba dan Oba
Utara yaitu 1.591,09 Km2. Hutan konversi berada di wilayah Kecamatan Oba Utara Kota
Tidore Kepulauan.
Tabel 3.7 Sumber Daya Hutan

Rata-Rata Luas Areal Hutan 2006-2007


(Km2)

Huta
No n Hutan
. Kecamatan Hutan Hutan Hutan Luas
Suak Produks
a i Produks Konvers
Lindung i i Areal
Terbata
Alam s

1 Tidore 24,35 0,00 0,00 64,94 89,30

2 Tidore Selatan 64,94 0,00 0,00 129,88 194,83

3 Tidore Utara 24,35 0,00 0,00 129,88 154,24

4 Tidore Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Oba 1.591,09 519,54 60,88 374,70 2.820,93

6 Oba Utara 1.591,09 519,54 60,88 376,50 2.824,99

7 Oba Selatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

8 Oba Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 3.295,82 1.039,08 121,77 1.627,62 6.084,29

Sumber : Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka 2006, 2007, 2008, 2009, BPS dan Hasil Analisis
3.1.12 Sumber Daya Perikanan

Wilayah Kota Tidore Kepulauan terdiri dari wilayah daratan (42,51%) dan lautan (57,49%).
Secara umum wilayah lautan Kota Tidore Kepulauan termasuk dalam Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) 6, yaitu WPP Laut Seram dan Teluk Tomini.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan pada WPP 6 masih rendah kecuali untuk kelompok
udang penaid yang sudah mencapai lebih tangkap (over fishing). Sub sektor perikanan di Kota
Tidore Kepulauan memegang peranan penting sebagai penyumbang PDRB tertinggi dalam
sektor pertanian.

Armada perikanan tangkap Kota Tidore Kepulauan sementara ini masih tergolong kecil,
sebab sebagian besar terdiri dari motor tempel (56,95%) dan perahu tanpa motor (32,67%)
dan hanya 6,56% saja yang merupakan kapal motor dengan ukuran <30GT dan semua kapal
motor hanya ada di Kecamatan Tidore Utara dan Tidore Selatan. Hasil tangkapan ikan nelayan
di Kota Tidore Kepulauan masih dapat ditingkatkan, yaitu dengan mengambil sumberdaya ikan
di WPP 6 (Laut Seram dan Teluk Tomini) yang diketahui masih rendah tingkat
pemanfaatannya. Namun demikian, untuk memanfaatkan potensi tersebut nelayan Kota
Tidore Kepulauan akan menghadapi kendala akibat minimnya jumlah armada penangkapan
ikan yang memadai.

Kapal Motor (KM) 77

Motor Tempel (MT) 668


Perahu Tanpa Motor

(PTM) 382

Tanpa Perahu (TP) 46

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Jumlah Armada Perahu (unit)

Gambar 2.15 Armada Penangkapan Ikan di Kota Tidore Kepulauan

Sumber: Pengolahan Data Sekunder

Di Kota Tidore Kepulauan saat ini telah tersedia Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan telah
dilengkapi dengan berbagai sarana seperti cold storage, pabrik es, tangki BBM, bengkel,
workshop, sarana air bersih, gedung TPI dan sebagainya yang terletak di Soasio. Namun sarana
PPI yang telah dibangun tersebut sementara ini belum dimanfaatkan oleh para nelayan. Salah
satu kendala tampaknya belum terciptanya pasar yang kondusif dibanding dengan yang ada di
Ternate.

3.1.12 Sumber Daya Peternakan

Peternakan di Kota Tidore Kepulauan sampai dengan tahun 2008 masih didominasi oleh
ternak unggas (70%) dan sedang ternak ruminansia yang terdiri dari sapi dan kambing hanya
sebanyak 30% (Gambar 2.18). Jenis ternak unggas dominan di Kota Tidore Kepulauan adalah
ayam bukan ras (buras) yang jumlahnya mencapai 60% dari populasi ternak yang ada.
Pemeliharaan ternak ayam buras tersebut umumnya dilakukan secara tradisional dan bersifat
sambilan atau belum dilakukan secara profesional. Pada Gambar 2.19 tampak bahwa populasi
ayam buras yang dipelihara tersebar di semua kecamatan, meskipun populasi tertinggi
terdapat di kecamatan Tidore dan Oba Selatan. Peternak ayam pedaging di Kota Tidore
Kepulauan hanya terdapat di Pulau Tidore saja sedang untuk ayam petelur di P. Tidore dan P.
Halmahera khususnya kecamatan Oba Utara (Gambar 2.19).

