Anda di halaman 1dari 68

BAB IV

TINJAUAN OBJEK PERANCANGAN

4.1 Tinjauan Umum Lokasi Perancangan


4.1.1 Letak Geogafis Kota Sofifi
Kota Sofifi yang sekarang sedang dikembangkan menjadi ibukota
Provinsi Maluku Utara. Tidak tumbuh begitu saja sebagai sebuah kota
yang utuh, kota sofifi saat ini memiliki keterkaitan dengan Kota Sofifi yang
dulu dalam proses pembentukannya menjadi sebuah Kota. Kota Sofifi
berada di Oba Utara tepatnya di Tidore Kepulauan, memliki luas wilayah
24.700 Ha. Dengan luas wilayah yang ada makan wilayah administrasi
kota sififi memiliki batas-batas wilayah yang sudah ada.
Batas-batas wilayah kota Sofifi di antaranya :
a) sebelah utara Berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate, Kota
Ternate dan Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera barat
b) Seblelah Barat Berbatasan dengan Laut Maluku.
c) Sebelah selatan Berbatasan dengan Gane Barat Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kecamatan pulau Moti Kota ternate.
d) Sebalah timur Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan,
Kabupaten Halmahera Timur dan Kecamatan Weda Kabupaten
Halmahera Tengah
Kota sofifi merupakan salah satu kota yang berada di tidore
kepulauan yang fungsinya adalah sebagai pusat kegiatan wilayah dengan
lingkup pelayanan kawasan-kawasan atau kabupaten disekitarnya.
sementara untuk ke ibu kota Sofifi dari Ternate yang berjarak kurang lebih
45 menit perjalanan dengan menggunakan motor speed dan 1.5 jam
dengan menggunakan kapal ferry.
Wilayah perencanaan Kota sofifi sebagai Ibukota Provinsi Maluku
Utara dan wilayah pengembangannya meliputi wilayah Desa kusu,Desa
Garojo, Desa Somahode, Desa Ampera, Desa Akelano, Desa Oba, Desa

47
Bukit Durian, Kelurahan Sofifi, Desa Balbar, Desa Galala, Desa Kaiayasa,
Desa Toniku, Desa Rioribati, Desa Tabadamai, Desa Braha, Desa tewe
hingga Desa Dodinga.
Secara administratif, kota Tidore Kepulauan terdiri dari 8
(delapan) kecamatan dan 72 desa/kelurahan seperti yang diuraikan
berikut ini :
a. Kecamatan Tidore. Jumlah desa/kelurahan 11 dengan ibukota

Gamtufkange, dan luas daerah 212,15 Km2.


b. Kecamatan Tidore Selatan. Jumlah desa/kelurahan 8 dengan
ibukota Gurabati, dan luas daerah 249,32 Km2.
c. Kecamatan Tidore Utara. Jumlah desa/kelurahan 12 dengan ibukota
Rum, dan luas daerah 221,33 Km2.
d. Kecamatan Tidore Timur. Jumlah desa/kelurahan 4,dengan
ibukotaTosa dan luas daerah 199,92 Km2.
e. Kecamatan Oba. jumlah desa/kelurahan 9 dengan ibukota Payahe,
dan luas daerah 2.373,63 Km2.
f. Kecamatan Oba Selatan. Jumlah desa/kelurahan 7 dengan ibukota
Lifofa, dan luas daerah 2.210,92 Km2.
g. Kecamatan Oba Utara. jumlah desa/kelurahan 9 dengan ibukota
Sofifi, dan luas daerah 1.155,91 Km2.
h. Kecamatan Oba Tengah. jumlah desa/kelurahan 12, dengan
ibukota Akelamo dan luas daerah 2.493,17 Km2.

Tabel 4.1 Jumlah Kelurahan dan Desa di Kota Tidore Kepulauan


KECAMATAN KECAMATAN
KECAMATAN KECAMATAN TIDORE
TIDORE TIDORE
TIDORE UTARA
SELATAN TIMUR
Kel. Seli Desa Marekofo Desa Maitara Kel. Mafututu

Kel. Soadara Desa Maregam Desa Maitara Selatan Kel. Tosa


Kel. Topo Kel. Tongowai Kel. Rum Kel. Dowora
Kel. Topo Tiga Kel. Gurabati Kel. Rum Balibunga Kel. Kalaodi
Kel. Soasio Kel. Tomalou Kel. Sirongo Folaraha
Kel. Kel. Tuguiha Kel. Gubukusuma

48
Gamtufkange
Kel. Folarora Kel. Dokiri Kel. Bobo
Kel.
Kel. Toloa Kel. Mareku
Gurabunga
Kel.
Kel. Afa Afa
Indonesiana
Kel. Tomagoba Kel. Ome
Kel. Goto Kel. Fobaharu
Kel. Jaya
KECAMATAN
KECAMATA KECAMATAN KECAMATAN OBA OBA
OBA UTARA OBA TENGAH
SELATAN
Desa
Desa Lola Desa Kususinopa Desa Lifofa
Somahode

Desa
Kel. Akelamo Kel. Payahe Desa Wama
Akekolano
Desa Oba Desa Togeme Desa Toseho Desa Nuku
Desa
Kel. Sofifi Desa Akegurai Desa Gitaraja
Tagalaya
Kel. Guraping Desa Akesai Desa Woda Desa Maidi
Desa Desa
Desa Kaiyasa Desa Kosa
Aketobololo Selamalofo
Desa Garojou Desa Akedotiou Desa Koli Desa Hager
Desa Kusu Desa Aketobatu Desa Bale
Desa Ampera Desa Tadupi Desa Tului Talagamori
Desa Bukit
Durian
Desa Galala
Desa Balbar
Sumber : Kota Tidore Kepulauan dalam Angka (Kerjasama BPS dan BAPPEDA

KOTA SOFIFI

Gambar 4.1 Peta Umum Maluku Utara


(SUMBER: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/04/administrasi-
maluku-utara)

49
Gambar 4.2 peta administrasi kota tidore kepulauan
(SUMBER : BAPPEDA kota tidore kepulauan 2017)

1. Geomorfologi
Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat di bagi
manjadi 2 bentukan utama yaitu pada daerah Pulau Tidore dan Pulau
Halmahera. Pulau Tidore memiliki satuan bentukan asal gunungapi.
Satuan ini memiliki kelerengan bervariasi mulai dari 2 % hingga lebih
dari 40%, hal ini sesuai dengan jenis bentukan asal Satua
Vulkanik

Gambar 4.3 Bentuk Morfologi Pulau Tidore kepulauan.


Sumber: Survey Lapangan, 2009

50
Bagian ke dua wilayah Kota Tidore yang berada pada Pulau
Halmahera memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pulau Tidore.
Satuan geomorfologi ini antara lain adalah dataran alluvial, perbukitan
denudasional, perbukitan denudasional ultramafik,
Plato dan Monoklin.

Gambar 4.4 Morfologi Wilayah Kota Tidore Kepulauan


Sumber: Survey Lapangan, 2009

4.1.2 Kondisi Fisik Kota Tidore Kepulauan Dan Kecamatan Oba


1. Iklim .
Keadaan iklim di Kota Tidore Kepulauan tidak berbeda
jauh dengan iklim di daerah-daerah lainnya di pulau
Halmahera dan sekitarnya yaitu beriklim tropis lembab, yang
dipengaruhi angin laut. Iklim daerah ini sangat di pengaruhi
oleh laut Halmahera, laut Seram dan laut Maluku.
2. Penggunaan Lahan

Tabel 4.2 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan di Kota Tidore Kepulauan
No Penggunaan 2 %
Luas (Km )
1 Permukiman 486,86 5,34

2 Kebun Campuran 1.483,59 16,27

3 Perkebunan 23,31 0,26

4 Mangrove 82,78 0,91

5 Hutan 6.084,29 66,74

6 Tanah Terbuka 1,91 0,02

51
7 Persawahan 140,49 1,54

8 Tegalan 489,34 5,37

9 Semak Belukar 323,79 3,55

Jumlah 9.116,36 100,00

Sumber: Penghitungan Berdasar Citra Satelit


Berdasarkan Peta Jenis Penggunaan Lahan (2008) Kota Tidore
Kepulauan masih didominasi oleh hutan (66,74%). Kemudian Kebun
campuran (16,27%) dan ketiga adalah Tegalan (5,57%).Adapun pertanian
adalah 1,54 % berupa sawah dengan kondisi pemanfaatan lahan ini laju
peralihan dari lahan hutan menjadi yang lain dapat menjadikan
kemungkinan terjadinya perubahan ekosistem yang paling mendasar.
Penggunaan lahan di Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat pada peta
penggunaan lahan kota tidore kepulauan .

Gambar 4.5 Peta penggunaan lahan kota tidore kepulauan


Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan 2015

52
3. Kemampuan Lahan
a) Kemiringan Lereng
Lahan di wilayah Kota Tidore Kepulauan yang didominasi oleh
perbukitan Tektonik mempunyai kemiringan lereng yang beragam dari
landai sampai sangat curam namun. Berikut ini tersaji tabel luas
kemiringan lereng Kota Tidore Kepulauan.

Tabel 4.3 Luas Kemiringan Lereng Kota Tidore Kepulauan


Kemiringan Persentase
Lereng Luas (km2) luas (%) Kelas

0-2 2855.01 28.55 Datar


2-15 1611.10 16.11 Landai
15-40 3517.17 35.17 Agak Curam
>40 1133.10 11.33 Sangat curam
Jumlah 9116.38 100
Sumber: SK Menteri Pertanian Nomer 837/KPTS/UM/11.1980

b) Kedalaman
Kota Tidore Kepulauan dengan kondisi iklim yang mendukung
proses pembantukan tanah menghasilkan tanah-tanah yang mempunyai
jeluk dangkal akibat dari kemiringan yang curam sehingga tanah mudah
terkikis pada saat terjadinya erosi.
c) Tekstur
Tanah-tanah di wilayah Kota Tidore Kepulauan banyak
didominasi oleh tekstur sedang sampai halus, ada beberapa lokasi yang
bertekstur kasar sampai agak kasar. Tekstur tanah berperan dalam
menentukan sifat fisik dan kimia tanah.
d) Erosi tanah
Erosi merupakan pengikisan tanah permukaan oleh agensia air
atau angin. Erosi tanah yang terjadi di lahan-lahan wilayah Kota Tidore
Kepulauan pada permukaan tanah yang sudah tidak bervegetasi

53
Gambar 4.6 Peta lereng tidore kepulauan
(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)
4. Curah Hujan

Curah hujan tertinggi terjadi bulan Juni dengan hari hujan 20 di


susul bulan September dan Februari pada tahun 2006 kemudian untuk
curah hujan tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada bulan November
dengan jumlah hari hujan 12 disusul bulan Juni dan Januari.Suhu udara

rata-rata bulanan berkisar antara 25oC sampai 26,6oC. Suhu udara

rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada


bulan Maret dan Juni. Kelembaban relatif udara rata-rata bulanan berkisar
antara 80% hingga 90%. Kelembaban rata-rata tertinggi terjadi pada
bulan Juni dan terendah pada bulan Juli Lama penyinaran matahari rata-
rata bulanan berkisar antara 20% sampai 79%, dengan lama penyinaran
tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan September.

