47
Bukit Durian, Kelurahan Sofifi, Desa Balbar, Desa Galala, Desa Kaiayasa,
Desa Toniku, Desa Rioribati, Desa Tabadamai, Desa Braha, Desa tewe
hingga Desa Dodinga.
Secara administratif, kota Tidore Kepulauan terdiri dari 8
(delapan) kecamatan dan 72 desa/kelurahan seperti yang diuraikan
berikut ini :
a. Kecamatan Tidore. Jumlah desa/kelurahan 11 dengan ibukota
48
Gamtufkange
Kel. Folarora Kel. Dokiri Kel. Bobo
Kel.
Kel. Toloa Kel. Mareku
Gurabunga
Kel.
Kel. Afa Afa
Indonesiana
Kel. Tomagoba Kel. Ome
Kel. Goto Kel. Fobaharu
Kel. Jaya
KECAMATAN
KECAMATA KECAMATAN KECAMATAN OBA OBA
OBA UTARA OBA TENGAH
SELATAN
Desa
Desa Lola Desa Kususinopa Desa Lifofa
Somahode
Desa
Kel. Akelamo Kel. Payahe Desa Wama
Akekolano
Desa Oba Desa Togeme Desa Toseho Desa Nuku
Desa
Kel. Sofifi Desa Akegurai Desa Gitaraja
Tagalaya
Kel. Guraping Desa Akesai Desa Woda Desa Maidi
Desa Desa
Desa Kaiyasa Desa Kosa
Aketobololo Selamalofo
Desa Garojou Desa Akedotiou Desa Koli Desa Hager
Desa Kusu Desa Aketobatu Desa Bale
Desa Ampera Desa Tadupi Desa Tului Talagamori
Desa Bukit
Durian
Desa Galala
Desa Balbar
Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka (Kerjasama BPS dan BAPPEDA
KOTA SOFIFI
49
Gambar 4.2 peta administrasi kota tidore kepulauan
(SUMBER : BAPPEDA kota tidore kepulauan 2017)
1. Geomorfologi
Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat di bagi
manjadi 2 bentukan utama yaitu pada daerah Pulau Tidore dan Pulau
Halmahera. Pulau Tidore memiliki satuan bentukan asal gunungapi.
Satuan ini memiliki kelerengan bervariasi mulai dari 2 % hingga lebih
dari 40%, hal ini sesuai dengan jenis bentukan asal Satua
Vulkanik
50
Bagian ke dua wilayah Kota Tidore yang berada pada Pulau
Halmahera memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pulau Tidore.
Satuan geomorfologi ini antara lain adalah dataran alluvial, perbukitan
denudasional, perbukitan denudasional ultramafik,
Plato dan Monoklin.
Tabel 4.2 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan di Kota Tidore Kepulauan
No Penggunaan 2 %
Luas (Km )
1 Permukiman 486,86 5,34
51
7 Persawahan 140,49 1,54
52
3. Kemampuan Lahan
a) Kemiringan Lereng
Lahan di wilayah Kota Tidore Kepulauan yang didominasi oleh
perbukitan Tektonik mempunyai kemiringan lereng yang beragam dari
landai sampai sangat curam namun. Berikut ini tersaji tabel luas
kemiringan lereng Kota Tidore Kepulauan.
b) Kedalaman
Kota Tidore Kepulauan dengan kondisi iklim yang mendukung
proses pembantukan tanah menghasilkan tanah-tanah yang mempunyai
jeluk dangkal akibat dari kemiringan yang curam sehingga tanah mudah
terkikis pada saat terjadinya erosi.
c) Tekstur
Tanah-tanah di wilayah Kota Tidore Kepulauan banyak
didominasi oleh tekstur sedang sampai halus, ada beberapa lokasi yang
bertekstur kasar sampai agak kasar. Tekstur tanah berperan dalam
menentukan sifat fisik dan kimia tanah.
d) Erosi tanah
Erosi merupakan pengikisan tanah permukaan oleh agensia air
atau angin. Erosi tanah yang terjadi di lahan-lahan wilayah Kota Tidore
Kepulauan pada permukaan tanah yang sudah tidak bervegetasi
53
Gambar 4.6 Peta lereng tidore kepulauan
(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)
4. Curah Hujan
54
Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 11 km/jam dan 25 km/jam.
Kecapatan angin tertinggi terjadi pada bulan Februari, dan terendah
terjadi pada bulan November.
Rata-rata curah hujan dari stasiun yang ada di Kota Tidore
Kepulauan adalah 24.55 mm/tahun. Bulan Basah terjadi rata-rata 6-7
bulan per-tahun dan Bulan Lembab terjadi hanya 3-4 bulan. Rata-rata
jumlah hari hujan pada stasiun penakar curah hujan di Kota Tidore
Kepulauan adalah 7 hari. Alat pencatat hujan di BPP Kecamatan Oba
Utara dalam kondisi rusak. Morh (1933) cit. Sutarno, (1998) membagi
bulan basah dan bulan kering ke dalam tiga golongan, yaitu :
a) Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan >
100 mm.
b) Bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan
60-100 mm.
c) Bulan kering (BK) adalah bulan dengan cu
55
ampolop Ruang, merupakan hasil analisa daya dukung lahan, daya
tampung dan kekuatan investasi setra ekonomi setempat, memuat
gambaran dasar penataan pada lahan kawasan perencanaan selanjutnya
di jabarkan dalam peraturan bangunan, pengaturan antara bangunan, dan
penetaan lingkungan fungsional, sehingga tercipta lingkungan hunian
yang harmonis,serasi,seimbang,aman dan nyaman. Adapun maksud dan
tujuannya adalah sebagai berikut :
A. Memberikan arahan pengaturan lingkungan sehingga berdampak
baik,terarah dan terukur terhadap suatu kawasan yang
direncanakan.
