Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang

dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau

sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan

pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa

dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa

Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun

cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim

dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau

sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-

bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB

dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat

dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini

memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai

realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan

lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang

sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto. (wikipedia, 10 oktober 2016).

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang kaya akan

pertaniannya. Negara Indonesia juga merupakan negara yang memiliki jumlah

penduduk sangat besar. Jumlah penduduk tersebut semakin bertambah setiap

tahunnya. Sehingga di indonesia rentan akan terjadinya alih fungsi lahan.

1
Dimana lahan produktif dijadikan perumahan untuk menunjang pertambahan

penduduk.

Pertanian Indonesia, dulu hanya diarahkan untuk pencukupan

makanan atau pangan. Padahal, pertanian dapat menyediakan bahan mentah

untuk industri pengolahan, untuk industri ukir-ukiran, kayu anyaman, dan lain–

lain, di samping untuk bahan bangunan. Selain itu, pertanian pun dapat

diarahkan untuk meningkatkan devisa sekaligus memproduksi barang

substitusi impor. Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan

penguasaan ilmu dan teknologi, mengakibatkan terjadinya kecenderungan pola

transformasi dari pertanian ke industri. Hal ini umumnya terjadi di dunia ketiga,

dimana sektor pertanian cenderung mengalami laju pertumbuhan yang

menururn, sedangkan sektor industri termasuk industri pengolahan hasil

pertanian, terjadi laju pertumbuhan yang meningkat.

Sulawesi Selatan laju alih fungsi lahan pertanian diklaim masih dalam

klasifikasi terkendali seiring dengan sejumlah proteksi lahan hingga pencetakan

lahan pertanian baru sangat kecil, hanya di bawah 1% per tahun dan

peruntukannya itu melalui tahapan verifikasi. Tidak terlalu berpengaruh ke

produksi pangan karena kita juga tiap tahun merealisasikan pencetakan baru.

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula

(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif

terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat

diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-

faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan

2
mutu kehidupan yang lebih baik. Alih fungsi lahan biasanya terkait dengan

proses perkembangan wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa alih fungsi lahan

merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar alih fungsi

lahan yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan

yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin mendirikan

bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana dampak sosial alih fungsi lahan petani kakao menjadi lahan

kelapa sawit.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak sosial alih

fungsi lahan petani kakao menjadi petani kelapa sawit.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu Sebagai informasi untuk masyarakat

dan mengetahui dampak alih fungsi lahan pertanian bagi masa depan petani

dapat diketahui, dan di samping itu untuk menambah penghasilan para petani

kelas bawah.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Desa

Pada umumnya pengertian desa dikaitkan dengan pertanian, yang

sebenarnya masih bisa didefinisikan lagi berdasarkan pada jenis dan

tingkatannya. Menurut Koentjaraningrat mendefinisikan desa itu sebagai

komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat (Rahadjo, 2010 : 29)

sedangkan menurut P.H Landis terdapat tiga definisi tentang desa yaitu pertama

desa itu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2.500 orang, kedua desa

adalah suatu lingkungan yang penduduknya mempunyai hubungan yang saling

akrab serba informal satu sama lain, dan yang ketiga desa adalah suatu

lingkungan yang penduduknya hidup dari pertanian. Sedangkan menurut

Koentjaraningrat desa adalah suatu komunitas kecil yang menetap secara tetap

di suatu tempat, masyarakat desa itu sendiri mempunyai karakteristik seperti

yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren mereka menggambarkan

karakteristik masyarakat desa sebagai berikut (Jefta Leibo, 1995 : 7).

1) Besarnya peranan kelompok primer

2) Faktor geografis menentukan dasar pembentukan kelompok atau asosiasi

3) Hubungan lebih bersifat akrab dan langgeng

4) Homogen

5) Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

6) Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

4
2.1.2 Tinjauan Perubahan Sosial

1. Pengertian Perubahan Sosial

Setiap masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan baik itu yang

berdampak luas atau sempit serta ada juga perubahan yang berjalan cepat dan

lambat. Perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat bisa mengenai

nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola - pola perilaku organisasi, susunan

lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan

wewenang, serta interaksi sosial. Banyak penyebab perubahan dalam

masyarakat yaitu ilmu pengetahuan (mental manusia) kemajuan teknologi serta

penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi,

perubahan atau peningkatan harapan dan tuntunan manusia (rising demands)

semua ini mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap masyarakat yaitu

perubahan masyarakat melalui kejutan dan karenanya terjadilah perubahan

masyarakat yang biasa disebut rapid social change (Astrid S. Susanto, 1983:

157).

