NIM : G021191029 KELAS : SOSIOLOGI PERTANIAN C DOSEN : PROF.DR.IR.DARMAWAN SALMAN, M.S.
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 A. Pendahuluan Pembangunan adalah proses perubahan yang telah direncanakan yang telah dijalankan beberapa tahun yang lau, yang bukan hanya melalui variable ekonomi tetapi juga variabel yang sifatnya sosiologis Di dalam sektor pertanian, kita bisa melihat bahwa suatu kebangaan untuk kita yaitu dengan swasembada beras dimana Negara kita bisa mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa harus impor dan bahkan bisa ekspor sehingga Indonesia mendapatkan sebuah penghargaan dari PBB karena telah melakukan hal yang luar biasa dalam perubahan ekonomi dan diikuti oleh peubahan sosial. Revolusi hijau berarti perubahan pada produksi dengan menghasilkan sebuah tanaman yang berkualitas dan unggul. Perubahan dari yang dulunya tradisional kini menjadi modern dengan menggunakan teknologi baik dari bibit yang unggul,pupuk dan pestisida. Hal ini akan berdampak pada perubahan sosial yang terjadi. Dengan menulusuri desa yang sebelumnya belum dilakukan revolusi hijau kita bisa mengamati dampak dan bagaimana perubahan kedepannya. Dalam hal membangun sebuah perubahan dengan revolusi hijau telah mengakibatkan banyak dampak atau efek yang dirasakan baik itu negatif maupun positif dalam masyarakat. Yang dulu masih bersifat subsisten sekarang bisa merambah menjadi pertanian yang lebih berkembang dan menjadi pusat pencaharian keuntungan akibatnya tercipta pertanian yang komersial. Beberapa alur dari arah perubahan sosial dalam revolusi hijau akan dijelaskan sesuai dengan jurnal hasil review. B. Revolusi Hijau Tekanan Penduduk Dan Komersialisasi Pedesaan Latar transformasi masyarakat sebelum agraris menuju agraris yang maju, ada dua factor yang menjadi perhatian yaitu tekanan penduduk dan penemuan baru.bahwa pada dasarnya perkembangan pertanian karena adanya penemuan baru atau penelitian yang dilakukan sehingga dapat melakukan perbaikan terutama pada kondisi pangan yang dimana populasi penduduk terus meningkat sehingga masyarakat khawatir kekurangan sumber pangan dari sini hal itu bisa terselesaikan sehingga manusia bebas dalam memperbanyak populasi. Ester Boserup, membantah bahwa dengan teknologi penyebab pertanian bisa berkembang tetapi karena tekanan penduduk sehingga mereka bekerja lebih keras agar mereka tidak kekurangan bahan pangan sehingga dari kerja keras itu ditemukan teknologi yang bisa mengatasi permasalahan tekanan penduduk jadi, pertanian berkembang karena jumlah manusia yang terus bertambah. Berdasarkan dua faktor tersebut, ada desa yang tingkat populasi penduduknya tinggi sehingga mengakibatkan perubahan pada struktur dan terdapat desa yang adaptasinya terhadap inovasi teknologi cukup cepat dan menimbulkan perubahan pada sturuktut sosialnya dalam kondisi tertentu tekanan penduduk dan penemuan teknologi dapat bekerja bersamaan dalam mendorong perubahan,\ Menghadapi perubahan ekonomi yang bersifat tradisional menjadi sistem pasar ada dua pendapat atau penjelasan yang berbeda mengenai respon petani. Menurut Scott, petani akan susah menerima perubahan, karena mereka lebih mementigkan keamanan subsistensi dan enggan berhadapan dengan resiko. Mereka tetap ingin mempertahankan aspek tradisional dan tidak ingin merubah struktur yang telah mereka bangun dari awal sehingga penerapan revolusi hijau dan komersialisasi susah mencapai keberhasilan pada pedesaan. Menurut Samuel, petani sebenarnya rasional mereka bisa beradaptasi dengan pasar karena itu, revolusi hijau merupakan jalur untuk melakukan perubahan pada petani tradisonal menjadi modern. C. Pra-Revolusi Hijau, Memelihara Homorgenitas Sosial Khusus Pulau jawa, Pada masa pra revolusi hijau masyarakat petani umumnya berciri homogen yang sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan mereka tidak mudah menerima hal yang bisa merusak struktur sosial dan nilai homogennya hilang. Mereka hidup sederhana dan wilayah yang terbatas dimana tekanan penduduk semakin mendesak. Saling berbagi kemiskinan akibat penduduk yang meluap sehingga struktur semakin rumit karena bercampurnya berbagai keanekaragaman di pulau jawa. Hal ini juga menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan karean penduduknya paling besar di wilayah tersebut dan menjadi tempat untuk investor memburu keuntungan serta menanamkan modalnya sehingga makin terbelit struktur sosialnya. Semakin berkembangnya kepadatan penduduk maka petani akan mudah