B. Mengintegrasikan elemen-elemen lingkungan yang berpengaruh
pada suatu perencanaan kawasan.
C. Pengaturan elemen-elemen lingkungan yang berkarakter dan
pelestarian lingkungan .
56
Tabel 4.5 Rencana pengaturan ketinggian bangunan di kota sofifi dan
wilayah pengembangannya
Ketinggian bangunan
Peruntukan BWK
BWK 1 BWK 2 BWK 3 BWK 4
penunjang
Perumahan
1-2
kepadatan sedang 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai
lantai
Perumahan
1-2
Kepadatan rendah 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai
lantai
2-3
Perdagangan dan jasa 3-4 lantai 3-4 lantai 3-4 lantai 3-4 lantai
lantai
2-3
Fasos/Fasum 2-3 lantai 2-3 lantai 2-3 lantai 2-3 lantai
lantai
Trasportasi laut
2 lantai
(dermaga/pelabuhan) - - - -
Industri - - - 2 lantai -
(sumber : Hasil Rencana Tahun 2009 Dinas PU Provinsi)
57
Gambar 4.8 Kedudukan pedoman penyusunan rencana detail tata ruang kota
(RDTRK).
Sumber : BAPPEDA maluku utara tahun anggaran 2009)
58
tata ruang sebagai proses untuk memperbaiki produk rencana tata ruang
yang telah ada.
59
Gambar 4.9 Peta Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peratura Zonasi(RDTR
–PZ)
(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)
60
sub pusat pengembangan kawasan pemanfaatan laut Halmahera-
Bintung
c. Kawasan perkotaan sofifi dalam revisi RTRW Provinsi Maluku
Utara sebagai PKW (orde1) dengan skala pelayanan regional
sampai pada tingkat kota/kabupaten ,dan berfungsi sebagai pusat
administrasi kota, pusat perdagangan, jasa, dan pemasaran, pusat
produk pengolahan, pusat pelayanan sosial,dan pusat pendidikan
tinggi.
d. Kawasan perkotaan sofifi dalam revisi RUTRK tidore kepulauan
2004 struktur utama tata ruang ini terdiri dari 2 zona kawasan
pengembangan, yaitu:
a. Kawasan pengembangan berbasis budaya lokal yang
meliputi kecamatan tidore, tidore utara dan tidore selatan
(terletak di Pulau Tidore, Maitara dan Mare )
b. Kawasan pengembangan berbasis budaya global yang
meliputi kecamatan oba dan oba utara .
Mengacu pada pembagian wilayah pengembangan kota,
sebagaimana yang teratur dalam rencana sistem pusat kegiatan kota
sofifi, terdapat 4 (empat) bagian wilayah kota di kota sofifi, pembagian ini
didasarkan pada karakteristik serta arahan kegiatan fungsional serta
hirarki pada pusat-pusat kegiatan kota. Sedangkan diwilayah
pengembangan kota sofifi saat ini masih merupakan bagian dari
kabupaten Halmahera barat yang di arahkan membentuk satu BWK.
Adapun pembagian fungsi-fungsi pelayanan bagian wilayah kota (BWK) di
kota sofifi dan wilayah pengembangannya adalah sebagai berikut :
61
Tabel 4.6 Rencana bagian wilayah kota (BWK) sofifi dan wilayah
pengembangannya
Bagian wilayah Wilayah Fungsi
kota (BWK)
BWK-1 Keluraha guraping ,desa Pemerintahan, pariwisata,
kaiyasa perumahan
BWK-2 Kelurahan sofifi,desa Perdagangan dan jasa
bukit durian,desa (komersil),pemerintahan,
balbar,desa galala pelabuhan/dermaga
penumpang, perumahan
BWK-3 Desa oba, desa ampera, Perdagangan dan
desa akekolano jasa(komersil),pemerintahan,
pelabuhan/dermaga
penumpang, perumahan
BWK-4 Desa garojou, desa Pelabuhan/dermaga
somahode, desa kusu penumpang, perumahan,
pergudangan dan industri
pengolahan, perdagangan
dan jasa.
BWK Desa toniku, desa Perumahan, perdagangan
penunjang rioribati,desa dan jasa
tabadamai,desa braha,
desa tewe,desa dodinga
(Sumber: Hasil Rencana tahun 2009)
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Klasifikasi fungsi kegiatan masing-masing BWK di kota sofifi dan
wilayah pengembangannya
Jenis fungsi
klasifikasi
fungsi BWK
BWK -1 BWK -2 BWK -3 BWK-4
penunjang
Fungsi Perkantoran, Kawasan Kawasan
- -
primer Pemerintahan pelabuhan pelabuhan
62
Fungsi - Pusat - Kawasan - Pusat - Pusat - Kawasan
sekunder lingkungan perdagangan lingkungan lingkungan perdagangan
II permukiman jasa permukiman permukiman
- Sub pusat - Pusat - Sub pusat - Sub pusat
BWK -1 lingkungan BWK-3 BWK -4
permukiman
- Sub pusat
BWK-2
- Pusat sub - Pusat sub - Pusat - Pusat - Pusat sub
lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
Fungsi
permukiman permukiman permukiman permukiman permukiman
sekunder - Pusat unit - Pusat unit - Pusat unit - Pusat unit - Pusat unit
lainnya
permukiman permukiman permukiman permukiman permukiman
BWK penunjang
BWK I
BWK II
BWK III
BWK IV
63
4.1.4 Aspek Kependudukan, Sosial Dan Budaya
1. Proyeksi jumlah penduduk dan pertumbuhan
Dengan berasumsi bahwa tahun awal data 2005 sampai dengan
tahun akhir data (2008) pertumbuhan penduduk meningkat sama untuk
dua puluh tahun ke depan ,maka proyeksi yang mendekati tren
pertumbuhan penduduk kota tidore kepulauan eksisting adalah proyeksi
penduduk eksponensial.