Banyak dari para tokoh sosiologi yang mempersoalkan pembatasan

pengertian perubahan sosial adapun hasil - hasil pemikiran dari para tokoh -

tokoh (Soerjono Soekanto, 2006: 262-263):

a. William F. Ogburn

Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur - unsur kebudayaan

baik yang material maupun yang immaterial, dan yang ditekankan adalah

pengaruh besar unsur - unsur kebudayaan material terhadap unsur - unsur

immaterial.

5
b. Kingsley Davis

Perubahan sosial sebagai perubahan - perubahan yang terjadi

dalam struktur dan fungsi masyarakat.

c. Maclver

Perubahan sosial dikatakan sebagai perubahan - perubahan dalam

hubungan sosial (social relationships) atau sebagai perubahan terhadap

keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

d. Gillin dan Gillin

Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah

diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,

komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau

penemuan - penemuan baru dalam masyarakat.

e. Selo Soemardjan

Perubahan pada lembaga - lembaga kemasyarakatan di dalam

suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di

dalamnya nilai - nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok -

kelompok masyarakat.

2. Bentuk - Bentuk Perubahan Sosial

Perubahan sosial sendiri mempunyai beberapa bentuk di antaranya

(Soerjono Soekanto, 2006: 269 - 273)

a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan yang lambat biasa disebut evolusi, perubahan ini

memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini terjadi karena usaha-usaha

masyarkat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang baru.

Perubahan cepat atau revolusi, perubahan ini menyangkut sendi-sendi

6
pokok kehidupan masyrakat dan terjadinya dapat direncanakn terlebih

dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatannya perubahan ini bersifat

relatif, karena dapat menekan waktu lama.

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Batas - batas perubahan ini relatif, perubahan kecil adalah

perubahan yang terjadi pada unsur - unsur struktur sosial yang tidak

membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Sebaliknya

perubahan yang terjadi pada masya rakat agraris menjadi masyarakat

industrialisasi misalnya, itu adalahperubahan besar karena berpengaruh

pada masyarakat.

c. Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang

diperkirakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam

masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang

terjadi tanpa kehendak, serta berlangsung diluar jangkauan pengawasan

masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang

tidak diharapkan oleh masyarakat.

Istilah perubahan sosial juga sering disebut juga dengan perubahan

sosial kebudayaan, hal ini bisa terjadi karena secara umum manusia

sendiri merupakan makhluk sosial yang mempunyai suatu kebudayaan dan

dalam perubahan sosial yang terjadi secara tidak langsung juga merubah

kebudayaan yang dimiliki oleh manusia tersebut, kemudian berkembang

luas ke dalam mayarakat dan akhirnya masyarakat itu juga mengalami

suatu perubahan baik dari segi sosial maupun budaya. Ada beberapa

tokoh yang beranggapan bahwa perubahan sosial dan perubahan budaya

7
itu berbeda. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial

yaitu tekanan kerja dalam masyarakat, keefektifan komunikasi dan

perubahan lingkungan alam. Yang menyebabkan perubahan budaya

adalah perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak

dengan kebudayaan lain.

2.2 Tanaman Kakao

Kakao (Theobroma cacao L.) adalah pohon budidaya di perkebunan yang

berasal dari Amerika Selatan, namun sekarang ditanam di berbagai kawasan

tropika. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai

cokelat.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki

sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian,

beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan

menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Kakao merupakan tumbuhan dengan ketinggian 10 m, namun dalam

pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m dengan tajuk menyamping

yang meluas. Buah kakao tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah

kakao jauh lebih besar dari bunganya dan berbentuk bulat hingga memanjang.

