Anda di halaman 1dari 7

KONSEP SOSIOLOGI PEDESAAN

(Studi Kasus: Modernisasi dan Pergeseran Praktik Kearifan Lokal


pada Pertanian Jagung di Provinsi Gorontalo)

PAPER

Asisten Pembimbing:
Cahyaning Life Pramesty
Elizia Flauren Wardana

Oleh:
Atik Adiniyah
NIM. 221510901003

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

Laju perkembangan perkotaan yang pesat seringkali membuat fokus pada


kehidupan pedesaan menjadi terabaikan. Peran pedesaan dalam struktur sosial dan
ekonomi sebuah negara tidak boleh diabaikan. Pedesaan bukan hanya tempat
tinggal bagi sebagian besar populasi dunia, tetapi juga menjadi fondasi dari
keberlanjutan pangan, pertanian, dan sektor-sektor kunci lainnya. Kehidupan
pedesaan memengaruhi banyak aspek penting, termasuk penyediaan pangan,
pertanian, kesejahteraan sosial, serta pelestarian lingkungan (Elizabeth et al., 2023).
Pemahaman tentang cara masyarakat pedesaan berinteraksi, membentuk ikatan
sosial, dan beradaptasi terhadap perubahan yang terus berlangsung menjadi fokus
yang tidak bisa dabaikan.
Sosiologi pedesaan merupakan disiplin ilmu sosiologi yang fokus terhadap
analisis mengenai kehidupan sosial, struktur, serta dinamika sosial yang terjadi
dalam konteks pedesaan. Sosiologi pedesaan memeriksa berbagai aspek kehidupan
masyarakat pedesaan, seperti interaksi sosial, nilai-nilai budaya, sistem pertanian,
politik lokal, ekonomi, dan perubahan demografi (Murdiyanto, 2020). Sosiologi
pedesaan bertujuan untuk memahami bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi
perkembangan, transformasi, serta tantangan yang dihadapi oleh komunitas
pedesaan di berbagai belahan dunia. Pemahaman dinamika sosial di pedesaan
berperan dalam mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh
komunitas pedesaan dalam memahami dampak dari urbanisasi dan modernisasi
terhadap kehidupan mereka. Strategi yang lebih efektif perlu dikembangkan untuk
mendukung keberlanjutan, meningkatkan kualitas hidup, dan mengatasi
ketidaksetaraan di pedesaan, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada
perkembangan sosial dan ekonomi keseluruhan (Ibrahim, 2019).
Hakikatnya, manusia akan terus mengalami perubahan seiring berjalannya
waktu. Perubahan sosial tidak bisa dilepaskan pada perkembangan masyarakat
pedesaan, masyarakat desa mulai mengikuti perkembangan dan mulai melek
teknologi, kini seakan tidak ada batasan antara kehidupan pedesaan dengan
perkotaan (Manullang, 2021). Perubahan sosial dalam sosiologi pedesaan
merupakan fenomena yang penting untuk dipahami dalam memahami transformasi
masyarakat di daerah pedesaan. Salah satu contoh perubahan sosial dalam
masyarakat pedesaan ini adalah modernisasi. Modernisasi membawa teknologi,
pendidikan, dan gaya hidup baru ke daerah pedesaan, yang dapat mengubah nilai-
nilai tradisional dan struktur sosial yang ada (Rostati et al., 2021). Perubahan ini
seringkali dapat mempengaruhi hubungan sosial, pola konsumsi, dan pola
pemikiran masyarakat pedesaan, bagaimana masyarakat pedesaan beradaptasi
dengan perubahan tersebut dan bagaimana perubahan tersebut memengaruhi
kehidupan mereka secara keseluruhan.