64
5 Oba 1,74
6 Oba Utara 1,47
7 Oba Selatan 1,74
8 Oba Tengah 1,47
Kota Tidore Kepulauan 1,72
Sumber: Analisis Studio ,BPS maluku utara
65
selatan dermaga sofifi, melayani pergerakan barang berskala
besar.fungsi dan tingkat pelayanannya lebih tinggi yang
melayani kepetingan pergerakan keluar (outlet) untuk
kecematan oba.
3. Pelabuhan sofifi
Terletak di kelurahan sofifi berjarak ±1km dari dermaga sofifi
merupakan dermaga khusus milik swasta yang melayani
angkut barang hasil dan perkebunan untuk jenis komoditi
kelapa.
4. Pelabuhan speed boat.
Terletak di desa balbar yang melayani angkutan penumpang
dengan menggunakan speed boat.
5. Pelabuhan guraping
Terletak di kelurahan guraping yang melayani angkutan
penumpang dan barang.
6. Pelabuhan Eks Bimoli
terletak di desa oba yang merupakan pelabuhan bekas
perusahaan bimoli.
B. Transportasi Darat
Pengembangan jaringan jalan sebagai komponen utama dalam
sistem transportasi darat dapat di lakukan dengan beberapa cara,yaitu :
1. Rencana Pembangunan Jalan Baru
Rencana pembangunan jalan baru kota sofifi dapat di arahkan
dalam beberapa rencana pembangunan, antara lain :
a. Pembangunan jalan lingkar luar dimasing-masing BWK di kota
sofifi untuk mengalihkan pergerakan kendaraan yang ada
dipusat kota
b. Untuk mendukung pembangunan jalan lingkar, dibanguan juga
jalan akses yang menghubungkan jalan lingkar menuju ke
pusat kegiatan kawasan pusat pemerintahan sehingga akan
66
membentuk pola jaringan jalan radial.
c. Pembangunan jalan baru juga dilakukan ditiap BWK di kota
sofifi yaitu pembangunan jalan baru dilakukan di area
permukiman baru yang telah di rencanakan.
d. Peningkatan jalan kualitas jalan kolektor primer yang menerus
di BWK 2
e. Pembangunan jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, dan
kolektor sekunder di BWK 3.
2. Rehabilitasi jaringan lama (Rencana Hirarki Jalan)
Rencana untuk hirarki jalan kota di sofifi itu sendiri adalah
revitalisasi dilakukan pada sisi luar sebelah timur kawasan dan tingkatkan
statusnya menjadi jalan arteri sekunder di BWK 4 dan 4.
3. Rencana Dimensi Jalan
pengembangan jaringan jalan yang akan dilakukan untuk seluruh
bagian wilayah kota mengikuti ketentuan yang berasal dari PU tentang
standar perancanaan Geometri untuk jalan perkotaan, kemudian
disesuaikan dengan kondisi badan jalan maupun keluluasaan lahan bagi
pembangunan jalan di masing-masing BWK
67
4.1.5 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
b. KLB Maksimum.
d. KDH Minimal.
68
d. Menjaga kepadatan bangunan.
Adapun rumus dari KDB adalah :
LuasLantaiDasarBangunan
KDB= x 100%
LuasKapling
69
B. Bangunan Non Perumahan (perdagangan dan jasa, perkantoran,
pelayanan umum)
1. Luas kapling tergantung kebutuhan dan rencana.
70
Kode
No. Zona Dasar Zona Spesifik KDB
Zonasi
Aneka Industri I4 50-75%
Pergudangan I5 25%-50%
6. Sarana Pendidikan SPU-1 25%-50%
pelayanan Transportasi SPU-2
umum 25%-50%
71
b. Jenis peruntukan bangunan. Bangunan yang cenderung
pertumbuhannya secara vertikal adalah bangunan perkantoran
serta perdagangan dan jasa komersil.
LuasLantaiTotalBangunan
KLB=
LuasKapling
KLB = A+B+C
D
C m2
tinggi bangunan
B m2
persil
A m2
D m2
72
maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum
12 m dari lantai dasar.
73
Rata-
No Zona Spesifik Kode
Zona Dasar Rata Jlm KLB
. Zonasi
Lantai
Sedang
Perumahan Kepadatan R-4 1-2 1 - 1,2
Rendah
3. Perdagangan Tunggal K-1 1-4 1-4
dan Jasa Kopel K-2 1-4 1- 4
Deret / Pasar K-3 1-4 1-4
4. Perkantoran Pemerintah KT-1 1-3 1,2 - 1,5
Swasta KT-2 1-3 1,2 - 1,5
5. Industri Industri Kecil I2 1-2 1 – 1,2
Aneka Industri I4 1-2 1 – 1,2
Pergudangan I5 1-2 1 – 1,2
6. Sarana Pendidikan SPU-1 1-2 1 – 1,5
pelayanan Transportasi SPU-2 1-2 1 – 1,5
umum
Kesehatan SPU-3 1-2 1 – 1,5
Olah Raga SPU-4 1-2 1 – 1,5
Peribadatan SPU-5 1-2 1 – 1,5
7. Peruntukan
Pertanian / Perkebunan PL-1 1 0,5 - 1
lainnya
8. Peruntukan Militer KH-1 1-2 1 – 1,5
khusus
PLTA KH-4 1 0,5 - 1
PLTD KH-5 1 0,5 - 1
Rumah Tahanan KH-6 1-2 1 – 1,2
Pelabuhan Peti Kemas KH-7 1-2 1 – 1,5
Tower / Menara KH-8 1 0,5
Sumber: Hasil Rencana, 2013
74
Koefisien Dasar Hijau (KDH), adalah angka prosentase
perbandingan antara luas ruang terbuka di luar bangunan yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas tanah daerah
perencanaan. Koefisien dasar hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan
peruntukkan dalam rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan.
Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin
diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan
demikian area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH
sejauh ditanami pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di
dalam wadah/container kedap air. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk
tiap-tiap klas bangunan dalam kawasan-kawasan bangunan, dimana
terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan campuran. KDH minimal
10% pada daerah sangat padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara
dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan
wilayah.
KDB KDH
<5% >50%
5-25% 40 – 50%
25-50% 30 – 40%
50-60% 20 – 30%
60-75% 15 – 20%
> 75% 15%
Nilai KDH yang ada pada suatu kawasan tergantung dari nilai
KDB yang dimiliki. Semakin besar lahan yang dibangun akan memperkecil
ruang untuk koefisien dasar hijaunya. Arahan pengembangan untuk itu
75
adalah dengan membatasi ruang terbangun yang ada sehingga
didapatkan nilai minimum untu tingkat KDH adalah 16% dari luas wilayah
yang ada. Pada kondisi eksisting ruang terbuka yang diperuntukkan bagi
penghijauan/penanaman di atas tanah saat ini sesuai dengan ketentuan
tersebut. Hal ini dikarenakan ruang terbuka milik penduduk sebagian
besar digunakan untuk penanaman di atas tanah selain digunakan untuk
parkir dan pelataran rumah yang diperkeras dengan semen atau plester.
Wilayah yang tingkat pengisian/peresapan air menurun dan
mengakibatkan meningkatnya pengaliran air di atas permukaan tanah.
76
4. Rencana Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik di kota sofifi menggunakan saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) yang
tersebar hampir merata di seluruh wilayah perencanaan.kebutuhan listrik
di perkirakan dengan asumsi bahwa kebutuhan daya rata-rata untuk
setiap jiwa sebesar 20 watt, tambah 10 watt/jiwa untuk penerangan jalan ,
sehingga total kebutuhan/jiwa sebesar 30 watt. Adapun prioritas
pemenuhan pelayanan prasana listrik di kota sofifi yang untuk semua
jenis kegiatan harus terlayani oleh jaringan listrik 100%.
5. Rencana Jaringan Komunikasi
Jaringan pelayanan telepon belum menjangkau pada seluruh kota
sofifi. Hanya beberapa yang terlayani oleh jaringan telepon, salah satunya
adalah wartel. Akan tetapi dengan kondisi ekonomi yang semakin
meningkat, mayoritas masyarakat pada kota sofifi telah menggunakan
telepon seluler atau henpone.
Rencana jaringan telepon kota sofifi yang di maksud adalah
penggunaan telepon melalui saluran kabel, tidak termasuk penggunaan
telepon menggunakan gelombang radio (telepon genggam).
4.1.7 Jasa dan Perdagangan
Untuk bisa mendapatkan pelayanan yang baik, maka warga
cenderung memanfaatkan lahan yang ada disepanjang jalan lokal di
lingkungan untuk dijadikan tempat tinggal dan tempat usaha. Karena bagi
warga kemudahan dalam hal aksebilitasi sangatlah penting menyebabkan
kecenderungan warga memilih tempat tinggal yang di lengkapi dengan
sarana dan prasarana transportasi yang memadai, sehingga dapat
memperlancar mobilisasi dan aksebilitaskota sofifi.
Disamping dimanfaatkan sebagai tempat tinggal dan tempat
usaha, lahan-lahan yang ada disepanjang jalan lokal dan lingkungan juga
dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan lain baik barupa
perdagangan dan jasa sehingga sangat diperlukan kebijakan dari
77
pemerintah terkait mengenai rencana pemanfaatan lahan di kota sofiifi.
4.1.8 Penentuan Lokasi
a) ALTERNATIF 01.
Sesuai dengan RDTR (Rencanan Detail Tata Ruang) Kota Sofifi
Mempunyai aksebilitas dan pencapaian yang mudah ke objek
perancangan, memiliki prasarana infastruktur seperti jaringan
78
jalan ,listrik, air bersih, telepon, dan Saluran Pembuangan, memiliki
luas lahan yang memadai, serta dekat dengan bibir pantai.
b) ALTERNATIF 02.
Sesuai dengan RDTR (Rencanan Detail Tata Ruang) Kota Sofifi
mempunyai aksebilitas dan pencapaian yang cukup baik dari segi
prasarana dan infrastruktur, berada pada lingkungan yang ramai,
tetapi memiliki luas lahan yang kurang memadai untuk
Perancangan kantor SAR .
Dari penjelasan kriteria pada masing-masing alternatif diatas
maka dapat ditentukan bahwa ALTERNATIF 01 adalah lokasi terpilih yang
berada pada BWK 2, karena sesuai dengan kriteria pemilihan site diatas
dan sangat mendukung fungsi bangunan. Perancangan Kantor SAR
Provinsi Maluku Utara dengan tema smart building.Di Sofifi
ALTERNATIF I
DESA BALBAR
ALTERNATIF II
DESA GALALA
79
Lahirnya organisai SAR di Indonesia yang saat ini bernama
BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan “Black Area” bagi suatu
negara yang tidak memiliki organisasi SAR .
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia
masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO
(international civil aviation organization). Sejak saat itu Indonesia
diharapkan mampu manangani musibah penerbangan dan pelayaran
yang terjadi di Indonesia
Sebagai konsenkuensi logis atas masuknya Indonesia menjadi
anggota ICOA tersebut, maka pemerintah menetapkan peraturan
pemerintah Nomor 5 Tahun 1995 Tentang penetapan dewan
penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai
tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menetukan pusat-
pusat regional serta anggaran pembiayaan dan material.
80
embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang di bentuk
kemudian .