kehilangan sumber ekonominya karena ekspansi yang terus dilakukan akibatnya petani akan menuruti para pembeli untuk membeli lahannya untuk digunakan membuat sebuah pembangunan yang bersifat non-pertanian. Hal tersebut dapat menyebabkan krisis pada lahan sehingga dilakukan penelitian agar ada jalan keluar yang bisa menyelesaikan akar masalah yang tejadi lewat ilmu pengetahuan. Petani akan menempuh ekspansi statis agar homogenitas tetap terpelihara. Adaptasi petani terhadap permasalahan penduduk dan lahan pada pula jawa tidak membuat masyarakat terbagi menjadi beberapa golongan tetapi mereka tetap mempertahankan nilai kebersamaan yang telah dibangun dengan cara berbagi kemiskinan dan involusi pertanian. Revolusi hijau dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara petani yang memiliki lahan terbatas atau sempit. D. Fase Revolusi Hijau, Stratifikasi Dan Polarisasi Sosial Revolusi hijau yang sudah melanda dan masuk ke pedesaan membuat sistem homogeny yang dimliki petani mulai pudar karena munculnya diferensiasi. Dalam hal ini membuat para petani di pedesaan mulai menggunakan teknologi sehingga dapat mengembangkan pertanian yang komersial tetapi tidak semua petani yang menerima perubahan tersebut ada yang tetap subsisten atau berlahan sempit. Tidak hanya pada penggunaan teknologi melainkan juga sebuah dana atau proyek pembangunan yang tidak semua petani mendapatkannya hanya yang dekat dengan lembaga didesa ataupun melalui hubungan jalur lain. Hal ini membuat implikasi bagi pemerintah desa. Ketika desa mulai terbuka terhadap kota dengan tujuan mendapatkan keuntungan maka hal ini bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi petani di desa karena pada dasarnya yang dibutuhkan adalah lahan untuk pertanian maka sangat baik untuk petani yang memiliki lahan yang luas. Polarisasi sosial dalam masyarakat bukan terjadi karena masih kuatnya masyarakat dalam melakukan ikatan tradisional antara mereka tetapi yang terjadi adalah karena stratifikasi sosial mengenai pemilkan tanah anatara individu. Polarisasi akan mulai merebak jika ikatan tradisional sudah mulai pudar dan desa sudah tidak peduli dengan starta bawah, mereka lebih tertarik menjalin hubungan di luar. Meskipun teknologi menyebar dengan netral tetapi kesenjangan sosial yang terjadi pada petani tetap ada hal ini berlaku pada kepemilikan sawah,status sosial dan kekuasaan. Petani yang berlahan luas dapat menggunakan teknologi untuk mendapatkan keuntungan yang besar sedangkan petani yang berlahan luas hanya bisa mempertahankan atau memelihara subsistensinya. Tergantungnya eknomo desa pada ekonomi pemerintah atau Negara akan berkembang jika kesempatan hidup dalam bidang pertanian terbatas dan mengakibatkan permasalahan karena sempitnya peluang untuk memanfaatkan sumber ekonomi. E. Pasca Revolusi Hijau, Multi Basis Dan Arah Selama revolusi hijau berlangsung menciptakan struktur kasus di pedesaan yang bervariasi antara kasus dari tingkat yang sederhana hingga ke tingkat diferensiasi sosial. Tata produksi pedesaan yang tidak sepenuhnya pertanian tapi banyak cara dalam mengembangkan produksi yang modalnya bukan lahan.proses keragaman okupasi di pedesaanyaitu dengan melakukan perluasan bidang pada usaha ekonomi yang bersuplus usaha revolusi hijau ke usaha non-tani. Hal inilah yang membuat kelompok ini menikmati mobilitas sosisal secara vertical. Kelompok okupasi baru yang menggunakan bantuan dari pusat ke desa karena adanya hubungan dengan pemerintah atau birokrat sehngga menjadi pengelola dana tersebut dan menikmati dana yang diberikan dengan membangun proyek dengan melakukan perdangangan dan penyaluran sarana produksi. Kelompok rumah tangga tani yang mengalami kehilangan tanah akibat ketimpangan sehingga mereka terbuang dari pertanian. Karena bnyaknya kelompok, peluang buruh tani semakin sempit dan mengharuskan untuk mencar pekerjaan di luar sektor pertanian.. Keanekaragaman bentuk okupasi dari antarkelas atau antarlapisan yang masing- masing memiliki diferensisasi sehingga menimbulkan sesuatu yang beragam yang bukan hanya pada lingkup satu tata produksi tetapi sudah berkembang menjadi antar tata produksi.pengembangan industrialisasi di pedesaan mengakibatkan muculnya pengembangan agroindustri yang merupakan arah dalam menetralisis keragaman okupasi di pedesaan. Bila industri di pedesaan berkembang dengan pesat maka akan menghasilkan agribisnis yang berpusat pada kewirausahaan dimana akan merubah yang dulunya agrarian menjadi industry serta nilai atau