54
Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 11 km/jam dan 25 km/jam.
Kecapatan angin tertinggi terjadi pada bulan Februari, dan terendah
terjadi pada bulan November.
Rata-rata curah hujan dari stasiun yang ada di Kota Tidore
Kepulauan adalah 24.55 mm/tahun. Bulan Basah terjadi rata-rata 6-7
bulan per-tahun dan Bulan Lembab terjadi hanya 3-4 bulan. Rata-rata
jumlah hari hujan pada stasiun penakar curah hujan di Kota Tidore
Kepulauan adalah 7 hari. Alat pencatat hujan di BPP Kecamatan Oba
Utara dalam kondisi rusak. Morh (1933) cit. Sutarno, (1998) membagi
bulan basah dan bulan kering ke dalam tiga golongan, yaitu :
a) Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan >
100 mm.
b) Bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan
60-100 mm.
c) Bulan kering (BK) adalah bulan dengan cu

Gambar 4.7 Grafik Golongan Bulan Basah dan Kering


Sumber : Analisis Studio

4.1.3 Tinjauan Tata Ruang Wilayah Kota sofifi


1. Rencana penataan bangunana dan lingkungan (Amplop ruang)
kota Sofifi

Penataan bangunan dan lingkungan atau di kenal dengan istilah

55
ampolop Ruang, merupakan hasil analisa daya dukung lahan, daya
tampung dan kekuatan investasi setra ekonomi setempat, memuat
gambaran dasar penataan pada lahan kawasan perencanaan selanjutnya
di jabarkan dalam peraturan bangunan, pengaturan antara bangunan, dan
penetaan lingkungan fungsional, sehingga tercipta lingkungan hunian
yang harmonis,serasi,seimbang,aman dan nyaman. Adapun maksud dan
tujuannya adalah sebagai berikut :
A. Memberikan arahan pengaturan lingkungan sehingga berdampak
baik,terarah dan terukur terhadap suatu kawasan yang
direncanakan.
B. Mengintegrasikan elemen-elemen lingkungan yang berpengaruh
pada suatu perencanaan kawasan.
C. Pengaturan elemen-elemen lingkungan yang berkarakter dan
pelestarian lingkungan .

Tabel 4.4 Rencana pengaturan kepadatan bangunan di kota sofifi


Kepadatan bangunan (bangunan/Ha)
Peruntukan BWK
BWK- 1 BWK- 2 BW K- 3 BWK- 4
PENUNJANG
<10(sangat <10(sanga
Pemerintahan - - -
rendah) t renda)
Perumahan Kepadatan 41-60 41-60 41-60 41-60 41-60
sedang (sedang) (sedang) (sedang)
(sedang) (sedang)
Perumahan 11-40 11-40 11-40 11-40 11-40
Kepadatan Rendah (rendah) (rendah) (rendah)(renda) (rendah)
Perdagangan dan jasa <10
<10 (sangat <10 (sangt <10 (sangt <10 (sangat
(sangat
rendah) renda) renda) rendah)
rendah)
Fasos/Fasum <10 (sangat <10 (sangt <10 (sangt <10 (sangt <10 (sangat
rendah) rendah) rendah) rendah) rendah)
Ruang Terbuka <10 (sangat <10 (sangt <10 (sangt <10 (sangt <10 (sangat
Hijau rendah) renda) renda) renda) rendah)
Trasnportasi <10 (sangat <10 (sangt <10 (sangt <10 (sangt
-
laut)dermaga/pelabuha) rendah) renda) renda) renda)
Industri <10
- - - (sangat
rendah)
(sumber : Hasil Rencana tahun 2009 dinas PU provinsi)

56
Tabel 4.5 Rencana pengaturan ketinggian bangunan di kota sofifi dan
wilayah pengembangannya
Ketinggian bangunan

Peruntukan BWK
BWK 1 BWK 2 BWK 3 BWK 4
penunjang

Pemerintahan 6 lantai 6 lantai - - -

Perumahan
1-2
kepadatan sedang 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai
lantai
Perumahan
1-2
Kepadatan rendah 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai 1-2 lantai
lantai
2-3
Perdagangan dan jasa 3-4 lantai 3-4 lantai 3-4 lantai 3-4 lantai
lantai
2-3
Fasos/Fasum 2-3 lantai 2-3 lantai 2-3 lantai 2-3 lantai
lantai
Trasportasi laut
2 lantai
(dermaga/pelabuhan) - - - -
Industri - - - 2 lantai -
(sumber : Hasil Rencana Tahun 2009 Dinas PU Provinsi)

2. Rencana detail tata ruang kota sofifi (RDTRK)


Dalam jenjang tata ruang, Rencana Detail Tata Ruang kota
(RTDRK) merupakan produk tata ruang untuk :
a. Rencana operasional arahan pembangunan perkantoran
(opreasional action plan);
b. Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan(area
develompment plan);
c. Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancangan
banguna(urban design guidelines)
Rencana ,aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan
Rencana Detail Tata Tata Ruang kota (RDTRK) harus menunjukan pada
prantara yang lebih tinggi, baik pada lingkup peraturan ruang diilustrasikan
dalam gambar berikut :

57
Gambar 4.8 Kedudukan pedoman penyusunan rencana detail tata ruang kota
(RDTRK).
Sumber : BAPPEDA maluku utara tahun anggaran 2009)

Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menujukan


keadaan pada masa depan yang di harapkan, bertitik tolak dari data,
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dipakai, serta
memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor, perkembangan
masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara dinamis, ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah disusun itu
tetap sesuai dengan tuntunan pembangunan dan perkembangan
keadaan,rencana tata ruang dapat di tinjau kembali atau di sempurnakan
secara berkala. Peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK) sofifi tahun 2001/2002 ini merupakan bagian dari perencanaan

58
tata ruang sebagai proses untuk memperbaiki produk rencana tata ruang
yang telah ada.

Faktor yang menetukan dan menjadikan kegiatan peninjauan


kembali rencana tata ruang menjadi suatu aktifitas yang peting untuk
dilakukakn secara berkala dalam proses penataan ruang adalah karena
adanya perubahan atau ketidaksamaan atau adanya penyimpangan yang
mendasar antara rencana dengan kenyataan yang terjdi dilapangan, baik
karena faktor internal, maupun faktor eksternal.

Berdasarkan pedoman peninjauan kembali Rencana Tata Ruang


kawasan perkantoran, RDTRK akan disusun berdasarkan :

a) Deviasi 0-20%, RDTRK terdahulu revisi.


b) Deviasi 20- 50% RDTRK terdahulu mengalami revisi sebagian.
c) Deviasi di atas 50% RDTRK terdahulu mengalami revisi total .

Berdasarkan kegiatan peninjauan kembali yang telah dilakukan,


RDTR terdahulu memiliki karakteristik RDTR tidak sah, simpangan besar,
dan faktor eksternal berubah atau termasuk dalam tipologi VII. Dengan
demikian Rencana Tata Ruang Kota (RDTR) sofifi perlu di revisi total,
karena terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi kinerja RTR, sehingga memerlukan perubahan dalam
tujuan, sasaran serta struktur dan pola ruang.

59
Gambar 4.9 Peta Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peratura Zonasi(RDTR
–PZ)
(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)

3. Rencana Bagian Wilayah Kota Sofifi


Kota sofifi dan wilayah pengembangannya memliki fungsi utama
sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dann saja, dan permukiman
yang diarahkan agar dapat menciptakan sinergi pembangunan atara pusat
BWK, antara sub-sub pusat BWK, dan antara sub-pusat BWK dengan
pusat BWK. Kawasan kota sofifi dan wilayah pengembangannya dari segi
rencana tata ruang memiliki kedudukan yang cukup penting. Kedudukan
kawasan kota sofifi dan wilayah pengembangannya dalam rencana tata
ruang adalah :
a. Kawasan perkotaan Sofifi dalam RTRW Nasional 2003 sebagai
pusat kegiatan Nasional
b. Kawasan pekotaan Sofifi dan Rencana Tata Ruang Laut sebagai

60
sub pusat pengembangan kawasan pemanfaatan laut Halmahera-
Bintung
c. Kawasan perkotaan sofifi dalam revisi RTRW Provinsi Maluku
Utara sebagai PKW (orde1) dengan skala pelayanan regional
sampai pada tingkat kota/kabupaten ,dan berfungsi sebagai pusat
administrasi kota, pusat perdagangan, jasa, dan pemasaran, pusat
produk pengolahan, pusat pelayanan sosial,dan pusat pendidikan
tinggi.
d. Kawasan perkotaan sofifi dalam revisi RUTRK tidore kepulauan
2004 struktur utama tata ruang ini terdiri dari 2 zona kawasan
pengembangan, yaitu:
a. Kawasan pengembangan berbasis budaya lokal yang
meliputi kecamatan tidore, tidore utara dan tidore selatan
(terletak di Pulau Tidore, Maitara dan Mare )
b. Kawasan pengembangan berbasis budaya global yang
meliputi kecamatan oba dan oba utara .
Mengacu pada pembagian wilayah pengembangan kota,
sebagaimana yang teratur dalam rencana sistem pusat kegiatan kota
sofifi, terdapat 4 (empat) bagian wilayah kota di kota sofifi, pembagian ini
didasarkan pada karakteristik serta arahan kegiatan fungsional serta
hirarki pada pusat-pusat kegiatan kota. Sedangkan diwilayah
pengembangan kota sofifi saat ini masih merupakan bagian dari
kabupaten Halmahera barat yang di arahkan membentuk satu BWK.
Adapun pembagian fungsi-fungsi pelayanan bagian wilayah kota (BWK) di
kota sofifi dan wilayah pengembangannya adalah sebagai berikut :

61
Tabel 4.6 Rencana bagian wilayah kota (BWK) sofifi dan wilayah
pengembangannya
Bagian wilayah Wilayah Fungsi
kota (BWK)
BWK-1 Keluraha guraping ,desa Pemerintahan, pariwisata,
kaiyasa perumahan
BWK-2 Kelurahan sofifi,desa Perdagangan dan jasa
bukit durian,desa (komersil),pemerintahan,
balbar,desa galala pelabuhan/dermaga
penumpang, perumahan
BWK-3 Desa oba, desa ampera, Perdagangan dan
desa akekolano jasa(komersil),pemerintahan,
pelabuhan/dermaga
penumpang, perumahan
BWK-4 Desa garojou, desa Pelabuhan/dermaga
somahode, desa kusu penumpang, perumahan,
pergudangan dan industri
pengolahan, perdagangan
dan jasa.
BWK Desa toniku, desa Perumahan, perdagangan
penunjang rioribati,desa dan jasa
tabadamai,desa braha,
desa tewe,desa dodinga
(Sumber: Hasil Rencana tahun 2009)

Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Klasifikasi fungsi kegiatan masing-masing BWK di kota sofifi dan
wilayah pengembangannya
Jenis fungsi
klasifikasi
fungsi BWK
BWK -1 BWK -2 BWK -3 BWK-4
penunjang
Fungsi Perkantoran, Kawasan Kawasan
- -
primer Pemerintahan pelabuhan pelabuhan

Fungsi - Kawasn - Pusat kota - Kawasan - -


sekunder I wisata danau sofifi terminal
gosale - Kawasan - Kawasan
- Pusat bwk1 rekreasi rekreasi pantai
- Pusat bwk 3

62
Fungsi - Pusat - Kawasan - Pusat - Pusat - Kawasan
sekunder lingkungan perdagangan lingkungan lingkungan perdagangan
II permukiman jasa permukiman permukiman
- Sub pusat - Pusat - Sub pusat - Sub pusat
BWK -1 lingkungan BWK-3 BWK -4
permukiman
- Sub pusat
BWK-2
- Pusat sub - Pusat sub - Pusat - Pusat - Pusat sub
lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
Fungsi
permukiman permukiman permukiman permukiman permukiman
sekunder - Pusat unit - Pusat unit - Pusat unit - Pusat unit - Pusat unit
lainnya
permukiman permukiman permukiman permukiman permukiman

(sumber : Hasil Rencana Tahun 2009)

BWK penunjang

BWK I

BWK II

BWK III

BWK IV

Gambar 4.10 Peta .pembagian bwk


(Sumber: Dirjen CK, Dep. PU Malut 2009)

63
4.1.4 Aspek Kependudukan, Sosial Dan Budaya
1. Proyeksi jumlah penduduk dan pertumbuhan
Dengan berasumsi bahwa tahun awal data 2005 sampai dengan
tahun akhir data (2008) pertumbuhan penduduk meningkat sama untuk
dua puluh tahun ke depan ,maka proyeksi yang mendekati tren
pertumbuhan penduduk kota tidore kepulauan eksisting adalah proyeksi
penduduk eksponensial.

Tabel 4.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Tidore KepulauanTahun 2010,


2015, 2020, 2025 dan 2030
Proyeksi Jumlah Penduduk
No. Kecamatan 2010 2015 2020 2025 2030

1 Tidore 21.534 23.516 25.680 28.044 30.625


2 Tidore Selatan 15.791 17.714 19.871 22.291 25.005
3 Tidore Utara 16.711 18.104 19.614 21.249 23.021
4 Tidore Timur 7.907 8.634 9.429 10.297 11.244
5 Oba 10.426 11.371 12.403 13.528 14.755
6 Oba Utara 11.044 11.885 12.790 13.764 14.812
7 Oba Selatan 5.186 5.656 6.169 6.729 7.339
8 Oba Tengah 6.630 7.135 7.678 8.262 8.892

Kota Tidore kepulauan 95.146 103.689 112.998 123.143 134.199


Rata-rata pertumbuhan penduduk di Kota Tidore Kepulauan
sebesar 1,72%. Rata-rata pertumbuhan tertinggi sebesar 12,18% di
Tidore Selatan.

Tabel 4.9 Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Kota Tidore Kepulauan

No. Kecamatan Rata-Rata


Pertumbuhan
1 Tidore 1,76
2 Tidore Selatan 2,30
3 Tidore Utara 1,60
4 Tidore Timur 1,76

64
5 Oba 1,74
6 Oba Utara 1,47
7 Oba Selatan 1,74
8 Oba Tengah 1,47
Kota Tidore Kepulauan 1,72
Sumber: Analisis Studio ,BPS maluku utara

Gambar 4.11 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2010 dan2030


Sumber: Analisis Studi
2. Transportasi
Mengacu pada rencana pengembangan sistem transportasi dalam
RTRW ibu kota provinsi ada dua sistem transportasi, yaitu:
A. Transportasi laut
Sistem transportasi laut yang ada pada saat ini wilayah kota
sofifi dan wilayah pengembangannya terhadap enam
palabuhan/dermaga skala yang berbeda, di antaranya adalah :
1. Pelabuhan ferry
Terletak di desa galala, dengan tingkat pelayanan fasilitas
pelabuhan berskala lokal, yaitu masih terbatas pada
penggunaan kapal motor skala kecil dan menengah.
2. Pelabuhan somadohe.
Berada di desa somadohe kec, oba berjarak ± 5 km di

65
selatan dermaga sofifi, melayani pergerakan barang berskala
besar.fungsi dan tingkat pelayanannya lebih tinggi yang
melayani kepetingan pergerakan keluar (outlet) untuk
kecematan oba.
3. Pelabuhan sofifi
Terletak di kelurahan sofifi berjarak ±1km dari dermaga sofifi
merupakan dermaga khusus milik swasta yang melayani
angkut barang hasil dan perkebunan untuk jenis komoditi
kelapa.
4. Pelabuhan speed boat.
Terletak di desa balbar yang melayani angkutan penumpang
dengan menggunakan speed boat.
5. Pelabuhan guraping
Terletak di kelurahan guraping yang melayani angkutan
penumpang dan barang.
6. Pelabuhan Eks Bimoli
terletak di desa oba yang merupakan pelabuhan bekas
perusahaan bimoli.
B. Transportasi Darat
Pengembangan jaringan jalan sebagai komponen utama dalam
sistem transportasi darat dapat di lakukan dengan beberapa cara,yaitu :
1. Rencana Pembangunan Jalan Baru
Rencana pembangunan jalan baru kota sofifi dapat di arahkan
dalam beberapa rencana pembangunan, antara lain :
a. Pembangunan jalan lingkar luar dimasing-masing BWK di kota
sofifi untuk mengalihkan pergerakan kendaraan yang ada
dipusat kota
b. Untuk mendukung pembangunan jalan lingkar, dibanguan juga
jalan akses yang menghubungkan jalan lingkar menuju ke
pusat kegiatan kawasan pusat pemerintahan sehingga akan

66
membentuk pola jaringan jalan radial.
c. Pembangunan jalan baru juga dilakukan ditiap BWK di kota
sofifi yaitu pembangunan jalan baru dilakukan di area
permukiman baru yang telah di rencanakan.
d. Peningkatan jalan kualitas jalan kolektor primer yang menerus
di BWK 2
e. Pembangunan jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, dan
kolektor sekunder di BWK 3.
2. Rehabilitasi jaringan lama (Rencana Hirarki Jalan)
Rencana untuk hirarki jalan kota di sofifi itu sendiri adalah
revitalisasi dilakukan pada sisi luar sebelah timur kawasan dan tingkatkan
statusnya menjadi jalan arteri sekunder di BWK 4 dan 4.
3. Rencana Dimensi Jalan
pengembangan jaringan jalan yang akan dilakukan untuk seluruh
bagian wilayah kota mengikuti ketentuan yang berasal dari PU tentang
standar perancanaan Geometri untuk jalan perkotaan, kemudian
disesuaikan dengan kondisi badan jalan maupun keluluasaan lahan bagi
pembangunan jalan di masing-masing BWK

Gambar 4.12 Peta Perencanaan Sistem Trasnportasi


(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)

67
4.1.5 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan


mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona
yang meliputi:
a. KDB Maksimum.

b. KLB Maksimum.

c. Ketinggian Bangunan Maksimum; dan

d. KDH Minimal.

A. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum

Koefisien Dasar Bangunan/KDB (Building Coverage), adalah


perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas lahan persil.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan KDB adalah keadaan
pemanfaatan lahan yang ada, ijin pelayanan pendirian bangunan yang
telah dikeluarkan oleh instansi berwenang, upaya mempertahankan ruang
terbuka pada tiap kavling, keadaan kepadatan penduduk yang terkait
dengan upaya pemenuhan ruang gerak yang layak.
Tujuan ditetapkannya KDB pada suatu kawasan terhadap
peletakan bangunan di atas kavling, adalah agar dapat mempertahankan
tingkat ruang terbuka, dapat mempertahankan ruang antar bangunan
guna mendapatkan penyinaran matahari, sirkulasi angin serta
mendapatkan sudut pandang bagi obyek yang baik (estetis).
Pertimbangan penentuan KDB adalah:
a. Menjaga kelestarian bangunan dan keseimbangan ekosistem.
b. Keserasian antar bangunan dan antar lingkungan baru dengan
lingkungan yang sudah ada.
c. Keseimbangan bangkitan pergerakan dan bangkitan lalulintas yang
ditimbulkan oleh kepadatan bangunan dan rencana jaringan
jalannya.

68
d. Menjaga kepadatan bangunan.
Adapun rumus dari KDB adalah :

LuasLantaiDasarBangunan
KDB= x 100%
LuasKapling

Gambar 4.13 Sketsa Perolehan Angka Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)

Pengaturan GSB juga dapat disesuaikan dengan besar kapling


pada jaringan jalan rencana. Penetapan GSB-nya adalah sebagai berikut.
A. Bangunan Perumahan Bangunan pada persil kecil (minimal 90 m²)
1. Garis sempadan muka bangunan minimal 3 m, garis sempadan
samping bangunan minimal 2 m, garis sempadan belakang
bangunan 2 m.

2. Bangunan pada persil sedang (>200 m² )

3. Garis sempadan muka bangunan minimal 4 m, garis sempadan


samping bangunan 2 m dan garis sempadan belakang bangunan 2
m.

4. Bangunan pada persil yang lebih besar, maka garis sempadan


bangunan tergantung pada hirarki jalan yang melaluinya.

69
B. Bangunan Non Perumahan (perdagangan dan jasa, perkantoran,
pelayanan umum)
1. Luas kapling tergantung kebutuhan dan rencana.

2. Garis sempadan muka bangunan (yang menghadap ke jalan


kolektor) disesuaikan dengan kebutuhan ruang parkir serta ruang
gerak untuk sirkulasi mobil dan parkir, minimal 5 meter.

3. Garis sempadan samping bangunan (yang menghadap ke jalan


lingkungan) disesuaikan dengan kebutuhan ruang gerak untuk
sirkulasi kendaraan, minimal 3 m.