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia
Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana
Indonesiamerupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-
negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard
(Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk
rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di
Indonesia.
4.2.2 Perkembangan Organisasi BASARNAS
81
kepala Pusarnas sebagai ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di
lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di Daerah dikeluarkan
instruksi Menteri perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk satuan
tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).
Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun
1979 melalui Keputusan Persiden Nomor 47 Tahun 1997, Pusanas yang
semula berada dibawah Basari, dimasukan kedalam Struktur organisasi
Departemen Perhubungan dan namanya di ubah menjadi Badan SAR
Nasional (BASARNAS).
Visi :
82
Misi :
83
5. Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2002 tentang Hak dan
Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing Dalam Melaksanakan
Hak Lintas Alur Laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan yang
Ditetapkan (hasil ratifikasi UNCLOS-82)
6. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR
Nasional.
7. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.14 Tahun 2012
tentang Standarisasi Sarana SAR di Lingkungan Badan SAR
Nasional.
8. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008
tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan SAR Nasional
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK. 15 Tahun 2014.
9. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.08 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR sebagaimana
diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor
PK.20 Tahun 2014.
10. The Convention on International Civil Aviation, 1944.
11. International Convention for the Safe of Live at Sea (SOLAS), 1974.
12. International Aeronautical & Maritime Search and Rescue
(IAMSAR) Manual, 1998.
13. International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG)
Guidelines and Methodology, 2002.
b. Kewenangan
Struktur organisasi Badan SAR Nasional ditetapkan berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007. Dalam kaitan itu, Badan SAR
Nasional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden agar
dapat meningkatkan koordinasi dan pengendalian saat terjadi musibah
sehingga asas SAR, yakni cepat, tepat, dan efisien dapat terwujud. Badan
SAR Nasional memiliki kewenangan untuk melaksanakan pencarian dan
84
pertolongan dengan mengadopsi beberapa ketentuan yang berlaku umum
secara internasional, seperti standar penanganan pencarian dan
pertolongan serta peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik Indonesia.
Dalam perundang-undangan yang berlaku saat ini, Peraturan
Pemerintah nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan,
Badan SAR Nasional diberi kewenangan untuk mengerahkan para potensi
SAR dalam operasi SAR yang berada di bawah kendali operasi Badan
SAR Nasional. Pengaturan tersebut memberikan kesempatan kepada
masyarakat yang mempunyai keahlian dan kompetensi di bidang SAR
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan SAR yaitu sebagai potensi
pencarian dan pertolongan.
4.2.5 Tugas, Fungsi Dan Sasaran BASARNAS
1. Tugas Pokok
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun
2005 Tentang Organisasi dan tata Kerja Departemen Perhubungan,
Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok melaksanakan
pembinaan ,perkoordinasian dan pengendalian potensi search and
Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang
hilang atau dikhawatirkan hilang ,setra memberikan bantuan SAR dalam
penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan
SAR Nasional Dan Internasional .
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR
Nasional menyelenggarakan fungsi :
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi
SAR dan pembinaan operasi SAR .
b) Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi
SAR
c) Pelaksana tindakan awal
85
d) Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah
lainnya
e) Koordinasi dan pengendilan operasi SAR alas potensi SAR
yang memiliki oleh instansi dan organisasi lain
f) Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR dan
operasi SAR baik di dalam maupun luar negeri
g) Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi
SAR
h) Pelaksanaan andministrasi di lingkungan Badan SAR Nasional
3. Sasaran pengembangan BASARNAS
86
f) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SAR melalui jenjang
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dalam lingkungan
BASARNAS
g) Penciptaan sistem sosialisai dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang penyelenggaraan operasi SAR
h) Mengembangkan kerjasama dengan pemda melalui FKSD,
organisasi dan instansi berpotensi SAR , baik dalam negeri
maupun luar negeri dalam rangka pembinaan potensi SAR
4.2.6 Sistem Komunikasi SAR
Dalam kegiatan SAR, komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
87
1. Sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap
musibah dapat terdeteksi sedini mungkin, sumber informasi adanya
musibah di dapat dari :
a. Obyeknya sendiri, yaitu objek transportasi seperti pesawat
terbang atau kapal laut yang mengalami musibah bahkan
personal person yang memiliki becon dan mengaktifkan sinyal
distress alert dari lokasi musibah.
b. LUT (Local User Terminal), merupakan ground segment dari
COSPAS-SARSAT yang berfungsi untuk menerima sinyal dari
satelit untuk memperhitungkan posisi distress alert yang
dipancarkan oleh Beacon (ELT,EPIRB dan PLB).
Sistem Satelit
88
- Sistem LEOSAR (Low Earth Orbit SAR) merupakan sistem satelit
yang berorbit rendah dengan ketinggian 1000 km dengan
membawa instrumen SAR 121,5 MHz dan 406 MHz.
- Konfigurasi sistem LEOSAR terdiri dari 8 satelit yaitu 2 satelit
COSPAS dan 6 satelit SARSAT.
- Rusia menyuplai satelit COSPAS pada ketinggian 1.000 km dengan
instrument SAR yang beroperasi pada 121.5 dan 406 MHz. Amerika
menyuplai satelit SARSAT dengan ketinggian 850 km, sedangkan untuk
Instrumen SAR 121,5 /243 MHz dan 406 MHz disuplai oleh Kanada dan
Perancis.
89
d. Instansi TNI dan Polri, selain melaksanakan tugas pokok masing-
masing kedua instansi ini juga memiliki sarana dan pasarana SAR
yang memadai serta potensi SAR yang cukup besar.
e. Pesawat terbang/ kapal laut/ siapapun yang melihat/ mendengar
adanya objek tersebut di sekitar lokasi musibah. Dalam dunia rescue
informasi itu sangat penting. Bahkan dalam dunia pelayaran bila ada
kapal laut yang tidak memberikan pertolongan pada korban musibah
atau tidak memberikan informasi musibah yang terjadi di sekitarnya
pada kapal lainnya maka akan diberikan sanksi.