Warna buah akan berubah seiring tingkat kematangan buah. Sewaktu muda

buah berwarna hijau hingga ungu. Kulit luar buah ketika sudah masak biasanya

berwarna kuning. Di Indonesia, kakao dikenal dengan dua jenis, yaitu kakao

mulia yang berasal dari varietas cri ollo dengan buah berwarna merah dan kakao

lindak berasal dari varietas forastero dan trinitario dengan warna buah hijau.

Beberapa macam produk dapat dihasilkan dari kakao yaitu berasal dari

kulit, pulp maupun dari biji. Kulit kakao dapat dijadikan kompos, pakan ternak,

8
substrat budidaya jamur, ekstraksi theobromin, dan bahan bakar. Secara umum,

biji kakao dapat diolah menjadi tiga olahan akhir, yaitu lemak kakao, bubuk kakao

dan permen atau makanan cokelat yang dalam pengolahannya saling tergantung

satu dengan yang lainnya (Wahyudi, et al. 2008).

Jenis kakao dibagi atas 3 jenis, yaitu kakao criolo (kakao mulia), kakao

forestero (kakao lindak) dan kakao trinitario. Kakao jenis criolo menghasilkan

mutu biji yang memiliki mutu yang baik, buahnya berwarna merah/hijau, kulitnya

tipis berbintik-bintik kasar dan lunak, bijinya berbintik bulat telur dan berukuran

besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jenis forestero

menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang, buahnya berwarna hijau, kulitnya

tebal, biji 10 buahnya tipis dan gepeng. Kotiledon berwarna ungu pada waktu

basah. Jenis trinitario bentuknya heterogen, buahnya berwarna hijau merah dan

bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan

kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah (Hatta,

1992).

Biji kakao didefinisikan sebagai biji tanaman kakao (Theobroma cacao

Linn.) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Biji kakao yang

diekspor diklasifikasikan berdasarkan jenis tanaman, jenis mutu, dan ukuran

berat biji. Berdasarkan jenis tanaman dibedakan atas dua klasifikasi, yaitu jenis

mulia (fine cocoa) dan jenis lindak (bulk cocoa). Berdasarkan jenis mutu kakao

terdapat tiga golongan, yaitu Mutu I, Mutu II dan Mutu IIIMenurut ukuran bijinya

dinyatakan dalam jumlah biji/100 gram.

2.3 Tanaman Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal

9
dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa

sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman

kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,

Thailand, dan Papua Nugini (Fauzi,2004)

Kelapa sawit, saat ini berkembang pesat di Indonesia. Masuknya bibit

kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang

berasal dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa

sawit ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli

Sumatera Utara (Risza, 1994)

Buah disebut juga fructus, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah

siap panen pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan

dan pembuahan. Waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan sampai buah

matang dan siap panen kurang lebih 5 – 6 bulan. Secara anatomi buah kelapa

sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikarpium

yang terdiri dari epikarpium ( kulit buah yang licin dan keras) dan mesokarpium

(daging buah yang berserabut dan mengandung minyak), bagian kedua adalah

biji, yang terdiri dari endokaprium (tempurung berwarna hitam dan keras),

endosperm (penghasil minyak inti sawit), dan embrio (Fauzi,2004).

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Curah hujan optimal yang

dikehendaki antara 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan pembagian merata

sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5 – 7 jam per

hari, dan suhu optimum berkisar 22º -32ºC. Ketinggian di atas permukaan laut

yang optimum berkisar 0 – 500 meter.

Kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki solum yang

tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya baik. Keasaman tanah (pH)

10
sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur – unsur hara dalam

tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 – 6,5 sedangkan pH optimum

berkisar 5 – 5,5. Permukaan air tanah dan pH sangat erat kaitannya dengan

ketersediaan hara yang dapat diserap oleh air (Risza, 1994).

2.4 Alih Fungsi Lahan

Alih lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan

dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang

menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu

sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan

penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi

keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah

jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

( Utomo dkk (1992)

Alih fungsi lahan pertanian sebenarnya bukan masalah baru. Sejalan

dengan adanya peningkatan jumlah penduduk serta meningkatnya kebutuhan

infrastruktur seperti, perumahan, jalan, industri, perkantoran, dan bangunan lain

menyebabkan kebutuhan akan lahan meningkat. Selain itu, pertumbuhan

ekonomi yang tinggi menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat di beberapa

sektor ekonomi. Pertumbuhan tersebut juga membutuhkan lahan yang lebih luas

sehingga terjadi peningkatan kebutuhan lahan untuk pembangunan, sementara

ketersediaan lahan relatif tetap menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan

lahan.

