BAB II
bagian dari kabupaten Baggai dengan jarak kurang lebih 98 km dengan pusat
pemerintahan Kabupaten Banggai, dan kurang lebih 692 km dari Ibu Kota Provinsi
Sulawesi Tengah. Kecamatan Toili memiliki luas 761,31 km2 dengan batasan
Kecamatan Toili memiliki dua musim yakni musim kemarau dan musim
penghujan, musim kemarau terjadi antara bulan Oktober sampai dengan bulan
Maret, sehingga musim penghujan antara bulan April sampai bulan September,
curah huja rata-rata di Kecamatan Toili 1880 mm pertahun dengan suhu udara rata-
rata 300c. suhu udara di Kecamatan Toili ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
Kecamatan Toili mempunyai kelembaban udara tinggi pada tahun 2012 rata-
rata berkisar antara 72% sampai 81%. Curah hujan di Kecamatan Toili antara lain
dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh
karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan. Rata-rata curah hujan
selama 2012 sekitar antara 3,4mm sampai 284,9 mm. kecepatan angin di
Kecamatan Toili umumnya merata setiap bulannya, yaitu sekitar 4 knot hingga 6
17
knot. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan arah atau kecepatan angina adalah
Daratan : 95%
perbukitan :5%
Pegunungan : 0%
Desa-desa yang termasuk dalam wilayah administrasi di Kecamatan Toili
hal tersebut selaras dengan pekerjaan masyarakat Toili yang sebagaian besar adalah
petani.
peningkatan dari segi perekonomian dan juga jumblah penduduk. Hal tersebut dapat
dilihat dari perkembangan pendidikan, selain itu dapat dilihat dari segi transportasi
laut, darat maupun udara yang membantu perkembangan Kecamatan Toili dari
berbagai bidang. Dari sektor pertanian yang lebih memberi peran besar, jumblah
penerimaan Beras droping dari Bolog untuk kecamatan Toili setiap tahun
mengalami peningkatan.1
penduduk 32.376 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk yang berjenis kelamin
1
Jumlah Penerimaan Beras Droping dariBulog Menurut Jenis Beras/
Pelabuhan di Kabupaten Banggai (Ton), 2011-2015. https://banggaikab.bps.go.id,
(diakses pada 28 April 2019)
19
Kecamatan Toili merupakan daeran dengan masyarakat yang multi etnis atau
sangat beragam suku bangsa yang ada di Kecamatan Toili. Etnis masyarakat
yang terdiri dari suku Sasak, Bali dan Jawa, dan kelompong yang satu lebih sering
disebut dengan orang kampung atau tuan tanah yang terdiri dari suku Banggai,
berkujarang di Toili. Hal tersebut disebabkan oleh cara hidup suku Taa yang masih
tradisional yakni mereka akan meninggalkan keluargaa mereka yang sakit dan
mencari tempat tinggal baru. Berkurangnya suku Taa di Toili karena adanya alih
fungsi lahan karena adanya masyarakat trasmigran. Suku Taa lebih suka tinggal di
hutan dari pada di pedesaan sehingga saat masyarakat transmigran datang dan
adanya alih fungsi lahan mereka tergerus dengan pekembangan yang terjadi pada
Kecamatan Toili.
lahan sawah dengan jumblah persentase 70%, sedangkan 20% dan 10 % terbagi
2
Data Kecamatan Toili tahun 2012
3
Kl. Lestari. Gambaran Umum Toili. Epirints.ung.ac.id (diakses pada 9 April
2019), hlm. 48.
20
pada bidang lahan perkebunan. Adapun rincian mata pencarian dan sumber
2 Pedagang 4%
3 PNS/ TNI/ Polri/ Pensiunan 3%
4 Buruh 6%
5 Tukang 2%
(sumber data pemerintah kecamaatan Toili)
2.3. Keadaan Sosial Budaya Etnik Bali Di Toili
Masyarakat Bali datang ke Toili pada tahun 1977, dari Bali mereka
menggunakan kapal laut, tiba di Toili masyarakat Bali langsung dijemput oleh
yang rumahnya belum jadi sehingga harus menempati rumah lain yang masih
kosong dan kembali kerumah mereka saat rumah mereka sudah jadi. Keadaan Toili
pada tahun 1977 dapat dikatakan hutan kemudian diberseihkan oleh para
setelah lahan perumahan mereka bersih mereka menanami lahan perumahan dengan
berbagai pohon dan umbi-umbian. Hasil panen tersebut mereka tukar dengan
etnik Bali wanita Bali memiliki peran penting dalam menunjang perekonomian
4
Wawancara dengan Wayan Ginastra. Di Kecamatan Toili desa Mulyasari
pada 20 Februari 2019.
22
mereka harus menjual hasil pertanian dan perkebunan mereka kepada masyarakat
Selain menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga dan sebagai penerus
kebudayaan Bali mereka juga harus membantu suami mereka bekerja di sawah, hal
tersebut masih dapat dilihat sampai saat ini. Etos kerja wanita Bali masih bertahan
hingga di zaman modrn ini, ada perubahan etos kerja dari generasi ke generasi
namun etos kerja tetap didasari pada dasa kala patra (aturan yang ada pada desa
5
Wawancara dengan Nyoman Manis. Kecamatan Toili, Desa Mekar Kencana
pada tanggal 25 Maret 2019.
23