BAB 2. PEMBAHASAN

Perubahan sosial salah satunya terjadi akibat modernisasi. Modernisasi


tidak sebatas terjadi pada bidang teknologi, tetapi juga di bidang pertanian seperti
yang dialami masyarakat Petani Jagung di Provinsi Gorontalo dalam jurnal
“Modernisasi dan Pergeseran Praktik Kearifan Lokal pada Pertanian Jagung di
Provinsi Gorontalo” oleh Hunowu et al., (2021). Jagung menjadi komoditas
unggulan di Provinsi Gorontalo karena bisa dikategorikan sebagai makanan pokok
masyarakat Gorontalo, peluang inilah yang dimanfaatkan oleh pemerintah
Gorontalo dalam meningkatkan transfer teknologi pada masyarakat petani jagung
karena potensi pasarnya yang besar. Selama berabad-abad, budidaya jagung di
Gorontalo menghasilkan tiga jenis jagung lokal, yaitu binte kiki, binte daa, dan
binte damahu, yang dikembangkan dengan teknologi sederhana. Tokoh masyarakat
mengakui bahwa budidaya jagung selama berabad-abad ini telah membentuk
berbagai tradisi, seperti Huyula Dantiayo sebagai mekanisme gotong royong,
mopo'a pondoko danmola sebagai upaya antisipasi hama dan kekeringan tanaman,
panggo sebagai penentu hari baik untuk menanam, dan bilohe serta tolianga
sebagai tradisi mekanisme jaminan sosial. Kearifan lokal tersebut tentu saja mulai
terkikis seiring gencarnya pemerintah melakukan transfer teknolgi kepada petani,
salah satunya dalam program agropolitan dengan program panen satu juta jagung.
Produk-produk pertanian mulai diperkenalkan, masyarakat mulai
mengadopsi metode pertanian modern, yang sebelumnya menggunakan benih lokal
kini beralih menggunakan benih jagung hibrida. Peralihan dari pertanian tradisional
ke pertanian modern telah mengakibatkan dominasi teknologi dalam berbagai aspek
budidaya jagung. Hal ini terlihat dari pergantian pekerjaan manual oleh mesin,
sehingga memunculkan kesenjangan ekonomi antara petani kaya dan miskin.
Kesenjangan tersebut merupakan akibat dari adanya pergeseran tenaga kerja
manusia menjadi tenaga mesin. Petani dengan lahan yang sangat kecil pada
awalnya harus bekerja sebagai pekerja upahan bagi petani lain. Mereka biasanya
membajak tanah petani kaya sebagai pekerjaan utama. Ketika sistem pertanian non-
upahan diperkenalkan dan tidak lagi memerlukan pekerjaan membajak, petani kecil
beralih ke pekerjaan mengangkut jagung dari ladang ke tempat perontokan. Pada
awalnya, permintaan untuk pekerjaan ini cukup tinggi, tetapi seiring waktu, tugas
ini diambil alih oleh pengendara ojek yang dapat menjangkau daerah perbukitan
dan lereng gunung. Sementara pengangkutan jagung pipilan ke tempat
penyimpanan sudah diatur dengan kendaraan terbuka. Akhirnya, pekerjaan angkut
ini tidak lagi menjadi sumber pendapatan bagi petani kecil.
Kasus lainnya yakni, petani harus membayar upah kepada tenaga kerja. Hal
tersebut tak lain karena kearifan lokal mereka sebelumnya dimana mereka akan
bertukar tenaga kerja, dari ladang satu ke ladang lain sesuai jadwal yang telah
disepakati. Ketika masuknya modernisasi pertanian, petani harus membayar upah
tenaga kerja salah satunya ketika mengoperasikan alat dan mesin pertanian.
Masifnya perkembangan teknologi juga mendorong jenis pekerjaan menjadi lebih
individualis dan kurang bersosialisasi (Ali dan Erihadiana, 2021). Padahal
sebelumnya pertanian identik dengan ikatan sosial masyarakat pedesaan yang
tinggi. Masyarakat petani di Provinsi Gorontalo dulunya membajak tanah secara
bersama-sama, satu minggu membatu pekerjaan petani lain, satu minggu kemudian
membantu pekerjaan petani lain lagi. Mereka melakukan pekerjaan mulai dari
proses budidaya hingga pasca panen secara bersama. Semenjak adanya modernisasi
pertanian, mereka mulai melakukan pekerjaan secara individual.
Kearifan lokal masyarakat petani Provinsi Gorontalo dalam melakukan
usaha tani juga beragam, diantaranya cara pengangkalan hama dan penyakit
tanaman. Beberapa dari mereka terbagi menjadi dua kepercayaan, mereka percaya
bahwa hama dan penyakit tanaman berasal dari roh jahat sehingga diperluka ritual
‘mapo’o huta’ yakni memberikan sesajen untuk memnuhi permintaan hantu
penguasa alam semesta. Sebagian lagi percaya bahwa, hama dan penyakit tanaman
dipengaruhi oleh kondisi alam, diperlukan pertimbangan hari yang baik untuk
memulai proses budidaya. Sementara petani yang sudah mulai menerima transfer
teknologi menganggap pertanian modern lebih terasa mudah karena seluruh bahan
yang dibutuhkan sudah tersedia, seperti pestidia, pupuk, serta alat dan mesin
pertanian.
Berikut ini perubahan sosial budaya pedesaan masyarakat Petani Jagung
Provinsi Gorontalo seiring adanya transfer teknologi:
Jenis Kearifan Lokal Tujuan atau Fungsi Teknologi Alternatif
Mopo’o Huta Berdamai dengan hantu Pestisida atau herbisida
agar tidak mengirimkan
hama ke lahan
Molapo Menangkal hama dengan Pestisida atau herbisida
pengasapan
Panggoba Menetapkan hari baik Kalender musiman
untuk waktu tanam
Huyula dan Tiayo Bekerjasama atas dasar Upah atau kontrak kerja
timbal balik
Bilohe dan Toliango Berbagi makan secara Memberi bantuan dengan
sukarela pinjaman
Hulipo Wadah untuk Hasil panen dijual untuk
menyimpan makanan, membayar teknologi dan
ada pula yang dijual kebutuhan hidup lain
Varietas jagung Benih varietas lokal Varietas hibrida
(Binte kiki, Binta daa,
Damahu)