4. Garis sempadan belakang bangunan (antar sisi) minimal 2 m.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas,


maka arahan ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di BWP
Kawasan Strategis Ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10 Arahan Ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


di BWP Kawasan Strategis Ekonomi
Kode
No. Zona Dasar Zona Spesifik KDB
Zonasi
1. Lindung Hutan Kota PB <10%
Sempadan Pantai PS-1 <10%
Sempadan Sungai PS-2 <10%
Ruang Terbuka Hijau RTH <10%
2. Perumahan Perumahan kepadatan Tinggi R-2 60-75%
Perumahan kepadatan Sedang R-3 50%-60%
Perumahan Kepadatan Rendah R-4 25%-50%
3. Perdagangan Tunggal K-1 25%-50%
dan Jasa Kopel K-2 40%-50%
Deret / Pasar K-3 50%-60%
4. Perkantoran Pemerintah KT-1 50%
Swasta KT-2 50%
5. Industri Industri Kecil I2 25%-50%

70
Kode
No. Zona Dasar Zona Spesifik KDB
Zonasi
Aneka Industri I4 50-75%
Pergudangan I5 25%-50%
6. Sarana Pendidikan SPU-1 25%-50%
pelayanan Transportasi SPU-2
umum 25%-50%

Kesehatan SPU-3 25%-50%


Olah Raga SPU-4 5%-25%
Peribadatan SPU-5 25%-50%
7. Peruntukan
Pertanian / Perkebunan PL-1 10%-25%
lainnya
8. Peruntukan Militer KH-1 25%-50%
khusus PLTA KH-4 10%-25%
PLTD KH-5 10%-25%
Rumah Tahanan KH-6 25%-50%
Pelabuhan Peti Kemas KH-7 25%-50%
Tower / Menara KH-8 <10%
Sumber: Hasil Rencana, 2015

B. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Maksimum

Koefisien Lantai Bangunan/KLB (Floor Area Ratio), adalah


perbandingan luas lantai total dengan luas lahan persil. Faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan KLB adalah upaya mempertahankan fungsi
kegiatan dengan mencegah berkembangnya konflik land use ke kawasan
sekitarnya. Ketinggian bangunan di BWP Kawasan Strategis Ekonomi
didominasi oleh bangunan rumah dengan ketinggian 1-2 lantai. Penetapan
KLB harus mempertimbangkan aspek berikut:

a. Tingkat perkembangan kegiatan. Semakin tinggi laju


perkembangan kegiatan dalam suatu lokasi, maka semakin besar
kecenderungan perkembangan secara vertikal.

71
b. Jenis peruntukan bangunan. Bangunan yang cenderung
pertumbuhannya secara vertikal adalah bangunan perkantoran
serta perdagangan dan jasa komersil.

c. Lantai Dasar Bangunan mempunyai pengaruh terhadap tinggi


bangunan. Hal ini berkaitan dengan faktor penyinaran matahari.
Jadi, semakin kecil perbandingan luas lantai dasar bangunan
terhadap luas kavling (KDB), maka bangunan diperkenankan
semakin tinggi.

Dalam menetapkan KLB tersebut di gunakan rumusan maksimum


perbandingan sebagai berikut:

LuasLantaiTotalBangunan
KLB=
LuasKapling

Bangunan dengan jumlah lantai = 3 lantai

KLB = A+B+C

D
C m2

tinggi bangunan
B m2
persil

A m2
D m2

Gambar 4.14 Sketsa Perolehan Angka Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


(Sumber : BAPDA Kota Tidore Kepulauan)

Klasifikasi koefisien lantai bangunan antara lain :

a. Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok


dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB

72
maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum
12 m dari lantai dasar.

b. Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan


bangunan bertingkat maksimum 4 lantai (KLB maksimum = 4 x
KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan
minimum 12 m dari lantai dasar.

Intensitas bangunan di BWP Kawasan Strategis Ekonomi


mempunyai perkembangan yang sangat pesat dan mempunyai kepadatan
yang lebih tinggi, maka perlu dilakukan pengawasan dalam pertumbuhan
bangunan di wilayah ini. Kepadatan harus dikendalikan dengan melihat
ambang batas daya dukung lingkungannya, minimal dipertahankan dari
yang sudah ada. Perkembangan bangunan secara horizontal di kawasan
ini harus diawasi dan tetap harus menyisakan ruang terbuka hijau untuk
daerah resapan air. Bangunan perkantoran dan pelayanan umum
membutuhkan ruang terbuka yang cukup untuk aktivitas yang ada dan
kebutuhan parkir kendaraan, sehingga KDB dan KLB tidak terlalu tinggi
dan perlu dipertahankan. Untuk lebih jelasnya, arahan ketentuan Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) di BWP Kawasan Strategis Ekonomi dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11 Arahan Ketentuan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


di BWP Kawasan Strategis Ekonomi
Rata-
No Zona Spesifik Kode
Zona Dasar Rata Jlm KLB
. Zonasi
Lantai
1. Lindung Hutan Kota PB 1 0,5
Sempadan Pantai PS-1 1 0,5
Sempadan Sungai PS-2 1 0,5
Ruang Terbuka Hijau RTH 1 0,5
2. Perumahan Perumahan kepadatan R-2 1-2 1,2 - 1,5
Tinggi
Perumahan kepadatan R-3 1-2 1 - 1,5

73
Rata-
No Zona Spesifik Kode
Zona Dasar Rata Jlm KLB
. Zonasi
Lantai
Sedang
Perumahan Kepadatan R-4 1-2 1 - 1,2
Rendah
3. Perdagangan Tunggal K-1 1-4 1-4
dan Jasa Kopel K-2 1-4 1- 4
Deret / Pasar K-3 1-4 1-4
4. Perkantoran Pemerintah KT-1 1-3 1,2 - 1,5
Swasta KT-2 1-3 1,2 - 1,5
5. Industri Industri Kecil I2 1-2 1 – 1,2
Aneka Industri I4 1-2 1 – 1,2
Pergudangan I5 1-2 1 – 1,2
6. Sarana Pendidikan SPU-1 1-2 1 – 1,5
pelayanan Transportasi SPU-2 1-2 1 – 1,5
umum
Kesehatan SPU-3 1-2 1 – 1,5
Olah Raga SPU-4 1-2 1 – 1,5
Peribadatan SPU-5 1-2 1 – 1,5
7. Peruntukan
Pertanian / Perkebunan PL-1 1 0,5 - 1
lainnya
8. Peruntukan Militer KH-1 1-2 1 – 1,5
khusus
PLTA KH-4 1 0,5 - 1
PLTD KH-5 1 0,5 - 1
Rumah Tahanan KH-6 1-2 1 – 1,2
Pelabuhan Peti Kemas KH-7 1-2 1 – 1,5
Tower / Menara KH-8 1 0,5
Sumber: Hasil Rencana, 2013

C. Koefisien Dasar Hijau (KDH) Minimal

74
Koefisien Dasar Hijau (KDH), adalah angka prosentase
perbandingan antara luas ruang terbuka di luar bangunan yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas tanah daerah
perencanaan. Koefisien dasar hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan
peruntukkan dalam rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan.
Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin
diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan
demikian area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH
sejauh ditanami pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di
dalam wadah/container kedap air. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk
tiap-tiap klas bangunan dalam kawasan-kawasan bangunan, dimana
terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan campuran. KDH minimal
10% pada daerah sangat padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara
dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan
wilayah.

Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus :

KDH = 100% - ((KDB + 20%) / KDB)

Berdasarkan ketentuan diatas, maka besaran KDH dapat


ditentukan sebagai berikut :

KDB KDH

<5% >50%
5-25% 40 – 50%
25-50% 30 – 40%
50-60% 20 – 30%
60-75% 15 – 20%
> 75% 15%
Nilai KDH yang ada pada suatu kawasan tergantung dari nilai
KDB yang dimiliki. Semakin besar lahan yang dibangun akan memperkecil
ruang untuk koefisien dasar hijaunya. Arahan pengembangan untuk itu

75
adalah dengan membatasi ruang terbangun yang ada sehingga
didapatkan nilai minimum untu tingkat KDH adalah 16% dari luas wilayah
yang ada. Pada kondisi eksisting ruang terbuka yang diperuntukkan bagi
penghijauan/penanaman di atas tanah saat ini sesuai dengan ketentuan
tersebut. Hal ini dikarenakan ruang terbuka milik penduduk sebagian
besar digunakan untuk penanaman di atas tanah selain digunakan untuk
parkir dan pelataran rumah yang diperkeras dengan semen atau plester.
Wilayah yang tingkat pengisian/peresapan air menurun dan
mengakibatkan meningkatnya pengaliran air di atas permukaan tanah.

4.1.6 Prasarana Dan Utilitas Umum


1. Rencana Jaringan Air Bersih
Kebutuhan air bersih di kota sofifi secara umum ditunjukan untuk
menunjang tiga fungsi, yaitu kesehatan, sosial, dan ekonomi. Besarnya
tingkat kebutuhan air bersih penduduk di kota sofifi didasrkan pada
standar kebutuhan air bersih baik untuk kepentingan domestik, non
domestik (fasilitas umum, perkantoran, komersil, dan industry), hidran dan
tingkat kehilangan air pada ukuran kota kecil bedasar SNI. Berdasarkan
hasil analisa tingkat kebutuhan air bersih di kota sofifi, hingga tahun 2029
penduduk membutuhkan air bersih rata-rata sebanyak 12.151.689 L/ hari
dan kebutuhan maksimal 13.974.432 L/ hari .
2. Rencana Jaringan Drainase
Pengembangan rencana jaringan drainase di kota sofifi hingga tahun
2029 diarahkan untuk menata jaringan drainase yang tersistem,yakni dari
sistem primer, sekunder dan tersier.
3. Rencana Persampahan Dan Sanitasi
Rencana pengolaha sampah di kota sofifi direncanakan dengan
mengembangkan sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat, yakni
pengembangan pola operasional pelayanan yang meliputi pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan terakhir.

76
4. Rencana Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik di kota sofifi menggunakan saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR) yang
tersebar hampir merata di seluruh wilayah perencanaan.kebutuhan listrik
di perkirakan dengan asumsi bahwa kebutuhan daya rata-rata untuk
setiap jiwa sebesar 20 watt, tambah 10 watt/jiwa untuk penerangan jalan ,
sehingga total kebutuhan/jiwa sebesar 30 watt. Adapun prioritas
pemenuhan pelayanan prasana listrik di kota sofifi yang untuk semua
jenis kegiatan harus terlayani oleh jaringan listrik 100%.
5. Rencana Jaringan Komunikasi
Jaringan pelayanan telepon belum menjangkau pada seluruh kota
sofifi. Hanya beberapa yang terlayani oleh jaringan telepon, salah satunya
adalah wartel. Akan tetapi dengan kondisi ekonomi yang semakin
meningkat, mayoritas masyarakat pada kota sofifi telah menggunakan
telepon seluler atau henpone.
Rencana jaringan telepon kota sofifi yang di maksud adalah
penggunaan telepon melalui saluran kabel, tidak termasuk penggunaan
telepon menggunakan gelombang radio (telepon genggam).
4.1.7 Jasa dan Perdagangan
Untuk bisa mendapatkan pelayanan yang baik, maka warga
cenderung memanfaatkan lahan yang ada disepanjang jalan lokal di
lingkungan untuk dijadikan tempat tinggal dan tempat usaha. Karena bagi
warga kemudahan dalam hal aksebilitasi sangatlah penting menyebabkan
kecenderungan warga memilih tempat tinggal yang di lengkapi dengan
sarana dan prasarana transportasi yang memadai, sehingga dapat
memperlancar mobilisasi dan aksebilitaskota sofifi.
Disamping dimanfaatkan sebagai tempat tinggal dan tempat
usaha, lahan-lahan yang ada disepanjang jalan lokal dan lingkungan juga
dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan lain baik barupa
perdagangan dan jasa sehingga sangat diperlukan kebijakan dari

77
pemerintah terkait mengenai rencana pemanfaatan lahan di kota sofiifi.
4.1.8 Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi merupakan acuan dalam mengadakan berbagai


pertimbangan dalam merancang kantor SAR Provinsi maluku utara. Guna
memenuhi kebutuhan pelaku kegiatan antara lain pengelolah/pemilik dan
pengunjung. Dalam menentukan lokasi harus disesuaikan dengan fungsi
yang mencakup pada peruntukan fungsi utama yakni bangunan dan
fungsi penunjang bagian Wilayah Kota (BWK) Sofifi. Beberapa dasar
pertimbangan penentuan lokasi di antaranya :

1. Strategis. Sesuai dengan perentukan bagian Wilayah Kota (BWK)


sofifi dan sebagai wadah tempat pusat perkotaan sehingga
lokasinya harus terletak pada daerah yang mudah dijangkau dan
dilalui jalur transportasi umum sehingga dapat pemperlancar dan
mempermudah akses pengunjung dan pemakai banguna kantor
SAR tersebut.
2. Utilitas. Site harus berada dilokasi yang memiliki jaringan utulitas
yang memadai (listrik, air bersih, telpon dan jaringan utilitas
lainnya).
3. Daya dukung tanah. Lokasi lahan harus mencukupi untuk
perancangan pembangunan kantor SAR.

Adapun menentukan atau mendapatkan lokasi yang sesuai


dengan perancangan kantor SAR provinsi maluku utara, maka dari kriteria
pemilihan site dapat dijelaskan bahwa :

a) ALTERNATIF 01.
Sesuai dengan RDTR (Rencanan Detail Tata Ruang) Kota Sofifi
Mempunyai aksebilitas dan pencapaian yang mudah ke objek
perancangan, memiliki prasarana infastruktur seperti jaringan

78
jalan ,listrik, air bersih, telepon, dan Saluran Pembuangan, memiliki
luas lahan yang memadai, serta dekat dengan bibir pantai.
b) ALTERNATIF 02.
Sesuai dengan RDTR (Rencanan Detail Tata Ruang) Kota Sofifi
mempunyai aksebilitas dan pencapaian yang cukup baik dari segi
prasarana dan infrastruktur, berada pada lingkungan yang ramai,
tetapi memiliki luas lahan yang kurang memadai untuk
Perancangan kantor SAR .
Dari penjelasan kriteria pada masing-masing alternatif diatas
maka dapat ditentukan bahwa ALTERNATIF 01 adalah lokasi terpilih yang
berada pada BWK 2, karena sesuai dengan kriteria pemilihan site diatas
dan sangat mendukung fungsi bangunan. Perancangan Kantor SAR
Provinsi Maluku Utara dengan tema smart building.Di Sofifi

ALTERNATIF I
DESA BALBAR
ALTERNATIF II
DESA GALALA

Gambar 4.15 BWK terpilih

Sumber : Dirjen CK, Dep. PU Malut 2009


4.2. Tinjauan khusus objek perancangan
4.2.1 Sejarah BASARNAS

79
Lahirnya organisai SAR di Indonesia yang saat ini bernama
BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan “Black Area” bagi suatu
negara yang tidak memiliki organisasi SAR .
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia
masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO
(international civil aviation organization). Sejak saat itu Indonesia
diharapkan mampu manangani musibah penerbangan dan pelayaran
yang terjadi di Indonesia
Sebagai konsenkuensi logis atas masuknya Indonesia menjadi
anggota ICOA tersebut, maka pemerintah menetapkan peraturan
pemerintah Nomor 5 Tahun 1995 Tentang penetapan dewan
penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai
tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menetukan pusat-
pusat regional serta anggaran pembiayaan dan material.

Sebagai Negara yang merdeka, pada Tahun 1959 Indonesia


menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan
masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan
tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai Negara yang
besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia
ingin mewujudkan harapan dunia internasional yaitu mampu menangani
musibah penerbangan dan pelayaran .
Maka dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul
pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang
mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando.
Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada Tahun 1968
di tetapkan keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai
ditatapkannya Tim SAR Lokasi Jakarta yang pembentukannya diserahkan
kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi

80
embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang di bentuk
kemudian .
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia
Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana
Indonesiamerupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-
negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard
(Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk
rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di
Indonesia.
4.2.2 Perkembangan Organisasi BASARNAS

Berdasarkan ditetapkanya Keputusan Presiden Nomor 11 tahun


1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR
Indonesia (BASARI). Adapun susunan Organisasi BASARI terdiri :
1. Unsur Pimpinan
2. Pusat SAR Nasional (Pusarnas)
3. Pusat-Pusat Koordinasi Rescue(PKR)
4. Sub-Sub Korodinasi Rescue (SKR)
5. Unsur-unsur SAR

Pusarnas merupakan Unit Basari yang bertanggungjawab sebagai


pelaksana oprasional SAR di Indonesia. Walapun dengan personil dan
peralatan yang terbatas, kegiatan penenganan musibah penerbangan dan
pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan,
antara lain boeing 727-PANAMA Tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat
Twinotter di Sulawesi yang di kenal dengan operasi tinombala.
Bersamaan dengan perkembangan Pusarnas tersebut, dirintis
kerjasama dengan Negara-Negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia,
dan Australia. Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada
Tahun 1978 Menteri Perhubungan selaku kuasa ketua Basari
mengeluarkan keputusana Nomor 5/k.140/Pb-78 tentang penunjukkan

81
kepala Pusarnas sebagai ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di
lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di Daerah dikeluarkan
instruksi Menteri perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk satuan
tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).
Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun
1979 melalui Keputusan Persiden Nomor 47 Tahun 1997, Pusanas yang
semula berada dibawah Basari, dimasukan kedalam Struktur organisasi
Departemen Perhubungan dan namanya di ubah menjadi Badan SAR
Nasional (BASARNAS).

Gambar 4.16 Struktur organisasi basarnas


sumber: www.basarnas.go.id(2007)

4.2.3 Visi Dan Misi BASARNAS

Visi :

Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan


tempat dengan cepat,handal dan aman.

82
Misi :

Menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien


melalui upaya tindakan awal yang maksimal serta pengerahan
potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang
profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang
mantap dalam rangka mewujudkan visi Badan SAR Nasional.

4.2.4 Aspek Hukum dan Kewenangan


Pengaturan tentang pencarian dan pertolongan masih tersebar
pada berbagai peraturan perundang-undangan dan masih bersifat parsial
sehingga belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan
menyeluruh dalam penyelenggaraan pencarian dan pertolongan sesuai
dengan perkembangan keadaan serta kebutuhanmasyarakat. Dalam
rangka memberikan pelayanan jasa SAR kepada masyarakat,diperlukan
suatu landasan legalitas yang cukup kuat setingkat undang-undang
sebagai payung hukum dalam penyelenggaraan kegiatan SAR dimana
kegiatan SAR sangat bersinggungan erat dengan hak asasi manusia,
yaitu hak dasar manusia sebagai warga negara serta hak-hak
keperdataan lainnya. Adapun beberapa perundang-undangan yang dapat
dijadikan landasan eksistensi Badan SAR Nasional meliputi:
a. Landasan Hukum
Penyelenggaraan SAR Nasional dilaksanakan berdasarkan
peraturanperundang-undangan yang meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian
dan Pertolongan.

83
5. Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2002 tentang Hak dan
Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing Dalam Melaksanakan
Hak Lintas Alur Laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan yang
Ditetapkan (hasil ratifikasi UNCLOS-82)
6. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR
Nasional.
7. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.14 Tahun 2012
tentang Standarisasi Sarana SAR di Lingkungan Badan SAR
Nasional.
8. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008
tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan SAR Nasional
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK. 15 Tahun 2014.
9. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.08 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR sebagaimana
diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor
PK.20 Tahun 2014.
10. The Convention on International Civil Aviation, 1944.
11. International Convention for the Safe of Live at Sea (SOLAS), 1974.
12. International Aeronautical & Maritime Search and Rescue
(IAMSAR) Manual, 1998.
13. International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG)
Guidelines and Methodology, 2002.
b. Kewenangan
Struktur organisasi Badan SAR Nasional ditetapkan berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007. Dalam kaitan itu, Badan SAR
Nasional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden agar
dapat meningkatkan koordinasi dan pengendalian saat terjadi musibah
sehingga asas SAR, yakni cepat, tepat, dan efisien dapat terwujud. Badan
SAR Nasional memiliki kewenangan untuk melaksanakan pencarian dan

84
pertolongan dengan mengadopsi beberapa ketentuan yang berlaku umum
secara internasional, seperti standar penanganan pencarian dan
pertolongan serta peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik Indonesia.
Dalam perundang-undangan yang berlaku saat ini, Peraturan
Pemerintah nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan,
Badan SAR Nasional diberi kewenangan untuk mengerahkan para potensi
SAR dalam operasi SAR yang berada di bawah kendali operasi Badan
SAR Nasional. Pengaturan tersebut memberikan kesempatan kepada
masyarakat yang mempunyai keahlian dan kompetensi di bidang SAR
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan SAR yaitu sebagai potensi
pencarian dan pertolongan.
4.2.5 Tugas, Fungsi Dan Sasaran BASARNAS
1. Tugas Pokok
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun
2005 Tentang Organisasi dan tata Kerja Departemen Perhubungan,
Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok melaksanakan
pembinaan ,perkoordinasian dan pengendalian potensi search and
Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang
hilang atau dikhawatirkan hilang ,setra memberikan bantuan SAR dalam
penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan
SAR Nasional Dan Internasional .
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR
Nasional menyelenggarakan fungsi :
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi
SAR dan pembinaan operasi SAR .
b) Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi
SAR
c) Pelaksana tindakan awal

85
d) Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah
lainnya
e) Koordinasi dan pengendilan operasi SAR alas potensi SAR
yang memiliki oleh instansi dan organisasi lain
f) Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR dan
operasi SAR baik di dalam maupun luar negeri
g) Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi
SAR
h) Pelaksanaan andministrasi di lingkungan Badan SAR Nasional
3. Sasaran pengembangan BASARNAS

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BASARNAS , perlu


dilaksanakan strategi-strategi sebagai berikut :
a) Menjadikan BASARNAS sebagai yang terdepan dalam
melaksanakan operasi SAR dalam musibah pelayanan dan
penerbangan, bencana dan musibah lainnya
b) Pembentukan Institut yang dapat menangani pendidikan awal
dan pendidikan penataran di lingkungan BASARNAS
c) Mengembangkan regulasi yang mampu mengerahkan potensi
SAR melalui mekanisme koordinasi yang dipatuhi oleh semua
potensi SAR
d) Melaksanakan pembinaan SDM SAR melalui pola pembinaan
SDM yang terarah dan berlanjut agar dapat dibentuk tenaga-
tenaga SAR yang professional
e) Melaksanakan pemenuhan sarana/prasarana dan peralatan
SAR secara bertahap agar dapat menjadikan operasi tindak
awal SAR yang mandiri ,cepat,tepat , dan handal sesuai
ketentuan nasional dan internasional

86
f) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SAR melalui jenjang
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dalam lingkungan
BASARNAS
g) Penciptaan sistem sosialisai dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang penyelenggaraan operasi SAR
h) Mengembangkan kerjasama dengan pemda melalui FKSD,
organisasi dan instansi berpotensi SAR , baik dalam negeri
maupun luar negeri dalam rangka pembinaan potensi SAR
4.2.6 Sistem Komunikasi SAR
Dalam kegiatan SAR, komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

A. Sarana Pengindera Dini (early detecting), berfungsi untuk


mendeteksi adanya  musibah pelayaran/ penerbangan, bencana
dan musibah lainnya sedini mungkin. Sarana ini dilaksanakan oleh
BASARNAS dengan pengoperasian LUT dan IDMCC.