Kebanyakan lahan yang dialih fungsikan umumnya adalah lahan-lahan

pertanian karena land rent (sewa lahan). Menurut Barlowe, sewa ekonomi lahan

(land rent) mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh oleh satu

11
bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Land

rent lahan pertanian relatif lebih tinggi penggunaannya untuk non-pertanian

dibandingkan dengan lahan pertanian yang dikelola oleh petani (Putri 2009).

2.4.1 konversi lahan

Menurut Sihaloho (2004) dalam kolokiumkpmipb.wordpress.com, membagi

konversi lahan kedalam tujuh pola atau tipologi, antara lain:

1. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama

yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi pelaku

konversi.

2. Konversi sistematik berpola ‘enclave’; dikarenakan lahan kurang

produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk

meningkatkan nilai tambah.

3. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population

growth driven land conversion); lebih lanjut disebut konversi adaptasi

demografi, dimana dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan

terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven

land conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan

ekonomi dan perubahan kesejahteraan.

5. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah

hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar dari

kampung.

6. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan

keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan

hasil pertanian.

12
7. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk ; konversi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah,

koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan

dalam konversi demografi

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan

pertanian. Faktor – faktor penting yang menyebabkan alih fungsi lahan tersebut

antara lain :

1. Peningkatan jumlah penduduk

Seiring berjalannya waktu penduduk pun semakin banyak

bertambah. Pesatnya jumlah peningkatan penduduk tersebut tentunya

mengakibatkan semakain banyak pula jumlah atau luas tanah yang di

butuhkan. Jika dalam suatu keluarga membangun rumah di tanah yang

berluaskan 2 are, dan jika keluarga itu disertai dengan 3 orang anak yang

nantinya akan mandiri dan membangun rumah sendiri dengan masing –

masing luas tanah per rumah sama 2 are, maka akan ada penambahan

luas tanah yang di alih fungsikan menjadi bangunan. Dari kejadian tersbut

secara otomatis luas lahan pertanian sedikit demi sedikit akan terkikis 

yang berarti kegiatan alih funsi lahan hari demi hari akan bertambah.

2. Peningkatan taraf hidup masyarakat

Peningkatan taraf hidup juga bisa di katakana menjadi salah satu

faktor pendorong (penyebab) terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, terlihat

dari permintaan lahan akibat peningkatan intensitas kegiatan masyarrakat

13
seperti pusat pebelanjaan, jalan raya, obyek wisata (tempat rekreasi),

lapangan olah raga, dan tempat – tempat umum lainnya.

3. Ekonomi masyarakat

Jauh lebih rendahnya hasil pertanian karena biaya produksi yang

amat tinggi sedangkan hasil yang di hasilkan relatif rendah, yang di

bandingkan dengan tingginya hasil di sektor non pertanian (industri),

sewa tanah , dan tingginya harga tanah jika di jual membuat banyak

petani  – petani yang mengalih fungsikan lahannya ke bidang non

pertanian bahkan menyewakan dan menjual lahan pertaniannya kepada

orang lain untuk kegiatan non pertanian (Industri). Selain itu karena

kebutuhan keluarga lainnya seperti pendidikan, mencari pekejaaan non

pertanian atau yang lainnya sering kali membuat petani tidak mempunysi

pilihan lain untuk menjual sebagian lahan pertaniannya.

4. Degradasi lingkungan

Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan

yang berdampak pada meningkatnya serangan hama tertentu akibat

hilangnya predator – predator alami dair hama yang bersangkutan,

pencemaran air irigasi, rusaknya sawah pinggiran pantai dan kemarau

panjang yang menimbulkan kekurangan air untuk kegiatan pertanian

mengakibatkan hancurnya sektor pertanian karena petani susah untuk

mengembangkan kegiatan pertaniannya. Menjadi suatu faktor petani

beralih pekerjaan atau mngalih fungsikan lahan – lahan pertanian yang

merekan miliki.