4.2.7 Pengendalian Operasi
90
dan memiliki kecakapan dan pengalaman dalam komunikasi
SAR.
d. Asisten Administrasi dan Logistik merupakan pejabat
SAR yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
sarana dan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan
operasi SAR.
3. SAR Mission Coordinator yang selanjutnya disebut SMC adalah
pejabat yang ditunjuk oleh Kabasarnas dan bertanggung jawab
untuk melaksanakan pengkoordinasian dan pengendalian
pelaksanaan operasi SAR. SMC (SAR Mission Coordinator) dijabat
oleh Kepala Kantor SAR setempat.
4. Staf SMC (Staf SAR Mission Coordinator) ditunjuk oleh dan
bertanggungjawab kepada SMC. Staf SMC meliputi:
a. Staf Operasi merupakan petugas dari Kantor SAR yang
memiliki kualifikasi SAR Planner dan berpengalaman dalam
penyelenggaraan operasi SAR.
b. Staf Intelijen merupakan petugas dari Kantor SAR yang
memiliki kualifikasi SAR Planner, berpengalaman dalam
pengumpulan dan analisis data untuk proses perencanaan
dalam pelaksanaan operasi SAR.
c. Staf Komunikasi merupakan petugas dari Kantor SAR yang
memiliki kualifikasi operator komunikasi SAR,
berpengalaman dalam penggunaan dan penguasaan alat
komunikasi dan elektronika dalam kegiatan SAR.
d. Staf Administrasi dan Logistik merupakan petugas dari
Kantor SAR yang memiliki kualifikasi administrasi SAR dan
pengelolaan logistic dalam kegiatan SAR.
5. OSC (On Scene Coordinator) dijabat oleh petugas SAR yang
ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
SRU dalam search area.
91
6. SRU (Search and Rescue Unit) yaitu petugas SAR yang terlatih
dan sarana pendukung yang sesuai dengan kebutuhan operasi
SAR.
92
Jenis musibah yang sering terjadi di Indonesia, telah diketahui dan
selama ini di tangani oleh Basarnas adalah :
1. Pelayaran
a)Kebocoran
b)Kandas
c)Man overboat
d)Kerusakan mesin
e)Medivak
f) Kebakaran kapal
g)Perampokan terhadap kapal-kapal adalah penerusan berita ke
bakorkamla maupun instansi terkait (AL.Polri)
2. Penerbangan
a)Lost contact
b)Crash landing
c)Engine failure
3. Bencana alam
Dalam hal kejadian bencana alam, coordinator penanganan
berada pada BAKORNAS PBP, disini Basarnas menjadi salah satu unsur
dari BAKORNAS PBP. Peranan SAR adalah yang paling mengemuka
karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam yang
terjadi, sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang
tertimpah musibah.
4. Bencana lainnya
Dalam penanganan terhadap bencana lain ni di pertegas dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No KM 43 tahun 2003 dimana
dinyatakan “ Basarnas mempunyai tugas membina ,mengkoordinasikan
dan mengendalikan potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang
atau material yang hilang atau dikawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
93
bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan
peraturan SAR nasional dan Internasional.
94
(delapan ) buah terdiri dari 7 buah jenis NBO-105 dan 1(satu) buah jenis
bell 206
A. Pengoperasian Pesawat.
1. Kegiatan Operasi berjadwal.
Untuk kegiatan ini dialokasikan rata-rata 100 jam, meliputi:
• Dukungan VIP sebanyak 25 jam
• Dukungan Siaga SAR hari Natal dan Tahun Baru sebanyak
25 jam
• Dukungan Siaga SAR Idul Fitri sebanyak 50 jam
2. Kegiatan Operasi tak berjadwal
Meliputi operasi SAR dan dukungan SAR terhadap
penanganan bencana alam dan kegiatan lain yang dipandang
perlu menyiagakan pesawat B0-105 sebagai unsur SAR. Dari
kegiatan ini dialokasikan waktu sekitar 200 jam. Contoh
kegiatan ini antara lain pada waktu tanggap darurat bencana
Tsunami Aceh.
3. Latihan SAR.
Kegiatan latihan ditunjukan pada pembentukan dan upaya
mempertahankan serta meningkatkan kualifikasi yang akan
dan telah dimiliki penerbang dalam rangka mendukung
kegiatan operasi SAR. Dari alokasi jam terbang bidang latihan
sebanyak 150 jam,terdiri atas : latihan SAR 50 jam ,konversi
30jam .profisiensi 40jam , kaptensi 30 jam .Latihan dengan
dukungan helicopter yang telah dilaksanakan sampei saat ini di
antara lain :
a. Pelatihan Dasar rescue ,
b. MARPOLEX diperairan Indonesia
c. Latihan SAR Malido (dengan Malaysia)
d. Latihan SAR Indopura (dengan singapura)
e. Latihan SAR Ausindo(dengan Australia)
95
3. Sarana SAR Laut
Untuk mendukung kegiatan SAR dalam penanganan musibah
diperairan, yang terjadi di setiap wilayah, maka dibutuhkan sarana SAR
laut pada saat pelaksanaan operasi SAR.
a. Rescue baot
Rescue baot merupakan kapal dengan versi SAR , sarana ini sangat
menunjang dalam penyelamatan korban di lautan . selain sebagai
sarana angkut tim rescue yang akan memberikan pertolongan, juga
harus mempunyai kemampuan mencari dan mengarungi lautan
dengan tetap mempertimbangkan keselamatan . guna mendukung
upaya SAR di laut BASARNAS telah didukung dengan rescue boat.
b. Rigid inflatable baot
Sarana opreasional ini dipergunakan pada daerah dekat pantai dan
sangat efisien untuk penyelamatan korban di air pada permukaan yang
dangkal, berbentuk menyerupai perahu karet dengan luas fiber glass
serta dilengkapi kemudi di bagian tengah untuk memberikan sudut
pandang yang luas bagi opratornya .