Berdasarkan tabel tersebut, Pengetahuan tentang kearifan lokal hanya


dimiliki oleh petani tua, sehingga perlu ada upaya untuk mempertahankan praktik
ini dalam generasi petani berikutnya. Pemerintah dapat berperan dalam
menggabungkan filosofi kearifan lokal, seperti Mopo'a Hutaritual, dengan
teknologi modern. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah
punahnya praktik kearifan lokal pada petani jagung, khususnya petani kecil,
meningkatkan kesejahteraan, serta mampu menjawab persoalan-persoalan
kesenjangan sosial seperti kesenjangan ekonomi, pengeluaran dan kesetaraan
(Ahmadi dan Sutrisno, 2022).

BAB 3. PENUTUP

Modernisasi pertanian dalam konteks sosiologi pedesaan mencerminkan


perubahan signifikan dalam cara masyarakat pedesaan mengelola dan
memproduksi hasil pertanian. Modernisasi menuntut masyarakat pedesaan untuk
beradaptasi dengan perubahan teknologi maupun peruabahan sosial. Perubahan
sosial tersebut melibatkan perubahan penggunaan teknologi, mesin, dan praktik
pertanian yang lebih efisien untuk meningkatkan produktivitas. Modernisasi
pertanian dapat membawa perubahan positif seperti peningkatan produksi dan
pendapatan, namun juga menghadirkan tantangan sosial, seperti ketidaksetaraan
ekonomi atau kesenjangan sosial ntara petani kecil dan petani kaya, perubahan
budaya serta terkikisnya kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lahan
pertanian. Fenomenan tersebut salah satunya terjadi pada Petani Jagung di Provinsi
Gorontalo yang harus mulai beradaptasi dan mengadopsi teknologi guna
meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah harus mampu membuat
kebijakan yang inovatif tanpa membuat masyarakat meninggalkan kearifan lokal
yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, AY, & Sutrisno, S. 2022. Zakat Solusi Kesenjangan Perekonomian di


Indonesia. JOEL: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Bahasa , 1 (7), 917-
926.
Ali, A., dan Erihadiana, E. 2021. Peningkatan Kinerja Teknologi Pendidikan dan
Penerapannya pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam . Jurnal
Dirosah Islamiyah, 3(3), 332–341.
Elizabeth, R., Azuz, F., Massenga, T. W., Siahaan, H. N., Winarti, L., Suprayitno,
A., dan Anggarawati, S. 2023. Sosiologi Pedesaan. Get Press Indonesia.
Hunowu, M. A., Tamu, Y., Obie, M., dan Pakuna, H. B. 2021. Modernization and
Shifting Practices of Local Wisdom on Corn Farming in Gorontalo
Province. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 09(02), 1–15.
Ibrahim, J. T. 2019. Sosiologi Pedesaan. UMMPress.
Manullang, S. O. 2021. Perubahan Sosial Masyarakat Pedesaan di Era Teknologi.
Cross-Border: Jurnal Kajian Perbatasan Antarnegara, Diplomasi dan
Hubungan Internasional, 4(1), 83–88.
Murdiyanto, E. 2020. Sosiologi perdesaan Pengantar untuk Memahami
Masyarakat Desa. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LP2M) UPN” Veteran.
Rostati, R., Haryanto, L., dan Atmaja, J. P. 2021. Bentuk-Bentuk Modernisasi
Pertanian Studi Kasus Masyarakat Petani di Desa Soki Kecamatan Belo
Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan), 5(2).

Anda mungkin juga menyukai