B. Sarana Koordinasi (early warning), berfungsi untuk dapat


berkoordinasi dan mendukung kegiatan operasi SAR baik secara
internal antara BASARNAS dengan Kantor SAR maupun secara
ekstern seperti dengan  instansi/ organisasi berpotensi SAR, dan
RCC negara tetangga.

C. Sarana Komando dan Pengendali (command and control)


berfungsi  untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam
operasi SAR di lapangan.

D. Sarana Administrasi dan Logistik, Berfungsi  untuk pembinaan


Kantor SAR dalam pelaksanaan pembinaan dan administrasi
perkantoran

87
1. Sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap
musibah dapat terdeteksi sedini mungkin, sumber informasi adanya
musibah di dapat dari :
a. Obyeknya sendiri, yaitu objek transportasi seperti pesawat
terbang atau kapal laut yang mengalami musibah bahkan
personal person yang memiliki becon dan mengaktifkan sinyal
distress alert dari lokasi musibah.
b. LUT (Local User Terminal), merupakan ground segment dari
COSPAS-SARSAT yang berfungsi untuk menerima sinyal dari
satelit untuk memperhitungkan posisi distress alert yang
dipancarkan oleh Beacon (ELT,EPIRB dan PLB).

System LUT (Local User Terminal) :

Sistem Satelit

LEOLUT untuk system LEOSAR

88
- Sistem LEOSAR (Low Earth Orbit SAR) merupakan sistem satelit
yang berorbit rendah dengan ketinggian 1000 km dengan
membawa instrumen SAR 121,5 MHz dan 406 MHz.
- Konfigurasi sistem LEOSAR terdiri dari 8 satelit yaitu 2 satelit
COSPAS dan 6 satelit SARSAT.
- Rusia menyuplai satelit COSPAS pada ketinggian 1.000 km dengan
instrument SAR yang beroperasi pada 121.5 dan 406 MHz. Amerika
menyuplai satelit SARSAT dengan ketinggian 850 km, sedangkan untuk
Instrumen SAR 121,5 /243 MHz dan 406 MHz disuplai oleh Kanada dan
Perancis.

GEOLUT untuk system GEOSAR

- Sistem satelit berorbit stationer (di khatulistiwa) dengan ketinggian


35 000 Km.
- Konstalasi GEOSAR berjumlah lima satelit,  terdiri dari tiga satelit
yang disediakan oleh AS yaitu dua satelit GEOS East ( GEO E )
dan satu GEOS West (GEO W ), satu satelit disediakan India
(INSAT) dan satu satelit lagi disediakan Uni-Eropa (Eumetsat MSG)
- Prinsip Efek Doppler tidak bisa diterapkan
c. ATC, SROP, sebagai instansi pemerintah yang mengatur lalu lintas
transportasi penerbangan (ATC) dan pelayaran (SROP). Instansi ini
memiliki peranan yang sangat penting dan menjadi sumber informasi
bagi musibah penerbangan atau pelayaran.

89
d. Instansi TNI dan Polri, selain melaksanakan tugas pokok masing-
masing kedua instansi ini juga memiliki sarana dan pasarana SAR
yang memadai serta potensi SAR yang cukup besar.
e. Pesawat terbang/ kapal laut/ siapapun yang melihat/ mendengar
adanya objek tersebut di sekitar lokasi musibah. Dalam dunia rescue
informasi itu sangat penting. Bahkan dalam dunia pelayaran bila ada
kapal laut yang tidak memberikan pertolongan pada korban musibah
atau tidak memberikan informasi musibah yang terjadi di sekitarnya
pada kapal lainnya maka akan diberikan sanksi.
4.2.7 Pengendalian Operasi

Operasi SAR akan berhasil dengan baik jika berbagai potensi


yang bergabung dalam operasi SAR dikendalikan secara terpadu,
melaksanakan operasi SAR sesuai dengan rencana operasi yang telah di
buat. Sehingga pelaksanaan operasi SAR tidak berjalan masing-masing,
organisasi operasi adalah sebagai berikut :

1. SC (SAR Coordinator) dijabat oleh Kepala Badan SAR Nasional


2. Asisten SC (Asisten SAR Coordinator) terdiri dari:
a. Asisten Operasi merupakan pejabat SAR yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi di bidang operasi SAR dan memiliki
kualifikasi teknis SAR dan berpengalaman dalam
penyelenggaraan operasi SAR.
b. Asisten Intelijen merupakan pejabat SAR yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi di bidang SAR dan memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam pengumpulan,
pengolahan, dan pendistribusian data dalam
penyelenggaraan operasi SAR.
c. Asisten Komunikasi merupakan pejabat SAR yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang komunikasi

90
dan memiliki kecakapan dan pengalaman dalam komunikasi
SAR.
d. Asisten Administrasi dan Logistik merupakan pejabat
SAR yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
sarana dan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan
operasi SAR.
3. SAR Mission Coordinator yang selanjutnya disebut SMC adalah
pejabat yang ditunjuk oleh Kabasarnas dan bertanggung jawab
untuk melaksanakan pengkoordinasian dan pengendalian
pelaksanaan operasi SAR. SMC (SAR Mission Coordinator) dijabat
oleh Kepala Kantor SAR setempat.
4. Staf SMC (Staf SAR Mission Coordinator) ditunjuk oleh dan
bertanggungjawab kepada SMC. Staf SMC meliputi:
a. Staf Operasi merupakan petugas dari Kantor SAR yang
memiliki kualifikasi SAR Planner dan berpengalaman dalam
penyelenggaraan operasi SAR.
b. Staf Intelijen merupakan petugas dari Kantor SAR yang
memiliki kualifikasi SAR Planner, berpengalaman dalam
pengumpulan dan analisis data untuk proses perencanaan
dalam pelaksanaan operasi SAR.
c. Staf Komunikasi merupakan petugas dari Kantor SAR yang
memiliki kualifikasi operator komunikasi SAR,
berpengalaman dalam penggunaan dan penguasaan alat
komunikasi dan elektronika dalam kegiatan SAR. 
d. Staf Administrasi dan Logistik merupakan petugas dari
Kantor SAR yang memiliki kualifikasi administrasi SAR dan
pengelolaan logistic dalam kegiatan SAR.
5. OSC (On Scene Coordinator) dijabat oleh petugas SAR yang
ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
SRU dalam search area.

91
6. SRU (Search and Rescue Unit) yaitu petugas SAR yang terlatih
dan sarana pendukung yang sesuai dengan kebutuhan operasi
SAR.

Gambar 4.17 Struktur Organisasi Operasi


sumber: www.basarnas.go.id(2007)

4.2.8 Jenis-jenis Musibah SAR dan komunikasi sistem SAR

wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari wilayah perairan


dan kepulauan dimana sebagian penghubung antara pulau dalam rangka
menunjang pembangunan perekonomian adalah segi transportasi. Kondisi
seperti ini berdampak lalulintas transportasi menjadi sangat ramai. Disisi
lain kesadaran masyarakat tentang keselamatan belum menjadi prioritas,
sehingga apabila terjadi musibah, masih banyak para pengguna jasa
transportasi laut /udara menyulitkan tim SAR dalam melakukan pencarian
dan pertolongan (SAR) seperti :
a) Life vest yang kurang atau penempatannya tidak sesuai .
b) Tidak adanya radio komunikasi ,
c) Tidak adanya signal distress(ELT/EPIRB)

92
Jenis musibah yang sering terjadi di Indonesia, telah diketahui dan
selama ini di tangani oleh Basarnas adalah :

1. Pelayaran
a)Kebocoran
b)Kandas
c)Man overboat
d)Kerusakan mesin
e)Medivak
f) Kebakaran kapal
g)Perampokan terhadap kapal-kapal adalah penerusan berita ke
bakorkamla maupun instansi terkait (AL.Polri)
2. Penerbangan
a)Lost contact
b)Crash landing
c)Engine failure
3. Bencana alam
Dalam hal kejadian bencana alam, coordinator penanganan
berada pada BAKORNAS PBP, disini Basarnas menjadi salah satu unsur
dari BAKORNAS PBP. Peranan SAR adalah yang paling mengemuka
karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam yang
terjadi, sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang
tertimpah musibah.
4. Bencana lainnya
Dalam penanganan terhadap bencana lain ni di pertegas dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No KM 43 tahun 2003 dimana
dinyatakan “ Basarnas mempunyai tugas membina ,mengkoordinasikan
dan mengendalikan potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang
atau material yang hilang atau dikawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan

93
bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan
peraturan SAR nasional dan Internasional.

Gambar 4.18 Diagram komunikasi untuk koordinasi SAR


Sumber : www.basarnas.go.id.2007

4.2.9 Sarana Dan Peralatan SAR


1. Sarana SAR.
Sebagian komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan
operasi SAR, sarana dan peralatan SAR telah di upayakan untuk selalu
tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun
kualitasnya

Gambar 4.19 Jenis helicopter yang digunakan Tim SAR


sumber : www.basarnas.go.id(2007)

2. Jumlah, Tipe Dan Kemampuan Pesawat


Serana udara yang dimiliki BASARNAS adalah helicopter NBO-
105 buatan IPTN Tahun 1980 sebanyak 2 buah ,kemudian mendapat
hibah dari diklat perhubungan dan PT pelita Air Servie sebanyak 8

94
(delapan ) buah terdiri dari 7 buah jenis NBO-105 dan 1(satu) buah jenis
bell 206
A. Pengoperasian Pesawat.
1. Kegiatan Operasi berjadwal.
Untuk kegiatan ini dialokasikan rata-rata 100 jam, meliputi:
• Dukungan VIP sebanyak 25 jam
• Dukungan Siaga SAR hari Natal dan Tahun Baru sebanyak
25 jam
• Dukungan Siaga SAR Idul Fitri sebanyak 50 jam
2. Kegiatan Operasi tak berjadwal
Meliputi operasi SAR dan dukungan SAR terhadap
penanganan bencana alam dan kegiatan lain yang dipandang
perlu menyiagakan pesawat B0-105 sebagai unsur SAR. Dari
kegiatan ini dialokasikan waktu sekitar 200 jam. Contoh
kegiatan ini antara lain pada waktu tanggap darurat bencana
Tsunami Aceh.
3. Latihan SAR.
Kegiatan latihan ditunjukan pada pembentukan dan upaya
mempertahankan serta meningkatkan kualifikasi yang akan
dan telah dimiliki penerbang dalam rangka mendukung
kegiatan operasi SAR. Dari alokasi jam terbang bidang latihan
sebanyak 150 jam,terdiri atas : latihan SAR 50 jam ,konversi
30jam .profisiensi 40jam , kaptensi 30 jam .Latihan dengan
dukungan helicopter yang telah dilaksanakan sampei saat ini di
antara lain :
a. Pelatihan Dasar rescue ,
b. MARPOLEX diperairan Indonesia
c. Latihan SAR Malido (dengan Malaysia)
d. Latihan SAR Indopura (dengan singapura)
e. Latihan SAR Ausindo(dengan Australia)