norma yang ada pada masyarakat mulai bertransformasi. Tidak hanya pada struktur nilai masyarakat tetapi kian merambah ke arah petani yang berlahan sempit ke petani yang memiliki lahan yang luas artinya dari sistem subsisten menjadi komersial atau modern karena berkembangnya industry yang melibatkan seluruh aspek di pedesaan. F. Penutup,Membuka Katup Pengaman Efek kapitalisasi mengabikatkan tekanan dan ketimpangan terutama pada masalah Lahan pertanian yang mendapatkan efek dari kapitalisasi sehingga arah perubahan sosial akan membelok. Konversi lahan sawah yang non-pertanian semakin meningkat hal ini menjadikan pulau jawa sebagai kawasan paling padat penduduk dan sebagai sentra produksi beras sehingga mengancam swasembada nasional dan perlunya mempertahankan lahan pertanian. Revolusi hijau menyebabkan harga tanah menjadi mahal atau semakin naik karena itu para petani lebih mengutamakan untuk melepaskan lahannya sebagai modal untuk membeli barang yang berguna dan konsumtif. Investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia ingin membeli lahan sehingga harga tanah semakin naik tetapi tidak sebanding dengan ada di luar negeri yang lahannya sangat terbatas dan dianggap masih murah oleh para investor. Oleh karena itu, pembeli dan penjual sama- sama menikmati hasil jerih payah dalam medapatkan keuntungan serta merasakan manfaat dari investor yang memacu perkembangan ekonomi domestic. Hal ini membuat petani yang memiliki lahan harus kehilangan sumber kehidupan atau ekonominya ataupun barisan yang dulunya sebagai buruh tani, petani penyakap bahkan tunakisma. Mengenai bekas pemilik dari hasil penjualan lahannya belum pasti bisa menampung bekas kliennya karena ada yang berinvestasi dari luar desa dan ada yang menetap di dalam dan sudah tertutup pada bekas kliennya. Akibatnya, tenaga kerja pertanian semakin meningkat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masa pasca revolusi hijau, dari bentuk stratifikasi sosial ke bentuk polarisasi semakin besar dalam membelokkan ke arah perubahan. Disebabkan oleh faktor tekanan yang dari pengaruh pertambahan populasi penduduk dan persebaran teknologi sehingga meyebabkan konversi. Polarisasi sosial akan terus menajam maka diperlukan cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggunakan atau membuka katup pengamana di pedesaan yang dimaksud dengan katup pengaman disini adalah dengan membuat peluang- peluang ekonomi baru yang kondusif. Sehingga tekanan terhadap tanah tidak memuncak. Ada beberapa jalur yang dapat kita tempuh yaitu, jalur migrasi semi- permanen atau sirkuler, adalah kita mencari pendapatan atau berburu kerja di kota tetapi kita tetap menjadi penduduk di pedesaan. Jalur yang lain dapat kita terapkan adalah membangun desa sebagai pusat pertumbuhan layaknya kota sehingga meminimalkan tekanan pada lahan walaupun diferensiasi sosial akan semakin beragam. Kemampuan katup pengaman akan memberikan arah bagi terciptanya harmonisasi sosial ekonomi dalam masyarakat dalam melakukan perubahan atau tekanan terhadap konversi lahan usaha tani. Hal ini membuat perlunya hubungan yang baik anatara desa dan kota untuk saling bekerja sama dalam hal menciptakan suatu perkembangan atau mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Tekanan penduduk dan tekonologi yang semakin merambah karena gerakan revolusi hijau yang terjadi dalam kurun beberapa waktu yang lalu membuat Negara ini harus tetap mempetahankan keselarasannya karena akan menimbulkan efek yang negatef jika tidak ditanggulangi dengan baik. Revolusi hijau yang semakin berkembang telah meninggalkan perubahan dan dampak bagi penerapannya yaitu adalah suatu nilai kebersamaan yang dulunya sering dilihat dari para petani selama mereka melakukan panen hasil pertanian tetapi karena adanya teknologi yang canggih maka membuat hal tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi. Beralih ke sistem upah yang diterapkan dimana semakin mengecilnya dalam menggunakan tenaga kerja sehingga kesempatan kerja masyarakat di desa mulai berkurang. Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian dalam melakukan persilangan (breeding) antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan jenis tradisional) dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun. Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional. dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan atau harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera. Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat.