Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP MASYARAKAT


KELURAHAN BANDAR JAYA TAHUN 1985-2013

Perubahan senantiasa mengandung dampak negatif maupun positif. Untuk itu

dalam merespon perubahan diperlukan kearifan dan pemahaman yang mendalam

mengenai nilai, arah program dan strategi yang sesuai dengan sifat dasar perubahan

itu sendiri. Untuk itu dalam mempelajari perubahan-perubahan dalam masyarakat,

perlu diketahui kearah mana perubahan(Direction of Change) itu bergerak.1 Yang

jelas perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Baik perubahan itu

membawa kesuatu bentuk yang baru dan bisa juga ke bentuk yang sudah ada

sebelumnya.2 Perubahan-perubahan itu bisa membawa kearah kemajuan(progress)

dan juga bisa berarti suatu kemunduran(regress) tergantung kemana arah perubahan

tersebut. Perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya perubahan pada kondisi

masyarakat seperti misalnya kondisi ekonomis, geografis dan teknologis.3 Adapun

dampak dari perubahan yang terjadi di Kelurahan Bandar Jaya ialah diantaranya:

4.1. Dampak Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial sering kali dikaitkan dengan perubahan kebudayaan.

Perubahan sosial budaya yaitu perubahan situasi pada masyarakat sebagai akibat dari

1
Jacob Ranjabar, Prubahan Sosial (Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial serta Teori
Pembangunan), Alfabeta: Bandung. 2017, hlm. 176.
2
Alex Inkeles, dalam (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , hlm. 327)
3
Opcit, hlm. 286
adanya ketidaksesuaian unsur-unsur.4 Menurut Howlan (2012) mengatakan bahwa

perubahan sosial dapat dialami seorang petani akibat alih fungsi lahan. 5 Salah satunya

mengurangi interaksi individu dengan individu lainnya saat berada di lahan. Lahan

yanga dimaksud ialah lahan sawit, karena petani kelapa sawit memiliki hubungan

interaksi sosial yang sangat rendah dan bersifat individual terhadap petani sawit

lainnya. Karena sistem kerja petani sawit tidak memerlukan tenaga banyak baik saat

menanan maupun panen. Berbeda dengan petani padi yang lebih cenderung bekerja

secara bersama-sama (royongan).

Dampak negatif dari perubahan sosial budaya masyarakat di Kelurahan

Bandar Jaya ialah menjadikan masyarakat cenderung bersifat individualis, tertutup

dan lebih membatasi diri. Umumnya kehidupan seperti ini sama dengan kehidupan

masyarakat perkotaan yang cenderung modern. Adapun dampak positif dari

perubahan sosial ialah memunculkan ide kebudayaan baru yang sesuai dengan

perkembangan jiwa zaman, membentuk karakter dan pemikiran-pemikiran yang lebih

rasional dan ilmiah. Terciptanya inovasi-inovasi baru yang dianggap mampu

membantu aktivitas manusia dibidang teknologi dan menjadikan kehidupan

masyarakat yang jauh lebih modern.

4
Baharuddin, Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan, Jurnal, hlm. 182.
5
Emilia Dharmayanthi, dkk., Dampak Alih Fungsi Lahan Padi menjadi Perkebunan Kelapa
Sawit terhadap Lingkungan, Ekonomi dan Sosial Budaya di Desa Jatibaru Kec. Bunga Raya Kab. Siak,
Jurnal, Riau: Dinamika Lingkungan Indonesia, 2018, hlm. 38.
4.2. Dampak Perubahan Sosial Ekonomi

4.2.1. Meningkatnya Penghasilan/Pendapatan

Bedasarkan faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang terjadi di

Kelurahan Bandar Jaya menimbulkan dampak terhadap perubahan sosial

ekonomi, perubahan sosial dapat memberikan kemajuan maupun sebaliknya.

Perubahan sosial yang disebabkan oleh faktor alih fungi lahan pertanian

menjadi perkebunan di Kelurahan Bandar Jaya maka terjadi perubahan

terhadap perekonomian masyarakat yang sebelumnya merupakan ekonomi

pertanian kini berubah menjadi ekonomi perkebunan. Disisi lain perubahan di

bidang ekonomi memberikan dampak positif bagi masyrakat yang merasakan

seperti meningkatnya perekonomian saat hasil peoduksi lahan perkebunan

jauh lebih menguntungkan dari pada tanaman pangan. Keberhasilan ini dapat

terlihat dari podasi bangunan rumah-rumah warga di Kelurahan Bandar Jaya

yang dulunya masih berdindingkan kayu kini hampir seluruh rumah

dikelurahan Bandar Jaya telah berpondasi beton.6 Dengan gaya bangunan

seperti rumah diperkotaan pada umumnya.

6
Wawancara, Isprihatin Hidayah selaku Penyuluh Pertanian Lapangan Kelurahan
Bandar Jaya Kecamatan Rantau Rasau 11 September 2021 pukul 10.10 AM.
4.2.2. Hilangnya Lumbung Pangan

Berdasarkan maknanya lumbung pangan berarti ialah tempat

penyimpanan pertanian (umumnya padi atau dikenal dengan istilah Oriza

Satifa L), dikatakan lumbung karena daerah tersebut merupakan daerah

penyuplai tanaman padi paling banyak sehingga produksi padi ini bisa dikirim

sampai ke luar daerah. Bandar Jaya di era tahun 1990 merupakan daerah

lumbung pangan, hasil pertanian inilah yang nantinya akan menjadi sumber

pendapatan utama masyarakat. Namun tanaman pangan tidak selalu menjadi

tanaman unggul dibidang pertanian, pasalnya tanaman pangan bisa mengalami

kegagalan panen baik karena faktor hama, bencana alam(banjir) maupun

pemaasaran (harga pangan yang kadang tidak stabil dan relatif murah).