14
5. Kebijakan pemerintah

Aspek regulasi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah yang berkaitan dengan perubahan

fungsi lahan pertanian. Kelmahan pada aspek regulasi atau peraturan itu

sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hokum, sangsi

pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang di konversi.

6. Peningkatan jumlah penduduk

Seiring berjalannya waktu penduduk pun semakin banyak

bertambah. Pesatnya jumlah peningkatan penduduk tersebut tentunya

mengakibatkan semakain banyak pula jumlah atau luas tanah yang di

butuhkan. Jika dalam suatu keluarga membangun rumah di tanah yang

berluaskan 2 are, dan jika keluarga itu disertai dengan 3 orang anak yang

nantinya akan mandiri dan membangun rumah sendiri dengan masing –

masing luas tanah per rumah sama 2 are, maka akan ada penambahan

luas tanah yang di alih fungsikan menjadi bangunan.

2.4.3 Peraturan – Peraturan yang Terkait Dengan Alih Fungsi Lahan

Pertanian

Ada beberapa peraturan – peraturan pemerintah tentang pengalih

fungsian  lahan. Peraturan – peraturan antara lain :

1. UU No. 24 Th. 1992 mengenai penyusunan RTRW harus pertimbangkan

pangan/sawah irigasi teknis (SIT)

2. Kepres No. 52 Th. 1989 mengenai pembangunan kawasan industry ,tidak

boleh konversi sawah irigasi teknis / tanah pertanian subur.

15
2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian yang

sudah dilakukan dalam kaitannya dengan Dampak sosial alih fungsi lahan kakao

menjali lahan sawit. Pada penelitian terdahulu ini banyak variabel independen

yang digunakan oleh peneliti. Variabel tersebut antara lain faktor pendapatan

petani, pekerjaan utama, usia petani, pendapat petani tentang keuntungan usaha

wanatani dan kondisi lahan.

Tabel penelitian terdahulu (Dinar Yanti, 2014)


Pengarang
No Judul Alat analisis Hasil
dan Tahun
1 Djakaria Dampak Analisis -Alih fungsi lahan terutama
M.Nur 2000 Pembanguna metode lahan sawah banyak terjadi pada
Kawasan pasial dan wilayah yang dijadikan daerah
Industri di metode kawasan industri.
Kabupaten analisis - Adanya pergeseran sektor
Bekasi statistik usaha/ mata pencaharian
Terhadap penduduk di wilayah kabupaten
Alih Fungsi bekasi. Sektor pertanian
Lahan dan mengalami penurunan,
Mata sedangkan sektor-sektor lainnya
Pencaharian meningkat.
Penduduk -Terdapat korelasi antara alih
fungsi lahan dengan pergeseran
sektor usaha / mata pencaharian
penduduk. Berkurangnya luas
lahan sawah berkorelasi positif
terhadap jumlah penduduk yang
bekerja pada sektor pertanian
dan berkorelasi negatif terhadap
jumlah pekerja dalam sektor
industri, perdagangan dan jasa.

2 Sumaryant Konversi Analisis -Penyebab konversi lahan yaitu:


o Supena Lahan deskriptif faktor lokasi(jarak dari pusat
Friyatno Sawah ke bisnis yang telah berkembang),
dan Penggunaan tiada larangan menkoversi lahan
Bambang Non sawah yang tegas dan spekulasi
Irawan Pertanian tanah.
2002 dan Dampak -Konversi lahan mengakibatkan
Negatifnya degradasi kualitas irigasi pada
lahan sawah sekitarnya dan
secara langsung maupun tidak
langsung mengancam kapasitas
nasional dalam mewujudkan
pasokan pangan yang aman

16
untuk mendukung ketahanan
pangan yang mantap.
3 Nyak Ilham, Perkembang Analisis Faktor yang menentukan
Yusman an Dan deskriptif dan konversi lahan dikelompokkan
Syaukat, Faktor- menggunaka menjadi 3, yaitu faktor ekonomi,
Supena Faktor yang n tabulasi faktor sosial, dan peraturan
Friyatno Mempengaru pertanahan yang ada. Faktor
2004 hi Konversi ekonomi meliputi nilai kompetitif
Lahan padi, respon petani terhadap
Sawah serta dinamika pasar, lingkungan dan
Dampak daya saing usaha tani, harga
Ekonominya lahan sawah, pajak lahan, PDB
sektor industri, aktivitas industri,
pembangunan sarana prasarana,
jumlah penduduk. Faktor sosil
meliputi perubahan perilaku
(profesi petani), hubungan
pemilik dengan lahan,
pemecahan lahan, pengambilan
keputusan dan apresiasi
pemerintah terhadap aspirasi
masyarakat.