95
3. Sarana SAR Laut
Untuk mendukung kegiatan SAR dalam penanganan musibah
diperairan, yang terjadi di setiap wilayah, maka dibutuhkan sarana SAR
laut pada saat pelaksanaan operasi SAR.
a. Rescue baot
Rescue baot merupakan kapal dengan versi SAR , sarana ini sangat
menunjang dalam penyelamatan korban di lautan . selain sebagai
sarana angkut tim rescue yang akan memberikan pertolongan, juga
harus mempunyai kemampuan mencari dan mengarungi lautan
dengan tetap mempertimbangkan keselamatan . guna mendukung
upaya SAR di laut BASARNAS telah didukung dengan rescue boat.
b. Rigid inflatable baot
Sarana opreasional ini dipergunakan pada daerah dekat pantai dan
sangat efisien untuk penyelamatan korban di air pada permukaan yang
dangkal, berbentuk menyerupai perahu karet dengan luas fiber glass
serta dilengkapi kemudi di bagian tengah untuk memberikan sudut
pandang yang luas bagi opratornya .

Gambar 4.20 Rigid inflatable baot


Sumber :www.basarnas.go.id.(2007)
4. Sarana SAR Darat
Sabagai komponen pendukung keberhasilan pelaksana
operasi SAR, sarana dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu

96
tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualisa maupun
kuantitasnya .

a. Rescue Truk
Rescue truk merupakan sarana penunjang operasi pertolongan
terhadap musibah lain, seprti gempa bumi atau bangunan runtuh
,sarana ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dari fungsi
BASARNAS dan posisi kantor pusat di ibu kota .

Gambar 4.21 Rescue Truk


Sumber : www.basarnas.go.id(2007)
b. Rescue car
Rescue car disiapkan dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi
tim rescue yang akan memberikan bantuan pertolongan. Dengan
kelengkapan rescue tool, maka tim rescue dapat segera memberikan
bantuan pada korban yang terjepit. Sampai dengan 2004 telah
didistribusikan Rescue car ke seluruh kantor SAR ,seperti yang terlihan
pada gambar .

Gambar 4.22 Rescue car


Sumber : www.basarnas.go.id(2007)

97
4.2.10 Kantor dan Pos SAR
A. Kantor SAR

Gambar 4.23 Letak kantor SAR di Indonesia


Sumber :www.basarnas.go.id (2007)

Kantor SAR adalah unit pelaksana Teknis (UPT) Basarnas di


wilayah yang mempunyai tugas melaksanakan tindakan awal, koordinasi,
dan pengerahan potensi SAR dalam rangka operasi SAR terhadap
musibah pelayaran, penerbangan, dan bencana lainnya, serta
pelaksanaan latihan SAR di wilayah tanggungjawabnya (Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 1998 Tentang Organisasi Tata
Kerja Kantor SAR.)

98
Gambar 4.24 Struktur Organisasi Kantor SAR
Sumber : www.basarnas.go.id (2007)
B. Pos SAR
Kemampuan bertahan seseorang dalam kondisi survive sangat
terbatas dan membutuhkan penanganan segera. Rescue yang datang
dalam waktu singkat akan membangun kondisi mental korban sehingga
kemampuan bertahan akan semakin tinggi. Perlu disadari bahwa orang
yang paling cepat dapat dekat dengan lokasi korban. Termotivasi dengan
kondisi ini Badan SAR Nasional mencoba mengimplementasikan dengan
membangun Pos SAR agar personil Rescue dekat dengan lokasi korban
sehingga respon waktu bisa lebih pendek. Petugas Rescuer yang ada di
Pos SAR tidak hanya siaga tetapi juga melakukan patroli baik dalam
upaya observasi daerah kerjanya maupun melakukan pembinaan
terhadap masyarakat setempat agar saat terjadi musibah dapat
membantu sebelum Tim inti dari kantor SAR datang ke lokasi kecelakaan.
Untuk sementara waktu pos SAR di tempatkan di wilayah kantor tingkat
kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana/musibah. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Perhubungan No. Km 40 Tahun 2006 , Tentang Pos
Search And Rescue (POS SAR) sebanyak 48 pos SAR yang berada :

Tabel 4.12 Pos SAR


No Kota No Kota

99
1 Sibolga 25 yogyakarta
2 Tanjung balai 26 Cilacap
3 Nias 27 Wadu mbolo
4 Cirebon 28 Kayanangan
5 Bandung 29 Kabupaten manggarai
6 Jember 30 Maumere
7 Tulungagung 31 Sintete
8 Pelabuhan Gilimanuk 32 Kendawangan
9 Pelabuhan padangbai 33 Kotabaru
10 Kabupaten bone 34 Palangkaraya
11 Kabupaten selayar 35 Tarakan
12 Palu 36 Kutai timura
13 Kabupaten nabire 37 Bau-bau/buton
14 Kabupaten serui 38 Kolaka
15 Lhokseumawe 39 Gorontalo
16 Meulaboh 40 ternate
17 Bengkulu 41 Namlea
18 Lubuk sikaping/jambi 42 Banda
19 Bengkalis 43 Manokwari
20 Jambi 44 Fakfak
21 Pulau natuna besar 45 Waimena
22 Tanjung balai karimun 46 Sarmi
23 Bangka balitung 47 Agats
24 Lampung 48 Kimam/pulau dolaka
Sumber : www.basarnas.go.id(2007)

4.2.11 Kerja Sama SAR


A. Kerjasama dengan instansi lain
Keberhasilan kegiatan pencarian, pertolongan dan penyelamatan
sangat ditentukan oleh koordinasi antar instansi terkait dengan potensi
SAR dalam penyelenggaraan pelayanan SAR.
Sesuai dengan fungsinya, BASARNAS perlu melakukan koordinasi
dalam rangka penyusunan kebijaksanaan teknis, koordinasi pembinaan
dan koordinasi operasi tingkat pusat. Untuk meningkatkan kemampuan
pelayanan SAR, BASARNAS juga melakukan kerjasama dengan negara
tetangga dalam bentuk perjanjian bilateral di bidang SAR, seperti SAR
Malindo, Indopura dan Ausindo. Dalam rangka kerja sama tersebut,
dilakukan rapat dan latihan bersama yang dilakukan secara bergantian,
sesuai dengan kesepakatan.

100
Dalam rangka peningkatan kemampuan operasi, BASARNAS
melaksanakan koordinasi operasional yang berkaitan dengan
penyuluhan/pemasyarakatan kegiatan SAR, pendidikan, pelatihan,
penggunaan serta pengembangan tenaga dan peralatan SAR. Koordinasi
operasional SAR yang telah dilakukan, meliputi:
1. Koordinasi pemberitaan;
2. Koordinasi perencanaan operasi;
3. Koordinasi penyiagaan;
4. Koordinasi pengerahan dan pengendalian;
5. Koordinasi evaluasi operasi;
6. Koordinasi untuk hal-hal yang berkaitan dengan lintas batas.
Pelaksanaan koordinasi operasional, mempergunakan prosedur
tetap operasi yang disusun secara bersama antara BASARNAS dan
instansi pemilik potensi SAR.
B. Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional merupakan salah satu upaya
meningkatkan kemampuan pelaksanaan kegiatan SARnasional.Perjanjian
bilateral di bidang SAR dengan negara-negara tetangga dan negara-
negara yang berbatasan wilayah tanggungjawab dengan Indonesia,
dilakukan dalam rangka penanganan SAR di daerah-daerah tersebut.
Perjanjian bilateral yang telah dilakukan antara lain dengan
Malaysia, Singapura, Australia dan West Pasific RCC (USA), sedangkan
perjanjian dengan Papua Nugini, dan Philipina, masih dalam tahap
penjajakan. Selain menjalin hubungan kerjasama internasional, Indonesia
juga berusaha turut menjadi anggota Cospas SAR Sattelite, agar dapat
menggunakan jasa satelit tersebut. Hal ini sehubungan dengan dimilikinya
Local User Terminal (LUT) yang ditempatkan di Jakarta, yang
pengoperasiannya memanfaatkan jasa satelit tersebut.
Untuk itu, saat ini BASARNAS telah mendaftarkan diri ke Pusat
Cospas Sarsat di USA dan sudah mendapatkan call sign yaitu IDMCC.

101
Tabel 4.13 Kerja Sama Internasional
no Nama negara TGL perjanjian
1 Singaputa 10-07-1985
2 Malaysia 26-08-1986
3 Filipin 01-11-1980
4 Australia 05-04-2004
5 Papua nugini 16-09-1989
6 Amerika serikat 05-07-1988
Sumber : www.basarnas .go.id.(2007)

4.3. Studi Komparasi BASARNAS


4.3.1 Pusdiklat BASARNAS di Amurang
Perancangan pusdiklat amurang dimaksudkan untuk membantu
pemerintah dalam pembangunan dibidang pelayanan sosial dan
keselamatan masyarakat serta bertujuan untuk menerapkan suatu konsep
arsitektur responsif dan memberikan suatu objek rancangan yang
reprensentative sebagai wadah untuk pendidikan dan pelatihan tentang
SAR kepada anggota BASARNAS sendiri juga masyarakat di Sulawesi
Utara dan sekitarnya.
A. Fungsi objek dalam perancangan
Dalam melaksanakan tugas pokoknya PUSDIK BASARNAS
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Pelaksanaan siaga SAR secara terus menerus 24 jam setiap
harinya.
2. Pelaksanaan palatihan SAR
3. Pelaksanaan pembinaan potensi SAR.
4. Pelaksanaan tindak awal dan potensi SAR.
5. Koordinasi, pengerahan dan pengendalian potensi SAR dalam
operasi SAR .
6. Kerja sama dibidang SAR.

102
7. Pemeriharaan dan penyiapan sarana dan prasarana SAR
8. Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan kantor SAR.

Gambar 4.25 site pusdik basarnas amurang


Sumber : jurnal pusdik basarnas di Amurang

Ada beberapa analisa perancangan dalam pusdik BASARNAS


yaitu analisa program dasar fungsional data dan pemakai PUSDIKLAT
BASARNAS. Di bagi menjadi 2 bagian penting yaitu:

a. Pengelolah
1) Kepala kantor
2) Kepala.sub.bagian umum
3) Kepala seksi operasi
4) Kepala bidang operasi dan latihan
5) Kepala bidang komunikasi
6) Kepala seksi potensi
7) Kepala bidang sarana dan prasarana
8) Kepala DIKLAT dan pemasyarakat
9) Koordinator pos
b. Pengunjung secara umum

103
1) Mengikuti pelatihan. Seminar, pameran, atau kegiatan yang
diadakan oleh PUSDIKLAT BASARNAS
2) Belajar dan rekreasi dengan sarana pengunjung yang di
sediakan .Kebutuhan fasilitas dan ruang PUSDIKLAT
BASARNAS di bagi atas empat bagian penting yaitu:
 Fasilitas utama
 Fasilitas penunjang
 Fasilitas servis
 Outdoor space.

Gambar 4.26 pengolahan sirkulasi


(Sumber : Pusdiklat Basarnas di Amurang .2017)

Gambar 4.27 tampak Depan


Sumber : Pusdiklat Basarnas di Amurang .2017

104
Gambar 4.28 Tampak Belakang
Sumber : Pusdiklat Basarnas di Amurang .2017

Gambar 4.29 perspektif kawasan


Sumber : Pusdiklat Basarnas di Amurang .2017

Berdasarkan dari uraian pembahasan di atas, kemudian ditinjau


secara pandangan ilmu arsitektur sehingga dapat di simpulkan beberapa
pembahasan terkait dengan penataan ruang dan fungsi objek
perancangan yang tedapat pada perancangan PUSDIKLAT BASARNAS
Amurang sebagai berikut :

1) Sirkulasi : sirkulasi pada perancangan PUSDIKLAT BASARNAS


mengunakan sitem sikulasi utama dan sitem sirkulasi penunjang
2) Organisasi ruang: organisasi ruang pada perancangan PUSDIKLAT
BASARNAS yang di terapkan yaitu penggunaan makna efektif

105
pada penzoningan massa dan ruang luar dalam site, menghasilkan
suatu pola yang sesuai dengan fungsi objek .
3) Fasilitas: fasilitas yang di terapkan dalam perancangan
PUSDIKLAT BASARNAS yaitu ada empat fasilitas utama, fasilitas
penunjang, fasilitas servis, dan fasilitas outdoor space.
4) Fungsi utama: perancangan PUSDIKLAT AMURANG sebagai
untuk membantu pemerintah dalam pembangunan dibidang
pelayanan sosial dan keselamatan masyarakat .

4.3.2 Perancangan pusat penanggulangan bencana alam di


Provinsi Jawa Timur

Gambar 4.30 Eksterior kawasan


Sumber : hasil perancangan pusat penanggulangan bencana alam
Pusat perancangan Penanggulangan Bencana Alam Di Jawa Timur
dengan objek kantor SAR SURABAYA terletak di jln. Raya bandara
juanda 61253-A, kecamatan sedati, kabupaten sidoarjo, jawa timur.
Adapun beberapa fungsi utama dalam perancangan penanggulangan
bencana alam di jawa timur sebagai berikut fungsi perimer, fungsi
sekunder dan fungsi penunjang.

106
fasilitas pusat perancangan penanggulangan bencana alam
Sumber : hasil perancangan pusat penanggulangan bencana alam di jawa timur .
2017.

Gambar 4.31 sirkulasi kawasan pusat penanggulangan bencana


Sumber : hasil perancangan pusat penanggulangan bencana alam di jawa
timur.2017

107
Gambar 4.32 Potongan kawasan
Sumber : hasil perancangan pusat penaggulangan bencana alam di jawa timur .
2017
Berdasarkan dari uraian pembahasan di atas, kemudian di tinjau
secara pandangan ilmu arsitektur dapat di simpulkan beberapa
pembahasan terkait dengan penataan lenskep dan massa bangunan yang
terdapat di perancangan pusat penangulanggan bencana alam dijawa
timur sebagai berikut :
1. Fasilitas : fasilitas pada kawasan pusat penanggulangan
bencana alam ini merupakan fasilitas pelayanan pengunjung
utama, fasilitas oprasi, fasilitas staf posko.
2. Sirkulasi : sirkulasi pada perancangan pusat penangulanggan
bencana alam di jawa timur menggunakan sistem sirkulasi
terpusat . sehingga memudahkan bagi pengunjung menuju lokasi
yang akan dicapai dan dengan sytem pemisahan antara
sirkulasikendaraan pengunjung, kendaraan khusus, dan pejalan
kaki .

108
3. Pola tatanan massa pola tatanan massa pada perancangan
pusat penangulanggan di jawa timur menggunakan pola tatanan
Terpusat.
4. Massa bangunan : pada bangunan mengunakan bagunan
moderen.
5. Utilitas : utilitas pada kawasan pusat penangulangan bencana
alam adalah sumber air hujan sebagai penyucian mobil .dan
mengunakan PDAM sebagai sumber air bersih yang di salurkan
ke bangunan lainnya.
4.4. Studi komparasi Smart buildng
4.4.1 Capital Tower, Singapura

Gambar 4.33 Capital Tower, Singapura


(Sumber : 8 Smart Building Tercanggih di Dunia)

Capital tower Singapura. Memiliki ketinggian 254 meter, gedung


ini berada di urutan ke 133 sebagai yang tertinggi di dunia. Dengan

109
konstruksi yang selesai pada tahun 2000, bangunan ini memiliki fasilitas
yang disebut dengan Intelligent Building Management System (IBMS)
yang mengatur segala layanan maupun fasilitas yang tersedia
Mengoptimalkan efisiensi energi di seluruh bangunan,capital tower
menggabungkan sistem roda pemulihan energi dalam sistem pendingin
udara yang memungkinkan pemulihan udara dingin, untuk menjaga
efesiensi pendingin.

4.3.3 David Brower Centre, California

Gambar 4.34 David Brower Centre, California


(Sumber : 8 Smart Building Tercanggih di Dunia)

David Brower Centre di California ini memiliki feature-feature


penunjang guna meminimalisir penggunaan energi listrik. Diantaranya
dengan banyak menggunakan energi solar dengan memanfaatkan sinar
matahari guna mengontrol kebutuhan energi. Tiap ruang dirancang agar
menerima cahaya matahari lebih banyak sehingga meminimalisir
penggunaan lampu. Infrastruktur yang terpasang dengan sensor CO2
secara otomatis mengendalikan kebutuhan udara yang lebih segar.

Façade dari David Brower Center adalah kisi-kisi aluminium


eksterior tetap. Kisi-kisi ini menghalangi sinar matahari langsung dan
meminimalkan keuntungan panas di dalam gedung. Selain perangkat

110
shading eksterior, penghuni dapat melakukan penyesuaian lebih lanjut
dari dalam bangunan menggunakan nuansa kain roller interior yang
dioperasikan secara manual di atas setiap jendela.

Gambar 4.35 Interior David Brower Centre, California


(Sumber : 8 Smart Building Tercanggih di Dunia)
Dari uraian pembahasan studi komparasi smart building di atas,
kemudian di tinjau secara pandangan ilmu arsitektur. Dapat di simpulkan
beberapa pembahasan terkait dengan elemen bangunan smart bulding
sebagai berikut:
a. Intelligent Building Management System (IBMS)
b. Sistem Automatisasi Bangunan Dan Manajemen Energi
c. Penggunaan elemen dan matrial dalam meminimalisir panas
matahari maupun suhu udara dalam bangunan.
4.3.4 Kesimpulan studi komparasi

Berdasarkan dari uraian terkait dengan studi komparasi, maka


dapat digambarkan melalui aspek dari fungsi peracangan Pusdik
BASARNAS di Amurang dan Perancangan pusat penanggulangan
bencana alam di Provinsi Jawa Timur serta beberapa studi komparasi
yang terkait dengan penerapan tema smart building. Sehingga dapat
dijabarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 4.14 kesimpulan studi komparasi SAR


Pusdik BASARNAS di Perancangan pusat

111
penanggulangan bencana
Aspek Amurang alam di Provinsi Jawa
Timur
Perkantoran Perkantoran
Pusat Penanggulangan
Fungsi perimer Pusdiklat BASARNAS Bencana Alam Di Provinsi
Jawa Timur
Fungsi sekunder Pendidikan Pendidikan
Jenis Ruang /Fasilitas  Fasilitas utama  Fasilitas pelayanan
(sarana –prasarana)  Fsilitas penujang pengunjung
 Fasilitas servis  Fasilitas operasi

 Outdo or space  Fasilitas staf posko

Sumber : Analisa Penulis.2017

Tabel 4.15 kesimpulan studi komparasi smart building

Objek Smart building


Capital Tower, Singapura  Intelligent Building Management
System (IBMS)
David Brower Centre, California  Sistem Automatisasi Bangunan
Dan Manajemen Energi
 Pengunaan elemen tertentu pada
bangunan sebagai fasede serta
guna meminimalisir panas
matahari dan suhu ruang dalam
bangunan
Sumber : analisa penulis 2017.

Kesimpulan studi komparasi terkait dengan gambaran dari aspek


perancangan kantor SAR. Serta bangunan canggih yang mengunakan
sistem smart building diatas ,digunakan sebagai studi komparasi dalam
menganalisa fungsi dan kebutuhan ruang yang dibutuhkan pada
“perancangan kantor SAR provinsi maluku utara” di kota sofifi sebagai
berikut:

112
Tabel 4.16 penerapan pada perancangan

Aspek Perancangan kantor SAR provinsi maluku utara

Objek
Perancangan kantor SAR provinsi maluku utara
perancangan
 kantor pengelolah pusat Penangulanggan
Fungsi primer bencana dan kantor administrasi. Serta
kantor publikasi dan dokumentasi
 Edukasi (pelatihan tanggap bencana) dan
Fungsi sekunder
pelatihan dasar SAR
Fungsi penunjang Sebagai penunjang i sarana-prassarana dalam
pengangulangan bencana alam di maluku utara
Jenis ruang  Gedung Utama
/fasilitas (sarana-  Pos sikurity
prasarana  Lapangan
 Gudang Peralatan Tim SAR
 Gudang pengobatan (medis)
 Gudang bahan bakar
 Heliped
 Tambatan perahu/dermaga
 Masjid
 Parkiran pengelolah
 Perkiran pengunjung
 Bengkel dan tempat pencucian kendaraan
 Gudang ME dan cleanning service
 Hanggar helikopter
Elemen smart  Intelligent Building Management System
bulding (IBMS)

 Sistem Automatisasi Bangunan Dan


Manajemen Energi, pendukung SAR .

 Penggunaan allumunium koposite


sebagai penghambat panas matahari
 Penggunaan shanding device

113
Arsitektur Dimana bentuk dan fasade bangunan mengikuti atau
menyesuaikan dngan teknologi yang ada dalam
bangunan, (arsitektur moderen). Untuk menunjang
fasilitas dalam perancangan kantor SAR dengan
pendekatan pada smart building
Sumber .Analisa penulis 2017.

114

Anda mungkin juga menyukai