Sehingga permasalahan-permasalahan ini membuat petani melakukan alih

fungsi lahan padi mejadi kelapa sawit, lama kelamaan alih fungsi lahan

mengurangi produktifitas tanaman padi dan juga berdampak terhadap

ketahanan pangan di Kelurahan Bandar Jaya hal ini karena Bandar Jaya

merupakan penyuplai terbesar padi pada tahun 1990 an. 7

Dalam mengatasi permasalahan tersebut pada tahun 2013 pemerintah

Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengeluarkan Perda Nomor 18 Tahun

2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

7
Wawancara, kiswan selaku pensiunan Satker Balai Penyuluh Pertanian(BPP)
Kecamatan Rantau Rasau pada 27 Februari 2021 pukul 14.39 AM.
Berdasarkan perda ini bertujuan untuk memberikan perlindungan, pengaturan

serta penyelenggaraan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Sebagai bentuk

korelasi dalam mempertahankan lahan pangan khusnya di Kabupaetan

Tanjung Jabung Timur termasuklah di Kelurahan Bandar Jaya.

Tabel 1. Daftar Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Untuk Wilayah


Kelurahan Bandar Jaya

LUAS
KELOMPOK
NO. KECAMATAN KEL/DESA LAHAN
TANI
(Ha)
1 Rantau Rasau Bandar Jaya Karya Tani 88,00
Soponyono 65,00
Suka Maju 44,00
Subur Harapan 20,00
Eko Subeno 19,50
Budi Asih 28,00
Tri Subur 35,00
Tani Jaya 26,00
Jumlah: 325,50
Sumber Data: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Perda
Kabupaten Tanjung Jabung Timur No. 18 Tahun 2013 Tentang Perlindungan
Lahan Pangan Berkelanjutan.

Tabel tersebut merupakan penetapan lahan pangan dan sekaligus

program kerja untuk mencapai dan mempertahankan tanaman pangan

berkelanjutan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam

menerapkan Perda No 18/2013 untuk wilayah Kelurahan Bandar Jaya. Perda

ini memiliki aturan-aturan untuk mempertahankan tanaman pangan

berkelanjutan dengan tidak mengalihfungsikan lahan pangan secara swadaya,


selain itu perda ini juga memiliki sanki apabila terdapat perubahan pada lahan

pangan. Namun perda ini juga tidak bisa seutuhnya mengatasi laju alih fungsi

lahan, dikarenakan lahan pangan bukan milik pemerintah melainkan milik

petani, dan selagi tanaman perkebunan menjanjikan maka petani akan terus

mempertahankannya. 8

Dilihat dari kondisi lahan pangan saat ini dan berdasarkan data-data

yang diperoleh baik dari kantor Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan

Rantau Rasau dan berdasarkan observasi bersama beberapa kelompok tani

bahwa kondisi lahan pangan di Kelurahan Bandar Jaya semakin berkurang

dibanding tahun 1990 yang keseluruhannya seluas 900 Ha dari luas tahun

2013 yaitu 326 Ha.

8
Wawancara dilakukan secara langsung bersama Bapak Teguh Subeno selaku petani
di Kelurahan Bandar Jaya pada 12 September 2021 Pukul 16.44 WIB
Gambar 1. Peta Kondisi Lahan Pangan dan Perkebunan di Kelurahan Bandar
Jaya Tahun 2015

Sumber : Monografi Kelurahan Bandar Jaya 2015

Dalam gambar 3.1 merupakan peta persebaran luas wilayah tanaman

pangan dan perkebunan di Kelurahan Bandar Jaya pada tahun 2015. Dari peta

tersebut terlihat masyarakat yang masih mempertahankan tanaman pangan.

Namun disisi lain tanaman perkebunan sudah mendominasi tanaman pangan.

Berdasarkan hal ini setelah beralih kelahan perkebunan, perubahan ini

membawa dampak terhadap memudarnya kegiatan gotong royong seiring

berkurangnya tanaman pangan di wilayah Bandar Jaya.


Berdasarkan teori evolusi, perubahan sosial yang terjadi secara evolusi bisa

dikatakan suatu proses yang terjadi secara lambat dan dalam waktu yang cukup lama

tanpa adanya kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. 9 Perubahan-

perubahan ini sejalan mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, sejalan dengan

usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain

perubahan sosial itu terjadi karena adanya usaha-usaha masyarakat dalam

mempertahankan kebutuhan-kebutuhan hidupannya. Perubahan-perubahan itu banyak

memberikan suatu keberuntungan dalam usaha memenuhi berbagai aspek kebutuhan

hidupnya, maka secara perlahan masyarakat akan menerima perkembangan itu

sebagai suatu kebenaran.

9
Ibid, hlm.167

Anda mungkin juga menyukai