4 Fanny Analisis Analisis Faktor- faktor yang berpengaruh


Anugerah K Faktor- regresi linier positif terhadap penurunan luas
2005 Faktor yang berganda, lahan sawah yaitu laju
Mempengaru pertumbuhan penduduk,
hi Konversi Location persentase luas lahan sawah
Lahan Quetient(L irigasi, dan pertambahan panjang
Sawah ke Q), surplus jalan aspal. Sedangakn faktor-
Penggunaan pendapatan faktor yang berpengaruh Negatif
Non / tenaga yaitu produktivitas padi sawah,
Pertanian Di kerja dan kontribusi sektor non pertanian
Kabupaten terhadap PDRB, dan dummy
elastisitas
Tangerang (kebijakan pemerintah) Hasil
pendapatan estimasi konversi lahan sawah
/ tenaga dengan menggunakan metode
kerja analisis regresi linear berganda
menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh nyata pada
taraf uji á = 0,1 terhadap
terjadinya konversi lahan sawah
yaitu produktivitas padi sawah,
luas lahan sawah irigasi, kontribusi
sektor non pertanian dan
kebijakan pemerintah. Sedangkan
laju pertumbuhan penduduk dan
pertambahan jalan aspal tidak
berpengaruh nyata terhadap
terjadinya konversi lahan sawah.
5 Effendi Alternatif Analisis Determinan konversi lahan
Pasandaran Kebijakan Deskriptif yaitu kelangkaan sumber daya
2006 Pengendalai lahan dan air, dinamika
n Konversi
Lahan pembangunan, dan jumlah

17
Sawah penduduk
Beririgasi di -Tiga alternatif kebijakan untuk
Indonesia mengendalikan konversi lahan
yang perlu dipertimbangkan yang
disesuaikan dengan fase- fase
perkembangan dan fungsi
utama sawah irigasi dalam
bentuk DAS yaitu: Kebijakan
pengendalian melalui otoritas
sentral, kebijakan yang bertujuan
memberikan insentif kepada
pemilik sawah beririgasi, baik
individual maupun olektif, dan
penguatan kemampuan kolektif
masyarakat tani dalam mengelola
sumber daya lahan dan air.

18
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan bulan Juli

2017, dan dilakukan di dusun Loloiyo, Desa Karondang, Kecamatan Tana Lili,

Kabupaten Luwu Utara, Privinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Sumber Dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah petani kakao yang sudah beralih

menjadi petani kelapa sawit. yang dijadikan sampel penelitian, disamping itu juga

diperlukan informasi dari aparat setempat. Seperti, kepala Desa dan lain-lain.

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh responden, baik

melalui pendekatan riset (seperti observasi dan survei). Metode kontak

(seperti langsung berbicara dengan konsumen atau wawancara langsung)

2. Data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia yang bersumber dari

instansi-instansi terkait, guna untuk mendukung penelitian. Seperti kantor

desa/kelurahan dan instansi pemerintah lainnya serta kepustakaan.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling) yaitu pengambilan

sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa setiap unit sampling memiliki

kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

19
3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data primer dengan cara pengamatan

langsung di lapangan.

2. Survei, yaitu pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab

dengan responden.

3. Wawancara, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder dengan

cara mengadakan tanya jawab dengan responden.

4. Kuisioner, yaitu pengumpulan data primer dengan wawancara tertulis.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis sesuai dengan

kebutuhan, untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan. Analisis yang

digunakan dalam rencana penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda.

Regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih

variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau

negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan

biasanya berskala interval atau rasio.

Y = f (X1, X2, ....Xn )

20
Dimana:

Y = Dampak sosial

X1= jumlah tanggungan keluarga X4= Pendidikan

X2= jumlah produksi X5 = Jumlah Tanggungan Keluarga

X3= keuntungan X6 = Kebijakan Pemerintah

21

Anda mungkin juga menyukai