96
tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualisa maupun
kuantitasnya .
a. Rescue Truk
Rescue truk merupakan sarana penunjang operasi pertolongan
terhadap musibah lain, seprti gempa bumi atau bangunan runtuh
,sarana ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dari fungsi
BASARNAS dan posisi kantor pusat di ibu kota .
97
4.2.10 Kantor dan Pos SAR
A. Kantor SAR
98
Gambar 4.24 Struktur Organisasi Kantor SAR
Sumber : www.basarnas.go.id (2007)
B. Pos SAR
Kemampuan bertahan seseorang dalam kondisi survive sangat
terbatas dan membutuhkan penanganan segera. Rescue yang datang
dalam waktu singkat akan membangun kondisi mental korban sehingga
kemampuan bertahan akan semakin tinggi. Perlu disadari bahwa orang
yang paling cepat dapat dekat dengan lokasi korban. Termotivasi dengan
kondisi ini Badan SAR Nasional mencoba mengimplementasikan dengan
membangun Pos SAR agar personil Rescue dekat dengan lokasi korban
sehingga respon waktu bisa lebih pendek. Petugas Rescuer yang ada di
Pos SAR tidak hanya siaga tetapi juga melakukan patroli baik dalam
upaya observasi daerah kerjanya maupun melakukan pembinaan
terhadap masyarakat setempat agar saat terjadi musibah dapat
membantu sebelum Tim inti dari kantor SAR datang ke lokasi kecelakaan.
Untuk sementara waktu pos SAR di tempatkan di wilayah kantor tingkat
kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana/musibah. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Perhubungan No. Km 40 Tahun 2006 , Tentang Pos
Search And Rescue (POS SAR) sebanyak 48 pos SAR yang berada :
99
1 Sibolga 25 yogyakarta
2 Tanjung balai 26 Cilacap
3 Nias 27 Wadu mbolo
4 Cirebon 28 Kayanangan
5 Bandung 29 Kabupaten manggarai
6 Jember 30 Maumere
7 Tulungagung 31 Sintete
8 Pelabuhan Gilimanuk 32 Kendawangan
9 Pelabuhan padangbai 33 Kotabaru
10 Kabupaten bone 34 Palangkaraya
11 Kabupaten selayar 35 Tarakan
12 Palu 36 Kutai timura
13 Kabupaten nabire 37 Bau-bau/buton
14 Kabupaten serui 38 Kolaka
15 Lhokseumawe 39 Gorontalo
16 Meulaboh 40 ternate
17 Bengkulu 41 Namlea
18 Lubuk sikaping/jambi 42 Banda
19 Bengkalis 43 Manokwari
20 Jambi 44 Fakfak
21 Pulau natuna besar 45 Waimena
22 Tanjung balai karimun 46 Sarmi
23 Bangka balitung 47 Agats
24 Lampung 48 Kimam/pulau dolaka
Sumber : www.basarnas.go.id(2007)
100
Dalam rangka peningkatan kemampuan operasi, BASARNAS
melaksanakan koordinasi operasional yang berkaitan dengan
penyuluhan/pemasyarakatan kegiatan SAR, pendidikan, pelatihan,
penggunaan serta pengembangan tenaga dan peralatan SAR. Koordinasi
operasional SAR yang telah dilakukan, meliputi:
1. Koordinasi pemberitaan;
2. Koordinasi perencanaan operasi;
3. Koordinasi penyiagaan;
4. Koordinasi pengerahan dan pengendalian;
5. Koordinasi evaluasi operasi;
6. Koordinasi untuk hal-hal yang berkaitan dengan lintas batas.
Pelaksanaan koordinasi operasional, mempergunakan prosedur
tetap operasi yang disusun secara bersama antara BASARNAS dan
instansi pemilik potensi SAR.
B. Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional merupakan salah satu upaya
meningkatkan kemampuan pelaksanaan kegiatan SARnasional.Perjanjian
bilateral di bidang SAR dengan negara-negara tetangga dan negara-
negara yang berbatasan wilayah tanggungjawab dengan Indonesia,
dilakukan dalam rangka penanganan SAR di daerah-daerah tersebut.
Perjanjian bilateral yang telah dilakukan antara lain dengan
Malaysia, Singapura, Australia dan West Pasific RCC (USA), sedangkan
perjanjian dengan Papua Nugini, dan Philipina, masih dalam tahap
penjajakan. Selain menjalin hubungan kerjasama internasional, Indonesia
juga berusaha turut menjadi anggota Cospas SAR Sattelite, agar dapat
menggunakan jasa satelit tersebut. Hal ini sehubungan dengan dimilikinya
Local User Terminal (LUT) yang ditempatkan di Jakarta, yang
pengoperasiannya memanfaatkan jasa satelit tersebut.
Untuk itu, saat ini BASARNAS telah mendaftarkan diri ke Pusat
Cospas Sarsat di USA dan sudah mendapatkan call sign yaitu IDMCC.