1% 5%
5%

4%

Sapi

Kambing
Ayam Petelur

Ayam Pedaging

25%
Ayam Buras

60%

Itik

Sumber: Pengolahan Data Sekunder,2009

Gambar 2.18 Jenis Hewan Ternak di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2008

Oba Selatan

Oba Tengah

Oba Utara

Itik

Oba

Ayam Buras

Ayam Pedaging

Tidore Timur Ayam Petelur

Tidore Selatan

Tidore Utara

Tidore

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Jumlah (ekor)
Gambar 2.19 Jumlah Ternak Unggas di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2008

Sumber: Pengolahan Data Sekunder,2009

Populasi ternak ruminansia di Kota Tidore Kepulauan sebagian besar terdapat di P.


Halmahera. Pada tahun 2008 populasi sapi potong di Kota Tidore Kepulauan adalah sebanyak
4.271 ekor atau rata-rata setiap 21 penduduk terdapat satu ekor sapi. Populasi sapi potong
tertinggi terdapat di kecamatan Oba Utara (1.695 ekor) dan Oba Tengah (1.336 ekor).

3.1.13 Aspek Lingkungan

3.1.13.1 Aspek Lingkungan Darat

Permasalahan tanah yang dijumpai di lapangan wilayah kecamatan Oba Utara


adalah mudah terjadi kekeringan, walaupun di tanah - tanah aluvial jenis Eutrodepts
yang didominasi fraksi pasir dengan topografi datar. Tanah dengan tekstur pasiran
mudah mengalami penguapan dan aliran ke bawah (perkolasi). Tidak adanya hujan
dengan durasi waktu 2 bulan menyebabkan kekeringan pada tanaman semusim
maupun tanaman tahunan yang masih muda.

3.1.13.2 Aspek Lingkungan Laut

Kondisi kualitas air di perairan Kota Tidore Kepulauan umumnya baik untuk
kegiatan budidaya ikan. Sebagai contoh kualitas perairan di sekita P. Maitara yaitu
salinitas 30-32%o, kecerahan 110-130 cm, kecepatan arus 27-30 m/s, pasang surut 50-
170 cm, kedalaman 0,5-1,9 m, pH 6,5-7,5, dan oksigen terlarut 5-7,5 ppm (DKP, 2007).

Beberapa kawasan di Kota Tidore Kepulauan terdapat terumbu karang yang


luasnya bervariasi antar kecamatan. Luas total terumbu karang di Kota Tidore
Kepulauan adalah mencapai 685 ha atau 0.22% dari luas wilayah yang ada. Namun
demikian, sebagian kondisi terumbu karang tersebut dalam kondisi rusak - cukup.
Kondisi terumbu karang yang baik, umumnya berada pada daerah yang dianggap mistik
oleh masyarakat setempat.
Gambar 2.23 Pengambilan Batu Karang untuk Bangunan di Teluk Gita

Sumber: Survey Lapangan, 2009

Kondisi pantai Kota Tidore Kepulauan sebagian berpasir, terjal dan sebagian lagi
ditumbuhi mangrove khususnya di kawasan yang ada sumber air tawarnya (sungai).
Namun demikian sebagain lahan mangrove telah mulai dikonversi untuk menjadi lahan
tambak (seperti di Kayasa), perumahan dan juga untuk kebutuhan kayu bakar.
3.2 Kependudukan dan Sosial Budaya

3.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Tahun 2015 dan 2016

No Kecamatan 2015 2016


1 Tidore 13229 13338
2 Tidore Selatan 14693 14809
3 Tidore Utara 18677 18801
4 Tidore Timur 8194 8363
5 Oba 11240 11431
6 Oba Utara 5277 5476
7 Oba Selatan 16264 16473
8 Oba Tengah 9405 9511
Jumlah 96979 98206
Sumber: BPS Kota Tidore Kepulauan Tahun 2017
Tahun 2008 jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan bertambah sebanyak
1.333 jiwa dari tahun 2007. Jumlah penduduk terbanyak masih berada di Kecamatan
Tidore sebanyak 20.789 jiwa. Jumlah penduduk terendah di Kecamatan Oba Selatan
sebesar 5.009 jiwa sebagai kecamatan baru.

Gambar 2.27 Pie Chart Jumlah Penduduk Kota Tidore Kepulauan Tahun 2008

Sumber: Pengolahan Data Sekunder

Pada tahun 2008 kepadatan penduduk tertinggi dan terendah sudah bergeser
akibat dari pemekaran wilayah menjadi kecamatan baru. Kepadatan penduduk kasar
tahun 2008 tertinggi di Kecamatan Tidore sebesar 98 jiwa/Km2. Wilayah yang
mempunyai kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Oba Tengah ( 3
jiwa/Km2) sebagai pemekaran dari Kecamatan Oba Utara. Dari data tahun 2008
terlihat bahwa pulau Tidore lebih padat penduduknya dari pada wilayah Kota Tidore
Kepulauan yang berada di pulau Halmahera.
PENENTUAN TITIK GCP DAN ICP KAWASAN STRATEGIS EKONOMI L APORAN
WILAYAH SOFIFI, GITA DAN PAYAHE P ENDAHULUAN

II - 41

Anda mungkin juga menyukai