101
Tabel 4.13 Kerja Sama Internasional
no Nama negara TGL perjanjian
1 Singaputa 10-07-1985
2 Malaysia 26-08-1986
3 Filipin 01-11-1980
4 Australia 05-04-2004
5 Papua nugini 16-09-1989
6 Amerika serikat 05-07-1988
Sumber : www.basarnas .go.id.(2007)
102
7. Pemeriharaan dan penyiapan sarana dan prasarana SAR
8. Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan kantor SAR.
a. Pengelolah
1) Kepala kantor
2) Kepala.sub.bagian umum
3) Kepala seksi operasi
4) Kepala bidang operasi dan latihan
5) Kepala bidang komunikasi
6) Kepala seksi potensi
7) Kepala bidang sarana dan prasarana
8) Kepala DIKLAT dan pemasyarakat
9) Koordinator pos
b. Pengunjung secara umum
103
1) Mengikuti pelatihan. Seminar, pameran, atau kegiatan yang
diadakan oleh PUSDIKLAT BASARNAS
2) Belajar dan rekreasi dengan sarana pengunjung yang di
sediakan .Kebutuhan fasilitas dan ruang PUSDIKLAT
BASARNAS di bagi atas empat bagian penting yaitu:
Fasilitas utama
Fasilitas penunjang
Fasilitas servis
Outdoor space.
104
Gambar 4.28 Tampak Belakang
Sumber : Pusdiklat Basarnas di Amurang .2017
105
pada penzoningan massa dan ruang luar dalam site, menghasilkan
suatu pola yang sesuai dengan fungsi objek .
3) Fasilitas: fasilitas yang di terapkan dalam perancangan
PUSDIKLAT BASARNAS yaitu ada empat fasilitas utama, fasilitas
penunjang, fasilitas servis, dan fasilitas outdoor space.
4) Fungsi utama: perancangan PUSDIKLAT AMURANG sebagai
untuk membantu pemerintah dalam pembangunan dibidang
pelayanan sosial dan keselamatan masyarakat .
106
fasilitas pusat perancangan penanggulangan bencana alam
Sumber : hasil perancangan pusat penanggulangan bencana alam di jawa timur .
2017.
107
Gambar 4.32 Potongan kawasan
Sumber : hasil perancangan pusat penaggulangan bencana alam di jawa timur .
2017
Berdasarkan dari uraian pembahasan di atas, kemudian di tinjau
secara pandangan ilmu arsitektur dapat di simpulkan beberapa
pembahasan terkait dengan penataan lenskep dan massa bangunan yang
terdapat di perancangan pusat penangulanggan bencana alam dijawa
timur sebagai berikut :
1. Fasilitas : fasilitas pada kawasan pusat penanggulangan
bencana alam ini merupakan fasilitas pelayanan pengunjung
utama, fasilitas oprasi, fasilitas staf posko.
2. Sirkulasi : sirkulasi pada perancangan pusat penangulanggan
bencana alam di jawa timur menggunakan sistem sirkulasi
terpusat . sehingga memudahkan bagi pengunjung menuju lokasi
yang akan dicapai dan dengan sytem pemisahan antara
sirkulasikendaraan pengunjung, kendaraan khusus, dan pejalan
kaki .
108
3. Pola tatanan massa pola tatanan massa pada perancangan
pusat penangulanggan di jawa timur menggunakan pola tatanan
Terpusat.
4. Massa bangunan : pada bangunan mengunakan bagunan
moderen.
5. Utilitas : utilitas pada kawasan pusat penangulangan bencana
alam adalah sumber air hujan sebagai penyucian mobil .dan
mengunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang di salurkan
ke bangunan lainnya.
4.4. Studi komparasi Smart buildng
4.4.1 Capital Tower, Singapura
109
konstruksi yang selesai pada tahun 2000, bangunan ini memiliki fasilitas
yang disebut dengan Intelligent Building Management System (IBMS)
yang mengatur segala layanan maupun fasilitas yang tersedia
Mengoptimalkan efisiensi energi di seluruh bangunan,capital tower
menggabungkan sistem roda pemulihan energi dalam sistem pendingin
udara yang memungkinkan pemulihan udara dingin, untuk menjaga
efesiensi pendingin.
110
shading eksterior, penghuni dapat melakukan penyesuaian lebih lanjut
dari dalam bangunan menggunakan nuansa kain roller interior yang
dioperasikan secara manual di atas setiap jendela.
111
penanggulangan bencana
Aspek Amurang alam di Provinsi Jawa
Timur
Perkantoran Perkantoran
Pusat Penanggulangan
Fungsi perimer Pusdiklat BASARNAS Bencana Alam Di Provinsi
Jawa Timur
Fungsi sekunder Pendidikan Pendidikan
Jenis Ruang /Fasilitas Fasilitas utama Fasilitas pelayanan
(sarana –prasarana) Fsilitas penujang pengunjung
Fasilitas servis Fasilitas operasi
112
Tabel 4.16 penerapan pada perancangan
Objek
Perancangan kantor SAR provinsi maluku utara
perancangan
kantor pengelolah pusat Penangulanggan
Fungsi primer bencana dan kantor administrasi. Serta
kantor publikasi dan dokumentasi
Edukasi (pelatihan tanggap bencana) dan
Fungsi sekunder
pelatihan dasar SAR
Fungsi penunjang Sebagai penunjang i sarana-prassarana dalam
pengangulangan bencana alam di maluku utara
Jenis ruang Gedung Utama
/fasilitas (sarana- Pos sikurity
prasarana Lapangan
Gudang Peralatan Tim SAR
Gudang pengobatan (medis)
Gudang bahan bakar
Heliped
Tambatan perahu/dermaga
Masjid
Parkiran pengelolah
Perkiran pengunjung
Bengkel dan tempat pencucian kendaraan
Gudang ME dan cleanning service
Hanggar helikopter
Elemen smart Intelligent Building Management System
bulding (IBMS)
113
Arsitektur Dimana bentuk dan fasade bangunan mengikuti atau
menyesuaikan dngan teknologi yang ada dalam
bangunan, (arsitektur moderen). Untuk menunjang
fasilitas dalam perancangan kantor SAR dengan
pendekatan pada smart building
Sumber .Analisa penulis 2017.
114